Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN HASIL KEGIATAN

BANTUAN HIDUP DASAR

I. PENDAHULUAN

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan anugrah kepada kami
sehingga kami dapat mengikuti pelatihan yang di selenggarakan oleh Rumah Sakit
Muhammadiyah Kalitidu (In House Training) adapun topiknya adalah Bantuan Hidup
Dasar.

Menghadapi pasar bebas dan era globalisasi akan terjadi persaingan yang ketat dalam
pemberian jasa pelayanan kesehatan. Pemerintah telah memberlakukan akreditasi
rumah sakit sesuai dengan peraturan mentri kesehatan RI No. 159b/Menkes/Per/1988,
dan SK/Menkes/436/1993 tentang penerapan standar pelayanan rumah sakit dan
standar pelayanan medis, maka seluruh rumah sakit di wajibkan untuk menerapkan
standar tersebut tanpa memandang kelas dan status kepemilikan nya. Dalam hal ini
aspek pemberian jasa pelayanan yang bermutu serta profesional.

Sehubungan dengan hal tersebut dokter ahli jantung menyatakan BHD semestinya di
kuasai oleh tenaga medis dan non medis agar bisa melakukan pertolongan pertama
bagi pasien yang mengalami situasi gawat seperti henti nafas dan henti jantung.

II. LATAR BELAKANG

Penyakit jantung dan pembuluh darah sampai saat ini masih merupakan penyebab
kematian nomor satu di dunia, di perkirakan akan semakin banyak orang yang
meninggal karena penyakit jantung dan pembuluh darah di bandingkan penyakit lainnya.
Dari survei yang di lakukan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2004, di
perkirakan sebanyak 17,1juta meninggal (29,1% dari jumlah kematian total) karena
penyakit jantung dan pembuluh darah. Dari kematian 17,1 juta orang tersebut di
perkirakan 7,2 juta kematian di sebabkan penyakit jantung coroner. Pada tahun 2030
WHO memperkirakan akan terjadi 23,6 juta kematian karena penyakit jantung dan
pembuluh darah. Asia tenggara juga di prediksi merupakan daerah yang mengalami
peningkatan tajam angka kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.

Henti nafas adalah apabila pernafasan berhenti ( Apneu ), sedangkan henti jantung
adalah apabila jantung berhenti berkontraksi dan memompa darah. Kedua keadaan ini
saling kait mengkait.

Dalam melakukan pelayanan kegawat daruratan, kita memperhatikan dua komponen


utama, yaitu komponen Bantuan Hidup Dasar serta komponen bantuan hidup jantung
lanjutan sebagai pelengkap jika bantuan hidup jantung dasar berhasil di lakukan.
Bantuan hidup jantung dasar umumnya tidak menggunakan obat-obatan dan dapat di
lakukan dengan baik setelah melakukan pelatihan singkat. Seiring dengan
perkembangan pengetahuan di bidang kedokteran, maka pedoman bantuan hidup
jantung dasar yang sekarang di lakukan telah mengalami perbaikan dibandingkan
sebelumnya. Bulan Oktober 2010, American Health Asociation (AHA) mengeluarkan
pedoman baru Bantuan Hidup Dasar Dewasa. Terdapat beberapa perubahan sangat
mendasar dan berbeda dengan panduan bantuan hidup dasar sebelumnya, seperti :

1. Pengenalan kondisi henti jantung mendadak segera berdasarkan penilaian respon


penderita dan tidak adanya nafas.
2. Perintah “LOOK, Listen and Feet” dihilangkan dari algoritma bantuan hidup dasar.
3. Penekanan bantuan kompresi dada yang berkelanjutan dalam melakukan resusitasi
jantung paru oleh tenaga terlatih.
4. Perubahan urutan pertolongan bantuan hidup dasar dengan mendahulukan kompresi
sebelum melakukan pertolongan bantuan nafas (CAB dibandingkan dengan ABC).
5. Resusitasi jantung paru (RJP) yang efektif dilakukan sampai didapatkannya kembali
sirkulasi spontan atau penghentian upaya resusitasi.
6. Peningkatan fokus methode untuk meningkatkan kualitas RJP yang lebih baik.
7. Penyederhanaan algoritma bantuan hidup dasar.
Henti nafas adalah apabila pernafasan berhenti ( Apneu ), sedangkan henti jantung adalah
apabila jantung berhenti berkontraksi dan memompa darah. Kedua keadaan ini saling kait
mengkait.
Komponen yang harus dikuasai sebelum melakukan bantuan hidup jantung dasar adalah
pengetahuan untuk menilai keadaan penderita, teknik penilaian pernafasan yang baik serta
pemberian ventilasi buatan yang baik dan benar, dilanjutkan dengan teknik kompresi dada
yang baik dan frekuensi kompresi yang adekuat. Selain komponen pengetahuan serta
teknik yang telah disebutkan diatas penolong pertama yang melakukan bantuan hidup
jantung dasar juga harus menguasai teknik mengeluarkan benda asing pada obstruksi jalan
nafas.

III. TUJUAN
1. Mengetahui sejauh mana target pelatihan bantuan hidup dasar tercapai
2. Rencana tindak lanjut atas pelatihan bantuan hidup dasar yang telah terealisasi
3. Evaluasi penggunaan biaya pelatihan bantuan hidup dasar
4. Tertib administrasi penyelenggaraan diklat (In House Training) di Rumah Sakit
Muhammadiyah Kalitidu

IV. PELAKSANAAN
1. Peserta Pelatihan
Peserta pelatihan bantuan hidup dasar adalah Seluruh Karyawan Rumah Sakit
Muhammadiyah Kalitidu.
2. Pelaksanaan Pelatihan
Pelatihan Bantuan Hidup Dasar dilaksanakan pada tanggal 18 Februari sampai 04
Maret 2015. Adapun penyelenggara pelatihan ini adalah Rumah Sakit
Muhammadiyah Kalitidu.
3. Hasil Pelatihan
Seluruh peserta yang mengikuti pelatihan bantuan hidup dasar dari awal sampai
akhir, sehingga di nyatakan lulus dan berhak mendapatkan sertifikat sebagai tanda
legalisasi telah mengikuti pelatihan.

V. MATERI PELATIHAN
 Panduan Pelatihan Bantuan Hidup Dasar
 Standar Prosedur Operasional Bantuan Hidup Dasar

VI. BIAYA PELATIHAN


Seluruh Biaya pelatihan Bantuan Hidup Dasar ( In House Training) yang diikuti
ditanggung oleh manajemen Rumah Sakit Muhammadiyah Kalitidu. Adapun rincian nya
sebagai berikut:
 Biaya Konsumsi @ Rp.7500 x 87 = Rp. 652.500
 Biaya Foto copy materi @ Rp.1000 x 87 = Rp. 87.000 +

Rp. 739.500

VII. EVALUASI
Penyelenggaraan In House Training dengan melibatkan seluruh karyawan Rumah Sakit
Muhammadiyah Kalitidu telah terealisasi dengan baik. Indikatornya adalah :
1. Seluruh Peserta pelatihan Bantuan Hidup Dasar harus mengikuti pelatihan dari
awal sampai akhir.
2. Peserta pelatihan mendapatkan sertifikat atas pelatihan yang telah di ikuti.
3. Tidak ada pembengkakan biaya atas pelatihan bantuan hidup dasar yang
didikuti.

VIII. SARAN
Hendaknya untuk meningkatkan keilmuan dan mengUpDate keilmuan yang baru, kami
mengharapkan kepada jajaran direksi Rumah Sakit Muhammadiyah Kalitidu supaya
mengikutsertakan seluruh karyawan lain dalam seminar atau pun pertemuan ilmiah yang
lain agar mereka mendapatkan pengalaman dan ilmu baru. Hal yang paling penting
adalah rumah sakit dapat mengikuti perkembangan dunia keilmuan modern.

IX. RENCANA TINDAK LANJUT

Rencana Tindak lanjut pelatihan Bantuan Hidup Dasar ini adalah menerapkan secara
langsung apabila di suatu tempat ada kejadian henti jantung pada seseorang.

X. PENUTUP
Demikian laporan hasil kegiatan pelatihan Bantuan Hidup Dasar yang di selenggarakan
Rumah Sakit Muhammadiyah Kalitidu ini kami buat, kami sadar bahwa laporan pelatihan
ini masih banyak kekurangannya. Untuk kritik dan saran yang membangun sangat kami
butuhkan sebagai bahan perbaikan dalam mengaplikasikan hasil pelatihan yang telah
kami ikuti. Semoga pelatihan bantuan hidup dasar ini mampu memberikan efek
signifikan positif bagi rumah sakit dalam upayanya memberikan pelayanan prima.

Kalitidu, 05 Maret 2015


Mengetahui,

Instruktur Direktur

dr. Sudhianto dr. Hj. Diana K, M. MKes

LAPORAN HASIL KEGIATAN

BANTUAN HIDUP DASAR

I. PENDAHULUAN

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan anugrah kepada kami
sehingga kami dapat mengikuti pelatihan yang di selenggarakan oleh Rumah Sakit
Muhammadiyah Kalitidu (In House Training) adapun topiknya adalah Bantuan Hidup
Dasar.

Menghadapi pasar bebas dan era globalisasi akan terjadi persaingan yang ketat dalam
pemberian jasa pelayanan kesehatan. Pemerintah telah memberlakukan akreditasi
rumah sakit sesuai dengan peraturan mentri kesehatan RI No. 159b/Menkes/Per/1988,
dan SK/Menkes/436/1993 tentang penerapan standar pelayanan rumah sakit dan
standar pelayanan medis, maka seluruh rumah sakit di wajibkan untuk menerapkan
standar tersebut tanpa memandang kelas dan status kepemilikan nya. Dalam hal ini
aspek pemberian jasa pelayanan yang bermutu serta profesional.

II. LATAR BELAKANG

Penyakit jantung dan pembuluh darah sampai saat ini masih merupakan penyebab
kematian nomor satu di dunia, di perkirakan akan semakin banyak orang yang
meninggal karena penyakit jantung dan pembuluh darah di bandingkan penyakit lainnya.
Dari survei yang di lakukan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2004, di
perkirakan sebanyak 17,1juta meninggal (29,1% dari jumlah kematian total) karena
penyakit jantung dan pembuluh darah. Dari kematian 17,1 juta orang tersebut di
perkirakan 7,2 juta kematian di sebabkan penyakit jantung coroner. Pada tahun 2030
WHO memperkirakan akan terjadi 23,6 juta kematian karena penyakit jantung dan
pembuluh darah. Asia tenggara juga di prediksi merupakan daerah yang mengalami
peningkatan tajam angka kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.

Dalam melakukan pelayanan kegawat daruratan, kita memperhatikan dua komponen


utama, yaitu komponen Bantuan Hidup Dasar serta komponen bantuan hidup jantung
lanjutan sebagai pelengkap jika bantuan hidup jantung dasar berhasil di lakukan.
Bantuan hidup jantung dasar umumnya tidak menggunakan obat-obatan dan dapat di
lakukan dengan baik setelah melakukan pelatihan singkat. Seiring dengan
perkembangan pengetahuan di bidang kedokteran, maka pedoman bantuan hidup
jantung dasar yang sekarang di lakukan telah mengalami perbaikan dibandingkan
sebelumnya. Bulan Oktober 2010, American Health Asociation (AHA) mengeluarkan
pedoman baru Bantuan Hidup Dasar Dewasa. Terdapat beberapa perubahan sangat
mendasar dan berbeda dengan panduan bantuan hidup dasar sebelumnya, seperti :

1. Pengenalan kondisi henti jantung mendadak segera berdasarkan penilaian respon


penderita dan tidak adanya nafas.
2. Perintah “LOOK, Listen and Feet” dihilangkan dari algoritma bantuan hidup dasar.
3. Penekanan bantuan kompresi dada yang berkelanjutan dalam melakukan resusitasi
jantung paru oleh tenaga terlatih.
4. Perubahan urutan pertolongan bantuan hidup dasar dengan mendahulukan kompresi
sebelum melakukan pertolongan bantuan nafas (CAB dibandingkan dengan ABC).
5. Resusitasi jantung paru (RJP) yang efektif dilakukan sampai didapatkannya kembali
sirkulasi spontan atau penghentian upaya resusitasi.
6. Peningkatan fokus methode untuk meningkatkan kualitas RJP yang lebih baik.
7. Penyederhanaan algoritma bantuan hidup dasar.

Komponen yang harus dikuasai sebelum melakukan bantuan hidup jantung dasar adalah
pengetahuan untuk menilai keadaan penderita, teknik penilaian pernafasan yang baik serta
pemberian ventilasi buatan yang baik dan benar, dilanjutkan dengan teknik kompresi dada
yang baik dan frekuensi kompresi yang adekuat. Selain komponen pengetahuan serta
teknik yang telah disebutkan diatas penolong pertama yang melakukan bantuan hidup
jantung dasar juga harus menguasai teknik mengeluarkan benda asing pada obstruksi jalan
nafas.

III. TUJUAN
1. Mengetahui sejauh mana target pelatihan bantuan hidup dasar tercapai
2. Rencana tindak lanjut atas pelatihan bantuan hidup dasar yang telah terealisasi
3. Evaluasi penggunaan biaya pelatihan bantuan hidup dasar
4. Tertib administrasi penyelenggaraan diklat (In House Training) di Rumah Sakit
Muhammadiyah Kalitidu

IV. PELAKSANAAN
1. Peserta Pelatihan
Peserta pelatihan bantuan hidup dasar adalah Seluruh Karyawan Rumah Sakit
Muhammadiyah Kalitidu.
2. Pelaksanaan Pelatihan
Pelatihan Bantuan Hidup Dasar dilaksanakan pada tanggal 08 April sampai 21 April
2016. Adapun penyelenggara pelatihan ini adalah Rumah Sakit Muhammadiyah
Kalitidu.
3. Hasil Pelatihan
Seluruh peserta yang mengikuti pelatihan bantuan hidup dasar dari awal sampai akhir,
sehingga di nyatakan lulus dan berhak mendapatkan sertifikat sebagai tanda legalisasi
telah mengikuti pelatihan.

V. MATERI PELATIHAN
 Panduan Pelatihan Bantuan Hidup Dasar
 Standar Prosedur Operasional Bantuan Hidup Dasar

VI. BIAYA PELATIHAN


Seluruh Biaya pelatihan Bantuan Hidup Dasar (In House Training) yang diikuti
ditanggung oleh manajemen Rumah Sakit Muhammadiyah Kalitidu. Adapun rincian nya
sebagai berikut:
 Biaya Konsumsi @ Rp.7500 x 87 = Rp. 652.500
 Biaya Foto copy materi @ Rp.1000 x 87 = Rp. 87.000 +
Rp. 739.500

VII. EVALUASI
Penyelenggaraan In House Training dengan melibatkan seluruh karyawan Rumah Sakit
Muhammadiyah Kalitidu telah terealisasi dengan baik. Indikatornya adalah :
1. Seluruh Peserta pelatihan Bantuan Hidup Dasar harus mengikuti pelatihan dari awal
sampai akhir.
2. Peserta pelatihan mendapatkan sertifikat atas pelatihan yang telah di ikuti.
3. Tidak ada pembengkakan biaya atas pelatihan bantuan hidup dasar yang didikuti.

VIII. SARAN
Hendaknya untuk meningkatkan keilmuan dan mengUpDate keilmuan yang baru, kami
mengharapkan kepada jajaran direksi Rumah Sakit Muhammadiyah Kalitidu supaya
mengikutsertakan seluruh karyawan lain dalam seminar atau pun pertemuan ilmiah yang
lain agar mereka mendapatkan pengalaman dan ilmu baru. Hal yang paling penting
adalah rumah sakit dapat mengikuti perkembangan dunia keilmuan modern.

IX. RENCANA TINDAK LANJUT

Rencana Tindak lanjut pelatihan Bantuan Hidup Dasar ini adalah menerapkan secara
langsung apabila di suatu tempat ada kejadian henti jantung pada seseorang.

X. PENUTUP

Demikian laporan hasil kegiatan pelatihan Bantuan Hidup Dasar yang di selenggarakan
Rumah Sakit Muhammadiyah Kalitidu ini kami buat, kami sadar bahwa laporan pelatihan
ini masih banyak kekurangannya. Untuk kritik dan saran yang membangun sangat kami
butuhkan sebagai bahan perbaikan dalam mengaplikasikan hasil pelatihan yang telah
kami ikuti. Semoga pelatihan bantuan hidup dasar ini mampu memberikan efek
signifikan positif bagi rumah sakit dalam upayanya memberikan pelayanan prima.

Kalitidu, 21 April 2016


Mengetahui,

Instruktur Direktur

dr. Desy Andriani Asfari dr. Hj. Diana K, M. MKes

Anda mungkin juga menyukai