Anda di halaman 1dari 6

LINGKUNGAN PENGENDAPAN FLUVIO-DELTAIK

SISTEM FLUVIAL

Fluvial merupakan aktivitas aliran sungai, terdapat empat macam sungai yaitu
straight, anastomosing, meandering dan braided. Sungai anastomosing
dipisahkan oleh pulau alluvial permanen, yang ditutupi tumbuhan yang lebat
yang distabilisasi oleh bank sungai. braiding (anyaman) juga naik dengan cepat,
fluktuasi cepat pada pemberhentian sungai, kecepatan tinggi dari pasokan
sedimen kasar, dan mudah tererosi. Sungai yang mempengaruhi sistem fluvial
adalah:
1. Straight: suatu channel dengan bentuk straight didominasi oleh lempung
dengan intensitas kelokan yang kecil, terbentuk karana perpindahan arus
pada pasir atau kelompok-kelompok bar, segmen channel jarang terbentuk
pada jarak yang panjang.
2. Anastomosing: sungai anastomosing dipisahkan pulau alluvial yang
permanen dan ditutupi dengan tumbukan yang lebat yang distabilisasi oleh
bank sungai. Braided (anyaman) juga naik dengan cepat, fluktuasi cepat
pada pemberhentian sungai, kecepatan tinggi dari pasokan sedimen kasar
dan mudah tererosi.
3. Meander: sistem ini didominasi oleh material dengan butiran halus dan
memperlihatkan distribusi butiran menghalus ke atas. Struktur sedimen yang
berkembang merefleksikan berkurangnya arus yang bekerja, yaitu through
cross bedding pada bagian bawah dan paralel laminasi pada bagian
channel. Penampang log elektrik merefleksikan arah umum menghalus ke
atas yang terbagi ke dalam tiga subfasies utama yang menghasilkan
pengendapan pada tiga sublingkungan yang berbeda:
a. Subfasies flood plain: subfasies flood plain terdiri dari endapan
batupasir yang sangat halus, batulanau dan batulempung yang
diendapkan pada daerah overbank floodplain sungai. Struktur sedimen
yang berkembang adalah laminasi ripple mark dan kadang-kadang
terdapat horizon batupasir yang mengisi struktur shrinkage yang
diasumsikan terdapat pada daerah subaerial.
b. Subfasies channel: pada subfasies channel terjadi perpindahan lateral
channel meander yang mengerosi bagian luar dari tepi sungai yang
cekung, menggerus dasar sungai dan endapan sedimen pada point bar.
Proses tersebut menghasilkan karakteristik sikuen pada ukuran butir
dan struktur sedimen. Pada dasar permukaan bidang erosi diisi oleh
material sedimen berbutir kasar, mud pellet dan sisa-sisa kayu.
Endapan tersebut disebut sebagai lag deposit pada dasar channel dan
ditindih oleh sikuen batupasir dengan distribusi butiran menghalus ke
atas.
c. Subfasies abandoned channel: pada subfasies abandoned channel
terdapat endapan batupasir halus berbentuk tapal kuda dan biasanya
disebut oxbow lake yang terbentuk ketika sungai meander memotong
bagian lain dari permukaan di sekitar sungai tersebut. Endapan pada
subfasies ini serupa dengan endapan pada subfasies floodplain, tetapi
dapat dibedakan dari geometrinya yaitu endapan yang menindih abrasi
channel lag konglomerat tidak terdapat selang dengan sikuen batupasir
point bar.
4. Braided: braided dihasilkan oleh channel dengan intensitas kelokan yang
kecil dan kaya akan material pasir yang terbentuk oleh tingkat intensitas
aliran air yang kecil diantara bar-bar channel. Struktur sedimen yang
terbentuk dan merefleksikan pengendapan pada saat itu antara lain: tabular
cross bedding, punggungan bar yang lurus memanjang dan pada log
menunjukkan bentuk blocky. Pada daerah ini, pengerosian terjadi dengan
cepat dengan proses pengisian sedimen yang cepat dikarenakan sungai
pada sistem ini mempunyai kelebihan material sedimen. Sikuen sedimentasi
pada sistem braided ini pada umumnya didominasi oleh material sedimen
berbutir kasar dengan sedikit material sedimen berbutir halus pada bagian
atasnya.

Fasies braided channel dilihat dari struktur sedimen dan respon well log.
Sadettin KORKMAZ
Coal Occurrence in Ancient Sedimentary Environments
p. 17 - 24

LACUSTRINE DEPOSITS, cirinya :


1. Tidak ada fosil marine, fosil air tawar sering hadir dan kadang-kadang fosil
payau.
2. Dalam lingkungan lakustrin yang ideal, pengendapan dari tepi kepusat
danau secara lateral mengalami penghalusan (kasar di tepi danau dan
menghalus ke pusat danau)
3. Mengandung berbagai macam struktur sedimen; laminasi pada sedimen
berbutir halus, cross bedding, channel filling, graded bedding tampak dalam
shore fasies. Mud crack mungkin juga terjadi disebabkan oleh fluktuasi muka
air
4. Sedimen danau bersortasi baik
5. Endapannya sering terbentuk dalam penyebaran yang tidak teratur
6. Endapannya berasal dari endapan fluvial

Lokasi yang baik untuk pengendapan batubara dan pengendapan peat di


lingkungan lakustrin adalah :
1. Lakustrine deltas
2. Swamp
3. Marsh di sekitar danau

DELTAIC DEPOSITS
1. Pembentukan delta tergantung dari sedimentasi yang bersal dari daratan,
kedalaman laut, gelombang dan air laut.
2. Berdasarkan faktor di atas, delta dibagi menjadi tiga tipe :
a. Pembentukannya dipengaruhi oleh sungai.
b. Pembentukannya dipengaruhi pasang surut pantai
c. Pembentukannya dipengaruhi gelombang dan arus
3. Endapan-endapan delta mempunyai ketebalan beberapa ratus meter dan
penyebarannya bisa mencapai ribuan km5.
4. Tempat yang cocok untuk akumulasi peat dan pengendapan batubara pada
delta adalah alluvial plain.
5. Pertumbuhan sesar pada delta mengontrol akumulasi peat. Akumulasi peat
berlangsung kontinyu terjadi pada down-throuwn block dan hanya dalam
jumlah sedikit terdapat pada up-throuwn block.
6. Bagian atas dari river-dominated delta sekuen adalah tempat yang baik
untuk pengendapan batubara.

Macam endapan-endapan delta :


1. Shales dan batulempung terendapkan di prodelta
2. Sand, silt dan clays terendapkan di delta front
3. Alluvium, swamps dan marsh di delta plain dan distributary channel.
Identifikasi endapan-endapan delta :
1. Dalam sekuen delta, endapan-endapan marine cenderung mengkasar ke
atas. Siklus ini khususnya untuk delta yang pembentukannya didominasi
oleh sungai, yang menghasilkan progradasi.
2. Delta platform mengandung batupasir cross bedded, channel fillings,
bioturbasi, cross laminasi, current ripple, plant remaint dan lapisan batubara.
Serpih prodelta menunjukkan laminasi sejajar dan current ripple laminasi.
Dicirikan dengan sudut cross bedding yang besar dan tidak teratur.
3. Endapan prodelta mengandung fosil-fosil marine yang berada pada bagian
bottom dan brackish fosils pada bagian top-nya. Bagian paling atas dari
delta mengandung plant remaint yang berasosiasi dengan roots (tumbuh-
tumbuhan) dan lapisan batubara.
4. Batupasir delta umumnya well sorted.
5. Delta umumnya berbentuk kipas dan kadang-kadang berbentuk prismatik.

FLUVIAL DEPOSITS
Endapan fluvial dapat terbentuk pada lingkungan sungai meander maupun
braided river (sungai teranyam). Akumulasi peat dan pengendapan batubara
sering terbentuk pada lingkungan sungai meander.

Endapan Sungai Meander :


1. Sungai meander terbentuk pada topografi rendah di daerah dekat pantai.
2. Kenampakan yang paling signifikan pada sungai meander adalah bahwa
satu sisi pada bagian tepi sungai telah mengalami erosi dan menghasilkan
material hasil erosi dan terendapkan pada saluran sungai yang lain.
Konsekuensinya, tepi sungai menjadi tidak stabil terhadap erosi yang
disebabkan oleh arus.
3. Arus sungai pada channel, mengerosi pada lekuk luar sungai (outer concave
banks) dan terendapkan pada bagian dalam sungai yang berbentuk
cembung (inner convex banks).
4. Perbandingan material berbutir kasar (batupasir dan sedikit pebble) dengan
material berbutir halus (batulanau dan batulempung) pada endapan
meander adalah 50 : 50.
5. Pemilahannya buruk sampai sedang.
6. Sering terdapat fresh water fosils, plant remaint, bones, roots, dan lapisan
batubara.
7. Total ketebalan dari sekuen fluvial dapat mencapai ribuan meter.
Penyebarannya bisa mencapai ribuan km.
8. Akumulasi peat dan batubara sering terdapat pada flood plain dan
abandoned channel fasies.

Lokasi Pengendapan pada Lingkungan Sungai Meander :


1. Channel floor: batuannya berbutir kasar danjarang yang bersortasi baik.
Terdapat pada channel.
2. Point bar: berupa endapan batupasir, umumnya cross bedded bersudut
besar (large-scaled) pada bagian bottom dan cross bedded bersudut kecil
(small-scaled) dan paralel laminasi pada bagian top.
3. Flood plain: berupa dataran banjir yang terbentuk oleh material secara
suspensi yang mengikuti genangan air selama banjir. Endapan-endapannya
berupa batulanau, batulempung dan batupasir halus. Struktur sedimen yang
sering terbentuk adalah laminasi, ripple marks, mud-cracks dan konkresi
karbonat.
4. Abandoned channel (oxbow lake): channel ini terbentuk setelah adanya
sungai lain yang melimpas. Danau bisa terbentuk pada daerah ini.
Endapannya dicirikan dengan adanya batulanau, batulempung dan batupasir
halus. Lensa batubara dapat terbentuk pada lingkungan ini.

LINEAR CLASTIC SHORELINE DEPOSITS


1. Material-material tertransportasi ke laut disebabkan oleh arus yang kuat dan
berbentuk linear clastic shoreline.
2. Lingkungan linear clastic shoreline meliputi:
a. Coastal alluvial plains
b. Tidal plains
c. Lagoon
d. Barrier Islands
e. Shoreface

LAGOON DEPOSITS
1. Merupakan lingkungan pengendapan yang dangkal, terisolasi dari laut
dengan adanya barrier islands.
2. Air pada lagoon mengandung garam dan derajat salinitasnya tergantung
pada jumlah air laut dalam lagoon dan tingkat evaporasi (laju penguapan).
3. Fauna bermacam-macam tergantung pada tingkat salinitas.
4. Kaya akan batulanau, batulempung, lumpur, batupasir halus dan batubara.
Evaporit dan dolomit dapat terbentuk dalam lagoon yang kering (arid
lagoon).
5. Sebagian dari fosil-fosil marine, brackish fosils dan fresh water fosil sering
dijumpai.
6. Struktur sedimen yang berkembang antara lain : laminasi, bioturbasi, dan
mud crack.
7. Sortasi biasanya buruk.

BARRIER ISLANDS DEPOSITS


9. Terdapat diantara lagoon dan offshore dan mempunyai panjang beberapa
kilometer.
10. Banyak mengandung batupasir dan sedikit material berbutir halus.
11. Progradasi barrier islands menuju laut atau menuju daratan tergantung pada
fluktuasi muka air laut yang menghasilkan formasi regresi atau transgresi
sekuen barrier islands dengan teluk kecil barrier (barrier-inlets).
12. Transgresif sekuen dicirikan dengan endapan laut dangkal pada bagian
bottom dan endapan laut dalam pada bagian top-nya. Regresif sekuen
adalah sebaliknya.
13. Struktur sedimen yang terkandung meliputi laminasi, tabular, planar dan
cross bed.
14. Cross bed pada regresi: dip seaward, pada transgresi : dip in the opposite
direction, Tidal channel : bidirectional, Barrier islands : low angle type.
15. Endapannya bersortasi baik, mengandung berbagai macam fosil marine.

MATTEWS, Robley K.
Dinamic Stratigraphy, p. 222 -223

Clastic Sediment in Coastal Environment


1. Strand line: daerah interaksi antara air terbuka (open water) dan endapan-
endapan air dangkal (the shallow water sediments) yang berasosiasi dengan
daerah pantai (coastal area).
2. Topset sediments: endapan-endapan yang akumulasinya menuju daratan
menjauhi strand line.
3. Bottomset sediments: endapan-endapan yang jauh dari pantai (offshore).
Endapan laut dalam yang tidak dipengaruhi oleh proses tidal dan
gelombang. Endapannya berupa batulempung, lumpur dengan fauna
benthonic dan mungkin juga organisme pellagic. Akumulasi sediment secara
agradasi.
4. Foreset sediments: terletak antara strand line dan bottomset sediments,
yang pengendapannya berlangsung secara kontinyu. Bagian atas foreset
deposits adalah endapan sungai (pada muara sungai) dan barrier.
Akumulasi sediment secara progradasi. Siklus pengendapan mengkasar ke
atas (coarsening-upward cycle).
5. Ketebalan dari coastal clastic sediments ditentukan oleh muka air laut
(diatas) dan permukaan topografi (didasar). (p. 243)
6. Progradasi terjadi bila sedimen terakumulasi secara lateral, kemenerusan
akumulasi menuju ke laut.
7. Agradasi adalah pengendapan secara vertikal, contohnya pada coastal
swamps jika kenaikan muka air laut lambat.

Anda mungkin juga menyukai