Anda di halaman 1dari 6

Pengaruh Proses Menua Terhadap Perubahan Gingiva

Teguh wibowo
Mahasiswa kedokteran gigi
Program Study Kedokteran gigi Universitas Sriwijaya
Palembang - Indonesia

Abstract
Proses penuaan merupakan hal yang wajar yang akan dialami oleh setiap makhluk hidup dalam
hidupnya, termasuk manusia. Proses menua adalah proses biologis dimana hilangnya kemampuan sel-
sel dalam jaringan untuk mengganti atau memperbaiki dan mempertahankan fungsi pada keadaan
normalnya. Proses ini juga berhubungan dengan berbagai perubahan-perubahan local maupun sistemic
dalam tubuh. Begitu halnya perubahan ini juga meliputi perubahan didalam rongga mulut. Salah satu
jaringan lunak yang terdapat didalam rongga mulut adalah gingiva. Pada gingiva, terjadi perubahan
epitel menjadi lebih tipis, perubahan jaringan ikat, bahkan terjadi resesi gingiva. Perubahan tersebut
dialami gingiva karena beberapa pengaruh yang timbul akibat proses menua.

Pendahuluan
Proses menua atau penuaan adalah sesuatu hal yang tidak dapat kita hindari. Proses tersebut
merupakan proses biologik yang alami ditandai dengan berbagai macam perubahan-perubahan jaringan
yang disebabkan berbagai faktor serta dipengaruhi oleh waktu. Proses ini juga ditandai dengan
kemunduran kemampuan sel dalam menjalankan fungsinya (degeneratif sel) bahkan sampai kematian.
Proses ini mempengaruhi berbagai jaringan dan organ dalam tubuh manusia. Hal ini karena proses
penuaan mempengaruhi perubahan sel-sel tubuh.
Perubahan tersebut termasuk pada perubahan yang terjadi dirongga mulut manusia. Dalam rongga
mulut sendiri terdapat beberapa organ, yang diklasifikasikan menjadi jaringan keras dan jaringan lunak.
Jaringan keras terbagi atas, gigi. Sedangkan untuk jaringan lunak terdiri atas. Gigi terdiri atas berbagai
bagian, mulai dari email, dentin, sementum, pulpa, dan jaringan pendukung gigi. Jaringan pendukung
gigi disebut juga sebagai jaringan periodontal. Gingiva merupakan salah satu elemen jaringan yang
menyusun periodontium selain tulang alveolar, sementum dan ligamen periodontal.
Seperti halnya jaringan lain, jaringan periodontal juga mengalami perubahan akibat dari proses menua.
Banyak hal yang menyebabkan terjadinya perubahan tersebut, selain karena faktor alami yaitu usia,
perubahan tersebut juga dapat disebabkan oleh penyakit. Penelitian silang menunjukkan bahwa
prevalensi dan keparahan dari penyakit periodontal meningkat sejalan usia.(5,6,7). Penelitian Amerika
lainnya (15), menunjukkan bahwa usia secara tidak langsung berhubungan dengan parameter berikut :
• Adanya peradangan gingiva ( gingivitis )
• Akumulasi plak dan kalkulus
• Resesi gingiva
• Kedalaman poket periodontal

Secara umum penyakit yang menyerang periodontal terbagi atas gingivitis dan periodontitis.

Pembahasan
A. Proses Menua
Proses penuaan merupakan hal yang wajar yang akan dialami oleh setiap makhluk hidup dalam
hidupnya, termasuk manusia. Proses menua adalah proses biologis dimana hilangnya kemampuan sel-
sel dalam jaringan untuk mengganti atau memperbaiki dan mempertahankan fungsi pada keadaan
normalnya. Proses ini tidak dapat dihindari oleh manusia.
Ilmu yang mempelajari tentang penuaan ialah gerontologi. Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang penuaan yang digunakan untuk mencari dan mengklarifikasi penyebab dan konsekuensi
penuaan.2 Pengetahuan tentang batasan lanjut usia penting untuk kita ketahui, menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) batasan Lanjut usia meliputi:
• Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
• Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 74 tahun
• Lanjut usia tua (old) = antara 75 dan 90 tahun
• Usia sangat tua (very old) = diatas 90 tahun
Ada beberapa teori tentang penuaan, yaitu :
1. Teori Biologi
• Teori Seluler
Sel-sel dalam tubuh memiliki kemampuan membelah dalam jumlah yang terbatas. Maksudnya, pada
titik tertentu atau nilai tertentu sel tersebut tidak dapat lagi melakukan pembelahan. Rata-rata sel
memiliki kemampuan membelah sebanyak 50 kali. Selama kehidupan, sel pada sistem tubuh kita
cenderung mengalami kemunduran dan kerusakan bahkan kematian akibat dari berbagai hal, baik
karena usia maupun karena faktor penyakit. Untuk beberapa sistem, jika terjadi kerusakan atau
kematian sel maka sel tersebut tidak dapat diganti. Misalnya saja pada sistem saraf, sistem
musculoskletal dan jantung.
• Teori Sintesis Protein
Proses penuaan mempengaruhi sintesis protein dalam tubuh. Dimana akibat dari penuaan, protein
dalam tubuh terutama kolagen dan elastin menjadi kurang flexibel dan kurang elastin. Hal tersebut juga
mengenai jaringan tertentu misalnya saja kulit, kartilago yang kehilangan elastisitasnya pada lansia
sehingga kehilangan flexibilitasnya dan menjadi lebih tebal.

• Teori Keracunan Oksigen


Manusia mempunyai kemampuan untuk melawan efek racun oksigen dan kemampuan itu akan
menurun sebanding dengan bertambahnya usia, khususnya pada lansia. Hal itu diakibatkan karena
penurunan kemampuan sel tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung racun
dengan kadar yang tinggi, dan membuat bentuk atau struktur membarane sel mengalami perubahan
dan rigid. Sedangkan fungsi dari membrane sel adalah untuk memfasilitasi sel dalam berkomunikasi
dengan lingkungan yang juga mengendalikan proses pengambilan nutrient dan proses ekskresi zat-zat
toksik dari dalam sel yang dipengaruhi oleh rigriditas membarane tersebut.

• Teori Sistem Imun


Sistem imunitas ialah kemampuan tubuh dalam merespon segala sesuatu yang masuk kedalam tubuh
serta kemampuan untuk mempertahankan keadaan agar tubuh tetap dalam keadaan normalnya. Sistem
yang terbagi menjadi sistem imun spesifik dan non-spesifik ini, akan mengalami hal yang sama seperti
sistem yang lainnya akibat dari proses penuaan yaitu kemunduran. Hal itu yang menyebabkan pada
umumnya lansia sangat rentan terhadap berbagai macam penyakit. Jika terjadi kemunduran pada sistem
limfatik khususnya sel darah putih maka merupakan kemunduran yang besar pada proses penuaan.
Hal ini dimanifestasikan dengan meningkatnya infeksi, penyakit autoimun dan kanker. Perlu diketahui
juga bahwa, sistem imunitas seseorang secara tidak langsung juga dapat mempengaruhi proses menua.
Misalnya saja infeksi yang menyerang organ tertentu, sehingga mengakibatkan terjadinya penyakit yang
kemudian memacu terjadinya proses menua. Jadi dapat disimpulkan, bahwa terdapat hubungan timbal
balik antara sisterm imun dengan proses menua.

2. Teori Psikologi
Secara tidak langsung keadaan psikologi seseorang dapat menjadi salah satu faktor yang sangat
mendukung percepatan proses menua. Stres adalah salah satu contoh keadaaan psikologi ini. Stres
sendiri dapat berupa :
• Fisik : radiasi, trauma dan lain-lain
• Biologik : efek radikal bebas, obat-obatan,infeksi
• Psikososial

B. Perubahan gingiva
Jaringan periodontal disebut juga dengan jaringan pendukung gigi. Jaringan ini terdiri dari Gingiva,
Ligamen periodontal, Sementum, dan Processus alveolaris.
Gingiva adalah bagian dari mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi lingir (ridge)
alveolar. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya gingiva merupakan bagian dari apparatus pendukung
gigi yang membentuk hubungan dengan gigi. Gingiva berfungsi untuk melindungi jaringan dibawah
perlekatan gigi terhadap pengaruh lingkungan rongga mulut. Ada tidaknya jaringan ini tergantung oleh
gigi itu sendiri, dimana ketika gigi sudah tidak ada perlahan-lahan gingiva pun akan menghilang.
Dalam keadaan sehat gingiva bewarna merah muda (pink) keras, mempunyai tepi yang tajam seperti
pisau (knife edge) dan scalop agar sesuai dengan kontur gigi-geligi. Warna dari gingival bervariasi antara
orang yang berkulit terang dengan orang yang berkulit gelap, hal ini disebabkan karena jumlah pigmen
melanin pada epithelium, derajat kreatinisasi epithelium dan vaskularisasi serta sifat fibrosa dari
jaringan ikat dibawahnya. Untuk sifat imunitasnya gingiva memiliki efisiensi mekanisme pertahanan
tersendiri yang mencakup :
1. Aliran saliva dan kandungan saliva, misalnya lisozim, Ig A
2. Pergantian sel dan deskuamosi permukaan.
3. Aktivasi mekanisme imun.

Dentogingival merupakan perlekatan antara gigi dengan mukosa mulut. Perlekatan ini merupakan satu-
satunya perlekatan pada tubuh antara jaringan lunak dengan jaringan kalsifikasi yang terpapar terhadap
lingkungan eksternal.

Papila interdental mengisi ruangan yang terdapat diantara sela-sela gigi. Gingiva terbagi menjadi 2
bagian yaitu margin gingiva dan attached gingiva.

Gingiva margin (tepi gingiva)


Membentuk cuff selebar 1-2 mm disekitar leher gigi dan dinding bagian luar dari leher gingiva yang
mempunyai kedalaman 0-2 mm. Tepi gingiva terdiri dari serabut-serabut jaringan ikat, dan ditutupi oleh
ephitelium squamosa stratifikasi yang dapat mengalami pergantian berkesinambungan melalui
reproduksi sel yang berkelanjutan pada lapisan terdalam dan lepasnya lapisan superficial.
Atacched gingiva
Memiliki lebar yang bervariasi dari 0-9 mm, dengan perlekatan terbesar pada regio insisivus (3-5 mm)
dan tersempit pada regio kaninus dan premolar bawah. Atacched gingiva meluas dari groove gingiva
bebas ke pertautan mucogingival dimana akan bertemu dengan mukosa alveolar. Mukosa alveolar
adalah suatu mukoperiosteum yang melekat erat dengan tulang alveolar dibawahnya.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya perubahan pada gingiva. Diantaranya karena
usia itu sendiri dan karena faktor penyakit.
Perubahan karena faktor Usia
Karena sifat dari sel tubuh manusia yang memiliki usia yang terbatas, secara perlahan dengan
bertambahnya usia manusia khususnya ketika kita mencapai usia lansia mengakibatkan sel-sel dalam
tubuh kita secara alami akan mengalami proses degeneratif. Dimana akan terjadi kemunduran-
kemunduran dari kemampuan fungsinya sendiri dan kemampuan mekanisme imunitasnya sehingga
akan mudah terekspos penyakit.
Hal itu juga berlaku pada gingiva, gingiva akan menngalami serangkaian perubahan terkait faktor alami
ini. Sel epitel dari gingiva akan bertambah tipis, kurang berkeratin dan terdapat kepadatan sel.
Keratinisasi epitel gingiva yang menipis dan berkurang terjadi berkaitan dengan usia. Keadaan ini berarti
permeabilitas terhadap antigen bakteri meningkat, resistensi terhadap trauma fungsional berkurang,
atau keduanya.6 Jaringan ikatnya sendiri, akan berubah dari tekstur yang halus menjadi lebih padat dan
jaringan bertekstur kasar. Komponen seluler dari jaringan ikat gingiva akan berkurang. Pada sambungan
antara epitel dan jaringan ikat juga berubah sesuai usia dari sambungan (antarmuka) tipe lingir (ridge)
menjadi tipe papila.(23ndith).
Salah satu penelitian epidemiologi awal mengenai prevalensi penyakit periodontal dan tanggalnya gigi
pada populasi dewasa diAmerika serikat menunjukkan bahwa penyakit periodontal tidak umum terjadi
pada usia 18 tahun.(3ndith) bahkan, setelah usia 40 tahun terjadi kerusakan keadaan tak bergigi yang
cepat dan pada usia 60 tahun, sekitar 60 % gigi-geligi sudah tanggal dan hanya 20 % subjek yang masih
bergigi.4ndith
Perubahan karena faktor Penyakit
Penyakit-penyakit yang sering mengenai gingiva diantaranya adalah gingivitis (peradangan pada gingiva)
dan resesi gingiva. Gingivitis adalah peradangan pada gingiva, dengan tanda atau gejalanya adalah nyeri
lokal atau menyeluruh pada gingiva, rasa gatal dalam gingiva, halitosis, perdarahan gingiva akibat
penyikatan gigi, adanya bercak-bercak darah pada bantal dipagi hari, membengkaknya gingiva dan
terbentuknya poket gingiva.4 Patogensis dari gingivitis terdiri dari 4 tahap (stage) yaitu :
1. Stage I gingivitis : Inisial lesion
Manifestasi pertama dari inflamasi ginggiva adalah perubahan vaskularisasi yaitu dilatasi kapiler dan
peningkatan aliran darah. Secara klinis, respon awal ginggiva terhadap bakteri plak ini tidak kelihatan.

2. Stage II gingivitis : The Early Lesion


The early lesion berkembang dari initial lesion dalam 1 minggu setelah permulaan akumulasi plak.
Secara klinis, early lesion mugkin tampak seperti gingivitis awal, yang berkembang dari inisial lesion.
Tanda-tanda klinis eritema dapat terlihat, terutama proliferasi kapiler dan peningkatan formasi loop
kapiler antara rete pegs atau ridges.

3. Stage III gingivitis : The Estabilished lesion


Established lesion karakteristiknya berupa predominan sel plasma dan limfosit B dan kemungkinan
berhubungan dengan pembentukan batas poket gingival kecil dengan poket epithelial. Pada gingivitis
kronis (stage III), yang terjadi 2 atau 3 minggu setelah permulaan akumulasi plak, pembuluh darah
menjadi engorged dan padat, vena kembali dirusak, dan aliran darah menjadi lambat. Hasilnya adalah
anoxemia ginggiva local, yang ditandai dengan adanya corak kebiru-biruan pada gusi yang merah.

4. Stage IV gingivitis : The Advance Lesion


Perluasan lesi kedalam tulang alveolar merupakan karakter dari stage ke empat yang disebut advanced
lesion. Secara mikroskopik, terdapat fibrosis pada gingival dan manifestasi inflamasi yang menyebar dan
kerusakan jaringan imunopatologi. Pada dasarnya,dalam advanced lesion, sel plasma berlanjut
mendominasi jaringan ikat, dan neutrofil berlanjut mendominasi epithelial junction dan celah gingival.
Tabel Stage of Gingivitis
STAGE TIME (DAYS BLOOD VESSELS JUNCTIONAL AND SULCULAR EPITELIUM PREDOMINANT IMUNE
CELL COLLAGEN CLINICAL FINDINGS
I. Initial Lesion 2-4 Dilatasi vaskular Infiltrasi oleh PMN`s PMN`s Kehilangan perivaskular Aliran cairan
gingiva
II. Early lesion 4-7 Proliferasi vaskular Sama seperti stage I; rete peg formation; area atropik Limfosit
Kehilangan meningkat sekitar infiltrasi Erytema; perdarahan dalam pemeriksaan
III. Established Lesion 14-21 Sama seperti stage II,ditambah stasis darah Sama seperti stage II,tapi
tingkatnya lebih tinggi Plasma sel Terus kehilangan Perubahan warna, ukuran, tekstur, dll

Penelitian gingivitis eksperimental memberikan fakta empiris bahwa akumulasi biofilm bakteri pada
permukaan gigi bersih menghasilkan perkembangan proses inflamasi di sekitar jaringan gingival. Pada
dasarnya, tanda-tanda klinis gingivitis berupa : kemerahan pada jaringan gusi, perdarahan , perubahan
kontur, dan adanya kalkulus atau plak. Pemeriksaan histology pada gingival yang mengalami inflamasi
menyebabkan ulserasi epithelium. Perbaikan ulserasi pada epithelium ini tergantung pada proliferasi
atau regenerasi dari aktivitas sel epitel.

Tanda klinis yang ditemukan pada gingivitis yaitu :


• Perdarahan gingiva saat probing
• Perdarahan gingiva karena faktor lokal
• Perdarahan gingiva karena dampak dari faktor sistemik
• Perubahan warna pada gingiva
• Perubahan warna terkait dengan faktor sistemik
• Perubahan konsistensi gingiva
• Perubahan tekstur permukaan gingiva
• Perubahan posisi gingiva
• Perubahan kontur gingiva

Penyakit gingiva lainnya y sering terjadi Resesi gingiva . Resesi merupakan terlihatnya permukaan akar
dengan bagian apex pada posisi gingiva. Posisi sebenarnya adalah bagian di mana terdapat pelekatan
epitel pada gigi, sedangkan posisi yang terlihat adalah bagian puncak batas gingiva. Terdapat dua jenis
resesi: Visible (terlihat), yang secara klinis bisa terlihat, dan Hidden (tersembunyi), yang tertutupi oleh
gingiva dan hanya bisa diukur dengan memasukkan sebuah alat pada bagian yang berepitel.
Resesi merujuk pada lokasi gingiva, bukan pada kondisinya. Gingiva yang menyusut selalu mengalami
inflamasi, tapi mungkin normal, kecuali untuk posisinya. Resesi bisa terdapat pada salah satu gigi atau
suatu kelompok gigi atau dapat secara umum pada keseluruhan mulut. Resesi gingiva meningkat seiring
usia; peristiwa ini bervariasi dari 8% pada anak-anak sampai 100% setelah usia 50 tahun. Hal ini
membuat beberapa peneliti berasumsi bahwa resesi merupakan sebuah proses fisiologis yang berkaitan
dengan usia.

Kesimpulan
Proses menua adalah suatu proses yang alami dimana terjadi kemunduran dan berkurangnya
kemampuan sel dalam melaksanakan berbagai fungsinya. Gingiva merupakan jaringan lunak dalam
rongga mulut yang termasuk dari bagian periodontium, yang juga mengalami perubahan tersebut.
Perubahan gingiva ini terdiri dari berbagai faktor yang secara tidak langsung berhubungan dengan
proses menua. Perubahan sel, baik secara alami (karena faktor langsung dari usia) maupun karena
akibat dari penyakit yang mengenai jaringan gingiva, merupakan faktor yang sangat mendasar dalam
menghubungkan perubahan gingiva dengan proses menua. Perubahan gingiva secara alami pasti akan
terjadi akibat dari sifat dasar sel yang memiliki usia yang terbatas dan akan dipercepat dengan faktor
penyakit yang menyerang gingiva, begitu juga dengan sebaliknya.

Daftar Pustaka
1. Eley BM, Manson JD. Buku Ajar Periodonti. Ed 2. Jakarta: Hipocrates,
2. Trikarjana P. Biologi Mulut I. Palembang: xxx, 2004
3. Dixon AD. Buku pintar Anatomi untuk Kedokteran Gigi. Ed 5. Jakarta: Hipocrates,
4. Ogston R, Harty FJ. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC, 1995
5. Lawler W, Ahmed A, dan Hume WJ. Buku Pintar Patologi untuk Kedokteran Gigi. Cetakan II. Jakarta :
2002
6. Spackman SS, Janet GB., 2006. Periodontal Treatment for Older Adults, in (Carranza’s Clinical
Periodontology). 10th ed, St.louis: WB Saunders Company, 93 – 97, 675 - 691.
7. Wall A, Barnes IE. Perawatan Gigi Terpadu untuk Lansia. Jakarta: EGC,

Anda mungkin juga menyukai