0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
140 tayangan18 halaman
Teks tersebut membahas tentang tiga jenis asesmen yaitu internal, eksternal mandiri, dan eksternal oleh badan sertifikasi internasional. Asesmen internal dilakukan untuk meningkatkan sistem manajemen mutu secara berkelanjutan, sedangkan eksternal untuk mengevaluasi dan memberikan peringkat atau sertifikasi. Keduanya penting untuk menjamin kualitas pelaksanaan program sertifikasi di pengadilan agama.
Teks tersebut membahas tentang tiga jenis asesmen yaitu internal, eksternal mandiri, dan eksternal oleh badan sertifikasi internasional. Asesmen internal dilakukan untuk meningkatkan sistem manajemen mutu secara berkelanjutan, sedangkan eksternal untuk mengevaluasi dan memberikan peringkat atau sertifikasi. Keduanya penting untuk menjamin kualitas pelaksanaan program sertifikasi di pengadilan agama.
Teks tersebut membahas tentang tiga jenis asesmen yaitu internal, eksternal mandiri, dan eksternal oleh badan sertifikasi internasional. Asesmen internal dilakukan untuk meningkatkan sistem manajemen mutu secara berkelanjutan, sedangkan eksternal untuk mengevaluasi dan memberikan peringkat atau sertifikasi. Keduanya penting untuk menjamin kualitas pelaksanaan program sertifikasi di pengadilan agama.
(Kompetensi dan Peran Asesor Internal pada Implementasi SAPM Peradilan Agama) Oleh : Zikri, S.H.I., M.H. (Hakim pada Pengadilan Agama Binjai) A. Pendahuluan Semangat aparatur Peradilan Agama se-Indonesia untuk mensukseskan program Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI untuk mengimplementasikan Sertifikasi Akreditasi Penjaminan Mutu (SAPM) sangat luar biasa. Pada tahap I saja, terdapat 112 pengadilan dari 359 pengadilan tingkat pertama di lingkungan Peradilan Agama yang telah melakukan penyusunan dokumen standar, namun hanya 98 Pengadilan Agama yang berhasil mendapatkan penilaian Akreditasi Penjaminan Mutu (APM) yang diklasifikasikan berdasarkan kelas pengadilan. Rincian sertifikasinya, 82 pengadilan berpredikat A Excellent dan 16 pengadilan mendapatkan predikat B. Saat ini, seluruh pengadilan tingkat banding dan ratusan pengadilan tingkat pertama di lingkungan Peradilan Agama yang tergabung dalam tahap II kembali berjibaku mensukseskan program SAPM tersebut. Seluruh pengadilan yang telah tersertifikasi pada tahap I dan pengadilan-pengadilan yang sedang mengimplementasikan SAPM tahap II, dapat dipastikan bahwa seluruh aparaturnya saat mendeklarasikan implementasi Sertifikasi Akreditasi Penjaminan Mutu (SAPM) memiliki passion yang sama dalam membangun program SAPM. Terwujudnya implementasi SAPM tersebut adalah karena niat, semangat, komitmen, kekompakan, kerja keras, kerja sama dan pengorbanan. Passion tersebut semuanya menyatu dalam step by step proses implementasi sejak self asesment hingga dag dig dug menunggu hasil rapat penilaian akhir oleh Komite SAPM Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama. Untuk menjamin terwujudnya implementasi SAPM tersebut, salah satu proses yang sangat penting adalah penilaian (assesment), baik self 2
assesment, internal asesmen maupun eksternal asesmen. Self assesment
dan internal asesmen tidak ubahnya laksana menilai diri sendiri yang di dalamnya penuh gejolak dan tantangan, jika tidak bijak maka seperti mendulang air di dalam tempayan. Ternyata, niat perubahanlah yang meluruskan semua, bahwa dalam melayani, terdapat aturan yang mengikat dan ada harapan yang harus diwujudkan. Tulisan ini hadir untuk melengkapi khazanah referensi bekerja para mujahid SAPM yang telah dipahami bersama akan pentingnya proses asesmen internal dan asesor internal pada program SAPM Peradilan Agama. Sangatlah menarik untuk melihat siapa yang layak menjadi asesor internal? Kapan dan bagaimana asesor bekerja? Yang semuanya akan diuraikan dalam bingkai “peran dan tanggung jawab asesor internal pada SAPM Peradilan Agama”.
B. Pengertian Asesmen Internal
Asesmen adalah kata serapan dari bahasa Inggris yang berarti penilaian. Diambil dari kata to assess (kata kerja dengan objek) yang berarti membebani, menaksir, menilai. Internal juga kata serapan dari Bahasa Inggris yang diambil dari kata intern yang berarti di kalangan sendiri atau dalam lingkungan sendiri. Asesmen atau lebih masyhur dengan kata audit - istilah dalam sertifikasi Manajemen Mutu ISO 9001 – secara sederhana adalah proses penilaian dari lembaga yang ditunjuk dan berwenang terhadap suatu organisasi dalam memenuhi kesesuaian terhadap syarat kebakuan atau standar tertentu. Institute of Internal Auditor (IIA) mendefinisikan audit internal sebagai berikut: Internal Audit is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an organization’s operation. It helps organization accomplish its objectives by bringing as systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiviness of risk management, control dan governance processes. 3
(Audit internal adalah aktivitas independen, objektif dan konsultasi
yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Ini membantu organisasi mencapai tujuannya secara sitematis, pendekatan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manjemen resiko, pengendalian intern dan proses tata kelola). Asesmen atau audit harus dilakukan secara independen, objektif, sistematis, dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti asesmen dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sejauhmana kriteria asesmen telah dipenuhi. Bukti-bukti asesmen, berupa rekaman, pernyataan mengenai fakta atau informasi lain yang diberikan terkait dengan kriteria asesmen dan harus dapat diverifikasi. Sedangkan kriteria asesmen merupakan seperangkat kebijakan, prosedur atau persyaratan. Kriteria asesmen inilah yang digunakan sebagai acuan pembanding atau rujukan terhadap bukti-bukti asesmen. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa asesmen internal atau audit internal adalah proses penilaian yang dilakukan oleh kalangan sendiri, secara sistematis, independen dan terdokumentasi sebagai bukti dan bahan evaluasi secara objektif untuk mengukur sejauhmana proses telah dilakukan sesuai prosedur atau standar yang telah ditetapkan.
C. Jenis Asesmen dan tujuannya
Berdasarkan kepentingan dan tujuannya, asesmen dapat diklasifikasikan dalam 3 jenis, yaitu: 1. Asesmen internal Asesmen internal merupakan asesmen yang dilakukan oleh, untuk dan atas nama organisasi itu sendiri. Asesmen jenis ini dilakukan untuk menguji dan meningkatkan sistem manajemen mutu secara berkesinambungan. Sementara dalam sistem ISO 9001 baik versi 2008 maupun versi 2015, 4
asesmen internal tersebut juga merupakan salah satu kalusul
persyaratan manajemen mutu ISO. Pada asesmen jenis ini, mekanisme pengendalian digunakan pihak manajemen dan dilakukan juga untuk membuktikan bahwa sistem manajemen mutu tetap terpelihara. Di samping itu, asesmen internal juga bertujuan untuk menemukan dan mengoreksi sesuatu yang tidak sesuai sebelum ditemukan dan dilaporkan oleh asesmen eksternal atau pihak ketiga. Bahkan dengan adanya asesmen internal ini, sebuah organisasi bisa mengetahui skoring penilaian atau persentase ketaatan aparatur dalam mengimplementasikan SAPM. Sehingga manajemen mutu selalu dapat diukur dan diketahui perkembangannya karena implementasinya sangat berkemungkinan untuk tetap, meningkat atau bahkan turun. 2. Asesmen Eksternal Mandiri Asesmen ekternal merupakan asesmen yang dilakukan oleh pihak independen yang ditunjuk oleh badan berkompeten untuk itu, misalnya badan yang lebih tinggi tempat bernaungnya suatu organisasi yang sebelumnya telah dilakukan asesmen internal. Sebagai pihak independen, sehingga boleh jadi asesor eksternal yang ditunjuk tersebut adalah anggota dari organisasi yang dilakukan asesmen terhadapnya. Tujuan dilakukannya asesmen ekternal ini, lebih luas dari tujuan asesmen internal, disamping dilakukan untuk tujuan yang sama sebagaimana asesmen internal, asesmen eksternal tentu saja bertujuan untuk menyeleksi dan mengevaluasi sistem manajemen mutu yang dimplementasikan. Pada asesmen jenis ini, pihak independen yang ditunjuk tersebut menilai kinerja manajemen mutu dan melakukan verifikasi manajemen mutu untuk diberikan peringkat atau predikat sebagai sebuah pengakuan atas program sertifikasi. 3. Asesmen Eksternal oleh Badan Sertifikasi Dunia 5
Asesmen eksternal jenis ini adalah asesmen yang dilakukan oleh
lembaga independen yaitu badan sertifikasi dunia yang menjalankan usahanya di Indonesia dan telah di-akreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Selaku Komite yang bertanggung jawab dan berwenang menyelenggarakan sistem akreditasi dan sertifikasi di Indonesia, pada Agustus 2000 KAN telah menandatangi MoU tentang saling pengakuan untuk sistem manajemen mutu pelayanan sebagai anggota International Accreditation Forrum (IAF) yang anggotanya lebih dari 100 negara di dunia dan juga sebagai anggota Pacific Accreditation Corporation (PAC) yang anggotanya terbatas hanya untuk regional Asia Pasifik. Asesmen eksternal oleh badan-badan sertifikasi dunia pada prinsipnya juga dilakukan untuk menilai kesesuaian sistem manajemen mutu organisasi terhadap standar-standar yang telah ditetapkan - sebagaimana halnya yang dilakukan pada jenis asesmen eksternal mandiri - sekaligus juga melakukan verifikasi manajemen mutu untuk diberikan peringkat atau predikat sebagai sebuah pengakuan atas program sertifikasi. Pengakuan atas standar sistem manajemen mutu yang diberikan oleh lembaga asesmen jenis ini, memiliki pengakuan internasional, karena penilaiannya sesuai standar internasional. Ketika program ISO 9001 versi 2008 atau versi 2015 diterapkan di lebih dari 50 Pengadilan Agama dan program SAPM Peradilan Agama tahap I diimplementasikan di 112 Pengadilan Agama di seluruh Indonesia, praktek asesmen yang dilakukan juga terkait dengan tiga jenis asesmen tersebut. Maka berdasarkan praktek jenis-jenis asesmen yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan beberapa kelebihan dan kekurangan dari masing-masing jenis asesmen tersebut. Pada asesmen internal, asesor yang ditunjuk berasal dari aparatur intern organisasi, misalnya dari hakim atau pegawai setelah 6
mendapatkan pendidikan dan latihan asesor. Kelebihan asesmen
internal antara lain adalah asesor internal memiliki kesempatan untuk terus belajar dan kesempatan bertindak sebagai subjek dalam program sertifikasi dan implementasinya pada organisasi tempatnya bekerja. Sehingga, asesor tersebut memiliki pemahaman mendalam terhadap proses implementasi SAPM dan memudahkannya dalam pelaksanaan asesmen dan ketepatan penilaiannya. Adapun kekurangan asesmen internal, asesor internal hanya mendapatkan kursus singkat tentang asesmen dan terbatas kemampuannya untuk mendapatkan akses jika ada perkembangan terbaru dalam perjalanan program sertifikasi yang terus berkembang, hal tersebut disebabkan karena keterlibatannya hanya sebatas lingkup organisasi tempatnya bekerja, serta berpotensi tidak objektif karena menilai tempatnya sendiri bekerja. Pada asesmen eksternal mandiri, asesor yang ditunjuk berasal dari Pegawai Badilag atau Pegawai tertentu pada Pengadilan Tinggi Agama maupun Hakim-Hakim tinggi yang telah memiliki sertifikat asesor. Kelebihan asesmen eksternal mandiri ini antara lain, asesornya lebih tuntas mendapatkan pendidikan dan latihan asesmennya, para asesornya juga jauh memiliki lebih banyak pengalaman karena kewenangan wilayah asesmennya lingkup nasional. Bahkan yang ditunjuk menjadi asesor eksternal adalah orang-orang yang terlibat pada proses membangun sistem SAPM Peradilan Agama. Pada asesmen jenis ini asesor juga dapat terus menerus memperbaharui pengetahuan perkembangan program SAPM, karena keterlibatannya secara nasional. Sehingga, asesor ekternal mandiri tersebut dapat memiliki pemahaman secara paripurna terhadap proses sertifikasi dan memudahkannya dalam pelaksanaan asesmen dan ketepatan penilaiannya. Adapun kekurangan pada asesmen eksternal adalah terbatasnya jumlah personil asesor, sehingga pelaksanaan asesmen ini membutuhkan waktu yang lama dan sangat menguras energi para 7
asesor eksternal serta juga berpotensi kurang objektif, misalnya
karena yang dinilai adalah tempatnya bekerja atau ada intervensi dari pihak terkait. Terakhir, pada asesmen eksternal oleh badan sertifikasi dunia, asesornya adalah pihak yang memegang sertifikat asesor standar Manajemen Mutu ISO. Kelebihan asesmen ini adalah keunggulan dalam independensi, obyektifitas dan tidak memiliki kepentingan serta memiliki kecakapan asesmen terhadap best practise karena hal tersebut adalah fokus pekerjaan mereka dan yang pasti hasil asesmen yang didapat adalah standar manajemen mutu dengan pengakuan internasional. Adapun kekurangan asesmen ini, adalah asesornya tidak memiliki pemahaman yang utuh terhadap standar proses yang berlangsung di Peradilan Agama, sehingga banyak mengalami kendala dalam pelaksanaan asesmen. Di samping itu, karena program sertifikasi juga merupakan bisnis, maka mulai dari membiayai konsultan sampai menghadirkan asesor juga membutuhkan dana yang tidak sedikit, paling tidak untuk saat ini.
D. Kualifikasi dan Atribut Asesor
Tidak ada ketentuan baku menyangkut kompetensi seorang asesor selain syarat telah bersertifikat asesor dan tentu saja sertifikat diperoleh setelah seseorang mengikuti pendidikan dan pelatihan. Seseorang yang telah memiliki sertifikat haruslah dianggap mampu melakukan penilaian karena telah diakui kompetensinya untuk melakukan asesmen. Berdasarkan pengalaman penulis setelah menjalankan amanah selaku Koordinator Audit Mutu Internal (Co.AMI) pada Sertifikasi Manajemen Mutu ISO 9001 dan Lead Assessor Internal pada SAPM serta sharing pengalaman dengan asesor-asesor lainnya, dapat diamati bahwa yang ditunjuk untuk menjadi asesor adalah orang- orang yang memahami manajemen peradilan, administrasi kesekretariatan dan administrasi kepaniteraan. 8
Secara teknis, seseorang yang telah bersertifikat asesor (paling
tidak) harus memiliki kualifikasi untuk: 1. Menerapkan prinsip-prinsip, prosedur dan teknik asesmen 2. Merencanakan dan mengorganisir kerja secara efektif 3. melaksanakan audit sesuai jadwal yang disepakati 4. Memprioritaskan dan memfokuskan hal-hal yang signifikan 5. Mengumpulkan informasi melalui wawancara, mendengarkan, mengamati, dan meninjau dokumen dan data secara efektif 6. Memverifikasi keakuratan informasi yang dikumpulkan 7. Mengkonfirmasikan kecukupan dan kesesuaian bukti audit untuk mendukung temuan dan kesimpulan asesmen 8. Menggunakan dokumen kerja untuk merekam kegiatan asesmen 9. Menyiapkan laporan asesmen 10. Memelihara kerahasiaan dan keamanan informasi, dan 11. Mengkomunikasikan secara efektif melalui kemampuan berbahasa lisan dan tulisan Selain itu, seseorang yang telah bersertifikat asesor, juga harus memiliki prinsip yang kuat selaku asesor. Prinsip tersebut menjadi atribut asesor dalam pelaksanaan asesmen dan penyajian hasil asesmen secara objektif (fair) dan profesional. Di samping itu, dengan atribut tersebut juga akan semakin meneguhkan kesungguhan asesor dalam pelaksanaan asesmen dan ketepatan penilaiannya ketika melaporkan secara benar dan akurat. Dasar kesungguhan pelaksanaan dan ketepatan penilaian asesmen tersebut akan terpenuhi jika seorang asesor telah mempunyai atribut sebagai berikut: a. Etis, yaitu adil, menyatakan yang sebenarnya, tulus, jujur serta bijaksana b. Terbuka, yaitu mau mempertimbangkan pandangan atau ide-ide alternatif c. Diplomatis, yaitu bijaksana dalam menghadapi orang lain 9
d. Cepat mengerti, yaitu secara naluriah menyadari dan mampu
memahami situasi e. Luwes, yaitu selalu siap menyesuaikan diri untuk situasi yang berbeda f. Tangguh, yaitu teguh dan fokus pada pencapaian tujuan g. Tegas, yaitu menghasilkan kesimpulan dengan tepat waktu berdasarkan alasan dan analisa yang logis h. Percaya diri, yaitu bertindak dan berfungsi secara independen ketika berinteraksi dengan orang lain secara efektif Jika seorang asesor telah memiliki kualifikasi dan mempunyai atribut seperti diuraikan di atas, maka dapat dipastikan bahwa setengah pekerjaan asesmen telah sukses dilakukannya.
E. Tahapan Asesmen Internal
1. Penjadwalan Penjadwalan kegiatan asesmen adalah salah satu tahapan penting dalam proses asesmen. Kesuksesan suatu program asesmen salah satunya dipengaruhi keefektifan jadwal asesmen yang dibuat. Adapun faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menyusun jadwal asesmen antara lain: a. Penelusuran asesmen, apakah memakai sistem mundur atau maju? b. Jam istirahat c. Klausul-klausul yang akan di-asesmen, apakah sebagian atau seluruhnya? d. Rapat koordinasi e. Lokasi asesmen f. Jumlah personal asesor g. Kerumitan proses h. Pentingnya proses Asesmen sebagai salah satu syarat tahapan akreditasi, menentukan bahwa penjadwalan asesmen harus 10
mempertimbangkan status dan kepentingan organisasi yang akan
di-asesmen. Status asesmen memperhatikan jangka waktu implementasi dan hasil asesmen awal, misalnya jika hasil asesmen menunjukkan hasil di bawah rata-rata, maka frekuensi asesmen harus ditambah. Sedangkan kepentingan organisasi harus memperhatikan pihak perkara, manajemen, maupun interes parties. Di samping itu, juga harus memperhatikan pengaruh kegiatan terhadap proses yang sedang berlangsung, misalnya jika kegiatan asesmen mengganggu bagian pelayanan, maka kegiatan asesmen harus ditunda sementara. 2. Perencanaan dan Persiapan Kegiatan Kesuksesan suatu program asesmen juga sangat dipengaruhi oleh perencanaan dan persiapan kegiatan asesmen. Maka perencanaan dan persiapan yang perlu dilakukan antara lain: a. Membentuk tim asesor Tim asesor yang dibentuk minimal harus memiliki kompetensi berdasarkan diklat, pengalaman, kemandirian dan budaya. Di samping itu, yang perlu diperhatikan oleh tim asesor adalah seluruh asesor mengetahui tujuan asesmen, informasi awal yang diterima, ruang lingkup, jumlah area asesmen dan lain- lain. b. Mengumpulkan informasi terkait Informasi yang perlu dikumpulkan dalam proses persiapan asesmen adalah manual, prosedur, instruksi kerja, standar, hasil asesmen sebelumnya, peraturan perundang-undangan terkait dan lain-lain c. Membuat rincian rencana asesmen Rincian rencana asesmen dibuat secara jelas yang di dalamnya menginformasikan apa yang akan di-asesmen dan berapa lama waktunya. Pertimbangan lain yang dimasukkan dalam rencana 11
asesmen adalah tujuan asesmen, kriteria asesmen, ruang
lingkup asesmen, anggota tim asesor, hari tanggal dan jam. d. Melakukan tinjauan dokumen Tinjauan dokumen dilakukan sebelum pelaksanaan asesmen di bagian/area terkait. Seorang asesor harus melakukan tinjauan dokumen, dengan tujuannya agar dapat memahami proses asesmen, mengetahui adanya konsistensi antar level dokumen dan memastikan bahwa dokumentasi yang ada telah memenuhi standar. e. Membuat alat pandu asesmen Alat pandu asesmen bisa dimaknai sebagai panduan memeriksa saat asesmen dilakukan. Bisa berbentuk pertanyaan atau catatan-catatan lainnya. Namun alat pandu tersebut, misalnya checklist pertanyaan bukanlah merupakan daftar urutan bertanya. Sangat disarankan untuk tidak membuat daftar yang ada dalam cheklist tersebut dalam bentuk pertanyaan yang panjang lebar, misalnya bisa dengan membuat poin-poin penting karena fungsinya hanya sebatas reminder. 3. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan asesmen meliputi beberapa tahapan yang berkelanjutan, tahap-tahap tersebut meliputi: a. Rapat Pembuka (Opening Meeting) Rapat pembuka dilakukan untuk menetapkan bahwa tidak ada perubahan yang dilakukan sejak persetujuan tanggal dan ruang lingkup asesmen serta mendapat izin dari manajemen. Peseta rapat pembuka meliputi seluruh aparatur organisasi, meliputi Top Management, Ketua SAPM, Lead Assesor, para Asesor dan seluruh pegawai selaku pemangku kepentingan program akreditasi manajemen mutu dengan dibuatkan undangan, absensi, notulensi dan dokumentasinya. 12
Agenda rapat pembuka - meskipun tidak baku – meliputi kata
pembuka oleh Ketua SAPM, kata sambutan oleh Lead Assesor (menerangkan tujuan asesmen, konfirmasi jadwal, dan ruang lingkup asesmen, penjelasan proses asesmen dan meminta kerjasama), kata sambutan Top Management (memberi dukungan penuh terhadap proses asesmen), terakhir kata penutup dari Ketua SAPM. b. Asesmen Tujuan utama hadirnya seorang asesor adalah untuk memeriksa kenyataan pelaksanaan, antara lain melalui wawancara personil, observasi praktek operasional atau memeriksa bukti dokumentasi seperti prosedur, spesifikasi dan catatan. Seorang asesor pada prinsipnya mencari kesesuaian, bukannya ketidaksesuaian. Dalam mencari kesesuaian, maka akan menemukan ketidaksesuaian, karena yang harus dilakukan asesor adalah menentukan apakah ketidaksesuaian itu merupakan kesalahan kecil atau merupakan gejala dari ketidakefektifan sistem manjemen mutu. Penelaahan terhadap kesesuaian yang dilakukan oleh seorang asesor pada implementasi SAPM meliputi seluruh aspek yang terdapat pada manajemen pengadilan, administrasi kesekretariatan, administrasi kepaniteraan dan sarana prasarana pengadilan. Baik itu penelaahan terhadap sistem/dokumen, maupun penelaahan terhadap implementasinya. Tujuannya adalah untuk memperoleh keyakinan yang cukup bahwa persyaratan standar mutu pada keempat aspek di atas telah dipenuhi, yaitu berdasarkan bukti dokumentasi pemenuhan persyaratan tersebut. c. Tinjauan Asesmen Jika kegiatan asesmen telah selesai dilaksanakan, tim asesor mengadakan peninjauan tersendiri atas penemuan-penemuan 13
ketidaksesuaian. Proses tersebut dilakukan dengan diketuai
oleh Lead Assesor, meninjau bukti, observasi dan perbedaan, menilai seberapa serius ketidaksesuaian yang ditemukan, masalah-masalah apa saja yang dihadapi selama asesmen, menentukan kegiatan penyelidikan lebih lanjut pada tanggal berikutnya atau dilakukan tindak lanjut dengan memperbaiki atau memperbarui cheklist. d. Rapat Penutup (Clossing Meeting) Pihak yang hadir dalam rapat penutup juga sama dengan pihak-pihak yang menghadiri rapat pembuka. Juga dibuatkan undangan, absensi, notulensi dan dokumentasinya. Dalam rapat penutup, Lead Assesor akan menerangkan kembali bagian apa yang telah di-asesmen, penilaian sistem berdasarkan hasil asesmen, jumlah dan klasifikasi ketidaksesuaian/temuan dan observasi yang dilakukan, ucapan terima kepada seluruh seluruh pegawai selaku pemangku kepentingan program akreditasi manajemen mutu, penyerahan berkas temuan Tim Asesor Eksternal kepada Ketua SAPM, arahan dari pihak Top Management, konfirmasi kegiatan tindak lanjut (oleh ketua SAPM) dan salam penutupan. Setelah semua tahapan tersebut terlaksana dan seluruh permintaan perbaikan hasil assesmen telah dipenuhi dengan memperbaiki seluruh temuan, maka Lead Assesor memberitahukan kepada Ketua SAPM bahwa asesmen internal telah selesai, untuk selanjutnya dapat dilakukan asesmen eksternal.
4. Pembuatan Pernyataan Temuan
Ketidaksesuaian yang ditemukan dibuat klasifikasinya, klasifikasi ketidaksesuaian tersebut adalah: a. Observasi (Ovi) 14
Yaitu fakta yang ditunjang oleh bukti objektif yang tidak
membuktikan kegagalan dalam pemenuhan persyaratan standar, namun mengurangi keefektifan sistem mutu. Observasi bukan merupakan ketidaksesuaian oleh karena melanggar dokumen sistem manajemen mutu yang telah ditetapkan, karena observasi hanya bersifat saran untuk mempermudah berjalannya sistem mutu. Misalnya seorang kasir tidak bisa segera menunjukkan SK Ketua Pengadilan tentang penunjukan dirinya sebagai Kasir. b. Temuan Minor Yaitu kegagalan dalam memenuhi satu persyaratan dari dokumen referensi atau kegagalan dalam memenuhi satu persyaratan dari prosedur organisasi (inkonsistensi). Temuan minor dapat diartikan juga ketidaksesuaian yang tidak memiliki dampak serius terhadap sistem mutu. Kesalahan atau ketidaksesuaian pada dokumen seperti prosedur atau instruksi kerja terhadap pelaksanaan yang sebenarnya atau persyaratan standar yang ada. Misalnya tidak ada instrumen pengembalian sisa panjar biaya perkara dari Majelis Hakim kepada Kasir. c. Temuan Mayor Yaitu kegagalan total dari suatu sistem dalam memenuhi persyaratan-persyaratan dari dokumen referansi atau beberapa ketidaksesuaian minor terhadap satu syarat prosedur yang dapat menyebabkan kegagalan total dari suatu sistem, sehingga dapat disebut temuan mayor. Temuan minor merupakan ketidaksesuaian yang berpotensi menghasilkan dampak yang serius terhadap pencapaian mutu atau efektifitas sistem mutu. Misalnya tidak ada SK Ketua Pengadilan tentang Penunjukan Kasir. Ketidaksesuaian ditekankan pada pedoman mutu, kesesuaian persyaratan, prosedur dan pelaksanaan. Ketidaksesuaian harus diterangkan secara jelas 15
ketidaksesuaiannya, misalnya ketiadaan dokumen,
ketidakcukupan dokumen, lemahnya penerapan, ketidaklengkapan penerapan atau kurangnya bukti. Demikian juga dalam menuliskan ketidaksesuaian, asesor menuliskan ketidaksesuaian harus jelas, harus singkat dan harus didukung dengan bukti objektif. 5. Tindak Lanjut Temuan Setelah selesai rapat penutup, langkah pemangku kepentingan program akreditasi manajemen mutu terutama Tim SAPM selanjutnya adalah mempelajari hasil temuan asesmen, menentukan tindakan perbaikan langsung, mengidentifikasi masalah yang memerlukan tindakan pencegahan (koordinasi dengan Top Management jika diperlukan), mengumpulkan dan menganalisa data serta kemungkinan penyebab, menentukan tindakan koreksi (yang mencegah terulangnya kembali masalah), melaksanakan tindakan koreksi tepat waktu, mengawasi hasil dan melaporkan hasilnya. Ketika tindakan perbaikan telah dilakukan maka Tim SAPM melalui asesor internal kembali melakukan asesmen verifikasi untuk menentukan tindak lanjut temuan telah dilaksanakan efektif atau tidak. Jika tindakan efektif, maka dinyatakan selesai (close out), sedangkan jika tidak efektif maka diberi keterangan belum dilakukan tindakan perbaikan, untuk ditindaklanjuti pada asesmen berikutnya. Kemungkinan tindak lanjut temuan tidak efektif saat terjadi kesalahan yang sama, jika sekali terjadi adalah insiden, jika terjadi dua kali merupakan kebetulan, sedangkan jika terulang tiga kali hal tersebut merupakan ketidakefektifan sistem yang harus dicarikan solusinya. F. Keuntungan menjadi Asesor Internal Seseorang yang telah bersertifikat asesor, sangat dituntut memahami seluruh proses implementasi SAPM, layaknya seorang 16
pengawas, maka ia dituntut harus lebih mengerti apa yang
diawasinya. SAPM sebagai hal yang baru dalam dunia peradilan, maka pemahaman asesor internal minimal harus setara dengan Ketua SAPM selaku pemegang kendali berjalannya proses implementasinya di suatu pengadilan. Bahkan harus menjadi tempat rujukan jika dalam pelaksanaannya ternyata mengalami kendala. Tuntutan tersebut hanya akan terwujud jika seorang asesor punya semangat belajar yang tinggi dan pemahaman yang utuh terhadap program SAPM. Sebaliknya, jika seorang asesor tidak mampu berperan sesuai tuntutan di atas, maka dapat dipastikan implementasi program SAPM akan banyak mengalami kendala bahkan terancam gagal. Kegagagalan proses asesmen bisa saja terjadi. Kemungkinan gagalnya tersebut dapat disebabkan oleh: - Asesor tidak memahami proses mutu, dokumentasi maupun teknis implementasinya - Masalah yang tidak diselidiki secara tuntas oleh asesor - Masalah tidak dikomunikasikan secara efektif kepada pihak yang di-asesmen - Pihak yang di-asesmen tidak memahami proses tindakan koreksi - Tindakan koreksi tidak menyelesaikan akar masalah - Tindakan koreksi tidak diverifikasi oleh asesor Sejatinya, seorang asesor adalah orang-orang terbuka terhadap hal-hal baru dan punya semangat tinggi untuk terus belajar. Termasuk juga seluruh warga peradilan seharusnya. Karena SAPM hakikatnya adalah pelayanan prima terhadap diri kita sendiri dan juga terhadap orang lain.
G. Penutup Asesor internal adalah orang dari pengadilan yang mengimplementasikan SAPM itu sendiri. Sehingga, seketika selalu 17
dapat diukur dan diketahui perkembangan kualitas implementasi
manajemen mutunya, apakah stagnan, meningkat atau bahkan turun. Selaku pihak intern yang memiliki pemahaman mendalam terhadap proses implementasi SAPM dan mempunyai kesempatan bertindak sebagai subjek dalam program sertifikasi dan implementasinya pada organisasi tempatnya bekerja, asesor internal harus menjadi kawal depan dalam menjaga keberlangsungan implementasi APM. Untuk terus meningkatkan kompetensinya, seorang asesor internal dituntut tetap memiliki semangat belajar yang tinggi dan selalu meningkatkan pemahamannya terhadap program dan perkembangan SAPM. Akhirnya, selamat kepada seluruh mujahid Sertifikasi Akreditasi Penjaminan Mutu (SAPM) Peradilan Agama. 18
DAFTAR PUSTAKA
Sulistiyo Sidarto Mulyono, dkk, Panduan Penerapan Manajemen Mutu ISO
9001:2000, PT. Alex Media Komputindo, Jakarta, tt. Institute of Internal Auditor (IIA), Makalah: Internal Audit Quality Management System Training,tt. https://badilag.mahkamahagung.go.id/seputar-ditjen-badilag/seputar-ditjen- badilag/hampir-seratus-pa-ms-menerima-sertifikat-akreditasi-30-11 https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/tinjauan- implementasi-akreditasi-penjaminan-mutu-tahap-pertama- kepentingan-siapa-tinjauan-implementasi-akreditasi-penjaminan-mutu- tahap-pertama-kepentingan-siapa-oleh-arief-hidayat-16-11 http://www.pa.palembang.go.id/index.php?option=com_content&view=article&i d=1835:akreditasi-penjaminan-mutu&catid=135:artikel&Itemid=182
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional