Anda di halaman 1dari 32

Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di

Bumi,tetapi tidak di planet lain.Air menutupi hampir 71% permukaan Bumi. Terdapat 1,4 triliun
kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di Bumi.Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan
pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir
sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-
obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran
air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih
penting bagi kehidupan manusia.

Untuk mendapatkan air tawar dari air laut bisa dilakukan dengan cara osmosis terbalik, suatu
proses penyaringan air laut dengan menggunakan tekanan dialirkan melalui suatu membran
saring. Sistem ini disebut SWRO (Seawater Reverse Osmosis) dan banyak digunakan pada kapal
laut atau instalasi air bersih di pantai dengan bahan baku air laut.

Di banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Selain di Bumi, sejumlah besar air
juga diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars, serta pada bulan-bulan
Europa dan Enceladus. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air
merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan Bumi dalam ketiga
wujudnya tersebut.[6] Pengelolaan sumber daya air yang kurang baik dapat menyebakan
kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut konflik.[7] Indonesia telah
memiliki undang-undang yang mengatur sumber daya air sejak tahun 2004, yakni Undang
Undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

Daftar isi
 1 Sifat-sifat kimia dan fisika
o 1.1 Elektrolisis air
o 1.2 Kelarutan (solvasi)
o 1.3 Kohesi dan adhesi
 1.3.1 Tegangan permukaan
 2 Air dalam kehidupan
o 2.1 Makhluk air
 3 Air dan manusia
o 3.1 Air minum
o 3.2 Pelarut
o 3.3 Zona biologis
 4 Air dalam kesenian
o 4.1 Seni lukis
o 4.2 Fotografi
o 4.3 Seni tetesan air
 5 Referensi
o 5.1 Artikel Referensi
o 5.2 Referensi umum
o 5.3 Air sebagai sumber daya alam alami
o 5.4 Bacaan lebih lanjut
 6 Lihat pula
Sifat-sifat kimia dan fisika
Air

Informasi dan sifat-sifat


Nama sistematis Air
aqua, dihidrogen monoksida,
Nama alternatif
Hidrogen hidroksida
Rumus molekul H2O
Massa molar 18.0153 g/mol
0.998 g/cm³ (cariran pada 20 °C)
Densitas dan fase
0.92 g/cm³ (padatan)
Titik lebur 0 °C (273.15 K) (32 °F)
Titik didih 100 °C (373.15 K) (212 °F)
Kalor jenis 4184 J/(kg·K) (cairan pada 20 °C)
Halaman data tambahan
Disclaimer and references
Artikel utama: Air (molekul)

Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas dua atom
hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak
berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur
273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki
kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam,
beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik.

Keadaan air yang berbentuk cair merupakan suatu keadaan yang tidak umum dalam kondisi
normal, terlebih lagi dengan memperhatikan hubungan antara hidrida-hidrida lain yang mirip
dalam kolom oksigen pada tabel periodik, yang mengisyaratkan bahwa air seharusnya berbentuk
gas, sebagaimana hidrogen sulfida. Dengan memperhatikan tabel periodik, terlihat bahwa unsur-
unsur yang mengelilingi oksigen adalah nitrogen, flor, dan fosfor, sulfur dan klor. Semua
elemen-elemen ini apabila berikatan dengan hidrogen akan menghasilkan gas pada temperatur
dan tekanan normal. Alasan mengapa hidrogen berikatan dengan oksigen membentuk fase
berkeadaan cair, adalah karena oksigen lebih bersifat elektronegatif ketimbang elemen-elemen
lain tersebut (kecuali flor).
Tarikan atom oksigen pada elektron-elektron ikatan jauh lebih kuat dari pada yang dilakukan
oleh atom hidrogen, meninggalkan jumlah muatan positif pada kedua atom hidrogen, dan jumlah
muatan negatif pada atom oksigen. Adanya muatan pada tiap-tiap atom tersebut membuat
molekul air memiliki sejumlah momen dipol. Gaya tarik-menarik listrik antar molekul-molekul
air akibat adanya dipol ini membuat masing-masing molekul saling berdekatan, membuatnya
sulit untuk dipisahkan dan yang pada akhirnya menaikkan titik didih air. Gaya tarik-menarik ini
disebut sebagai ikatan hidrogen.

Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air berada
dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur
standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang
berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-).

Tingginya konsentrasi kapur terlarut membuat warna air dari Air Terjun Havasu terlihat
berwarna turquoise.

Berikut adalah tetapan fisik air pada temperatur tertentu [8]:

0o 20o 50o 100o


Massa jenis (g/cm3) 0.99987 0.99823 0.9981 0.9584
Panas jenis (kal/g• C)
o
1.0074 0.9988 0.9985 1.0069
Kalor uap (kal/g) 597.3 586.0 569.0 539.0
−3
Konduktivitas termal (kal/cm•s• C) 1.39 × 10
o
1.40 × 10 1.52 × 10 1.63 × 10−3
−3 −3

Tegangan permukaan (dyne/cm) 75.64 72.75 67.91 58.80


Laju viskositas (g/cm•s) 178.34 × 10 100.9 × 10 54.9 × 10 28.4 × 10−4
−4 −4 −4

Tetapan dielektrik 87.825 80.8 69.725 55.355


Elektrolisis air

Artikel utama: Elektrolisis air

Molekul air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya dengan mengalirinya arus listrik.
Proses ini disebut elektrolisis air. Pada katode, dua molekul air bereaksi dengan menangkap dua
elektron, tereduksi menjadi gas H2 dan ion hidroksida (OH-). Sementara itu pada anode, dua
molekul air lain terurai menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan
elektron ke katode. Ion H+ dan OH- mengalami netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa
molekul air. Reaksi keseluruhan yang setara dari elektrolisis air dapat dituliskan sebagai berikut.

Gas hidrogen dan oksigen yang dihasilkan dari reaksi ini membentuk gelembung pada elektrode
dan dapat dikumpulkan. Prinsip ini kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan hidrogen dan
hidrogen peroksida (H2O2) yang dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan
hidrogen.[9][10][11]

Kelarutan (solvasi)

Air adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia. Zat-zat yang bercampur dan
larut dengan baik dalam air (misalnya garam-garam) disebut sebagai zat-zat "hidrofilik"
(pencinta air), dan zat-zat yang tidak mudah tercampur dengan air (misalnya lemak dan minyak),
disebut sebagai zat-zat "hidrofobik" (takut-air). Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh
dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul
dipol-dipol) antara molekul-molekul air. Jika suatu zat tidak mampu menandingi gaya tarik-
menarik antar molekul air, molekul-molekul zat tersebut tidak larut dan akan mengendap dalam
air.

Butir-butir embun menempel pada jaring laba-laba.

Kohesi dan adhesi

Air menempel pada sesamanya (kohesi) karena air bersifat polar. Air memiliki sejumlah muatan
parsial negatif (σ-) dekat atom oksigen akibat pasangan elektron yang (hampir) tidak digunakan
bersama, dan sejumlah muatan parsial positif (σ+) dekat atom hidrogen. Dalam air hal ini terjadi
karena atom oksigen bersifat lebih elektronegatif dibandingkan atom hidrogen—yang berarti, ia
(atom oksigen) memiliki lebih "kekuatan tarik" pada elektron-elektron yang dimiliki bersama
dalam molekul, menarik elektron-elektron lebih dekat ke arahnya (juga berarti menarik muatan
negatif elektron-elektron tersebut) dan membuat daerah di sekitar atom oksigen bermuatan lebih
negatif ketimbang daerah-daerah di sekitar kedua atom hidrogen.

Air memiliki pula sifat adhesi yang tinggi disebabkan oleh sifat alami ke-polar-annya.

Tegangan permukaan

Bunga daisy ini berada di bawah permukaan air, akan tetapi dapat mekar dengan tanpa
terganggu. Tegangan permukaan mencegah air untuk menenggelamkan bunga tersebut.

Air memiliki tegangan permukaan yang besar yang disebabkan oleh kuatnya sifat kohesi antar
molekul-molekul air. Hal ini dapat diamati saat sejumlah kecil air ditempatkan dalam sebuah
permukaan yang tak dapat terbasahi atau terlarutkan (non-soluble); air tersebut akan berkumpul
sebagai sebuah tetesan. Di atas sebuah permukaan gelas yang amat bersih atau bepermukaan
amat halus air dapat membentuk suatu lapisan tipis (thin film) karena gaya tarik molekular antara
gelas dan molekul air (gaya adhesi) lebih kuat ketimbang gaya kohesi antar molekul air.

Dalam sel-sel biologi dan organel-organel, air bersentuhan dengan membran dan permukaan
protein yang bersifat hidrofilik; yaitu, permukaan-permukaan yang memiliki ketertarikan kuat
terhadap air. Irvin Langmuir mengamati suatu gaya tolak yang kuat antar permukaan-permukaan
hidrofilik. Untuk melakukan dehidrasi suatu permukaan hidrofilik — dalam arti melepaskan
lapisan yang terikat dengan kuat dari hidrasi air — perlu dilakukan kerja sungguh-sungguh
melawan gaya-gaya ini, yang disebut gaya-gaya hidrasi. Gaya-gaya tersebut amat besar nilainya
akan tetapi meluruh dengan cepat dalam rentang nanometer atau lebih kecil. Pentingnya gaya-
gaya ini dalam biologi telah dipelajari secara ekstensif oleh V. Adrian Parsegian dari National
Institute of Health.[12] Gaya-gaya ini penting terutama saat sel-sel terdehidrasi saat bersentuhan
langsung dengan ruang luar yang kering atau pendinginan di luar sel (extracellular freezing).

Air dalam kehidupan


Kehidupan di dalam laut.

Dari sudut pandang biologi, air memiliki sifat-sifat yang penting untuk adanya kehidupan. Air
dapat memunculkan reaksi yang dapat membuat senyawa organik melakukan replikasi. Semua
makhluk hidup yang diketahui memiliki ketergantungan terhadap air. Air merupakan zat pelarut
yang penting untuk makhluk hidup dan adalah bagian penting dalam proses metabolisme. Air
juga dibutuhkan dalam fotosintesis dan respirasi. Fotosintesis menggunakan cahaya matahari
untuk memisahkan atom hidroden dengan oksigen. Hidrogen akan digunakan untuk membentuk
glukosa dan oksigen akan dilepas ke udara.

Makhluk air

Artikel utama: Hidrobiologi

Perairan Bumi dipenuhi dengan berbagai macam kehidupan. Semua makhluk hidup pertama di
Bumi ini berasal dari perairan. Hampir semua ikan hidup di dalam air, selain itu, mamalia seperi
lumba-lumba dan ikan paus juga hidup di dalam air. Hewan-hewan seperti amfibi menghabiskan
sebagian hidupnya di dalam air. Bahkan, beberapa reptil seperti ular dan buaya hidup di perairan
dangkal dan lautan. Tumbuhan laut seperti alga dan rumput laut menjadi sumber makanan
ekosistem perairan. Di samudera, plankton menjadi sumber makanan utama para ikan.

Air dan manusia


Peradaban manusia berjaya mengikuti sumber air. Mesopotamia yang disebut sebagai awal
peradaban berada di antara sungai Tigris dan Euphrates. Peradaban Mesir Kuno bergantung pada
sungai Nil. Pusat-pusat manusia yang besar seperti Rotterdam, London, Montreal, Paris, New
York City, Shanghai, Tokyo, Chicago, dan Hong Kong mendapatkan kejayaannya sebagian
dikarenakan adanya kemudahan akses melalui perairan.

Air minum
Air yang diminum dari botol.
Artikel utama: Air minum

Tubuh manusia terdiri dari 55% sampai 78% air, tergantung dari ukuran badan.[13] Agar dapat
berfungsi dengan baik, tubuh manusia membutuhkan antara satu sampai tujuh liter air setiap hari
untuk menghindari dehidrasi; jumlah pastinya bergantung pada tingkat aktivitas, suhu,
kelembaban, dan beberapa faktor lainnya. Selain dari air minum, manusia mendapatkan cairan
dari makanan dan minuman lain selain air. Sebagian besar orang percaya bahwa manusia
membutuhkan 8–10 gelas (sekitar dua liter) per hari,[14] namun hasil penelitian yang diterbitkan
Universitas Pennsylvania pada tahun 2008 menunjukkan bahwa konsumsi sejumlah 8 gelas
tersebut tidak terbukti banyak membantu dalam menyehatkan tubuh.[15] Malah kadang-kadang
untuk beberapa orang, jika meminum air lebih banyak atau berlebihan dari yang dianjurkan dapat
menyebabkan ketergantungan. Literatur medis lainnya menyarankan konsumsi satu liter air per
hari, dengan tambahan bila berolahraga atau pada cuaca yang panas.[16] Minum air putih memang
menyehatkan, tetapi kalau berlebihan dapat menyebabkan hiponatremia yaitu ketika natrium
dalam darah menjadi terlalu encer.[17]

Pelarut

Pelarut digunakan sehari-hari untuk mencuci, contohnya mencuci tubuh manusia, pakaian, lantai,
mobil, makanan, dan hewan. Selain itu, limbah rumah tangga juga dibawa oleh air melalui
saluran pembuangan. Pada negara-negara industri, sebagian besar air terpakai sebagai pelarut.

Air dapat memfasilitasi proses biologi yang melarutkan limbah. Mikroorganisme yang ada di
dalam air dapat membantu memecah limbah menjadi zat-zat dengan tingkat polusi yang lebih
rendah.

Zona biologis

Air merupakan cairan singular, oleh karena kapasitasnya untuk membentuk jaringan molekul 3
dimensi dengan ikatan hidrogen yang mutual. Hal ini disebabkan karena setiap molekul air
mempunyai 4 muatan fraksional dengan arah tetrahedron, 2 muatan positif dari kedua atom
hidrogen dan dua muatan negatif dari atom oksigen.[18] Akibatnya, setiap molekul air dapat
membentuk 4 ikatan hidrogen dengan molekul disekitarnya. Sebagai contoh, sebuah atom
hidrogen yang terletak di antara dua atom oksigen, akan membentuk satu ikatan kovalen dengan
satu atom oksigen dan satu ikatan hidrogen dengan atom oksigen lainnya, seperti yang terjadi
pada es. Perubahan densitas molekul air akan berpengaruh pada kemampuannya untuk
melarutkan partikel. Oleh karena sifat muatan fraksional molekul, pada umumnya, air merupakan
zat pelarut yang baik untuk partikel bermuatan atau ion, namun tidak bagi senyawa hidrokarbon.

Konsep tentang sel sebagai larutan yang terbalut membran, pertama kali dipelajari oleh ilmuwan
Rusia bernama Troschin pada tahun 1956. Pada monografnya, Problems of Cell Permeability,
tesis Troschin mengatakan bahwa partisi larutan yang terjadi antara lingkungan intraselular dan
ekstraselular tidak hanya ditentukan oleh permeabilitas membran, namun terjadi akumulasi
larutan tertentu di dalam protoplasma, sehingga membentuk larutan gel yang berbeda dengan air
murni.

Pada tahun 1962, Ling melalui monografnya, A physical theory of the living state, mengutarakan
bahwa air yang terkandung di dalam sel mengalami polarisasi menjadi lapisan-lapisan yang
menyelimuti permukaan protein dan merupakan pelarut yang buruk bagi ion. Ion K+ diserap oleh
sel normal, sebab gugus karboksil dari protein cenderung untuk menarik K+ daripada ion Na+.
Teori ini, dikenal sebagai hipotesis induksi-asosiasi juga mengutarakan tidak adanya pompa
kation, ATPase, yang terikat pada membran sel, dan distribusi semua larutan ditentukan oleh
kombinasi dari gaya tarik menarik antara masing-masing protein dengan modifikasi sifat larutan
air dalam sel. Hasil dari pengukuran NMR memang menunjukkan penurunan mobilitas air di
dalam sel namun dengan cepat terdifusi dengan molekul air normal. Hal ini kemudian dikenal
sebagai model two-fraction, fast-exchange.

Keberadaan pompa kation yang digerakkan oleh ATP pada membran sel, terus menjadi bahan
perdebatan, sejalan dengan perdebatan tentang karakteristik cairan di dalam sitoplasma dan air
normal pada umumnya. Argumentasi terkuat yang menentang teori mengenai jenis air yang
khusus di dalam sel, berasal dari kalangan ahli kimiawan fisis. Mereka berpendapat bahwa air di
dalam sel tidak mungkin berbeda dengan air normal, sehingga perubahan struktur dan karakter
air intraselular juga akan dialami dengan air ekstraselular. Pendapat ini didasarkan pada
pemikiran bahwa, meskipun jika pompa kation benar ada terikat pada membran sel, pompa
tersebut hanya menciptakan kesetimbangan osmotik selular yang memisahkan satu larutan dari
larutan lain, namun tidak bagi air. Air dikatakan memiliki kesetimbangan sendiri yang tidak
dapat dibatasi oleh membran sel.

Para ahli lain yang berpendapat bahwa air di dalam sel sangat berbeda dengan air pada
umumnya. Air yang menjadi tidak bebas bergerak oleh karena pengaruh permukaan ionik,
disebut sebagai air berikat (bahasa Inggris: bound water), sedangkan air di luar jangkauan
pengaruh ion tersebut disebut air bebas (bahasa Inggris: bulk water).

Air berikat dapat segera melarutkan ion, oleh karena tiap jenis ion akan segera tertarik oleh
masing-masing muatan fraksional molekul air, sehingga kation dan anion dapat berada
berdekatan tanpa harus membentuk garam. Ion lebih mudah terhidrasi oleh air yang reaktif,
padat dengan ikatan lemah, daripada air inert tidak padat dengan daya ikat kuat. Hal ini
menciptakan zona air, sebagai contoh, kation kecil yang sangat terhidrasi akan cenderung
terakumulasi pada fase air yang lebih padat, sedangkan kation yang lebih besar akan cenderung
terakumulasi pada fase air yang lebih renggang, dan menciptakan partisi ion seperti serial
Hofmeister sebagai berikut:
Mg2+ > Ca2+ > H+ >> Na+
NH+ > Cs+ > Rb+ > K+
ATP3- >> ATP2- = ADP2- = HPO42-
I- > Br- > Cl- > H2PO4-

catatan

 densitas air berikat semakin tinggi ke arah kanan.

Interaksi antara molekul air berikat dan gugus ionik diasumsikan terjadi pada rentang jarak yang
pendek, sehingga atom hidrogen terorientasi ke arah anion dan menghambat interaksi antara
populasi air berikat dengan air bebas. Orientasi molekul air berikat semakin terbatas permukaan
molekul polielektrolit bermuatan negatif antara lain DNA, RNA, asam hialorunat, kondroitin
sulfat, dan jenis biopolimer bermuatan lain. Energi elektrostatik antara molekul biopolimer
bermuatan sama yang berdesakan akan menciptakan gaya hidrasi yang mendorong molekul air
bebas keluar dari dalam sitoplasma.

Pada umumnya, konsenstrasi larutan polielektrolit yang cukup tinggi akan membentuk gel.
Misalnya gel agarose atau gel dari asam hialuronat yang mengandung 99,9% air dari total berat
gel. Tertahannya molekul air di dalam struktur kristal gel merupakan salah satu contoh
kecenderungan alami setiap komponen dari suatu sistem untuk bercampur dengan merata.
Molekul air dapat terlepas dari gel sebagai respon dari tekanan udara, peningkatan suhu atau
melalui mekanisme penguapan, namun dengan turunnya rasio kandungan air, daya ikat ionik
yang terjadi antara molekul zat terlarut yang menahan molekul air akan semakin kuat.

Meskipun demikian, pendekatan ionik seperti ini masih belum dapat menjelaskan beberapa
fenomena anomali larutan seperti,

 perbedaan sifat air di dalam sitoplasma oosit hewan katak dengan air di dalam inti sel dan
air normal
 turunnya koefisien difusi air di dalam Artemia cyst dibandingkan dengan koefisien air
yang sama pada gel agarose dan air normal
 lebih rendahnya densitas air pada Artemia cyst dibandingkan air normal pada suhu yang
sama
 anomali trimetilamina oksida pada jaringan otot
 kedua kandungan air normal, dan air dengan koefisien partisi 1,5 yang dimiliki
mitokondria pada suhu 0-4 °C

Fenomena anomali larutan ini dianggap terjadi pada rentang jarak jauh yang berada di luar
domain pendekatan ionik.

Energi pada molekul air menjadi tinggi ketika ikatan hidrogen yang dimiliki menjadi tidak
maksimal, seperti saat molekul air berada dekat dengan permukaan atau gugus hidrokarbon.
Senyawa hidrokarbon kemudian disebut bersifat hidrofobik sebab tidak membentuk ikatan
hidrogen dengan molekul air. Daya ikat hidrogen pada kondisi ini akan menembus beberapa
zona air dan partisi ion, sehingga dikatakan bahwa sebagai karakter air pada rentang jarak jauh.
Pada rentang ini, molekul garam seperti Na2SO4, sodium asetat dan sodium fosfat akan memiliki
kecenderungan untuk terurai menjadi kation Na+ dan anionnya.

Air dalam kesenian

"Ombak Besar Lepas Pantai Kanagawa." oleh Katsushika Hokusai, lukisan yang sering
digunakan sebagai pelukisan sebuah tsunami.
Artikel utama: Air dalam kesenian

Dalam seni air dipelajari dengan cara yang berbeda, ia disajikan sebagai suatu elemen langsung,
tidak langsung ataupun hanya sebagai simbol. Dengan didukung kemajuan teknologi fungsi dan
pemanfaatan air dalam seni mulai berubah, dari tadinya pelengkap ia mulai merambat menjadi
obyek utama. Contoh seni yang terakhir ini, misalnya seni aliran atau tetesan (sculpture liquid
atau droplet art).[19]

Seni lukis

Pada zaman Renaisans dan sesudahnya air direpresentasikan lebih realistis. Banyak artis
menggambarkan air dalam bentuk pergerakan - sebuah aliran air atau sungai, sebuah lautan yang
turbulensi, atau bahkan air terjun - akan tetapi banyak juga dari mereka yang senang dengan
obyek-obyek air yang tenang, diam - danau, sungai yang hampir tak mengalir, dan permukaan
laut yang tak berombak. Dalam setiap kasus ini, air menentukan suasana (mood) keseluruhan
dari karya seni tersebut,[20] seperti misalnya dalam Birth of Venus (1486) karya Botticelli[21] dan
The Water Lilies (1897) karya Monet.[22]
Rivermasterz, memanfaatkan air sebagai elemen dalam foto.

Fotografi

Sejalan dengan kemajuan teknologi dalam seni, air mulai mengambil tempat dalam bidang seni
lain, misalnya dalam fotografi. walaupun ada air tidak memiliki arti khusus di sini dan hanya
berperan sebagai elemen pelengkap, akan tetapi ia dapat digunakan dalam hampir semua cabang
fotografi: mulai dari fasion sampai landsekap. Memotret air sebagai elemen dalam obyek
membutuhkan penanganan khusus, mulai dari filter circular polarizer yang berguna
menghilangkan refleksi, sampai pemanfaatan teknik long exposure, suatu teknik fotografi yang
mengandalkan bukaan rana lambat untuk menciptakan efek lembut (soft) pada permukaan air.[23]

Seni tetesan air

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Seni tetesan air

Keindahan tetesan air yang memecah permukaan air yang berada di bawahnya diabadikan
dengan berbagai sentuhan teknik dan rasa menjadikannya suatu karya seni yang indah, seperti
yang disajikan oleh Martin Waugh dalam karyanya Liquid Sculpture, suatu antologi yang telah
mendunia.[24]

Seni tetesan air tidak berhenti sampai di sini, dengan pemanfaatan teknik pengaturan terhadap
jatuhnya tetesan air yang malar, mereka dapat diubah sedemikian rupa sehingga tetesan-tetesan
tersebut sebagai satu kesatuan berfungsi sebagai suatu penampil (viewer) seperti halnya tampilan
komputer. Dengan mengatur-atur ukuran dan jumlah tetesan yang akan dilewatkan, dapat sebuah
gambar ditampilkan oleh tetesan-tetesan air yang jatuh. Sayangnya gambar ini hanya bersifat
sementara, sampai titik yang dimaksud jatuh mencapai bagian bawah penampil.[25]
Komersialisasi karya jenis ini pun dalam bentuk resolusi yang lebih kasar telah banyak
dilakukan.[26][27]

Karbon tetraklorida, tetraklorometana atau dikenal dengan banyak nama lain (lihat di
bawah), adalah senyawa kimia dengan rumus CCl4. Senyawa ini banyak digunakan dalam
sintesis kimia organik. Dulunya karbon tetraklorida juga digunakan dalam pemadam api dan
refrigerasi, namun sekarang sudah ditinggalkan. Pada keadaan standar (suhu kamar dan tekanan
atmosfer), CCl4 adalah cairan tak berwarna dengan bau yang "manis".
Penamaan
Menurut tatanama IUPAC, senyawa ini dinamai karbon tetraklorida (jika dianggap sebagai
senyawa anorganik) dan tetraklorometana (jika dianggap sebagai senyawa organik). Secara
umum, senyawa ini memiliki banyak nama tidak resmi, seperti karbon tet, benziform, karbon
klorida, metana tetraklorida, perklorometana, benzinoform, Freon 10, Halon 104, tetraform, dan
tetrasol

Produksi
Kebanyakan karbon tetraklorida diproduksi melalui klorinasi karbon disulfida pada suhu 105-
130 °C, dengan persamaan reaksi:

CS2 + 3Cl2 → CCl4 + S2Cl2

CCl4 juga merupakan produk samping dalam produksi diklorometana and kloroform melalui
reaksi:

CH4 + 4Cl2 → CCl4 + 4HCl

Karbon tetraklorida ialah suatu senyawa organik dengan rumus CCl4. Senyawa ini juga dikenal
dalam beberapa nama lain, khususnya, karbon tet dalam industri pembersih, dan sebagai Halon
atau Freon dalam HVAC. Senyawa ini tadinya digunakan secara luas sebagai racun api, sebagai
prekursor untuk refrigeran, zat pendingin, dan sebagai zat pembersih. Karbon tetraklorida adalah
cairan tidak berwarna dengan bau “manis” yang dapat dilacak pada kadar rendah.

Karbon tetraklorida dan tetraklorometana adalah nama-nama yang dapat diterima dalam tata
nama IUPAC.

Nama IUPAC-nya Karbon tetraklorida. Nama lainnya ada 11, yaitu: Tetraklorometana,
Benziform, Benzinoform, Karbon klorida, Karbon tet, Freon 10, Halon 104, Metana tetraklorida,
Perklorometana, Tetraform, dan Tetrasol. Adapun sifat-sifatnya adalah:

 Rumus molekul: CCl4


 Berat molekul: 153,82 gr/mol
 Penampilan: Cairan tidak berwarna, baunya seperti eter
 Densitas: 1,5867 gr/cm3 (cairan); 1,831 gr/cm3 pada -186 oC (padat); 1,809 gr/cm3 pada -
80 oC (padat)
 Titik lebur: -22,92 °C (250 K)
 Titik didih: 76,72 °C (350 K)
 Kelarutan dalam air: 785–800 mg/L pada 25 °C
 Kelarutan dalam pelarut lain: Larut dalam alkohol, eter, kloroform, benzena.
 Log P: 2,64
 Tekanan uap: 94 kPa pada 20 °C
 Indeks refraksi (nD): 1,4601
 Struktur molekul: Monoklin
 Bentuk molekul: Tetrahedral
 Indeks Uni Eropa: 602-008-00-5
 Klasifikasi Uni Eropa: Karsinogenik Cat.3, Toksik (T), Berbahaya bagi lingkungan (N)
 Titik nyala: Tidak menyala
 Suhu menyala sendiri: 982 °C
 LD50: 2350 mg/kg

Sejarah dan Sintesis

Produksi karbon tetraklorida memiliki kemerosotan sejak 1980-an karena kecemasan terhadap
lingkungan dan permintaan untuk CFC berkurang, yang berasal dari karbon tetraklorida. Pada
1992, produksi di Amerika Serikat-Eropa-Jepang diperkirakan pada 720.000 ton.

Karbon tetraklorida aslinya disintesis oleh ahli kimia Perancis Henri Victor Regnault pada 1839
melalui reaksi kloroform dengan klor, tetapi kini terutama diproduksi dari metana:

CH4 + 4 Cl2 → CCl4 + 4 HCl

Produksi ini sering menggunakan hasil-samping dari reaksi klorinasi lain, seperti dari sintesis
diklorometana dan kloroform. Klorokarbon lebih tinggi juga diarahkan pada “klorinolisis:”

C2Cl6 + Cl2 → 2 CCl4

Sebelum tahun 1950-an, karbon tetraklorida diproduksi melalui klorinasi karbon disulfide pada
suhu 105 – 130 °C:

CS2 + 3Cl2 → CCl4 + S2Cl2

Sifat-sifat

Dalam molekul karbon tetraklorida, empat atom klor diposisikan secara simetri karena sudut
dalam konfigurasi tetrahedral bergabung dengan atom karbon pusat dengan ikatan kovalen
tunggal. Disebabkan geometri simetri ini, CCl4 adalah non-polar. Gas metana memiliki struktur
yang sama, membuat karbon tetraklorida suatu halometana. Sebagai pelarut, sesuai untuk
melarutkan senyawa-senyawa non-polar lain, lemak dan minyak. Karbon tetraklorida juga dapat
melarutkan iod. Ia agak volatil, melepaskan uap yang memiliki bau karakteristik dari pelarut-
pelarut berklorinasi lainnya, agak mirip bau tetrakloroetilena yang mengingatkan kita pada toko
pencuci kering. Tetraklorometana padat memiliki dua polimorf: Kristal II di bawah suhu -47,5
°C (225,6 K) dan Kristal I di atas -47.5 °C.

Pada suhu -47,3 °C karbon tetraklorida memiliki struktur Kristal monoklin dengan gugus ruang
C2/c dan konstanta kisi a = 20,3, b = 11,6, c = 19,9 (.10−1 nm), β = 111°. Dengan specific gravity
> 1, maka karbon tetraklorida akan terdapat sebagai fase cair non air yang kental bila kuantitas
cukup tumpah di lingkungan.
Kegunaan

Pada abad ke-20, karbon tetraklorida digunakan secara luas sebagai pelarut pembersih kering,
sebagai refrigerant, dan sebagai lampu lava.

Pada tahun 1910, Pyrene Manufacturing Company of Delaware mengajukan paten untuk karbon
tetraklorida yang digunakan untuk memadamkan api. Cairan menguap dan memadamkan api
dengan menghambat reaksi rantai kimia dari proses pembakaran (itu adalah persangkaan abad
ke-20 awal yang kemampuan pemadaman kebakaran karbon tetraklorida mengandalkan
penghapusan oksigen.) Pada tahun 1911, mereka mematenkan pemadam portabel kecil yang
menggunakan bahan kimia.

Ini terdiri dari botol kuningan dengan pompa tangan terintegrasi yang digunakan untuk untuk
mengusir jet cairan terhadap api. Sebagai wadah itu tanpa tekanan, itu bisa dengan mudah diisi
ulang setelah digunakan. Karbon tetraklorida cocok untuk cairan kebakaran dan listrik dan
pemadam ini sering dipasang untuk kendaraan bermotor.

Salah satu penggunaan khusus dari karbon tetraklorida adalah dengan kolektor perangko untuk
mengungkapkan watermark di bagian belakang perangko tanpa merusak cap. Sejumlah kecil
cairan ditempatkan di bagian belakang duduk cap dalam gelas hitam atau baki obsidian. Surat-
surat atau desain watermark kemudian bisa dideteksi dengan jelas.

Namun, sekali menjadi jelas bahwa paparan karbon tetraklorida memiliki efek samping yang
parah terhadap kesehatan, alternatif yang lebih aman seperti tetrakloroetilena ditemukan untuk
aplikasi ini, dan penggunaannya dalam peran ini menurun dari sekitar 1940 dan seterusnya.
Fakta bahwa suhu tinggi menyebabkan ia bereaksi untuk menghasilkan fosgen membuatnya
sangat berbahaya bila digunakan terhadap kebakaran.

Reaksi ini juga menyebabkan menipisnya oksigen. Karbon tetraklorida bertahan sebagai
pestisida untuk membunuh serangga pada biji yang disimpan, tetapi pada tahun 1970, itu
dilarang dalam produk konsumen di Amerika Serikat.

Sebelum Protokol Montreal, sejumlah besar karbon tetraklorida digunakan untuk produksi Freon
refrigerant R-11 (triklorofluorometana) dan R-12 (diklorodifluorometana). Namun, zat
pendingin ini kini dipercaya memainkan peranan dalam penipisan ozon dan telah dilarang pula.
Karbon tetraklorida masih digunakan untuk produksi refrigerant yang tidak destruktif. Karbon
tetraklorida juga telah digunakan dalam pelacakan neutrino.

Karbon tetraklorida merupakan salah satu dari hepatotoksin yang paling potensial (beracun
terhadap hati), dan luas digunakan dalam riset ilmiah untuk mengevaluasi zat-zat
hepatoprotektif (zat pelindung hati).

Reaktivitas

Karbon tetraklorida secara praktis tidak terbakar pada suhu rendah. Pada suhu tinggi di udara
membentuk racun fosgen.
Karena karbon tetraklorida tidak memiliki ikatan C-H, maka karbon tetraklorida tidak mudah
mengalami reaksi radikal bebas. Karena itu, merupakan pelarut yang berguna untuk halogenasi
baik melalui melalui unsur halogen, atau melalui reagen halogenasi seperti N-bromosuksinimida
(kondisi tersebut dikenal sebagai Brominasi Wohl-Ziegler).

Dalam kimia organic, karbon tetraklorida berfungsi sebagai sumber klor dalam reaksi Appel.

Pelarut

Karbon tetraklorida digunakan sebagai pelarut dalam riset kimia sintetik, tetapi disebabkan
efeknya yang merugikan kesehatan, tidak lagi digunakan secara umum, dan ahli kimia umumnya
mencoba menggantinya dengan pelarut yang lain. Karbon tetra klorida terkadang berguna
sebagai pelarut untuk spektroskopi infra merah, karena tidak ada pita serapan yang signifikan >
1600 cm−1.

Karena karbon tetraklorida tidak memiliki atom hidrogen sama sekali, maka secara historis
digunakan dalam spektroskopi NMR proton. Namun, karbon tetraklorida beracun, dan daya
pelarutannya yang rendah. Kegunaannya sebagian besar telah digantikan oleh pelarut deuterasi.
Penggunaan karbon tetraklorida dalam penentuan minyak telah digantikan oleh berbagai pelarut
lain, seperti tetrakloroetilena.

Dalam penentuan bilangan iodium dalam analisis lemak dan minyak, karbon tetraklorida sebagai
pelarut juga telah digantikan dengan pelarut campuran asam asetat glasial dan sikloheksana,
dengan alasan yang sama.

Keamanan

Pajanan terhadap karbon tetraklorida konsentrasi tinggi (termasuk uapnya) dapat mempengaruhi
system saraf pusat, degenerasi hati dan ginjal dan dapat menimbulkan koma dan bahkan
kematian (setelah pajanan diperpanjang). Pajanan kronis terhadap karbon tetraklorida dapat
menyebabkan kerusakan hati dan ginjal dan dapat menimbulkan kanker. Informasi selengkapnya
dapat dijumpai dalam lembaran data keamanan bahan.

Pada 2008, sebuah penelitian dari produk pembersih umum dijumpai adanya karbon tetraklorida
dalam “konsentrasi sangat tinggi”—mencapai 101 mg/m3 sebagai hasil dari fabrikan mencampur
surfaktan atau sabun dengan natrium hipoklorit (pemutih).

Karbon tetraklorida juga menipiskan ozon dan gas rumah kaca. Namun, sejak 1992 konsentrasi
atmosfer telah menurun atas alasan yang dijelaskan di atas. Dan, yang paling berbahaya… CCl4
memiliki masa hidup sangat lama, 85 tahun di atmosfer.***

Metanol, juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus, adalah senyawa kimia
dengan rumus kimia CH3OH. Ia merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada "keadaan
atmosfer" ia berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar,
dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol). metanol digunakan
sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan additif bagi etanol
industri.

Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri. Hasil proses tersebut
adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah beberapa hari, uap metanol tersebut
akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan sinar matahari menjadi karbon dioksida dan air.

Reaksi kimia metanol yang terbakar di udara dan membentuk karbon dioksida dan air adalah
sebagai berikut:

2 CH3OH + 3 O2 → 2 CO2 + 4 H2O

Api dari metanol biasanya tidak berwarna. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati bila berada
dekat metanol yang terbakar untuk mencegah cedera akibat api yang tak terlihat.

Karena sifatnya yang beracun, metanol sering digunakan sebagai bahan additif bagi pembuatan
alkohol untuk penggunaan industri; Penambahan "racun" ini akan menghindarkan industri dari
pajak yang dapat dikenakan karena etanol merupakan bahan utama untuk minuman keras
(minuman beralkohol). Metanol kadang juga disebut sebagai wood alcohol karena ia dahulu
merupakan produk samping dari distilasi kayu. Saat ini metanol dihasilkan melului proses multi
tahap. Secara singkat, gas alam dan uap air dibakar dalam tungku untuk membentuk gas
hidrogen dan karbon monoksida; kemudian, gas hidrogen dan karbon monoksida ini bereaksi
dalam tekanan tinggi dengan bantuan katalis untuk menghasilkan metanol. Tahap
pembentukannya adalah endotermik dan tahap sintesisnya adalah eksotermik.

Daftar isi
 1 Sejarah
 2 Produksi
 3 Kegunaan
o 3.1 Bahan bakar untuk kendaraan bermotor
o 3.2 Bahan utama untuk bahan lain
 4 Pranala luar

Sejarah
Dalam proses pengawetan mayat, orang Mesir kuno menggunakan berbagai macam campuran,
termasuk di dalamnya metanol, yang mereka peroleh dari pirolisis kayu. Methanol murni,
pertama kali berhasil diisolasi tahun 1661 oleh Robert Boyle, yang menamakannya spirit of box,
karena ia menghasilkannya melalui distilasi kotak kayu. Nama itu kemudian lebih dikenal
sebagai pyroxylic spirit (spiritus). Pada tahun 1834, ahli kimia Perancis Jean-Baptiste Dumas dan
Eugene Peligot menentukan komposisi kimianya. Mereka juga memperkenalkan nama methylene
untuk kimia organik, yang diambil dari bahasa Yunani methy = "anggur") + hŷlē = kayu (bagian
dari pohon). Kata itu semula dimaksudkan untuk menyatakan "alkohol dari (bahan) kayu", tetapi
mereka melakukan kesalahan.
Kata methyl pada tahun 1840 diambil dari methylene, dan kemudian digunakan untuk
mendeskripsikan "metil alkohol". Nama ini kemudian disingkat menjadi "metanol" tahun 1892
oleh International Conference on Chemical Nomenclature. Suffiks [-yl] (indonesia {il}) yang
digunakan dalam kimia organik untuk membentuk nama radikal-radikal, diambil dari kata
"methyl".

Pada tahun 1923, ahli kimia Jerman, Matthias Pier, yang bekerja untuk BASF mengembangkan
cara mengubah gas sintesis (syngas / campuran dari karbon dioksida and hidrogen) menjadi
metanol. Proses ini menggunakan katalis zinc chromate (seng kromat), dan memerlukan kondisi
ekstrem —tekanan sekitar 30–100 MPa (300–1000 atm), dan temperatur sekitar 400 °C.
Produksi metanol modern telah lebih effisien dengan menggunakan katalis tembaga yang mampu
beroperasi pada tekanan relatif lebih rendah.

Penggunaan metanol sebagai bahan bakar mulai mendapat perhatian ketika krisis minyak bumi
terjadi pada tahun 1970-an karena ia mudah tersedia dan murah. Masalah timbul pada
pengembangan awalnya untuk campuran metanol-bensin. Untuk menghasilkan harga yang lebih
murah, beberapa produsen cenderung mencampur metanol lebih banyak. Produsen lainnya
menggunakan teknik pencampuran dan penanganan yang tidak tepat. Akibatnya, hal ini
menurunkan mutu bahan bakar yang dihasilkan. Akan tetapi, metanol masih menarik utuk
digunakan sebagai bahan bakar bersih. Mobil-mobil dengan bahan bakar fleksibel yang
dikeluarkan oleh General Motors, Ford dan Chrysler dapat beroperasi dengan setiap kombinasi
etanol, metanol dan/atau bensin.

Produksi
Saat ini, gas sintesis umumnya dihasilkan dari metana yang merupakan komponen dari gas alam.
Terdapat tiga proses yang dipraktekkan secara komersial.

Pada tekanan sedang 1 hingga 2 MPa (10–20 atm) dan temperatur tinggi (sekitar 850 °C),
metana bereaksi dengan uap air (steam) dengan katalis nikel untuk menghasilkan gas sintesis
menurut reaksi kimia berikut:

CH4 + H2O → CO + 3 H2

Reaksi ini, umumnya dinamakan steam-methane reforming atau SMR, merupakan reaksi
endotermik dan limitasi perpindahan panasnya menjadi batasan dari ukuran reaktor katalitik
yang digunakan.

Metana juga dapat mengalami oksidasi parsial dengan molekul oksigen untuk menghasilkan gas
sintesis melalui reaksi kimia berikut:

2 CH4 + O2 → 2 CO + 4 H2

reaksi ini adalah eksotermik dan panas yang dihasilkan dapat digunakan secara in-situ untuk
menggerakkan reaksi steam-methane reforming. Ketika dua proses tersebut dikombinasikan,
proses ini disebut sebagai autothermal reforming. Rasio CO and H2 dapat diatur dengan
menggunakan reaksi perpindahan air-gas (the water-gas shift reaction):

CO + H2O → CO2 + H2,

untuk menghasilkan stoikiometri yang sesuai dalam sintesis metanol.

Karbon monoksida dan hidrogen kemudian bereaksi dengan katalis kedua untuk menghasilkan
metanol. Saat ini, katalis yang umum digunakan adalah campuran tembaga, seng oksida, dan
alumina, yang pertama kali digunakan oleh ICI pada tahun 1966. Pada 5–10 MPa (50–100 atm)
dan 250 °C, ia dapat mengkatalisis produksi metanol dari karbon monoksida dan hidrogen
dengan selektifitas yang tinggi:

CO + 2 H2 → CH3OH

Sangat perlu diperhatikan bahwa setiap produksi gas sintesis dari metana menghasilkan 3 mol
hidrogen untuk setiap mol karbon monoksida, sedangkan sintesis metanol hanya memerlukan
2 mol hidrogen untuk setiap mol karbon monoksida. Salah satu cara mengatasi kelebihan
hidrogen ini adalah dengan menginjeksikan karbon dioksida ke dalam reaktor sintesis metanol,
dimana ia akan bereaksi membentuk metanol sesuai dengan reaksi kimia berikut:

CO2 + 3 H2 → CH3OH + H2O

Walaupun gas alam merupakan bahan yang paling ekonomis dan umum digunakan untuk
menghasilkan metanol, bahan baku lain juga dapat digunakan. Ketika tidak terdapat gas alam,
produk petroleum ringan juga dapat digunakan. Di Afrika Selatan, sebuah perusahaan (Sasol)
menghasilkan metanol dengan menggunakan gas sintesis dari batu bara.

Kegunaan
Bahan bakar untuk kendaraan bermotor

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bahan bakar metanol

Metanol digunakan secara terbatas dalam mesin pembakaran dalam, dikarenakan metanol tidak
mudah terbakar dibandingkan dengan bensin. Metanol juga digunakan sebagai campuran utama
untuk bahan bakar model radio kontrol, jalur kontrol, dan pesawat model.

Salah satu kelemahan metanol jika digunakan dalam konsentrasi tinggi adalah sifat korosif
terhadap beberapa logam, termasuk aluminium. Metanol, meskipun merupakan asam lemah,
menyerang lapisan oksida yang biasanya melindungi aluminium dari korosi:

6 CH3OH + Al2O3 → 2 Al(OCH3)3 + 3 H2O


Ketika diproduksi dari kayu atau bahan oganik lainnya, metanol organik tersebut merupakan
bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan hidrokarbon. Namun mobil modern pun masih
tidak bisa menggunakan BA100 (100% bioalkohol) sebagai bahan bakar tanpa modifikasi.
Metanol juga digunakan sebagai pelarut dan sebagai antibeku, dan fluida pencuci kaca depan
mobil.

Bahan utama untuk bahan lain

Penggunaan metanol terbanyak adalah sebagai bahan pembuat bahan kimia lainnya. Sekitar 40%
metanol yang ada diubah menjadi formaldehid, dan dari sana akan dihasilkan berbagai macam
produk seperti plastik, plywood, cat, peledak, dan tekstil.

Senyawa kimia lainnya yang merupakan turunan dari metanol adalah dimetil eter, yang telah
menggantikan klorofluorokarbon sebagai bahan campuran pada aerosol, dan asam asetat. Dimetil
eter juga dapat dicampur dengan gas alam terkompresi (LPG) untuk memanaskan masakan, dan
juga bisa digunakan sebagai bahan bakar pengganti diesel.

Dalam beberapa pabrik pengolahan air limbah, sejumlah kecil metanol digunakan ke air limbah
sebagai bahan makanan karbon untuk denitrifikasi bakteri, yang mengubah nitrat menjadi
nitrogen.

bahan bakar direct-metanol unik karena suhunya yang rendah, operasi pada tekanan atmofser,
mengijinkan mereka dibuat kecil. Ditambah lagi dengan penyimpanan dan penanganan yang
mudah dan aman membuat metanol dapat digunakan dalam perlengkapan elektronik.dari
MUMU

Etana adalah sebuah senyawa kimia dengan rumus kimia C2H6. Senyawa ini merupakan alkana
dengan dua karbon, dan merupakan hidrokarbon alifatik. Dalam temperatur dan tekanan standar,
etana merupakan gas yang tak berwarna dan tak berbau. Dalam industri etana dihasilkan dengan
cara diisolasi dari gas alam, dan sebagai hasil samping dari penyulingan minyak.

Kimia
Di laboratorium, etana dibuat dengan proses elektrolisis Kolbe. Dalam teknik ini, suatu garam
asetat dielektrolisis. Pada anodanya, asetat teroksidasi dan menghasilkan karbon dioksida dan
metil radikal, dan radikal metil yang sangat reaktif bergabung untuk menghasilkan etana: −

CH3COO− → CH3• + CO2 + e−


CH3• + •CH3 → C2H6

Metode lain, oksidasi anhidrida asetat oleh peroksida, secara konseptual mirip.

Etana dapat bereaksi dengan halogen s, terutama klorin dan bromin, dengan halogenasi radikal
bebas. Reaksi ini berlangsung melalui penyebaran dari radikal etil:

C2H5• + Cl2 → C2H5Cl + Cl•


Cl• + C2H6 → C2H5• + HCl

Karena etana terhalogenasi dapat menjalani halogenasi radikal bebas lebih lanjut, maka proses
ini menghasilkan campuran beberapa produk terhalogenasi.

Pembakaran

Proses pembakaran sempurna etana menghasilkan 1559,7 kJ / mol, atau 51,9 kJ /g, panas, dan
menghasilkan karbon dioksida dan air sesuai dengan persamaan kimia

2 C2H6 + 7 O2 → 4 CO2 + 6 H2O + 3170 kJ

Pembakaran terjadi dengan serangkaian kompleks reaksi radikal bebas. Simulasi komputer dari
kinetika kimia pembakaran etana telah menyertakan ratusan reaksi yang ada. Sebuah tahap
penting dari reaksi pembakaran etana adalah bergabungnya etil radikal dengan oksigen, dan
pecahnya peroksida menjadi etoksi dan hidroksil radikal.

C2H5• + O2 → C2H5OO•
C2H5OO• + HR → C2H5OOH + •R
C2H5OOH → C2H5O• + •OH

Senyawa karbon yang terbentuk dari proses pembakaran etana tak sempurna adalah karbon
tunggal seperti karbon monoksida dan formaldehida. Salah satu reaksi yang ditempuh untuk
menghasilkan produk karbon tunggal ini adalah dekomposisi radikal etoksi menjadi radikal metil
dan formaldehida, yang kemudian dioksidasi lebih lanjut:

C2H5O• → CH3• + CH2O

Beberapa produk samping dari pembakaran tak sempurna etana diantaranya asetaldehida,
metana, metanol, dan [[etanol]. Pada suhu tinggi (terutama 600–900 °C), maka etilena adalah
produk terbanyak. Reaksinya adalah:

C2H5• + O2 → C2H4 + •OOH

Kegunaan
Kegunaan utamanya adalah sebagai bahan mentah untuk produksi etilena/etena (C2H4) melalui
perengkahan kukus (steam cracking). Etana merupakan bahan yang baik dalam produksi etilena
karena hasil reaksi perengkahan kukus etana memiliki persentase etilena yang cukup banyak,
sedangkan reaksi hidrokarbon lain yang lebih berat menghasilkan produk berupa campuran yang
memiliki sedikit etilena, dan lebih banyak olefina seperti propilena dan butadiena, serta
hidrokarbon aromatik.
Etana adalah gas hidrokarbon yang terbuat dari minyak bumi. Etana adalah yang kedua
(pertama adalah metana) dalam serangkaian senyawa hidrokarbon petrokimia sederhana
dalam keluarga senyawa terkait bernama ‘Alkana’, yang semuanya memiliki fitur yang
hanya berisi ikatan tunggal antara atom karbon. Alkana (juga dikenal sebagai parafin
atau hidrokarbon jenuh) adalah senyawa kimia yang terdiri hanya dari unsur karbon (C)
dan hidrogen (H). Empat Pertama alkana utama adalah metana, etana, propana, dan
butana. Setelah metana, etana merupakan komponen terbesar kedua gas alam. Gas alam
dari ladang gas yang berbeda bervariasi dalam volume konten etana mulai kurang dari
1% hingga lebih dari 6%. Artikel berikut akan menjelaskan:

1. Siapa Yang menemukan Etana?


2. Apa Sifat Etana?
3. Bagaimana Etana dibuat?
4. Apa reaksi radikal bebas Etana?
5. Apa Penggunaan Etana?
6. Apa langkah-langkah keselamatan yang harus diambil saat menangani Etana?

Advertisements
Sebelum tahun 1960-an, etana dan Molekul yang lebih besar biasanya tak lepas dari
komponen metana gas alam, tetapi hanya dibakar bersama dengan metana sebagai bahan
bakar. Hari ini, etana merupakan bahan baku petrokimia penting, dan dipisahkan dari
komponen lain dari gas alam di ladang gas yang paling berkembang dengan baik. Gas
alam, minyak mentah, dan batu bara secara kolektif dikenal sebagai hidrokarbon. Juga
disebut senyawa minyak bumi, hidrokarbon yang terdiri dari unsur-unsur hidrogen dan
karbon, ditambah kotoran.

Siapa Yang menemukan Etana?


Etana pertama kali ditemukan oleh Michael Faraday, seorang ahli kimia Inggris dan
fisikawan pada tahun 1834, oleh elektrolisis (metode menggunakan arus listrik searah
(DC) untuk mendorong reaksi kimia yang dinyatakan non-spontan) dari larutan kalium
asetat. Dia mengira produk hidrokarbon reaksi ini untuk metana, dan tidak menyelidiki
lebih lanjut. Kesalahan ini diperbaiki pada tahun 1864 oleh Carl Schorlemmer, seorang
ahli kimia Jerman yang menunjukkan bahwa produk tersebut sebenarnya Etana. Nama
“etana” berasal dari nama Yunani “Aither”, yang berarti “udara atas.”

Apa Sifat Etana?

 Rumus kimia gas etana adalah C2H6.


 Etana adalah hidrokarbon yang ada di alam sebagai gas yang tidak berbau dan
tidak berwarna pada suhu dan tekanan standar.
 Ini adalah senyawa yang stabil dan menunjukkan ketahanan terhadap reaktivitas.
 Memiliki massa molar 30.07 gram per mol (g / mol).
 Titik leleh etana adalah -181,76 ° C (89,34 ° K) dan titik didih berdiri di -88,6 ° C
(184,5 ° K).
 Etana larut dalam pelarut polar seperti air karena sifat non-polar-nya. Pada
dasarnya, kelarutan etana cukup rendah untuk pembentukan larutan homogen.

Pada suhu kamar, itu juga sangat mudah terbakar. Pembakaran sempurna gas
menghasilkan karbon dioksida dan air bersama dengan rilis 1561 kilo joule per mol (kJ /
mol). Reaksi kimia diberikan sebagai:

2 C2H6 + 7 O2 -> 4 CO2 + H2O + 6 3.170 kJ.

Bagaimana Etana dibuat?

Etana dapat dengan mudah dibuat di laboratorium dengan metode yang disebut ”
elektrolisis Kolbe “. Dalam metode ini, larutan garam asetat (CH3COO-), turunan dari
asam asetat dielektrolisa. Pada anoda, asetat teroksidasi untuk menghasilkan karbon
dioksida dan metil (CH3.) Radikal, dan radikal metil yang sangat reaktif bergabung untuk
menghasilkan etana. Reaksi kimia adalah:

CH3COO- -> CH3 • + CO2 + e-

CH3 • + • CH3 -> C2H6

Dengan ekspansi Turbo: Etana paling efisien dipisahkan dari metana dengan mencairkan
itu pada suhu kriogenik. Berbagai strategi pendingin yang ada: proses yang paling
ekonomis saat ini digunakan secara luas mempekerjakan ekspansi turbo, dan bisa
diperoleh lebih dari 90% dari etana dalam gas alam. Dalam proses ini, gas dingin meluas
melalui turbin; karena memperluas, suhunya turun menjadi sekitar -100 ° C. Turbin
adalah mesin putar yang mengekstrak energi dari aliran fluida dan mengubahnya menjadi
pekerjaan yang berguna. Pada suhu rendah, gas metana dapat dipisahkan dari etana cair
dan hidrokarbon berat dengan distilasi. Distilasi lanjut kemudian memisahkan etana dari
propana dan hidrokarbon berat. Etana juga dapat dipisahkan dari bahan bakar gas,
campuran gas hidrokarbon yang timbul sebagai produk sampingan dari penyulingan
minyak bumi.

Apa itu reaksi radikal bebas Etana?

Kimiawi etana juga terutama melibatkan reaksi radikal bebas. Radikal bebas adalah atom,
molekul, atau ion dengan elektron yang tidak berpasangan pada konfigurasi kulit terbuka
(tidak sepenuhnya diisi dengan elektron). Radikal bebas mungkin memiliki muatan positif,
negatif, atau nol. Reaksi radikal bebas adalah reaksi kimia yang melibatkan radikal bebas.
Etana dapat bereaksi dengan halogen (serangkaian unsur nonlogam dari Golongan 17 dari
tabel periodik), terutama klorin dan bromin, dengan halogenasi radikal bebas. Halogenasi
adalah reaksi kimia yang menggabungkan atom halogen dalam molekul. Reaksi ini
berlangsung melalui penyebaran etil (C2H5.) Radikal dengan membentuk etil klorida dan
radikal klorin. Radikal klorin bereaksi dengan etana pada langkah berikutnya untuk
membentuk asam radikal dan Hydrochloric etil. Dalam industri kimia, reaksi kimia lebih
selektif digunakan untuk produksi setiap halocarbon dua-karbon tertentu. Reaksi adalah
sebagai berikut:

C2H5 • + Cl2 -> C2H5Cl + Cl •

Cl • + C2H6 -> C2H5 • + HCl

Apa Penggunaan Etana?

Produksi Eten: Penggunaan utama dari etana adalah industri kimia dalam produksi etena
(etilena) oleh retak uap. Steam cracking adalah proses petrokimia dengan memecah
hidrokarbon jenuh menjadi hidrokarbon lebih kecil, sering tak jenuh. Ini adalah metode
industri utama untuk memproduksi alkena ringan (ikatan ganda antara atom karbon),
termasuk etena (atau etilena) dan propena (atau propilena). Etana disukai untuk produksi
etena karena retak uap etana cukup selektif untuk etena, sedangkan retak uap
hidrokarbon yang lebih berat menghasilkan campuran produk yang lebih buruk pada
eten.

Etana dapat digunakan sebagai refrigeran dalam sistem pendingin cryogenic. Dalam
penelitian ilmiah, etana cair digunakan untuk berubah menjadi kaca sampel kaya air
untuk mikroskop elektron. Vitrifikasi air didorong oleh pendinginan cepat. Sebuah lapisan
tipis air dengan cepat tenggelam dalam etana cair pada -150 ° C atau lebih dingin,
membeku terlalu cepat menjadi air mengkristal. Pembekuan cepat ini tidak mengganggu
struktur benda-benda lembut yang hadir dalam keadaan cair, karena pembentukan kristal
es dapat dilakukan.

Perusahaan Arab Saudi SABIC telah mengumumkan pembangunan 30.000 tanaman


untuk menghasilkan asam asetat dengan oksidasi etana.
Penggunaan komersial: Ethylene merupakan produk utama komersial, banyak digunakan
untuk mempercepat proses pematangan makanan, pembuatan gas las, dan komponen
utama dalam produksi “Levinstein sulfur mustard”, gas senjata kimia beracun.

Apa langkah-langkah keselamatan yang harus diambil saat menangani Etana?

Pada suhu kamar, etana adalah gas yang mudah terbakar. Ketika dicampur dengan udara
pada volume 3,0% – 12,5%, membentuk campuran eksplosif.

Tindakan pencegahan ekstra diperlukan di mana etana disimpan sebagai cairan kriogenik.
Kontak langsung dengan etana cair dapat menyebabkan radang dingin yang parah.

Etana tidak diketahui karsinogen. Karsinogen adalah zat yang menyebabkan penyakit kanker.
Zat-zat karsinogen menyebabkan kanker dengan mengubah asam deoksiribonukleat (DNA)
dalam sel-sel tubuh, dan hal ini mengganggu proses-proses biologis.

Karsinogenik adalah sifat mengendap dan merusak terutama pada organ paru-paru karena zat-
zat yang terdapat pada rokok. Sehingga paru-paru menjadi berlubang dan menyebabkan kanker.

Pengobatannya yaitu dengan menghentikan konsumsi nikotin dan menggunakan obat tradisional.

Karsinogen kimiawi yang pertama kali diidentifikasi adalah senyawa hidrokarbon aromatik
polisiklik

Dalam ilmu Fisika atau teknik, kriogenik adalah ilmu yang mempelajari materi dengan temperatur
sangat rendah (di bawah –150 °C, –238 °F atau 123 K). Ilmu ini mempelajari cara memproduksi serta
perilaku material pada temperatur tersebut. Dalam membahas kriogenik, tidak digunakan skala
temperatur Fahrenheit atau Celsius yang umum digunakan di masyarakat, melainkan digunakan skala
Kelvin (pada awalnya digunakan skala Rankine).

http://budisma.net/2014/12/pengertian-etana-sifat-dan-penggunan-etana.html

Dalam kimia, isomerisme cis-trans atau isomerisme geometrik atau isomerisme konfigurasi
adalah sebuah bentuk stereoisomerisme yang menjelaskan orientasi gugus-gugus fungsi dalam
sebuah molekul. Secara umum, isomer seperti ini mempunyai ikatan rangkap yang tidak dapat
berputar. Selain itu, isomer ini juga muncul dikarenakan struktur cincin molekul yang
menyebabkan perputaran ikatan sangat terbatas.

Istilah "isomerisme geometrik" adalah istilah lama yang sudah tidak digunakan lagi dan
merupakan sinonim dari "isomerisme cis-trans". Ia kadang-kadang juga merupakan sinonim
untuk stereoisomerisme umum (misalnya isomerisme optis); istilah yang tepat untuk
stereoisomerisme non-optis adalah diastereomerisme.

Terdapat dua bentuk isomer cis-trans, yakni cis dan trans. Ketika gugus substituen berorientasi
pada arah yang sama, diastereomer ini disebut sebagai cis, sedangkan ketika subtituen
berorientasi pada arah yang berlawanan, diastereomer ini disebut sebagai trans. Contoh molekul
hidrokarbon yang menunjukkan isomerisme cis-trans adalah 2-butena.

Senyawa alisiklik juga dapat menunjukkan isomerisme cis-trans. Sebagai contoh isomer
geometrik yang disebabkan oleh struktur cincin, perhatikan 1,2-diklorosikloheksana:

trans-1,2-diklorosikloheksana cis-1,2-diklorosikloheksana

Daftar isi
 1 Sifat fisik cis vs trans
 2 Notasi E/Z
 3 Pranalua luar
 4 Lihat pula
 5 Referensi

Sifat fisik cis vs trans


Isomer cis dan isomer trans sering kali memiliki sifat-sift fisika yang berbeda. Perbedaan antara
isomer pada umumnya disebabkan oleh perbedaan bentuk molekul atau momen dipol secara
keseluruhan. Perbedaan ini dapatlah sangat kecil, seperti yang terlihat pada titik didih alkena
berantai lurus 2-pentena (titik didih isomer trans 36 °C dan isomer cis 37 °C)[1]. Perbedaan
isomer cis dan trans juga dapat sangat besar, seperti pada kasus siklooktena. Isomer cis senyawa
ini memiliki titik didih 145 °C[2], sedangkan isomer transnya 75 °C.[3] Perbedaan yang sangat
besar antara kedua isomer siklooktena disebabkan oleh terikan cincin yang besar untuk trans-
siklooktena, yang juga menyebabkannya kurang stabil dibandingkan isomer cis. Bahkan, kedua
isomer asam 2-butenadioat memiliki sifat-sifat dan reaktivitas yang sangat berbeda sehingga
mempunyai nama yang berbeda pula. Isomer cisnya disebuah asam maleat, sedangkan isomer
transnya disebuat asam fumarat. Polaritas merupakan faktor kunci yang menentukan titik didih
relatif senyawa karena ia akan meningkatkan gaya antar molekul, sedangkan simetri merupakan
faktor kunci yang menentukan titik leleh relatif karena ia mengijinkan penataan molekul yang
lebih baik pada bentuk padat. Oleh karena itu, trans-alkena yang kurang polar dan lebih simetris
cenderung memiliki titik didih yang lebih rendah dan titik leleh yang lebih tinggi. Sebaliknya
cis-alkena secara umum memiliki titik didih yang lebih tinggi dan titik leleh yang lebih rendah.
Notasi E/Z

Bromin mempunyai prioritas CIP yang lebih tinggi daripada klorin, sehingga alkena ini merupakan isomer
Z.

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Notasi E-Z

Sistem penamaan isomer cis/trans tidaklah efektif ketika terdapat lebih dari dua substituen pada
ikatan ganda. Notas E/Z dapat digunakan untuk kasus seperti ini. Z (berasal dari Bahasa Jerman
zusammen) berarti bersama dan berkorespondensi dengan istilah cis; E (berasal dari Bahasa
Jerman entgegen) berarti berlawanan dan berkorespondensi dengan istilah trans.

Sebuah konfifurasi molekul disebut E atau Z tergantung pada kaidah prioritas Cahn-Ingold-
Prelog (nomor atom yang lebih tinggi memiliki prioritas lebih tinggi). Untuk setiap atom yang
melekat pada ikatan ganda, diperlukan penentuan substituen mana yang memiliki prioritas lebih
tinggi. Jika dua substituen berprioritas leih tinggi berada pada sisi yang sama, susunan ini disebut
Z; sedangkan jika berlawanan, susunan ini disebut E.

Pembentukan Butana dari butena termasuk reaksi adisi, karena pada ikatan rangkap butena akan
di adisi oleh pengadisi...
contoh :

CH3-CH2-CH=CH2 + Cl2 ----> CH3-CH2-CHCl - CH2Cl


1 butena di adisi oleh Cl2 menjadi 1,2 - dikloro butana,

Reaksi pada alkena :


1. rekasi adisi = pemecahan ikatan rangkap menjadi tunggal dan hanya ada 1 zat yang terbentuk
pada saat reaksi selesai
2. reaksi subtitusi = merupakan reaksi pergantian gugus pada alkena tanpa adanya pemecahan
rantai, dan pada akhir reaksi akan terdapat 2 zat (produk), salah satunya adalah produk utama.
3. rekasi eleiminasi = kalo yang ini kebalikan dari reaksi adisi, dimana terdapat penambahan
ikatan dari tunggal menjadi rangkap dua ato ranngkap 2 menjadi rangkap 3 (alkana menjadi
alkuna atau alkena menjadi alkiuna),

Reaksi tersebut merupakan reaksi adisi, dan mengikuti hukum markovnikov


CH2=CH-CH2-CH3 + HCl ⇒ CH3-CHCl-CH2-CH3
(2 kloro butana)
Propuna (Metilasetilena) adalah alkuna dengan rumus kimia CH3C≡CH. Alkuna ini merupakan
komponen gas MAPP, yang biasa digunakan dalam las karbit. Tidak seperti asetilena, propuna
dapat dikondensasi dengan aman.[1]

Kimia organik
Propuna dan 2-Butina dapat digunakan untuk mensintesis hidrokinon terakilasi dalam sintesis
total Vitamin E

IV. Latar Belakang


Propuna merupakan senyawa alkuna yang merupakan hidrokarbon tidak jenuh,
yang mana dalam tiap molekulnya mengandung satu ikatan rangkap tiga di antara
dua atom karbon yang berurutan. Untuk dapat membentuk ikatan rangkap tiga atau
tiga ikatan kovalen diperlukan enak elektron, sehingga tinggal satu elektron pada
tiap-tiap atom karbon tersisa untuk mengikat atom hidrogen.
Jumlah atom hidrogen, yang dapat diikat berkurang dua, maka rumus umumnya
menjadi CnH2n-2. Propuna merupakan senyawa alkuna di mana senyawa alkuna
tersebut mempunyai bama etuna atau dengan nama lazim asetilena. Asetilena
merupakan suatu gas yang dihasilkan dari reaksi senyawa karbida dengan air dan
banyak digunakan oleh tukang las untuk menyambung besi. Jadi, propuna disebut
juga sebagai metil asetilena. Propuna adalah alkuna dengan rumus kimia CH =
CHC3. Ini adalah komponen gas Mapp bersama dengan 1,2-propadiena (alina),
yang umumnya digunakan dalam pengelasan gas. Tidak seperti asetilena, propuna
dapat terkondesasi dengan aman. Metil asetilena berada dalam kesetimbangan
dengan alina, campuran metil asetilena dan propadiena disebut MAPD . MAPD
diproduksi sebagai produk samping, terkadang merupakan salah saut produk yang
tidak diinginkan, oleh propana cracking untuk menghasilkan propena, yang
merupakan salah satu bahan penting dalam industri kimia. MAPD mengganggu
polimerisasi katalitik propena. Propuna digunakan sebagai bahan bakar roket.
Penelitian ruang angkasa Eropa mengkhawatirkan dalam menggunakan
hidrokarbon ringan dengan oksigen cair sebagai kombinasi roket propelan
melakukan cair yang relatif tinggi akan kurang beracun dibandingkan umumnya
menggunakan MMH / NTO(monomethylhydrazine / nitrogen tetroksida) sistem,
menunjukkan bahwa propuna akan sangat menguntungkan karena bahan bakar
roket untuk operasi rendah orbit Bumi. Kesimpulan ini dicapai didasarkan pada
impuls spesifik yang diharapkan mencapai 370s jika oksigen digunakan sebagai
oksidator, kepadatan tinggi dan kepadatan kuat, dan titik didih yang moderat, yang
menyebabkan kimia untuk menimbulkan masalah yang lebih sedikit dalam
penyimpanan daripada misalnya bahan bakar yang perlu disimpan pada temperatur
yang sangat rendah. Deprotonasi dengan n-butyllithium membentuk
propynyllithium. Reagen nukleofilik ini ditambahkan pada gugus karbonil,
sehingga menghasilkan alkohol dan ester . Sedangkan pemurnian propuna sangat
mahal, gas Mapp dapat digunakan untuk menghasilkan sejumlah besar reagen
yang murah. Propuna merupakan senyawa endoterm, hal ini menjadikan propuna
tergolong senyawa yang mudah terbakar. Propuna merupakan suatu gas yang tidak
berwarna dan memiliki bau yang khas. Dalam industri, metil asetilena dibuat dari
propana melalui pembakaran tak sempuran. Dalam jumlah sedikit, metil asetilena
dapat dibuat dari reaksi batu karbid9kalsium karbida) dengan air. Pembuatan gas
karbid dari batu karbid ini digunakan oleh tukang las (las karbid). Jika
diperhatikan, gas karbid berbau tidak sedap. Namun, sebenarnya gas asetilena
murni itu tidaklah berbau busuk bahkan sedikit harum. Bau busuk itu terjadi karena
gas asetilena yang dibuat dari batu karbid tidak murni, tetapi mengandung
campuran, diantaranya gas fosfin yang berbau tidak sedap. Gas fosfon adalah gas
yang bersifat racun. Jadi ada untungnya gas ini memiliki bau yang tidak sedap,
orang-orang akan menghindarinya. Keisomeran pada senyawa propuna terdiri dari
keisomeran struktur dan posisi, propuna tidak memiliki keisomeran geometri.
Propuna memiliki reaksi-reaksi sama seprti senyawa-senyawa alkena yaitu reaksi
pembakaran untuk menghasilkan karbon dioksida dan uap air, reaksi adisi adalah
penjenuhan ikatan rangkap, pada senyawa propuna dalam reaksi ini membutuhkan
dua kali lebih banyak pereaksi dibandingkan dengan senyawa-senyawa alkena.
Dan polimerisasi merupakan penggabungan antarmolekul untuk membentuk
molekul yang jauh lebih besar. Molekul sederhana yang mengalami polimerisasi
disbut dengan monomer, sedangkan hasilnya disebut polimer. Bahan baku gas
erilen sering kali terkontaminasi dengan gas asetilen dan pemisahnya cukup sulit
karena memiliki titik didih serupa. Kontaminan ini dapat meracuni katalis
(misalnya katalis ziegler-Natta) dan bahkan bisa bereaksi dengan material reaktor
dari tembaga membentuk senyawa tembaga-asetilida yang dapat menyumbat
reaktor dan mudah meledak [4]. Oleh karena itu asetilen perlu disingkirkan dari
aliran gas etilen. Salah satu cara yang populer dan dikenal di industri adalah reaksi
hidrogenasi selektif (selective hydrogenation) menggunakan katalis paladium-
silver yang diemban oleh karbon atau alumina. Proses ini lagi-lagi masih memiliki
banyak masalah diantaranya adalah pemakaian katalis dari logam transisi yang
mahal dan terjadi reaksi hidrogenasi samping yang mengubah etilen menjadi etana.
Dalam praktek, asetilen disimpan dalam tabung silinder logam dengan cara
dilarutkan dalam aseton dan diberi tekanan kurang lebih 15 psi. Aseton berfungsi
semacam pelarut yang bisa menampung dan meredam kereaktifan asetilen karena
molekul asetilen dan aseton saling berasosiasi. Tapi pelarut ini lagi-lagi adalah
pelarut organik yang mudah menguap dan terbakar. Selain itu, tekanan yang
diberikan hanya sebatas 15 psi karena asetilen pada tekanan lebih tinggi (yang
artinya konsentrasi lebih tinggi) memiliki potensi ledakan dan terpolimerisasi (self
polimerization). Sebuah grup penelitian dari kampus Kyung Hee, Korea Selatan
mencoba mengeksploitasi sebuah sistem pelarut baru yang dikenal sebagai cecair
ionik. Cecair ionik adalah cairan garam yang berbentuk cair atau lelehan pada suhu
kamar. cecair ionik bisa diatur sifat fisika-kimianya dengan memodifikasi struktur
ion-ionnya. Prinsipnya, cecair ionik memenuhi hampir seluruh prasyarat yang
dibutuhkan sebagai pelarut alternatif yang lebih ramah lingkungan dalam proses
pemisahan dan penyimpanan asetilen.
V. Proses Pembuatan
1. Dehidrohalogenasi alkil halida
2. Reaksi metal asetilida dengan alkil halida primer
3. Metil asetilena dengan propadiena
4. Pembakaran tak sempurna propana
2 C3H8 + 2 O2 => 2 C3H4 + 4 H2O

http://brainly.co.id/tugas/212613

Vitamin E pertama kali ditemukan pada tahun 1922 oleh Dr. H.M Evans dari California melalui
penelitian untuk mempertahankan kehamilan normal tikus betina diperlukan suatu subtansi tak
dikenal[1]. Tanpa bahan ini, janin tikus akan mati dalam sepuluh hari saat dikandung. Tikus
jantan yang kekurangan bahan ini juga mengalami kelainan pada testisnya[1]. Sehingga saat itu
vitamin E disebut sebagai vitamin anti kemandulan. Pada wanita juga dianjurkan sebagai
perawatan untuk kemandulan, kelainan menstruasi, peradangan vagina, gejala menopause,
mencegah keguguran dan kesuburan benih[1].

Vitamin E pertama kali diisolasi pada tahun 1936 dari minyak tepung gandum[1]. Disebut vitamin
E karena ditemukan setelah vitamin-vitamin yang sudah ada yaitu A, B, C, dan D. Bentuk
vitamin E merupakan kombinasi dari delapan molekul yang sangat rumit yang disebut
’tocopherol’. [1]
Kata ’tocopherol’ berasal dari bahasa Yunani: Toketos yang berati ’kelahiran anak’ dan Phero
berarti ’saya bawa’, akhiran ’-ol’ ditambahkan untuk menunjukkan bahwa bahan ini merupakan
salah satu dari alkohol yang menyebabkan mabuk jika dikonsumsi dalam jumlah banyak. [1]

Sifat-sifat
Tocopherol tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut lemak seperti minyak, lemak, alkohol,
aseton, eter dan sebagainya[2]. Karena tidak larut dalam air, vitamin E dalam tubuh hanya dapat
dicerna dengan bantuan empedu hati, sebagai pengelmulsi minyak saat melalui duodenum[3].

Vitamin E stabil pada pemanasan namun akan rusak bila pemanasan terlalu tinggi. [3] Vitamin E
bersifat basa jika tidak ada oksigen dan tidak terpengaruh oleh asam pada suhu 100o C. Bila
terkena oksigen di udara, akan teroksidasi secara perlahan-lahan[2]. Sedangkan bila terkena
cahaya warnanya akan menjadi gelap secara bertahap. [2]

Sumber

Vitamin E mudah didapat dari bagian bahan makanan yang berminyak atau sayuran. Vitamin E
banyak terdapat pada buah-buahan, susu, mentega, telur, sayur-sayuran, terutama kecambah[1].
Contoh sayuran yang paling banyak mengandung vitamin E adalah minyak biji gandum, minyak
kedelai, minyak jagung, alfalfa, selada, kacang-kacangan, asparagus, pisang, strawberry, biji
bunga matahari, buncis, ubi jalar dan sayuran berwarna hijau[1]. Vitamin E lebih banyak terdapat
pada makanan segar yang belum diolah[3].

Satu unit setara dengan 1 mg alfa-tocopherol asetat atau dapat dianggap setara dengan 1 mg. [1]
Selain itu ASI juga banyak mengandung vitamin E untuk memenuhi kebutuhan bayi. [1]

Dalam perkembangannya, Vitamin E diproduksi dalam bentuk pil, kapsul, dan lain-lain
sebagaimana vitamin-vitamin yang sudah terlebih dahulu ada[1]. Vitamin yang sudah dikemas
dalam berbagai bentuk ini banyak dijual bebas di pasaran serta dianggap berguna. [1]

Kegunaan
Vitamin E berguna untuk:

 meningkatkan daya tahan tubuh, membantu mengatasi stres, meningkatkan kesuburan,


meminimalkan risiko kanker dan penyakit jantung koroner[3].
 berperan sangat penting bagi kesehatan kulit, yaitu dengan menjaga, meningkatkan elastisitas
dan kelembapan kulit, mencegah proses penuaan dini, melindungi kulit dari kerusakan akibat
radiasi sinar ultraviolet, serta mempercepat proses penyembuhan luka[3].
 sebagai Antioksidan. Semua vitamin E adalah antioksidan dan terlibat dalam banyak proses
tubuh dan beroperasi sebagai antioksidan alami yang membantu melindungi struktur sel yang
penting terutama membran sel dari kerusakan akibat adanya radikal bebas. [4]. Dalam
melaksanakan fungsinya sebagai antioksidan dalam tubuh, vitamin E bekerja dengan cara
mencari, bereaksi dan merusak rantai reaksi radikal bebas[1]Y. Dalam reaksi tersebut, vitamin E
sendiri diubah menjadi radikal[1]. Namun radikal ini akan segera beregenerasi menjadi vitamin
aktif melalui proses biokimia yang melibatkan senyawa lain[1].
 melindungi sel darah merah yang mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh dari
kerusakan[5]. Selain bisa melindungi dari akibat kelebihan vitamin A dan melindungi vitamin A
dari kerusakan, vitamin ini juga bisa melindungi hewan dari akibat berbagai obat, bahan kimia,
dan logam yang mendukung pembentukan radikal bebas. [1]

Sifat
Vitamin ini larut dalam lemak[5]. Kelarutannya dalam lemak merupakan sifat yang
menguntungkan karena sebagian besar kerusakan akibat radikal bebas terjadi di dalam membran
sel dan lipoprotein yang terbuat dari molekul lemak[2].

Dosis dan pengaruh


Bila vitamin E digunakan sebagai antioksidan, maka seorang perempuan membutuhkan
sedikitnya 120 IU (international unit) per hari[3]. Namun menurut catatan medis, kebanyakan
perempuan Indonesia hanya mengonsumsi makanan yang mengandung 10.4 - 13,4 IU per hari[3].
Untuk mencukupi kebutuhan itu, vitamin E dapat dikonsumsi dari vitamin E sintetis (dl-a
tokoferol)[3].

Dosis vitamin E yang besar bisa memperbaiki dan mencegah terjadinya perkembangan kelainan
saraf[6]. Beberapa penelitian menunjukan bahwa peningkatan konsumsi vitamin E dapat
meningkatkan sistem kekebalan tubuh[6]. Asupan vitamin E harian sebesar 10-30 mg dianggap
cukup untuk mempertahankan kadar viamin E dalam darah[7]. Namun batas konsumsi vitamin E
yang dianjurkan adalah 8 sampai 10 IU (International Units)- suatu batas dimana sepertiga orang
Amerika menggunakannya[7]. Untuk keuntungan maksimal vitamin E, diperlukan 100 sampai
400 IU setiap hari[7]. Sebagian besar penelitian menunjukan bahwa ini merupakan konsumsi
optimal untuk mengurangi risiko penyakit kronis. Sedangkan dalam bahan makanan yang kita
konsumsi setiap harinya diperkirakan mengandung 25 IU vitamin E[7].

Kekurangan

Kekurangan vitamin E akan menyeabkan sel darah merah terbelah. Proses ini disebut hemolisis
eritrodit dan dapat dihindari dengan vitamin E.[1]

Akibat lain kekurangan vitamin E adalah[1]:

 perubahan degeneratif pada sistem saraf dan otot


 kelemahan dan kesulitan berjalan
 nyeri pada otot betis
 gangguan penglihatan
 anemia
 retensi cairan (odem)
 kelainan kulit
Pada bayi, kekurangan vitamin E dapat menyebabkan kelainan yang mengganggu penyerapan
lemak pada bayi yang prematur dan kekurangan gizi.[6] Namun kekurangan vitamin E
sesungguhnya sangat jarang terjadi karena vitamin ini banyak terdapat dalam makanan, terutama
dalam minyak sayur.[6] Pada manusia kekurangan vitamin E bisa disebabkan karena diet yang
sangat buruk dalam jangka waktu lama.[6]

Kelebihan

Pada umumnya vitamin E dianggap sebagai bahan yang cukup aman.[3] Dalam beberapa kasus,
kelebihan vitamin E menimbulkan gangguan pada kinerja sistem imun terhadap infeksi[7]. Gejala
yang akan dirasakan adalah sakit kepala, lemah dan selalu lelah, serta pusing yang disertai
gangguan penglihatan[3]. Untuk itu, jumlah vitamin E dalam tubuh harus berada dalam batasan
yang ketat.[3]

Referensi
https://id.wikipedia.org/wiki/Vitamin_E

Anda mungkin juga menyukai