Anda di halaman 1dari 14

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI

PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA


pafkri.pusat@gmail.com
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PEMERIKSAAN LYMPHEDEMA

PENGERTIAN Rangkaian pemeriksaan pada ekstremitas yang mengalami pembengkakan


KEBIJAKAN PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
TUJUAN 1. Mengetahui tingkat edema
2. Sebagai rujukan re-evaluasi
INDIKASI Lymphedema
PROSEDUR
PERSIAPAN TEMPAT 1. Ruang tindakan bersih, tenang, cahaya lampu sedang, suhu ruangan
sedang
2. Bed bersih, rapi, tidak berbau tajam
3. Melakukan tindakan hand hygiene
PERSIAPAN PASIEN 4. Mengidentifikasi identitas pasien
5. Mengarahkan pasien untuk duduk dengan nyaman yang memungkinkan
terapis mengakses area limfedema
6. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan.
7. Mendapatkan ijin pelaksanaan pemeriksaan. Apabila pasien tidak setuju,
sampaikan risiko yang dapat terjadi. Bila pasien tetap menolak, terminasi
pemeriksaan dan tindakan.
PELAKSANAAN 8. Menanyakan riwayat infeksi, trauma, pembedahan, atau tindakan radiasi
yang pernah dilakukan pasien
9. Menanyakan awal serangan dan durasi limfedema
10. Menanyakan adanya riwayat keterlambatan penyembuhan luka
11. Mengidentifikasi okupasi atau aktivitas sehari-hari untuk mengetahui
adanya periode berdiri atau duduk dalam waktu yang lama
12. Melakukan pemeriksaan integritas kulit. Memperhatikan adanya
perubahan warna kulit. Memperhatikan adanya luka atau jaringan parut.
Mengambil foto sebagai dokumentasi integritas kulit.
13. Mengidentifikasi edema, apakah edema dipengaruhi perubahan posisi.
14. Mempalpasi edema untuk mengetahui tipe dan beratnya edema.
a. Pitting edema: tekanan pada jaringan yang mengalami edema dengan
ujung jari akan menyebabkan indentasi kulit yang bertahan beberapa
detik setelah tekanan dilepas.
b. Brawny edema: tekanan pada area yang edema terasa keras saat
dipalpasi. Mengindikasikan adanya perubahan fibrotik progresif pada
jaringan subkutan.
c. Weeping edema: merepresentasikan limfedema yang lebih berat
dengan durasi yang lebih lama. Terjadi kebocoran cairan dari luka atau
borok. Umumnya terjadi pada ekstremitas bawah.
15. Sementara palpasi, memperhatikan adanya peningkatan sensitivitas nyeri
pada nodus limfe yang terlibat.
16. Melakukan pemeriksaan lingkar ekstremitas, dan dibandingkan dengan sisi
unilateral. Mengidentifikasi dan mendokumentasikan interval atau
landmark spesifik sebagai rujukan pemeriksaan berikutnya.
PROSEDUR TERKAIT
REFERENSI 1. Kisner C, colby LA: Therapeutic Exercise—Foundation and Technique, ed 5.
FA Davis Company: 2007.

PJ WEEKE
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PEMERIKSAAN INTEGRITAS PEMBULUH DARAH PERIFER

PENGERTIAN Rangkaian pemeriksaan pada ekstremitas yang mengalami pembengkakan


KEBIJAKAN PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
TUJUAN 1. Mengetahui tingkat edema
2. Sebagai rujukan re-evaluasi
INDIKASI Gangguan vaskularisasi
PROSEDUR
PERSIAPAN TEMPAT 1. Ruang tindakan bersih, tenang, cahaya lampu sedang, suhu ruangan
sedang
2. Bed bersih, rapi, tidak berbau tajam
3. Melakukan tindakan hand hygiene
PERSIAPAN PASIEN 4. Mengidentifikasi identitas pasien
5. Mengarahkan pasien untuk duduk dengan nyaman yang memungkinkan
terapis mengakses area limfedema
6. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan.
7. Mendapatkan ijin pelaksanaan pemeriksaan. Apabila pasien tidak setuju,
sampaikan risiko yang dapat terjadi. Bila pasien tetap menolak, terminasi
pemeriksaan dan tindakan.
PELAKSANAAN 8. Menanyakan riwayat infeksi, trauma, pembedahan, atau terapi yang
pernah dilakukan pasien
9. Menanyakan awal serangan dan durasi gejala
10. Menanyakan adanya riwayat keterlambatan penyembuhan luka
11. Mengidentifikasi okupasi atau aktivitas sehari-hari untuk mengetahui
adanya periode berdiri atau duduk dalam waktu yang lama
12. Melakukan pemeriksaan integritas kulit. Memperhatikan adanya
perubahan warna kulit. Memperhatikan adanya luka atau jaringan parut.
Mengambil foto sebagai dokumentasi integritas kulit.
13. Mengidentifikasi edema, apakah edema dipengaruhi perubahan posisi.
14. Mempalpasi edema untuk mengetahui tipe dan beratnya edema.
d. Pitting edema: tekanan pada jaringan yang mengalami edema dengan
ujung jari akan menyebabkan indentasi kulit yang bertahan beberapa
detik setelah tekanan dilepas.
e. Brawny edema: tekanan pada area yang edema terasa keras saat
dipalpasi. Mengindikasikan adanya perubahan fibrotik progresif pada
jaringan subkutan.
f. Weeping edema: merepresentasikan limfedema yang lebih berat
dengan durasi yang lebih lama. Terjadi kebocoran cairan dari luka atau
borok. Umumnya terjadi pada ekstremitas bawah.
15. Melakukan pemeriksaan pengisian kembali kapiler
a. Observasi warna kaki pasien
b. Tekan bagian ujung distal jari kaki dan tahan selama 5 detik
c. Catatan rentang waktu yang diperlukan hingga warna jari kaki kembali
seperti semula
d. Waktu normal kurang dari 3 detik
16. Melakukan pemeriksaan rubor pada posisi menggantung
a. Pasien diposisikan terlentang
b. Perhatikan warna bagian plantar kaki pasien
c. Angkat ekstremitas bawah hingga 60 derajat selama 1 menit
d. Perhatikan warna permukaan plantar telapak kaki
e. Normal: tidak ada/hanya sedikit perubahan warna telapak kaki
f. Pada insufisiensi arteri, warna menjadi pucat
g. Kembalikan ekstremitas bawah ke posisi semula
h. Catat waktu pengembalian warna kulit
i. Normal: 15-20 detik
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
j. Pucat setelah 45-60 detik: insufisiensi ringan
k. Pucat setelah 30-45 detik: insufisiensi sedang
l. Pucat setelah 25 detik: insufisiensi berat
17. Melakukan pemeriksaan waktu pengisian vena
a. Pasien diposisikan terlentang
b. Angkat tungkai 60 derajat selama satu menit
c. Tempatkan tungkai pada posisi menggantung
d. Catat waktu pengisian vena superficial
e. Normal: 5-15 detik
f. Bila > 20 detik, terjadi insufisiensi arteri berat
g. Bila segera terjadi perubahan warna: insufisiensi vena
h. Melakukan pemeriksaan lingkar ekstremitas, dan dibandingkan dengan sisi
unilateral. Mengidentifikasi dan mendokumentasikan interval atau
landmark spesifik sebagai rujukan pemeriksaan berikutnya.
PROSEDUR TERKAIT
REFERENSI Hillegass, EZ: Intisari Fisioterapi-Buku Praktik Klinik. EGC Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta, 2016
PJ WEEKE
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PEMERIKSAAN OBESITAS

PENGERTIAN Rangkaian pemeriksaan pada individu yang mengalami kelebihan berat badan
KEBIJAKAN PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
TUJUAN 1. Mengetahui tingkat kelebihan berat badan
2. Sebagai rujukan re-evaluasi
INDIKASI 1. Klien dengan kecurigaan kelebihan berat badan
2. Klien penurunan berat badan
KONTRAINDIKASI
PROSEDUR
PERSIAPAN TEMPAT 1. Ruang tindakan bersih, tenang, cahaya lampu sedang, suhu ruangan
sedang
2. Bed bersih, rapi, tidak berbau tajam
3. Melakukan tindakan hand hygiene
PERSIAPAN PASIEN 4. Mengidentifikasi identitas pasien
5. Mengarahkan pasien untuk duduk dengan nyaman yang memungkinkan
terapis mengakses area limfedema
6. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan.
7. Mendapatkan ijin pelaksanaan pemeriksaan. Apabila pasien tidak setuju,
sampaikan terminasi pemeriksaan dan tindakan
PELAKSANAAN 8. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan, motivasi, dan kepercayaan diri klien
akan kemampuannya mengurangi berat badan
a. Apakah anda sadar bahwa anda perlu mengubah gaya hidup anda?
b. Apakah anda mau mengubah gaya hidup anda?
c. Apakah anda yakin dapat mengubah gaya hidup anda?
d. Apakah anda pernah mengikuti program berorientasi target penurunan
berat badan?
e. Apakah anda mengalami kesulitan dalam melaksanakan program
penurunan berat badan?
9. Mengukur tinggi badan dalam satuan meter
10. Mengukur berat badan dalam satuan kilogram
11. Mengkalkulasi indeks massa tubuh melalui rumus
𝐵𝐵 (𝑘𝑔)
𝐼𝑀𝑇 =
𝑇𝐵 (𝑐𝑚)2
12. Mengklasifikasikan hasil IMT berdasarkan standar Asia Pasifik
≤ 18,5 : BERAT BADANG KURANG
18,5-22,9 : SEDANG
23-24,9 : KELEBIHAN BERAT BADAN—RISIKO OBESITAS
25-29.9 : OBESITAS 1
> 30 :OBESITAS 2
13. Mengukur lingkar pinggang pasien
a. Buka area pinggang pasien hingga di atas pusar
b. Ambil napas biasa, sehingga perut berada dalam keadaan normal
c. Gunakan meteran untuk mengukur lingkar perut sejajar dengan pusar,
dimulai dari pusar. Lingkarkan meteran menempel secara linggar pada
kulit sekeliling perut
d. Baca skala pada meteran
e. Lakukan pengukuran sekali lagi sebagai perbandingan. Ukura normal
pada perempuan < 80 cm, pada laki-laki < 90 cm
PROSEDUR TERKAIT Unit keperawatan
REFERENSI 1. Kisner C, colby LA: Therapeutic Exercise—Foundation and Technique, ed 5.
FA Davis Company: 2007.
2. Nieubaeur, J: Cardiac Rehabilitation Manual. Springer, 2011
PJ WEEKE
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH

PENGERTIAN 1. Rangkaian pemeriksaan perubahan fisiologis tekanan darah sistol dan diastol
individu.
KEBIJAKAN PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
TUJUAN 2. Mengetahui tingkat fisiologis tekanan darah
3. Re-evaluasi
INDIKASI 4. Klien dengan kecurigaan perubahan tekanan darah
KONTRAINDIKASI
PROSEDUR
PERSIAPAN TEMPAT 5. a.Ruang tindakan :Kebersih, ketenangan, cahaya , suhu : standar
b.Bed bersih, rapi, tidak berbau tajam
c.Melakukan tindakan hand hygiene
PERSIAPAN ALAT 6. Stetoskop, spigmonometer: terkalibrasi.
PERSIAPAN 7. a. Mengucapkan salam dan mendapatkan persetujuan pasien/klien.
PASIEN b. Mengidentifikasi identitas pasien
c. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan
d. Meminimalkan faktor berpengaruh hasil pemeriksaan (obat, emosional,
istirahat minimal 1 jam sebelum pemeriksaan).
f. Mengarahkan pasien untuk tiduran/duduk dengan nyaman yang
memungkinkan fisioterapis mengakses area pemeriksaan
g. Membebaskan hambatan pemeriksaan (pakaian ).
h. Memposisikan lengan sejajar jantung.
PELAKSANAAN 8. a. Memasang cuff 2 cm diatas siku dan pipa udara bebas dari hambatan (di
samping atas lengan).
b. Membuka aliran air raksa atau udara.
c. Memompa maset sampai lebih dari 30 mm Hg tekanan darah.
d. Membuka maset dan mendengarkan suara sistole (tekanan sistole) samapai
hilang suara sistole (tekanan diastol)
e. Diakiri tekanan nol (dapat diulang 2,3 kali).
f. Mencatat waktu pemeriksaan dan hasil pemeriksaan : waktu /BP:
.../....mmHg.
g. Standar nilai:

ANALISA 9. Rendah, normal, tinggi, sangat tinggi: kontra indikasi latihan


PEMERIKSAAN
PROSEDUR TERKAIT 10. Vital sign: Nadi, RR, suhu: pemeriksaan penunjang.
REFERENSI a. Nieubaeur, J; 2011; Cardiac Rehabilitation Manual. Springer,
b. APTA; 2014 ; Gudenline Kardiopulmonal.
c. Jennifer A Pryor;1998; Physiotherapy for Respiratory and Cardiac
Problems; new york; pheledelpia.
PJ SLAMET
(Yang termasuk Vital Sign pada cardiorespirasi terdiri: HR, RR, BP, Temperatur, Spa02 dan Peak flow;
Nursing Certified Practice; 2014)
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PEMERIKSAAN MANUAL DENYUT JANTUNG

PENGERTIAN 1. Tehnik pemerikaan keadaan denyut jantung secara manual.


AQ PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
TUJUAN 2. Mengetahu keadaan denyut jantung
INDIKASI 3.Prediksi gangguan denyut jantung
KONTRAINDIKASI 4.
PROSEDUR 5.a.Ucapkan salam
b. Mendapatkan persetujuan pemeriksaan
c. Menyampaikan tujuan pemeriksaan
d. Mengidentifikasi identitas pasien/klien
e. Menyiapkan tempat
f. Menyiapkan alat
g. Melaksanakan pemeriksaan
h. Mengakiri pemeriksaan
i. Mencatat waktu dan hasil pemeriksaan
j. Menganalisa hasil.
PERSIAPAN TEMPAT 6. a.Ruang tindakan :Kebersih, ketenangan, cahaya , suhu : standar
b.Bed bersih, rapi, tidak berbau tajam
c.Melakukan tindakan hand hygiene
PERSIAPAN ALAT 7. Pengukur waktu ( jam, stopwoth)
PERSIAPAN PASIEN 8. a.Identitas pasien/klien
b. Mengiliminasi faktor pengganggu
c. Memposisikan area yang diperiksa
PELAKSANAAN 9.a. Pemeriksa menggunakan 3 jari (telunjuk, tengah dan manis) pada arteri yang
di periksa dan melakukan penekanan ringan sampai meraba denyut nadinya.
b. Menghitung frekuensi nadi selama: 15 detik( out pasien)x4, 30 detikx2 (in
pasien) atau 60 detik (kasus kritis/ICU).
c. Menilai ritme dan kekuatan denyut nadi
d. Mengakiri dengan salam
e. Mencatatat : waktu dan hasil pemeriksaan
ANALISA 10. Menilai : frekuensi, ritme dan kekuatan denyut nadi.
PEMERIKSAAN

PROSEDUR TERKAIT Spa02> 95 % (< 90 % non exercise untuk dewasa dan <92% untuk anak)
PEFR > 200 lpm (< 200 lpm non exercise).
Vital sign: Nadi, RR, suhu: pemeriksaan penunjang.
REFERENSI a. Nieubaeur, J; 2011; Cardiac Rehabilitation Manual. Springer,
b. APTA; 2014 ; Gudenline Kardiopulmonal.
c. Jennifer A Pryor;1998; Physiotherapy for Respiratory and
Cardiac Problems; new york; pheledelpia.
d.
PJ SLAMET
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PEMERIKSAAN MANUAL RESPIRATORY RATE

PENGERTIAN 1. Tehnik pemerikaan keadaan pernafasan secara manual/inpseksi.


AQ PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
TUJUAN 3. Mengetahu keadaan pernafasan
INDIKASI 3.Prediksi gangguan pernafasan
KONTRAINDIKASI 4.
PROSEDUR 5.a.Ucapkan salam
b. Mendapatkan persetujuan pemeriksaan
c. Menyampaikan tujuan pemeriksaan
d. Mengidentifikasi identitas pasien/klien
e. Menyiapkan tempat
f. Menyiapkan alat
g. Melaksanakan pemeriksaan
h. Mengakiri pemeriksaan dengan salam
i. Mencatat waktu dan hasil pemeriksaan
j. Menganalisa hasil.
PERSIAPAN TEMPAT 6. a.Ruang tindakan :Kebersih, ketenangan, cahaya , suhu : standar
b.Bed bersih, rapi, tidak berbau tajam
c.Melakukan tindakan hand hygiene
PERSIAPAN ALAT 7. Pengukur waktu ( jam, stopwoth)
PERSIAPAN PASIEN 8. a.Identitas pasien/klien
b. Mengiliminasi faktor pengganggu
c. Memposisikan area yang diperiksa
PELAKSANAAN 9.a. Pemeriksa menggunakan telapak tangan pada dada/ perut yang
di periksa dan melakukan pengamatan inspirasi dan/atau ekspirasi.
b. Menghitung frekuensi nadi selama: 15 detik( out pasien)x4, 30 detikx2 (in
pasien) atau 60 detik (kasus kritis/ICU).
c. Menilai ritme dan kekuatan pernafasan
d. Mengakiri dengan salam
e. Mencatatat : waktu dan hasil pemeriksaan
ANALISA 10. Menilai : frekuensi, ritme dan kekuatan pernafasan.( Biot’s, kussmaul, cheyn
PEMERIKSAAN stoke)

PROSEDUR TERKAIT Vital sign: Nadi, RR, suhu: pemeriksaan penunjang.


REFERENSI e. Nieubaeur, J; 2011; Cardiac Rehabilitation Manual. Springer,
f. APTA; 2014 ; Gudenline Kardiopulmonal.
g. Jennifer A Pryor;1998; Physiotherapy for Respiratory and
Cardiac Problems; new york; pheledelpia.
PJ SLAMET
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PEMERIKSAAN SUHU

PENGERTIAN 1. Menilai suhu tubuh pasien/klien dengan termometer air raksa/digital


KEBIJAKAN 2. PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
TUJUAN 3. Mengatahui suhu tubuh pasien/klien
INDIKASI 4. Gangguan fisiologi temperatur tubuh.
KONTRAINDIKASI 5.
PROSEDUR 6.a.Ucapkan salam
b. Mendapatkan persetujuan pemeriksaan
c. Menyampaikan tujuan pemeriksaan
d. Mengidentifikasi identitas pasien/klien
e. Menyiapkan tempat
f. Menyiapkan alat
g. Melaksanakan pemeriksaan
h. Mengakiri pemeriksaan dengan salam
i. Mencatat waktu dan hasil pemeriksaan
j. Menganalisa hasil.
PERSIAPAN TEMPAT 7. a.Ruang tindakan :Kebersih, ketenangan, cahaya , suhu : standar
b.Bed bersih, rapi, tidak berbau tajam
c.Melakukan tindakan hand hygiene
PERSIAPAN ALAT 8. a. Termometer air raksa/ digital diposisikan dalam posisi nilai nol
b. Timer
PERSIAPAN PASIEN 9. a.Identitas pasien/klien
b. Mengiliminasi faktor pengganggu
c. Memposisikan area yang diperiksa
PELAKSANAAN 10. a. Pemeriksa menggecek termometer dalam keadaan siap pakai.
b. Meletakkan termometer pada area yang diperiksa (axila, mulut atau anus).
c. Bila memeriksa melalu anus gunakan vaselin (indikasi bayi)
d. Menunggu selama 5 menit untuk termometer air raksa. 2 menit untuk digital
e. Melepas termometer dan mengamati hasilnya
f. Mencatatat : waktu dan hasil pemeriksaan

ANALISA 1. hypothermic (<35°C) because their range of operation is 36.8°C


PEMERIKSAAN ±0,4°C (Dougherty and Lister, 2011) Oral.
2. 36.5–37.5 °C (97.7–99.5 °F) axila
3. 37°C rectal
PROSEDUR TERKAIT Vital sign: Nadi, RR, suhu: pemeriksaan penunjang.
REFERENSI 1. Nieubaeur, J; 2011; Cardiac Rehabilitation Manual. Springer,
2. APTA; 2014 ; Gudenline Kardiopulmonal.
3. Jennifer A Pryor;1998; Physiotherapy for Respiratory and Cardiac
Problems; new york; pheledelpia.
4. Dougherty L, Lister S (2011) The Royal Marsden Hospital Manual of Clinical
Nursing Procedures. Oxford: Blackwell Publishing.
PJ SLAMET
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PEMERIKSAAN NYERI DIAM/GERAK

PENGERTIAN 1. Mengukur derajat nyeri Diam/ gerak.


KEBIJAKAN 2. PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
TUJUAN 3. Mengatahui gangguan rasa nyaman pasien /klien berhubungan dengan nyeri
INDIKASI 4. Gangguan nyeri untuk dewasa.
KONTRAINDIKASI 5.Pasien coma/gangguan mental/ anak-anak
PROSEDUR 6. a.Ucapkan salam
b. Mendapatkan persetujuan pasien/keluarga pemeriksaan
c. Menyampaikan tujuan pemeriksaan
d. Mengidentifikasi identitas pasien/klien
e. Menyiapkan tempat
f. Menyiapkan alat/ Protokol.
g. Melaksanakan pemeriksaan
h. Mengakiri pemeriksaan dengan salam
i. Mencatat waktu dan hasil pemeriksaan
j. Menganalisa hasil.
PERSIAPAN 7. a.Ruang tindakan :Kebersih, ketenangan, cahaya , suhu : standar
TEMPAT b.Bed bersih, rapi, tidak berbau tajam
c.Melakukan tindakan hand hygiene.
PERSIAPAN ALAT 8. a. CHART/BLANGO/FORM 0-10
dan PROTOKOL b. PROVOKASI NYERI
c.VAS; Brogs Scala, ATS,ICF,
PERSIAPAN 9.a. Nyri diam; scala VAS.
PASIEN b. Mengetahui cara pemeriksaan (0: tidak nyeri dan 10 cm (100 mm): nyeri berat).
c. Nyeri gerak : pasien mengetahui provokasi nyeri yang di minta fisioterapis.
PELAKSANAAN 10.a. Pasien diminta menunjuk daerah nyeri antara: 0 – 10 (0-100).
b. Nyeri gerak: saat bergerak nyeri yang muncul ditunjuk dan fisioterapis
mengukur ROM daerah nyeri.

ANALISA 11. a.Pencatatan: misal menunjuk daerah nyeri 2cm: pencatatan: (2/10 Vas diam)
PEMERIKSAAN 22 mm (22/100 VAS diam).
b. Nyeri gerak siku aktif: nyeri 2 saat siku 60°, pecatatan: ( 2/10/60° fleksi aktif).
Atau 22/100/ 60° fleksi aktif.
PROSEDUR 12.ROM, muscles test , provokasi nyeri. Area nyeri
TERKAIT
REFERENSI 1.Jennifer A Pryor;1998; Physiotherapy for Respiratory and Cardiac
Problems; new york; pheledelpia.
2. Visual Analogue Scale.Physio pedia, http://www.physio-
pedia.com/Visual_Analogue_Scale(12-2-2017).
3. D. Gould et al.2001; Information Point: Visual Analogue
Scalehttp://www.blackwellpublishing.com/specialarticles/jcn_10_706
.pdf.
PJ SLAMET
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PEMERIKSAAN NYERI GERAK FUNGSIONAL

PENGERTIAN 1.
KEBIJAKAN PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
TUJUAN 2.
INDIKASI 3.
KONTRAINDIKASI 4.
PROSEDUR 5.
PERSIAPAN TEMPAT 6.
PERSIAPAN ALAT 7.
PERSIAPAN PASIEN 8.
PELAKSANAAN 9.

ANALISA 10.
PEMERIKSAAN
PROSEDUR TERKAIT Vital sign: Nadi, RR, suhu: pemeriksaan penunjang.
REFERENSI 1. Nieubaeur, J; 2011; Cardiac Rehabilitation Manual. Springer,
2. APTA; 2014 ; Gudenline Kardiopulmonal.
3. Jennifer A Pryor;1998; Physiotherapy for Respiratory and Cardiac
Problems; new york; pheledelpia.

Borg’s pain scale


STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PEMERIKSAAN KAPASITAS AEROBIK

PENGERTIAN 1.
KEBIJAKAN PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
TUJUAN 2.
INDIKASI 3.
KONTRAINDIKASI 4.
PROSEDUR 5.
PERSIAPAN TEMPAT 6.
PERSIAPAN ALAT 7.
PERSIAPAN PASIEN 8.
PELAKSANAAN 9.

ANALISA 10.
PEMERIKSAAN
PROSEDUR TERKAIT Vital sign: Nadi, RR, suhu: pemeriksaan penunjang.
REFERENSI 1. Nieubaeur, J; 2011; Cardiac Rehabilitation Manual. Springer,
2. APTA; 2014 ; Gudenline Kardiopulmonal.
3. Jennifer A Pryor;1998; Physiotherapy for Respiratory and Cardiac
Problems; new york; pheledelpia.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
SIXS MENIT WOLKING TEST

PENGERTIAN 1.
KEBIJAKAN PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
TUJUAN 2.
INDIKASI 3.
KONTRAINDIKASI 4.
PROSEDUR 5.
PERSIAPAN TEMPAT 6.
PERSIAPAN ALAT 7.
PERSIAPAN PASIEN 8.
PELAKSANAAN 9.

ANALISA 10.
PEMERIKSAAN
PROSEDUR TERKAIT Vital sign: Nadi, RR, suhu: pemeriksaan penunjang.
REFERENSI 1. Nieubaeur, J; 2011; Cardiac Rehabilitation Manual. Springer,
2. APTA; 2014 ; Gudenline Kardiopulmonal.
3. Jennifer A Pryor;1998; Physiotherapy for Respiratory and Cardiac
Problems; new york; pheledelpia.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com

PENGERTIAN 1.
KEBIJAKAN PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
TUJUAN 2.
INDIKASI 3.
KONTRAINDIKASI 4.
PROSEDUR 5.
PERSIAPAN TEMPAT 6.
PERSIAPAN ALAT 7.
PERSIAPAN PASIEN 8.
PELAKSANAAN 9.

ANALISA 10.
PEMERIKSAAN
PROSEDUR TERKAIT Vital sign: Nadi, RR, suhu: pemeriksaan penunjang.
REFERENSI 1. Nieubaeur, J; 2011; Cardiac Rehabilitation Manual. Springer,
2. APTA; 2014 ; Gudenline Kardiopulmonal.
3. Jennifer A Pryor;1998; Physiotherapy for Respiratory and Cardiac
Problems; new york; pheledelpia.

Anda mungkin juga menyukai