Fasies Sedimen
Fasies Sedimen
Fasies merupakan suatu tubuh batuan yang memiliki kombinasi karakteristik yang
khas dilihat dari litologi, struktur sedimen dan struktur biologi memperlihatkan aspek
fasies yang berbeda dari tubuh batuan yang yang ada di bawah, atas dan di
sekelilingnya. Fasies umumnya dikelompokkan ke dalam facies association dimana
fasies-fasies tersebut berhubungan secara genetis sehingga asosiasi fasies ini memiliki
arti lingkungan. Dalam skala lebih luas asosiasi fasies bisa disebut atau dipandang
sebagai basic architectural element dari suatu lingkungan pengendapan yang khas
sehingga akan memberikan makna bentuk tiga dimensi tubuhnya (Walker dan James,
1992).
Menurut Slley (1985), fasies sedimen adalah suatu satuan batuan yang dapat dikenali
dan dibedakan dengan satuan batuan yang lain atas dasar geometri, litologi, struktur
sedimen, fosil, dan pola arus purbanya.
Fasies sedimen merupakan produk dari proses pengendapan batuan sedimen di dalam
suatu jenis lingkungan pengendapannya. Diagnosa lingkungan pengendapan tersebut
dapat dilakukan berdasarkan analisa fasies sedimen, yang merangkum hasil
interpretasi dari berbagai data, diantaranya :
1. Geometri :
a. regional dan lokal dari seismik (misal : progradasi, regresi, reef dan chanel)
3. Paleontologi : dari fosil yang diamati dari cutting, core, atau side wall core
1. Coarsening-Upward Succession
2. Fining-Upward Succession
1. Geometri
2. Litologi
Litologi pada fasies sedimen merupakan salah satu parameter yang penting untuk
mengobservasi dan interpretasi lingkungan pengendapan.
3.Struktur sedimen
4. Paleocurrent
Paleocurrent atau arus purba merupakan arus yang dapat diidentifikasi dari pola-
pola struktur sedimen yang terbentuk pada masa pengendapan dan peleogeografis.
1. FASIES FLUVIAL
Fluvial merupakan aktivitas aliran sungai, terdapat empat macam sungai yaitu
straight, anastomosing, meandering dan braided. Sungai anastomosing dipisahkan
oleh pulau alluvial permanen, yang ditutupi tumbuhan yang lebat yang distabilisasi
oleh bank sungai. braiding (anyaman) juga naik dengan cepat, fluktuasi cepat pada
pemberhentian sungai, kecepatan tinggi dari pasokan sedimen kasar, dan mudah
tererosi. Sungai yang mempengaruhi sistem fluvial adalah :
1.1 Straight
Suatu channel dengan bentuk straight didominasi oleh lempung dengan intensitas
kelokan yang kecil, terbentuk karana perpindahan arus pada pasir atau kelompok-
kelompok bar, segmen channel jarang terbentuk pada jarak yang panjang.
1.2 Anastomosing
Sungai anastomosing dipisahkan pulau alluvial yang permanen dan ditutupi dengan
tumbukan yang lebat yang distabilisasi oleh bank sungai. Braided (anyaman)juga naik
dengan cepat, fluktuasi cepat pada pemberhentian sungai, kecepatan tinggi dari
pasokan sedimen kasar dan mudah tererosi.
1.3 Meander
Sistem ini didominasi oleh material dengan butiran halus dan memperlihatkan
distribusi butiran menghalus ke atas. Struktur sedimen yang berkembang
merefleksikan berkurangnya arus yang bekerja, yaitu through cross bedding pada
bagian bawah dan paralel laminasi pada bagian channel.
Penampang log elektrik merefleksikan arah umum menghalus ke atas yang terbagi ke
dalam tiga subfasies utama yang menghasilkan pengendapan pada tiga sublingkungan
yang berbeda :
Subfasies flood plain terdiri dari endapan batupasir yang sangat halus, batulanau dan
batulempung yang diendapkan pada daerah overbank floodplain sungai. Struktur
sedimen yang berkembang adalah laminasi ripple mark dan kadang-kadang terdapat
horizon batupasir yang mengisi struktur shrinkage yang diasumsikan terdapat pada
daerah subaerial.
• Subfasies Channel
Pada subfasies channel terjadi perpindahan lateral channel meander yang mengerosi
bagian luar dari tepi sungai yang cekung, menggerus dasar sungai dan endapan
sedimen pada point bar. Proses tersebut menghasilkan karakteristik sikuen pada
ukuran butir dan struktur sedimen. Pada dasar permukaan bidang erosi diisi oleh
material sedimen berbutir kasar, mud pellet dan sisa-sisa kayu. Endapan tersebut
disebut sebagai lag deposit pada dasar channel dan ditindih oleh sikuen batupasir
dengan distribusi butiran menghalus ke atas.
Pada subfasies abandoned channel terdapat endapan batupasir halus berbentuk tapal
kuda dan biasanya disebut oxbow lake yang terbentuk ketika sungai meander
memotong bagian lain dari permukaan di sekitar sungai tersebut. Endapan pada
subfasies ini serupa dengan endapan pada subfasies floodplain, tetapi dapat dibedakan
dari geometrinya yaitu endapan yang menindih abrasi channel lag konglomerat tidak
terdapat selang dengan sikuen batupasir point bar.
1.4. Braided
Braided dihasilkan oleh channel dengan intensitas kelokan yang kecil dan kaya akan
material pasir yang terbentuk oleh tingkat intensitas aliran air yang kecil diantara bar-
bar channel. Struktur sedimen yang terbentuk dan merefleksikan pengendapan pada
saat itu antara lain : tabular crossbedding, punggungan bar yang lurus memanjang dan
pada log menunjukkan bentuk blocky. Pada daerah ini, pengerosian terjadi dengan
cepat dengan proses pengisian sedimen yang cepat dikarenakan sungai pada sistem
ini mempunyai kelebihan material sedimen. Sikuen sedimentasi pada sistem braided
ini pada umumnya didominasi oleh material sedimen berbutir kasar dengan sedikit
material sedimen berbutir halus pada bagian atasnya.
Didominasi oleh gravel, perlapisan tidak jelas dan imbrikasi tersebar secara luas.
b. Facies mid-fan
Dicirikan oleh unit antara lapisan gravel dan cossstrtification serta pebbly sandstone.
Struktur scouring sangat jelas pada bagian dasar masing-masing bagian.
c. Facies distal
2. Facies Lacrustine
Pada umumnya danau-danau mempunyai tubuh yang kecil jika dibandingkan dengan
tubuh air laut. Walau begitu tidak menutup adanya danau yang lebih besar dari tubuh
laut. (contoh laut kaspia lebih besar daripada teluk Persia).
Dalam kenyataannya banyak danau yang berukuran besar dan mempunyai kedalaman
ratusan meter . danau yang besar banyak menyerupai lautan dipandang dari proses
fisik maupun sedimentasi. Adanya sedimentasi pelagis umumnya dipengaruhi oleh
gelombang dan khas dengan partikel sedimen berbutir halus seperti batulempung dan
lanau. Perlu diketahui bahwa didanaupun terjadi arus turbidit, terutama pad danau-
danau yang besar dan dalam dengan membawa banyak material-material sedimen.
3. Facies Gumuk Pasir
Gumuk pasir merupakan akumulasi pasir lepas berupa gundukan yang dihasilkan oleh
arah angin yang bekerja pada suatu daerah dan mempunyai bentuk yang teratur.
Gumuk pasir ini dapat terbentuk didaerah yang endapannya lepas seperti pasir pada
daerah gurun dan daerah pantai.
Syarat mutlak yang harus dipenuhi terbentuknya gumuk pasir adalah akumulasi pasir
cukup banyak yang biasanya berasal dari sedimmentasi sungai yang bermuara disitu.
Disamping factor-faktor lain yang juga berperan.
Struktur khas pada gumuk pasir adalah cross-bedding dan ripple mark. Dari struktur
yang terbentuk karena pergeseran antara angin dengan butiran pasir, maka dapat
dipakai untuk menentukan arah angin.
1. FASIES DELTA
Delta merupakan garis pantai yang menjorok ke laut, terbentuk oleh adanya
sedimentasi sungai yang memasuki laut, danau atau laguna dan pasokan sedimen
lebih besar daripada kemampuan pendistribusian kembali oleh proses yang ada pada
cekungan pengendapan (Elliot, 1986 dalam Allen, 1997). Menurut Boggs (1987),
delta diartikan sebagai suatu endapan yang terbentuk oleh proses sedimentasi fluvial
yang memasuki tubuh air yang tenang. Dataran delta menunjukkandaerah di belakang
garis pantai dan dataran delta bagian atas didominasi oleh proses sungai dan dapat
dibedakan dengan dataran delta bagian bawah didominasi oleh pengaruh laut,
terutama penggenangan tidal. Delta terbentuk karena adanya suplai material
sedimentasi dari sistem fluvial. Ketika sungai-sungai pada sistem fluvial tersebut
bertemu dengan laut, perubahan arah arus yang menyebabkan penyebaran air sungai
dan akumulasi pengendapan yang cepat terhadap material sedimen dari sungai
mengakibatkan terbentuknya delta. Bersamaan dengan pembentukan delta tersebut,
terbentuk pula morfologi delta yang khas dan dapat dikenali pada setiap sistem yang
ada. Morfologi delta secara umum terdiri dari tiga, yaitu : delta plain, delta front dan
prodelta.
Delta plain merupakan bagian delta yang bersifat subaerial yang terdiri dari channel
yang sudah ditinggalkan. Delta plain merupakan baigan daratan dari delta dan terdiri
atas endapan sungai yang lebih dominan daripada endapan laut dan membentuk suatu
daratan rawa-rawa yang didominasi oleh material sedimen berbutir halus, seperti
serpih organik dan batubara.Pada kondisi iklim yang cenderung kering (semi-
arid),sedimen yang terbentuk didominasi oleh lempung dan evaporit. Daratan delta
plain tersebut digerus oleh channel pensuplai material sedimen yang disebut fluvial
distributaries dan membentuk suatu percabangan. Gerusan-gerusan tersebut biasanya
mencapai kedalaman 5-10 meter dan menggerussampai pada sedimen delta front.
Sedimen pada channel tersebut disebut sandy channel dan membentuk distributary
channel yang dicirikan oleh batupasir lempungan. Sublingkungan delta plain dibagi
menjadi :
Endapan distributary channel terdiri dari endapan braided dan meandering, levee dan
endapan point bar. Endapan distributary channel ditandai dengan adanya bidang erosi
pada bagian dasar urutan fasies dan menunjukkan kecenderungan menghalus ke atas.
Struktur sedimen yang umumnya dijumpai adalah cross bedding, ripple cross
stratification, scour and fill dan lensa-lensa lempung. Endapan point bar terbentuk
apabila terputus dari channel-ya. Sedangkan levee alami berasosiasi dengan
distributary channel sebagai tanggul alam yang memisahkan dengan interdistributary
channel. Sedimen pada bagian iniberupa pasir halus dan rombakan material organik
serta lempung yang terbentuk sebagai hasil luapan material selama terjadi banjir.
Lower delta plain terletak pada daerah dimana terjadi interaksi antara sungai dengan
laut, yaitu dari low tidemark sampai batas kehadiran yang dipengaruhi pasang-surut.
Pada lingkungan ini endapannya meliputi endapan pengisi teluk (bay fill deposit)
meliputi interdistributary bay, tanggul alam, rawa dan crevasse slay, serta endapan
pengisi distributary yang ditinggalkan.
1.2 Delta Front
Delta front merupakan sublingkungan dengan energi yang tinggi dan sedimen secara
tetap dipengaruhi oleh adanya proses pasang-surut, arus laut sepanjang pantai dan
aksi gelombang. Delta front terbentuk pada lingkungan laut dangkal dan akumulasi
sedimennya berasal dari distributary channel. Batupasir yang diendapkan dari
distributary channel tersebut membentuk endapan bar yang berdekatan dengan teluk
atau mulut distributary channel tersebut. Pada penampang stratigrafi, endapan bar
tersebut memperlihatkan distribusi butiran mengkasar ke atas dalam skala yang besar
dan menunjukkan perubahan fasies secara vertikal ke atas, mulai dari endapan lepas
pantai atau prodelta yang berukuran butir halus ke fasies garis pantai yang didominasi
batupasir. Endapan tersebut dapat menjadi reservoir hidrokarbon yang baik. Diantara
bar pada mulut distributary channel akan terakumulasi lempung lanauan atau
lempung pasiran dan bergradasi menjadi lempung ke arah laut.
Menurut Coleman (1969) dan Fisher (1969) dalam Galloway (1990), lingkungan
pengendapan delta front dapat dibagi menjadi beberapa sublingkungan dengan
karakteristik asosiasi fasies yang berbeda, yaitu :
• Subaqueous Levees
Merupakan kenampakan fasies endapan delta front yang berasosiasi dengan active
channel mouth bar. Fasies ini sulit diidentifikasi dan dibedakan dengan fasies lainnya
pada endapan delta masa lampau.
• Channel
Channel ditandai dengan adanya bidang erosi pada bagian dasar urutan fasies dan
menghalus ke atas. Struktur sedimen yang umumnya dijumpai adalah cross bedding,
ripple cross stratification, scoure and fill.
• Distal Bar
Pada distal bar, urutan fasies cenderung menghalus ke atas, umumnya tersusun atas
pasir halus. Struktur sedimen yang umumnya dijumpai antara lain : laminasi,
perlapisan silang siur tipe through.
1.3 Prodelta
Prodelta merupakan sublingkungan transisi antara delta front dan endapan normal
marine shelf yang berada di luar delta front. Prodelta merupakan kelanjutan delta
front ke arah laut dengan perubahan litologi dari batupasir bar ke endapan
batulempung dan selalu ditandai oleh zona lempungan tanpa pasir. Daerah ini
merupakan bagian distal dari delta, dimana hanya terdiri dari akumulasi lanau dan
lempung dan biasanya sendiri serta fasies mengkasar ke atas memperlihatkan transisi
dari lempungan prodelta ke fasies yang lebih batupasir dari delta front. Litologi dari
prodelta ini banyak ditemukan bioturbasi yang merupakan karakteristik endapan laut.
Struktur sedimen bioturbasi bermacam-macam sesuai dengan ukuran sedimen dan
kecepatan sedimennya. Struktur deformasi sedimen dapat dijumpai pada lingkungan
ini, sedangkan struktur sedimen akibat aktivitas gelombang jarang dijumpai. Prodelta
ini kadang-kadang sulit dibedakan dengan endapan paparan (shelf), tetapi pada
prodelta ini sedimennya lebih tipis dan memperlihatkan pengaruh proses endapan laut
yang tegas.
Menurut Galloway (1975) dan Serra (1990), berdasarkan proses yang berpengaruhi
didalamnya, delta dapat diklasifikasikan menjadi 3 , yaitu :
• Geometri : channel (delta plain) dan sheet (delta front). Kontinuitas tubuh batupasir
jelek (channel) sampai sedang (distributary mount bar).
- Channel fasies : batupasir dengan cross bedding (through dan plannar), kontak dasar
erosi, rip-up clast/fragmen batubara, sekuen halus ke atas.
- Bar facies : climbing ripple, mika melimpah, material karbon, struktur deformasi.
- Distal bar fasies : batulanau dan batulempung, paralel laminasi, climbing ripple,
material karbon, struktur deformasi, acak binatang.
Pada bagian ini mempunyai bentuk channel dan sheet dengan kontinuitas tubuh pasir
jelek sampai sedang. Delta yang didominasi sungai dicirikan dengan batupasir dan
batulanau yang masif sampai berlapis baik dan mungkin memperlihatkan graded
bedding. Pasir delta front memperlihatkan banyaknya pengaruh sungai dalam
pengendapan distribusi lingkungan mouth bar. Jumlah bioturbasi bervariasi
tergantung pada rata-rata sedimentasi dan ukuran butir dari suplai sedimen. Variasi
pembelokan dalam sistem fluvial biasanya menghasilkan suatu pengkasaran ke arah
atas yang tidak teratur.
Progradasi ke arah laut yang sangat cepat membuat delta tipe ini memiliki sekuen
coarsening upward (mengkasar keatas). Geometri endapan yang dihasilkan dari tipe
delta ini yaitu berbentuk lobate dengan mekanisme akresi lateral yang kuat sehingga
menghasilkan lentikuler units. Batupasir cenderung menjadi lentikuler sampai tabular
untuk distributary mount bar, bergradasi menjadi sand sheets.
Delta yang didominasi gelombang dan biasanya terdiri dari rangkaian fasies yang
saling berhubungan dan mengkasar ke atas secara menerus yang merupakan
karakteristik dari pantai yang dipengaruhi gelombang. Struktur sedimen yang umum
dijumpai antara lain : ripple dan humocky yang merupakan indikator pengendapan
yang tinggi.
Pada lingkungan dengan aktivitas gelombang kuat, endapan mount bar secara
menerus mengalami reworked menjadi suatu seri superimposed coastal barriers.
Tubuh pasir akan cenderung paralel terhadap garis pantai berbeda dengan delta
dominasi sungai yang mendekati tegak lurus terhadap pantai.
3. Tide-Influence Delta
Merupakan area dimana tingkat pasang surut tinggi, sehingga aliran balik (yang
terjadi dalam distributary channel selama kondisi banjir dan surut) kemungkinan akan
terjadi sumber energi utama yang memisah sedimen.
- Sekuen yang dijumpai pada delta tipe ini yaitu coarsening upward yang diikuti
dengan fining upward, tanpa batas yang jelas, tergantung pada posisi delta.
Lingkungan ini menunjukkan kombinasi pengaruh dari sungai, gelombang dan proses
pasang-surut. Lingkungan ini mempunyai bentuk geometri channel dan ridge dengan
kenampakan kontinuitas batupasir jelek sampai sedang dengan penyebaran tegak
garis pantai. Struktur sedimen yang umumnya berkembang adalah laminasi dan
ripple. Masuknya pasang-surut pada delta front yang berprogradasi, seperti pada
Mahakam juga memeperlihatkan beberapa pengasaran ke atas. Smith, et al (1990)
dalam Allen (1997) telah mendiskripsikan ritme pasang-surut dengan indikator
pasang-surut dalam pasir delta front adalah hearingbone cross bedding.
Perulangan daur susut genang laut dengan ketebalan puluhan meter adalah tipe
endapan pantai dan endapan delta. Hal ini menunjukan bahwa dalam beberapa
interval stratigrafi, garis pantai dapat berpindah puluhan atau ratusan kilometer ke
arah depan ataupun ke arah belakang dengan perubahan lingkungan pengendapan dari
lepas pantai ke arah dataran delta (delta plain) maupun sebaliknya.
Secara umum mekanisme daur progradasi dan peninggalan delta sebagai berikut :
1. Awalnya bagian delta tertentu adalah zona aktif pemasukan sedimen, delta
berprogradasi di atas paparan.
2. Kecepatan progradasi pada saat tertentu akan berkurang akibat delta yang
berprogradasi di atas paparan, meningkatnya jumlah channel dan pengangkutan
material sedimennya, meningkatnya laju penurunannya cekungan ke arah paparan.
Hal ini mengakibatkan channel akan berpindah secara lateral mengikuti kemiringan
gradien hidroliknya dengan jarak tertentu dari delta lama.
3. Pada saat yang sama delta lama mengalami penurunan sehingga gelombang pasang
laut mempengaruhi suplai endapan, dengan diendapkannya endapan genang laut
berupa karbonat atau serpih marine.
Dataran pasang surut (tidal flat) luasnya dapat mencapai beberapa kilometer dan
terbentuk disekitar laguna, belakang barrier, pada estuarin dan delta yang didominasi
oleh pasang surut (tidal). Ciri struktur sedimen dari pertengahan sampai bagian atas
tidal flat merupakan variasi jenis dari ripple lamination yang umumnya
memperlihatkan pola interferensi, yaitu kenaikan dari flaser, wavy dan lenticular
bedding. Meandering tidal creeks memotong tidal flat dan perpindahan lateralnya
menghasilkan set pada laminasi pasir dan struktur channel. Umumnya terdapat
burrow dan grazing trace fossil. Progradasi sedimen tidal flat biasanya membentuk
sikuen yang menghalus ke arah atas, ditutupi oleh tanah atau lapisan evaporasi
sabkha, dengan ketebalan ditunjukkan oleh jarak pasang surut purba (paleotidal).
3. FASIES ESTUARIN
Estuarin menutupi lembah sungai (incised valley) hasil dari penarikan muka air laut
yang cepat pada kala Holosen. Tubuh pasir estuarin berlokasidan berbatasan dengan
saluran utama (main channel) dan terdiri dari sedimen yang dibawa ke bawah oleh
sungai dan disuplai dari batas marine shelf, mud flatdan rawa yang juga terbentuk
pada estuarin. Tubuh batupasir marin pada estuarin didominasi oleh gelombang yang
juga merupakan gabungan yang terdiri dari beberapa fasies yang berlainan. Pada fase
tansgresif, beberapa atau semua kompleks bar tererosi di sepanjang perulangan muka
pantai (shoreface) dan ditutupi oleh permukaan ravinement. Lingkungan
pengendapan tersebut berhubungan sampai estuary mouth dan central basin area.
Tubuh pasir marin mungkin terlindungi lebih atau kurang lengkap pada saat
progradasi dengan sedimen muka pantai dan pantai melalui endapan washover, flat
tidal dan tidal inlet. Pada profil vertikal, secara ideal endapan cekungan berbutir halus
memperlihatkan butiran yang simetris. Endapan yang halus terlihat pada tengah
cekungan. Pada estuarin, proses yang dominan adalah pasang-surut, tubuh pasir
seperti erosional truncation atau completely removed oleh migrasi headward dari
saluran pasang-surut (tidal channel) terpisah dari pasir bar (sand bar). Erosi oleh
saluran sepanjang transgresi juga menyebabkan silang siur atau laminasi sejajar dari
sand bar. Pola urutan pengendapan dari fasies sebagai hasil dari transgresi ini akan
menunjukkan kecenderungan menghalus ke atas.
4. FACIES LAGOON
Lagoon merupakan daerah dimana pada saat air pasang tergenang air laut dan pada
saat air surut ada air yang tetinggal di situ yang bisa bercampur dengan air hujan/air
sungai. Dengan demikian kadar garam lagoon adalah payau(branchish lagoon).
Biasanya pada air payau yang stagment(berhenti sirkulasi) adalah anaerob (tanpa o2),
akibat pada tempat ini terjadi pembusukan material disebabkan oleh bakteri anaerob.
• Batuan dengan ukuran butir lanau sampai lempung atau batupasir halus.
5. FACIES BARRIER
Dalam hal ini lebih ditekankan pad lingkungan pantai no-deltaic, yaitu hingga
kedalaman 200 m. Berdasarkan kisaran pasang surut(tidal range) pantai terdiri dari 3
macam:
Pada daerah pantai pada umumnya terbentuk tanggul-tanggul pantai dengan bentuk
yang memanjang, parallel dengan garis pantai. Tanggul pantai dipisahkan dengan
daratan oleh lagoon. Suplay material pasir yang tetap dan stabilitas daerah yang
cukup serta gradient yang rendah merupakan faktor yang dapat menyebabkan
majunya sistem ini.
Daerah permukaan pantai secara umum dapat dipisahkan menjadi sub-sub lingkungan
pengendapan yang sejajar dengan garis pantai., sebagai berikut:
b. Back shore
Juga merupakan daerah supra tidal dari pantai dimana tergenang pada waktu terjadi
badai.
c. Fore shore
d. Shore face
Merupakan bagian permukaan pantai yang lebih dalam lagi yaitu dari permukaan
rata-rata air surut sampai dengan dasar gelombang kondisi tenang, jadi merupakan
subtidal. Selanjutnya semakin jauh lagi merupakan offshore.
Profil endapan-endapan Pantai
Permukaan pantai energy gelombang tinggi dapat dibagi-bagi lagi menjadi beberapa
zona :
Dicirikan dengan ripple laminasi skala kecil diatas foresets yang miring kearah laut
dan darat, merefleksikan aktifitas gelombang badai.
Berupa perlapisan sejajar diatas foresets yang miring kearah laut dan darat.
Untuk endapan pada zona ini lebih merupakan endapan dengan struktur perlapisan
sejajar tetapi kadang-kadang diselingi foresets yang miring kearah laut dari inner
rough zone.
• Seaward slope
Ripple laminasi skala kecil yang mengarah ke darat berselingan dengan laminasi
sejajar miring kea rah laut.
• Bar crest
• Landward slope
Perlapisan perlapisan miring kearah darat dengan sudut rendah, susunan silang siur
mangkok dan foreset-foreset miring kearah darat dengan sudut curam.
• Through
Disusun oleh sedimen dengan ukuran butir yang lebih halus dengan ripple laminasi
dihasilkan oleh arus-arus sepanjang pantai. Juga dihasilkan struktur planar
crossbedding kearah darat dari pasir yang lebih kasar.
• Lower offshore
Pasir sedang-kasar dengan struktur megaripple
• Upper offshore
Endapan berupa pasir halus lumpuran dengan struktur bioturbasi (bagian bawah) dan
berselingan dengan pasir dan lumpur dengan struktur laminasi sejajar dan bioturbasi.
• Lower shoreface
Endapan dengan ukuran pasir halus dengan struktur ripple laminasi skala kecil.
• Upper shoreface
• Fore shore
Pasir halus-sedang, struktur laminasi sejajar, antidune dan ripple laminasi dengan
sudut rendah dan tinggi diatas lapisan cangkang-cangkang organic.
• Back shore
Ukuran pasir halus dengan struktur laminasi sejajar dan ripple laminasi skala kecil.
2. Lingkungan laut dalam
• Lower fan
Dicirikan adanya penebalan keatas (thickening upward), terdiri dari asosiasi fasies-
fasies classical turbidites.
• Upper fan
e. Politic interval(E) :
• Hemipelagic mud
• Turbulent mud
Berdasarkan pada jarak transportasi dan keadaan massa sedimennya, maka endapan
turbidite dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar.
a. Fluxo turbidite
b. Proximal turbidite
Mempunyai cirri-ciri :
c. Distal turbidite
Mempunyai cirri-cir:
a. Classical turbidites
c. Pebbly sandstone
• Terjadi pen-channel-an
d. Conglomerates
• Struktur slump