1362221005
Materi 1 : Gedeg
Gedeg adalah anyaman bambu yang banyak dijumpai pada bangunan pemukiman sebagai
dinding, sekat, pintu, jendela, penutup lantai, dan langit-langit. Dinding gedek pada umumnya
dijumpai pada rumah sederhana. Gedek dipakukan pada rangka kayu atau bambu, dengan sisi
kulit yang keras dan tahan terhadap cuaca dihadapkan ke luar rumah, sedang bagian lunak
menghadap ke dalam.Gedek dengan kualitas baik dapat dibuat dari kulit bambu. Gedek kulitan
ini cukup keras dan tidak banyak mengandung pati sehingga kumbang bubuk tidak memakannya.
Desa Banjaran adalah sebuah desa tradisional yang sangat terkenal sebagai salah satu
pusat kerajinan anyaman bambu di Kabupaten Purbalingga. Sebagian besar mata pencaharian
masyarakatnya adalah sebagai pengrajin anyaman bambu. Hasil kerajinan anyaman bambu yang
terkenal dari desa ini adalah gedek. Masyarakat di Desa Banjaran memanfaatkan bambu sebagai
bahan baku pembuatan gedek. Hampir di setiap rumah, masyarakat Desa Banjaran memproduksi
gedek, biasanya pekerja merupakan satu keluarga, dan seluruh anggota keluarga memiliki tugas
masing-masing, dimulai dari pengambilan bambu, pembilahan, penjemuran, sampai proses
penganyaman. Semuanya sangat terampil dan memang kerajinan membuat gedeg dari bambu ini
sudah dilakukan secara turun-temurun.
Tumbuhan yang akan digunakan untuk membuat anyaman bambu harus memiliki serat
yang panjang dan kuat. Salah satu ragam tumbuhan yang memenuhi kedua persyaratan tersebut
adalah bambu. Indonesia sebagai salah satu negara tropis di dunia memiliki sumber daya bambu
yang cukup potensial. Sumber daya bambu yang cukup melimpah tersebut perlu ditingkatkan
pemanfaatannya agar dapat memberi sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi lokal maupun
nasional.
Gedek yang khas dan kaya variasi dibuat dari berbagai jenis bambu. Sekalipun pada
umumnya, hampir semua bambu dapat digunakan untuk anyaman, tetapi di Desa Banjaran pada
umumnya menggunakan bambu tali (Gigantochloa apus) dan bambu wulung atau bambu hitam
(Gigantochloa atroviolaceae) untuk membuat gedek.
Setiap bambu mempunyai peran utama masing-masing pada jenis produk anyaman
tertentu.Untuk memperoleh gedek dengan motif yang menarik, maka perlu dikombinasi dua jenis
bambu, bambu wulung dan bambu tali. Gedek semacam ini cukup mahal, namun cukup artistik
sehingga banyak dipakai pada bangunan-bangunan wisata. Sesuai dengan kemajuan teknologi
dan tuntutan zaman, produk anyaman bambu semakin beraneka ragam. Muncul motif-motif baru
dan pemakaian warna sebagai penghias produk. Demikian juga, selain mempergunakan pewarna
alami, beraneka warna cat meramaikan produk yang dihasilkan.
Cara Pembuatan Bedeg :
1. Bambu ditebang dari pohonnya, dicari yang batangnya kira-kira sudah tua dan tebal.
Masing-masing dipotong pangkalnya sepanjang ±50 cm untuk menghilangkan bagian
batang bambu dengan ruas yang tidak beraturan.
2. Batang bambu tersebut dipotong-potong dengan panjang yang sama, misalnya untuk
membuat gedek ukuran 3×3 meter, bambu dipotong dengan ukuran 3 meter.
3. Batang bambu yang akan dibelah diukur diameternya dan tebal dindingnya.
4. Batang bambu dibelah menjadi empat bagian, kemudian dilakukan peliningan, yaitu
bambu dibelah-belah lagi menjadi beberapa bagian dengan ukuran yang sama
menggunakan alat belah bambu.
5. Setelah itu, dilakukan pengiratan, yaitu belahan bambu tadi dibelah atau dikirat setipis
mungkin agar mudah untuk dianyam. (Banyaknya bilah bambu yang dihasilkan
tergantung dari besarnya diameter bambu yang dibelah).
6. Bilah bambu dibuat setipis mungkin, Bilah bambu dijemur dibawah sinar matahari
sampai kering agar tidak lembab dan berjamur.
7. Bilah bambu dijejerkan dan disusun terlebih dahulu sebelum dianyam, kemudian
dianyam secara manual sesuai motif yang diinginkan.
8. Untuk motif anyaman, digunakan bilah bagian luar bambu tali dengan warna hijau alami,
atau digunakan bambu wulung untuk warna hitam alami.
Pembelahan Bambu
Untuk satu batang bambu dapat menghasilkan lebih dari dua lembar bedeg yang harganya
satu satu lembar bedeg bambu Rp. 16.000. Sementara harga satu lembar bedeg yang terbuat dari
kulit bambu dapat mencapai Rp. 70.000
Bedeg merupakan sebuah produk yang dihasilkan dari bamboo, dimana dalam interior
bedeg digunalan sebagai bahan finishing, dan yang paling dominan adalah finishing pada
dinding dan plafon.
Dimasa sekarang penggunaan bedek identik dengan bangunan atau rumah pedesaan,
namu dengan kreatifitas arsitektur bedeg diaplikasi pada bangunan komersil dan menjadi bahan
yang menarik dan unik. Salah satu bangunan public yang menggunakan gedeg adalah villa dan
resort. Hal ini karena villa maupun resort dengan konsep natural semakin banyak berkembang
khususnya di Bali. Hal ini menjadi ikon yang sangat unik dan jarang di lihat oleh tamu asing. Hal
ini mejadi daya tarik tersendiri. Daerah yang banyak menggunakan bedeg terletak di Ubud
Gianyar Bali.
Pada villa villa di Ubud Gianyar gedeg digunakan sebagai material finishing plafon yang
dipadukan dengan gypsum.
Pada Suite Hotel Kayon satu Bedeg ini
digunkan pada finishing plafon yang
dipadukan dengan gypsum, kemudian
disekelilingya di taruh lampu. Ini
memberikan kesan alami pada ruangan
ini merupakan sebuah kenukin dan
meraik wisatawan untuk lebih tertarik.
Batu koral adalah material bangunan yang murni berasal dari alam tanpa melalui proses
pabrikasi. Batu koral sangat membantu untuk menciptakan desain dengan tema alami.
Penggunaan batu jenis ini biasanya difokuskan pada area lantai, dinding dan tiang. Aneka jenis
batu koral memiliki warna-warna cantik alami. Terlepas dari jenisnya, pemasangan batu koral
tetaplah sama, yaitu dengan merekatkan koral mengguakan adonanan
Batu sikat atau lebih dikenal dengan sebutan batu ampyang memang sangat ideal sebagai
penghias lantai. Kelebihan batu sikat atau batu ampyang adalah tidak licin, pola dapat
disesuaikan sesuai selera, perawatan cukup mudah, bahan terbuat asli dari alam (tidak ada unsur
kimia, pewarna sehingga warna batu dapat bertahan selamanya asalkan batu tersebut tidak
dibongkar) dan memberikan kesan alami yang akan membawa lingkungan sekitar menjadi indah.
1. Koral bengkulu
Koral jenis ini adalah jenis favorit masyarakat Indonesia. Warnanya keabu-abuan dengan
ukuran yang relative kecil layaknya batu krikil. Sekilas, tak ada perbedaan antara batu Bengkulu
dengan batu kali, akan tetapi jika diperhatikan dengan lebih seksama batu Bengkulu memiliki
tekstur yang lebih halus. Batu bengkulu menjadi favorit karena harganya yang murah serta
sangat coock untuk desain eksterior.
Ada dua cara cara pemasangan koral sikat, cara yang pertama adalah dengan disebar.
Setelah adukan diratakan diatas bidang pasang, koral sikat kemudian di sebarkan diatas adukan,
setelah koral sikat tersebar rata, ratakan sedemikian rupa dengan sendok aduk hingga seluruh
permukaan tertanam dalam adukan. Setelah adukannya setengah kering (jangan tunggu kering),
sikat permukaan koral sikat yang masih tertanam adukan itu memakai sikat kawat tembaga yang
tidak terlalu kasar sampai koral sikatnya tampak. Sikat kembali dengan menggunakan sikat injuk
untuk semakin membersihkan adukan dari permukaan koral sikat. Pada proses penyikatan ini
dapat lebih di optimalkan dengan menaburkan semen dan pasir kering di atas permukaan koral
sikat dengan tujuan agar adukan basah dapat tergerus dan menempel pada semen dan pasir yang
kering tadi. Semen dan pasir sisa dapat dijadikan adukan untuk bidang yang lain. Gunakan juga
spon/busa basah untuk finishing-nya, usapkan pada seluruh permukaan koral sikat untuk hasil
lebih baik.
Cara kedua adalah meng-kolek yaitu mencampurkan langsung atara koral sikat dengan
adukan atau acian semen. Cara ini sangat boros koral sikat dan biasanya hanya di pergunakan
untuk bidang tegak saja.
Bangunan yang menggunaakan material ini adalah villa dan resort terutama pada bagian
inerior toilet dan juga border lantai. Salah satu villa yang banyak menggunakan batu koral sikat
adalah The Udaya Resort and Spa Ubud, Gianyar. Dapat kita lihat pada gambar dibwah ini :