Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

1. Review Konsep Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


1.1 Konsep Anatomi Fisiologi
1.1.1 Anatomi

Ketika hamil, seorang wanita akan mengalami beberapa perubahan.


Menurut George Adriaanz (2008), perubahan yang terjadi ketika hamil
antara lain:

a. Uterus

Pembesaran uterus merupakan perubahan anatomi yang paling


nyata pada ibu hamil. Peningkatan konsentrasi hormon estrogen
dan progesteron pada awal kehamilan akan menyebabkan
hipertrofi miometrium. Hipertrofi tersebut dibarengi dengan

1
peningkatan yang nyata dari jaringan elastin dan akumulasi dari
jaringan fibrosa sehingga struktur dinding uterus menjadi lebih
kuat terhadap regangan dan distensi. Hipertrofi myometrium juga
disertai dengan peningkatan vaskularisasi dan pembuluh limfatik.
Peningkatan vaskularisasi, kongesti dan edema jaringan dinding
uterus dan hipertrofi kelenjar serviks menyebabkan berbagai
perubahan yang dikenali sebagai tanda Chadwick, Goodell dan
Hegar.

b. Payudara

Konsentrasi tinggi estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh


plasenta menimbulkan perubahan pada payudara (tegang dan
membesar), pigmentasi kulit dan pembesaran uterus. Adanya
chorionic gonadotropin (hCG) digunakan sebagai dasar uji
imunologik kehamilan. Chorionic somatotropin (Human Placental
Lactogen/HPL) dengan muatan laktogenik akan merangsang
pertumbuhan kelenjar susu di dalam payudara dan berbagai
perubahan metabolik yang mengiringinya.

Secara spesifik, estrogen akan merangsang pertumbuhan sistem


penyaluran air susu dan jaringan payudara. Progesteron berperan
dalam perkembangan sistem alveoli kelenjar susu. Hipertrofi
alveoli yang terjadi sejak 2 bulan pertama kehamilan menyebabkan
sensasi noduler pada payudara. Chorionic somatotropin dan kedua
hormon ini menyebabkan pembesaran payudara yang disertai
dengan rasa penuh atau tegang dan sensitif terhadap sentuhan
(dalam dua bulan pertama kehamilan), pembesaran puting susu dan
pengeluaran kolostrum (mulai terlihat atau dapat diekspresikan
sejak kehamilan memasuki usia 12 minggu). Hipertrofi kelenjar
sebasea berupa tuberkel Montgomery atau folikel disekitar areola
mulai terlihat jelas sejak dua bulan pertama kehamilan.
Pembesaran berlebihan dari payudara dapat menyebabkan striasi
(garis-garis hipo atau hiperpigmentasi pada kulit). Selain
membesar, dapat pula terlihat gambaran vena bawah kulit
payudara.

c. Kulit
Walaupun tidak diketahui secara pasti tetapi pigmentasi kulit
terjadi akibat efek stimulasi melanosit yang dipicu oleh
peningkatan hormon estrogen dan progesteron. Bagian kulit yang
paling sering mengalami hiperpigmentasi adalah puting susu dan
areola disekitarnya serta umumnya pada linea mediana abdomen,
payudara, bokong dan paha. Chloasma gravidarum adalah
hiperpigmentasi pada area wajah (dahi, hidung, pipi dan leher).
Area atau daerah kulit yang mengalami hiperpigmentasi akan
kembali menjadi normal setelah kehamilan berakhir. Pengecualian
terjadi pada striae dimana area hiperpigmentasi akan memudar
tetapi guratan pada kulit akan menetap dan berwarna putih
keperakan.

d. Sistem gastrointestinal
Hal lain yang terkait dengan perubahan hormonal dan dikaitkan
dengan tanda kehamilan adalah rasa mual dan muntah yang
berlebihan atau hiperemesis. Walaupun demikian, kondisi ini juga
tidak dapat dikategorikan sebagai tanda pasti kehamilan karena
berbagai penyebab metabolik lain dapat pula menimbulkan gejala
yang serupa. Hiperemesis pada kehamilan digolongkan normal
apabila terjadinya tidak lebih dari trimester pertama.

1.1.2 Fisiologi
a. Morning Sickness, mual dan muntah.
Hampir 50% wanita hamil mengalami mual dan biasanya mual
dimulai sejak awal kehamilan. Mual muntah di usia kehamilan
muda disebut morning sickness tetapi mual muntah ini dapat
terjadi setiap saat. Mual ini biasanya akan berakhir pada 14
mingggu kehamilan. Pada beberapa kasus dapat berlanjut sampai
kehamilan trimester kedua dan ketiga.

b. Pembesaran Payudara
Payudara akan membesar dan mengencang, karena terjadi
peningkatan hormon kehamilan yang menimbulkan pelebaran
pembuluh darah dan untuk mempersiapkan pemberian nutrisi pada
jaringan payudara sebagai persiapan menyusui.

c. Sering buang air kecil


Keinginan sering buang air kecil pada awal kehamilan ini
dikarenakan rahim yang membesar dan menekan kandung kencing.
Keadaan ini akan menghilang pada trimester II dan akan muncul
kembali pada akhir kehamilan, karena kandung kemih ditekan oleh
kepala janin.

d. Konstipasi atau Sembelit


Keluhan ini juga sering dialami selama awal kehamilan, karena
peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan relaksasi otot
sehingga usus bekerja kurang efisien. Adapun keuntungan dari
keadaan ini adalah memungkinkan penyerapan nutrisi yang lebih
baik saat hamil.

e. Sakit Kepala/Pusing
Sakit kepala atau pusing sering dialami oleh pada ibu hamil pada
awal kehamilan karena adanya peningkatan tuntutan darah ke
tubuh sehingga ketika akan mengubah posisi dari duduk / tidur ke
posisi yang lain (berdiri) tiba-tiba, sistem sirkulasi darah merasa
sulit beradaptasi. Sakit kepala / pusing yang lebih sering daripada
biasanya dapat disebabkan oleh faktor fisik maupun emosional.
Pola makan yang berubah, perasaan tegang dan depresi juga dapat
menyebabkan sakit kepala.

f. Kram Perut
Kram perut saat trimester awal kehamilan seperti kram saat
menstruasi di bagian perut bawah atau rasa sakit seperti ditusuk
yang timbul hanya beberapa menit dan tidak menetap adalah
normal. Hal ini sering terjadi karena adanya perubahan hormonal
dan juga karena adanya pertumbuhan dan pembesaran dari rahim
dimana otot dan ligamen merenggang untuk menyokong rahim.

g. Meludah
Keinginan meludah yang terjadi pada ibu hamil yang terus
menerus dianggap normal sebab hal ini termasuk gejala morning
sickness.

h. Peningkatan Berat Badan


Pada akhir trimester pertama wanita hamil akan merasa kesulitan
memasang kancing / rok celana panjangnya, hal ini bukan berarti
ada peningkatan berat badan yang banyak tapi karena rahim telah
berkembang dan memerlukan ruang juga, dan ini semua karena
pengaruh hormon estrogen yang menyebabkan pembesaran rahim
dan hormon progresteron yang menyebabkan tubuh menahan air.

Menurut Rita Ismail, dkk, 2011, hlm 4-8. Masalah yang sering
timbul di kehamilan trimester ke 1 dan upaya untuk mengatasinya
adalah sebagai berikut:

GANGGUAN PENYEBAB TINDAKAN


1. Mual dan muntah  Peningkatan  konsumsi crakers (biscuit), atau
(terjadi pada 50- hormone HCG roti panggang , teh , layu sebelum
75%). Dimulai saat bangun dari tempat tidur di pagi
 Faktor emosional
bulan pertama, kedua hari
dan berakhir pada
 Kelelahan
 Makan-makanan kering dengan
minggu keempat
minum di antara makan
kehamilan. Dapat
terjadi kapan saja  Makan cemilan lima- enam kali
sepanjang hari dan
sehari
sang ayah dapat
mengalami gejala  Hindari bau yang tajam atau
yang sama. faktor penyebab lainnya

 Hindari perut kosong atau terlalu


penuh.

 Jangan merokok

 Hindari makanan yang berminyak


atau makanan yang diasinkan
2. Sering Buang Air  Peningkatan  kosongkan kantung kemih secara
Kecil (BAK) tekanan pada teratur
kantung kemih di  Lakukan latihan kegel
trimester pertama  Menghindari ketika keinginan
dan ketiga dirasakan
 Tingkatkan jumlah minum dalam
sehari (minimal 2 liter/ hari)
 batasi minum sebelum tidur
dimalam hari untuk mencegah
sering BAK saat sedang tidur
 Gunakan pembalut
 Laporkan pada petugas kesehatan
jika terasa nyeri, atau rasa
terbakar.
3. Ketegangan pada  Peningkatan level  Gunakan BH sesuai ukuran dan
payudara hormon mendukung payudara dengan baik
progesteron dan
estrogen
4. Peningkatan keluaran  Hiperplasia  Dorong klien untuk berprilaku
vagina mukosa sel-sel bersih
vagina dan  hindari menggunakan pembilas
peningkatan vagina dan pakaian dalam yang
produksi mukus terbuat dari nilon
dari gland  Gunakan pakaian dalam yang
endoservik terbaik dari katun
sehubungan
dengan
peningkatan level
hormon estrogen
5. Hidung tersumbat dan  Peningkatan  bisa tidak terjadi perubahan tetapi
mimisan hormon estrogen pemberian udara dingin dapat
membantu
 hindari menggunakan obat
semprrot nasal atau dekongestan

6. Ptyalism (peningkatan  Tidak diketahui  Gunakan penyegar mulut, permen


produksi air liur) penyebab spesipik karet dan hisap permen yang
atau salive berasa  Peningkatan keras.
pahit. Kemungkinan kadar hormon
terjadi pada minngu estrogen
kedua setelah masa
tidak haid.
7. Gingivisis  peningkatan  Komsumsi diet seimbang dengan
(peradangan pada vaskularisasi makanan tinggi protein dan buah
gusi) . Gejala jaringan karena serta sayuran segar.
menghilang 1 – 2 stimulasi estrogen  Sikat gigi secara perlahan dan
bulan setelah pertahankan kebersihan gigi
melahirkan
8. Perubahan emosi  Adaptasi  Dukungan keluarga
hormonal dan  Komunikasi dengan pasangan,
metabolisme, keluarga dan petugas kesehatan
perasaan menjadi
seorang
perempuan, waktu
kehamilan dan
perubahan gaya
hidup yang akan
terjadi akibat
kehamilan.
9. Keputihan  Pengaruh  tidak dapat dicegah, jangan
hormonal yang melakukan douche (pembersih
menstimulasi vagina)
servikuntuk  Gunakan pentyliner
memproduksi  Pertahankan kebersihan dengan
mukus lebih membersihkan vagina dari arah
banyak depan ke belakang
 Konsultasikan ke petugas
kesehatan jika terdapat gejala
tambahan misalnya gatal, bau atau
perubahan warna.

2. Konsep Kehamilan Ektopik Terganggu


2.1 Definisi
Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsi
berimplantasi, tumbuh dan berkembang diluar endometrium kavum uteri.
Bila kehamilan tersebut mengalami proses pengakhiran (abortus) maka
disebut kehamilan ektopik terganggu (KET). (Achadiat, 2004)

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi terjadi diluar


endometrium kavum uteri. Hamper 90% kehamilan ektopik terjadi di tuba
uteria. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau rupture apabila
masa kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang implantasi (misalnya
tuba) dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu.
(Saifudin, dkk, 2006)

Suatu kehamilan disebut kehamilan ektopik bila zigot terimplantasi di


lokasi-lokasi selain cavum uteri, seperti ovarium, tuba, seviks, bahkan
rongga abdomen. Istilah kehamilan ektopik terganggu (KET). Merujuk pada
keadaan dimana timbul gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi
abortus maupun rupture yang menyebabkan penurunan keadaan umum
pasien.

Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak (akut)


biasanya tidak sulit. Keluhan yang sering disampaikanadalah haid yang
terlambat untuk beberapa waktu atau terjadi gangguan siklus haid disertai
nyeri perut bagian bawah dan tenesmus. Dapat terjadi perdarahan vaginam.

2.2 Etiologi
Kehamilan ektopik terganggu dapat disebabkan oleh :
2.3.1 Faktor uterus
2.2.1.1 Tumor uterus yang menekan tuba
2.2.1.2 Uterus hipoplasia
2.2.1.3 Tuba sempit dan berlekuk – lekuk sering disertai dengan
gangguan fungsi silia endosalping
2.3.2 Faktor tuba
2.2.2.1 Penyempitan lumen tuba oleh karena infeksi endosalping
2.2.2.2 Tuba sempit, panjang dan berlekuk – lekuk
2.2.2.3 Gangguan fungsi rambut getar (silia) tuba
2.2.2.4 Diventrikel tuba dan kelainan konginetal lainnya
2.2.2.5 Operasi plastic tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna
(lumen tuba menyempit)
2.3.3 Faktor ovum
2.2.3.1 Migrasi eksterna dari ovum
2.2.3.2 Perlekatan membrane granulose
2.2.3.3 Migrasi interna ovum
(Anik Maryunani. Asuhan kegawatdaruratan dalam
kebidanan, 2009)
2.3.4 Faktor lain
2.2.4.1 Hamil saat berusia lebih dari 35 tahun
2.2.4.2 Fertilisasi in vitro
2.2.4.3 Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
2.2.4.4 Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
2.2.4.5 Infertilitas
2.2.4.6 Mioma uteri
2.2.4.7 Hidrosalping
(Rachimhadhi, 2005)

2.3 Tanda dan gejala


Trias gejala dan tanda dari kehamilan ektopik adalah riwayat keterlambatan
haid atau amenorrhea yang diikuti perdarahan abnormal (60-80%), nyeri
abdominal atau pelvik (95%). Biasanya kehamilan ektopik baru dapat
ditegakkan pada usia kehamilan 6 – 8 minggu saat timbulnya gejala tersebut
di atas. Gejala lain yang muncul biasanya sama seperti gejala pada
kehamilan muda, seperti mual, rasa penuh pada payudara, lemah, nyeri bahu,
dan dispareunia. Selain itu pada pemeriksaan fisik didapatkan pelvic
tenderness, pembesaran uterus dan massa adneksa (Saifiddin, 2002;
Cunninghametal, 2005).

Dikenal dengan sebutan “trias” adapun gejala kliniknya adalah :


2.3.1 Amenorhoe
Lamanya amenorhoe bervariasi dari beberapa hari sampai beberapa
bulan. Dengan amenorhoe terdapat tanda hamil muda yaitu : morning
sickness, mual-mual, perasaan ngidam .
2.3.2 Terjadi nyeri abdomen
Nyeri abdomen disebabkan kehamilan tuba yang pecah. Rasa nyeri
dapat menjalar keseluruhan abdomen tergantung dari perdarahan
didalamnya. Bila rangsangan darah dalam abdomen mencapai
diafragma dapat terjadi nyeri didaerah bahu. Bila darahnya
membentuk hematokel yaitu timbunan didaerah Cavum Dauglass
akan terjadi rasa nyeri dibagian bawah dan saat buang air besar.
2.3.3 Perdarahan
Terjadinya abortus atau rupture kehamilan tuba terdapat pendarahan
kedalam cavum abdomen dalam jumlah yang bervariasi. Darah yang
tertimbun dalam cavum abdomen tidak berfungsi sehingga terjadi
gangguan dalam sirkulasi umum yang menyebabkan nadi meningkat,
tekanan darah menurun, sampai jatuh kedalam ke keadaan syok.

Hilangnya darah dari peredaran darah umum yang mengakibatkan penderita


tampak anemia, ekstrimitas dingin, berkeringan dingin, kesadaran menurun
dan pada abdomen terdapat tumpukan darah. Setelah kehamilannya mati,
desidua dalam cavum uteri dikeluarkan dalam bentuk desidua seperti
seluruhnya dikeluarkan bersama dalam bentuk perdarahan hitam seperti
menstruasi (Anik Maryunani, 2009)

2.4 Patofisiologi
Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampulla tuba
(lokasi tersering), isthmus, fimbriae, pars interstitialis, kornu uteri, ovarium,
rongga abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat
berimplantasi tepat pada sel kolumnar tuba maupun secara interkolumnar.
Pada keadaan yang pertama, zigot melekat pada ujung atau sisi jonjot
endosalping yang relatif sedikit mendapat suplai darah, sehingga zigot mati
dan kemudian diresorbsi.

Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel di antara dua jonjot. Zigot


yang telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang
menyerupai desidua, yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan
mudah menembus endosalping dan mencapai lapisan miosalping dengan
merusak integritas pembuluh darah di tempat tersebut.

Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang, dan perkembangannya tersebut


dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat
implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.

Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopik pun mengalami


hipertrofi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-
tanda kehamilan seperti tanda Hegar dan Chadwick pun ditemukan.
Endometrium pun berubah menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-
sel epitel endometrium menjadi hipertrofik, hiperkromatik, intinya menjadi
lobular dan sitoplasmanya bervakuol. Perubahan selular demikian disebut
sebagai reaksi Arias-Stella.Karena tempat implantasi pada kehamilan
ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan
ektopik tersebut akan terkompromi.

Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik


adalah:
2.4.1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
2.4.2. Abortus ke dalam lumen tuba
2.4.3. Ruptur dinding tuba.
(Anik Maryunani, 2009)
2.5 Pathway

Faktor predisposisi Proses pembuahan


kehamilan ektopik

a. Faktor tuba Terjadi keterlambatan


b. Faktor uterus menstruasi haid

c. Faktor ovum
Hasil konsepsi mati dini
d. Faktor hormonal Proses pembuahan dan direabsorbsi

Abortus kedalam lumen Rupture dinding tuba Spontan


tuba

Trauma ringan koetus


Terjadi perdarahan
dan pemeriksaan
karena pembukaan
vaginal Ansietas
pembuluh darah oleh
vili kurialis
Terjadi perdarahan Operasi

Pelepasan mudqoh

Pelepasan tidak Risiko syok


sempurna (hipovolemi)

Resiko Perdarahan terus Tuba membesar dan Mengalir kerongga


Perdarahan berlangsung kebiruan perut melalui ostium
(hepatosalping) tuba

Kekurangan volume
cairan Nyeri Akut Darah berkumpul
dikavum doglas
Risiko infeksi membentuk hematokel
retrouterina
2.6 Komplikasi
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan
diagnosis, diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan
penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya
ruptur tuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat
menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan kematian.

Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan,


infeksi,kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh
darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.

2.7 Prognosis
Sepertiga dari wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik, untuk
selanjutnya dapat hamil lagi. Kehamilan ektopik bisa terjadi kembali pada
sepertiga wanita dan beberapa wanita tidak hamil lagi. Kemungkinan wanita
dapat berhasil hamil, tergantung dari: faktor usia, apakah sudah memiliki
anak dan mengapa kehamilan ektopik pertama terjadi. Sedangkan tingkat
kematian akibat kehamilan ektopik telah terjadi penurunan dalam 30 tahun
terakhir menjadi kurang dari 0,1%.

2.8 Penanganan medis


Penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah laparotomi. Dalam
tindakan demikian, beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan,
yaitu sebagai berikut.
a. Kondisi ibu pada saat itu.
b. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
c. Lokasi kehamilan ektropik.
d. Kondisi anatomis organ pelvis.
e. Kemampuan teknik bedah mikro dokter.
f. Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.
g. Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu di lakukan
salpingektomi pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan
konservatif. Apakah kondisi ibu buruk, misalnya dalam keadaan syok,
lebih baik di lakukan salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektropik di
pars ampularis tuba yang belum pecah biasanya di tangani dengan
menggunakan kemoterapi untung menghindari tindakan pembedahan.

Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan
pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran
kehamilan dapat dilakukan melalui:
a. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat
yang digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker).
b. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu,
operasi adalah tindakan yang lebih aman dan memiliki angka
keberhasilan lebih besar daripada obat-obatan. Apabila memungkinkan,
akan dilakukan operasi laparoskopi.

Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah


pembedahan :
a. Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-
ovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan
pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan
kemudian luka insisi dijahit kembali.
b. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan
insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
c. Operasi Laparoskopik : Salfingostomi
d. Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta
kadar β-hCG rendah maka dapat diberikan injeksi methrotexatekedalam
kantung gestasi dengan harapan bahwa trofoblas dan janin dapat
diabsorbsi atau diberikan injeksi methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler.
Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:
 Ukuran kantung kehamilan
 Keadaan umum baik (“hemodynamically stabil”)
 Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik

3. Rencana Asuhan Persalinan Normal


3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Nama : memudahkan untuk memanggil klien.
Umur : mengetahui terlalu penyebab terjadinya KET
Pendidikan : mengetahui pendidikan ibu untuk pemberian konseling.
Agama : menentukan cara pemberian asuhan sesuai keyakinan.
Suku/bangsa: mengetahui adat istiadat klien.
Pekerjaan : mengatahui aktivitas klien.
Alamat : mempermudah menghubungi klien.

3.1.2 Riwayat penyakit sekarang


Data-data yang diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita pada saat ini dikaji untuk mengetahui penyakit
yang di derita oleh ibu saat ini.

3.1.3 Riwayat penyakit dahulu


Mengetahui penyakit yang pernah dialami ibu.

3.1.4 Riwayat penyakit keluarga


Dikaji untuk mengetahui penyakit yang diderita oleh keluarga. Data
yang diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit
keluarga atau penyakit akut, kronis seperti jantung, DM, hipertensi,
dan asma.

3.1.5 Pemeriksaaan fisik


3.1.5.1 Kepala
inspeksi: untuk mengetahui keadaan rambut, warna rambut
3.1.5.2 Wajah
inspeksi: untuk mengetahui adanya odema atau tidak, muka
terlihat pucat atau tidak (biasanya pucat)
3.1.5.3 Mata
inspeksi: mengetahui warna konjungtiva merah muda atau
pucat (biasanya pucat) dan sklera berwarna putih atau kuning
3.1.5.4 Hidung
inspeksi: untuk mengetahui adanya kelainan, adanya benjolan
dan sekret.
3.1.5.5 Telinga
inspeksi: mengetahui adanya serumen atau tidak.
3.1.5.6 Mulut, gigi dan gusi
inspeksi : mengetahui adanya stomatitis atau tidak,adanya
karies atau tidak.
3.1.5.7 Leher
 inspeksi: mengetahui adanya pembesaran kelenjar tiroid
dan pembengkakan vena jugularis.
 Palpasi: mengetahui adanya pembesaran kelenjar tiroid
dan pembengkakan vena jugularis.
3.1.5.8 Dada
 inspeksi: mengetahui ada atau tidak retaraksi dada
 auskultasi: mengatahu ada atau tidaknay wheezing atau
ronchi
3.1.5.9 Payudara
 inspeksi : mengetahui adanya pembesaran atau tidak,
kesimetrisan letak payudara, adanya hiperpigmentasi
pada areola.
 palpasi : mengetahu ada atau tidak benjolan pada
payudara, ada atau tidak nyeri tekan, ASI sudah keluar
atau belum
3.1.5.10 Abdomen
 inspeksi: ada atau tidak linea, terlihat luka bekas operasi
atau tidak
 palpasi : terdapat tanda-tanda rangsangan peritoneal
(nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas, defense musculaire)
hal ini disebabkan karena darah masuk ke dalam rongga
abdomen akan merangsang peritoneum, tanda cairan
bebas dalam abdomen.
 Auskultasi : perut kembung
3.1.5.11 Genetalia
 Inspeksi: mengetahui adanya
 Palpasi : nyeri goyang pada pemeriksaan serviks, serviks
terlalu lunak dan nyeri tekan, korpus uteri normal atau
sedikit membesar kadang sulit diketahui karena nyeri
abdomen yang hebat.
3.1.5.12 Anus
inspeksi: mengetahui adanya haemorrhoid
3.1.5.13 Ekstremitas
 inspeksi :, adanya varises atau tidak dan mengetahui
 Palpasi : mengetahui adanya odema atau tidak, biasanyan
ekstrimitas dingin
 Perkusi : reflek patela kanan dan kiri.

3.1.6 Pemeriksaan penunjang


Untuk mengetahui pemeriksaan yang tidak dapat dilakukakn dengan
pemeriksaan fisik.
3.1.6.1 Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+).
Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah
merah dapat meningkat.
3.1.6.2 USG :
 Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
 Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
 Adanya massa komplek di rongga panggul
3.1.6.3 Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui
apakah dalam kavum Douglas ada darah.
3.1.6.4 Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
3.1.6.5 Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan
kantong gestasi di luar uterus

3.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 : nyeri akut
3.2.1 Definisi
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International
Association For The Study Of Pain): awitan yang tiba-tiba atau lambat
dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.
3.2.2 Batasan karakteristik
 Perubahan selera makan
 Perubahan tekanan darah
 Perubahan frekuensi jantung
 Perubahan frekuensi pernafasan
 Mengekspresikan prilaku mis: gelisah, merengek, menangis
 Melaporkan nyeri secara verbal
 Gangguan tidur

3.2.3 Faktor yang berhubungan


Agen cedera biologis

Diagnosa 2 : Resiko Perdarahan


3.2.4 Definisi
Penurunan cairan intravaskuler, interstitial, dan atau intraselular. Ini
mengacu pada kehilangan darah lebih dari 500 cc.

3.2.5 Batasan karakteristik


 Prubahan status mental
 Panurunan tekanan darah
 Penurunan tekanan nadi
 Penurunan volume nadi
 Penurunan turgor kulit
 Penurunan turgor lidah
 Penurunan haluaran urine
 Penrunan pengisian vena
 Mulut kering
 Peningkatan hematokrit
 Peningkatan suhu tubuh
 Peningkatan frekuensi nadi
 Penurunan berat badan
3.2.6 Faktor yang berhubungan
 Kehilangan cairan aktif
 Kegagalan mekanisme ragulasi
Diagnosa 3 : Resiko Infeksi
3.2.7 Definisi
Terpajan suatu mikroorganisme ditandai dengan adanya proses
inflamasi.
3.2.8 Batasan Karakteristik
 Tindakan invasive
 Peningkatan leukosit
 Tanda inflamasi
3.2.9 Faktor yang berhubungan
-
3.3 Perencanaan
Diagnosa 1: nyeri akut
3.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil
NOC :
 Pain level
 Pain control
 Comfort level

Kriteria hasil :
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

3.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC


a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Gunakan tekhnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
d. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
e. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
f. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
g. Ajarkan tentang tekhnik nonfarmakologi
h. Kolaborasi pemberian analgetik

Diagnosa 2: Resiko Perdarahan


3.3.3 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria):
NOC :
 Fluid balance
 Hydration
 Nutritional status
 Fluid intake

3.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC


Fluid management:
a. Timbang popok atau pembalut jika diperlukan
b. Pertahankan catatan intakr dan output yang akurat
c. Monitor status hidrasi
d. Monitor vital sign
e. Monitor intake dan output
f. Kolaborasi pemberian cairan IV
g. Monitor status nutrisi
h. Dorong masukan oral
i. Kolaborasi dengan dokter
j. Atur kemungkinan transfusi
Diagnosa 3 :
3.3.5 Tujuan dan Kriteria Hasil
Tidak terjadi masalah infeksi pada bagian yang dilakukan tindakan
infasive, proses penyembuhan luka normal.
3.3.6 Intervensi
3.3.6.1 Jaga hygine klien
3.3.6.2 Rawat luka
3.3.6.3 Cuci tangan
3.3.6.4 Lakukan teknik aseptic
III. Daftar Pustaka

Anik, M. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan. Jakarta : CV.


Trans Info Media

NANDA International. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan


Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. (2009). Ilmu Bedah. Jakarta : PT. Bina Ustaka


Sarwono Prawirohardjo

Pudiastuti, Ratna Dewi. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Hamil Normal Dan
Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika

Sarwono, Wiknjosastro Hanifa. (2001). Pengantar Ilmu Kandungan. Edisi 1.


Jakarta: Yayasan Pustaka.

Sofian, Amru. (2001). Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri operatif


Obstetri Sosial. Edisi 3 Jilid 1 dan 2. Jakarta: EGC.

Tambayong, J. (2000). Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC


Pelaihari, Mei 2017
Preseptor Lapangan, Preseptor Laporan

(...............................................................) (...........................................................)

Preseptor Akademik

(.................................................................)

Anda mungkin juga menyukai