Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN ANAK

OLEH :

KELOMPOK 1

RISDAWATI

NURMA

UMRAH

ISLAMIAH

SRI MULIANA

SYAHRA RAMADHAN

FIFI LESTARI

SRI MAHARDIKA

NUR ANNISA BERLIN

MUH. ARJUN WIRAYA

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2017/2018

1
LEMBAR DAFTAR MAHASISWA BESERTA TANGGUNG JAWAB

Risdawati : Konsep tumbuh kembang


Nurma : Konsep tumbuh kembang
Umrah : Konsep komunikasi pada anak
Islamiah : Konsep komunikasi pada anak
Sri muliana : Konsep autromatic care
Syahra ramadhan : Konsep autromatic care
Fifi lestari : Konsep autromatic care
Muh. Arjun wiraya :-
Nur annisa berlin : Konsep pendekatan model teori pada anak
Sri mahardika : Konsep pendekatan model teori pada anak

2
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirahim

Assalau alaikum warohmatullahi wabarokaatuh

Pertama-tama marilah senantiasa kita memanjatkan puji serta syukur atas


kehadirat Allah swt, karena atas berkah limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
kita masih masih diberikan kekuatan, kesehatan, dan kesempatan untuk masih dapat
bekerja demi dunia dan akhirat kita. Tak lupa pula kita menyampaikan sholawat dan
salam kepada Rasulullah Saw, beserta sahabat dan keluarganya sekalian, yang sang
Murobbi terbaik kita di dunia dan akhirat.

Dalam makalah ini, kami membahas mengenai konsep dasar keperawatan


pada anak. Makalah ini bersumber dari berbagai referensi berupa buku.

Semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman dan bermanfaat bagi


pembaca semua. Lebih dan kurangnya mohon dimaafkan. Terima kasih. Wassalamu
alaikum warohmatullahi wabarokaatuh.

Samata, 03 April 2018

Kelompok I

3
Daftar Isi

HALAMAN SAMPUL………………………………………………….1

DAFTAR MAHASISWA……………………………………………….2

KATA PENGATAR……………………………………………………..3

DAFTAR ISI……………………………………………………………..4

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….5

A. Latar Belakang……………………………………………………5
B. Rumusan Masalah………………………………………………...5
C. Manfaat penulisan………………………………………………...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………...6

A. Konsep tumbuh kembang…………………………………………6


B. Konsep komuniaksi pada anak……………………………………14
C. Konsep autromatic care……………………………………………27
D. Konsep pendekatan model teori pada anak……………………….30

BAB III PENUTUP……………………………………………………….45

A. Kesimpulan…………………………………………………………45
B. Saran………………………………………………………………..45

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………46

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk mencapai tumbuh kembang optimal seorang anak diperlukan persiapan


sejak usia dini, bahkan sebelum pernikahan. Factor-faktor yang dapat
mempengaruhi baiknya tumbuh kembang tentunya harus selalu diusahakan.

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang berlangsung secara


terus-menerus pada berbagai segi dan saling berkaitan, dan terjadi pada individu
selama hidupnya. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses maturasi
dan pembelajaran.

Oleh karena itu, makalah ini ditulis untuk menyediakan sumber informasi
yang tepat, terutama bagi tenaga kesehatan di berbagai tingkat pelayanan
kesehatan

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan makalah yang diangkat pada amakalah ini adalah :
1. Bagaimana konsep tumbuh kembang pada anak?
2. Bagaimana konsep komunikasi pada anak?
3. Bagaimana konsep autromatic care?
4. Bagaimana konsep pendekatan model teori pada anak?

C. Manfaat penulisan
Adapun manfaat penulisan dari makalah ini adalah :
1. Untuk menambah wawasan bagi penulis dan pembaca makalah
2. Sebagai bahan referensi

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TUMBUH KEMBANG


1. Definisi

Tumbuh kembang merupakan manifestasi yang kompleks dan perubahan


morfologi, biokimia, dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi sampai
maturitas/dewasa. Banyak orang menggunakan istilah “tumbuh” dan “kembang”
secara sendiri-sendiri atau bahkan ditukar-tukar. Istilah tumbuh kembang
sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan
dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Sementara itu
pengertian pertumbuhan dan perkembangan perdefinisi adalah sebagai berikut :

a. Pertumbuhan adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya


jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu. Anak tidak
hanya bertambah besar secara fisik, melinkan juga ukuran dan struktur organ-
organ tubuh dan otak. Sebagai contoh, hasil dari pertumbuhan otak adalah
anak mempunayi kapasitas lebih besar untuk belajar, mengingat dan
mempergunakan akalnya. Jadi anak tumbuh baik secara fisik maupun mental.
Pertumbuhan fisik dapat dinilai dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram),
ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan tanda-tanda seks sekunder.
b. Perkembangan atau development adalah perubahan yang bersifat kuantitaf
dan kualitatif. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill)
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan/maturitas.
Perkembangan menyangkut proses diferensiasi sel tubuh, jaringan tubuh,
organ, dan system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-
masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan kognitif,
bahasa, motoric, emosi, dan perkembangan perilaku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan merupakan perubahan yang

6
bersifat progresif, terarah, dan terpadu, atau koheren. Progresif mengandung
arti bahwa perubahan yang terjadi mempunyai arah tertentu dan cenderung
maju ke depan, tidak mundur ke belakang. Terarah dan terpadu menunjukka
bahwa terdapat hubungan yang pasti antara perubahan yang terjadi pada saat
ini, sebelumnya, dan berikutnya.(Soetjiningsih, 2013)

2. Tujuan ilmu tumbuh kembang


a. Memahami pola normal tumbuh kembang anak
b. Mempelajari factor-faktor yang terkait dengan tumbuh kembang anak
c. Melakukan upaya-upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh
kembang fisik, mental/kognitif, maupun social-emosional
d. Melakukan deteksi dini terhadap kelainan tumbuh kembang dengan cara
melakukan screaning rutin serta melakukan asseement untuk menegakkan
diagnosis dan mencari penyebab
e. Melakukan tata laksana yang komprensif terhadap masalah0masalah yang
terkait dengan tumbuh kembang anak, serta melakukan upaya
pencegahan.(Soetjiningsih, 2013)

3. Ciri-ciri tumbuh kembang anak


Menurut Hurlock EB, tumbuh kembang anak mempunyai ciri-ciri tertentu
yaitu :
a. Perkembangan melibatkan perubahan
b. Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya
c. Perkembangan adalah hasil dari maturasi dan proses belajar
d. Pola perkembangan dapat diramalkan
e. Pola perkembangan mempunyai karakteristik yang dapat diramalkan
f. Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan
g. Terdapat periode/tahapan dalam pola perkembangan
h. Terdapat harapan social untuk setiap periode perkembangan
i. Setiap area perkembangan mempunyai potensi resiko(Soetjiningsih, 2013)

7
4. Factor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

Setaip individu berbeda dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya


karena pertumbuhan dn perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa factor
baik secara herediter maupun lingkungan. Factor tersebut adalah factor herediter,
lingkungan, dan internal

1) Factor herediter
Factor pertumbuhan yang dapat diturunkan (herediter) adalah jenis kelamin,
ras dan kebangsaan. Jenis kelamin ditentukan sejak awal dalam kandungan
(fase konsepsi) dan setelah lahir. Ras atau suku bangsa dapat memengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak.
2) Factor lingkungan
a. Lingkungan prenatal
Lingkungan di dalam uterus sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan fetus, terutama akrena ada selaput yang menyelimuti dan
melindungi fetus dari lingkungan luar. Beberapa kondisi lingkungan dalam
uterus yang dapat menganggu pertumbuhan dan perkembangan janin adalah
gangguan nutrisi karena ibu kurang mendapat gizi adekuat baik secara
kualitas maupun kuantitas, gangguan endokrin pada ibu seperyi menderita
diabetes mellitus, ibu yang mendapat terapi sitostatika atau yang menglami
infeksi rubella, toksoplasmosis, sifilis, dan herpes. Intinya, apa yang dialmi
oleh ibu akan berdampak pada kondisi pertumbuhan dan perkembangan fetus.
b. Pengaruh budaya lingkungan
Budaya keluarga atau masyarakat akan memengaruhi bagaimana mereka
memersepsikan dan memahami kesehatan serta berperilaku hidup sehat. Pola
perilaku ibu hamil dipengaruhi oleh budaya yang dianutnya, misalnya adanya
beberapa larangan untuk makanan tertentu padahal zat gizi tersebut diperlukan
untuk pertumbuhan janin.
c. Status social dan ekonomi keluarga

8
Anak yng berada dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga social
ekonominya rendah, bahkan punya banyak keterbatasan untukmmemberi
makanan bergizi, membayar biaya pendidikan, dan memenuhi kebutuhan
primer lainnya, tentunya keluarganya akan mendapat kesulitan untuk
membantu anak mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak yang
optimal sesuai dengan tahapan usianya.
d. Nutrisi
Asupan nutrisi yang berlebihan juga dapat menimbulkan dampak yang buruk
pula bagi kesehatan anak, misalnya terjadi penumpukan kadar lemak yang
berlebihan dalam sel/jaringan, bahkan pada pembuluh darah sehingga bila
anak sakit, pertumbuhan dan perkembangannya juga terganggu.
e. Iklim atau cuaca
Iklim tertentu dapat memengaruhi status kesehatan anak, seperti pada musim
penghujan yang dapat menimbulkan bahaya banjir pada daerah tertentu, akan
menyebabkan sulitnya transportasi sehingga sulit mendapatkan bahan
makanan, bahkan timbul berbagai penyakit menular, seperti diare dan
penyakit kulit, yang dapat mengancam semu orang termasuk bayi dan anak-
anak.
f. Olahraga/latihan fisik
Olahraga atau latihan fisik berdampak pada pertumbuhan fisik maupun
perkembangan psikososial anak. Secara fisik, manfaat olaraga atau latihan
yang teratur dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga akan meningkatkan
suplai oksigen ke seluruh tubuh. Selain itu, olahraga akan meningkatkan
aktivitas fisik dan menstimulasi perkembangan otot dan pertumbuhan sel.
g. Posisi anak dalam keluarga
Posisi anak sebagai anak tunggal, anak sulung, anak tengah, atau anak bungsu
akan memengaruhi bagaimana pola anak tersebut diasuh dan dididik dalam
keluarga. Anak tunggal tidak mempunyai teman bicara dan beraktivitas
kecuali dengan orang tuanya. Oleh karena itu, kemampuan intelektual anak
tunggal akan dapat lebih cepat berkembang dan mengembangkan harga diri

9
yang positif karena secara terus menerus berinteraksi dengan orang dewasa,
yaitu orang tuanya dan mendapatkan stimulasi secara psikososial. Akan tetapi,
biasanya mereka akan lebih tergantung dan kurang mandiri. Perkembangan
motoric lebih lambat karena tidak ada stimulasi untuk melakukan aktivitas
fisik yang baisanya dilakukan oleh saudara kandungnya.
Anak pertama biasanya mendapat perhatian penuh karena belum ada saudara
yang lain. Segala kebutuhan dipenuhi, tetapi dilain pihak biasanya orang tua
dengan anak pertama belum memiliki banyak pengalaman dalam mengasuh
anak dan cenderung terlalu melindungi sehingga seringkali anak tumbuh
menjadi anak yang perfeksionis dan cenderung pencemas.
Anak tengah berada diantara anak tertua dan anak bungsu. Orang tua biasanya
sudah lebih percaya diri dalam merawat anak, bahkan cenderung agak kurang
peduli. Anak punya kesempatan untuk belajar berkomunikasi dan lebih
mampu beradaptasi diantara anak terbesar dan anak terkecil. Hal tersebut
sering kali membuat anak lebih mandiri, tetapi biasanya kurang maksimal
dalam pencapaian prestasi disbanding anak pertama.
Sesuai dengan posisinya, anak terkecil adalah yang termuda usianya dalam
keluarga dan biasanya mendapat perhatian penuh dari semua anggota keluarga
sehingga membuat anak mempunyai kepribadian yang hangat, ramah, dan
penuh perhatian pada orang lain. Walaupun demikian, semua uraian di atas
hanyalah satu tinjauan dari lingkungan anak karena ada factor lain yang dapat
memengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu factor
internal.
3) Factor internal
a. Kecerdasan
Kecerdasab dimiliki anak sejak ia dilahirkan. Anak yang dilahirkan dengan
tingkat kecerdasan yang rendah tidak akan mencapai prestasi yangcemerlang
walaupun stimulus yang diberikan lingkungan demikian tinggi. Sementara
anak yang dilahirkan dengan tingkat kecerdasan tinggi dapat didorong oleh
stimulus lingkungan untuk berprestasi secara cemerlang.

10
b. Pengaruh hormonal
Ada tiga hormone utama yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak, yaitu hormone somatotropik, hormone tiroid, dan hormone
gonadotropin. Hormone somatotropik (growth hormone) terutama digunakan
selama masa kanak-kanak yang memengaruhi pertumbuhan tinggi badan
karena menstimulasi terjadinya poliferasi sel kartilago dan system skeletal.
Apabila kelebihan, hal ini akan menyebabkan gigantisme, yaitu anak tumbuh
sangat tinggi dan besar, dan apabila kekurangan, menyebabkan dwarfism atau
kerdil. Hormone tiroid menstimulasi metabolism tubuh, sedangkan hormone
gonadotropik menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk
memproduksi testosterone, dan ovarium untuk memproduksi estrogen.
Selanjutnya, testosterone akan menstimulasi perkembangan karakteristik seks
sekunder anak laki-laki, yaitu menghasilkan spermatozoa, sedangkan estrogen
akan menstimulasi perkembangan karakteristik seks sekunder anak
perempuan, yaitu menghasilkan ovum.
c. Pengaruh emosi
Orang tua terutama ibu adalah orang terdekat tempat anak belajar untuk
bertumbuh dan berkembang. Anak belajar dari orang tua untuk dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri. Dengan demikian, apabila orang tua
memberi contoh perilaku emosional, seperti melempar sandal atau sepatu
bekas dipakai, membentak saat anak rewel, marah saat jengkel, anak akan
belajar untuk menirukan perilaku orang tua teersebut. Anak belajar
mengekspresikan perasaaan dan emosinya dengan meniru perilaku orang
uanya. Apabila pola seperti ini dibiarkan, anak akan mengembangkan perilaku
emosional seperti di atas karena maturasi atau pematangan kepribadian
diperoleh anak melalui proses belajar dari lingkungan keluarganya. Oleh
karena itu, orang tua harus berhati-hati dalam bersikap karena apabila orang
tua senang membentak, anak akan belajar untuk berbicara kasar pada orang

11
lain. Apabila orang tua suka memukul saat marah dan jengkel, anak akan
belajar bersikap kasar pada orang lain. Orang tua adalah model peran bagi
anak.(Supartini, 2012)

5. Tahap tumbuh kembang anak


1) Masa prenatal (dari konsepsi sampai lahir)
a. Pembentukan struktur tubuh dasar dan organ-organ
b. Pertumbuhan fisik tercepat dalam rentang kehidupan anak
c. Sangat peka terhadap lingkungan
2) Masa bayi dan masa anak dini (lahir sampai umur 3 tahun)
a. Bayi baru lahir masih tergantung pada orang lain, tetapi mempunyai
kompetensi
b. Semua panca indera berfungsi pada waktu lahir
c. Pertumbuhan fisik dan perkembangan motoric berlangsung cepat
d. Mempunyai kemampuan belajar dan meningkatkan, bahkan pada mingu-
mingu pertama kehidupan
e. Kelekatan terhadap orang tua atau benda lainnya sampai akhir tahun pertama
f. Kesadaran diri (self awarenessme) berkembang dalam tahun kedua
g. Konfrehensi dan bahasa berkembang pesat
h. Rasa tertarik terhadap anak lain meningkat
3) Masa prasekolah (3-6 tahun)
a. Keluarga masih merupakan focus dalam kehidupannya, walaupun anak lain
menjadi lebih penting.
b. Keterampilan motoric kasar dan halus serta kekuatan meningkat
c. Kemandirian, kemampuan mengontrol diri dan merawat diri meningkat
d. Bermain, kreatifitas, dan imajinasi menjadi lebih berkembang
e. Imaturitas kognitif mengakibatkan pandangan yang tidak logis terhadap dunia
sekitarnya
f. Perilaku pada umumnya masih egosentris, tetapi pengertian terhadap
pandangan orang lain mulai tumbuh

12
4) Masa remaja (6-12 tahun)
a. Teman sebaya sangat penting
b. Anak mulai berpikir logis, meskipun masih konkrit operasional
c. Egosentris berkurang
d. Memori dan kemampuan berbahasa meningkat
e. Kenampuan kognitif meningkat akibat sekolah formal
f. Konsep diri tumbuh, yang mempengaruhi dirinya
g. Pertumbuhan fisik terlambat
h. Kekuatan dan keterampilan atletik meningkat
5) Masa remaja (12-20 tahun)
a. Perubahan fisik cepat dan jelas
b. Maturitas reproduktif dimulai sampai mecapai dewasa
c. Teman sebaya dapat mempengaruhi perkembangan dan konsep dirinya
d. Kemampuan berpikir abstrak dan menggunakan alasan yang bersifat ilmiah
sudah berkembang
e. Sifat egosentris menetap pada beberapa periaku
f. Hubungan dengan orang tua pada umumnya baik

6. Kebutuhan dasar anak


Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum digolongkan
menjadi :
1) Kebutuhan fisik-biomedis (asuh)
Kebutuhan fisik-biomedis meliputi pangan/gizi (kebutuhan terpenting),
perawatan kesehatan dasar (antara lain imunisasi, pemberin ASI,
penimbangan bayi/anak yang teratur, pengobatan kalau sakit),
papan/pemukiman yang layak, kebersihan perorangan, sanitasi lingkungan,
sandang, kebugaran jasmani, rekreasi, dan lain-lain.
2) Kebutuhan emosi/kasih sayang (asih)
Pada tahun pertama kehidupan, hubungan yang penuh kasih sayang, erat,
mesra, dan selaras antara ibu/pengasuh dan anak merupakan syarat mutlak

13
untuk menjamin tumbuh kembang yang otptimal, baik fisik, mental, maupun
psikososial. Peran dan kehadiran ibu/pengasuh seini dan selanggeng mungkin
akan menjalin rasa aman bagi bayi. Hubungan ini diwujudkan dengan kontak
fisik (kulit/tatap mata) dan psikis sedini mungkin, misalnya dengan menyusui
bayi secepat mungkin segera setlah lahir (inisiasi dini). Peran ayah dalam
memberikan kasih sayang dan menjaga keharmonisan keluarga juga
merupakan media yang bagus untuk tumbuh kembang anak. Kekurangan
kasih sayang ibu pada tahun-tahun pertama kehidupan mempunyai dampak
negative pada tumbuh kembang anak secara fisik, mental, social, emosi, yang
disebut sindrom deprivasi maternal. Kasih syang dari orangtuanya (ayah-ibu)
akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar (basic trust)
3) Kebutuhan akan stimulasi mental (asah)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal untuk proses belajar (pendidikan dan
pelatihan) pada anak. Stimulasi mental (asah) ini merangsang perkembangan
mental psikososial : kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agam,
keperibadian, moral-etika, produktivitas, dan sebagainya.(Soetjiningsih, 2013)

B. KONSEP KOMUNIKSI PADA ANAK

Komunikasi pada anak merupakan bagian penting dalam membangun


kepercayaan diri kita dengan anak. Melalui komunikasi akan terjalin rasa saling
percaya, rasa kasih sayang dan selanjutnya anak akan mamiliki suatu
penghargaan kepada dirinya. Banyak ahli komunikasi memberikan pengertian
tentang komunikasi seperti komunikasi merupakan pengiriman atau tukar
menukar informasi, ide atau lainnya yang dapat memberikan suatu pengetahuan
tentang ide atau informasi yang disampaikan. Melalui pengertian tersebut
terdapat istilah pertukaran informasi yang berarti dalam komunikasi melibatkan
lebih dari satu orang dalam menyampaikan informasi, atau ide yang ada.
Kemudian dalam praktik keperawatan istilah komunikasi sering digunakan pada
aspek pemberian terapi pada klien, sehingga istilah komunikasi banyak dikaitkan

14
dengan istilah terpiutik atau dikenal dengan nama komunikasi terapiutik yang
menurut Stuart dan Sundeen (1987) merupakan suatu cara untuk membina
hubungan yang terapiutik yang diperlukan untuk pertukaran informasi dan
perasaan, yang dapat mempengaruhi perilaku orang lain, mengingat keberhasilan
tindakan keperawatan tergantung pada proses komunikasi. Sedangkan secara
umum komunikasi anak merupakan proses pertukaran informasi yang
disampaikan oleh anak kepada orang lain dengan harapan orang yang diajak
dalam pertukaran informasi tersebut mampu memenuhi kebutuhannya. Dalam
tinjauan ilmu keperawatan anak, anak merupakan seseorang yang membutuhkan
perhatian dan kasih sayang, sebagai kebutuhan khusus anak yang dapat dipenuhi
dengan cara komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal yang dapat
menumbuhkan kepercayaan pada anak sehingga tujuan komunikasi dapat
tercapai.

1. Komponen Dalam Komunikasi


Komunikasi dapat terjadi bila prosesnya dapat berlanjalan dengan
baik. Proses komunikasi ang di maksud disini adalah pengirim pesan, penerus
pesan, pesan itu sendiri, media, dan umpan balik. Proses tersebut merupakan
suatu komponen dalam komunikasi yang satu dengan yang lainnya saling
berhubungan.

2. Komunikasi Dengan Anak Berdasarkan Usia Tumbuh Kembang


Usia Bayi (0-1 tahun)
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan
melalui gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang
efektif, di samping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara
nonverbal. Perkembangan komunikasi pada bayi dapat dimulai dengan
kamampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi digerakkan
maka bayi akan berespons untuk membuat suara-suara yang dikeluarkan oleh
bayi. Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia
minggu ke- 8 dimana bayi sudah mampu untuk melihat objek atau cahaya,

15
kemudian pada minggu ke- 12 bayi sudah mulai tersenyum. Pada usia ke-16
bayi sudah mulai menolehkan kepala pada suara yang asing bagi dirinya. Pada
pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal
seperti ba-ba, ta-ta, dan lain-lain dan pada bulan ke sepuluh bayi sudah
bereaksi terhadap panggilan namanya, mampu melihat beberapa gambar yang
terdapat dalam buku, pada akhir tahun pertama sudah mampu melakukan kata
yang spesifik antara dua atau tiga kata. Selain melakukan komunikasi seperti
diatas, terdapat cara komunikasi yang efektif pada bayi yakni dengan cara
menggunakan komunikasi nonverbal dengan teknik sentuhan seperti
mengusap, menggendong, memangku, dan lain-lain.

Usia Todler dan Prasekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)


Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan
perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu
memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun kedua sudah mampu 200-
300 kata dan masih terdengar kata-kata ulangan. Pada anak usia ini,
khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai 900 kata dan banyak
kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan dan sebagainya.
Komunikasi pada anak tesebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya
sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasa mulai meningkat, mudah
merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi
harus berpusat pada dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan perlu diingat
bahwa pada usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara. (Behrman,
1996).
Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan
memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada
mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan,
menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang
lebih jelas dengan penghargaan yang sederhana, hindarkan sikap mendesak
untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”, mengalihkan aktivitas saat

16
komunikasi, memberikan mainan saatkomunikasi dengan maksud anak mudah
diajak komunikasi, mengatur jarak interaksi dimana kita dalam berkomunikasi
dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri dimana kita
harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan
berhadapan. Secara nonverbal kita selalu memberi dorongan penerimaan dan
persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui oleh anak,
salaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas,
menggambar, menulis atau bercerita, dalam menggali persasaan dan fikiran
anak disaat melakukan komunikasi.

Usia Sekolah (5-11 tahun)


Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan
kemampuan anak mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang
besar dan apa yang dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran anak dan
kemampuan anak membaca disini sudah dapat dimulai, pada usia kedelapan
anak sudah mampu membaca dan sudah mulai berpikir terhadap kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah tetap masih
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu gunakan kata
sederhana yang spesifik, jelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada
anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini keingintahuan pada
aspek fungsional dan prosedural dari objek tertentu sangat tinggi maka
jelaskan arti fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu yang
ditanyakan secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan
membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif.

Usai Remaja (11-18 tahun)


Perkembangan komunikasi pada usia remaja ditunjukkan dengan
kemampuan berdiskusi atau berdebat dan mulai berpikir secara konseptual,
sudah mulai menunjukkan perasaan malu, pada anak usia ini sering kali
merenungi kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan dalam
komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai menunjukkan kearah yang

17
lebih positif, terjadi konseptualiasi mengingat masa ini adalah masa peralihan
anak menjadi dewasa. Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah
berdiskusi atau curah pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa
pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam
komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan
masa transisi dalam bersikap dewasa.

3. Cara Komunikasi Dengan Anak


Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam
menjaga hubungan dengan anak, melalui komunikasi ini pula perawat dapat
memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang
selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan
keperawatan. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam berkomunikasi
dengan anak, antara lain:
1) Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam
menumbuhkan kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung
berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung yang sedang
berada di samping. Selain itu dapat digunakan dengan mengomentari
tentang mainan, baju yang sednag dipakainya serta lainnya, dengan catatan
tidak langsung pada pokok pembicaraan.
2) Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat
mudah diterima, mengingat anak suka sekali dengan cerita, tetapi cerita
yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan,
yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun gambar.
3) Memfasilitasi
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini
ekspresi anak atau respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam
memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh

18
dominan, tetapi anak harus diberikan respons terhadap pesan yang
disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan
merefleksikan ungkapan negatif yang menunjukkan kesan yang jelek pada
anak.
4) Biblioterapi
Melaui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk
mengekspresikan perasaan, dengan menceritakan isi buku atau
majalahyang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada anak.
5) Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan
meminta anak uunutk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai
keluhan yang didapatkan, dan keinginan tersebut dapat menunjukkan
perasaan dan pikiran saat itu.
6) Pilihan pro dan kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan
atau mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pada
situasi yang menunjukkan pilihan yang positif dan negatif sesuai dengan
pendapat anak.
7) Penggunaan skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan
perasaan sakit pada anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih
dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan
sakitnya.
8) Menulis
Melalui ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada
keadaan sedih, marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada
anak yang jengkel, marah, dan diam. Cara ini dapat dilakukan pada anak
apabila sudah memiliki kemampuan untuk menulis.

19
9) Menggambar
Seperti halnya menulis, menggambar pun juga dapat digunakan untuk
mengungkapkan ekspresinya, perasaan jengkel, marah biasanya dapat
diungkapkan melalui gambar dan anak akan mengungkapkannya apabila
gambar yang ditulisnya ditanya tentang maksudnya.
10) Bermain
Bermain merupakan alat efektif pada anak dalam membantu
berkomunikasi, melalui ini hubungan interpersonal antara anak, perawat
dan orang di sekitarnya dapat terjalin, dan pesan-pesan dapat disampaikan.

4. Tahapan Dalam Komunikasi Dengan Anak


Dalam melakukan komunikasi pada anak terdapat beberapa tahap yang
harus dilakukan sebelum melakukan komunikasi secara langsung, tahapan ini
dapat meliputi sebagai berikut.
a. Tahap pra interaksi
Pada tahap ini yang harus kita lakukan adalah mengumpulkan data
tentang klien dengan mempelajari status atau bertanya kepada orang tua
tentang masalah atau latar belakang yang ada, mengeksplorasi perasaan,
proses ini akan mengurangi kekurangan dalam saat komunikasi dengan
cara meneksplorasikan perasaan apa yang ada pada dirinya, membuat
rencana pertemuan dengan klien, proses ini ditunjukkan dengan kapan
komunikasi akan dilakukan, dimana dan rencana apa yang
dikomunikasikan serta target dan sasaran yang ada.
b. Tahap perkenalan atau orientasi
Tahap ini yang dapat kita lakukan adalah memberikan salam dan
senyum pada klien, melakukan validasi (kognitif, psikomotorik, afektif),
mencari kebenaran data dengan wawancara, mengobservasi atau
pemeriksaan yang lain, memperkenalkan nama kita agar selalu ada yang
memperhatikan terhadap kebutuhannya, menanyakan nama panggilan
kesukaan klien karena akan mempermudah dalam berkomunikasi dan lebih

20
dekat, menjelaskan tanggung jawab perawat dan klien, menjelaskan peran
kita dan klien, menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, menjelaskan
tujuan, menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan dan
menjelaskan kerahasiaan.
c. Tahap kerja
Pada tahap ini yang dapat kita lakukan adalah memberi kesempatan
pada klien untuk bertanya, karena akan memberitahu hal-hal yang kurang
dimengerti dalam komunikasi, menanyakan keluhan utama, memulai
kegiatan dengan cara yang baik dan melakukan kegiatan sesuai dengan
rencana.
d. Tahap terminasi
Pada tahap terminasi dalam komunikasi kegiatan yang dapat kita
lakukan adalah menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses
dan hasil, memberikan reinforcement positif, merencanakan tindak lanjut
dengan klien, melakukan kontrak (waktu, tempat, dan topik) dan
mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Dengan Anak


Dalam proses komunikasi kemungkinan ada hambatan selama
komunikasi, karena selama proses komunikasi melibatkan beberapa
komponen dalam komunikasi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya :
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Sebagaimana umumnya
semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi
dan makin bagus pengetahuan yang dimiliki sehingga penggunaan
komunikasi dapat secara efektif akan dapat dilakukannya. Dalam
komunikasi dengan anak atau orang tua juga perlu diperhatikan tingkat

21
pendidikan khususnya orang tua karena berbagai informasi akan mudah
diterima jika bahasa yang disampaikan sesuai dengan tingkat pendidikan
yang dimilikinya.
b. Pengetuhuan
Merupakan proses belajar dengan menggunakan panca indra yang
dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk dapat menghasilkan
pengetahuan dan keterampilan. Menurut Bloom dan Kartwakl (1996) yang
dikutip oleh Wimar Tinambunan (1998), membagi pengetahuan dalam 6
tingkatan di antaranya : pertama, tahu, diaman subjek hanya dapat
mengingat, menyebutkan tentang materi yang dipelajarinya. Kedua,
memahami, dimana subjek dapat menjelaskan dan mnginterpretasikan,
menyimpulkan, memberi contoh, dan meramalkan terhadap objek yang
sudah dipelajari. Ketiga, aplikasi, subjek dapat menerapkan atau
menggunakan materi yang sudah dipahami dalam kondisi sebenarnya.
Keempat, analisis adalah subjek dapat menggambarkan, membedakan,
menjabarkan materi ke dalam komponen yang masih dalam satuan yang
terkait, misalnya dengan membuat suatu bagan tentang apa yang sudah
diketahui secara benar. Kelima, sintesis, adalah subjek dapat menunjukkan
kemampuan untuk meletakkan hubungan atau meringkas materi dalam
suatu bentuk baru. Keenam, evaluasi adalah kemampuan subjek menilai
materi atau objek dengan memakai kriteria sendiri atau kriteria lain yang
telah ada. Faktor pengetahuan tersebut dalam proses komunikasi dapat
mempengaruhinya hal ini dapat diperlihatkan apabila seseorang
memilikipengetahuan cukup, maka informasi yang disampaikan akan jelas
dan mudah diterima oleh penerima akan tetapi apabila pengetahuan kurang
maka akan menghasilkan informasi yang kurang.
c. Sikap
Sikap dalam komunikasi dapat mempengaruhi proses komunikasi
berjalan efektif atau tidak, hal teersebut dapat ditunjukkan seseorang yang
memiliki sikap kurang baik akan menyebabkan pendengar kurang percaya

22
terhadap komunikator, demikian sebaliknya apabila dalam komunikasi
menunjukkan sikap yang baik maka dapat menunjukkan kepercayaan dari
penerima pesan atau informasi. Sikap yang diharapkan dalam komunikasi
tersebut seperti terbuka, percaya, empati, menghargai dan lain-lain,
kesemuanya dapat mendukung berhasilnya komunikasi terapiutik.
d. Usia tumbuh kembang
Faktor usia ini dapat mempengaruhi proses komunikasi, hal ini dapat
ditunjukkan semakin tinggi usia perkembangan anak kemampuan dalam
komunikasi semakin kompleks dan sempurna yang dapat dilihat dari
perkembangan bahasa anak.
e. Status kesehatan anak
Status kesehatan sakit dapat berpengaruh dalam komunikasi, hal ini
dapat diperlihatkan ketika anak sakit atau mengalami gangguan psikologis
maka cenderung anak kurang komunikatif atau sangat pasif,dengan
demikian dalam komunikasi membutuhkan kesiapan secara fisik dan
psikologis untuk mencapai komunikasi yang efektif.
f. Sistem sosial
Sistem sosial yang dimaksud adalah budaya yang ada di masyarakat,
diamana setiap daerah memiliki budaya atau cara komunikasi yang
berbeda. Hal tersebut dapat juga mempengaruhi proses komunikasi seperti
orang Batak dengan orang Madura ketika berkomunikasi dengan bahasa
komunikasi yang berbeda dan sam-sama tidak memahami bahasa daerah
maka akan merasa kesulitan untuk mencapai tujuan dan komunikasi.
g. Saluran
Saluran ini merupakan faktor luar yang berpengaruh dalam proses
komunikasi seperti intonasi suara, dan sebagainya semuanya akan dapat
memberikan pengaruh dalam proses komunikasi, sebagai contoh apabila
kita berkomunikasi dengan orang yang memiliki intonasi atau suara yang
jelas maka sangat mudah kita menerima informasi ataupesan yang
disampaikan. Emikian sebaliknya apabila kita berkomunikasi dengan orang

23
yang memiliki suara yang tidak jelas kita akan kesulitan menerima pesan
atau informasi yang disampaikan.
h. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar area, lingkungan
dalam komunikasi yang dimaksud disini adalah dapat berupa situasi,
ataupun lokasi yang ada. Lingkungan yang baik atau tenang akan
memberikan dampak berhasilnya tujuan komunikasi sedangkan lingkungan
yang kurang baik akan memberikan dampak yang kurang baik. Hal ini
dapat kita contohkan apabila kita berkomunikasi dengan anak pada tempat
yang gaduh atau tempat yang bising, maka proses komunikasi tidak akan
bisa berjalan dengan baik, kemungkinan sulit berkomunikasi secara efektif
karena suara yang tidak jelas, sehingga pessan yang akan disampaikan sulit
untuk diterima oleh anak.

6. Cara Komunikasi Dengan Orang Tua Anak


Komunikasi dengan orang tua adalah salah satu halpenting dalam
perawatan anak, mengingat pemberian asuhan keperawatan pada anak selalu
melibatkan peran orang tua yang memiliki peranan penting dalam
mempertahankan komunikasi dengan anak. Untuk mendapatkan informasi
tentang anak sering kita mengobservasi secara langsung atau berkomunikasi
dengan orang tua. Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam
komunikasi dengan orang tua daintaranya :
a) Anjurkan orang tua untuk berbicara
Kita dalaam melakukan komunikasi dengan orang tua, jangan hanya
peran kita sebagai pemberi informasi saja akan tetapi bagaimna kita
merespons atau mengajak agar orang tua yang kita ajak komunikasi
maupun untuk memberikan suatu pesan atau informasi yang dimiliki,
kemampuan inilah yang seharusnya kita kembangkan sehingga
komunikasi agar berjalan terus dan efektif serta tujuan yang kita inginakan
dalam komunikasi dapat tercapai.

24
b) Anjurkan ke focus
Dalam melakukan komunikasi dengan orang tua anak arahkan pokok
pembicaraan kita ke focus sambil memberi kesempatan pada orang tua
untuk mengekspresikan perasaannya secara bebas sehingga tujuan
komunikasi dapat mencapai sasaran. Mengarahkan kefokus itu salah satu
bagian dalam mencapai komunikasi yang efektif.
c) Mendengarkan
Mendengarkan adalah kunci untuk mencapai komunikasi yang efektif,
kemampuan mendengarkan dapat di tunjukkan dengan ekspresiyang
sungguh-sungguh saat berkomunikasi dengan tujuan untuk mengerti klien.
Selain itu dengan mendengarkan kita akan mendapatkan seluruh informasi
yang di dapatkan sehingga tidak ada yang hilang atau tertinggal informasi
yang akan di sampaikan.
d) Diam
Diam adalah cara yang dapat di gunakan dalam berkomunikasi dengan
diam sebentar dapat memberikan kesempatan kepada seseorang yang kita
ajak komunikasi untuk memberikan kebebasan dalam mengekspresikan
perasaannya dan memberikan kesempatan berpikir terhadap sesuatu yang
hendak di sampaikan.
e) Empati
Cara ini dilakukan dengan mencoba merasakan apaa yang di rasakan
oleh orang tua anak, dengan demikian orang tua anak akan merasa aman
dan di perhatikan. Cara komunikasi ini juga sangatterkait dangan sikap saat
berkomunikasi.
f) Meyakinkan kembali
Meyakinkan kembali merupakan cara yang dapat di berikan agar
proses dan hasil komunikasi dapat dterima pada klien hal ini adalah orang
tua. Pada dasarnya semua orang tua ingin menjadi orang tua baik, tetapi
pada saat anak sakit dapat terjadi kecemasan tentang peran dan fungsinya,
maka yakinkan kembali akan peran dan fungsinya sebagai orang tua.

25
g) Merumuskan kembali
Dalam mencapai tujuan pemecahan masalah kita dan orang tua harus
sepakat terhadap masalah yang muncul kadang-kadang pada orang tua,
dangan merumuskan kembali beberapa permasalahan dan cara pemecahan
bersama akan memberikan dampak dalam mengurangi kecemasan atau
kekhawatiran.
h) Memberi petunjuk kemungkinan apa yang terjadi
Melalui komunikasi beberapa petunjuk tentang kemungkinan masalah
apa yang terjadi dapat di informasikan terlebih dahulu untuk
mengantisipasi tentang kemungkinan hal yang terjadi sehingga orang tua
tahu dan siap bila masalah itu muncul.
i) Menghindari hambatan dalam komunikasi
Menghindari hambatan dalam komunikasi seperti melakukan
komunikasi secara asertif dengan orag tua merupakan salah satu cara
efektif dalam komunikasi, karena hambatan selama komunikasi akan
memberikan dampak tidak berjalannya suatu proses komunikasi seperti
terlalu banyak memberi saran, cepat mengambil keputusan, mengubah
pokok pembicaraan, membatasi pertanyaan atau terlalu banyak
memberikan pertanyaan tertutup dan menyelah pembicaraan sebelum
pembicaraan selesai.
7. Implikasi Komunikasi Dalam Keperawatan
Menghindari hambatan dalam komunikasi sangat penting bagi perawat
mengingat berbagai pengkajian atau pemeriksaan pada klien dapat dilakukan
melalui komunikasi, diantaranya imlikasi yang dapat di lakukan adalah :
a) Ajak bebicara lebih dahulu dengan orang tua sebelum berkomunikasi
dengan anak atau mengkaji anak dengan menjalin hubungan dengan
tindakan keperawatan.
b) Lakukan kontak dengan anak dengan mengawali berbicara atau tehnik lain
agar anak mau berkomunikasi.
c) Berikan mainan sebelum masuk kedalam pembicaraan inti

26
d) Berikan kesempatan pada anak untuk memilih tempat pemerikasaan yang
diinginkan sambil duduk, berdiri, dan tidur.
e) Lakukan pemeriksaan dari sederhana kekompleks, pemeriksaan yang
berdampak trauma lakukan di akhir pemeriksaan
f) Hindari pemeriksaan yang menimbulkan ketakutan pada anak dan beri
kesempatan untuk memegang alat periksa.(Hidayat, 2009)

C. KONSEP AUTROMATIC CARE


Atraumatic care yang dimaksud disini adalah perawatan yang tidak
menimbulkan adanya trauma pada anak dan keluarga. Perawatan tersebut
difokuskan dalam pencegahan terhadap trauma yangmerupakan bagian dalam
keperewatan anak. Perhatian khusus kepada anak sebagai individu yang masih
dalam usia tumbuh kembang, sangat penting karena masa anak merupakan proses
menuju kematangan. Kalau proses menuju kematangan tersebut terdapat
hambatan maka anak tidak akan mencapai kematangan
Beberapa kasus yang sering dijumpai di masyarakat seperti peristiwa
yang dapat menimbulkan trauma pada anak adalh cemas, marah, nyeri, dan lain-
lain. Apabila hal tersebut dibiarkan dapat meyebabkan dampak psikologis pada
anak dan tentunya akan mengganggu perkembangan anak. Dengan demikian
traumatic care sebagai bentuk perawatan terapeutik dapat diberikan kepada anak
dan keluarga dengan mengurangi dampak psikologis dari tindakan keperawatan
yang diberikan, seperti memperhatikan dampak tindakan yang diberikan dengan
melihat prosedur tindakan atau aspek lain yang kemungkinan berdampak adanya
trauma. Untuk mencapai perawatan tersebut beberapa prinsip yang dapat
dilakukan oleh perawat antara lain :
1. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga.
Dampak perpisahan dari keluarga, anak mengalami gangguan psikologis
seperti kecemasan, ketakutan, kurangnya kasih saying, gangguan ini akan
menghambat proses penyembuhan anak dan dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak.

27
2. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anak.
Melalui peningkatan kontrol orang tua pada diri anak diharapkan mampu
mandiri dalam kehidupannya. Anak akan selalu berhati-hati dalam
melakukanaktivitas sehari-hari, selalu bersikap waspada dalam segala hal.
Serta pendidikan terhadap kemampuan dan keterampilan orang tua dalam
mengawasiperawatan anak.
3. Mencegah atau mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak psikologis)
Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam
keperawatan anak. Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa
dihilangkan secara cepata tetapi dapat dikurangi melalui berbagai teknik
misalnya distraksi, relaksasi, imaginary. Apabila tindakan pencegahantidak
bisa dilakukan maka cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada anak
sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
4. Ridak melakukan kekerasan pada anak
Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat
berarti dalam kehidupan anak. Apabila inni terjadi pada saat anak dalam
proses tumbuh kembang maka kemungkinan pencapaian kematangan akan
terhambat, dengan demikian tindakan kekerasan pada anak sangat tidak
dianjurkan karena akan memperberat kondisi anak.
5. Modifikasi lingkungan fisik
Melalui modifikasi lingkungan fisik yang bernuansa anak dapat
meningkatkan keceriaan, perasaan aman, dan nyamamn bagi lingkungan
anak sehingga anak selalu berkembang dan merasa nyaman di
lingkungannya. (Hidayat, 2009)

Prinsip Utama Dalam Asuhan Terapeutik :


a. Cegah atau turunkan dampak perpisahan antara orang tua dan anak dengan
menggunakan pendekatan family centred.

28
b. Tingkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anaknya.
Pendidikan kesehatan merupakan strategi yang tepat untuk menyiapkan
orang tua sehingga terlibat aktif dalam perawatan ankanya.
c. Cegah dan/atau turunkan cedera baik fisik maupun psikologis. Rasa nyeri
karena tindakan perlukan (misalnya, disuntik) tidak akan bisa dihilangkan,
tetapi dapat dikurangi dengan menggunakan teknik distraksi atau relaksasi
d. Modifikasi lingkungan fisik rumah sakit, dengan mendesainnya seperti di
rumah, yaitu penataan dan dekorasi yang bernuansa anak (misalnya
menggunakan alat tenun dari tirai bergambar bunga atau binatang lucu,
hiasan dinding bergambar dunia binatang atau fauna, papan nama pasien
bergambar lucu,dinding berwarna, dan penggunaan warna yang cerah di
runagan, tangga di cat berwarna-warni).(Supartini, 2012)
Manajemen Kasus
Pengelolaan kasus secara komprehensif adalah bagian utama dalam
pemberian asuhan keperawatan secara utuh, melalui upaya pengkajian,
penentuan diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari berbagai kasus
baik yang akut maupun kronis. Pendekatan psikologis yang dilakukan dengan
mempersiapkan secara fisik, memberi kesempatan orang tua dan dan
menciptakan lungkungan yang nyaman bagi anak dan orang tua dan berprinsip
pada upaya pencegahan, penungkatan kesehatan yang merupakan tanggung
jawab perawat.
Kemampuan perawat dalam mengelola kasus secara baik tentu
berdampak dalam proses penyembuhan pada anak mengingat anak memiliki
kebutuhan yang spesifik dan berbeda satu dengan yang lain. Keterlibatan
orang tua dalam pengelolaan kasus juga dibutuhkan, karena proses perawatan
di rumah adalah bagian tanggung jawabnya dengan meneruskan program
perawatan di rumah saki. Pendidikan dan keterampilan mengelola kasus pada
anak selama di rumah sakit, akan mampu memberikan keterlibatan secara
penuh bagi keluarga.(Hidayat, 2009)

29
D. KONSEP PENDEKATAN MODEL TEORI PADA ANAK

A. Model Teori Kathryn E. Bernard

Teori keperawatan Barnard berfokus pada interaksi antara ibu-bayi

dan lingkungannya. Menurut teori ini, karakteristik individu dipengaruhi oleh

system ibu-bayi yang terjadi dan perilaku adaptifnya memodifikasi

karakteristik tersebut untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan system yang

ada. Teori barnard dikembangkan dari psikologi dan perkembangan manusia.

Teori ini didasarkan skala perkembangan untuk mengukur efek peberian

makan, pendidikan kesehatan dan lingkungannya. (tomey & ali good, 2006)

Model keperawatan barnard pada awalnya dikembangkan untuk

bayi/infant, dan selanjutnya berkembang menjadi teori interaksi pengkajian

pada anak. Model ini di fokuskan pada pengembangan perangkat atau suatu

format pengkajian untuk mengevaluasi kesehatan, perkembangan dan

pertumbuhannya dengan melihat hubungan orang tua dengan anak sebagai

suatu interaksi. Karakteristik orang tua dan anak di modifikasi sedemikian

rupa sesuai dengan kebutuhan sistem. Barnard menekankan modifikasi

sebagai perilaku adaptif yaitu :

1. Infant clarity of cues (kejelasan isyarat bayi)

Untuk berpartisipasi dalam suatu hubungan yang seimbang, bayi

harus memberikan isyarat kepada caregiver. Isyarat yang diberikan

dapat mempermudah atau mempersulit orang tua untuk memahami

isyarat tersebut dan membuat modifikasi yang tepat sesuai perilaku

tersebut.

2. Infant responiviness to caregiver (respon bayi terhadap pengasuh)

Bukan hanya bayi yang harus memberikan isyarat sehingga bayi


dapat memodifikasi kembali perilakunya. Secara jelas, jika bayi

30
tidak merespon terhadap isyarat dari caregiver, adaptasi tidak

mungkin terjadi.

3. Parent sensitivity to the child’s cues (rasa sensitive orang tua

terhadap isyarat bayi)

Orang tua, seperti halnya bayi, harus mampu memahami isyarat

yang diberikan bayi sehingga mereka memodifikasi perilakunya

dengan tepat. Orang tua yang memiliki masalah dalam aspek

kehidupannya, dapat menjadi tidak sensitive terhadap isyarat bayi.

4. Parents ability to alleviate the infant’s distress (kemampuan orang

tua mengurangi distress pada bayi)

Efektivitas orang tua dalam mengurangi distress pada bayi

bergantung pada beberapa hal, yaitu :

a. Orang tua harus mengenali bahwa distress sedang terjadi

b. Harus mengetahui tindakan yang tepat untuk mengurangi

distress

c. Dan akhirnya orang tua harus mampu melaksanakan tindakan

sesuai pengetahuannya.
5. Parent’s social and emotional growth fostering activities (Orang

tua membantu pertumbuhan social dan emosional)

Kemampuan untuk membantu aktivitas pertumbuhan social

emosianal bergantung kemampuan orang tua untuk beradaptasi

secara luas. Orang tua harus mampu bermain mesra dengan anak,

mengguanakan interaksi social saat member makan, member

pujian atas perilaku anak. Orang tua harus menyadari tingkat

perkembangan anak dan mampu mengatur poerilaku yang sesuai.

31
Hal ini tergantung pada kemampuan orang tua dalam menerapkan

pengetahuan dan keahliannya.

6. Parents kongnitive growth fostering activities ( orang tua

membantu perkembangan kongnitif.

Pertumbuhan kognitif di fasilitasi dengan pemberian simulasi

sesuai tingkat pemahaman anak. Untuk melaksanakannya, orang

tua harus memiliki pemahaman tentang kemampuan anaknya dan

orang tua harus memiliki energi untuk menerapkan keahliannya.

Model Bernard teresebut selanjutnya berkembang menjadi dasar teori


interaksi pengkajian keseihatan anak(child health assesment interaction
theory) konsep utam/asumsi dari teori ini adlah anak (child )ibu atau pengasuh
(mother/cargiver)dan lingkungan (environment)(Tomey dan Alligood,1998) :

1. Anak (child)

Bernard menggambarkan anak dengan karakteristik berikut : perilaku


bayi baru lahir,pola makan dan tidur,tampilan fisik tempramen dan
kemampuan anak beradaptasi terhadap lingkungan dan petugas kesehatan.

2. Ibu /pengasuh (mother/cargiver)

Karakteristik ibu yang digambarkan Bernard meliputi : aspek


psikososial, perhatian terhadap anak, kesehatan ibu sendiri, pengalaman ibu
yang mengubah kehidupannya. Harapan ibu terhadap anaknya ,dan yang paling
penting adalah pola hubungan orang tua - anak dan kemampuan adaptasinya.

3. Lingkungan(environment)

Karakteristik lingkungan aspek lingkungan fidik dan


keluarga,keterlibatan ayah , dan derajat hubungan orang tua untuk
menghormati anaknya.

32
B. Teori keperawatan Myra Estrin Leviene

1. Biografi Myra Estrin Levine

Myra Estrin Levine (1920-1996) lahir di Chicago, Illinois. Ia adalah anak

tertua dari tiga bersaudara. Levine mengembangkan minat dalam perawatan

karena ayahnya sering sakit (mengalami masalah gastrointestinal) dan

memerlukan perawatan(George, 2002).

Levine lulus dari Cook County School of Nursing tahun 1944 dan

memperoleh gelar Bachelor Science of Nursing (BSN) dari University of

Chicago pada tahun 1949. Setelah lulus, Levine bekerja sebagai perawat sipil

untuk US Army, sebagai supervisor perawat bedah, dan administrasi

keperawatan. Setelah mendapatkan gelar Master Science of Nursing (MSN) di

Wayne State University pada tahun 1962, ia mengajar keperawatan di

berbagai lembagaseperti University of Illinois di Chicago dan Tel Aviv

University di Israel. Levine menulis 77 artikel yang dipublikasikan yang

termasuk artikel “An Introduction to Clinical Nursing” yang dipublikasikan

berulang kali pada tahun pada tahun 1969, 1973 & 1989.Ia juga menerima

gelar doktor kehormatan dari Loyola University pada tahun


1992(Tomey&Alligood, 2006).

Levine meninggal pada tanggal 20 Maret 1996 di usianya ke 75 tahun. Levine

pribadi menyatakan bahwa ia tidak bertujuan khusus untuk mengembangkan

“Teori keperawatan,” tetapi ingin menemukan cara untuk mengajarkan

konsep-konsep utama dalam Keperawatan Medikal Bedah dan berusaha untuk

mengajarkan siswa keperawatan sebuah pendekatan baru dalam kegiatan

keperawatan. Levine juga ingin berpindah dari praktek keperawatan

33
pendidikan yang menurutnya sangat prosedural dan kembali fokus pada

pemecahan masalah secara aktif dan perawatan pasien (George, 2002).

Konsep Utama

Selama bertahun-tahun, perawat (seperti Myra Levine) telah

mengembangkan berbagai teori yang memberikan penjelasan yang berbeda

dari disiplin keperawatan. Seperti dia Konservasi Model, semua berbagi teori

empat konsep pusat atau utama: orang, lingkungan, keperawatan dan

kesehatan. Selain ini, Levine Model juga dibahas orang dan lingkungan

bergabung atau menjadi kongruen dari waktu ke waktu, karena akan dibahas

di bawah.

1. Orang

Seseorang adalah holistik sedang yang terus berupaya untuk menjaga

keutuhan dan integritas dan satu "yang hidup, berpikir, berorientasi masa

depan, dan masa lalu-sadar." The keutuhan (integritas) dari tuntutan individu

yang hidup "individu memiliki artinya hanya dalam konteks kehidupan sosial

"(Levine, 1973, hal 17). Orang juga digambarkan sebagai individu yang unik
dalam persatuan dan kesatuan, perasaan, percaya, berpikir dan seluruh sistem

dari sistem.

2. Lingkungan

Lingkungan melengkapi keutuhan individu. Lingkugan terbagi menjadi 2

bagian yaitu lingkungan internal dan eksternal :

a. Lingkungan internal menggabungkan aspek fisiologi dan patofisiologi

dari individu

34
dan konstan ditantang oleh lingkungan eksternal. Lingkungan internal juga

adalah integrasi dari fungsi tubuh yang menyerupai homeorhesis daripada

homeostasis dan tunduk terhadap tantangan dari lingkungan eksternal, yang

selalu merupakan bentuk energi.

b. Lingkungan eksternal dibagi ke dalam lingkungan persepsi, operasional,

dan konseptual. Lingkungan persepsi adalah bagian dari lingkungan eksternal

yang individu menanggapi dengan organ-organ indera mereka dan termasuk

cahaya, suara, sentuhan, suhu, kimia perubahan yang berbau atau terasa, dan

rasa posisi dan keseimbangan. Lingkungan operasional adalah bagian dari

lingkungan eksternal yang berinteraksi dengan jaringan hidup meskipun

individu tidak memiliki organ perasa yang dapat merekam adanya faktor-

faktor dan mencakup semua bentuk radiasi, mikroorganisme, dan polutan.

Lingkungan konseptual adalah bagian dari lingkungan eksternal yang terdiri

dari bahasa, ide, simbol, dan konsep dan penemuan dan mencakup pertukaran

bahasa, kemampuan berpikir dan pengalaman emosi, sistem nilai, keyakinan

agama, etnis dan tradisi budaya, dan psikologis individu pola yang berasal

dari pengalaman hidup.


3. Kesehatan

Sehat dan sakit merupakan pola perubahan adaptif. Kesehatan tersirat

berarti persatuan dan kesatuan dan "merupakan adaptasi keutuhan dan

sukses". Tujuan keperawatan adalah untuk meningkatkan kesehatan. Levine

(1991, hal 4) menjelaskan apa yang dimaksud dengan kesehatan sebagai: "...

yang jalan kembali ke kegiatan sehari-hari dikompromikan oleh kesehatan

yang buruk. Hal ini tidak hanya penghinaan atau cedera yang diperbaiki tetapi

orang dirinya sendiri ... Ini bukan hanya penyembuhan bagian tertindas. Ini

35
agak kembali ke hood diri, dimana perambahan kecacatan dapat menyisihkan

sepenuhnya, dan individu bebas untuk mengejar sekali lagi atau kepentingan-

nya sendiri tanpa kendala. "Di sisi lain, penyakit adalah" tidak diatur dan tidak

disiplin berubah dan harus dihentikan atau kematian akan terjadi ".

4. Perawatan

Perawatan melibatkan terlibat dalam "interaksi manusia" (Levine, 1973,

hal.1). "Perawat itu masuk ke dalam kemitraan pengalaman manusia di mana

saat-saat berbagi dalam waktu beberapa sepele, beberapa dramatis-daun

tandanya selamanya pada setiap pasien" (Levine, 1977, hal 845). Tujuan

keperawatan adalah untuk mempromosikan adaptasi dan memelihara

keutuhan (kesehatan).

Seperti telah disebutkan di atas, Levine Model Konservasi dibahas bahwa

cara di mana orang dan lingkungan menjadi kongruen dari waktu ke waktu.

Ini adalah fit dari orang dengan kesulitan nya waktu dan ruang. Respon

adaptif spesifik membuat konservasi yang mungkin terjadi pada berbagai

tingkatan; molekuler, fisiologis, emosional, psikologis, dan sosial. Tanggapan


ini didasarkan pada tiga faktor (Levine, 1989): historisitas, spesifisitas dan

redundansi.

Konsep Dasar Model Konservasi Levine

Teori keperawatan Myra Levine dirumuskan pada tahun 1966 dan

dipublikasikan pada tahun 1973,menggambarkan klien sebagai mahkluk hidup

terintegrasi yang saling berinteraksi dan beradaptasi terhadap

lingkungannya.Lervine percaya bahwa intervensi keperawatan merupakan

aktivitas konservasi , dengan konservasi energy sebagai pertimbangan utama

36
(Fawcett,1989).Sehat dipandang dari sudut konservasi energy dalam lingkup

area sebagai berikut , Levine menyebutnya sebagai empat prinsip konservasi

dalam keperawatan :

1. Konservasi Energi

Tujuan dari konversi energy ini adalah untuk menghindari penggunaan energy

yang berlebihan atau kelelahan.Karena individu memerlukan keseimbangan

energy dan memperbaharui energy sevara konstan untuk mempertahankan

aktivitas hidup.Dalam praktek keperwatan hal ini terlihat di ruang rawat

pasien disamping tempat tidur pasien .

2. Konservasi Struktur Integritas

Penyembuhan adalah suatu proses pergantian dari intergritas struktur .Seorang

perawat harus membatasi jumlah jaringan yang terlibat dengan penyakit

melalui perubahan fungsi dan intervensi keperawatan .

3. Konservasi integritas personal

Seorang perawat aharus dapat menghargai diri pasien .Hal ini bias terlihat

ketika klien dipanggil dengan namanya .Sikap menghargai tersebut terjadi

karena adanya proses nilai personal yang menyediakan privasi selama


prosedur.

4. Konservasi Integritas Sosial

Kehidupan berarti komunitas ,social dan kesehatan merupakan keadaan social

yang telah ditentukan .Oleh karena itu ,perawat berperan menyediakan

kebutuhan terhadap keluarga ,membantu kehidupan religius dan

menggunakan hubungan interpersonal .

Teori Levine Dan Proses Keperawatan

37
Teori perawatan Levine pada pokoknya sama dengan elemen-elemen

proses perawatan. Menurutnya harus selalu mengobservasi klien, memberikan

intervensi yang tepat sesuai dengan perencanaan dan mengevaluasi. Semua

tindakan ini bertujuan untuk membantu klien. Menurutnya dalam perawatan

klien, perawat dan klien harus bekerja sama.

Dalam teori Levine, klien dipandang dalam posisi ketergantungan, sehingga

kemampuan klien terbatas untuk berpartisipasi dalam pengumpulan data,

perencanaan, implementasi atau semua fase dari posisi ketergantungan. Klien

membutuhkan bantuan dari perawat untuk beradaptasi terhadap gangguan

kesehatannya. Perawat bertanggung jawab dalam menentukan besarnya

kemampuan partisipasi klien dalam perawatan.Dalam fase pengkajian, klien

dikaji melalui dua metoda yaitu interview dan observasi. dalam pengkajian

berfokus pada klien, keluarga, anggota lainnya, atau hanya

mempertimbangkan penjelasan dari mereka dalam membantu memecahkan

permasalahan kesehatanklien. Hal ini juga mempengaruhi kesiapan klien

dalam menghadapi lingkungan eksternal. Menurut Levine, jika anggota


keluarga membutuhkan suatu perjanjian maka keluarga harus menjadi sasaran

pengkajian. Dalam pengkajian menyeluruh, perawat menggunakan empat

prinsip teori Levine yang disebut pedoman pengkajian. Perawat menitik

beratkan pada keseimbangan energi klien dan pemeliharaan integritas klien.

Kemudian perawat mengumpulkan sumber energi klien yaitu nutrisi, istirahat

(tidur), waktu luang, pola koping, hubungan dengan anggota keluarga/orang

lain, pengobatan, lingkungan dan penggunaan energi yakni fungsi dari

beberapa sistem tubuh, emosi dan stress sosial dan pola kerja. Juga data

38
tentang integritas struktur klien yaitu pertahanan tubuh, struktur fisik,

integritas personal (sistem diri klien) yakni keunikan, nilai, kepercayaan dan

integritas sosial yakni : proses keputusan dari klien dan hubungan klien

dengan orang lain serta kesukaran dalam berhubungan dengan orang lain atau

masyrakat.

Setelah mengumpulkan semua data, perawat menganalisa data secara

menyeluruh. Analisa ini mencerminkan keseimbangan kekuatan dan

kelemahan dari diri klien pada empat area pengkajian (prinsip konservasi).

Analisa ini juga membutuhkan pengumpulan data lebih banyak. Dalam

menganalisa, konsep dan teori dari disiplin lain juga sama

penekanannya.Dalam fase perencanaan dimasukkan tujuan akhir. Proses

perawatan menekankan kualitas dari aktivitas klien dan perawat.

Bagaimanpun, Levine tidak secara khusus mengidentifikasikan atau

menekankan kebutuhan sebagai tujuan akhir.

Tujuan harus mencerminkan usaha membantu klien untuk beradaptasi dan

mencapai kondisii sehat. Dalam fase perencanaan, perawat harus menetapkan

tujuan :
1. Menetapkan strategi yang dipakai untuk perencanaan.

2. Menentukan tingakat perencanaan yang harus dikembangkan untuk

mencapai suatu tujuan

Levine menyatakan perawat harus mempunyai dasar pengetahui praktis,

kemudian tahapan dari perencanaan perawatan harus berdasar dari prinsip,

hukum, konsep, teori, dan pengetahuan tentang diri manusia. Dalam

mengembangkan perencanaan perawat harus meningkatkan kemampuan

partisipasi klien dalam perencanaan perawatan dan mengidentifikasi tingkat

39
partisipasi klien. Selama fase perencanaan perawat boleh konsul dengan team

kesehatan lain. Pelaksanaan dari perawatan disebut implementasi. Perawat

harus mengawasi respon klien. Data dikumpulkan kemudian dipakai dalam

fase evaluasi. Selama fase evaluasi perawat bertanggung jawab untuk

memberikan perawatan kepada klien.

Teori Levine menyatakan bahwa :

1. Perawat harus memiliki skill untuk melaksanakan intervensi

keperawatan.

2. Intervensi perawat mendorong adaptasi klien.

3. Dalam fase evaluasi perawat memusatkan respon dari klien untuk

melakukan tindakan perawatan.

4. Perawat mengumpulkan data tentang respon klien untuk menetukan

intervensi perawatan yaitu tentang pengobatan atau support.

Bagaimana teori Levine berfokus pada orang per orang, berorientasi pada

waktu sekarang maupun masa yang akan datang, dan klien dengan gangguan

kesehatan membutuhkan intervensi perawatan.

C. Model Konseptual dan Teori Keperawatan Calista Roy

Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual, sistem

atau skema yang menerangkan tentang serangkaian ide global tentang

keterlibatan individu, kelompok, situasi atau kejadian terhadap suatu ilmu dan

40
pengembangannya.Roy sebagai penerima asuhan keperawatan adalah

individu, keluarga, kelompok masyarakat yang dipandang sebagai “Holistic

adaptif system” dalam segala aspek merupakan suatu kesatuan. Roy dengan

fokus adaptasinya pada manusia, dalam teorinya terdapat 4 elemen esensial

yaitu keperawatan, manusia, kesehatan dan lingkungan.

1. Keperawatan, menurut Roy keperawatan didefinisikan sebagai disiplin

ilmu dan praktek. Keperawatan sebagai disiplin ilmu mengobervasi,

mengklasifikasikan dan menghubungkan proses yang berpengaruh

terhadap kesehatan. Keperawatan menggunakan pendekatan

pengetahuan untuk menyediakan pelayanan bagi orang-orang.

Keperawatan meningkatkan adaptasi individu untuk meningkatkan

kesehatan, jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih

khusus perkembangan ilmu keperawatan dan praktek keperawatan.

2. Manusia, menurut Roy manusia adalah sebuah sistem adaptif, sebagai

sistem yang adaptif manusia digambarkan secara holistik sebagai satu

kesatuan yang memiliki input, kontrol, output dan proses umpan balik.

Lebih khusus manusia didefinisikan sebagai sistem adaptif dengan


aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi nya

yaitu, fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.

3. Kesehatan, didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia

secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Dalam model

keperawatan konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi.

4. Lingkungan, digambarkan sebagai suatu keadaan yang ada di dalam

dan di luar manusia. Lingkungan merupakan input bagi manusia

sebagai suatu sistem yang adaptif.

41
Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai penerima

asuhan keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang

dipandang sebagai “Holistic adaptif system”dalam segala aspek yang

merupakan satu kesatuan.

System adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya

sebagai kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan

dari setiap bagian-bagiannya. System terdiri dari proses input, autput, kontrol

dan umpan balik dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Input

Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan

kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat

menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus

fokal, kontekstual dan stimulus residual.

a) Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan

seseorang, efeknya segera, misalnya infeksi .

b) Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang

baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat

diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini

muncul secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif

pada stimulus fokal seperti anemia, isolasi sosial.

c) Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan

situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan,

sikap, sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini

42
memberi proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada

pinggang ada yang toleransi tetapi ada yang tidak.

2. Kontrol

Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme

koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan

kognator yang merupakan subsistem.

a) Subsistem regulator

Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-

proses dan output. Input stimulus berupa internal atau eksternal.

Transmiter regulator sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks

otonom adalah respon neural dan brain sistem dan spinal cord yang

diteruskan sebagai perilaku output dari regulator sistem. Banyak proses

fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku regulator subsistem.

b) Subsistem kognator

Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun

internal. Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus

umpan balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol proses

berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian

dan emosi. Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses

internal dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajar

berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight

(pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan

keputusan adalah proses internal yang berhubungan dengan penilaian

43
atau analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan,

mempergunakan penilaian dan kasih sayang.

3. Output

Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati,

diukur atau secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam

maupun dari luar . Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem.

Roy mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptif atau

respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif dapat meningkatkan

integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat bila seseorang

tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan

kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan.

Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung

tujuan ini.

Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk

menjelaskan proses kontrol seseorang sebagai adaptif sistem. Beberapa

mekanisme koping diwariskan atau diturunkan secara genetik (misal sel

darah putih) sebagai sistem pertahanan terhadap bakteri yang menyerang

tubuh. Mekanisme yang lain yang dapat dipelajari seperti penggunaan

antiseptik untuk membersihkan luka. Roy memperkenalkan konsep ilmu

Keperawatan yang unik yaitu mekanisme kontrol yang disebut Regulator

dan Kognator dan mekanisme tersebut merupakan bagian sub sistem

adaptasi.(Hidayat, 2009)

44
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini :
1. Tumbuh kembang merupakan manifestasi yang kompleks dan perubahan
morfologi, biokimia, dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi sampai
maturitas/dewasa.
2. Komunikasi pada anak merupakan bagian penting dalam membangun
kepercayaan diri kita dengan anak. Melalui komunikasi akan terjalin rasa
saling percaya, rasa kasih sayang dan selanjutnya anak akan mamiliki suatu
penghargaan kepada dirinya.
3. Atraumatic care yang dimaksud disini adalah perawatan yang tidak
menimbulkan adanya trauma pada anak dan keluarga. Perawatan tersebut
difokuskan dalam pencegahan terhadap trauma yangmerupakan bagian dalam
keperewatan anak.
4. Teori keperawatan Barnard berfokus pada interaksi antara ibu-bayi dan
lingkungannya. Menurut teori ini, karakteristik individu dipengaruhi oleh
system ibu-bayi yang terjadi dan perilaku adaptifnya memodifikasi
karakteristik tersebut untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan system yang
ada.
B. Saran
Adapun saran dalam makalah ini adalah :
1. Semoga makalah ini tidak hanya sekedar sebagai salah satu syarat pemenuhan
tugas tetapi juga bisa dijadikan sebagai referensi untuk penugasan yang lain.
2. Semoga ners selalu meberikan motivasi kepada kami agar lebih semangat lagi
dalam mengerjakan tugas.

45
Daftar Pustaka

Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan 1. Jakarta: Salemba Medika.

Soetjiningsih, D. (2013). Tumbuh Kembang anak (2nd ed.). Jakarta: EGC.

Supartini, Y. (2012). Konsep Dasar keperawatan anak. (M. Ester, Ed.). Jakarta:
EGC.

46
PENILAIAN MAKALAH
N
Jenis Penilaian Skor Deskripsi Skor
o
Aspek yang dijelaskan lengkap,
4 integratif dan terintegrasi dengan nilai-
nilai Islam
Aspek yang dijelaskan lengkap,
3 terintegratif dan tidak terintegrasi
1 Kelengkapan konsep 30% dengan nilai-nilai Islami
Aspek yang dijelaskan masih kurang
2 lengkap
Aspek yang dijelaskan hanya sebagain
1 saja/ hanya menunjukkan sebagian
konsep
Diungkapkan dengan tepat, aspek
penting tidak dilewatkan, bahkan
4 analisis dan sintetis nya membantu
memahami konsep
Diungkap dengan tepat, namun
Kebenaran konsep 40% 3 deskriptif
2
Sebagian besar konsep sudah terungkap,
2 namun masih ada yang terlewatkan
Kurang dapat mengungkapkan aspek
1 penting, melebihi halaman, tidak ada
proses merangkum hanya mencontoh
Model buku yang dibuat, belum pernah
4 ataupun jarang ditemui

3 Penampilan buku yang unik dan menarik


3 Kreativitas buku 20%
Penampilan buku telah banyak ditemui di
2 khalayak

1 Penampilan buku yang sangat standard


4 Tata letak dan penyusunan kata dalam
buku sangat strategis dan memudahkan
pembaca untuk memahami isinya
3 Tata letak dan penyusunan kata dalam
Setting buku 10% buku mempermudah untuk dibaca
4
2 Tata letaknya berurut, sesuai konsep
namun kurang membantu pembaca, hanya
sekedar intisari
1 Tata letak tidak seperti buku, hanya seperti
rangkuman saja

47
PENILAIAN PRESENTASI

NO JENIS PENILAIAN DESKRIPSI SKOR


1 Kehadiran (10%) Hadir tepat waktu
Terlambat < 5 menit
Terlambat 5-10 menit
Terlambat > 15 menit

2 Aktivitas dan kreativitas Aktif dan Kreatif


(20%)
Kreatif tetapi kurang aktif
Aktif tetapi kurang kreatif
Pasif

3 Sikap dalam interaksi Menghargai sikap dan mampu berinteraksi


(20%) pada proses diskusi
Tingkatan sikap dan interaksi agak kuat
Tingkatan sikap dan interaksi agak lemah
Tidak serius dan menghambat proses
diskusi

4 Relevansi (30%) Relevansi dengan tujuan pembelajaran 90-


100 %
Relevansi dengan tujuan pembelajaran 70-
80%
Relevansi dengan tujuan pembelajaran 50-
60%
Diskusi di luar tujuan pembelajaran

5 Ketersediaan konsep Lengkap dan integratif dengan jumlah


Acuan (20) referensi di atas 10 jurnal
Lengkap, dengan jumlah referensi di atas
10 jurnal
Cukup lengkap, jurnal yang diacu antara
5-10 buah
Kurang lengkap, jurnal yang diacu kurang
dari 5 buah

48
49

Anda mungkin juga menyukai