Anda di halaman 1dari 82

Visi misi islam (prinsip karakteristik)

 Visi ajaran Islam adalah memengaruhi umat manusia agar jiwa, perasaan dan pola
pikirnya berubah sesuai ketentuan Allah dan rasulnya, sehingga seluruh aspek
kehidupan manusia dapat berubah ke arah yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.
dengan demikian, visi Islam adalah membawa rahmat bagi seluruh alam.

 Misi ajaran Islam adalah mengangkat harkat dan martabat manusia, mempersatukan dan
mendamaikan kehidupan manusia, mengeluarkan manusia dari kehidupan yang gelap
gulita,mencerdaskan kehidupan manusia, mengubah kehidupan yang biadab kepada
kehidupan yang beradab, membentuk dan menyempurnakan akhlak mulia, serta
mencegah manusia dari berbuat kerusakan di muka bumi.

Keunggulan agama islam


Memeluk agama Islam akan menghapuskan seluruh dosa dan kesalahan orang-orang kafir yang
dilakukan sebelum masuk Islam.

Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh Allah ta’ala di dalam firman-Nya:

‫ت ةسنوةة االنوولليِنن‬
‫ض ا‬ ‫قةال لللولذينن نكفنةروا إلان ينانتنةهوُا يةاغفنار لنهةام نماَ قناد نسلن ن‬
‫ف نوإلان ينةعوُةدوا فنقناد نم ن‬

Artinya: “Katakanlah (hai Muhammad, pent) kepada orang-orang kafir itu: ”Jika mereka
berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa
mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali (kepada kekafiran) lagi, sesungguhnya akan
berlaku (kepada mereka) sunnatullah (ketetapan Allah) terhadap orang-orang (kafir)
terdahulu”. (QS. Al-Anfaal: 38).

Hadits ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu anhu yang menceritakan kisahnya ketika masuk
Islam, ia berkata:

‫فنلنوماَ نجنعنل اة االلاسلننم لفىِ قناللبي أنتنايِ ة‬


‫ت النوبل و‬
…‫ي‬

‫ت أنان أناشتنلر ن‬
‫ط نقاَنل‬ ‫ أننراد ة‬: ‫ت‬ ‫ك نياَ نعامةرو ؟(( نقاَنل قةال ة‬ ‫ت ينلدىِ نقاَنل ))نماَ لن ن‬
‫ض ة‬ ‫ك فنلة نباَيلاع ن‬
‫ فنبننس ن‬.‫ك‬
‫ نقاَنل فنقنبن ا‬. ‫ط ينلمايِننهة‬ ‫ اابةس ا‬: ‫ت‬
‫ط ينلمايِنن ن‬ ‫فنقةال ة‬
‫ت أنون اللاسلننم يناهلدةم نماَ نكاَنن قنابلنهة ؟ نوأنون االلهاجنرةن تناهلدةم نماَنكاَنن قنابلننهاَ ؟ نو أنون االنحوج‬
‫ نقاَنل ))أننماَ نعللام ن‬.ِ‫ أنان يةاغفننرللى‬: ‫ت‬ ‫))تناشتنلرطة بلنماَنذا ؟(( قةال ة‬
((‫يناهلدةم نماَ نكاَنن قنابلنهة ؟‬
Artinya: “Ketika Allah menjadikan Islam dalam hatiku, aku mendatangi Nabi
shallallahu alaihi wasallam, dan aku berkata: ”Bentangkanlah tanganmu. Aku akan berbai’at
kepadamu.” Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam membentangkan tangan kanannya. Dia
(‘Amr bin ‘Ash) berkata: ”Maka aku tahan tanganku (tidak menjabat tangan Nabi shallallahu
alaihi wasallam).” Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam bertanya: ”Ada apa, hai ‘Amr?” Dia
berkata: ”Aku ingin minta syarat.” Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam bertanya: ”Apakah
syaratmu?” Maka aku berkata: ”Agar (dosa-dosa dan kesalahan) aku diampuni.” Maka Nabi
shallallahu alaihi wasallam bersabda: ”Apakah engkau belum mengetahui, bahwa
sesungguhnya (masuk) Islam itu menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan sebelumnya.
Hijrah itu menghapuskan dosa-dosa sebelumnya. Da haji itu menghapuskan dosa-dosa
sebelumnya?” (HR. Muslim dalam Kitab Al-Iman, I/112, nomor. 121).

 Apabila seorang masuk Islam kemudian ia membaguskan kualitas keislamannya, maka ia


tidak disiksa atas perbuatannya ketia dia masih kafir, bahkan Allah Ta’ala akan
melipatgandakan (pahala)amal-amal kebaikan yang dilakukannya.

Hal ini sebagaimana dijelaskan di dalam sebuah hadits berikut ini:

‫”إلنذ أناحنسنن‬: ‫ نقاَنل نرةسوُةل ال‬: ‫نعان أنلبي هةنراينرةن‬

‫أننحةدةكام إلاسلننمهة فنةكلُل نحنسننةة يناعنملةنهاَ تةاكتن ة‬


‫ب بلنعاشلر‬

‫ب بللماثللنهاَ نحوتىِ ينالنقىِ ان‬


‫ نوةكلُل نسيِيئنةة يناعنملةنهاَ تةاكتن ة‬. ‫ف‬ ‫أنامنثاَللنهاَ إلنلىِ نسابلعلماَئنلة ل‬
‫ضاع ة‬

“Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda: ”Jika salah seorang diantara kalian membaguskan (kwalitas) Islamnya, maka setiap
kebaikan yang dilakukannya akan ditulis (oleh Allah)sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali
lipat. Adapun keburukan yang dilakukannya, akan ditulis (oleh Allah)satu kali (saja) sampai ia
berjumpa dengan Allah (maksudnya hingga ia mati, pent).”. (HR. Muslim di dalam Kitab Al-
Iman, I/118 nomor. 129).
 Islam tetap menghimpun amal-amal kebaikan yang pernah dilakukan seseorang, baik
ketika ia masih kafir maupun ketika sudah menjadi seorang muslim. Hal ini sebagaimana
ditunjukkan hadits berikut ini:

‫صندقنةة أناو نعتاَقنةة نأو ل‬


‫ فنهنال‬، ‫صلنلة نرلحةم‬ ‫ت أنتننحنو نة‬
‫ث بلنهاَ لفىِ االنجاَلهلليِيلة لمان ن‬ ‫ت أناشنيِاَنء ةكان ة‬
‫ أننراي ن‬،‫ا‬‫ نياَ نرةسوُنل ل‬: ‫ت‬ ‫ قةال ة‬:‫نعان نحلكايِم ابلن لحنزاةم نقاَنل‬
‫ف لمان نخايِةر‬ ‫”أناسلنام ن‬: ‫فلايِنهاَ لمان أناجةر؟ فننقاَنل النوبللُي‬
‫ت نعنلىِ نماَ نسلن ن‬

Dari Hakim bin Hizam, ia berkata: ”Wahai Rasulullah, apakah engkau

memandang perbuatan-perbuatan baik yang aku lakukan sewaktu masa jahiliyah (kafir), seperti:
shodaqoh, membebaskan budak atau silaturahim tetap mendapat pahala?” Maka Nabi bersabda:
”Engkau telah masuk Islam beserta semua kebaikanmu yang terdahulu.” (HR. Al-Bukhari, Kitab
Zakat, nomor. 1436. Lihat juga hadits nomor. 2220, 2538, 5992).

 Islam menjadi sebab terhindarnya seorang hamba dari siksa api neraka.

Hal ini berdasarkan hadits berikut ini:

‫ فنقننعند لعانند نراألسله‬،‫ض فنأ ننتاَهة النوبللُي ينةعوُةدةه‬ ‫ي يناخةدةم النوبل و‬


‫ي فننملر ن‬ ‫نعان أننن ة‬
ِ‫ نكاَنن ةغلنمم ينةهوُلد ي‬:‫س نقاَنل‬

‫ ))أناسللام(( فنننظننر إلنلىِ أنبلايِله نو هةنوُ لعانندهة‬: ‫فننقاَنل لنهة‬

‫ ألطاع أننباَ االنقاَلسام فنأ ناسلننم فننخنرنج النوبللُي‬: ‫فننقاَنل لنهة‬

( ‫ )االنحامةد لولل الولذي أنانقننذهة لمنن الوناَلر‬: ‫)نوهةنوُ ينةقوُةل‬

Dari Anas radhiyallahu anhu, ia berkata : “Ada seorang anak Yahudi yang selalu
membantu Nabi shallallahu alaihi wasallam, kemudian ia sakit. Maka Nabi datang
menjenguknya, lalu beliau duduk di dekat kepalanya, seraya mengatakan: ”Masuklah ke dalam
agama Islam,” maka anak Yahudi itu melihat ke bapaknya yang berada di sisinya, maka
bapaknya berkata kepadanya: ”Taatilah (perintah) Abul Qasim (yakni Nabi).” Maka anak itu
akhirnya masuk Islam. Kemudian Nabi keluar, seraya mengucapkan: ”Segala puji hanya milik
Allah yang telah menyelamatkannya dari siksa api neraka.” (HR. Al-Bukhari, hadits nomor. 1356
n 5657).
Dan diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi
wasallam bersabda:

“…‫س ةماسللنمةم نوإلون ان لنيِةنؤييةد هننذا اليداينن لباَلورةجلل االنفاَلجلر‬


‫” إلنوهة لنينادةخةل االنجنوةن إللو نناف م‬

Artinya: “…Sesungguhnya tidak akan masuk surga, melainkan jiwa yg muslim. Dan
sesungguhnya (bisa saja) Allah menolong agama ini dengan orang-orang fajir (orang muslim yg
melakukan dosa-dosa namun tidak menyebabkannya keluar dari Islam, pent).” (HR. Al-Bukhari,
Kitab Jihad, hadits nomor. 3062 dan 4203; dan Muslim, I/105 nomor. 111).

 Kemenangan, kesuksesan dan kemuliaan hanya terdapat dalam agama Islam.

Hal ini berdasarkan hadits berikut ini:

‫ نوةرلز ن‬،‫”قناد أنافلننح نمان أناسلننم‬: ‫ أنون نرةسوُنل ال نقاَنل‬,‫ص‬


‫ نوقننونعهة اة بلنماَ آنتاَهة‬،َ‫ق نكنفاَففا‬ ‫” نعان نعابلد ال ابلن نعاملرو اابن االنعاَ ل‬

Artinya: Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah bersabda:
”Sungguh telah beruntung orang yang masuk Islam dan diberi rizki yang cukup. Dan Allah
memberikan kepadanya sifat Qona’ah (selalu merasa cukup n puas) atas rizki yang ia terima.”
(HR. Muslim dalam Kitab Zakat, Juz II/730, hadits nomor. 1054).

Umar bin Khathab radhiyallahu anhu berkata: ”Kami adalah suatu kaum yang telah
dimuliakan oleh Allah dengan (memeluk) agama Islam. Maka, apabila kami mencari kemuliaan
dengan selain cara-cara Islam, niscaya Allah akan menghinakan kami.” (Diriwayatkan oleh Al-
Hakim dalam Al-Mustadrak, I/62. Dan ia berkata: “(Hadits ini) Shahih.” Dan imam Adz-Dzahabi
menyepakatinya

2.7. Kenapa Saya Beragama Islam


1. Karena keturunan, inilah alasan yang mungkin mayoritas. Dan kita patut bersyukur telah
dilahirkan dari keluarga muslim. Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar kita umat
islam di indonesia khususnya, yang ber-Islam karena faktor keturunan.
2. Karena Islam adalah satu satunya agama yang benar dan dapat dibuktikan kebenarannya.
3. Karena islam adalah agama yang disempurnakan oleh Allah SWT
4. Karena agama islam adalah satu-satunya agama yang diterima ketika hari akhir nanti.
5. Karena agama islam adalah agama yang lurus dan merupakan fitrah dari Allah S.W.T
6. Karena Allah S.W.T telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al
Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama yakni agama
Islam.
2.8. Ayat-Ayat Al-Quran tentang Islam

Allah Azza wa Jalla berfirman:


‫ال فنإ لون و‬
‫ان نسلريةع‬ ‫ت و‬ ‫ف الولذينن ةأوةتوُا االلكنتاَ ن‬
‫ب إلول لمن بناعلد نماَ نجاَنءهةةم االلعالةم بناغفيِاَ بنايِننهةام ْ نونمن يناكفةار لبآِنياَ ل‬ ‫إلون اليدينن لعنند و‬
‫ال ا ا للاسنلةم ْ نونماَ ااختنلن ن‬
‫االلحنساَ ل‬
‫ب‬
Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah
diberi Al-Kitab, kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka.
Barangsiapa yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat
perhitungan-Nya.” [Ali ‘Imran: 19]

Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫ت نواالنار ل‬
‫ض ن‬
‫طاوُفعاَ نونكارفهاَ نوإللنايِله يةارنجةعوُنن‬ ‫ال ينابةغوُنن نولنهة أناسلننم نمن لفي الوسنماَنوا ل‬
‫أنفننغايِنر لديلن و‬
Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama Allah, padahal apa yang
ada dilangit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, (baik) dengan suka maupun terpaksa dan
hanya kepada-Nya-lah mereka dikembalikan ?” [Ali ‘Imran: 83]
Allah Azza wa Jalla juga berfirman:
‫نونمن ينابتنلغ نغايِنر ا ا للاسنللم لديفناَ فننلن يةاقبننل لمانهة نوهةنوُ لفي االلخنرلة لمنن االنخاَلسلرينن‬

Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, dia tidak akan diterima, dan di
akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.” [Ali ‘Imran: 85]

َ‫ت لنةكةم ا ا للاسنلنم لديفنا‬ ‫ت لنةكام لديننةكام نوأناتنمام ة‬


‫ت نعلنايِةكام نلاعنملتي نونر ل‬
‫ضيِ ة‬ ‫االيِناوُنم أناكنمال ة‬
Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …” [Al-Maa-idah: 3]
‫ل‬ ‫ال ِهَّلل لنذلل ن‬ ‫ك للليديلن نحلنيِففاَ ِهَّلل فل ا‬
‫ك اليديةن االقنيِيةم نولنلكون أناكثننر الوناَ ل‬
‫س نل يناعلنةموُنن‬ ‫س نعلنايِنهاَ ِهَّلل نل تنابلدينل للنخال ل‬
‫ق و‬ ‫ال الولتي فن ن‬
‫طنر الوناَ ن‬ ‫ت و‬
‫طنر ن‬ ‫فنأ نقلام نواجهن ن‬
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah
yang Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan
Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [Ar-Ruum: 30
QS: 2.111:
111. Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali tidak akan masuk surga
kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani". Demikian itu (hanya) angan-angan
mereka yang kosong belaka. Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah
orang yang benar."
QS: 9.33
33. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur’an) dan
agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik
tidak menyukai.
2.9. Hadist-Hadist Nabi tentang Islam

Diriwayatkan oleh Imam Muslim tentang Islam:

Dari Umar radhiallahu ‘anhu pula berkata, pada suatu hari tatkala kami duduk-duduk
bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba tampak seorang laki-laki kepada kami
yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat sedikitpun padanya tanda-
tanda bekas perjalanan, dan tidak ada di antara kami yang mengenalnya.

Lalu orang tersebut duduk di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian dia
merapatkan lututnya pada lutut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan meletakkan kedua tapak
tangannya di atas paha Rasulullah, seraya bertanya, “Wahai Muhammad, beritahu aku tentang
Islam!”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Islam adalah engkau
bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan sesungguhnya
Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada
bulan Ramadhan, dan mengerjakan haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya”. Orang
itu berkata, “Engkau benar”.

Maka kami pun heran, dia yang bertanya namun dia pula yang membenarkan
jawabannya. Maka orang itu bertanya lagi, “Beritahu aku tentang iman!”. Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjawab, “Hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya, utusan-utusan-Nya (Rasul-Rasul-Nya), hari kiamat, dan kepada takdir yang baik dan
buruk”. Orang itu berkata lagi, “Engkau benar”. Dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang ihsan!”.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan
engkau melihatnya, namun jika engkau tidak bisa melihatnya, yakinlah bahwa Dia melihatmu!”.

Orang itu bertanya lagi, “Beritahu aku tentang hari kiamat!”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab, “Orang yang ditanya tentang itu, tidak lebih tahu dari yang bertanya”.
Kemudian orang itu bertanya lagi, “Beritahu aku tentang tandatandanya!”. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab, “Yaitu (jika) seorang budak wanita melahirkan majikan
perempuannya (nyonyanya), dan (jika) engkau melihat orang tidak beralas kaki, tidak
berpakaian, miskin dan penggembala kambing, mereka berlombalomba dalam meninggikan
bangunan”. Kemudian orang itu beranjak pergi. Sedangkan ak (Umar) terdiam cukup lama.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadaku, “Wahai Umar, tahukah engkau
siapa orang yang bertanya itu?”. Aku menjawab, “Allah dan Rasul–Nya lebih mengetahui”. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Dia adalah Jibril, datang kepadamu untuk
mengajarkan perkara agamamu”.

Tiang islam

‫نعن طلحة بن عبيِدا ؛ نقاَل‬:


‫ حتىِ دناَ من رسوُل‬.‫ نسمع دوي صوُته ول نفقه ماَ يقوُل‬.‫ ثاَئر الرأس‬.‫جاَء رجل إلىِ رسوُل ا صلىِ ا عليِه وسلم من أهل نجد‬
:‫ فقاَل رسوُل ا صلىِ ا عليِه وسلم “خمس صلوُات في اليِوُم والليِلة” فقاَل‬.‫ فإذا هوُ يسأل عن السلم‬.‫ا صلىِ ا عليِه وسلم‬
‫ إل أن تطوُع” وذكر له رسوُل‬.‫ هل علي غيِره؟ فقاَل “ل‬:‫ وصيِاَم شهر رمضاَن” فقاَل‬.‫ إل أن تطوُع‬.‫هل علي غيِرهن؟ قاَل “ل‬
ِ‫ وا! ل أزيد على‬:‫ فأدبر الرجل وهوُ يقوُل‬،‫ إل أن تطوُع” قاَل‬.‫ هل علي غيِرهاَ؟ قاَل” ل‬:‫ فقاَل‬.‫ا صلىِ ا عليِه وسلم الزكاَة‬
‫أفلح إن صدق‬: ‫ فقاَل رسوُل ا صلىِ ا عليِه وسلم‬.‫هذا ول أنقص منه‬

Dari Thalhah bin Ubaidillah RA katanya :

“Datang seorang laki-laki kepada Rosulullah SAW dari penduduk daerah Najed, berdebu
kepalanya. Kami dengar bunyi suaranya tapi kami tidak mengerti apa yang diucapkannya. Lalu
dia mendekati Rasulullah SAW. Rupanya dia menanyakan tentang Islam. Rasulullah SAWE
menjawab: “Lima kali sembahyang dalam sehari semalam !” Tanya: ” Adakah kewajiban saya
lainnya?” Jawab Nabi: “Tidak !” Kecuali kalau engkau menambah dengan sukarela.” Kata
Thalhah : Lalu laki-laki itu berangkat, sambil mengucapkan : “Demi Allah, saya tidak akan
menambah lebih dari ini dan tidak akan mengurangi.” Rasulullah SAW bersabda: “Dia
beruntung, kalau benar sebagai apa yang diucapkanya.”

Tiang islam:

Shahih Bukhari – Hadits No. 007

‫ظلنةة ابةن أنلبي ةسافنيِاَنن نعان لعاكلرنمةن ابلن نخاَللةد نعان اابلن ةعنمنر نر ل‬
‫ضني و‬
َ‫اة نعانهةنما‬ ‫ال ابةن ةموُنسىِ نقاَنل أناخبننرنناَ نحان ن‬
‫نحودثننناَ ةعبنايِةد و‬
‫ال نوإلنقاَلم ال و‬
‫صنللة نولإينتاَلء‬ ‫اة نوأنون ةمنحومفدا نرةسوُةل و‬
‫س نشنهاَندلة أنان نل إللنهن إلول و‬
‫اة نعلنايِله نونسلونم بةنلني ا ا للاسنلةم نعنلىِ نخام ة‬
‫صولىِ و‬‫ال ن‬ ‫نقاَنل نقاَنل نرةسوُةل و‬
‫ضاَنن‬ ‫الوزنكاَلة نواالنحيج نو ن‬
‫صاوُلم نرنم ن‬

(BUKHARI – 7) :

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Musa dia berkata, telah mengabarkan kepada
kami Hanzhalah bin Abu Sufyan dari ‘Ikrimah bin Khalid dari Ibnu Umar berkata:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Islam dibangun diatas lima (landasan);
persaksian tidak ada ilah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan
shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadlan”.

1. Bukti adanya Allah dengan Metode Ilmiah dan Pendekatan Fisika.


5.1. Pembuktian Wujud Allah

Walaupun manusia telah mengahayati wujud Allah melalui ciptaan-Nya,


pengalaman batin atau fitrah manusia sendiri, namun dia masih juga meginginkan
pembuktian secara langsung bertemu muka. Bahkan Nabi Musa as. sekalipun beliau
adalah utusan Allah pernah
10
memohon kepada Allah agar dia menampakkan diri kepadanya, seperti
dijelaskan al-Qur’an dalam surat al-A’raf/7: 143.
(“ Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang
telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah
Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat
kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku,
tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala)
niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada
gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musapun jatuh pingsan.
Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat
kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman".)
Oleh karena itu segala usaha manusia dalam pembuktian wujud Allah itu tetap
nisbi dan terbatas, maka pembuktian perlu dicari hanya dari satu-satunya sumber
yaitu al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Cara pembuktian lain hanya relevan bilamana
ditujukan untuk memperkuat pembuktian dalam al-Qur’an dan al-Sunnah al-Qur’an
sendiri menyatakan dalam surat al-Mulk/67:10
“(Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan
(peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang
menyala-nyala".)
Dalam rangka mengembangkan keimanan kepada Allah, Ibn Rusyd memakai
cara falsafi yang sesuai denga syari’at Islam, yaitu menggunakan dalil nidham (
kerapian susunan alam) yag disebut dalil inayah wal ikhtira (pemeliharaan dan
penciptaan
Adapun dalil inayah ialah teori yang mengarahkan mausia agar mampu
menghayati wujud Allah melalui penghayatan dan pemahaman manfaat alam untuk
manusia. Firman Allah dalam surat al-Lukman/31: 20. Dan an-Naba’/78:6-16
(“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk
(kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan
untukmu ni`mat-Nya lahir dan batin. Dan di antara
11
manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan
atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.”)
(“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-
gunung sebagai pasak?, dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan, dan Kami
jadikan tidurmu untuk istirahat, dan Kami jadikan malam sebagai pakaian, dan
Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan, dan Kami bangun di atas kamu
tujuh buah (langit) yang kokoh, dan Kami jadikan pelita yang amat terang
(matahari), dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah, supaya Kami
tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan, dan kebun-kebun yang
lebat?”)

5.2. Bukti Adanya Allah Menurut Metode Ilmiah dan Pendekatan Fisika
Tiga misteri yang menggugah rasa ingin tahu beberapa ilmuwan tentang
keberadaan Pencipta.
Salah satu pertanyaan utama berkaitan dengan jagat raya kita yang serbatepat.
Mengapa jagat raya diperlengkapi dengan hukum-hukum fisika yang pasti dan
dengan hal-hal konstan di alam yang dengan tepat dan ideal menunjang planet kita
dan semua kehidupan di atasnya?
Apa yang dimaksud dengan serbatepat? Sebagai contoh, perhatikan empat gaya
fisika dasar yang diatur dengan tepat: elektromagnetisme, gravitasi, gaya nuklir
kuat, dan gaya nuklir lemah.* Setiap objek di alam semesta dipengaruhi oleh gaya-
gaya ini. Keempat gaya ini diatur secara tepat dan seimbang sehingga perubahan
sekecil apa pun akan melenyapkan semua kehidupan di alam semesta kita.
Bagi banyak orang yang suka berpikir, hal di atas tidak mungkin terjadi secara
kebetulan, tetapi harus ada penjelasannya. John Polkinghorne, mantan fisikawan di
Cambridge University, menyimpulkan, ”Apabila kita menyadari bahwa hukum-
hukum alam pasti diatur secara tepat agar dapat menghasilkan alam semesta seperti
yang kita

12
lihat, kita pun jadi berpikir bahwa alam semesta tidak mungkin terjadi dengan
sendirinya, tetapi harus ada suatu maksud di balik itu semua.”
Paul Davies, seorang fisikawan dari Australia, menyatakan gagasan serupa,
”Tidak diragukan bahwa banyak ilmuwan . . . mencemooh gagasan tentang adanya
Allah, atau bahkan adanya sumber yang abstrak dari segala sesuatu.” Ia
menambahkan, ”Secara pribadi saya tidak setuju. . . . Saya tidak bisa percaya bahwa
keberadaan kita di alam semesta ini hanyalah hasil dari suatu kebetulan . . . suatu
kecelakaan belaka.”
Problem kedua yang menyulitkan para ilmuwan dewasa ini berkaitan dengan
rumit serta peliknya alam di sekitar kita. Berdasarkan akal sehat, semakin rumit
suatu kejadian, semakin tidak mungkin hal itu terjadi secara kebetulan. Perhatikan
sebuah contoh.
Ada banyak sekali reaksi kimia yang harus terjadi dengan sangat tepat untuk
menghasilkan DNA, bahan dasar pembentuk kehidupan. Tiga puluh tahun yang lalu,
Dr. Frank Salisbury dari Utah State University, AS, menghitung seberapa besar
kemungkinan terbentuknya molekul dasar DNA yang sangat penting untuk
munculnya kehidupan secara spontan. Kalkulasi menunjukkan bahwa
kemungkinannya sangat kecil sehingga secara matematis dapat dikatakan mustahil.*
Kerumitan terlihat jelas apabila suatu makhluk hidup memiliki bagian tubuh yang
rumit yang tidak ada gunanya tanpa bagian tubuh makhluk lain yang juga rumit.
Mari kita lihat salah satu contohnya, yaitu reproduksi.
Menurut teori evolusi, makhluk hidup menjadi semakin rumit seraya terus
bereproduksi. Tetapi pada tahap tertentu, spesies betina harus menghasilkan sel-sel
reproduksi yang harus dibuahi oleh sel-sel reproduksi yang cocok dari si pejantan.
Agar keturunan mereka memiliki jumlah kromosom yang tepat, sel-sel reproduksi
dari kedua orang tua harus mengalami proses mengagumkan yang disebut meiosis.
Melalui proses ini, jumlah kromosom di dalam tiap-tiap sel akan berkurang
setengah dari yang normal. Dengan demikian, keturunan mereka tidak akan
memiliki terlalu banyak kromosom.
Tentu saja, proses yang sama harus terjadi untuk spesies lain. Lalu, bagaimana
”induk pertama” dari setiap spesies yang sudah berkembang
13
penuh bisa memiliki kesanggupan untuk bereproduksi dengan ”pejantan
pertama”-nya? Bagaimana induk dan pejantan itu tiba-tiba dapat membagi dua
jumlah kromosom dalam sel reproduksi mereka sehingga dapat menghasilkan
keturunan yang sehat yang memiliki sebagian dari sifat kedua orang tuanya? Jika
kemampuan reproduktif ini berkembang secara bertahap, bagaimana mungkin si
betina dan si pejantan dari setiap spesies bisa tetap hidup, padahal kemampuan vital
tersebut belum berkembang penuh?
Bahkan dalam satu jenis spesies, tampaknya mustahil jika saling ketergantungan
dalam proses reproduksi ini dihasilkan secara kebetulan. Apalagi kalau dikatakan
bahwa itu terjadi dalam begitu banyak jenis spesies, sungguh tidak masuk akal.
Dapatkah proses evolusi yang sifatnya teoretis itu menjelaskan kerumitan demikian?
Bagaimana mungkin hal-hal yang terjadi secara kebetulan, acak, dan tanpa tujuan
bisa menghasilkan sistem yang saling berkaitan dengan rumit seperti itu? Makhluk
hidup memiliki banyak ciri khas yang membuktikan adanya perencanaan dan
perancangan—yang menunjukkan adanya seorang Perancang yang cerdas.
Banyak pakar telah sampai pada kesimpulan demikian. Sebagai contoh,
matematikawan William A. Dembski menulis bahwa ”kecerdasan” yang nyata dalam
”hal-hal yang kelihatan di alam ini . . . dapat dijelaskan secara memuaskan hanya
jika kita menganggapnya berasal dari suatu sumber yang cerdas.” Pakar biokimia
molekuler bernama Michael Behe meringkaskannya demikian, ”Anda bisa menjadi
orang Katolik yang saleh sekaligus menjadi penganut teori Darwin. Akan tetapi,
setelah mempelajari biokimia, sulit bagi seorang ilmuwan yang suka bernalar untuk
menjadi penganut teori Darwin.”

Catatan Fosil yang Tidak Beraturan


Misteri ketiga yang membuat bingung beberapa ilmuwan berkaitan dengan
catatan fosil. Jika evolusi telah berlangsung selama periode yang luar biasa panjang,
tentunya akan ditemukan banyak sekali fosil dari makhluk-makhluk tingkat
menengah, atau mata rantai, di antara
14
jenis-jenis utama makhluk hidup. Akan tetapi, dari begitu banyak fosil yang ditemukan
dalam penggalian sejak zaman Darwin, hasilnya ternyata mengecewakan. Mata-mata
rantai yang hilang itu tetap hilang!
Maka, sejumlah ilmuwan telah menyimpulkan bahwa bukti berevolusinya
kehidupan terlalu lemah dan saling bertentangan. Insinyur penerbangan bernama
Luther D. Sutherland menulis dalam bukunya Darwin’s Enigma, ”Bukti ilmiah
memperlihatkan bahwa segala jenis kehidupan yang pertama kali muncul di Bumi,
mulai dari protozoa bersel tunggal sampai kepada manusia, semuanya itu sempurna
dan organ-organ serta strukturnya pun lengkap dan berfungsi sepenuhnya.
Kesimpulan yang tentunya diperoleh dari fakta ini adalah: Pasti ada suatu makhluk
cerdas sebelum kehidupan pertama kali muncul di Bumi.”

Di pihak lain, catatan fosil ternyata cocok dengan urutan munculnya bentuk-bentuk
kehidupan yang dikisahkan di buku Kejadian dalam Alkitab. Donald E. Chittick,
seorang pakar kimia fisika yang mendapatkan gelar doktor di Oregon State
University, berkomentar, ”Dengan mengamati catatan fosil secara saksama akan
didapat kesimpulan bahwa hewan berkembang biak sesuai dengan jenisnya, persis
seperti yang disebutkan buku Kejadian. Binatang tidak berubah dari satu jenis ke
jenis lain. Bukti yang ada sekarang, seperti halnya pada zaman Darwin, ternyata
selaras dengan catatan Kejadian tentang penciptaan. Hewan dan tumbuhan terus
berkembang biak sesuai dengan jenisnya. Malah, begitu besarnya pertentangan
antara paleontologi (ilmu tentang fosil) dan teori Darwin sehingga beberapa
ilmuwan mulai yakin bahwa makhluk tingkat menengah itu tidak akan pernah
ditemukan.”

Menyikapi Bukti yang Ada


Pembahasan di atas hanyalah sebagian kecil dari segudang masalah yang
tak terpecahkan, yang membuat bingung orang-orang yang mengabaikan bukti
adanya Pencipta. Beberapa ilmuwan menyadari bahwa gagasan menolak adanya
Allah tidak dibangun berdasarkan bukti faktual
15
atau logika yang cermat, tetapi berdasarkan perkiraan dan spekulasi.

Oleh karena itu, setelah seumur hidup membaktikan dirinya untuk


penelitian dan riset ilmiah yang berhasil, Astronom Allan Sandage mengatakan,
”Oleh karena penyelidikan ilmiah yang saya lakukan, saya sampai pada kesimpulan
bahwa dunia kita lebih rumit daripada yang dapat dijelaskan oleh sains. Saya baru
bisa memahami misteri kehidupan setelah mengakui adanya suatu sumber
adikodrati.”

6. Bukti adanya Tuhan dengan Pendekatan Astronomi dan Keberadaan Alam

6.1. Fitra sebagai bukti adanya Allah

Alam semesta atau jagad raya dengan segala sesuatu yang ada didalamnya yang nampak
sangat teratur kokoh, indah, sempurna, rapi dan seluruhnya sebagai ciptaan baru, bukannya itu
saja yang dapat digunakan sebagai saksi tentang adanya Tuhan (Allah) yang maha mendirikan
langit dan bumi ini, tetapi masih ada saksi lain lagi yang dapat digunakan untuk itu dan bahkan
dapat lebih meresapkan. Saksi yang lainnya itu adalah berupa perasaan-perasaan yang tertanam
dalam jiwa setiap insan yang merasakan akan adanya Allah SWT. Perasaan ini adalah sebagai
pembawaan sejak manusia itu dilahirkan dan oleh sebab itu dapat disebut sebagai perasaan fitrah.
Fitrah adalah keaselian yang diatasnya itulah Allah menciptakan makhluk manusia itu. Ini dapat
pula diibaratkan dengan kata lain sebagai gharizah diniah atau pembawaan keagamaan.

Ghazirah dianiah adalah satu-satunya hal yang merupakan batas pemisah antara makhluk
Tuhan yang disebut manusia dan yang disebut binatang, sebeb binatang pasti tidak
memikirkannya. Ghazirah keagamaan ini adakalanya tertutup atau hilang, sebagian atau
seluruhnya, dengan adanya sebab yang mendatang, sehingga manusia yang sedang dihinggapi
penyakit ini lalu tidak mengerti sama sekali tentang kewajiban dirinya terhadap Tuhan. Ia tidak
terjaga dari kenyenyakan tidurnya dan tidak dapat dibangunkan dari kelalaiannya itu, kecuali
apabila ada penggerak yang menyebabkan ia jaga dan bangun. Setelah kebangunannya ini
barulah ia akan meneliti penyakit apa yang sedang dideritanya itu atau bahaya apa yang sedang
meliputi tubuhnya dan mengancam keselamatannya.
16

Dalam hal ini Allah Ta’ala berfirnan :

“Dan jikalau
manusia itu ditimpa bahaya, maka ia pun berdoalah kepada Kami (Allah) diwaktu berbaring,
diwaktu duduk atau berdiri. Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu dari padanya, iapun
berjalanlah seolah-olah tidak pernah berdoa kepada Kami atas bahaya yang telah
menghinggapinya itu”. (S. Yunus.12).

6.2. Bukti kejadian dan pengalaman

Setiap manusia tentu pernah berdoa kepada Tuhannya, kemudian dikabulkanlah apa yang
menjadi permintaannya. Pernah pula memanggilNya dan iapun dijawab apa yang diinginkan
serta dikehendakinya. Ia pernah pula memintaNya dan apa yang diminta itupun diberikan. Tidak
sedikit orang yang sakit dan memohon kesembuhan kepadaNya disamping berusaha dengan
berobat yang dilakukan dan kemudian ia berhasil sembuh.

Pengalaman-pengalaman manusia dalam kehidupannya di dunia ini sebenarnya sudah


membimbing dirinya sendiri untuk dapat sampai kepada penemuan akan Allah SWT secara
kesadaran dan bukan karena adanya paksaan, sebab pengalaman-pengalaman itu memang dapat
membuka segala macam hakikat yang ia sendiri pasti tidak merasakan dengan panca inderanya.

“Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdoa, dan Kami memperkenankan doanya,
lalu Kami selamatkan dia beserta keluarganya dari bencana yang besar.” (Al Anbiya: 76)

“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Robbmu, lalu diperkenankan-Nya


bagimu.” (Al Anfaal: 9) 17
6.3. Bukti-bukti dari Naqal (Keterangan Agama)

Diantara bukti-buktinya yang dapat disaksikan tentang wujudnya Allah ialah bahwa para
nabi dan rasul yang terpilih dari sekian banyak hamba-hambaNya, mereka itu semua adalah
manusia yang amat pilihan sekali,seluruhnya sejak zaman nabiullah Adam a.s sampai ke zaman
Rasulullah SAW mempunyai satu garis penyiaran yang benar-benar sama dan sejalan, yaitu
memberitahukan dengan pasti kepada seluruh umat manusia bahwa alam semesta ini ada
Tuhan (Allah) yang Maha Bijaksana. Oleh segenap nabi dan rasul itu hanya satu itulah pokok
penyiaran yang disampaikannya yang merupakan hal yang penting sekali.

Sabda Nabi dan Rasul adalah benar dalam ucapannya terhadap Allah SWT, berikhlas hati
untukNya, penganjur untuk mengajak menuju jalanNya yang benar, membela keagungan
agamaNya dan memperoleh pengokohan yang berupa kemukjizatan dari padaNya.

“Lalu
Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu.: Maka terbelahlah
lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.” (Asy Syu’araa: 63)

Selanjutnya mukjizat Nabi Isa as. ketika menghidupkan orang-orang yang sudah mati;
lalu mengeluarkannya dari kubur dengan ijin Allah. Allah swt berfirman:

‫ق أنيني‬
‫طيِلن لمنن لنةكام أناخلة ة‬
‫طايِفرا فنيِنةكوُةن لفيِله الطوايِلر نكهنايِئنلة ال ي‬
‫ال بلإ لاذلن ن‬
‫و‬

“…dan aku menghidupkan orang mati dengan seijin Allah.” (Ali Imran: 49)

6.4. Dalil Naqli

1. Allah SWT adalah Al-awwal artinya tidak ada permulaan bagi wujudNya. Dia juga
Al-Akhir akhirnya tidak ada akhir dari wujudNya.

“Dialah yng awal dan yang akhir, yang zhahir dan yang bathin, dan Dia Mengetahui segala
sesuatu.” (Al-Hadid 57:3).

18

2. Tidak ada satu pun yang menyerupaiNya.


“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia lah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat”. (As-Syura 42:11).

3. Allah SWT Maha Esa

‫أووحدد ا‬
‫اق قهوو ققلل‬
“Katakanlah : ‘Dialah Allah, Yang Maha Esa…” (Al-Ikhlas 112:1).

4. Allah SWT memiliki Al-Asma’ was Shiffaat (nama-nama dan sifat-sifat) yang
disebutkanNya untuk diriNya di dalam Al-Quran serta semua nama dan sifat yang
dituturkan untukNya oleh Rasulullah SAW dalam sunnahnya, seperti Ar-Rahmaan,
Ar-Rahiim, Al’Aliim, Al-Aziz, As-Sami, Al-Bashiir dan lain-lain.

Firman Allah :

“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan


menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti
mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka
perbuat.” (Al-A’raf 7:18).

6.5. Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika

Sampai abad ke-19 pendapat yang mengatakan bahwa alam menciptakan dirinya sendiri
(alam bersifat azali) masih bayak pengikutnya. Tetapi setelah ditemukan “hukum kedua
termodinamika”, pernyataan ini telah kehilangan landasan berpijak. Hukum tersebut yang
dikenal dengan hukum keterbatasan energi atau teori pembatasan perubahan energi panas
membuktikan bahwa adanya alam tidak mungkin
19

bersifat azali. Hukum tersebut menerangkan bahwa energi panas selalu berpindah dari keadaan
panas beralih menjadi tidak panas. Sedang kebalikannya tidak mungkin, yakni energi panas tida
Baru-baru ini dua ilmuwan, Christoph Benzmüller dari Berlin Free University dan rekannya
Bruno Woltzenlogel Paleo dari Technical University, Wina dikabarkan oleh media berhasil
membuktikan dalil keberadaan Tuhan yang sebelumnya telah dipopulerkan matematikawan
Austria, Kurt Godel, dengan menggunakan komputer Macbook.

Kurt Godel, matematikawan asal Checko kelahiran 28 April 1906 ini pernah
mengeluarkan teori bahwa Tuhan bisa dibuktikan dengan dalil (decoded). Lima aksioma yang
dituliskannya sebagai berikut:
1. "Properti" apapun, atau penyangkalan terhadap properti itu, adalah "positif";
tetapi tidak mungkin bahwa properti dan penyangkalan tersebut positif.
2. Jika satu properti positif menyiratkan bahwa selalu ada beberapa properti,
maka properti tersirat positif.
3. Properti tentang Tuhan (sesuatu yang seperti Tuhan; God-like) adalah positif.
4. Sifat-sifat properti yang positif hasilnya selalu positif.
5. Properti yang eksis selalu positif.
Gödel membuktikan teorema menengah dan salah satu akibat wajar dalam buktinya.
Aksioma pertama, ia membawa kita pada kesimpulan "Properti positif mungkin eksis". Setelah
menambahkan aksioma ketiga, Tuhan, atau "menjadi seperti Tuhan" memiliki kemungkinan yang
eksis. Dengan bantuan aksioma keempat, Gödel menyatakan bahwa "menjadi seperti Tuhan" satu
inti dengan mahluk ciptaan "seperti Tuhan". Setelah menambahkan aksioma akhir, Gödel
menyimpulkan: adalah sangat diperlukan bahwa Tuhan itu ada.

6.6. Pembuktian Adanya Tuhan dengan Ilmu Astronomi


Benda alam yang paling dekat dengan bumi adalah bulan, yang jaraknya dari bumi
sekitar 240.000 mil, yang bergerak mengelilingi bumi dan menyelesaikan setiap edarannya
selama dua puluh sembilan hari sekali. Demikian pula bumi yang terletak 93.000.000.000 mil
dari matahari berputar pada porosnya dengan kecepatan seribu mil per jam dan menempuh garis
edarnya sepanjang 190.000.000 mil setiap setahun sekali. Di samping bumi terdapat gugus
sembilan planet tata surya, termasuk bumi, yang mengelilingi matahari dengan kecepatan luar
biasa.
20

Matahari tidak berhenti pada suatu tempat tertentu, tetapi ia beredar bersama-sama dengan
planet-planet dan asteroid mengelilingi garis edarnya dengan kecepatan 600.000 mil per jam. Di
samping itu masih ada ribuan sistem selain “sistem tata surya” kita dan setiap sistem mempunyai
kumpulan atau galaxy sendiri-sendiri. Galaxy-galaxy tersebut juga beredar pada garis edarnya.
Galaxy dimana terletak sistem matahari kita, beredar pada sumbunya dan menyelesaikan
edarannya sekali dalam 200.000.000 tahun cahaya.

Logika manusia dengan memperhatikan sistem yang luar biasa dan organisasi yang teliti,
akan berkesimpulan bahwa mustahil semuanya ini terjadi dengan sendirinya, bahkan akan
menyimpulkan bahwa di balik semuanya itu ada kekuatan maha besar yang membuat dan
mengendalikan sistem yang luar biasa tersebut, kekuatan maha besar tersebut adalah Tuhan.

6.7. Penciptaan Alam SemestaBerasal dari Ketiadaan atau berasal dari


Tuhan

Pada tahun 1929, di observatorium Mount Wilson California, ahli astronomi Amerika,
Edwin Hubble membuat salah satu penemuan terbesar di sepanjang sejarah astronomi. Ketika
mengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasa, ia menemukan bahwa mereka
memancarkan cahaya merah sesuai dengan jaraknya. Hal ini berarti bahwa bintang-bintang ini
"bergerak menjauhi' kita.Sebab, menurut hukum fisika yang diketahui, spektrum dari sumber
cahaya yang sedang bergerak mendekati pengamat cenderung ke warna ungu, sedangkan yang
menjauhi pengamat cenderung ke warna merah. Selama pengamatan oleh Hubble, cahaya dari
bintang-bintang cenderung ke warna merah. Ini berarti bahwa bintang-bintang ini terus-menerus
bergerak menjauhi kita.

Mengembangnya alam semesta berarti bahwa jika alam semesta dapat bergerak mundur
ke masa lampau, maka ia akan terbukti berasal dari satu titik tunggal. Perhitungan menunjukkan
bahwa 'titik tunggal' ini yang berisi semua materi alam semesta haruslah memiliki 'volume nol',
dan 'kepadatan tak terhingga'. Alam semesta telah terbentuk melalui ledakan titik tunggal
bervolume nol ini. Ledakan raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini dinamakan 'Big
Bang', dan teorinya dikenal dengan nama tersebut. Perlu dikemukakan bahwa 'volume nol'
merupakan pernyataan teoritis yang digunakan untuk memudahkan pemahaman. Ilmu
pengetahuan dapat mendefinisikan konsep 'ketiadaan', yang berada di luar batas pemahaman
manusia, hanya dengan menyatakannya sebagai 'titik bervolume nol'. Sebenarnya, 'sebuah titik
tak bervolume' berarti 'ketiadaan'. Demikianlah alam semesta muncul menjadi ada dari ketiadaan.
Dengan kata lain, alam semesta telah diciptakan. Fakta bahwa alam ini diciptakan, yang baru
ditemukan fisika modern pada abad 20, telah dinyatakan dalam Al-Quran 14 abad yang lalu.

21

7. Pengertian Qada,Qadr,Qadariah,dan Jabariah

7.1. Pengertian Qadha

Di dalam fiqih, istilah qadha dipakai pada dua tempat yaitu dalam arti
lembaga peradilan dan qadha dalam arti pelaksanan kewajiban, khususnya ibadah.Qadha
dalam pengertian yang kedua merupakan pengimbangan dari ada.Fuqaha berbeda pendapat
tentang melakukan kewajiban qadha.Pendapat yang pertama dipelopori oleh ulama mazhab
Hanafi, Hambali, sebagian ulama mazhab Syafi’i, Malik dan umumnya ulama hadits
memandang wajib melaksanakan qadha atas dalil (alasan) perintah ada1. Dari segi boleh atau
tidaknya mewakilkan suatu pelaksanaan ibadah kepada orang lain, ulama fiqh membaginya
kepada tiga bentuk :

a. Ibadah yang terkait dengan harta saja, seperti zakat, kafarat dan kurban.
Untuk mendistribusikanya boleh diwakilkan kepada orang lain.
b. Ibadah jasmani saja, seperti shalat dan puasa, ibadah ini tidak bisa diwakilkan kepada
orang lain.
c. Ibadah yang terkait dengan badan dan harta, seperti ibadah haji, boleh
diwakilkan pada orang lain dengan syarat-syarat tertentu.

7.2. Pengertian Qadr

Kata Qadar berasal dari bahasa Arab, yakni al-qadr (‫ )القدر‬yang berarti menetapkan.
Pengertian Qadar ini disamakan dengan kata al-hukm (‫ )الحكم‬artinya; penetapan, sehingga
dalam al-Qur'an ditemukan istilah yang disebut dengan Malam Qadar, yaitu malam yang
ditetapkan oleh Allah atas perjalanan hidup makhluk selama setahun.

Menurut istilah, pengertian Qadar adalah ketetapan atau ketentuan Tuhan sejak azali dan
tidak ada satu makhluk pun yang dapat merubahnya. Dengan kata lain Pengertian Qadar
merupakan undang-undang, di mana manusia tidak mampu merubahnya. Dalam ilmu kalam,
istilah Qadar disamakan dengan Qadha, yakni penetapan Allah yang tidak berubah-ubah.

7.3. Pengertian Qadariah


Dilihat dari segi bahasa qadar berarti ketetapan, hukum ketentuan, ukuran

dan kekuatan. Dalam pengertian lain adalah ketergantungan perbuatan hamba pada
kekuatannya sendiri.Manusia mempunyai kekuatan dan kebebasan mutlak untuk
menentukan dan melakukan perbuatannya atas kehendak dan pilihan sendiri.

Dalam paham ini, perbuatan manusia merupakan ciptaan dan pilihan manusia

sendri, bukan ciptaan atau plihan Tuhan. Hal ini didasarkan aats kemempuan

manusia membedakan antara orang yang berbuat baik dan berbuat buruk.

22
7.4. Pengertian Jabariah

Dari segi makna Jabariah berarti memaksa.8 Dihubungkan dengan perbuatan manusia,
maka manusia terpaks dalam melakukan perbuatannya, tidak mempunyai kehendak dan
kebebasan, terikat paa kekuasaan mutlak Tuhan.

Selain itu, ia juga mengembangkan beberapa paham, seperti:

1. Surga dan neraka akan fana, tidak ada sesuatupun yang kekal selamanya. Kekekalan
yang disebut dalam al-Qur’an adalah masa yang panjang, tetapi setelah itu akan
binasa, bukan kekal mutlak.
2. Iman adalah pengenalan (ma’rifah) dan kekufuran adalah ketidaktahuan (al-jahl).
3. Al-Qur’an adalah makhluk (baru), tidak Qadim.
4. Allah bukan sesuatu, tidak pula mempunyai sifat.
5. Tuhan tidak dapat dilihat di hari kemudian.

8. Pemahaman tentang Seluruh Kitab Suci dan Suhuf


8.1. Kitab Suci
Al-Qur’ān (Arab: ‫ ) الققققرآن‬adalah kitab suci agama Islam.
Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an merupakan puncak dan penutup wahyu
Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan bagian dari rukun iman, yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, melalui
perantaraan Malaikat Jibril.
Dan sebagai wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah SAW adalah
sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-'Alaq ayat 1-5.
Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang
berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang".
Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a yang
artinya membaca.

Adapun Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai


berikut:
"Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat
Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada
kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah,
yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas"

8.2. Struktur dan Pembagian Al Quran

Surat, ayat dan ruku'


Al-Qur'an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surah (surat).

Makkiyah dan Madaniyah


Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas surat-
surat Makkiyah (surat Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah).
Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu penurunan surat dan ayat tertentu di
mana surat-surat yang turun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah
digolongkan surat Makkiyah sedangkan setelahnya tergolong surat Madaniyah.

Juz dan manzil


Dalam skema pembagian lain, Al-Qur'an juga terbagi menjadi 30 bagian dengan
panjang sama yang dikenal dengan nama juz.

28
Menurut ukuran surat
Kemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada didalam Al-Qur’an
terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
As Sab’uththiwaal (tujuh surat yang panjang).
Yaitu Surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisaa’, Al-A’raaf, Al-An’aam, Al Maa-
idah dan Yunus
Al Miuun (seratus ayat lebih), seperti Hud, Yusuf, Mu'min dan sebagainya
Al Matsaani (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti Al-Anfaal, Al-Hijr dan
sebagainya
Al Mufashshal (surat-surat pendek), seperti Adh-Dhuha, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-
Nas dan sebagainya

8.3. Adab Terhadap Al Quran


Ada dua pendapat mengenai hukum menyentuh Al-Qur'an terhadap
seseorang yang sedang junub, perempuan haid dan nifas.

Pendapat pertama
Sebelum menyentuh sebuah mushaf Al-Qur'an, seorang Muslim dianjurkan untuk
menyucikan dirinya terlebih dahulu dengan berwudhu.
Hal ini berdasarkan tradisi dan interpretasi secara literal dari surat Al Waaqi'ah
ayat 77 hingga 79.

Pendapat kedua
Pendapat kedua mengatakan bahwa yang dimaksud oleh surat Al Waaqi'ah di atas
ialah:
"Tidak ada yang dapat menyentuh Al-Qur’an yang ada di Lauhul Mahfudz
sebagaimana ditegaskan oleh ayat yang sebelumnya (ayat 78) kecuali para
Malaikat yang telah disucikan oleh Allah."

8.4. Hubungan Dengan Kitab Kitab Lain


Berkaitan dengan adanya kitab-kitab yang dipercayai diturunkan kepada
nabi-nabi sebelum Muhammad SAW dalam agama Islam (Taurat, Zabur,
Injil, lembaran Ibrahim), Al-Qur'an dalam beberapa ayatnya menegaskan
posisinya terhadap kitab-kitab tersebut.
Berikut adalah pernyataan Al-Qur'an yang tentunya menjadi doktrin bagi
ummat Islam mengenai hubungan Al-Qur'an dengan kitab-kitab tersebut:
Bahwa Al-Qur'an menuntut kepercayaan ummat Islam terhadap eksistensi
kitab-kitab tersebut. QS(2:4)
Bahwa Al-Qur'an diposisikan sebagai pembenar dan batu ujian (verifikator)
bagi kitab-kitab sebelumnya. QS(5:48)
Bahwa Al-Qur'an menjadi referensi untuk menghilangkan perselisihan
pendapat antara ummat-ummat rasul yang berbeda. QS(16:63-64)
Bahwa Al-Qur'an meluruskan sejarah.
Dalam Al-Qur'an terdapat cerita-cerita mengenai kaum dari
29

rasul-rasul terdahulu, juga mengenai beberapa bagian mengenai kehidupan


para rasul tersebut.
Cerita tersebut pada beberapa aspek penting berbeda dengan versi yang
terdapat pada teks-teks lain yang dimiliki baik oleh Yahudi dan Kristen.

8.5. Suhuf

Selain kitab-kitab, di dalam alquran di sebutkan adanya suhuf atau sahifah


( halaman ), yang berjumlah seratus sahifah, suhuf adalah firman allah swt,
yang di turunkan kepada para nabi atau rasulnya yang berisi hokum-hukum
sebagai petunjuk dan pedoman dalam menjalankan agamanya, suhuf
diberikan kepada :

1. Suhuf nabi adam as 10 suhuf

2. Suhuf nabi syits as 50 suhuf

3. Suhuf nabi idris as 30 suhuf

4. Suhuf nabi Ibrahim as 10 suhuf

5. Suhuf nabi musa as 10 suhuf

Firman allah yang menyebutkan tentang suhuf di dalam surat al-A’la 18-19.

Artinya : sesungguhnya ini semua benar-benar terdapat di dalam suhuf yang


pertama ( yaitu ) suhuf-suhuf nabi Ibrahim as dan nabi musa as.

Kitab dan suhuf mempunyai persamaan yaitu :

1. Kitab dan suhuf sama-sama merupakan wahyu allah

2. Penerimaan kitab dan suhuf hanya nabi / rasul


Kitab dan suhuf mempunyai perbedaan yaitu :

1. Kitab lebih lengkap ( rinci ) daripada suhuf

2. Isi kitab lebih lengkap ( rinci ) daripada suhuf

3. Kitab bersifat buku ( mushaf ) sedang suhuf lembaran

1. Pengertian Iman

Iman berasal dari Bahasa Arab dari kata dasar amana yu’minu-imanan artinya
beriman atau percaya. Percaya dalam Bahasa Indonesia artinya meyakini atau yakin
bahwa sesuatu (yang dipercaya) itu memang benar atau nyata adanya.

Pengertian dalam Al-Qur’an adalah iman dengan pengertian membenarkan (‫)التصديق‬


adalah membenarkan berita yang datangnya dari Allah dan Rasul-Nya. Dalam salah satu
hadist shahih diceritakan bahwa Rasulullah ketika menjawab pertanyaan Jibril tentang
Iman yang artinya bahwa yang dikatakan Iman itu adalah engkau beriman kepada Allah,
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari kiamat dan engkau beriman bahwa
Qadar baik dan buruk adalah dari Allah SWT.

Pengertian iman secara istilahi ialah kepercayaan yang meresap ke dalam hati, dengan
penuh keyakinan, tidak bercampur syak (ragu), serta memberi pengaruh bagi pandangan
hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari. Jadi,iman itu bukanlah semata-mata
ucapan lidah, bukan sekedar perbuatan dan bukan pula merupakan pengetahuan tentang
rukun iman.

Iman itu membentuk jiwa dan watak manusia menjadi kuat dan positif, yang akan
mengejawantah dan diwujudkan dalam bentuk perbuatan dan tingkah laku akhlakiah
manusia sehari-hari adalah didasari/ diwarnai oleh apa yang dipercayainya. Kalau
kepercayaannya benar dan baik pula perbuatannya, dan begitu pula sebaliknya.

Kemudian hal-hal apa saja yang harus diimani? Obyek yang harus diimani adalah
semua yang termasuk dalam rukun iman yang enam, seperti yang tercantum dalam QS
Al-Baqarah ayat 285 dan kemudian hadist Jibril yang terkenal. Keenam rukun iman
tersebut ialah iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-
Nya, takdir yang baik dan buruk serta hari kiamat .Keimanan seseorang terhadap rukun
iman tersebut membawa konsekuensi konsekuensi logis yang harus dijalaninya.

Iman kepada Allah seyogianya membuat seseorang menjadi taat kepada-Nya,


menjalankan semua yang diperintahkan-Nya dan menjauhi semua yang dilarang-Nya
serta selalu bersandar dan memohon pertolongan kepada-Nya, takut kepada ancaman dan
neraka-Nya dan rindu serta mengharapkan ampunan, pahala dan syurga-Nya. Di samping
itu tentu saja selalu ingat dan bersyukur kepada-Nya.

Berikutnya iman kepada malaikat membawa konsekuensi kita berhati-hati dalam


sikap, perkataan, dan perbuatan karena di kanan dan di kiri kita ada Raqib dan Atid yang
siap mencatat segala yang baik maupun yang buruk yang kita kerjakan.

Sedangkan iman kepada kitab-kitab-Nya membuat kita mengimani semua kitab suci
yang berasal dari-Nya. Namun kitab-kitab suci terdahulu adalah sesuatu yang sudah habis
masa berlakunya dan telah dikoreksi dan disempurnakan di dalam kitab yang terakhir: Al-
Qur’an. Sehingga Al-Qur’an sajalah yang menjadi sumber acuan kita dalam segala aspek
kehidupan.

Kemudian iman kepada nabi-nabi membawa konsekuensi kita harus meneladaninya.


Dan tidak membeda-bedakannya (QS 2:285). Namun tentu saja uswah dan panutan utama
kita adalah Rasulullah Muhammad SAW (QS 33:21).

Berikutnya iman kepada takdir yang baik dan buruk membuat kita akan selalu
berusaha, berikhtiar optimal dan kemudian bertawakal atau berserah diri kepada Allah.
Jika berhasil, itu berarti takdir baik berupa karunia Allah yang haus disyukuri dan bila
gagal atau terkena musibah, itu berarti taqdir buruk berupa cobaan yang harus disabari
dan diterima.

Dan akhirnya iman kepada hari akhir atau kiamat akan menyebabkan kita selalu waspada
dan berhitung atau mengkalkulasi pahala dan dosa kita serta mempersiapkan bekal untuk
hari kiamat itu (QS 59:18) berupa ketakwaan karena segala sesuatunya akan
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak.
4. Defenisi taqwa
Pengertian Takwa Menurut Bahasa
Menurut bahasa, takwa berasal dari bahasa Arab yang berarti memelihara diri dari
siksaan Allah SWT, yaitu dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya (Imtitsalu awamirillah wajtinabu nawahihi).
Takwa (taqwa) berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara, yakni
menjaga diri agar selamat dunia dan akhirat.

Kata Waqa juga bermakna melindungi sesuatu, yakni melindunginya dari berbagai hal
yang membahayakan dan merugikan.

Pengertian Takwa Menurut Istilah

Pengertian takwa menurut istilah kita dapatkan di banyak literatur, termasuk Al-
Quran, Hadits, dan pendapat sahabat serta para ulama. Semua pengertian takwa itu
mengarah pada satu konsep: yakni melaksanakan semua perintah Allah, menjauhi
larangannya, dan menjaga diri agar terhindari dari api neraka atau murka Allah SWT.

Ibn Abbas mendefinisikan takwa sebagai "takut berbuat syirik kepada Allah dan selalu
mengerjakan ketaatan kepada-Nya" (Tafsir Ibn Katsir).

Ketika Abu Dzarr Al-Ghifari meminta nasihat kepada baginda Rasulullah, maka pesan
paling pertama dan utama yang beliau sampaikan kepada sahabatnya itu adalah takwa.
Rasulullah Saw bersabda:

"Saya wasiatkan kepadamu, bertakwalah engkau kepada Allah karena takwa itu adalah
pokok dari segala perkara." (Tanbihul Ghofilin, Abi Laits As-Samarkindi).

Imam Qurthubi mengutip pendapat Abu Yazid al-Bustami, bahwa orang yang bertakwa
itu adalah: "Orang yang apabila berkata, berkata karena Allah, dan apabila berbuat,
berbuat dan beramal karena Allah."

Abu Sulaiman Ad-Dardani menyebutkan: "Orang-orang yang bertakwa adalah orang-


orang yang kecintaan terhadap hawa nafsunya dicabut dari hatinya oleh Allah."

Ibn Qayyim al-Jauziyyah menegaskan, bahwa hakikat taqwa adalah taqwa hati, bukan
takwa anggota badan." (Al-Fawaid).

Pengertian Takwa Menurut Al-Quran dan Hadits

Pengertian takwa menurut sahabat Nabi Saw dan ulama di atas tentu saja merujuk
pada Quran dan Hadits.
Al-Quran menyebutkan, takwa itu adalah beriman kepada hal gaib (Yang
Mahagaib: Allah SWT), Hari Akhir, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat,
beriman pada kitab-kitab Allah, dengan menjadikan Al-Quran sebagai pedoman
dalam menjalankan hidupnya (QS. Al-Baqarah:2-7).Menurut hadits Nabi Saw,
pengertian takwa berintikan pelaksanaan perintah Allah SWT atau kewajiban
agama.

"Laksanakan segala apa yang diwajibkan Allah, niscaya kamu menjadi orang yang
paling bertakwa". (HR. Ath-Thabrani).

Orang bertakwa senantiasa meluangkan waktu untuk beribadah dalam pengertian


ibadah mahdhoh --kewajiban utama seperti sholat dan zakat, serta puasa Ramadhan dan
haji bagi yang mampu.

Allah Azza Wajalla juga berfirman dala Hadits Qudsi): "Hai anak Adam, luangkan waktu
untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku
menghindarkan kamu dari kemelaratan. Kalau tidak, Aku penuhi tanganmu dengan
kesibukan kerja dan Aku tidak menghindarkan kamu dari kemelaratan." (HR. Tirmidzi
dan Ibnu Majah). Wallahu a'lam bish-shawab.

5. Korelasi Iman dan Taqwa


Taqwa adalah mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan- Nya.
Keimanan dan ketaqwaan tidak bisa dipisahkan. Untuk membina pribadi yang sehat dan
kuat, untuk kebahagiaan hidup sebagaimana yang digariskan dalam agama , manusia
berhajat kepada iman dan taqwa. Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan
istilah tauhid dibagi menjadi dua, yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis.
Tauhid teoritis membahas tentang keesaan Zat, Sifat dan Perbuatan Tuhan.
Pembahasan keesaan ini berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan, persepsi dan
pemikiran atau konsep tentang Tuhan. Konsekuensi logis tauhid teoritis adalah
pengakuan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud Mutlak, yang menjadi
sumber semua wujud.
Adapun tauhid praktis disebut juga tauhid ibadah berkaitan dengan amal ibadah
manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis. Kalimat La ilaha illallah
(Tidak ada Tuhan selain Allah) lebih menekankan pengertian tauhid praktis (tauhid
ibadah). Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada
yang disembah selain Allah, atau yang berhak disembah hanyalah Allah semata dan
menjadikan-Nya tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan langkah.
Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengertian beriman kepada
kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Mempercayai saja keesaan Zat, Sifat, dan
Perbuatan Tuhan, tanpa mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan dengan
perbuatan, tidak dapat dikatakan seorang yang sudah bertauhid secara sempurna.
Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dengan amal, konsep
dan pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian
bertauhid adalah mengesakan Tuhan dalam pengertian yakin dan percaya kepada Allah
melalui fikiran, membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan
dengan perbuatan. Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan beriman dan bertaqwa,
apabila sudah mengucapkan kalimah tauhid dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa
Allah, (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah), kemudian diikuti dengan
mengamalkan semua perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Nyatalah bahwa keimanan dan ketaqwaan pada hakikatnya saling memerlukan.
Artinya keimanan diperlukan oleh manusia supaya Allah dapat menerima ketaqwaannya.
Setiap amalan/ perbuatan yang baik tidak akan diterima Allah tanpa didasarkan kepada
iman. Sholat orang munafik misalnya, tidak akan ada faedahnya karena Allah tidak akan
menerimanya, sebab ibadah yang dilakukannya karena suatu sebab selain Allah.
Dalam Al-Qur'an dijumpai beberapa perintah kepada orang-orang yang beriman agar
bertaqwa kepada Allah sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Baqarah 278, Ali 'Imran
102, al-Maidah 35, al-Taubah 119, al-Ahzab 70, al-Hadid 28 dan al-Hasyr 18. Perintah-
perintah ini mengindikasikan bahwa iman belum mencapai kesempurnaannya tanpa
mendapatkan nilai taqwa. Berdasarkan hal ini maka orang-orang yang beriman harus
cerdas mencari mediator yang cocok untuk dijadikan jembatan menuju taqwa. Al-Qur'an
telah memberikan bimbingan kepada orang-orang Mukmin bahwa mediator yang paling
efektif untuk memfasilitasi hubungan iman dengan taqwa adalah ibadah.

6. Problematika, Tantangan, dan Risiko dalam Kehidupan Modern

Masalah sosial budaya merupakan masalah alam pikiran dan realitas hidup
masyarakat. Alam pikiran bangsa Indonesia adalah majemuk, sehingga pergaulan
hidupnya selalu dipenuhi konflik dengan sesama orang Islam maupun dengan non-Islam.
Pada zaman modern ini, dimungkinkan sebagian masyarakat antara yang satu
dengan yang lainnya saling bermusuhan, yaitu ada ancaman kehancuran.

Adaptasi modernisme, kendatipun tidak secara total yang dilakukan bangsa


Indonesia selama ini, telah menempatkan bangsa Indonesia menjadikan bangsa Indonesia
menjadi pengkhayal. Oleh karena itu, kehidupannya selalu terombang-ambing.

Secara ekonomi bangsa Indonesia semakin tambah terpuruk. Hal ini karena di
adaptasinya sistem kapitalisme dan melahirkan korupsi besar-besaran. Sedangkan di
bidang politik, selalu muncul konflik di antara partai dan semakin jauhnya anggota
parlemen dengan nilai-nilai qur’ani, karena pragmatis dan oportunis.

Di bidang sosial banyak munculnya masalah. Berbagai tindakan kriminal sering


terjadi dan pelanggaran terhadap norma-norma bisa dilakukan oleh anggota masyarakat.
Lebih memprihatinkan lagi adalah penyalagunaan NARKOBA oleh anak-anak sekolah,
mahasiswa, serta masyarakat.

Persoalan itu muncul, karena wawasan ilmunya salah, sedang ilmu merupakan roh
yang menggerakan dan mewarnai budaya. Hal itu menjadi tantangan yang amat berat dan
menimbulkan tekanan.

Sebagian besar permasalahan sekarang adalah bahwa umat islam berada dalam
kehidupan modern yang serba mudah, serba bisa bahkan cenderung serba boleh. Setiap
detik dalam kehidupan umat islam selalu berhadapan dengan hal-hal yang dilarang
agamanya akan tetapi sangat menarik naluri kemanusiaanya, ditambah lagi kondisi
religius yang kurang mendukung.

Keadaan seperti ini sangat berbeda dengan kondisi umat islam terdahulu yang
kental dalam kehidupan beragama dan situasi zaman pada waktu itu yang cukup
mendukung kualitas iman seseorang. Olah karenanya dirasa perlu mewujudkan satu
konsep khusus mengenai pelatihan individu muslim menuju sikap taqwa sebagai tongkat
penuntun yang dapat digunakan (dipahami) muslim siapapun. Karena realitas
membuktikan bahwa sosialisasi taqwa sekarang, baik yang berbentuk syariat seperti
puasa dan lain-lain atau bentuk normatif seperti himbauan khatib dan lain-lain terlihat
kurang mengena, ini dikarenakan beberapa faktor, diantaranya :
Muslim yang bersangkutan belum paham betul makna dari taqwa itu sendiri, sehingga
membuatnya enggan untuk memulai,

Ketidaktahuannya tentang bagaimana, darimana dan kapan dia harus mulai merilis sikap
taqwa,
Kondisi sosial dimana dia hidup tidak mendukung dirinya dalam membangun sikap
taqwa.
Oleh karenanya setiap individu muslim harus paham pos – pos alternatif yang harus
dilaluinya, diantaranya yang paling awal dan utama adalah gadhul bashar (memalingkan
pandangan), karena pandangan (dalam arti mata dan telinga) adalah awal dari segala
tindakan, penglihatan atau pendengaran yang ditangkap oleh panca indera kemudian
diteruskan ke otak lalu direfleksikan oleh anggota tubuh dan akhirnya berimbas ke hati
sebagai tempat bersemayam taqwa.

Untuk membebaskan bangsa Indonesia dari persoalan tersebut, perlu diadakan


revolusi pandangan. Dalam kaitan ini, iman dan takwa berperan menyelesaikan problema
dan tantangan kehidupan modern tersebut.

7. peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan
Modern
Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda

Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut

Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan


Iman memberikan ketenangan jiwa Iman memberikan kehidupan yang baik
Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
Iman memberikan keberuntungan
Iman mencegah penyakit

9. AYAT AL-QURAN TENTANG IMAN DAN TAQWA

Al Qur’an Surah Albaqarah Ayat 62

62. Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan


orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah,
hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka,
tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Al Qur’an Surah Al An'am Ayat 82


\
82. orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-
orang yang mendapat petunjuk.

Al Qur’an Surah An Nahl Ayat 97

97. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih
baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Al Qur’an Surah Al A'raf Ayat 96

96. Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Al Qur’an Surah Ar Ra'du Ayat 29


29. orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat
kembali yang baik.
Iman menurut AlQur’an dijelaskan di banyak ayat-ayat dalam AlQur’an dengan berbagai
keuntungan dan Balasan kebaikan untuk orang-orang beriman dari Allah.

Al Qur’an Surah Al Hujurat Ayat 13

13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.

Al Qur’an Surah Az Zumar Ayat 33-34

33. dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka
Itulah orang-orang yang bertakwa.
34. mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka.
Demikianlah Balasan orang-orang yang berbuat baik,

Al Qur’an Surah Ali Imran Ayat 120


120. jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu
mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. jika kamu bersabar dan bertakwa,
niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.
Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.

Al Qur’an Surah Ali Imran Ayat 134

134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

QS. Al-Baqarah [2] : ayat 103

‫نولناوُ أننوهةام آنمةنوُا نواتوقناوُا لننمةثوُبنةم لمان لعانلد و‬


‫ال نخايِمر ٌ لناوُ نكاَةنوُا يناعلنةموُنن‬

[2:103] Dan jika mereka beriman dan bertakwa, pahala dari Allah pasti lebih baik,
sekiranya mereka tahu.
QS. Al-Baqarah [2] : ayat 177

‫ب نو للنلكون االبلور نمان آنمنن لباَولل نوااليِناوُلم االلخييلر نواالنمنلئلنكييلة نوااللكتنيياَ ل‬


‫ب نوالنوبليِييِيينن‬ ‫ق نواالنماغلر ل‬‫س االبلور أنان تةنوُلُلوُا ةوةجوُهنةكام قلبننل االنماشلر ل‬ ‫لنايِ ن‬
‫صيينلةن نوآتنييىِ الوزنكيياَةن‬ ‫ب نوأنقنيياَنم ال و‬
‫ل‬ ‫ن‬
َ‫قا‬ ‫ر‬
‫ي‬ ‫ال‬ ‫في‬ ‫و‬ ‫ن‬‫ن‬
‫لل ن ل‬ ِ‫لي‬ ‫ئ‬ َ‫سا‬
‫و‬ ‫وال‬ ‫ل‬ ِ‫بي‬
‫ل ل ن‬ ‫س‬‫و‬ ‫ال‬ ‫ن‬
‫ن‬ ‫ا‬
‫ب‬ ‫وا‬ ‫ن‬
‫ن‬ ِ‫كي‬ َ‫سا‬ ‫م‬‫ل‬‫ا‬
‫ن ن ن ن ن ن ن ل ن‬ ‫وا‬ ِ‫ى‬
‫ل‬ ‫م‬ ‫ن‬
َ‫تا‬ ِ‫ي‬‫ل‬‫ا‬ ‫وا‬ ِ‫ى‬
‫ل‬ ‫ب‬‫ر‬‫ا‬ ‫ة‬ ‫ق‬‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫وي‬ ‫ن‬
‫ذ‬
‫ل ل‬ ‫ه‬‫ي‬ ‫ب‬‫ح‬‫ة‬ ِ‫ى‬
‫ل‬ ‫ن‬ ‫ل‬‫ع‬‫ن‬ ‫ل‬ َ‫ما‬
‫ن ن‬ ‫ا‬
‫ل‬ ‫ا‬ ِ‫تى‬ ‫نوآ ن‬
‫ة‬ ‫و‬ ‫ا‬
‫ك هةةم الةمتقوُنن‬ ‫ن‬ ‫ل‬ ‫ة‬ ‫ة‬
‫صندقوُا ٌ نوأولئل ن‬ ‫ك اللذينن ن‬‫و‬ ‫ن‬ ‫ل‬ ‫ة‬
‫س ْ أولئل ن‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ة‬
‫نوالةموُفوُنن بلنعاهلدلهام إلذا نعاَهنةدوا ٌ نوال و‬ ‫ا‬
‫ضورالء نولحيِنن البنأ ل‬ ‫صاَبللرينن لفي البنأنساَلء نوال و‬
[2:177] Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat,
tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan
(musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan
salat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang
yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
QS. Al-Baqarah [2] : ayat 179

‫ص نحنيِاَةم نياَ ةأوللي االنالنباَ ل‬


‫ب لننعلوةكام تنتوةقوُنن‬ ‫نولنةكام لفي االقل ن‬
‫صاَ ل‬

[2:179] Dan dalam qisas itu ada (jaminan) kehidupan bagimu, wahai orang-orang yang
berakal, agar kamu bertakwa.

HADIST TENTANG IMAN DAN TAQWA

10. Dari Abu Dzar Al Ghifari radhiallahu’anhu, ia berkata: ‘Rasulullah Shallallahu’alaihi


Wasallambersabda,

‫ وخاَلق الناَس بخلق حسن‬،َ‫ وأتبع السيِئة الحسنة تمحها‬، ‫اتق ا حيِثماَ كنت‬

Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada, dan hendaknya setelah melakukan
kejelekan engkau melakukan kebaikan yang dapat menghapusnya. Serta bergaulah
dengan orang lain dengan akhlak yang baik‘” (HR. Ahmad 21354, Tirmidzi 1987, ia
berkata: ‘hadits ini hasan shahih’)

2. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Ra katanay: Rasulullah Saw bersabda

‫شلعبوةد ممممون‬ ‫شلعبوةة وواَللوحوياَقء ق‬


‫سلبقعلوون ق‬ ‫سلاوم وقاَول اَ ل ملليوماَقن بملد د‬
‫ع وو و‬ ‫صالىَّ اق وعلوليمه وو و‬
‫ وعمن اَلننبميي و‬: ‫ضوي اق وعلنهق‬ ‫وحمدلي ق‬
‫ث اَوبملي قهورليورةو ور م‬
‫اَ ل ملليوماَمن‬

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Ra katanay: Rasulullah Saw bersabda : “Iman terdiri
lebih dari tujuh puluh bagian, dan malu dalah salah satu dari bagian-bagian Iman.”

3.Diriwayatkan dari Abu Umar Ra katanya

‫صولىِ اة نعلنايِله نونسلونم نرةجفل ينلعظة اننخاَهة فلاي النحنيِاَلء فننقاَنل النحنيِاَةء لمنن اال ل‬
‫لاينماَلن‬ ‫ نسلمنع النوبللُي ن‬: َ‫ضني اة نعانهةنما‬ ‫نحلداي ة‬
‫ث اابلن ةعنمنر نر ل‬

11. Diriwayatkan dari Abu Umar Ra katanya : Nabi Saw mendengar seorang menasehati
saudaranya dalam hal malu dan menganggap perbuatan itu buruk, lalu Nabi Saw
bersabda. ‘malu itu sebagian dari iman”

1. Konsep dan Istilah Manusia menurut Al Quran


Secara etimologi istilah manusia di dalam Al Qur’an ada empat kata yang dipergunakan,
yakni:
a) Ins, Insan dan Unas.
Kata “insan” diambil dari asal kata “uns” yang mempunyai arti jinak, tidak liar, senang
hati, tampak atau terlihat, seperti yang terdapat dalam firman Allah SWT:
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia di dalam sebaik-baiknya bentuk”. (at
Tiin,95:4). Kata “insan” bermakna manusia mempunyai dua unsur kemanusiaanya, yaitu
aspek lahiriyah dan aspek bathiniyah. Sedangkankata Ins dan Unas, menunjukan sifat dasar
manusia adalah fitri yang terpancar dari alam rohaninya, yaitu gemar bersahabat, ramah dan
sopan santun serta taat kepada Allah Ta’ala.
b) Basyar
Kata ini berasal dari makna kulit luar yang terdapat dilihat dengan kata kasar, bersifat
indah dan cantik. Dan dapat menimbulkan rasa senang, bahagia dan gembira bagi siapa yang
melihatnya.
c) Bani Adam
Arti kata “Bani Adam” ialah anak adam, sebagaimana firman-Nya :
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia
Telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya
pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan
pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.
Sesungguhnya kami Telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-
orang yang tidak beriman”. (Al-A’Araaf, 7:27)
d) Dzurrriyat Adam
Para ahli telah mendefinisikan manusia dengan berbagai pengertian, seperti yang
dikemukakan oleh Adi Negoro dalam bukunya “Ensiklopedia Umum dalam Bahasa
Indonesia” menyatakan : manusia adalah alam kecil sebbagian dari alam besar yang ada di
atas bumi, sebagian dari makhluk yang bernyawa, sebagian dari bangsa Antropomorphen,
binatang yang menyusui, akan makhluk yang mengetahui dan dapat menguasai kekuatan-
kekuatan alam, di luar dan di dalam dirinya (lahir dan batin).

2. Tujuan Penciptaan Manusia


Keberadaan manusia di muka bumi ini bukanlah untuk main-main, senda gurau, hidup
tanpa arah atau tidak tahu dari mana datangnya dan mau kemana tujuannya. Manusia yang
merupakan bagian dari alam semesta inipun diciptakan untuk suatu tujuan. Allah menegaskan
bahwa penciptaan manusia dalam firman-Nya surat adz-Dzariyat : 56

Artinya “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengababdi kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat : 56)
Dari ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa, kedudukan manusia dalam sistem
penciptaannya adalah sebagai hamba Allah. Kedudukan ini berhubungan dengan hak dan
kewajiban manusia di hadapan Allah sebagai penciptanya.
Dan tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada Allah SWT.
Penyembahan manusia kepada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap terhadap
terwujudnya sesuatu kehidupan dengan tatanan yang baik dan adil. Karena manusia yang
diciptakan Allah sebagai makhluk yang paling canggih, mampu menggunakan potensi yang
dimilikinya dengan baik, yaitu mengaktualisasikan potensi iman kepada Allah, menguasai ilmu
pengetahuan, dan melakukan aktivitas amal saleh, maka manusia akan menjadi makhluk yang
paling mulia dan makhluk yang berkualitas di muka bumi ini sesuai dengan fitrahnya masing-
masing.

3. Kebutuhan Manusia

Kebutuhan sama artinya dengan keinginan. Suatu keinginan ditentukan oleh konsep
kepuasan. Keinginan dalam perspektif Islam ditentukan oleh konsep maslahah. Pembahasan
konsep kebutuhan dalam Islam erat kaitannya dengan tujuan syariah, yaitu mengenai tercapainya
kesejahteraan semua umat manusia. Menurut Syatibi, maslahah dibedakan menjadi tiga, yaitu :

a. Kebutuhan Dharuriyyah

Daruriyyah adalah sesuatu yang wajib adanya menjadi pokok kebutuhan hidup untuk
menegakkan kemaslahatan manusia. Kebutuhan dharuriyyah dalam pengertian ini berpangkal
daripada pemeliharaan lima hal, yaitu: agama, jiwa, akal, kehormatan, dan harta. Contoh
kebutuhan dharuriyyah :

1. Pengeluaran untuk mempertahankan jiwa dan raga: pangan, sandang, papan dan
kesehatan

2. Pengeluaran untuk keagamaan: pengeluaran untuk peribadatan, pemeliharaan hasil-hasil


kebudayaan dan dakwah Islam.

3. Pengeluaran untuk memelihara akal: pengeluaran untuk pendidikan

4. Pengeluaran untuk memelihara kehormatan: pengeluaran untuk biaya perkawinan dan


sejenisnya

5. Pengeluaran untuk menjaga harta kekayaan, misalnya membeli brankas-brankas yang


cocok untuk menyimpan harta.[5]

b. Kebutuhan Hajiyah

Kebutuhan ini maksudnya untuk memudahkan, menghilangkan kesulitan atau menjadikan


pemeliharaan yang lebih baik terhadap lima unsur pokok kehidupan manusia. Pada dasarnya
jenjang hajiyah ini merupakan pelengkap yang mengokohkan, menguatkan, dan melindungi
jenjang dharuriyyah. Atau lebih spesifiknya lagi bertujuan untuk memudahkan atau
menghilangkan kesulitan manusia di dunia

c. Kebutuhan Tahsiniyah

Adalah sesuatu yang diperlukan oleh norma atau tatanan hidup serta perilaku menurut
jalan yang lurus. Hal yang bersifat tahsiniyah berpangkal dari tradisi yang baik dan segala tujuan
perikehidupan manusia menurut jalan yang baik. Secara lebih spesifik tahsiniyah adalah semua
barang yang membuat hidup menjadi lebih mudah dan gampang tanpa berlebih-lebihan atau
bermewahan, seperti makanan yang baik, pakaian yang nyaman, peralatan kecantikan, interior
rumah yang tertata lengkap dan tertata indah, serta semua barang yang menjadikan hidup
manusia menjadi lebih baik. Barang kebutuhan ini berhubungan dengan hadits nabi yang artinya
“Diantara kebahagiaan seseorang adalah tetangga yang baik, kendaraan yang nyaman, dan
rumah yang luas” (HR.Ahmad).

4. Program Pengisian Kehidupan Manusia

1. Hidup ini kesemuanya adalah ujian dari Allah SWT

Hidup adalah untuk menguji apakah seorang manusia bersyukur atau kufur kepada Allah
SWT.Allah berfirman dalam QS Al Mulk [67] : 2 yang terjemahnya, ” (ALLAH) yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. ”

Ujian dalam hidup kita bukan saja kesulitan ataupun musibah, namun juga berupa nikmat
atau kemudahan dari Allah SWT, seperti keluarga, suami, istri, anak-anak, harta, kekuasaan,
pangkat, dsb. “ dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-
Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. “

Allah akan menguji manusia melalui hal-hal sebagai berikut sesuai dengan QS Al
Baqarah [2]:155-156 sbb,

“ dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. “

2. Kehidupan dunia ini lebih rendah dibandingkan kehidupan akhirat.

Sebagaimana dalam QS Adh Dhuha [93]:4, “ dan sesungguhnya hari kemudian (akhirat)
itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan). ” Atau dalam QS Ali ‘Imran [3]:14,
“ dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-
binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik (surga). “

3. Kehidupan dunia ini hanya sementara

Boleh jadi saat ini kita dalam kondisi sehat wal ‘afiat, gagah, cantik, kulit mulus, dll. Tapi
ada saatnya ketika kita kemudian menjadi tua, keriput, lemah, pikun, dan akhirnya dipanggil ke
sisi Allah SWT.

Dalam QS Al Mu’min [40]:39, Allah berfirman, “ Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan


dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang
kekal. “ Dalam QS Al Anbiyaa [21]:35, “ Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami
akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya)
dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan. “

4. Kehidupan ini adalah ladang amal untuk kesuksesan akhirat

Ali bin Abi Thalib ra. Berkata bahwa sesungguhnya hari ini adalah hari untuk beramal
bukan untuk hisab (perhitungan) dan esok (akhirat) adalah hari perhitungan bukan untuk
beramal. Ketika seseorang meninggal dunia maka terputuslah semua amal perbuatannya dan ia
tinggal menunggu masa untuk mempertanggungjawabkan semua amal perbuatannya di dunia.
Bekal kita adalah ibadah kepada Allah SWT. Ibadah bukan sekedar sholat atau zakat, tetapi
segala aktivitas hidup kita akan bernilai ibadah jika diniatkan karena Allah SWT.

5. Fungsi dan Peranan Manusia


Manusia sebagai mahluk yang berdimensional memiliki peran dan kedudukan yang
sangat mulia. Dalam al-Qur’an, manusia berulang kali diangkat derajatnya karena
aktualisasi jiwanya secara positif. Al-Qur’an mengatakan bahwa manusia itu pada
prinsipnya condong kepada kebenaran sebagai fitrah dasar manusia. Allah
menciptakan manusia dengan potensi kecendrungan, yaitu cendrung kepada
kebenaran, cendrung kepada kebaikan, cendrung kepada keindahan, cendrung kepada
kemulian dan cendrung kepada kesucian. Firman Allah dalam al- Qur’an surah ar-
Ruum: 30,






Artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), tetaplah
atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak
ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui” (QS. ar-Ruum: 30)
Manusia juga diciptakan sebagai makhluk yang memiliki tiga unsur padanya, yaitu unsur
perasaan, unsur akal dan unsur jasmani. Ketiga unsur ini berjalan seimbang dan saling terkait
antara satu unsur dengan unsur yang lain.
Jadi unsur yang terdapat dalam diri manusia yaitu rasa, akal dan badan harus seimbang,
apabila tidak maka manusia akan berjalan tidak benar..
Maka al-Qur’an memberikan hudan kepada manusia, yaitu mengajarkan agar adanya
keseimbangan antara unsur-unsur tersebut, yaitu unsur perasaan terpenuhi kebutuhannya, unsur
akal juga terpenuhi kebutuhannya, demikian juga unsure jasmani terpenuhi kebutuhannya
(Ahmad Azhar asyir, 1984: 8).
A. Masalah Kesehatan gigi & mulut yang perlu ditanggulangi
Masalah kesehatan gigi dan mulut yang perlu ditanggulangi seperti :

1. Gingivitis
Radang gusi atau gusi bengkak ini adalah sebuah kondisi yang biasanya terjadi karena mulut
kurang terjaga kebersihannya dan akhirnya dan akhirnya ada karang-karang gigi atau plak yang
menumpuk dan berbatasan dengan tepi gusi. Infeksi akan terjadi di bagian gusi disebabkan oleh
banyak bakteri di bagian plak dan karang gigi. Kondisi akan makin parah dan serius jika
gingivitis tak segera ditangani dengan benar sehingga bisa berkembang menjadi penyakit
lainnya.

Penyebab

 Punya kebiasaan merokok.

 Gosok gigi terlalu kuat.

 Penyakit stroke.

 Penyakit jantung.

 Kurang asupan vitamin di dalam tubuh.

 Jarang membersihkan gigi.

 Menggunakan sikat gigi yang kurang sesuai dengan kontur mulut.

 Adanya kondisi diabetes melitus.

 Memakai gigi palsu.

 Siklus hormon yang tak normal.

 Penggunaan obat tertentu.

 Konsumsi obat-obatan terlarang.

Proses
Untuk orang yang menderita penyakit HIV AIDS dan diabetes, orang tersebut akan mengalami
gangguan di bagian sistem daya tahan tubuhnya sehingga tubuh tak memiliki kemampuan untuk
membasmi segala bakteri dan infeksi yang ada di gusi. Gusi yang terkena infeksi atau
peradangan kemudian akan mengalami pengembangan atau yang disebut dengan pembengkakan.
Warna gusi pun lebih merah dari biasanya disertai dengan sensitivitas yang meningkat sehingga
saat tergores sewaktu gosok gigi bisa terluka maupun berdarah. Waspadalah karena bau mulut
bisa keluar karena adanya gangguan gusi ini.
Cara Mencegah/Mengatasi

 Gosok gigi teratur yang sama dengan menjaga kebersihan gigi.

 Berhenti dari kebiasaan merokok.

 Mengonsumsi makanan sehat bervitamin.

 Menggunakan obat kumur.

 Menggunakan obat herbal.

 Memanfaatkan antibiotik.

2. Glositis

Kondisi yang dinamakan glositis ini bisa dikatakan sebagai penyakit radang pada lidah di mana
ini adalah sebuah keadaan di dalam mulut yang bisa ditunjukkan dengan adanya pembengkakan
di lidah. Jika pada kasus yang lebih parah, glositis mampu memicu penyumbatan pernapasan saat
lidah membengkak sangat parah.

Penyebab

 Reaksi alergi terhadap iritan tertentu, termasuk juga makanan maupun pengobatan
tertentu.

 Trauma mulut yang biasanya disebabkan oleh luka.

 Mulut kering.

 Kekurangan zat besi.

 Penyakit tertentu.

Proses

Lidah akan berubah menjadi kelihatan lebih licin ketika terjadi pembengkakan, bahkan terjadi
juga perubahan warna pada lidah. Lidah akan tampak pucat jika memang yang menjadi
pemicunya adalah anemia pernisiosa, namun lidah akan kelihatan memerah seperti terbakar jika
faktor pemicunya adalah defisiensi vitamin B. Kondisi penyakit ini tidaklah sampai pada level
mengancam jiwa karena obat-obat yang diberikan oleh dokter bisa menyembuhkannya.

Cara Mencegah/Mengatasi
 Menggosok gigi dengan rajin, 2 atau 3 kali sehari untuk menjaga kesehatan gigi, gusi dan
lidah.

 Menggunakan obat yang mengandung anti jamur dan berperan sebagai antibiotik.

 Menjauhkan diri dari iritan, seperti minuman alkohol maupun makanan panas dan pedas.

 Mengonsumsi suplemen penambah asupan nutrisi pada tubuh.

 Mengubah pola hidup dan makan menjadi lebih sehat dan seimbang.

3. Gigi Hipersensitif

Hipersensitivitas bisa saja muncul pada bagian gigi Anda dan biasanya hal ini akan ditandai
dengan ngilu pada gigi. Kondisi yang bisa disebut juga dengan istilah hipersensitivitas dentin ini
juga bisa dialami oleh para orang tua secara alamiah dikarenakan memang resesi gingiva atau
penurunan gusi. Tentu kondisi gusi yang demikian juga terdukung oleh adanya faktor
pertambahan usia.

Penyebab

 Sering makan dan minum yang dingin, manis dan asam.

 Prosedur dental bleaching alias pemutihan gigi.

 Penumpukan karang gigi yang kemudian menjadi pemicu penurunan gusi.

 Penambahan usia atau faktor bertambah tua.

Proses

Dentin Hipersensitif atau DH ini merupakan sebuah keadaan yang dianggap sebagai respon tak
wajar yang dikeluarkan oleh dentin gigi terhadap segala bentuk rangsangan, seperti rangsangan
osmotik yang berasal dari defek gigi atau patologis, bahan-bahan kimia, sentuhan, serta rasa
dingin dan juga panas. Dapat terjadi pada wanita dan pria, kondisi ini ditandai dengan timbulnya
rasa nyeri yang begitu tajam terlokalisasi dengan durasi yang pendek.
Teori proses DH sendiri salah satunya adalah hidrodinamik oleh Brannstrom di mana terjadi
transmisi nyeri yang dilakukan oleh pergerakan cairan cepat pada tubulus dentin. Karena
kepekaan pada tubulus terhadap tekanan dan sentuhan, transmisi nyeri bisa muncul oleh karena
perubahan suhu dentin, pergerakan osmotik, perubahan tekanan, pengeringan serta akibat adanya
pemotongan dan inilah yang membuat sensitivitas gigi meningkat.

Cara Mencegah/Mengatasi

 Menghindari makanan maupun minuman yang sifatnya erosif, seperti jus buah rasa asam,
asam itu sendiri serta minuman keras.

 Hindari menggosok gigi menggunakan pasta gigi bersifat abrasif.

 Hindari menggosok gigi langsung tepat sehabis mengonsumsi makanan/minuman asam


demi efek merusak dari abrasi dan asam bisa diturunkan. (Baca juga: penyebab abrasi gigi)

 Hindari memberikan tekanan berlebih ketika menggosok gigi. Lakukan gosok gigi
dengan arah vertikal yaitu dari atas menuju bawah dan bukannya menyamping.

 Pilih pasta gigi dan obat kumur dengan zat-zat baik yang mampu mengrangi
hipersensitivitas dentin, seperti misalnya adanya kandungan fluoride serta zat antiplak.

4. Abses Gusi

Kondisi satu ini adalah salah satu penyakit gigi dan mulut di mana gusi dapat bernanah. Nanah
yang keluar di bagian gusi tampak cairan kental yang warnanya kuning, putih agak kuning atau
bisa juga kuning agak coklat. Nanah dapat muncul apabila terjadi inflamasi pada gusi ketika
bagian gusi terinfeksi.

Penyebab

 Bakteri berkembang biak.

 Terjadi penyebaran infeksi.

 Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung tinggi karbohidrat.

Proses
Bakteri yang ada di dalam mulut bila diabaikan maka akan memicu pembentukan abses di gigi
dan akhirnya muncul juga infeksi dengan penyebarannya ke seluruh area gusi. Tak sampai di
situ, sebagai efeknya akan ada pengumpulan nanah yang terjadi pada gusi di mana abses ini tak
akan sembuh bila dibiarkan. Nanah perlu dikeringan oleh ahli medis atau kalau tidak, gigi yang
sudah kena infeksi perlu dicabut.

Obat pereda rasa nyeri akan sangat dibutuhkan ketika rasa sakit yang ada sudah tidak bisa Anda
tahan lagi, namun sebenarnya ketika dokter telah mengeluarkan nanah tersebut, keluhan gejala
dipastikan hilang. Sementara itu, ada juga kondisi di mana abses bisa pecah tepat sebelum Anda
mendapat penanganan medis. Jangan khawatir karena mengumurinya dengan air hangat justru
akan sangat membantu agar nanah cepat keluar.

Cara Mencegah/Mengatasi

 Senantiasa menjaga kesehatan dan kebersihan mulut.

 Menggosok gigi rutin berikut juga memakai dental floss alias benang gigi untuk flossing.

 Membersihkan lidah.

 Menerapkan pola makan seimbang penuh nutrisi untuk kesehatan mulut, gigi, dan gusi.

 Hindari konsumsi makanan/minuman dengan kadar gula tinggi.

 Tidak merokok.

5. Sariawan/Stomatitis

Keadaan satu ini sudah jelas pasti hampir semua orang pernah mengalaminya, apalagi ketika
bibir bagian dalam tergigit ketika sedang makan yang akhirnya menjadi sariawan. Jamur Candida
albicans merupakan penyebab dari sariawan ini dan meski tak menular, tentu kondisi ini
memberikan ketidaknyamanan bagi penderitanya. Sariawan juga dikatakan sebagai bentuk
kelainan yang terjadi di selaput lendir mulut yang tampak seperti luka dengan rupa bercak yang
warnanya agak putih kekuningan dan bertekstur cekung.

Penyebab

 Memakai gigi palsu.

 Luka tergigit.

 Konsumsi air panas atau air dingin.


 Penggunaan obat kumur di mana di dalamnya terkandung bahan-bahan pengering seperti
gliserin/lemon dan alkohol.

 Pemakaian obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroid dan antibiotik.

 Menurunnya sistem daya tahan tubuh.

 Kekurangan asupan vitamin B, zat besi dan vitamin C.

 Kelainan atau gangguan pencernaan.

 Kesehatan dan kebersihan mulut yang tak terjaga dengan sempurna.

Proses

Seperti yang telah disebutkan, munculnya sariawan adalah karena adanya jamur candida, namun
kandida ini akan memiliki peluang untuk semakin tumbuh tak terkendali jika sisten daya tahan
tubuh menurun. Gejala yang akan dirasakan oleh penderitanya adalah ketidaknyamanan di dalam
mulut, akan terasa sakit sewaktu dibuat menelan makanan maupun minuman, lidah merasakan
adanya sensasi terbakar, serta timbul adanya warna putih pada lika yang bisa terjadi di dinding
mulut atau lidah.

Cara Mencegah/Mengatasi

 Menjaga kesehatan dan kebersihan mulut seperti rajin berkumur dan menggosok gigi.

 Membersihkan gigi palsu dengan rajin supaya tak terjangkit kuman.

 Berhenti dari kebiasaan merokok.

 Secara rutin memeriksakan kondisi gigi dan mulut ke dokter gigi.

6. Karies Gigi

Nama lain dari penyakit ini adalah dental caries dan penyakit ini merupakan jenis infeksi yang
bisa memicu kerusakan struktur gigi. Adanya karies gigi akan mampu memicu gigi berlubang.
Penyakit satu ini jika dibiarkan atau tidak mendapatkan penanganan benar bisa menyebabkan
rasa nyeri, terjadinya infeksi, gigi tanggal, kasus bahaya lainnya dan bahkan membawa kematian.

Penyebab

 Gangguan tertentu yang terjadi di area gigi.


 Anatomi gigi yang bisa menaikkan risiko terbentuknya karies.

 Bakteri yang berkembang bia di daerah mulut.

 Gangguan produksi air liur.

 Obat-obatan tertentu, seperti antidepresan dan antihistamin.

 Pemakaian tembakau.

 Fermentasi karbohidrat.

Proses

Terjadinya karies bisa ditandai dengan warna hitam atau coklat pada lubang di bagian jaringan
keras gigi. Biasanya, gigi yang berlubang tak akan terasa sakit hingga lubang tersebut ukurannya
membesar. Rasa ngilu pun akhirnya dialami oleh penderita terutama saat makanan/minuman
manis, dingin dan panas mengenai giginya. Karies yang bertambah besar bisa sampai ke kamar
pulpa; kamar pulpa ini diketahui memiliki jaringan saraf serta pembuluh darah dan kamar pulpa
ini merupakan sebuah rongga di dalam gigi.

Peradangan akan terjadi saat karies sudah berada di kamar pulpa sehingga denyutan rasa nyeri
bisa dirasakan oleh penderita. Infeksi dari bakteri ini lama-lama jika tak diatasi akan memicu
kematian jaringan pada kamar pulpa. Tak sampai di situ, ada lagi proses penjalaran infeksi ke
jaringan tulang penyangga gigi; inilah yang kemudian memicu adanya abses gigi.

Cara Mencegah/Mengatasi

 Menjaga kebersihan mulut dengan menggosok gigi 2-3 kali sehari baik setelah makan
maupun sebelum tidur dan sehabis bangun tidur.

 Mengonsumsi fluor atau menggunakan pasta gigi ber-fluoride.

 Terapi antibakteri.

 Mengurangi makanan berkarbohidrat dan berkadar gula tinggi.

7. Tumor Gigi

Penyakit tumor gigi adalah penyakit yang bukan main bahayanya karena bisa berujung pada
kematian sama seriusnya dengan kasus tumor lainnya. Pada tumor gigi, kondisi ini dikenal
sebagai keadaan di mana terdapat pertumbuhan daging yang seperti parasit dan bisa membuat
jaringan hidup area gigi dan mulut menjadi rusak.

Penyebab

 Mencabut gigi secara sembarangan atau bukan dengan alat yang tepat.

 Bakteri yang berkembang terlalu banyak dan cepat di jaringan sekitar gigi.

 Kurang terjaganya kebersihan mulut.

Proses

Ketika memasukkan alat atau bahkan tangan sendiri ke dalam mulut dan menyentuh gigi, ada
berbagai virus yang bisa dibawa. Virus inilah yang kemudian bisa bersarang dan berkembang
biak dan menimbulkan tumor gigi. Virus akan dapat berkembang dengan mudah apabila kondisi
mulut tidak dalam keadaan yang sehat dan bersih, seperti halnya tubuh yang tidak fit akan mudah
terinfeksi virus atau bakteri.

Jika kanker atau tumor gigi ada muncul di bagian sebelah kiri, maka bagian kiri wajah juga akan
mengalami kerusakan berat, sementara bila tumor gigi ada di bagian kanan, wajah bagian
kananlah yang akan mengalami kerusakan. Rasa sakit bisa begitu mengerikan dan tidak nyaman
dan bisa terus bertambah sakit karena tumor akan mengalami pertumbuhan.

Cara Mencegah/Mengatasi

 Menjaga selalu kesehatan gigi dan mulut dengan memastikan selalu bersih.

 Hindari mencabut gigi dengan tangan sendiri atau dengan alat yang Anda tidak tahu
seberapa steril alat tersebut.

 Cabutlah gigi ke dokter gigi.

8. Penyakit Coxsackie

Kondisi penyakit satu ini tampaknya masih kurang begitu dikenal oleh masyarakat kita, tapi
sangat penting untuk diketahui bahwa penyakit ini bisa cenderung menyerang anak-anak. Titik-
titik merah akan terjadi tak hanya di bagian mulut, karena rupanya kaki dan tangan pun bisa
terserang juga. Sindrom satu ini tak bisa dikatakan sebagai sindrom mulut saja karena memang
kaki dan tangan pun ikut terkena.

Penyebab
 Virus Coxsackie.

 Penyebaran atau penularan dapat melalui air liur atau tangan penderita.

Proses

Penyakit ini tak hanya menyerang di bagian mulut, tapi juga kaki dan tangan yang ditandai
dengan munculnya ruam di bagian gusi dan lidah, lalu juga akan timbul di bagian telapak tangan,
telapak kaki serta leher. Selain itu, gejala yang ditimbulkan pun ada yang sampai harus
membutuhkan perawatan seperti radang selaput otak atau meningitis meski terbil;ang jarang.
Terkadang infeksi dari virus iniun tak dapat menunjukkan gejala sama sekali, maka bila sang
anak sampai mengalami mata basah, kemerahan, kejang dan juga disertai muntah dan demam
tinggi, segera bawa ke dokter.

Cara Mencegah/Mengatasi

 Istirahat cukup.

 Mengonsumsi makanan yang berkandungan vitamin serta protein tinggi.

 Menjauhi para penderita penyakit ini.

 Tidak melakukan kontak dalam bentuk apapun secara langsung dengan penderita.

 Mencuci tangan dengan seksama sampai benar-benar bersih.

 Membawa ke dokter jika terjadi gejala serius.


 C. Keutamaan Bersiwak Menurut Islam & Ilmu medis
 a. Keutamaan bersiwak dalam islam
 Pertama, dapat membersihkan mulut. Bersiwak, yang saat ini lebih masyhur disebut
dengan sikat gigi jelas dapat membersihkan mulut. Tak hanya membersihkan mulut,
menyikat gigi secara rutin dan benar juga mempengaruhi kesehatan gigi dan gusi.
 Kedua, membuat Allah ridho. Tak diragukan lagi, sesungguhnya Allah mencintai orang-
orang yang bertaubat dan orang yang membersihkan diri. Berwudhu, mandi, bahkan
menyikat gigi ialah kegiatan yang ditujukan demi bersih dan sucinya anggota tubuh.
Tiada hal yang dapatmenghalangi ridho Allah untuk seorang hamba yang berniat
membersihkan diri dalam rangka beribadah dan dekat kepada-Nya.
 Ketiga, membuat setan marah. Mengapa setan bisa marah jika kita menggosok gigi?
Sebab setan tidak suka terhadap hal-hal yang bersih. Jika kita bersiwak, itu berarti kita
membersihkan diri dan menghindari diri dari kekotoran. Karena setan lebih menyukai
hal-hal yang kotor, ia murka terhadap hamba-hamba Allah yang senantiasa menerapkan
hidup bersih dan sehat.
 Keempat, dicintai Allah dan malaikat pencatat amal. Segala sesuatu yang diniatkan dari
hati, pasti akan dicatat oleh Allah dan malaikat pencatat amal baik. Karena Allah amat
mencintai kebersihan dan keindahan, tentu Allah juga mencintai hamba-hambaNya yang
beristiqomah untuk menerapkan gaya hidup bersih dan sehat. Dengan menyikat gigi
secara teratur demi terciptanya kesehatan jasmani, insya Allah perbuatan tersebut dinilai
Allah sebagai ibadah.
 Kelima, dapat menguatkan gusi. Rutinitas menggosok gigi, jika dilakukan secara benar
tentu dapat bermanfaat bagi kesehatan dan kekuatan gusi. Dalam ilmu kesehatan gigi,
makanan yang kita konsumsi, setidaknya terdapat zat asam. Zat asam tersebut dapat
mengikis email pada gigi. Dapat terbayangkan jika kita jarang menyikat gigi. Jangka
panjangnya, email pada gigi tersebut dapat membentuk lubang-lubang mikro.
 Keenam, dapat menghilangkan lendir (pada tenggorokan). Tenggorokan kita tidak 24 jam
dalam keadaan bersih. Adakalanya lendir-lendir timbul dan membuat kesehatan mulut
dan tenggorokan terganggu. Lendir itu pun akan timbul jika intensitas menyikat gigi kita
sangat jarang. Oleh karenanya mengapa disunnahkan menyikat gigi sebelum shalat,
fungsi utamanya ialah kesehatan dan kesegaran saluran pencernaan tetap terjaga.
 Ketujuh, dapat menyegarkan napas. Selain bermanfaat untuk kesehatan gigi dan gusi,
menyikat gigi juga dapat menyegarkan napas. Pada zaman Nabi SAW, siwak yang dipilih
pun tentunya berkualitas. Meski tidak terdapat fluoride, kayu siwak yang Nabi gunakan
sebelum beliau melaksanakan shalat mampu membersihkan gigi, gusi dan memberikan
kesegaran pada napas.
 Kedelapan, dapat membersihkan mulut dari cairan yang tidak berguna. Dalam mulut dan
gigi kita tentu terdapat bakteri dan kuman jika jarang dibersihkan. Cairan yang tidak
berguna, saat bercampur dengan lendir ditambah frekuensi menyikat gigi yang jarang,
akan menyebabkan karies tumbuh di sela-sela gigi
 Kesembilan, dapat menguatkan pandangan mata. Jika kita menelaah kembali etika atau
adab menuntut ilmu dalam kitab Ta’lim Muta’lim, kitab yang telah dipakai sebagai
pegangan dalam menuntut ilmu menyebutkan bahwa bersiwak (menyikat gigi) secara
rutin dan benar dapat menguatkan pandangan mata. Mengapa? Jika kesehatan mulut
terjaga, penglihatan pun dapat bekerja secara maksimal. Ringkasnya, kesehatan gigi dan
mulut mempengaruhi fungsi panca indera, termasuk mata.
 Kesepuluh, dapat menghilangkan bau busuk di mulut. Menyikat gigi secara teratur dan
benar tentu selain gigi, gusi dan pernapasan sehat, bau tak sedap di mulut pun akan
berkurang. Sehingga, dalam kondisi berpuasa, tak perlu lagi merasa mulut kita
mengeluarkan bau tak sedap. Puasa, jika diimbangi dengan keteraturan kita
membersihkan gigi, tentu akan menghasilkan puasa yang maksimal.
 Sebagian ulama menyebutkan bahwa keutamaan bersiwak mencapai tiga puluh lebih. Di
antaranya adalah apa yang disebutkan oleh Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitab
Ath-Thibbun Nabawi sebagai berikut:
 1. Menyegarkan mulut
 2. Menguatkan gusi
 3. Menghindari gigi berlubang dan kekuningan pada gigi
 4. Membantu proses melembutkan makanan
 5. Menyaringkan suara
 6. Melancarkan bicara
 7. Menyehatkan pencernaan
 8. Menambah semangat
 9. Menajamkan mata
 10. Mengusir rasa kantuk
 11. Membuat Allah ridha
 12. Menyenangkan malaikat
 13. Memperbanyak pahala dan kebajikan.



 b. Keutamaan bersiwak dalam ilmu medis
 1. Membunuh bakteri, mencegah infeksi dan menghentikan pendarahan pada gusi
 Siwak mengandung zat Antibacterial acids, seperti glicozid dan unsur sulfate yang
berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi dan menghentikan pendarahan
pada gusi. Dalam suatu penelitian ditemukan bahwa ternyata dalam satu kali penggunaan,
siwak dapat membunuh 80% bakteri yg ada di dalam mulut secara efektif.
 2. Mencegah proses pembusukan dan merangsang produksi saliva
 Zat anti pembusukan (Anti decay agent) yang terdapat dalam siwak mampu menahan
pembusukan dan menurunkan jumlah bakteri di dalam mulut dimana efeknya
berlangsung selama 6 hingga 8 jam dari waktu pemakaiannya. Selain itu siwak juga turut
merangsang produksi saliva (air liur) lebih, dimana saliva merupakan organik mulut yang
melindungi dan membersihkan mulut.
12
 3. Membersihkan gigi, memutihkan gigi, mencegah karies, serta menyehatkan gigi dan
gusi
 Kandungan seperti Pottasium, Klorida, Fluoride, Sodium Bicarbonate, Sulfur, Silika,
Salvadorine, Tannins dan beberapa mineral lainnya yang terkandung dalam siwak sangat
berperan untuk membersihkan gigi, memutihkan gigi, mencegah karies, serta
menyehatkan gigi dan gusi. Klorida bermanfaat untuk menghilangkan noda pada gigi,
sedangkan silika berfungsi menghilangkan warna yang menyelimuti permukaan gigi dan
memutihkan gigi, adapun fluoride sebagai pencegah terjadinya karies dengan
memperkuat lapisan email dan mengurangi larutnya terhadap asam yang dihasilkan oleh
bakteri. Bahan-bahan ini sering diekstrak sebagai bahan penyusun dalam pasta gigi.
 4. Membantu penyembuhan dan perbaikan jaringan gusi
 Kandungan Trimethylamine dan vitamin C membantu penyembuhan, merekatkan luka
gusi dan memperbaiki jaringan gusi.
 5. Mencegah pembentukan plak, memperkuat pembuluh darah dan mencegah radang gusi
 Enzim yang terkandung dalam siwak dapat mencegah pembentukan plak yang dapat
menyebabkan radang gusi. Vitamin C dan Sinositrol memperkuat pembuluh darah dan
melindungi gusi dari radang.
 6. Menyegarkan nafas dan menghilangkan bau mulut
 Kandungan minyak aroma alami dalam siwak yang memiliki rasa dan bau yang segar
menjadikan mulut menjadi harum serta menghilangkan bau tak sedap.
 7. Menambah nafsu makan
 Zat Anthraliton yang terkandung dalam siwak disamping aktif membersihkan mulut juga
dapat menambah nafsu makan serta memperlancar gerakan usus perut.
 8. Mencegah Demensia (Pikun)
 Menurut hasil penelitian dari New York University, salah satu penyebab Alzheimer
adalah dipicu oleh radang gusi. Radang gusi sendiri dipicu oleh penumpukan plak dan
kebersihan mulut yang buruk. Salah satu cara efektif untuk terhindar darinya adalah rajin
membersihkan gigi menggunakan siwak karena siwak sendiri sangat bermanfaat
mencegah timbulnya radang gusi. Jadi penggunaan siwak sangat berkolerasi untuk
pencegahan penyakit Alzheimer atau Demensia.
 9. Mencegah Meningitis (Peradangan Selaput Otak)
 Bakteri S. Trigunirus adalah bakteri penyebab meningitis dan termasuk bakteri yang
hidup di dalam rongga mulut. Pada saat terjadi pendarahan spontan pada peradangan gusi
atau jaringan periodontal yang menandakan ada pembuluh darah yang pecah, bakteri S
trigunirus ini dapat masuk ke dalam pembuluh darah dan bisa terbawa ke otak hingga
berpotensi menyebabkan meningitis. Salah satu fungsi siwak sebagai antibakteri dan anti
radang mampu mencegah terjadinya bakteri terbawa ke otak penyebab meningitis.
 10. Meredakan rasa sakit dan menurunkan ketegangan otot-otot neurorefleks
 Menggosok gigi menggunakan siwak ternyata tidak hanya bermanfaat untuk
membersihkan gigi dan sebagai antibakteri, tapi juga dapat menstimulasi Biologically
Active Spots (BAS) yang terletak di antara gigi dan gusi. Titik-titik ini terhubung dan
mengatur fungsi sejumlah organ dimana terpijitnya titik ini oleh siwak dapat berfungsi
untuk meredakan rasa sakit dan menurunkan ketegangan otot-otot neurorefleks.
 11. Menghilangkan efek kecanduan bagi perokok aktif
 Salah seorang peneliti siwak yang menghabiskan 17 tahun masa hidupnya hanya untuk
meneliti kegunaan siwak, Ramli Mohammed Diabi, berpendapat bahwa siwak juga
berfungsi untuk menghilangkan efek kecanduan bagi perokok aktif.
 12. Mencegah Kanker
 Hasil beberapa penelitian menyebutkan bahwa zat-zat yang terkandung dalam siwak
dapat menghalangi aktivitas sel-sel kanker. Dalam studi ilmiah yang dilakukan di
Pakistan tahun 1981 terhadap jenis-jenis siwak, hasilnya adalah terdapat zat-zat dalam
siwak yang mampu mencegah kanker. Balai Kesehatan Nasional di Amerika Serikat
melakukan uji coba terhadap kandungan siwak untuk mengetahui seberapa jauh aktivitas
zat-zat siwak melawan penyakit kanker. Hasilnya menunjukkan adanya komposisi
kimiawi dalam tumbuhan ini yang mampu mencegah tumbuhnya berbagai macam kanker
 D. Keunggulan kayu siwak dan waktu-waktu bersiwak
 1. Keunggulan kayu siwak
 Tinjauan Siwak dari segi ilmiah
 Banyak hadits yang meriwayatkan tentang siwak dan anjuran untuk menggunakannya.
Diantaranya hadits berikut ini : Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siwak
adalah pembersih mulut dan sebab ridhanya Rabb”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
Diriwayatkan dari Hudzaifah ra., dia berkata, “Nabi Saw selalu menggosok giginya
dengan siwak setiap bangun dari tidur malam hari (HR Bukhari)
 Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersiwak dalam waktu puasa dan tidak, pada
waktu wudhu, ketika akan sholat atau memasuki rumah. Beliau bersiwak dengan kayu
(dahan ) Araak. Bila tidur, siwak itu diletakkan di dekat kepalanya, dan jika bangun tidur
beliau mulai bersiwak.
 Dalam kitab Ath-Thubbun Nabawi (Medis Nabawi) yang disusun oleh Ibnul Qoyyim
dijelaskan manfaat siwak antara lain :
 – membersihkan mulut,
 – membersihkan gusi,
 – mencegah pendarahan
 – menguatkan penglihatan
 – mencegah gigi berlubang
 – menyehatkan pencernaan
 – menjernihkan suara
 – membantu pencernaan makanan
 – memperlancar saluran nafas (bicara)
 – menggiatkan bacaan
 – menahan tidur
 – meridhokan Allah Ta’ala
 – dikagumi malaikat
 Penelitian terbaru terhadap kayu siwak menunjukkan bahwa siwak mengandung mineral-
mineral alami yang dapat membunuh bakteri, menghilangkan plaque, mencegah gigi
berlubang serta memelihara gusi.
 Siwak memiliki kandungan kimiawi yang bermanfaat, seperti :
 – Antibacterial acids, seperti astringents, abrasive dan detergents yang berfungsi untuk
membunuh bakteri, mencegah infeksi dan menghentikan pendarahan pada gusi. Pada
penggunaan siwak pertama kali, mungkin terasa pedas dan sedikit membakar, karena
terdapat kandungan serupa mustard di dalamnya yang merupakan substansi antibacterial
acids tersebut.
 – Kandungan kimia seperti Klorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate, Fluoride, Silika,
Sulfur, Vitamin C, Trimethyl amine, Salvadorine, Tannins dan beberapa mineral lainnya
yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi.
Bahan-bahan ini sering diekstrak sebagai bahan penyusun pasta gigi.
 – Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, menjadikan mulut
menjadi harum dan menghilangkan bau tak sedap.
 – Enzim yang mencegah pembentukan plaque yang menyebabkan radang gusi. Plaque
juga merupakan penyebab utama tanggalnya gigi secara premature.
 – Anti decay agent (Zat anti pembusukan), yang menurunkan jumlah bakteri di mulut dan
mencegah proses pembusukan. Selain itu siwak juga turut merangsang produksi saliva
(air liur) lebih, dimana saliva merupakan organik mulut yang melindungi dan
membersihkan mulut.
 Sebuah penelitian terbaru tentang ‘Periodontal Treatment’ (Perawatan gigi secara
periodik/berkala) dengan mengambil sample terhadap 480 orang dewasa berusia 35-65
tahun di kota Makkah dan Jeddah oleh para ilmuwan dari King Abdul Aziz University,
Jeddah, menunjukkan bahwa Periodontal treatement untuk masyarakat Makkah dan
Jeddah adalah lebih rendah daripada studi yang dilakukan terhadap negara-negara lain,
hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan siwak berhubungan sangat erat terhadap
rendahnya kebutuhan masyarakat Makkah dan Jeddah terhadap ‘Periodontal Treatment’.
 Penelitian lain dengan menjadikan bubuk siwak sebagai bahan tambahan pada pasta gigi
dibandingkan dengan penggunaan pasta gigi tanpa campuran bubuk siwak menunjukkan
bahwa prosentase hasil terbaik bagi kebersihan gigi secara sempurna adalah pasta gigi
dengan butiran-butiran bubuk siwak, karena butiran-butioran tersebut mampu
menjangkau sela-sela gigi secara sempurna dan mengeluarkan sisa-sisa makanan yang
masih bersarang pada sela-sela gigi. Sehingga banyak perusahaanperusahaan di dunia
menyertakan bubuk siwak ke dalam produk pasta gigi mereka. WHO pun turut
menjadikan siwak termasuk komoditas kesehatan yang perlu dipelihara dan
dibudidayakan. Mari kita budayakan hidup sehat dengan bersiwak
 Sudah ada penelitian tentang siwak pada gigi. Mineral yang terdapat di dalam siwak
seperti Natrium Klorida, Kalium, Sodium Bikarbonat dan Kalsium Oksida juga berfungsi
membersihkan gigi. Bau harum dan rasanya yang enak, timbul dari minyak alamiah
berjumlah 1% dari seluruh komposisi. Selain itu di dalam siwak juga terdapat enzim yang
mecegah penyakit gusi. Komposisi alamiah yang terdapat pada siwak, ditiru dengan
menambahkan zat-zat seperti yang terdapat pada siwak, pada pasta gigi buatan. Penelitian
lain menyebutkan bahwa siwak berasal dari pohon Salvadore Persica yang tumbuh di
sekitar kota Mekah dan Timur Tengah, jarang mempunyai diameter lebih dari satu kaki.
Siwak memiliki kandungan antara lain; trimetil amine, klorida, fluorida dan silika.
Karena khasiatnya yang baik, bahan ini juga dibuat dalam bentuk serbuk dan digunakan
dengan sikat gigi biasa
 Sebuah majalah Jerman memuat tulisan ilmuwan yang bernama Rudat, direktur Institut
Perkumanan Universitas Rostock. Dalam tulisannya itu ia berkata, “Setelah saya
membaca tentang siwak yang biasa digunakan Bangsa Arab sebagai sikat gigi, sejak saat
itu pula saya mulai melakukan pengkajian. Penelitian ilmiah modern mengukuhkan,
bahwa siwak mengandung zat yang melawan pembusukan, zat pembersih yang
membantu membunuh kuman, memutihkan gigi, melindungi gigi dari kerapuhan, bekerja
membantu merekatkan luka gusi dan pertumbuhannya secara sehat, dan melindungi
mulut serta gigi dari berbagai penyakit. Sebagaimana telah terbukti bahwa siwak
memiliki manfaat mencegah kanker.”
 2. Waktu-waktu bersiwak
 Hal yang menjadi pertanyaan kini adalah, mengapa orang berpikir menggunakan ranting
pohon untuk membersihkan gigi mereka? Kenyataannya manusia dahulu tidak memiliki
fasilitas untuk menyikat gigi. Itu jawaban yang kemudian mengantar orang-orang di
zaman dahulu untuk mencari alternatif bahan pembersih gigi mereka. Anda mungkin
bertanya-tanya pula darimana miswak didapatkan. Ya, miswak diperoleh dari ranting
pohon Arak (pohon Peelu) meskipun beberapa pohon lainnya juga dapat digunakan
seperti walnut dan zaitun.
 Penggunaan Miswak tersebar di penduduk muslim di dunia, dan merupakan entitas
umum di negara-negara Muslim. Alasan umum penggunaan Miswak oleh umat Islam
dikaitkan dengan agama. Dimana budaya dan tradisi penggunaan siwak atau miswak
telah lama terjadi di negara-negara muslim. Terdapat 70 keunggulan Miswak yang
dijelaskan dalm Islam dan banyak literatur telah membuktikannya secara ilmiah.
 Waktu-waktu yang Disunnahkan untuk Bersiwak
 1. Setiap akan shalat dan wudhu
 Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu mengabarkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
 ‫ضاوُةء‬‫ك نمنع ةكيل ةو ة‬ ‫ق نعنلىِ أةوملتي لننمارتةهةام لباَليسنوُا ل‬ ‫لناوُلن أنان أنةش و‬
 “Seandai aku tdk memberatkan umatku niscaya aku perintahkan mereka utk bersiwak
tiap kali berwudhu.”
 2. Ketika masuk rumah
 Syuraih bin Hani` pernah berta kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:
 ‫ك‬‫ لباَليسنوُا ل‬:‫ت‬ ‫صولىِ اة نعلنايِله نونسلونم إلنذا ندنخنل بنايِتنةه؟ نقاَلن ا‬ ‫ي نشايةء نكاَنن ينابندأة النوبللُي ن‬
‫بلأ ن ي‬
 “Apa yg mulai Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lakukan apabila beliau masuk rumah?”
Aisyah menjawab: ‘Beliau mulai dgn bersiwak’.”
 3. Saat bangun tidur di waktu malam
 Hudzaifah ibnul Yaman radhiyallahu ‘anhu berkata:
 ‫ك‬ ‫ىِ اة نعلنايِله نونسلونم إلنذا نقاَنم لمنن اللوايِلل ينةشاوُ ة‬
‫ص نفاَهة لباَليسنوُا ل‬ ‫نكاَنن نرةساوُةل ال ن‬
‫صل و‬
 “Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila bangun di waktu malam beliau
menggosok mulut dgn siwak.”
 4. Ketika hendak membaca Al-Qur`an
 Dengan dalil sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
 ‫ضاَةم لللور ل‬
‫ب‬ ‫ نمار ن‬،‫طهونرةم للالفنلم‬ ‫ك نم ن‬ ‫اليسنوُا ة‬
 “Siwak itu membersihkan mulut diridhai oleh Ar-Rabb.”
 5. Saat bau mulut berubah
 Perubahan bau mulut bisa terjadi krn beberapa hal. Di antaranya: krn tdk makan dan
minum krn memakan makanan yg memiliki aroma menusuk/tak sedap diam yg lama/tak
membuka mulut utk berbicara banyak berbicara dan bisa juga krn lapar yg sangat
demikian pula bangun dari tidur.
F. Hadis-hadis nabi tentang bersiwak, mulut,gigi, & lidah
Bersiwak (membersihkan mulut dengan kayu dari pohon araak) merupakan perbuatan
yang sangat disukai oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada beberapa waktu yang
sangat dianjurkan oleh syariat untuk kita bersiwak. Bila kita mampu menjalankan ajaran
Rasulullah ini Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak hanya mulut kita yang menjadi bersih, namun
pahala dan keridhaan Allah pun insya Allah bisa kita raih.

Kata siwak bukan lagi sesuatu yang asing di tengah sebagian kaum muslimin, meskipun sebagian
orang awam tidak mengetahuinya disebabkan ketidaktahuan mereka tentang agama. Wallahul
musta’an.

Pengertian siwak sendiri bisa kembali pada dua perkara:

Pertama, bermakna alat yaitu kayu/ranting yang digunakan untuk menggosok mulut guna
membersihkannya dari kotoran. Asalnya adalah kayu dari pohon araak.

Kedua, bermakna fi’il atau perbuatan yaitu menggosok gigi dengan kayu siwak atau semisalnya
untuk menghilangkan warna kuning yang menempel pada gigi dan menghilangkan kotoran,
sehingga mulut menjadi bersih dan diperoleh pahala dengannya (Fathul Bari 1/462, Al-Minhaj
Syarhu Shahih Muslim 3/135, Subulus Salam 1/63, Taisirul ‘Allam Syarhu ‘Umdatil Ahkam,
1/62).

Dengan demikian, disenangi bersiwak dengan kayu siwak dari araak atau dengan apa saja yang
bisa menghilangkan perubahan bau mulut, seperti membersihkan gigi dengan kain perca atau
sikat gigi. (Nailul Authar, 1/154)

Namun tentunya bersiwak dengan menggunakan kayu siwak lebih utama. Karena, hal itulah
yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ditunjukkan dalam hadits-
hadits yang berbicara tentang siwak.

Hukum bersiwak ini sunnah –tidak wajib– dalam seluruh keadaan, baik sebelum shalat ataupun
selainnya. Dan ini merupakan pendapat yang rajih yang dipegangi oleh penulis. Ini juga
merupakan pendapat jumhur ulama, menyelisihi sebagian ulama yang memandang wajibnya
perkara ini. Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullahu mengatakan: “Kami tidak mengetahui ada
seorang pun yang berpendapat bersiwak itu wajib kecuali Ishaq dan Dawud Azh-Zhahiri.” (Al-
Mughni, kitab Ath-Thaharah, bab As-Siwak wa Sunnatul Wudhu).

Dalil tidak wajibnya bersiwak ini diisyaratkan dalam hadits:

‫ق نعنلىِ أةوملتي لننمارتةهةام لباَليسنوُا ل‬


‫ك لعانند ةكيل ةو ة‬
‫ضاوُةء‬ ‫لناوُلن أنان أنةش و‬

“Seandainya aku tidak memberati umatku, niscaya aku perintahkan mereka untuk bersiwak
setiap kali berwudhu.”
Al-Imam Asy-Syafi‘i rahimahullahu mengatakan: “Dalam hadits ini ada dalil bahwa siwak
tidaklah wajib. Seseorang diberi pilihan (untuk melakukan atau meninggalkannya, pent.).
Karena, jika hukumnya wajib niscaya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan
memerintahkan mereka, baik mereka merasa berat ataupun tidak.” (Al-Umm, kitab Ath-
Thaharah, bab As-Siwak).

Kekhawatiran memberatkan umatnya merupakan sebab yang mencegah Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam untuk mewajibkan bersiwak ini. (Taudhihul Ahkam min Bulughil Maram, 1/195)

Bersiwak merupakan ibadah yang tidak banyak membebani, sehingga sepatutnya seorang
muslim bersemangat melakukannya dan tidak meninggalkannya. Di samping itu, banyak faedah
yang didapatkan berupa kebersihan, kesehatan, menghilangkan aroma yang tak sedap,
mewangikan mulut, memperoleh pahala dan mengikuti Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
(Taisirul ‘Allam, 1/62)

Banyak sekali hadits yang berbicara tentang siwak sehingga Ibnul Mulaqqin rahimahullahu
dalam Al-Badrul Munir mengatakan: “Telah disebutkan dalam masalah siwak lebih dari seratus
hadits.” (Subulus Salam, 1/63)

Karena perkara bersiwak ini disenangi oleh Rasul kita yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan tidak pernah beliau tinggalkan sampai pun menjelang ajalnya, sementara kita
diperintah dalam Al-Qur`an untuk menjadikan beliau sebagai qudwah, suri teladan, maka
pembahasan tentang siwak tidak patut kita abaikan. Ditambah lagi, bersiwak ini termasuk sunnah
wudhu dan termasuk thaharah yang kita dianjurkan untuk melakukannya. Semoga apa yang kami
tuliskan ini menjadi ilmu yang bermanfaat dan mudah-mudahan dapat diamalkan oleh kita
semua. Amin!

Kesenangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam Bersiwak

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam demikian senang bersiwak. Beliau tidak melupakannya
sampai pun pada detik-detik menjelang beliau dijemput kembali ke sisi Allah Subhanahu wa
Ta’ala. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengabarkan:

‫ نونمينع نعابييلد‬،‫ص ادلري‬ ‫صولىِ اة نعلنايِيله نونسيلونم نوأنننياَ ةماسينلندتةهة إلنليىِ ن‬ ‫ضني اة نعانهةنماَ نعنلىِ النوبليي ن‬ ‫ق نر ل‬ ‫ندنخنل نعابةد الوراحملن ابةن أنلبي بناكةر ال ي‬
‫صيداي ل‬
‫ ثةوم ندفناعتةهة إلنلىِ النوبليييي‬،‫طيِوابتةةه‬‫ضامتةهة نو ن‬
‫ك فنقن ن‬
‫ت اليسنوُا ن‬ ‫ فنأ ننخاذ ة‬،‫صنرةه‬
‫صولىِ اة نعلنايِله نونسلونم بن ن‬ ‫ فنأ نبنودهة نرةساوُةل ال ن‬،‫ب يناستنلُن بلله‬
‫ط م‬ ‫ك نر ا‬
‫الوراحملن لسنوُا م‬
‫غ نرةساوُةل اليي‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ُ‫ل‬ ‫ف‬ ‫و‬ ‫ن‬
‫ فننماَ نعندا أان فننر ن‬،‫ىِ اة نعلايِله نونسلنم ااستنون ااستلنناَناَ قنط أاحنسنن لمنةه‬ ‫صل و‬ ‫ة‬ ‫ن‬
‫ فننماَ نرأايت نرةساوُنل ال ن‬،‫صولىِ اة نعلنايِله نونسلنم نفاَاستنون بلله‬
‫و‬ ‫ن‬
ِ‫ضى‬ ‫ة‬ ‫ف‬ ‫ن‬
‫ ثوم قن ن‬-َ‫ثلنثا‬- ِ‫ق الاعلى‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ة‬
‫ لفي الورفلايِ ل‬:‫صبننعهة ثوم نقاَنل‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫ن‬
‫صلىِ اة نعلايِله نونسلنم نرفننع ينندهة أاو إل ا‬ ‫و‬ ‫ن‬

‘Abdurrahman bin Abi Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhuma masuk menemui Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan dadaku menjadi tempat sandaran beliau.
‘Abdurrahman membawa siwak yang masih basah yang dipakainya untuk bersiwak. Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat pandangan mata beliau, melihat siwak itu. Aku pun
mengambil siwak tersebut lalu mematahkan ujungnya (dengan ujung gigi) serta memperbaikinya
dan membersihkannya, kemudian aku berikan pada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau
kemudian bersiwak dengannya. Aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersiwak sebagus yang kulihat kali itu. Tidak berapa lama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam selesai dari bersiwak, beliau mengangkat tangannya atau jarinya kemudian berkata:
“Pada teman-teman yang tinggi (Ar-Rafiqil A‘la)1.” Lalu beliau pun wafat. (HR. Al-Bukhari no.
890, 4438)

Dalam satu lafadz, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan:

‫ك؟ فنأ ننشاَنر بلنراألسله أنان نننعام‬ ‫ فنقةال ة‬.‫ك‬


‫ آلخةذهة لن ن‬:‫ت‬ ُ‫ت أننوهة يةلح ل‬
‫ب اليسنوُا ن‬ ‫ نونعنراف ة‬،‫فننرأنايتةهة ينانظةةر إللنايِله‬

Aku melihat beliau memandangi siwak tersebut dan aku tahu beliau menyukai bersiwak. Maka
aku katakan: “Apakah aku boleh mengambilkannya untukmu?” Beliau mengisyaratkan “iya”,
dengan kepala beliau (mengangguk untuk mengiyakan/sebagai persetujuan). (HR. Al-Bukhari
no. 4449)2

Bersiwak Membersihkan Mulut dan Diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengabarkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ب‬ ‫ نمار ن‬،‫طهونرةم للالفنلم‬


‫ضاَةم لللور ي‬ ‫ك ةم ن‬
‫اليسنوُا ة‬

“Siwak itu membersihkan mulut, diridhai oleh Ar-Rabb.” (HR. Ahmad, 6/47,62, 124, 238, An-
Nasa`i no. 5 dan selainnya. Diriwayatkan pula oleh Al-Imam Al-Bukhari dalam Shahih-nya
secara mu‘allaq. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Sunan An-
Nasa`i, Al-Misykat no. 381, Irwa`ul Ghalil no. 65)

Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma juga mengabarkan hal yang senada dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam:

ِ‫ك نوتننعاَنلى‬ ‫ضاَةم لللور ي‬


‫ب تننباَنر ن‬ ‫نعلنايِةكام لباَليسنوُالك فنإ لنوهة نم ا‬
‫ نمار ن‬،‫طيِنبنةم للالفنلم‬

“Seharusnya bagi kalian untuk bersiwak. Karena dengan bersiwak akan membaikkan
(membersihkan) mulut, diridhai oleh Ar-Rabb tabaraka wa ta’ala.” (HR. Ahmad 2/109, lihat Ash-
Shahihah no. 2517)

Waktu-waktu Disunnahkannya Bersiwak

Bersiwak adalah sunnah (mustahab) dalam seluruh waktu. Namun ada lima waktu yang lebih
ditekankan bagi kita untuk melakukannya (Al-Minhaj 1/135, Al-Majmu‘ 1/328, Tharhut Tatsrib
fi Syarhit Taqrib 1/225). Waktu-waktu tersebut adalah sebagai berikut:

1. Setiap akan shalat dan wudhu

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu mengabarkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
‫ق نعنلىِ أةوملتي لننمارتةهةام لباَليسنوُا ل‬
‫ك نمنع ةكيل ةو ة‬
‫ضاوُةء‬ ‫لناوُلن أنان أنةش و‬

“Seandainya aku tidak memberatkan umatku, niscaya aku perintahkan mereka untuk bersiwak
setiap kali berwudhu.” (HR. Ahmad 2/400, Malik dalam Al-Muwaththa` no. 143 dengan Syarh
Az-Zarqani. Disebutkan pula oleh Al-Imam Al-Bukhari dalam Shahih-nya secara mu‘allaq.
Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Irwa`ul Ghalil no. 70)

Al-Imam Al-Bukhari dalam Shahih-nya (no. 887) dan Al-Imam Muslim dalam Shahih-nya (no.
‫( نمنع ةكيل ن‬setiap kali
588) juga mengeluarkan hadits di atas, hanya saja lafadz akhirnya adalah: ‫صلنةة‬
hendak mengerjakan shalat). Selengkapnya adalah:

‫ق نعنلىِ أةوملتي لننمارتةهةام لباَليسنوُا ل‬


‫ك نمنع ةكيل ن‬
‫صلنةة‬ ‫لناوُلن أنان أنةش و‬

“Seandainya aku tidak memberatkan umatku, niscaya aku perintahkan mereka untuk bersiwak
setiap kali setiap kali hendak mengerjakan shalat.”

Permasalahan disunnahkannya bersiwak ketika hendak shalat dan berwudhu ini


diriwayatkan dari sejumlah shahabat. Di antaranya Abu Hurairah, Zaid bin Khalid, ‘Ali bin Abi
Thalib, Al-’Abbas bin Abdil Muththalib, Ibnu ‘Umar, Abdullah bin Hanzhalah, dan selain
mereka radhiyallahu ‘anhum ajma’in. (Sunan At-Tirmidzi, kitab Ath-Thaharah, bab Maa Ja’a fis
Siwak)

Ibnu Daqiqil ‘Ied rahimahullahu berkata: “Rahasia dianjurkannya kita bersiwak saat
hendak shalat adalah kita diperintahkan dalam setiap keadaan taqarrub (mendekatkan) diri
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk berada dalam kesempurnaan dan kebersihan, dalam
rangka menampakkan kemuliaan ibadah.”

Ada pula yang berpendapat bahwa perkaranya berkaitan dengan malaikat. Karena malaikat akan
terganggu dengan aroma tidak sedap yang keluar dari mulut seseorang. (Ihkamul Ahkam, kitab
Ath-Thaharah, bab As-Siwak)

2. Ketika masuk rumah

Syuraih bin Hani` pernah bertanya kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:

‫ك‬ ‫ي نشايةء نكاَنن ينابندأة النوبللُي ن‬


‫صولىِ اة نعلنايِله نونسلونم إلنذا ندنخنل بنايِتنةه؟ نقاَلن ا‬
‫ لباَليسنوُا ل‬:‫ت‬ ‫بلأ ن ي‬

“Apa yang mulai Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lakukan apabila beliau masuk rumah?”
Aisyah menjawab: ‘Beliau mulai dengan bersiwak’.” (HR. Muslim no. 589)

3. Saat bangun tidur di waktu malam

Hudzaifah ibnul Yaman radhiyallahu ‘anhu berkata:

‫ك‬ ‫ىِ اة نعلنايِله نونسلونم إلنذا نقاَنم لمنن اللوايِلل ينةشاوُ ة‬


‫ص نفاَهة لباَليسنوُا ل‬ ‫نكاَنن نرةساوُةل ال ن‬
‫صل و‬
“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila bangun di waktu malam beliau
menggosok mulutnya dengan siwak.” (HR. Al-Bukhari no. 245, 889, 1136 dan Muslim no. 592,
594)

Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma mengabarkan:

‫ظ بنندأن لباَليسنوُا ل‬
‫ك‬ ‫أنون نرةساوُنل ال ن‬
‫صولىِ اة نعلنايِله نونسلونم نكاَنن لن يننناَةم إللو نواليسنوُا ة‬
‫ فنإ لنذا ااستنايِقن ن‬،‫ك لعانندةه‬

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah tidur melainkan siwak berada di sisi beliau.
Bila terbangun dari tidur, beliau mulai dengan bersiwak.” (HR. Ahmad 2/117, dihasankan Asy-
Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’ush Shahih 1/503)

Alasan disenanginya bersiwak pada saat seperti ini, kata Al-Imam Ibnu Daqiqil ‘Ied
rahimahullahu, adalah karena tidur menyebabkan berubahnya bau mulut. Sedangkan siwak
merupakan alat untuk membersihkan mulut. Sehingga disunnahkan bersiwak tatkala terjadi
perubahan bau mulut. (Ihkamul Ahkam, kitab Ath-Thaharah, bab As-Siwak)

Dalam hal ini sama saja, baik bangunnya untuk mengerjakan shalat atau tidak. ‘Auf bin Malik
radhiyallahu ‘anhu mengabarkan:

‫ ثةوم نقاَنم ية ن‬،‫ضنأ‬


‫صيلي نوقةام ة‬
‫ت نمنعهة‬ ‫صولىِ اة نعلنايِله نونسلونم فنبنندأن نفاَاسنتاَ ن‬
‫ك ثةوم تننوُ و‬ ‫…قةام ة‬
‫ت نمنع نرةساوُلل ال ن‬

“Aku pernah bangkit bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu beliau mulai
bersiwak. Setelah itu beliau berwudhu. Kemudian beliau bangkit untuk mengerjakan shalat dan
aku pun bangkit bersama beliau…” (HR. Ahmad 6/24, dihasankan Asy-Syaikh Muqbil dalam Al-
Jami’ush Shahih 1/503,504)

4. Ketika hendak membaca Al-Qur`an

Dengan dalil sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

‫ب‬ ‫ نمار ن‬،‫طهونرةم للالفنلم‬


‫ضاَةم لللور ل‬ ‫ك نم ن‬
‫اليسنوُا ة‬

“Siwak itu membersihkan mulut, diridhai oleh Ar-Rabb.” (HR. Ahmad 6/47,62, 124, 238, An-
Nasa`i no. 5 dan selainnya. Al-Imam Al-Bukhari meriwayatkannya dalam Shahih-nya secara
mu‘allaq. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Sunan An-Nasa`i, Al-
Misykat no. 381, Irwa`ul Ghalil no. 65)

Sementara membaca Al-Qur`an tentunya menggunakan mulut.

5. Saat bau mulut berubah

Perubahan bau mulut bisa terjadi karena beberapa hal. Di antaranya: karena tidak makan dan
minum, karena memakan makanan yang memiliki aroma menusuk/tidak sedap, diam yang
lama/tidak membuka mulut untuk berbicara, banyak berbicara dan bisa juga karena lapar yang
sangat, demikian pula bangun dari tidur. (Al-Hawil Kabir 1/85, Al-Minhaj, 1/135)
Bersungguh-sungguh dalam Bersiwak

Ketika seseorang bersiwak, hendaklah ia melakukannya dengan sungguh-sungguh, sebagaimana


yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Abu Musa Al-Asy‘ari radhiyallahu
‘anhu menceritakan:

‫ك لفي فلايِييله‬ ‫ نواليسنوُا ة‬.‫ أةاع‬،‫ أةاع‬:‫ك نعنلىِ للنساَنلله نوهةنوُ ينقةاوُةل‬ ‫ نو ن‬:‫ نقاَنل‬.‫ب‬
‫طنر ة‬
‫ف اليسنوُا ل‬ ‫ك بللسنوُاةك نر ا‬
‫ط ة‬ ‫صولىِ اة نعلنايِله نونسلونم نوهةنوُ يناسنتاَ ة‬ ‫أنتنايِ ة‬
‫ت النوبل و‬
‫ي ن‬
‫ع‬‫نكأ ننوهة بنتنهنووُ ة‬

“Aku pernah mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika itu beliau sedang bersiwak
dengan siwak basah. Ujung siwak itu di atas lidah beliau dan beliau mengatakan “o’, o’3″
sedangkan siwak di dalam mulut beliau, seakan-akan beliau hendak muntah.” (HR. Al-Bukhari
no. 244 dan Muslim no. 591)

Hadits di atas menunjukkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersungguh-sungguh dalam


bersiwak, sampai-sampai hendak muntah karenanya. Selain itu, menunjukkan disenanginya
bersiwak menggunakan siwak yang basah sebagaimana dalam hadits Ummul Mukminin ‘Aisyah
radhiyallahu ‘anha yang telah lewat tentang bersiwaknya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjelang wafatnya. Di samping itu, hadits ini menunjukkan bahwa selain digunakan
untuk membersihkan gigi, siwak dapat pula digunakan untuk membersihkan lidah. (Fathul Bari
1/463, Ihkamul Ahkam, kitab Ath-Thaharah, bab As-Siwak)

Rasulullah SAW bersabda dalam haditsnya :

{ِ‫ السوُاك مطهرللفم مرضاَة للرب }رواه البيِهقي والنساَئى‬: ‫عن عاَئشة رضىِ ا ان النبي صلىِ ا عليِه وسلم قاَل‬

Artinya : Dari Aisyah RA bahwasanya Rasulullah SAW bersasbda “ bersiwak itu dapat
membersihkan mulut dan menghasilkan keridhaan Allah “. – HR Baihaqi dan Nasa’i

‫ لوُل ان اشق علىِ امتي لمرتهيم باَلسيوُاك ميع كيل‬: ‫عن ابىِ هريرة رضىِ ا عنه عن رسوُل ا صلىِ ا عليِه وسلم انه قاَل‬
{ِ‫وضوُء }احرجه ماَلك واحمدوالنساَئى‬

Artinya : Dari Abu Hurairah RA bahwasanya rasulullah SAW bersabda : Sekiranya tidak akan
memberi kesukaran dan kesulitan pada ummatku, tentu akan kuperintahkan mereka bersiwak
pada setiap wudhu. – HR Malik, Ahmad, dan Nasa’i.

Hadits diatas memberi penjelasan bahwa bersiwak masnunah (disunatkan) dalam segala hal
kecuali pada saat berpuasa, karena bau mulut orang yang berpuasa dikatakan Rasulullah SAW
lebih harum dibandingkan dengan minyak kasturi, Sesuai dengan Sabdanya :
ِ‫عن ابىِ هريرة رضىِ ا عن النبىِ صلىِ ا عليِه وسلم لخلوُف فم الصاَئم اطيِييب عنييد ايي ميين ريييح المسييك }رواه البخيياَرى‬
{‫ومسلم‬Artinya :Dari Abu Hurairah RA, Dari Nabi SAW : bahwasanya bau mulut orang yang
sedang berpuasa itu pada sisi Allah lebih harum dibandingkan dengan minyak kasturi – HR
Bukhari dan Muslim

{‫ركعتاَن باَلسوُاك افضل من سبعيِن ركعة بل سوُاك }رواه ابوُ نعيِم‬

Artinya : Dua rakaat shalat yang dikerjekan dengan bersiwak, lebih utama dari tujuh puluh rakaat
yang dikerjakan tanpa bersiwak. – HR Abu Naim

G. Memasang Gigi Palsu Bagi Perempuan & laki-laki


Salah satu Dokter Spesialis Prostodonsia, drg Susi Puspitadewi SpProst mengatakan,
sudah 20 juta penduduk Indonesia tercatat menggunakan gigi palsu. Biasanya cara ini digunakan
untuk menggantikan gigi yang rusak atau berlubang akibat kejadian tertentu.

Alasan umum yang biasanya mendasari seseorang memasang gigi palsu adalah gigi
keropos, gigi tanggal dan yang terakhir adalah gigi patah. Biasanya dengan kondisi gigi seperti
itu akan menurunkan fungsi gigi dan membuat fungsi gigi menjadi berkurang serta lamban.
Tentu saja hal ini akan berpengaruh langsung saat sedang mengunyah makanan.

Disisi lain, jika ada gigi yang hilang ataupun rusak pastinya akan mengganggu dalam
berpenampilan. Orang tersebut akan menjadi kurang percaya diri dalam menjalani aktivitasnya.
Apabila jika dibiarkan terus menerus, gigi akan mengalami pergeseran karena gigi yang miring.
Hal itu akan berimbas pada susunan gigi lainnya, yang mana makanan akan mudah terselip
sehingga dapat menyebabkan gigi berlubang.

Kondisi gigi yang rusak jika dibiarkan terus menerus akan berdampak pada fungsi gigi
lainnya. Misalnya saja, dampaknya bisa mempengaruhi fungsi bicara seseorang. Selain itu juga,
dapat berefek pada gangguan kerja sendi. Efek paling parah jika tidak memakai gigi palsu adalah
makanan yang kita kunyah masih kasar yang tentunya berpengaruh pada gangguan fungsi
pencernaan.

Sebenarnya penggunaan gigi palsu tidak ada bedanya antara perempuan maupun laki-
laki. Sedangkan untuk jenis gigi yang bisanya paling sering diganti dengan gigi palsu adalah
geraham pertama. Hal itu karena, gigi tersebut biasanya merupakan gigi yang pertama kali
tumbuh pada manusia. Ada baiknya segera memasang gigi palsu, untuk meminimalisir keadaan
yang semakin parah.

Hukum memakai gigi palsu dalam Islam.

Syekh Shaleh Munajid Berkata: “Memasang gigi buatan ditempat gigi yang dicabut karena sakit
atau rusak itu adalah perkara yang mubah (diperbolehkan). Tidak ada dosa di dalam
melakukannya. Kami tidak mengetahui satupun dari ahli ilmu (Ulama) yang mencegahnya
(memasang gigi palsu). Tidak ada perbedaan (hukum) antara dipasang secara permanen ataupun
tidak.”

Dari keterangan di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa hukum memakai gigi palsu dalam
Islam adalah mubah (diperbolehkan). Hal ini tidaklah diharamkan. Yang diharamkan adalah jika
tujuannya untuk mempercantik atau memperindah. Al-Lajnah Ad-Daimah berfatwa: “Tidaklah
mengapa mengobati gigi yang copot atau rusak dengan sesuatu yang dapat menghilangkan
bahayanya atau dengan mencabutnya dan menggantinya dengan gigi buatan (palsu) ketika hal itu
memang diperlukan.

Sahabat Ibnu Mas’ud Radhiya Allahu ‘Anhu berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
melarang dari mengikir gigi, menyambung rambut dan mentato, kecuali dikarenakan penyakit.”
{HR. Ahmad: 3945}

Asy-Syaukani menerangkan: “Perkataan Ibnu Mas’ud “kecuali dikarenakan penyakit”, dzahirnya


adalah: Sesungguhnya keharaman yang telah disebutkan (dalam hadits) tidak lain di dalam
masalah ketika tujuannya untuk memperindah, bukan dikarenakan untuk menghilangkan
penyakit atau cacat. Maka, sesungguhnya itu (dengan tujuan pengobatan) tidaklah diharamkan.

Bagi orang yang giginya ompong, hal itu tentu sangat mengganggu saat makan, sehingga tidak
mengherankan jika pemasangan gigi palsu tidaklah diharamkan, karena otomatis saat
mengunyah makanan sedikit banyak akan mengalami kesulitan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hukum memakai gigi palsu dalam Islam adalah mubah,
dengan tujuan pengobatan ataupun menghilangkan bahaya dari copotnya gigi yang asli. bahkan
tidak satupun Ulama yang melarang memasang gigi palsu.

H. Hukum Memasang Gigi Palsu yang bukan dari Emas


Mengobati gigi yang copot atau rusak dengan menghilangkan bahaya atau mecabutnya.
Kemudian menggantikannya dengan gigi palsu jika diperlukan. Kearena ini termasuk
pengobatan yang mubah untuk menghilangkan bahaya. Ini tidak termasuk dalam mengubah
ciptaan Allah sebagaimana pemahaman penanya. Karena yang dimaksud dengan fitrah dalam
firman Allah Ta’ala, “Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah” Maka ini termasuk bentuk
pengobatan yang dibolehkan.

Sahabat Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata, ‫نهىعناَلناَمصةوالوُاشرةوالوُاصلةوالوُاشمةإلمنداء‬


“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang orang mencukur alis,mengkikir gigi,
menyambung rambut, dan mentato, kecuali karena penyakit.” (HR. Ahmad 3945 dan sanadnya
dinilai kuat oleh Syuaib Al-Arnaut)

As-Syaukani menjelaskan, (‫قوُله )إلمنداء‬


‫فإنهليِسبمحرم‬،‫“ ظاَهرهأناَلتحريماَلمذكوُرإنماَهوُفيِماَإذاكاَنلقصدالتحسيِنللداءوعلة‬Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, ‘kecuali karena penyakit’ dzahir maksudnya bahwa keharaman yang disebutkan,yaitu
jika dilakukan untuk tujuan memperindah penampilan, bukan untuk menghilangkan penyakit
atau cacat, karena semacam ini tidak haram.” Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz pernah ditanyakan
masalah gigi palsu ini terutama jika hukumnya cuma untuk mode (bergaya atau berpenampilan).

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz menjawab bahwa hukum gigi palsu itu boleh selama bukan terbuat
dari emas untuk laki-laki. Karena laki-laki tidak boleh berhias dengan emas. Adapun baiknya
menggunakan gigi yang terbuat dari selain emas. Emas hanyalah dibolehkan dalam kondisi
darurat sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membolehkan hal ini ketika ada yang
gigi taringnya patah. Intinya, gigi palsu itu dibolehkan lebih-lebih ketika butuh. Adapun untuk
sekedar bergaya, maka tidaklah layak.

Begitu pula gigi yang sudah sehat tidaklah perlu dicabut supaya bisa bergaya dengan gigi palsu.
Setiap orang seharusnya bersyukur pada Allah atas nikmat gigi dengan ia menjaganya tetap ada
tanpa mencabutnya dengan maksud bermode. Minimal hukumnya makruh untuk hal itu. Adapun
jika memang gigi patah, lalu ingin ditambah dengan gigi buatan, maka tidaklah masalah, baik
gigi tersebut berasal dari bahan tambang yang boleh digunakan, namun jauhilah emas.

Emas inilah yang mesti dihindari kecuali dalam keadaan darurat untuk laki-laki. Ada yang
bertanya pada Syaikh, bagaimana hukum untuk gigi yang jelek? Syaikh menjawab, untuk gigi
yang jelek tidak mengapa dihilangkan, baik gigi tersebut terlalu panjang dari yang normal,
terlalu ke depan atau ke belakang. Mencabutnya tidaklah masalah.

Selain itu, ada beberapa hadis yang bisa kita jadikan acuan dalam masalah ini, diantaranya, yaitu
: Pertama, hadis dari Urfujah bin As’ad radhiyallahu ‘anhu, ‫صيِبنأ نانفةهةيِناوُنماَالةكنلبللفيِاَالنجاَلهللويِة‬ ‫أننوهةأ ة ل‬
‫صولىاَللهةنعلنايِلهنوُنسلونمأ نانيِنتولخنذأنانففاَلماننذهن ة‬
‫ب‬ ‫نفاَتونخنذأنانففاَلماننوُلرقةفنأ نانتننننعلنايِلهفنأ ننمنرةهاَلنوبللُيِ ن‬،‫ ل‬Bahwa hidung beliau terkena senjata pada
peristiwa perang Al-Kulab di zaman jahiliyah. Kemudian beliau tambal dengan perak, namun
hidungnya malah membusuk.

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya untuk menggunakan tambal


hidung dari emas. (HR. An-Nasai 5161, Abu Daud 4232, dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

Kedua, hadis dari Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau mengatakan,


‫ةلعنتاَلوُاصلةوالمستوُصلةوالناَمصةوالمتنمصةوالوُاشمةوالمستوُشمةمنغيِرداء‬

“Dilaknat : orang yang menyambung rambut, yang disambung rambutnya, orang yang mencabut
alisnya dan yang minta dicabut alisnya, orang yang mentato dan yang minta ditato, selain karena
penyakit.” (HR. Abu

Berdasarkan keterangan di atas disimpulkan, semua intervensi luar yang mengubah keadaan
tubuh kita hukumnya dibolehkan jika tujuannya dalam rangka pengobatan, atau mengembalikan
pada kondisi normal. Dan ini tidak termasuk mengubah ciptaan Allah yang terlarang.\
Lajnah Daimah untuk Fatwa dan Penelitian Islam, mendapat pertanyaan tentang hukum
mencabut gigi yang rusak dan diganti dengan gigi palsu. Apakah termasuk mengubah ciptaan
Allah? Jawaban Lajnah:

‫وجعلسناَنصناَعيِةفيِمكاَنهاَإذااحتيِجإلىذلك؛‬،َ‫لبأسبعلجاَلسناَناَلمصاَبةأوالمعيِبةبماَيزيلضررهاَأوخلعها‬
‫وليدخلهذافيِتبديلخلقاَللهكماَفهماَلساَئل‬،‫لنهذامناَلعلجاَلمباَحلزالةالضرر‬

“Tidak masalah mengobati gigi yang rusak atau cacat, dengan gigi lain, sehingga bisa
menghilangkan resiko sakit, atau melepasnya kemudian diganti gigi palsu, jika dibutuhkan.

Karena semacam ini termasuk bentuk pengobatan yang mubah, untuk menghilangkan madharat.
Dan tidak termasuk mengubah ciptaan Allah, sebagaimana yang dipahami penanya.” (Fatawa
Lajnah, 25/15).

I. Mencabut Gigi palsu yang terdapat pada si mayat


Memakai atau memasang gigi palsu pada dasarnya diperbolehkan, apakah itu terbuat dari
emas atau lainnya. Dengan niat memakai atau memasangnya untuk tujuan perawatan atau
perbaikan dari kerusakan, bukansengaja untuk dipamerkan sebagai ninai tersendiri di
masyarakat.Hal ini dapat dirujuk berdasarkan hadis Urfujah bin As’ad , bahwa hidungnya pernah
terpotong karena terkena pedang ketika perang. Kemudian ditambal perak, namun luka
hidungnya makin parah. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehatkan agar
ditambal dengan emas, dan ternyata cocok. HR. An-Nasai, Abu Daud,

Demikian dengan hidung, begitupun dengan gigi. Lantas bagaimana kalau ia meninggal,
haruskah dicopot, atau dibiarkan saja ikut terkubur. Di masyarakat banyak yang berpandangan
harus dicopot, karena keberadaannya adalah palsu, bukan asli sunatullah. Bukan hanya gigi,
merekapun berkeyakinan benda lainpun harus dilepas, seperti kaki palsu, pen operasi yang belum
dilepas, dan lainnya. Kesemuanya tidak perlu dilepas. Merujukkaidah diatas kesemuanya bukan
untuk pamer yang meningkatkan pristis, tapi merupakan penobatan dari cacat yang harus
dideritanya.

Dan mengubur bagian dari pengobatan tersebut, diperbolehkan dikubur bersama jasad lainnya.
Karenajenazah muslim wajib disikapi sebagaimana orang hidup. Artinya tidak boleh dikerasi,
tidak boleh dilukai, atau diambil bagian tubuhnya, apalagi dipatahkan tulangnya.

Dari Aisyah Ra, Rasulullah Saw, bersabda


‫نكاسةر نع ا‬
‫ظلم االنميِي ل‬
َ‫ت نكنكاسلرله نحفييِا‬
”Mematahkan tulang mayit, statusnya sama dengan mematahkan tulangnya ketika masih hidup.”
HR. Abu Daud , Ibnu Majah

Darri hadist tersebut, yang perlu disikapi adalah bahwa dalam syariat, kehormatan seorang
muslim ketika sudah mati statusnya sama dengan ketika masih hidup. Karena itu, tidak boleh
dilanggar kehormatannya, dengan merusaknya atau menyakitinya.

Di samping itu dari mayit tidak perlu diambil benda asing yang ada pada tubuhnya. Karena
keberadaan benda di tubuh mayit, tidak memberikan dampak apapun bagi si mayit. Tidak
menyebabkan si mayit menjadi tertahan amalnya atau dia tidak tenang, atau keyakinan yang
sering dibuat-buat di masyarakat, yang kemudian menjadi cerita turun menurun.

Jadi pada prinsipnya melepas benda yang ada di jasad mayit tidak diperbolehkan, kecuali jika
ada pertimbangan-pertimbangan lain. Seperti pertimbangannilainya mahal atau benda yang ada
ditubuh mayit itu najis, - menyambung tulang dari tulang anjing, misalnya. Namun demikian
tetap penghormatan terhadap mayit dikedepankan, jangan sampai membahayakan mayit karena
harus menyayat mayit, atau merusak bagian lainnya.

Untuk gigi palsu, tidak mengapa ikut terkubur bersama mayit, kecuali bila dipandang bernilai
tinggi terbuat dari emas, maka diperbolehkan diambil dan tidak meusak bagian mayit, tapi bila
sulit diambilnya dan dapat merusak mayit, maka lebih baik dibiarkan dan terkubur bersama
mayit. Terlebih bila ahli waris ridha untuk tetap pada mayit dan tidak perlu dicopot, maka boleh
ikut terkubut bersama mayit, dan hal tersebut tidak termasuk menyia-nyiakanharta/ Di samping
karena diperbolehkan syariat juga sebagai memuliakan mayit, Bahkan menurut pendapat yang
kuat tidak boleh mencabutnya, bila sudah bersedaging, yaitu bila dicabut maka akan sampai pada
merusak bagian lainya

J. Sejarah Kedokteran Gigi Islam


Ajaran Islam memerintahkan agar umatnya senantiasa menjaga kesehatan gigi dan mulut. Dalam
salah satu haditsnya, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: ”Seandainya tidak akan
merepotkan umatku, maka aku akan perintahkan kepada mereka untuk membersihkan gigi pada
setiap akan shalat.”(HR Bukhari dan Muslim).

Islam memahami bahwa menjaga kesehatan gigi dan mulut akan sangat menentukan kualitas
hidup manusia. Tak heran jika seabad setelah Rasulullah SAW wafat, para dokter Muslim di era
keemasan terdorong untuk turut mengembangkan ilmu kedokteran gigi (dentistry). Sejatinya,
pengobatan gigi telah diterapkan manusia dari peradaban Lembah Indus bertarikh 7.000 hingga
5.500 SM.

Namun, ilmu kedokteran gigi justru berkembang pesat pada era kejayaan peradaban Islam.
Henry W Noble (2002) dalam Tooth transplantation: a controversial story, History of Dentistry
Research Group, Scottish Society for the History of Medicine mengakui bahwa para dokter
Muslim di zaman kekhalifahan merupakan perintis dalam pengembangan ilmu kedokteran gigi.

Peradaban Barat saja baru mengembangkan ilmu kedokteran gigi secara khusus pada abad ke-17
M. Buku pertama tentang ilmu kedokteran gigi di Barat baru hadir tahun 1530 M bertajuk
“Artzney Buchlein”. Buku teks kedokteran gigi dalam bahasa Inggris baru muncul tahun 1685
karya Charles Allen berjudul Operator for the Teeth.

Bahkan, masyarakat Amerika baru mengenal adanya dokter gigi pada abad ke-18 M. John Baker
merupakan dokter pertama yang praktik di benua itu. Baker merupakan dokter gigi yang berasal
dari Inggris. Amerika baru memiliki dokter gigi sendiri pada tahun 1779 M bernama Isaac
Greenwood.

Lucunya, peradaban Barat mengklaim Pierre Fauchard – berkebangsaan Prancis yang hidup di
abad ke-17 sebagai “bapak ilmu kedokteran gigi modern”. Padahal, menurut Noble, 700 tahun
sebelum Fauchard hidup, seorang dokter Muslim bernama Abu al-Qasim Khalaf ibn al-Abbas
Al-Zahrawi alias Abulcasis (930 M – 1013 M) telah sukses mengembangkan bedah gigi dan
perbaikan gigi.

Keberhasilannya yang telah memukau para dokter gigi modern itu tercantum dalam Kitab Al-
Tasrif. Kitab itu tercatat sebagai teks pertama yang mengupas bedah gigi secara detail. “Dalam
kitabnya itu, Abulcasis juga secara detail menggambarkan keberhasilannya dalam melakukan
penanaman kembali gigi yang telah dicabut,” papar Noble.

Al-Zahrawi juga tercatat sebagai dokter yang mempelopori penggunaan gigi palsu atau gigi
buatan yang terbuat dari tulang sapi. Kemudian geligi palsu itu dikembangkan lagi mengunakan
kayu – seperti yang digunakan oleh presiden pertama Amerika Serikat, George Washington 700
tahun kemudian.

Sumbangan penting dokter Muslim di era kejayaan dalam pengembangan ilmu kedokteran juga
diungkapkan Salma Almahdi (2003) dalam tulisannya berjudul Muslim Scholar Contribution in
Restorative Dentistry yang dimuat dalam Journal of the International Society for the History of
Islamic Medicine. Menurut Almahdi, dokter gigi Muslim dari abad ke-10 M lainnya yang
mengembangkan dentistry adalah Abu Gaafar Amed ibnu Ibrahim ibnu Abi Halid al-Gazzar.

Dokter gigi asal Afrika Utara itu memaparkan metode perbaikan gigi secara detail dalam Kitab
Zad al-Musafir wa qut al-Hadir. Kitab itu lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai
Viaticum oleh Constantine the African di Universitas Salerno – yang berada di Selatan Italia.
“Kitab yang ditulis Al-Gazzar merupakan yang pertama yang mengupas tentang perawatan gigi
busuk/rusak,” papar Almahdi.

Dalam kitabnya, Al-Gazzar menyatakan bahwa hal pertama yang perlu dilakukan untuk
mengobati gigi yang busuk adalah membersihkannya. Kemudian, papar dia, gigi itu diisi dengan
gallnut, madu, kemenyan, terbinth yang mengandung damar, pohon cedar yang mengandung
damar, pellitory atau pengasapan dengan akar colocynthis.

Al-Gazzar pun merekomendasikan senyawa arsenik untuk gigi yang berlubang. Campuran ini
juga mampu mengatasi pembusukan gigi serta mengendurkan dan meredakan ketegangan syaraf.
Dokter Muslim lainnya yang memberi sumbangan penting bagi ilmu kedokteran gigi adalah Ibnu
Sina lewat karyanya yang sangat fenomenal bertajuk he Canon of Medicine. Menurut Almahdi,
Ibnu Sina terpengaruh oleh Al-Gazzar dalam pengobatan gigi.

Meski begitu, Ibnu Sina mengembangkan sendiri pengobatan gigi dengan caranya sendiri. Baik
Al-Gazzar maupun Ibnu Sina sepakat bahwa kebusukan pada gigi disebabkan oleh “cacing gigi”.
Namun pendapat itu dipatahkan oleh dokter Muslim lainnya dari abad ke-12 M bernama
Gaubari. Dalam Book of the Elite yang ditulisnya, Gaubari menyatakan bahwa dalam
kenyataannya cacing gigi tak pernah ada. Sejak abad ke-13 M, teori cacing gigi akhirnya tak lagi
diterima dalam kedokteran Islam.

Kontribusi peradaban Islam lainnya yang tak kalah penting dalam kedokteran gigi diberikan oleh
Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakaria Ar-Razi. Dokter legendaris di era keemasan peradaban
Islam itu juga secara khusus mengembangkan perawatan kesehatan gigi. Ar-Razi terbilang
sebagai dokter Muslim pertama yang memberi sumbangan bagi ilmu kedokteran gigi.

Menurut Almahdi, Ar-Razi mencoba merekomendasikan metode yang dikembangkan Galen –


dokter dari peradaban Yunani – dalam melepas gigi rusak dengan cara dibor. Untuk mengurangi
rasa sakit saat gigi dibor, dokter terkemuka di kota Baghdad itu menganjurkan agar lubang gigi
ditetesi minyak.

Selain mengkaji masalah gigi, dokter Muslim di era kekhalifahan pun sudah mengkaji kesehatan
mulut, salah satunya soal lidah. Organ penting yang dibiasa digunakan untuk mengunyah,
menelan dan berbicara itu mendapat perhatian khusus dari Ibnu Sina. Dalam Canon the
Medicine, Ibnu Sina mengkaji berbagai penyakit lidah dan penyembuhannya.

Menurut Almahdi, dalam kitabnya yang sangat lengkap itu Ibnu Sina menerangkan tentang
anatomi lidah serta penyakit-penyakit yang sering dialami organ lidah baik secara sensorik
maupun motorik. Ibnu Sina membahas masalah lidah secara mendalam dalam empat belas
bab.Betapa sumbangan peradaban Islam bagi dunia kedokteran sungguh begitu luar biasa.
Namun, kontribusi penting para dokter Muslim itu kerap dinihilkan dan disembunyikan
peradaban Barat. Tak heran, bila pencapaian para ilmuwan Muslim di era kejayaan itu juga tak
diketahui masyarakat Islam di era modern ini.

Sejarah Kedokteran Gigi di Indonesia

Sewaktu masih bernama Hindia belanda, di kota Surabaya telah berdiri sekolah kedokteran yang
bernama Nederlandsch-Indische Artsen School (NIAS) pada tahun 1913. Karena lembaga
kedokteran gigi belum ada maka kebutuhan akan tenaga kesehatan gigi (dokter gigi) didatangkan
langsung dari Eropa (Belanda). Namun jumlah dokter gigi dari Eropa yang bisa dan mau bekerja
di Hindia Belanda pada waktu itu amat terbatas, itupun sebagian besar hanya untuk melayani
orang-orang Eropa yang tinggal di sini. Jika orang-orang pribumi menderita penyakit gigi maka
sebagian besar dibawa ke dukun atau tabib dengan pengobatan tradisional, dan sebagian lagi
dibiarkan untuk sembuh dengan sendirinya (Potret ketersediaan dan Kebutuhan tenaga Dokter
gigi, Dikti 2010, hal 4).

Sampai tahun 1950 Indonesia baru memiliki dua universitas negeri, yaitu Universitas Gadjah
Mada di Yogyakarta dan Universitas Indonesia (UI). Selanjutnya tanggal 10 Nopember 1954
secara resmi Universitas Airlangga berdiri. Dengan berdirinya Universitas Airlangga maka
Fakultas Kedokteran dan Institut atau Lembaga Kedokteran Gigi yang semula merupakan cabang
dari UI kemudian dipisahkan dari induknya dan digabung ke Universitas Airlangga (Potret
ketersediaan dan Kebutuhan tenaga Dokter gigi, Dikti 2010, hal 7).

K.Dokter-dokter muslim dalam bidang gigi


Kita mengenal Pierre Fauchard (1678-1761) sebagai bapak kedokteran gigi modern. Namun jauh
sebelumnya, di zaman keemasan perdaban Islam yang dimulai pada abad ke-9, kedokteran islam
sangat memprihatinkan ilmu pengetahuan di Eropa. Salah satunya adalah kedokteran gigi yang
sedang berlangsung hingga Renaisans, hingga kedokteran gigi modern hari ini.

Diawali dengan penggunaan siwak. Anjuran bersiwak oleh Nabi Muhammad, dianggap sebagai
cikal-bakal lahirnya sikat gigi yang hari ini kita pakai. Bahkan temuan seorang peneliti sejarah
Islam dan Arab, Fuat Sezgin adalah Khalifah Usman bin Affan menggunakan kawat gigi
berbahan emas.

Semua tidak terlepas dari Ilmuwan Islam pada masa itu. Berikut ini nama-nama cendekiawan
muslim yang berperan dalam dunia kedokteran gigi baik baik dalam bidang konservasi or
bidang-bidang lainnya.

Hunayn Ibnu Ishaq al-Ibadi

Ada seorang dokter dan ilmuwan dari Mesopotamia, yang sekarang menjadi Irak. Sekalipun dia
adalah seorang dia adalah Kristen Nestorian yang dia cintai dan bagian dari Dinasti Abbasiyah.
Dia menerjemahkan kitab teks ke bahasa Suriah dan Arab. Dia kemudian kembali ke Irak dan
pada tahun 857 dia ditunjuk menjadi dokter pribadi untuk Khalifah al-Mutawakkil (847-61).

Karyanya tentang gigi dan mulut termaktub dalam kitab hifz al-Asnan wa al-litha (tentang
menjaga gigi dan gusi). Di situ tertulis imbauannya untuk membersihkan sisa gigi pada gigi
dan olah menggunakan tusuk gigi karena bisa melukai gusi.

Hunayn juga membidik tentang penggunaan siwak yang terlalu banyak, karena dapat melenal
gigi dan membuat gigi busuk.
Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakaria ar-Razi

Dia adalah cendekiawan muslim pada abad ke-10 masehi. Dia dikenal sebagai dokter terbaik di
era tersebut.

Penemuannya adalah dengan cara kolah ulang dengan metode. Dia memasukkan asatefida atau
sejenis opioid yang ke dalam karies tersebut. Dia memasukkan mur , kamfer, atau arsen. Metode
yang diadopsi dengan menggunakan penggunaan bur untuk membuka gigi. Hal itu dilakukan
oleh Aelius Galenus, seorang dokter dan ahli bedah  Kerajaan Romawi.

Dalam kitabnya yang berjudul Al-Fahir (Gemilang), ar-Razi mengambil dan mereproduksi
beberapa kutipan dari Tabit Ibnu Quorra, seorang cendekiawan asal Baghdad periode abad ke-
9.

Di situ tersedianya dari karies dan gigi yang penting keasaman pada gigi. Saat gigi sudah
berlubang, tutup lubang tersebut. Hal itu untuk menghilangkan asam tersebut merusak kembali
gigi juga untuk meredakan nyeri.

Dalam hal ini bahan untuk tutup lubang yang disebut sebagai "tancer", yang dalam bahasa Arab
berarti sebuah serbuk logam. Serbuk tersebut dapat menjadi emas atau perak. Bila jaringan gigi
yang rusak tidak terlalu banyak, latihan untuk memesan jaringan yang rusak, kemudian
melakukan kauterisasi dengan dengan suhu panas dan minyak. Metode ini kemudian ditahun-
tahun berikutnya diadopsi dalam metode penambalan gigi.

Abu Gaffar Amed Ibnu Ibrahim Ibnu abi Halid al-Gazzar

Seorang Arab yang tinggal di Afrika Utara pada abad ke-10, dia menulis kitab Zad al-Musafir
wa qut al-Hadir , (Aturan untuk pengelana dan nutrisi yang adekuat), dan diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin pada abad ke-11Â Oleh Constantine dari Salerno dengan judul Viaticum .

Dia berbicara tentang pemulihan karies, seperti dalam kutipannya, "Pembersihan karies harus
dilakukan terlebih dahulu, dan kemudian gigi bisa diisi dengan gallnut, resin tarbantin, resin dari
cemara, mur, madu, atau bahan-bahan alami lainnya.

Dia juga mengatakan: cacing yang menyebabkan karies biasanya diobati dengan pengasapan
menggunakan tanaman mustard, henbane atau gigi anjing. Dia juga menggunakan penggunaan
arsenik untuk mengobati karies gigi, karies dan untuk merelaksasikan saraf akibat
ketidakseimbangan cairan di dalam gigi.

Abu al-Qasim Khalaf ibnu al-Abbas Al-Zahrawi

Juga dikenal di Barat sebagai Albucasis , adalah seorang dokter Andalusia. Dia dianggap sebagai
ahli bedah terbesar dalam tradisi medis Islam. Teks medis alter pengajaran klasik Timur Tengah
dan Yunani-Romawi, melahirkan adanya eksiba sampai Renaisans. Sumbangan terbesar untuk
sejarah adalah kitab al-Tasrif , koleksi praktik kedokteran setingkat tiga puluh, yang sebagian
besarditerjemahkan ke dalam bahasa Latin dan bahasa-bahasa Eropa lainnya.

Al-Zahrawi memiliki buku sketsa yang berisi ilustrasi alat-alat yang digunakan dalam prosedur
bedah kedokteran gigi. Dia menjelaskan bagaimana prosedur pencabutan gigi. Selain itu
Albucasis menjelaskan mengenai pemakaian kawat gigi gigi yang ada pada gigi (semisal
kehilangan gigi). Juga menggunakan tulang lembu untuk menggantikan gigi yang hilang.

Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakaria ar-Razi

Ilmuwan yang satu ini terkenal dengan nama Avicenna, Â lahir di dekat Bukhara pada tahun 980,
dan meninggal pada tahun 1037. Dia disebut "pangeran dari dunia kedokteran" saat ia menulis
kitab obat yang terdiri dari lima jilid, dan buku ini dunia selama berabad-abad.

Ibnu Sina

Ibnu Sina banyak banyak bab dalam bukunya berbicara tentang kedokteran gigi restoratif. Ibnu
Sina mengisi gigi karies dengan cemara, rumput, mur, gallnut, belerang kuning, lada, kamfer,
dan juga obat untuk melawan rasa sakit, seperti aplikasi susu serigala dan arsenik dari temuan al-
gazzar. Arseniknya direbus dengan minyak harus menetes ke dalam karies gigi.

Ibnu Sina juga dengan tegas menerapkan metoda pengasapan sebagai obat untuk cacing pada
gigi, sama seperti al-Gazzar, dia mengambil empat butir biji henbane dan daun bawang serta dua
setengah bawang merah, campuran diremas dengan lemak kambing sampai halus, dan campuran
ini dibuat pil dari dalamnya dengan berat satu dirham (kurang lebih 3 gram), pil tersebut dibakar
dalam corong yang tertahan pada pasien-setelah laporan ditutup.

Perbedaan Fiqh, Syariat, Dan Hukum Islam


1. Hukum Islam sebenarnya tidak lain dari pada fiqh islam atau syariat Islam, yaitu koleksi daya
upaya para fuqaha dalam menerapkan syariat Islam sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang
bersumber kepada al-Qur’an As-Sunnah dan Ijmak para sahabat dan tabi’in.
2. Syariat : Bawa syari’at, yang dimaksud adalah wahyu Allah dan sabda Rasulullah, merupakan
dasar-dasar hukum yang ditetapkan Allah melalui Rasul-Nya, yang wajib diikuti oleh orang
islam dasar-dasar hukum ini dijelaskan lebih lanjut oleh Nabi Muhammad sebagai Rosul-Nya.
3. Fiqh artinya faham atau pengertian., dapat juga dirumuskan sebagai ilmu yang bertugas
menentukan dan menguraikan norma-norma dasar dan ketentuan-ketentuan umum yang terdapat
di dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad yang direkam dalam kitab-kitab hadits, dan
berusaha memahami hukum-hukum yang terdapat di dalam al-Qur’an dan Sunnah nabi
Muhammad untuk diterapkan pada perbuatan manusia yang telah dewasa yang sehat akalnya
yang berkewajiban melaksanakan hukum islam.
Persamaan Fiqh, Syariat, Dan Hukum Islam
Fiqh adalah aturan yang baru diterapkan pada zaman nabi Muhammad dan setelahnya,
dan sebelumnya belum pernah ada istilah fiqh di masa nabi-nabi sebelumnya. Syariat adalah
aturan Allah yang telah diterapkan sejak nabi terdahulu Adam, As. Hingga sekarang dan berlaku
sangat umum. Sedangkan Hukum Islam adalah istilah dalam bahasa Indonesia dari Syariat dan
Fiqh. Hukum Islam lebih ditekankan kepada analisis suatu peristiwa pada dasar hukum al-Qur’an
dan as-Sunnah.

2.3 Tiga Sifat Hukum Islam


Menurut Tahir Azhary, ada tiga sifat hukum islam yakni bidimensional, adil, dan individualistik.
 Bidimensional artinya mengandung segi kemanusiaan dan segi ketuhanan (Ilahi). Di samping
itu sifat bidimensional juga berhubungan dengan ruang lingkupnya yang luas atau
komprehensif. Hukum Islam tidak hanya mengatur satu aspek saja, tetapi mengatur berbagai
aspek kehidupan manusia. Sifat dimensional merupakan sifat pertama yang melekat pada
hukum islam dan merupakan sifat asli hukum Islam.
 Adil, dalam hukum Islam keadilan bukan saja merupakan tujuan tetapi merupakan sifat yang
melekat sejak kaidah dalam syariat ditetapkan. Keadilan merupakan sesuatu yang
didambakan oleh setiap manusia baik sebagai individu maupun masyarakat.
 Individualistik dan Kemasyarakatan yang diiikat oleh nilai-nilai transedental yaitu Wahyu
Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan sifat ini, hukum islam
memiliki validitas baik bagi perseorangan maupun masyarakat. Dalam sistem hukum lainnya
sifat ini juga ada, hanya asaja nilai-nilai transedental sudah tidak ada lagi. (Mohammad Tahir
Azhary, 1993:48-49)
2.6 Sumber-sumber hukum islam yang disepakati dan yang diperselisihkan

a. Sumber-sumber hukum islam yang disepakati


Adapun sumber hukum Islam ada tiga macam,yaitu :al-Qur’an, as-sunnah, dan Ijtihad.
1. Al-Quran adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui
perantara malaikat Jibril untuk pedoman hidup manusia secara utuh, termasuk di
dalamnya mengenai hukum.
Azas-azas hukum Islam yang tercantum dalam al-Qur’an adalah sbb;
A. Meniadakan yg berat, demikian firman Allah yang menunjukkan pernyataan ini; Dan
berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah
memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama.
(Ikutilah) agama nenek moyangmu Ibrahim (al-Hajj ayat 78).
B. Menyedikitkan beban. Ayat berikut dipahami bahwa Allah tidak memperbanyak
beban kepada manusia kecuali sekedar apa yang ia mampu; Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat pahala (dari
kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat siksa (darikejahatan) yang
diperbuatnya –(al-Baqarah ayat 286)
C. Berangsur-angsur dalam memberikan hukum sesuai dengan kebutuhan yang sedang
dihadapi oleh umat. Contohnya, ayat yang pertama turunialah perintah membaca.
Ayat-ayat selanjutnya selama 13 tahun berkisar penegakan tauhid, dan ini umumnya disebut ayat
Makkiyah. Mulai tahun ke 14, masa turunnya al-Qur’an membicarakan hukum-hukum
kemasyarakatan secara komprehensif, yaitu tentang perang, hutang-piutang, perkawinan,
pidanan, perdata, kenegaraan dan ini umumnya disebut ayat Madaniyah.

Kandungan hukum dalam al-Qur’an. Secara garis besar, kandungan hukum yang terdapat
didalam al-Qur’an ada dua macam, yaitu;
A. Hukum Ibadah, thaharah, shalat, puasa, haji, zakat, sumpah, mengurus jenazah, aqiqah,
doa, dzikir, dan nazar.
B. Hukum-hukum mu’amalah, seperti hukuman, jinayat, perdata, pidana, hukum acara,
perundang-undangan, perekonomian, dan kenegaraan.

2. As-Sunnah sebagai Sumber Hukum


Poin-poin yang perlu dijelaskan as-Sunnah sebagai sumber hukum antara lain adalah sbb;
A. As-Sunnah dapat disamakan dengan Hadist, ialah segala sesuatu yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad baik berupa perkataan (aqwaliyah), perbuatan (af’aliyah),
maupun ketetapannya (taqririyah). Contoh perkataan adalah shummu tashihhu
(berpuasalah kamu sekalian niscaya kamu sehat). Contoh perbuatan adalah cara Nabi
shalat, makan, minum, dll. Contoh ketetapan Nabi ialah ketika Khalid Bin Walid
merayakan kemenangan dalam perang Mut’ah, ia memasak daging biawak, Rasul diberi
daging tersebut, beliau menolak, tetapi tidak melarang Khalid dan pasukannya
memakannya. Jadi yang dimaksud taqrir ialah perkataan atau perbuatan sahabat di depan
Nabi atau diketahui Nabi dan beliau tidak melarangnya.
B. Menurut ulama fiqh as-sunnah sebagai sumber hukum hanya yang berkaitan dengan
hukum saja. Karena itulah cara Nabi minum, tidur, batuk, berobat dari sakit tidak
mengandung konsekuensi hukum dan bersifat manusiawi. Akan tetapi menurut ahli
hadist, Rasul adalah sumber suri tauladan. Yang tidak perlu dicontoh ialah aradh
basyariyah (sesuatu yang secara alami menimpa manusia) seperti batuk, bentuk rambut,
postur tubuh, dll.
C. Acuan bahwa as-Sunnah sebagai acuan hukum adalah apa yang diberikan Rasul
kepadamu [25], makaterimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah
(al-Hasyrayat 7)
D. Hadist yang boleh dijadikan sebagai sumber hukum hanya yang shahih dan hasan saja.
Dengan demikian hadist dha’if (lemah) dan hadist maudhu’ (palsu) tidak boleh digunakan
sebagai sumber hukum 5. Fungsi hadist disamping memperjelas apa yang terdapat
didalam al-qur’an juga menghasilkan hukum yang mandiri, contoh cara menghilangkan
najis mughaladhah, yaitu apa saja yang terkena anjing. Dalam hal ini al-Qur’an tidak
mengaturnya. Adapun contoh dalam memperjelas al-Qur’an ialah soal shalat dan zakat.
3. Ijtihad sebagai sumber hukum
Ijtihad adalah usaha yang sungguh-sungguh dengan kekuatan akal dari seorang ulama atau
sekelompok ulama untuk menemukan sesuatu hukum atas sesuatu. Ijtihadhanya terjadi pada
bidang mu’amalah, ibadah ghairmahdhah, dan tidak ditentukan secara eksplisit dalam al-Quran
dan hadist.

Ulama yang melakukan ijtihad disebut mujtahid. Diantara mujtahid yang terkenal dan memiliki
otoritas dikalangan umat Islam ialah Imam Abu Hanifah (699-767M), Imam Malik (714-798M),
Imam Syafi’I (767-854M), Imam Ahmad Ibn Hambal (780-855M).
Ada pun hasil keputusan hukum yang berasal dari ijtihad antara lain: ijma’, qiyas.
a. Ijma’ Adalah kesepakatan para ulama’ mujtahid tentang hukum sesuatu peristiwa atau hal
yang belum ditetapkan hukumnya dalam al-Qur’an dan Sunnah.
Contohnya ialah keputusan MUI (terdiri atas sejumlah personil yang tergabung dalam komisi
fatwa) tentang keharaman ajinomoto, kehalalan obat-obatan, dll.
Ulama Nahdlatul Ulama tentang Bahtsul Masail yang menetapkan kebolehan Pancasila
sebagai satu-satunya asas dalam NKRI
Ulama Tarjih Muhammadiyah menetapkan haramnya merokok.
b. qiyas adalah menetapkan sesuatu hukum atas sesuatu yang tidak disebutkan dalam al-
Qur’an dan hadist dengan cara membandingkan dengan sesuatu yang lain yang telah
ditetapkan oleh al-Qur’an dan Sunnah karena ada kesamaan illat. Qiyas merupakan
istinbath hukum produk Imam Syafi’i.
Misalnya; dalam teks disebutkan keharaman Khamr. Diluar teks ada minuman vodka.
Ketetapan hukum minuman vodka adalah haram karena disamakan dengan khamr dalam hal
memabukkan.

b. Sumber-sumber hukum islam yang diperselisihkan


Sumber hukum/ dalil yang tidak disepakati atau terjadi Ikhtilaf ada 7 secara umum yaitu
Istihsan,Istishab,Maslahah al mursalah,Urf,Saddudz dzarî’ah,Syar’u man Qablana,Qaul
Sahabi.
A. Istihsan
1.Pengertian
Pengertian istihsan menurut bahasa adalah mengembalikan sesuatu kepada yang baik,
menurut istilah Ushul yaitu memperbandingkan, dilakukan oleh mujtahid dari qias jalli (jelas)
kepada qias khafi (tersembunyi), atau dari hukum kulli kepadahukum istinai’
Menurut Wahbah Az Zuhaili terdiri dari dua definisi:
a. Memakai qias khafi dan meninggalkan qias jalli karna ada petunjuk untuk itu disebut
istihsan qiasi
b. Hukum pengecualian dari kaidah kaidah yang berlaku umum karna ad petunjuk untuk hal
tersebut. Disebut istihsan Istinai’1[1]
2. Macam- Macam Istihsan
Ulama Hanafiyyah membagi istihsan kepada 6 macam, yaitu:
a. Istihsan bi al-Nash/‫( اَلستحساَن باَلنص‬Istihsan berdasarkan ayat atau hadist).
b. Istihsan bi al-Ijma'/‫( اَلستحساَن باَلجإماَع‬istihsan yang didasarkan kepada ijma’).

c. Istihsan bi al-qiyas al-khafiy/َّ‫( اَلستحساَن باَلقياَس اَلخفى‬istihsan berdasarkan qiyas yang


tersembunyi).
d. Istihsan bi al-Mashlahah/‫(اَلستحساَن باَلمصلحة‬istihsan berdasarkan kemaslahatan).
e. Istihsan bi al-‘Urf/‫(اَلستحساَن باَلعرف‬istihsan berdasarkan adat kebiasaan yang berlaku
umum).
f. Istihsan bi al-dharurah/‫(اَلستحساَن باَلضرورية‬istihsan berdasarkan keadaan darurat).
3. Kehujahan Istihsan
Terdapat perbedaan pendapat ulama ushul fiqih dalam menetapkan istihsan sebagai salah
satu metode/dalil dalam menetapkan hukum syara’.2[2]
Menurut ulama Hanafiyyah, Malikiyyah dan sebagian ulama Hanabilah, istihsan
merupakan dalil yang kuat dalam menetapkan hukum syara’. Alasan yang mereka kemukakan
adalah:
a. Ayat-ayat yang mengacu kepada pengangkatan kesulitan dan kesempitan dari umat
manusia, yaitu firman Allah dalam surat al-baqarah, 2: 185:

….Allah menghendaki kemudahan bagi kamu dan tidak menghendaki kesukaran bagi kamu…

2
b. Rasulullah dalam riwayat ‘Abdullah ibn Mas’ud mengatakan:
‫نماَ نرآهة الياةماسلي لةماوُنن نحنسنفياَ في نهةنوُ لعنياند ال نحنسمن‬
“Sesuatu yang dipandang baik oleh umat islam, maka ia juga di hadapan Allah adalah baik.
(H.R. Ahmad ibn Hanbal)
Adapun Ulama Syafi’iyyah, Zhahiriyyah, Syi’ah dan Mu’tazilah tidak menerima istihsan
sebagai salah satu dalil dalam menetapkan hukum syara’. Alasan mereka, sebagaimana yang
dikemukakan Imam al-Syafi’i, adalah:
a. Hukum-hukum syara’ itu ditetapkan berdasarkan nash (al-Qur’an dan atau Sunnah) dan
pemahaman terhadap nash melaui kaidah qiyas. Istihsan bukanlah nash dan bukan pula qiyas.
Jika istihsan berada di luar nash dan qiyas, maka hal itu berarti ada hukum-hukum yang belum
ditetapkan Allah yang tidak dicakup oleh nash dan tidak bisa dipahami dengan kaidah qiyas. Hal
ini tidak sejalan dengan firman Allah dalam surat al-Qiyamah, 75:36:
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa
pertanggungjawaban).”
Menurut wahbah az Zuhaili menyebutkan bahwa adanya perbedaan tersebut disebabkan
perbedaan dalam mengartikan Istihsan, Imam Syafii membantah istihsan dengan menggunakan
hawa nafsu tanpa menggunakan dalil syara’, sedang istihsan yang dipakai oleh penganutnya
bukan berdasarkan hawa nafsu tetapi mentarjih (menganggap kuat)salah satu dua dalil yang
bertentangan.

B. Istishab

1.Pengertian Istishab
Secara lughawi (etimologi) istishab itu berasal dari kata is-tash-ha-ba ((‫ استصحب‬dalam
shigat is-tif’âl (‫)استفعاَل‬, yang berarti: ‫استمرار الصحبة‬. Kalau kata ‫ الصحبة‬diartikan “sahabat” atau
“teman”, dan ‫ استمرار‬diartikan “selalu” atau “terus-menerus”, maka istishab itu secara lughawi
artinya adalah: “selalu menemani” atau “selalu menyertai”.
Sedangkan secara istilah (terminologi), terdapat beberapa definisi yang dikemukakan
oleh para ulama, di antaranya ialah:
Ibn al-Qayyim al-Jauziyah Istishab ialah mengukuhkan menetapkan apa yang pernah
ditetapkan dan meniadakan apa yang sebelumnya tiada.
2. Syarat-syarat Istishab 3[3]
a. Syafi’iyyah dan Hanabillah serta Zaidiyah dan Dhahiriyah berpendapat bahwa hak-hak yang
baru timbul tetap menjadi hak seseorang yang berhak terhadap hak-haknya terdahulu.

b. Hanafiyyah dan Malikiyah membatasi istishab terhadap aspek yang menolak saja dan
tidak terhadap aspek yang menarik (ijabi) menjadi hujjah untuk menolak, tetapi tidak
untuk mentsabitkan.

3. Macam- Macam Istishab


Muhammad Abu Zahroh membagi Istishhab menjadi 4 bagian :
a. Istishhab al-Bara`ah al-Ashliyyah dapat dipahami dengan contoh sebagai berikut : seperti
tidak adanya kewajiban melaksanakan syari’at bagi manusia, sehingga ada dalil yang
menunjukan dia wajib melaksanakan kewajiban tersebut,. Maka apabila dia masih kecil maka
dalilnya adalah ketika dia sudah baligh.
3
2. Ishtishhab ma dalla asy-Syar’i au al-’Aqli ‘ala Wujudih bisa dipahami yaitu bahwa nash
menetapkan suatu hukum dan akal pun membenarkan (menguatkan ) sehingga ada dalil yang
menghilangkan hukum tersebut.
3. Istishhab al-hukmi bisa dipahami apabila hukum itu menunjukan pada dua terma yaitu boleh
atau dilarang, maka itu tetap di bolehkan sehingga ada dalil yang mengharamkan dari perkara
yang diperbolehkan tersebut, begitu juga sebaliknya.
4. Istishhab al-Washfi dipahami dengan menetapkan sifat asal pada sesuatu, seperti tetapnya sifat
hidup bagi orang hilang sehingga ada dalil yang menunjukan bahwa dia telah meninggal, dan
tetapnya sifat suci bagi air selama belum ada najis yang merubahnya baik itu warna,rasa atau
baunya.
4. Kehujjahan Istishab
Para ulama ushul fiqih berbeda pendapat tentang kehujjahan isthishab ketika tidak ada dalil
syara’ yang menjelaskan suatu kasus yang dihadapi:4[4]

1. Ulama Hanafiyah : menetapkan bahwa istishab itu dapat menjadi hujjah untuk menolak
akibat-akibat hukum yang timbul dari penetapan hukum yang berbeda (kebalikan) dengan
penetapan hukum semula, bukan untuk menetapkan suatu hukum yang baru.

2. Ulama mutakallimin (ahli kalam) : bahwa istishab tidak bisa dijadikan dalil, karena
hukum yang ditetapkan pada masa lampau menghendaki adanya adil.

3. Ulama Malikiyah, Syafi’iyah, Hanabilah, Zhahiriyah dan Syi’ah : bahwa istishab bisa
menjadi hujjah serta mutlak untuk menetapkan hukum yang sudah ada, selama belum ada
yang adil mengubahnya.

C. Maslahah al Murslah

Menurut abdul wahab khalaf; sesuatu yang dianggap maslahah namun tidak ada ketegasn
hukum untuk merealisasikanya dan tidak pula ada dalil yang mendukung maupun yang
menolaknya,sehingga ia dikatakn Maslahah al mursalah ( maslahah yang lepasdari dalil secara
khusus).
Para ulama’ belum sepenuhnya sepakat bahwa maslahah al mursalah dapat dijadikan
sumberhukum islam artinanya maslahah al mursalah termasuk sumber hukum Islam yg masih di
pertentangkan, golongan mazhab Syafii dan Hanafy tidak menganggap maslahah al mursalah
sebagai sumber hukum yang berdiri sendiri, dan memasukkannya dalam katagori bab Qiyas, jika
dalam suatu maslahah tidak didapatkannya nash yg bisa dijadikannya acuan dalam Qiyas maka
maslahah tersebut di anggap batal/ tidak diterima. Sedang Imam malik dan Imam Hanbaly
mengatakan bahwa maslahah dapat diterima dan dapat dijadikan sumber hukum apabila
memenuhi syarat.5[5]
Adapun syaratnya yaitu:
1. Adanya persesuian antara maslahah yg dipandang sebagai sumber dalil yg berdiri sendiri
dengan tujuan tujuan syariat ( maqashid as syari’ah).

5
2. Maslahah harus masuk akal ( rationable).
3. Penggunan dalil maslahah adalah dalam rangka menghilangkan kesulitan yang terjadi
( raf’u haraj lazim), seperti firman Allah surah al hajj ayat 78, yg artinya “dan Dia tidak sekali
kali menjdikan untuk kamu suatu kesempitan.”( lihat al I’tisham oleh As Syatibi juz 3, hal 307

D. ‘URF ( Adat istiadat)

1.Pengertian
Kata ‘urf secara etimologi berarti “sesuatu yang dipandang baik dan diterima akal sehat”.
Sedang secara terminologi menurut Abdul Karim Zaidan yaitu “ sesuatu yang tidak asing lagi
bagi suatu masyarakat karna telah menjadi kebiasaan dan menyatu dengan kehidupan mereka
baik berupa perbuatan maupun perkataan.
Oleh karna itu Ulama Mazhab Maliky dan Hanafy bahwa hukum yang ditetapkan
berdasarkan urf yang shahih sama dengan yang ditetapkan berdasarkandalil syari’iy.
Adapun pembagian ‘Urf dibagi menjadi dua macam
1. ‘Urf yang Fasid ( rusak/jelek) yang tidak bisa diterima, yaitu ‘Urf yang bertentangan
dengan Nash Qath’i
2. ‘Urf yang shahih( baik/Benar), suatu kebiasaan baik yang tidak bertentangan dengan
syariat.

2. Kehujjahan 'Urf
'Urf menurut penyelidikan bukan merupakan dalil syara’ tersendiri. Pada umumnya, urf
ditujukan untuk memelihara kemaslahatan umat serta menunjang pembentukan hukum dan
penafsiran beberapa nash. Namun hal ini bukan berarti urf tidak mempunyai dasar hukum
sebagai salah satu sahnya sumber syari’at islam. Mengenai kehujjahan urf menurut pendapat
kalangan ulama ushul fiqh, diantaranya:6[6]
1) Golongan Hanafiyah dan Malikiyah berpendapat bahwa urf adalah hujjah untuk
menetapkan hukum islam. Alasan mereka ialah berdasarkan firman Allah dalam surat al A’rof
ayat 199:
.‫ض وعمن لاَلوجاَمهلمليون‬ ‫قخمذ لاَلوعلفوو ووأقملر بملاَلقعلر م‬
‫ف وواَولعمر ل‬
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang-orang mengerjakan yang ma’ruf serta
berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh”.
Ayat ini bermaksud bahwa urf ialah kebiasaan manusia dan apa-apa yang sering mereka
lakukan (yang baik). Ayat ini, bersighat ‘am artinya Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk
mengerjakan suatu hal yang baik, karena merupakan perintah, maka urf dianggap oleh syara’
sebagai dalil hukum.
2) Golongan Syafi’iyah dan Hanbaliyah, keduanya tidak menganggap urf sebagai hujjah atau
dalil hukum syar’i. Golongan Imam Syafi’i tidak mengakui adanya istihsan, mereka betul-betul
menjauhi untuk menggunakannya dalam istinbath hukum dan tidak menggunakannya sebagai
dalil.7[7] Maka dengan hal itu, secara otomatis golongan Imam Syafi’ juga menolak menggunakan
urf sebagai sumber hokum islam. Penolakannya itu tercermin dari perkataannya sebagaimana
berikut:
“Barang siapa yang menggunakan istihsan maka sesungguhnya ia telah membuat hukum”.

7
E. Saddudz dzarî’ah
1. Pengertian
Menurut bahasa saddu berarti menutup dan dzara’I kata jama’ dari dzari’ah berarti
“Wasilah atau jalan”. Jadi artinya menutup jalan. Sedang menurut istilah ialah “menghambat
segala sesuatu yang menjadi jalan kerusakan”8[8]
Yang dimaksud dengan saddu al-dzari’ah ialah
“mencegah/menyumbat sesuatu ygang menjadi kerusakan, atau menyumbat jalan yang dapat
menyampaikan seseorang pada kerusakan”.
Pada dasranya yang menjadi objek dzari’ah adalah semua perbuatan ditinjau dari segi
akibatnya yang dibagi menjadi empat, yaitu :
1) Perbuatan yang akibatnya menimbulkan kerusakan/bahaya,
2) Perbuatan yang jarang , berakibat kerusakan /bahaya,
3) Perbuatan yang menurut dugaan kuat akan menimbulkan bahaya;
4) Perbuatan yang lebih banyak menimbulkan kerusakan, tetapi belum mencapai tujuan kuat
timbulnya kerusakan itu.
2. Kehujahan
tentang kehujjahan Saddu Dzari’ah ada beberapa pendapat:
1) Imam Malik dan Imam Ahmad Ibnu Hambal dikenal sebagai dua orang Imam yang
memakai saddu dzari’ah. Oleh karena itu, kedua Imam ini menganggap bahwa saddu dzari’ah
dapat menjadi hujjah. Khususnya Imam Malik yang dikenal selalu mempergunakannya di dalam
menetapkan hukum syara’. Imam Malik di dalam mempergunakan saddu dzari’ah sama dengan
mempergunakan masalih mursalah dan Uruf wal Adah. Demikian dijelaskan oleh Imam Al-
Qarafi, salah seorang ulama ulung dibidang ushul dari mazhab Maliki.
2) Imam Ibnu Qayyim mengatakan, bahwa penggunaan saddu dzari’ah merupakan satu hal
yang penting sebab mencakup seperempat dari urusan agama. Di dalam saddu dzari’ah termasuk
Amar (perintah) Nahi (larangan).
3) Ulama Hanafiyyah, syafi’iyah, dan syi’ah menerima saddu dzari’ah sebagai dalil dalam
masalah-masalah tertentu dan menolaknya dalam kasus-kasus lain. Imam Asy-Syafi’i,
membolehkan seseorang yang karena udzur, seperti sakit dan musafir, untuk meninggalkan shalat
Jum’at dan menggantinya dengan shalat Zhuhur.

F. Syar’u man Qablana

1. Pengertian Syar’u Man Qoblana


Secara etimologis syar’u man qablana adalah hukum-hukum yang disyariatkan oleh Allah
SWT, bagi umat-umat sebelum kita. Secara istilah ialah syari ‘at yang diturunkan Allah kepada
umat sebelum ummat Nabi Muhammad SAW, yaitu ajaran agama sebelum datangnya ajaran
agama Islam melalui perantara nabi Muhammad SAW, seperti ajaran agama Nabi Musa, Isa,
Ibrahim, dan lain-lain.9[9]
8

9
2. Hukum Syar’u Man Qoblana
Jika Al-qur’an atau sunnah yang sahih mengisahkan suatu hukum yang telah disyariatkan
kepada umat yang dahulu melalui para Rosul, kemudian nash tersebut diwajibkan kepada kita
sebagaimana diwajibkan kepada mereka maka tidak diragukan lagi bahwa syariat tersebut juga
ditujukan kepada kita. Dengan kata lain wajib untuk diikuti, seperti Firman Allah SWT dalam
surat Al-baqoroh ayat 183 berikut.
‫ياَايهاَ الذين امنوُاكتب عليِكم الصيِاَم كماَكتب علىِ الذين من قبلكم‬....
“hai orang-orang yang beriman diwajibkan kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu”(Al-baqarah :183)
Sebaliknya, bila dikisahkan suatu syari’at yang telah ditetapkan kepada orang-orang terdahulu,
namun hukum tersebut telah dihapus untuk kita, para ulama sepakat bahwa hukum tersebut tidak
disyari’atkan kepada kita, seperti syari’at Nabi Musa a.s bahwa seseorang yang telah berbuat
dosa tidak akan diampuni dosanya, kecuali dengan membunuh dirinya. Dan jika ada najis yang
menempel pada tubuh, tidak akan suci kecuali dengan memotong anggota badan tersebut, dan
lain sebagainya.10[10]
3. Pendapat Ulama tentang Syar’u Man Qoblana
Jumhur ulama’ Hanafiah, sebagian ulama’ Maikiyah dan syafi’iyah berpendapat bahwa
Syar’u Man Qablana disyariatkan juga pada kita dan kita berkewajiban mengikuti dan
menerapkannya selama hukum tersebut telah diceritakan kepada kita serta tidak terdapat hukum
yang menasakhnya. Alasannya mereka menganggap bahwa hal itu termasuk daripada hukum-
hukum Tuhan yang telah disyariatkan melalui para rosulnya dan diceritakan kepada kita. Maka
orang-orang mukallaf wajib mengikutinya. Lebih jauh ulama’ hanafiah mengambil dalil bahwa
yang dinamakan pembunuhan itu adalah umum dan tidak memandang apakah yang dibunuh itu
muslim atau kafir dzimmi, laki-laki atau perempuan berdasarkan kemutlakan firman Allah SWT :
‫( النفس باَلنفس‬Jiwa dibalas dengan jiwa)
Sebagian ulama mengatakan bahwa syari’at kita itu menasakh atau menghapus syari’at
terdahulu, kecuali apabila dalam syari’at terdapat sesuatu yang menetapkannya. Namun,
pendapat yang benar adalah pendapat pertama karena syari’at kita hanya menasakh syari’at
terdahulu yang bertentangan dengan syari’at kita saja
4. Macam-macam Syar’u Man Qoblana
Syar’u Man Qablana dibagi menjadi dua bagian. Pertama, setiap hukum syariat dari umat
terdahulu namun tidak disebutkan dalam al-Qur’an dan sunnah. Ulama’ sepakat bahwa macam
pertama ini jelas tidak termasuk syariat kita. Kedua, setiap hukum syariat dari umat terdahulu
namun disebutkan dalam al-Qur’an dan sunnah.
Berikut adalah gambaran Syar’u Man Qoblana11[11]
1. Ada yang telah dihapuskan oleh syariat Islam
2. Ada yang tidak dihapus oleh syariat Islam :
a. Yang ditetapkan oleh syariat Islam dengan tegas
b. Yang tidak ditetapkan syariat Islam dengan tegas :
Ø Yang diceritakan kepada kita baik melalui Alqur’an atau Hadis.
Ø Yang tidak disebut-sebut sama sekali di dalam Alqur’an atau Hadis.
Ada beberapa dalil yang dibuat tendensi mereka, para ulama’ yang

10

11
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa syar’u man qoblana tidak berdiri sendiri,
melainkan baru dapat berlaku jika dikukuhkan dengan dalil-dalil Alqur’an dan hadis yang sahih,
sekaligus tidak terdapat dalil yang menunjukkan bahwa ia telah mansukh.

G. Qaul Shahabi

Secara bahasa qaul artinya perkataan, ucapan, sabda. Sedangkan shahabi diartikan sahabat
nabi, yaitu orang mukmin yang pernah bertemu langsung dengan nabi serta bergaul lama dengan
beliau.
Menurut pandangan Imam Syafi’i, qaul shahabi adalah fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh
sahabat Nabi Muhammad SAW menyangkut hukum masalah-masalah yang tidak diatur di dalam
nash, baik Al-Qur’an maupun Sunnah.
Pengertian lain dari qaul shahabi adalah pendapat para sahabat Rasulullah SAW, yaitu
pendapat para sahabat atas suatu permasalahan yang dinukil para ulama baik berupa fatwa
maupun ketetapan hukum. Dimana ayat dan hadits tidak menjelaskan hukum atas permasalahan
yang dihadapi oleh para sahabat tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan sahabat menurut
ulama ushul fiqh adalah seseorang yang bertemu dengan Rasulullah SAW dan beriman
kepadanya serta hidup bersama beliau dalam kurun waktu yang panjang.
Jadi, qaul al-shahabi merupakan pendapat hukum yang dikemukakan oleh seseorang atau
beberapa orang sahabat nabi, tentang suatu hukum syara’ yang ketentuannya tidak terdapat pada
nash.12[12]
Pada dasarnya sahabat sama dengan umat Islam lainnya, tetapi disisi lain mereka
mempunyai kelebihan tersendiri sehubungan dengan kebersamaannya dengan Rasulullah SAW.
Misalnya ada sahabat yang menonjol dalam hal perbendaharaan hadits, ada juga sahabat yang
terkenal sebagai mufti yang alim dan ahli ber-istinbath, ada juga yang dikenal sebagai panglima
perang, selain itu juga ada yang menonjol sebagai tokoh pemimpin masyarakat. Dalam semua
hal itu mereka sangat mengenal bahasa Al-Quran. Mereka banyak mengetahui kasus, peristiwa
atau kondisi sosial yang melatar belakangi turunnya ayat-ayat tertentu. Mereka pun menyaksikan
tindakan serta mendengar dan melaksanakan secara langsung titah atau pengarahan Rasulullah
SAW dalam berbagai kaitannya. Hal ini membuat mereka lebih mampu memahami kandungan
makna Al-Qur’an dan Sunnah. Selain itu, berkat pergaulannya dengan Nabi SAW, kualitas
akhlak mereka sangat tinggi sehingga para ulama sepakat mengakui bahwa pada dasarnya
mereka semua bersifat adil.
Perkataan sahabat yang tidak mendapat tantangan dari sahabat yang lain menjadi hujjah
bagi orang Islam. Sebab persesuaian mereka dalam suatu masalah pada masa mereka hidup
masih dekat dengan masa hidup Rasulullah SAW serta pengetahuan mereka yang mendalam
mengenai rahasia-rahasia syari’at itu adalah menjadi bukti bahwa ucapan mereka yang tidak
mendapat bantahan itu berdasarkan kepada dalil yang qath’i dari Rasulullah SAW. Misalnya
keputusan Abu Bakar r.a. perihal bagian beberapa orang nenek yang mewarisi bersama-sama
ialah seperenam harta peninggalan yang kemudian dibagi rata antar mereka. Tidak ada sahabat
yang membantah keputusan Abu Bakar r.a. tersebut. Bahkan dalam masalah yang sama Umar r.a.
pun memutuskan demikian. Oleh karena itu, hukum yang ditetapkan oleh sahabat Abu Bakar r.a.
tersebut merupakan hukum yang wajib diikuti oleh kaum muslimin karena tidak mendapat
perlawanan dari sahabat, bahkan tidak ada perselisihan di antara kaum muslimin dalam masalah
itu.

12
2.9 Kondisi Hukum Islam di Indonesia
hukum Islam bersifat universal, berlaku kepada setiap orang yang beragama Islam, dimanapun
dan kapanpun ia berada. Oleh karena itu, hukum Islam juga berlaku terhadap umat Islam di
Indonesia. hanya saja, tidak semua peraturan dalam hukum Islam menjadi hukum nasional,
dikarenakan harus disesuaikan terlebih dahulu dengan karakter bangsa dan Undang – Undang
Dasar 1945.

Hukum Islam di Indonesia telah mengalami pasang surut seiring dengan kebijakan yang
diterapkan oleh pemerintah. Pasang surut tersebut adalah perkembangan yang dinamis dan
berkesinambungan bagi upaya transformasi hukum Islam ke dalam sistem hukum Nasional.
Sejarah produk hukum Islam sejak masa penjajahan hingga masa kemerdekaan dan masa
reformasi merupakan fakta yang menjadi bukti bahwa sejak dahulu kala hukum Islam telah
menjadi hukum yang sangat berpengaruh di Indonesia.

Hukum Islam berkedudukan sebagai salah satu hukum yang mempengaruhi perkembangan
sistem hukum nasional. Beberapa hukum Islam yang telah melekat pada masyarakat kemudian
dijadikan peraturan perundang – undangan. Dengan adanya peraturan – peraturan perundang –
undang yang memiliki muatan hukum Islam maka umat muslim Indonesia pun memiliki
landasan yuridis dalam menyelesaikan masalah – masalah perdata.

b. UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama (Kini UU No. 3 Tahun 2006). Peradilan
Agama bertugas untuk menyelesaikan perkara di tingkat pertama orang – orang beragama Islam
di bidang perkawinan, kewarisan, wasiat dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam,
serta waqaf dan sadaqah (pasal 49 ayat (1)). Peradilan Agama telah menjadi peradilan mandiri
yang sederajat dengan Peradilan Umum, Militer, dan TUN.[10] Sebelum undang – undang ini
dikeluarkan, Peradilan Agama sebenarnya telah ada bahkan sejak jaman pemerintahan kolonial
Belanda. Hanya saja kewenangan dan kedudukannya masih belum jelas. dengan dikeluarkannya
undang – undang ini, maka jelaslah kewenangan dan hukum acara Peradilan Agama di seluruh
Indonesia. Adanya peraturan ini juga akan lebih memantapkan upaya penggalian berbagai asas
dan kaidah hukum Islam melalui jurisprudensi sebagai salah satu bahan baku dalam penyusuan
dan pembinaan hukum nasional.

c. UU No. 72 Tahun 1992 tentang Perbankan Syari’ah, menetapkan bahwa perbankan syariah di
Indonesia menganut dual banking system

Anda mungkin juga menyukai