IA selalu menjaga malam, agar malam tetap menjadi malam seperti yang
paling dimungkinkan oleh malam. Ia menjaga malam, agar bulan tetap
menjadi rembulan seperti yang dipandang manusia dari bumi setiap
malam. Ia menjaga malam, agar tikus tetap menjadi tikus yang keluar
dari got, merayap di tengah pasar, mencari makanan dalam kegelapan.
Itulah tugas sang penjaga malam, betul-betul menjaga malam yang kelam
agar tetap menghitam, sehingga bayang-bayang bisa berkeliaran tanpa
pernah kelihatan, mengendap-endap tanpa suara dalam penyamaran.
Malam memang selalau samar dan ia harus tetap menjaganya agar tetap
samar-samar. Segala seuatu serba samar-samar di malam hari, seperti
kita melihat pencuri, tapi tidak pernah tahu bahwa bagaimana ia
mencuri. Adalah menjadi tugasnya agar sepanjang malam yang kelam para
pencuri tetap bisa bergerak bebas dalam kegelapan, berkelebat
menghindari cahaya bulan, menyelinap ke balik pohon-pohon hitam,
merayap di tembok seperti cecak, membongkar jendela, dan memasuki
ruangan. Malam tanpa pencurian bukanlah malam. Malam tanpa
pengkhianatan bukanlah malam. Tugasnya adalah menjaga agar malam
tetap menjadi kegelapan yang menguji kesetiaan.
Akan diusapnya tiang listrik itu, dan mipukulnya tiang listrik itu
dengan batu, sampai dua belas kali.
Sejam telah berlalu. Tiba saatnya penjaga malam itu harus memukul
tiang listrik sebanyak satu kali saja. Ia keluar dari gardunya,
melangkah ke tiang listrik terdekat. Namun seorang lelaki yang tidak
dikenalnya berdiri di dekat tiang listrik itu.
Kemudian, seorang perempuan yang tidak bisa tidur karena patah hati,
mendengar tiang listrik dipukul batu sebanyak satu kali. Suaranya
bergema di tengah malam yang sunyi. Tepat pada waktunya.***
Pondok Aren, Jumat 15 November 2002