(SKILL LABORATORY)
BLOK 2.3 (DASAR-DASAR PATOLOGI)
1
KONTRIBUTOR
KATA PENGANTAR
2
Proses pembelajaran pada Blok 2.3 (Dasar-dasar Patologi) ini merupakan integrasi dari
ilmu sistem digesti dan urinari serta sistem endokrin dan reproduksi. Dalam blok ini, mahasiswa
akan mempelajari dasar-dasar patologi yang akan diterapkan pada pembelajaran mengenai
berbagai penyakit pada blok-blok berikutnya
Untuk mendukung kemampuan tersebut, dalam blok ini mahasiswa akan dititikberatkan
pada metode belajar mandiri secara aktif serta keterampilan menyatakan pendapat baik secara
verbal maupun tertulis, terdiri dari sesi kuliah tatap muka, diskusi kelompok, dan skills lab.
Proses pembelajaran ini telah disusun sedemikian rupa dengan maksud agar mahasiswa dapat
mengembangkan kemampuan analisis, evaluasi dan argumentasi dalam konteks sosial budaya
masyarakat Indonesia dengan mempertimbangkan aspek etika kedokteran dan humaniora.
Dalam rangka mencapai tujuan akhir yaitu menjadi dokter keluarga, selain mempunyai
perilaku yang baik, beretika, seorang dokter juga harus terampil serta mampu berkomunikasi
secara efektif. Dalam blok 2.3 (Dasar-Dasar Patologi) ini mahasiswa akan mempelajari tentang
skills lab anamnesis dan penulisan rekam medis, bantuan hidup dasar, penutupan dan
pembalutan luka, serta skills terintegrasi dengan blok sebelumnya. Untuk masing-masing materi
skill lab akan dilakukan dalam 3 sesi , yang pertama merupakan sesi terbimbing dimana
mahasiswa akan didampingi oleh seorang tutor untuk masing-masing kelompok, sesi kedua
adalah feedback (proses evaluasi), dan sesi ketiga adalah ujian OSCE yang akan diadakan pada
akhir semester. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, mahasiswa diharapkan dapat
mengikuti skill lab dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR ISI
KONTRIBUTOR 2
3
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4
DAFTAR KOMPETENSI 5
DASAR-DASAR ANAMNESIS 32
DAFTAR KOMPETENSI
Berdasarkan SKDI (Standar Kompetensi Dokter Indonesia) 2012, ada beberapa level
kompetensi yang harus dipenuhi oleh mahasiswa kedokteran untuk menjadi seorang dokter.
Daftar Keterampilan Klinis dikelompokkan menurut sistem tubuh manusia untuk
menghindari pengulangan. Pada setiap keterampilan klinis ditetapkan tingkat kemampuan yang
harus dicapai di akhir pendidikan dokter dengan menggunakan Piramid Miller (knows, knows
how, shows, does). Tingkat kemampuan tersebut, sebagai berikut:
Tingkat kemampuan 1 (Knows): Mengetahui dan menjelaskan
4
Lulusan dokter mampu menguasai pengetahuan teoritis termasuk aspek biomedik dan
psikososial keterampilan tersebut sehingga dapat menjelaskan kepada pasien/klien dan
keluarganya, teman sejawat, serta profesi lainnya tentang prinsip, indikasi, dan
komplikasi yang mungkin timbul. Keterampilan ini dapat dicapai mahasiswa melalui
perkuliahan, diskusi, penugasan, dan belajar mandiri, sedangkan penilaiannya dapat
menggunakan ujian tulis.
Tingkat kemampuan 2 (Knows How): Pernah melihat atau didemonstrasikan
Lulusan dokter menguasai pengetahuan teoritis dari keterampilan ini dengan
penekanan pada clinical reasoning dan problem solving serta berkesempatanuntuk
melihat dan mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau
pelaksanaan langsung pada pasien/masyarakat. Pengujian keterampilan tingkat
kemampuan 2 dengan menggunakan ujian tulis pilihan berganda atau penyelesaian kasus
secara tertulis dan/atau lisan (oral test).
Tingkat kemampuan 3 (Shows): Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah
supervise
Lulusan dokter menguasai pengetahuan teori keterampilan ini termasuk latar belakang
biomedik dan dampak psikososial keterampilan tersebut, berkesempatan untuk melihat
dan mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan
langsung pada pasien/masyarakat, serta berlatih keterampilan tersebut pada alat peraga
dan/atau standardized patient. Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 3 dengan
menggunakan Objective Structured Clinical Examination (OSCE) atau Objective
Structured Assessment of Technical Skills (OSATS).
5
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB)
Dengan demikian di dalam Daftar Keterampilan Klinis ini tingkat kompetensi tertinggi
adalah 4A.
Pada topik dasar-dasar patologi ini, berikut adalah daftar standar kompetensi
terkait.
TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu melakukan Bantuan Hidup Dasar sesuai dengan kebutuhan pasien.
TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti keterampilan klinik mengenai Bantuan Hidup Dasar ini, diharapkan
mahasiswa mampu :
RENCANA PEMBELAJARAN
1) Pra-sesi
- Mahasiswa menyaksikan video pemberian bantuan hidup dasar
http://www.youtube.com/watch?v=xtOZN4F4DSo
http://www.youtube.com/watch?v=OTXGbdOdH2M
http://www.youtube.com/watch?v=FREYDwotESE
- Mahasiswa diwajibkan mengerjakan working plan (menjawab beberapa pertanyaan
tentang bantuan hidup dasar dengan referensinya yaitu video BHD, buku panduan skills
lab bantuan hidup dasar, kuliah, dan referensi lain)
SKENARIO KLINIS
Pada suatu hari, Anda sedang lari pagi di Gubernuran, tiba-tiba Anda melihat seorang
laki-laki berusia ± 60 tahun terjatuh dan tidak sadarkan diri.
Apa yang Anda lakukan untuk menolongnya?
TINJAUAN TEORI
Basic Life support / Bantuan Hidup Dasar merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk
mempertahankan kehidupan pada saat pasien atau korban mengalami keadaan yang mengancam
jiwa. Sedangkan bantuan yang diberikan pada pasien /korban yang dilakukan dirumah sakit
sebagai kelanjutan dari BHD disebut Bantuan Hidup Lanjut/Advance Cardiac Life Support
(ACLS).
Yang dilakukan pada saat pertama kali menemukan pasien/korban adalah melakukan
penilaian dini guna menemukan adanya suatu keadaan yang mengancam jiwa. Aapun indikasi
dilakukannya bantuan hidup dasar (BHD) adalah :
1. Henti Napas
Merupakan suatu keadaan berhentinya pernapasan spontan disebabkan karena ganggguan
jalan napas baik parsial maupun total atau karena gangguan pusat pernapasan.
Adapun penyebab dari henti napas, yaitu :
7
a. Sumbatan jalan napas
Jalan napas dapat mengalami sumbatan total ataupun parsial. Sumbatan jalan napas
total dapat menyebabkan henti jantung secara mendadak karena berhentinya suplai
oksigen ke otak maupun ke miokard. Sumbatan jalan napas parsial umumnya lebih
lambat menimbulkan henti jantung, namun usaha yang dilakukan tubuh untuk bernapas
dapat menyebabkan kelelahan.
Kondisi-kondisi yang menyebabkan sumbatan jalan napas :
- Benda asing ( termasuk darah)
- Muntahan
- Edem laring atau bronkus akibat trauma langsung pada wajah atau tenggorokan
- Spasme laring atau bronkus baik akibat radang atau trauma
- Tumor
b. Gangguan paru
Kondisi-kondisi paru yang menyebabkan gangguan oksigenasi dan ventilasi antara lain :
- Infeksi
- Aspirasi
- Edema paru
- Kontusio paru
- Keadaan tertentu yang menyebabkan rogga paru tertekan oleh benda asing, seperti
pneumothoraks, hemtothoraks, efusi pleura
c. Gangguan Neuromuskular
Kondisi-kondisi yang menyebabkan penurunan kemampuan otot-otot utama pernapasan
(otot dinding dada, diafragma, dan otot intercostal) untuk mengembang kempiskan paru,
antara lain :
- Miastenia gravis
- Sindroma Guillen Bare
- Multiple sclerosis
- Poliomielitis
- Kiposkoliosis
- Muskular distrofi
- Penyakit motor neuron
2. Henti Jantung
Merupakan suatu keadaan berhentinya sirkulasi peredaran darah karena kegagallan jantung
untuk melakukan kontraksi secara efektif, keadaan tersebut bisa disebabkan oleh penyakit
primer dari jantung atau penyakit sekunder non-jantung.
Kondisi primer penyebab henti jantung, yaitu :
- Gagal jantung
- Tamponade jantung
- Miokarditis
- Kardiomiopati
8
- Hipertrofi
- Fibrilasi ventrikel yang mungkin disebabkan oleh iskemia miokard, infark miokard,
tersengat listrik, gangguan elektrolit, atau karena konsumsi obat-obatan.
Survey primer BHD merupakan suatu pendekatan ABC yang menggunakan serangkaian
pemeriksaan yang berurutan.
INGAT!!! Sebelum
Alur bantuan melakukan survey BHD, kita harus memastikan bahwa lingkungan sekitar
hidup dasar
penderita aman untuk melakukan pertolongan, dilanjutkan dengan memeriksa kemampuan respon
penderita, sambil meminta pertolonan untuk mengaktifkan sistem gawat darurat.
9
Gambar 1 Alur Bantuan Hidup Dasar
Sumber: American heart association; Guidelines CPR
Sebelum melakukan tahapan A (airway) terlebih dahulu dilakukan prosedur awal pada
pasien/korban, yaitu:
1. Memastikan keamanan lingkungan
Aman bagi penolong maupun aman bagi pasien/korban itu sendiri.
3. Meminta pertolongan
Bila diyakini pasien/korban tidak sadar atau tidak ada respon segera minta pertolongan
dengan cara : berteriak ”tolong !!!!” beritahukan posisi dimana, pergunakan alat komunikasi
yang ada, atau aktifkan bel/sistem emergency yang ada (bel emergency di rumah sakit).
4. Memperbaiki posisi pasien/korban
Tindakan BHD yang efektif bila pasien/korban dalam posisi telentang, berada pada
permukaaan yang rata/keras dan kering. Bila ditemukan pasien/korban miring atau telungkup
pasien/korban harus ditelentangkan dulu dengan membalikkan sebagai satu kesatuan yang
utuh untuk mencegah cedera/komplikasi.
5. Mengatur posisi penolong
Posisi penolong berlutut sejajar dengan bahu pasien/korban agar pada saat memberikan
batuan nafas dan bantuan sirkulasi penolong tidak perlu banyak pergerakan
Pada penderita yang mengalami penurunan kesadaran, maka lidah mungkin jatuh ke belakang
dan menyumbat hipofaring. Bentuk sumbatan seperti ini dapat segera diperbaiki dengan cara
mengangkat dagu (head-tilt and chin-lift maneuver) atau dengan mendorong rahang ke bawah
ake arah depan (jaw-thrust maneuver). Airway selanjutnya dapat dipertahankan dengan airway
orofaringeal (oropharyngeal airway) atau nasofaringeal (nasopharyngeal airway). Tindakan
11
yang digunakan untuk membuka airway dapat menyebabkan atau memperburuk cedera spinal,
oleh karena itu leher penderita selama mengerjakan prosedur ini harus dilakukan immobilisasi
segaris (in-line immobilization).
- Jari-jemari salah satu tangan diletakkan di bawah rahang, yang kemudian secara hati-hati
diangkat ke atas untuk membawa dagu ke arah depan.
- Ibu jari tangan yang sama, dengan ringan menekan bibir bawah untuk membuka mulut. Ibu
jari dapat juga diletakkan di belakang gigi seri (incicivus) bawah, dan dengan dagu secara
bersamaan hati-hati diangkat. Sedangkan tangan yang lain letakkan di dahi penderita dan
menekan kepala penderita ke bawah.
- Maneuver chin-lift tidak boleh menyebabkan hiperekstensi leher. Manuver ini berguna pada
korban trauma karena tidak membahayakan penderita dengan kemungkinan patah ruas
tulang leher, dan tidak juga beresiko mengubah patah tulang tanpa cedera spinal menjadi
patah tulah dengan cedera spinal.
Apabila ditemui tanda-tanda cedera tulang belakang servikal maka lakukan imobilisasi leher
secara manual. Hal ini untuk menghindari adanya cedera lebih lanjut pada tulang belakang
bagian leher pasien. Setelah itu lakukan Jaw-thrust maneuver.
Jaw-thrust maneuver
12
Maneuver mendorong rahang (jaw-thrust) dilakukan dengan cara memegang sudut rahang
bawah (angulus mandibulae) kiri dan kanan, dan mendorong rahang bawah ke depan.
Pertahankan posisi mulut pasien/korban tetap terbuka .Bila cara ini dilakukan sambil
memegang masker dari alat bag-valve, dapat dicapai kerapatan yang baik dan ventilasi yang
adekuat.
Gambar 3 Teknik membuka jalan nafas jaw-thrust
Sumber: American heart association; BLS
Bersihkan Jalan Nafas
Dilakukan untuk memastikan jalan nafas bebas dari sumbatan karena benda asing. Jenis-jenis
suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas, yaitu :
Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan napas bagian
atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung dengan
cara cross-finger untuk membuka mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk
tangan yang digunakan untuk chin-lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk
menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan
korban (eg: gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebut
Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang disebabkan
oleh cairan (eg: darah), maka lakukanlah cross-finger(seperti di atas), lalu lakukanlah finger-
sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain untuk “menyapu”
rongga mulut dari cairan-cairan.
Gambar 4 Teknik membuka jalan nafas jaw-thrust Crowing : suara dengan nada tinggi,
Sumber: American heart association; BLS
biasanya disebakan karena
13
pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head-
tilt and chin-lift atau jaw-thrust saja.
Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang terjadi pada
saat bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh.
Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan diafragma. Setiap
komponen ini harus dievaluasi secara cepat.
Dada penderita harus dibuka untuk melihat ekspansi pernafasan. Auskultasi dilakukan
untuk memastikan masuknya udara dalam paru. Perkusi dilakukan untuk menilai adanya udara
atau darah dalam rongga pleura. Inspeksi dan palpasi dapat memperlihatkan kelainan dinding
dada yang mungkin mengganggu ventilasi.
14
Gambar 5 teknik Look Listen dan Feel
Sumber: hunter advanced first aid
2. Memberikan bantuan nafas
Bantuan nafas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut atau mulut ke hidung. Bantuan nafas
diberikan sebanyak 2 kali, waktu tiap kali hembusan 1,5 – 2 detik dan volume 700 ml – 1000
ml (10 ml/kg atau sampai terlihat dada pasien/korban mengembang. Konsentrasi oksigen
yang diberikan 16 – 17 %. Perhatikan respon pasien. Ini dilakukan jika frekuensi nafas <12
kali/menit atau terjadi henti nafas (pernafasan normal adalah 12-20 kali/menit untuk orang
dewasa).
Cara memberikan bantuan pernafasan:
a. Mulut ke mulut
Merupakan metode yang mudah dan cepat. Oksigen yang dipakai berasal dari udara yang
dikeluarkan oleh penolong. Cara melakukan pertolongan adalah:
- Mempertahankan posisi head tilt chin lift, yang dilanjutkan dengan menjepit hidung
menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan yang melakukan head tilt chin lift.
- Buka sedikit mulut pasien, tarik napas panjang dan tempelkan rapat bibir penolong
melingkari mulut pasien, kemudian tiupkan lambat, setiap tiupan selama 1 detik dan
pastikan dada terangkat.
- Tetap pertahankan head tilt chin lift, lepaskan mulut penolong dari mulut pasien, lihat
apakah dada pasien turun waktu ekshalasi.
15
Gambar 6 Posisi pemberian nafas bantuan teknik mouth to mouth
Sumber : www.pennmedicine.org
b. Mulut ke hidung
Napas bantuan ini dilakukan bila pernapasan mulut ke mulut sulit dilakukan misalnya
karena trismus, caranya adalah katupkan mulut pasien disertai chin lift, kemudian
tiupkan udara seperti pernapasan mulut ke mulut. Buka mulut pasien waktu ekshalasi.
16
Ditentukan dengan meraba arteri karotis didaerah leher pasien/korban dengan cara dua atau
tiga jari penolong meraba pertengahan leher sehingga teraba trakea, kemudian digeser ke
arah penolong kira-kira 1-2 cm, raba dengan lembut selama 5 – 10 detik. Bila teraba
penolong harus memeriksa pernafasan, bila tidak ada nafas berikan bantuan nafas mouth to
mouth selama 2 menit dengan kecepatan 1 nafas setiap 5-6 detik sehingga berkisar 10-12
kali bantuan nafas per menit. Bila ada nafas pertahankan airway pasien/korban.
Ratio bantuan sirkulasi dan bantuan nafas 30 : 2 baik oleh satu penolong maupun dua penolong.
Kecepatan kompresi adalah 100 kali permenit. Dilakukan selama 5 siklus.
18
Gambar 9 Posisi kedua tangan pada saat melakukan RJP
Sumber: atlas RJP, 2013
Tindakan kompresi yang benar akan menghasilkan tekanan sistolik 60 – 80 mmHg dan diastolik
yang sangat rendah. Selang waktu mulai dari menemukan pasien/korban sampai dilakukan
tindakan bantuan sirkulasi tidak lebih dari 30 detik.
position)
Jika tidak ada nafas tetapi teraba denyut jantung, berikan bantuan nafas selama 1 menit
dengan kecepatan 1 nafas setiap 6 detik dan monitor denyut jantung setiap saat.
1. Berlututlah sejajar korban. Buka saluran nafas dengan menekan dagunya memakai dua
jari untuk mendongakkan kepala korban (Head Tilt Chin Lift). Luruskan kaki dan lengan
19
si korban yang jauh dari anda, posisikan lengan korban disisi dekat anda agar tegak lurus
tubuh korban dan lipat sikunya dengan telapak tengadah.
2. Dengan satu tangan ambil tangan si korban melintang dadanya dan tempatkan punggung
tangan menempel dibawah sisi pipi dekat anda. Dengan tangan yang lain, tarik tungkai
korban ke posisi tertekuk tegak lalu tarik lututnya kearah anda.
3. Tarik lutut korban sampai ia terguling ke samping. Bila perlu topang tubuhnya dengan
lutut anda agar korban tidak terguling dengan cepat. Biarkan tangan korban mengganjal
kepalanya, dan sedikit dongakkan kepala korban agar ia bisa bernafas.
4. Mungkin perlu diatur posisi tangan korban pengganjal kepala dan bila memungkinkan
tekuk pinggul dan kaki penopang agar ada di posisi menopang tubuh
20
PASTIKAN LINGKUNGAN AMAN
Unresponsive
MINTA PERTOLONGAN
ALUR BHD
BEBASKAN AIRWAY
BREATHING
EVALUASI
EVALUASI
Checklist BLOK 2.3 – Basic life support (BLS)
NIM :
SKOR
No TAHAPAN
0 1 2
3 Meminta pertolongan
-
Membuka jalan nafas : Lakukan head tilt – chin lift atau
jaw thrush maneuver
- Bersihkan jalan nafas : Lakukan tehnik cross finger
Skenario airway bebas (clear)
22
EVALUASI
6 B (Breathing Support) : Bantuan Pernafasan
Bila tidak : cek nadi karotis : bila teraba, ulangi bantuan nafas
10 – 12x per menit, cek nadi karotis tiap 2 menit
Lakukan pemberian nafas bantuan sampai timbul nafas spontan
atau sampai bantuan datang.
23
JUMLAH
DAFTAR PUSTAKA
Achyar, dkk. Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup Jantung Lanjut – ACLS Indonesia. Cetakan
Kedua. Jakarta : PERKI; 2010
Agus subagjo, dkk. Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup Jantung Dasar – BCLS Indonesia.
Edisi 2011. Cetakan pertama. Jakarta : PERKI; 2011
www.bupa.co.uk
www.huntermedic.zoomshare.com
www.jevuska.com
www.pennmedicine.org
24
PENATALAKSANAAN PASIEN TERINTEGRASI
TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan pasien terintegrasi secara baik dan benar.
TUJUAN KHUSUS
1. Mahasiswa mampu mengembangkan alur berfikir secara sistematis (mulai dari anamnesis,
pemeriksan fisik, dan rencana pemeriksaan penunjang) sehingga nantinya mampu untuk
mendiagnosis suatu penyakit
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik secara benar kepada pasien
3. Mahasiswa mampu mengambil kesimpulan dari pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan
benar
4. Mahasiswa diharapkan bisa memberikan pilihan pemeriksaan lanjutan yang diperlukan
untuk pasien sesuai dengan indikasinya
RENCANA PEMBELAJARAN
1) Pra-sesi
a. Pemberian tugas bagi mahasiswa untuk mempelajari materi pasien terintegrasi dari
berbagai sumber termasuk materi skills lab dari blok-blok sebelumnya yang
berhubungan dengan materi penatalaksanaan pasien terintegrasi, dan merangkumnya
dalam bentuk artikel. (agar mahasiswa memiliki pengetahuan dasar tentang
anamnesis)
2) Sesi Pembelajaran
1. Mahasiswa secara bergantian dalam satu kelompok berlatih kasus dengan berperan
sebagai dokter.
2. Hal yang harus dilakukan oleh mahasiswa adalah:
a. Mempraktekkan keterampilan anamnesis
b. Mempraktekkan keterampilan pemeriksaan fisik
c. Menentukan diagnosis
d. Memberikan terapi (termasuk menulis resep)
e. Menyampaikan edukasi kepada pasien
3. Yang berperan sebagai pasien adalah pasien simulasi.
25
4. Instruktur bertugas untuk mengobservasi dan memberikan feedback.
1. Tn.Robi 45 tahun datang dengan ke IGD dengan keluhan nyeri dada kiri sejak 1 jam yang
lalu. Nyeri dada menjalar kelengan kiri, berlangsung lebih dari 15 menit, dan dirasakan
seperti tertindih beban berat. Keluhan tidak berkurang dengan istirahat. Selain itu, pasien juga
mengeluh ada perasaan cemas dan keringat dingin. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak
setahun yang lalu. Ayah Tn.robi 1 tahun yang lalu meninggal karena penyakit jantung
hipertensi.
Sebagai seorang dokter apa yang akan anda lakukan?
Lakukan anamnesis singkat, pemeriksaan vital sign dan pemeriksaan fisik jantung
CHECK LIST
NAMA:
NIM :
0 1 2 3
4 Menggali:
RPS
RPD
RPK
26
7 Pemeriksa mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
9 Pemeriksaan Nadi
11 Pemeriksaan respirasi
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jumlah
Keterangan :
27
0 = tidak melakukan Instruktur
TUJUAN UMUM
TUJUAN KHUSUS
RENCANA PEMBELAJARAN
1) Pra-sesi
a. Pemberian tugas bagi mahasiswa untuk mempelajari materi anamnesis dari
berbagai sumber, dan merangkumnya dalam bentuk artikel. Diberikan sebelum
pemberian kuliah skill lab anamnesis, dan dikumpulkan sebelum kuliah. (agar
mahasiswa memiliki pengetahuan dasar tentang anamnesis)
b. Menyaksikan video anamnesis dokter-pasien. (http://www.youtube.com/watch?
v=YKF3Eo5m1P4)
c. Mengerjakan working plan (menjawab beberapa pertanyaan tentang anamnesis)
TINJAUAN TEORI
Komunikasi terhadap pasien terdiri dari 3 hal yang harus berjalan secara paralel yaitu
seperti yang terdapat pada diagram di bawah :
29
THE CAMBRIDGE CALGARY OBSERVATION
GUIDE After Silvermann, Kurtz dan Draper
Lalu pada saat melakukan tahap komunikasi dokter-pasien, ada dua hal yang harus
diperhatikan yaitu :
Kemampuan menjalin hubungan / sambung rasa dengan pasien
(building the relationship).
Kemampuan menstruktur wawancara (structuring the consultation).
Kemampuan menjalin hubungan dan kemampuan menstruktur wawancara harus
selalu digunakan (secara tepat) pada tiap tahap komunikasi dokter-pasien. Bisa dikatakan
ketiga hal tersebut harus bisa berjalan secara paralel pada saat wawancara sedang
berlangsung.
Pada modul Anamnesis – history taking ini akan dibahas lebih lanjut mengenai proses
mengumpulkan informasi (gathering information). Proses pengumpulan informasi ini lebih
lanjut akan disebut sebagai proses Anamnesis.
ANAMNESIS
30
Anamnesis merupakan suatu hubungan komunikasi antara dokter/tenaga kesehatan
dengan pasien mengenai keadaan kesehatan pasien. Anamnesis terbagi menjadi dua yaitu auto
anamnesis, yaitu anamnesis dengan melakukan komunikasi berupa wawancara mengenai
keadaan kesehatan pasien dengan pasien sendiri, dan heteroanamnesis yaitu dengan orang
yang dianggap mengerti tentang keadaan pasien.
Anamnesis yang baik harus berdasarkan pada pertanyaan yang sistematis, yaitu
dengan berpedoman pada empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dan tujuh
butir mutiara anamnesis (The Sacred Seven).
31
Anamnesis secara sistematis ini akan dibahas secara rinci, yaitu :
1. Lokasi Sakit
Seorang penderita yang datang dengan nyeri di ulu hati, perlu ditanyakan lebih lanjut
secara tepat bagian mana yang dimaksud, bila perlu penderita diminta
menunjukkan dengan tangannya, dimana bagian yang paling sakit dan penjalarannya ke
arah mana.
Bila pusat sakit di tengah (linea mediana) dicurigai proses terjadi di pankreas
dan duodenum; sebelah kiri - lambung; sebelah kanan - duodenum, hati, kandung
empedu; di atas - hati, oesofagus, paru, pleura dan jantung.
Perlu ditanyakan kapan mulai timbulnya sakit atau sudah berlangsung berapa
lama. Apakah keluhan itu timbul mendadak atau perlahan-lahan, hilang timbul atau
menetap. Apakah ada waktu-waktu tertentu keluhan timbul. Misalnya bila nyeri ulu hati
timbul secara ritmik - curiga ulkus peptikum, malam hari - ulkus peptikum dan tiap
pagi - dispepsia non ulkus.
Bagaimana rasa sakit yang dialami penderita harus ditanyakan, misalnya rasa sakit
yang tajam (jelas) seperti rasa panas, terbakar, pedih, diiris, tertusuk, menunjukkan
inflamasi organ. Rasa sakit yang tumpul (dull) seperti diremas, kramp, kolik, sesuatu
yang bergerak biasanya menunjukkan proses pada organ yang berongga (saluran
cerna, empedu). Rasa sakit yang tidak khas menunjukkan organ padat (hati, pankreas).
Dapat ditanyakan apakah sakitnya ringan, sedang atau berat. Apakah sakitnya
mengganggu kegiatan sehari-hari, pekerjaan penderita atau aktifitas fisik lainnya.
Ditanyakan adakah usaha penderita yang dapat memperingan sakit, misalnya dengan
minum antasida rasa sakit berkurang, menunjukkan adanya inflamasi di saluran
cerna bagian atas. Bila posisi membungkuk dapat mengurangi sakit menunjukkan proses
inflamasi dari pankreas atau hati.
1. Pendekatan sistematis, sehingga perlu diingat : Fundamental Four & Sacred Seven.
2. Mulai berfikir organ mana yang terkena dan jangan berpikir penyakit apa,
sehingga pengetahuan anatomi dan fisiologi harus dikuasai dengan baik.
3. Anamnesis menggunakan keterampilan interpersonal sehingga dibutuhkan
pengetahuan sosiologi, psikologi dan antropologi.
Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan kapan
terjadinya dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta mencari penyakit
yang relevan dengan keadaan sekarang dan penyakit kronik (hipertensi, diabetes mellitus,
dll), perawatan lama, rawat inap, imunisasi, riwayat pengobatan dan riwayat menstruasi
(untuk wanita).
Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan dari
pihak keluarga (diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau riwayat penyakit yang menular.
Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang meliputi pendidikan,
pekerjaan pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan (pola tidur, minum alkohol atau
merokok, obat- obatan, aktivitas seksual, sumber keuangan, asuransi kesehatan dan
kepercayaan).
34
BAGAN ALUR PROSES ANAMNESIS
Berikut ini disajikan bagan yang diharapkan dapat membantu pemahaman mengenai
proses anamnesis.
35
Dari dua bagan di atas dapat kita lihat ada beberapa bagian dari anamnesis.
Baik disease framework maupun illness framework termasuk dalam tahap further
exploration.
Dari dua bagan di atas dapat kita lihat pula bahwa tujuh butir mutiara anamnesis (The
Sacred Seven) merupakan bagian dalam ”disease framework”, dan berguna untuk mencari
36
kemungkinan penyakit apa yang diderita pasien.
Untuk empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dapat kita jabarkan
sebagai berikut : Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) bagian dari ”initial exploration”;
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD), Riwayat Kesehatan Keluarga serta Riwayat Sosial
dan Ekonomi merupakan bagian dari ”essential background information”.
37
atau mintalah pada pasien untuk memberikan keterangan tambahan bila diperlukan.
8. Gunakan pertanyaan yang ringkas dan mudah dipahami. Hindari menggunakan
istilah- istilah medis yang tidak dipahami pasien.
9. Buatlah urutan waktu suatu kejadian.
CONTOH KASUS
38
7. Gejala yang menyertai : kaku
Sistem saraf perifer : Tidak ada kelemahan atau perubahan sensorik
Sistemik : Tidak ada demam
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat jatuh disangkal
- Riwayat batu ginjal disangkal
Riwayat social : Pasien tinggal sendiri, bekerja sebagai salesman, dalam
sepekan pada akhir minggu mengelola sebuah kebun kecil, hobi
bermain tenis.
Keuangan : Tidak mempunyai asuransi kesehatan.
39
CHECK LIST ANAMNESIS
NAMA :
NIM :
SKOR
NO KRITERIA
0 1 2 3
e. berpakaian sopan
(pada heteroanamnesis)
REFERENSI