Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena beliau
masih memberikan kesempatan pada hambanya ini untuk melaksanakan segala
kegiatannya,dalam hal ini termasuk memberikan suatu kecerdasan pikiran untuk
menyelesaikan tugas-tugas kami sebagai siswa/siswi.
Didalam penyusunan makalah ini terdapat kesulitan dan hambatan.
Berkat dukungan dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat berguna bagi
siswa/siswi lainnya ataupun dalam sebagai bahan bacaan atau referensi, dan dapat
membantu proses belajar dalam materi pembelajaran sejarah dengan judul
SEJARAH KABUPATEN NATUNA
Makalah yang di susun ini tak luput dari kekurangan, baik dari segi isi
materi, maupun tata bahasanya. Karena itu saran dan sumbangsihnya yang bersifat
membangun kami harapkan dengan sangat, agar dapat menyajikan makalah yang
baik dan sempurna selanjutnya. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Ranai, 14 Januri 2018

TIM PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 1


DAFTAR ISI ................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 4


A. Sejarah .................................................................................................................... 4
B. Topografi ................................................................................................................. 5
C. Iklim dan Cuaca ...................................................................................................... 6
D. Demografi ................................................................................................................ 7
a. Suku .................................................................................................................... 7
b. Penduduk ............................................................................................................. 8
c. Agama ................................................................................................................. 8
E. Potensi ..................................................................................................................... 9
F. Kepala Daerah ......................................................................................................... 9
a. Periode 2001-2006 .............................................................................................. 9
b. Periode 2006-2011 .............................................................................................. 10
c. Periode 2011-2016 .............................................................................................. 10
d. Periode 2016-2021 .............................................................................................. 10

BAB III PENUTUPAN ..................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dahulu Kabupaten Natuna adalah bagian dari wilayah Kabupaten


Kepulauan Riau. Natuna awalnya terkenal sebagai wilayah Pulau Tujuh yang
merupakan gabungan dari tujuh kecamatan kepulauan yang tersebar di perairan
Laut Cina Selatan yaitu Jemaja, Siantan, Midai, Bunguran Barat, Bunguran
Timur, Serasan, dan Tambelan. Enam kecamatan kecuali Tambelan nantinya
menjadi cikal bakal wilayah Kabupaten Natuna.
Kabupaten Natuna, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan
Riau, Indonesia. Natuna merupakan kepulauan paling utara di selat Karimata. Di
sebelah utara, Natuna berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja, di selatan
berbatasan dengan Sumatera Selatan dan Jambi, di bagian barat dengan
Singapura, Malaysia, Riau dan di bagian timur dengan Malaysia Timur dan
Kalimantan Barat. Natuna berada pada jalur pelayaran internasional Hongkong,
Jepang, Korea Selatan dan Taiwan. Kabupaten ini terkenal dengan penghasil
minyak dan gas. Cadangan minyak bumi Natuna diperkirakan mencapai 1.
400.386.470 barel, sedangkan gas bumi 112.356.680.000. barel. Hewan khas
Natuna adalah kekah.

B. Rumusan Masalah
a. Sejarah Kabupaten Natuna ?
b. Topografi
c. Iklim dan Cuaca
d. Demografi
e. Potensi
f. Kepala Daerah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah

Sejarah Kabupaten Natuna tidak dapat dipisahkan dari sejarah Kabupaten


Kepulauan Riau, karena sebelum berdiri sendiri sebagai daerah otonomi,
Kabupaten Natuna merupakan bahagian dan Wilayah Kepulauan Riau. Kabupaten
Natuna dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 53 Tahun 1999 yang disahkan
pada tanggal 12 Oktober 1999, dengan dilantiknya Bupati Natuna Drs. H. Andi
Rivai Siregar oleh Menteri Dalam Negeri ad interm Jenderal TNI Faisal Tanjung
di Jakarta.

Berdasarkan Surat Keputusan Delegasi Republik Indonesia, Provinsi Sumatera


Tengah tanggal 18 Mei 1956 menggabungkan diri ke dalam Wilayah Republik
Indonesia dan Kepulauan Riau diberi status Daerah Otonomi Tingkat II yang
dikepalai Bupati sebagai kepala daerah yang membawahi 4 kewedanaan sebagai
berikut:

 Kewedanaan Tanjungpinang, meliputi Kecamatan Bintan Selatan


(termasuk Bintan Timur, Galang, Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang
Timur).
 Kewedanaan Karimun, meliputi wilayah Kecamatan Karimun, Kundur dan
Moro.
 Kewedanaan Lingga, meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Singkep dan
Senayang.
 Kewedanaan Pulau Tujuh, meliputi wilayah Kecamatan Jemaja, Siantan,
Midai, Serasan, Tembelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur.

Kewedanaan Pulau Tujuh yang membawahi Kecamatan Jemaja, Siantan, Midai,


Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur beserta kewedanaan
laiannya dihapus berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Riau tanggal 9 Agustus 1964 No. UP/247/5/1965. Berdasarkan ketetapan tersebut,
terhitung 1 Januari 1966 semua daerah administratif kewedanaan dalam
Kabupaten Kepulauan Riau dihapus.

Kabupaten Natuna dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 53 Tahun 1999 dari


hasil pemekaran Kabupaten Kepulauan Riau yang terdiri dari 6 Kecamatan yaitu
Kecamatan Bunguran Timur, Bunguran Barat, Jemaja, Siantan, Midai dan Serasan
dan satu Kecamatan Pembantu Tebang Ladan.

Seiring dengan kewenangan otonomi daerah, Kabupaten Natuna kemudian


melakukan pemekaran daerah kecamatan yang hingga tahun 2004 menjadi 10
kecamatan dengan penambahan, Kecamatan Pal Matak, Subi, Bunguran Utara dan
Pulau Laut dengan jumlah kelurahan/desa sebanyak 53.

Hingga tahun 2007 ini Kabupaten Natuna telah memiliki 16 Kecamatan. 6


Kecamatan pemekaran baru itu diantaranya adalah Kecamatan Pulau Tiga,
Bunguran Timur Laut, Bunguran Tengah, Siantan Selatan, Siantan Timur dan
Jemaja Timur dengan total jumlah kelurahan/desa sebanyak 75.

Pada Tahun 2008 kabupaten Natuna melakukan pemekaran dengan dibentuk


Kabupaten Kepulauan Anambas, sehingga kecamatan menjadi 12 Kecamatan.
Lalu hingga tahun 2015 menjadi 70 Desa dan 6 Kelurahan. Dan akan ada 3
Kecamatan pemekaran sehinggan menjadi 16 Kecamatan

B. Topografi

Berdasarkan kondisi fisiknya, Kabupaten Natuna merupakan tanah berbukit dan


bergunung batu. Dataran rendah dan landai banyak ditemukan di pinggir pantai.
Ketinggian wilayah antara kecamatan cukup beragam, yaitu berkisar antara 3
sampai dengan 959 meter dari permukaan laut dengan kemiringan antara 2 sampai
5 meter. Pada umumnya struktur tanah terdiri dari tanah podsolik merah kuning
dari batuan yang tanah dasarnya mempunyai bahan granit, dan alluvial serta tanah
organosol dan gley humus.
C. Iklim dan Cuaca

Iklim di Kabupaten Natuna adalah tropis basah dengan suhu rata-rata 26 °C dan
sangat dipengaruhi oleh perubahan arah angin. Kelembaban udaranya berkisar
antara 60% dan 85%. Sedangkan, curah hujannya rata-rata 2.530 mm dengan
jumlah hari hujan 110 pertahun. Bulan-bulan yang basah terjadi pada bulan
Oktober-Desember dengan kecepatan angin rata-rata 276 km perhari [sic].
Sedangkan, penyinaran mataharinya rata-rata 53%. Cuacanya sering tidak
menentu. Hujan disertai angin kencang, badai yang bergemuruh, dan gelombang
yang mencapai ketinggian lebih dari tiga meter acapkali terjadi secara tiba-tiba.

Berdasarkan arah angin, masyarakat setempat mengenal adanya 4 musim, yakni:


Utara, Timur, Selatan, dan Barat. Musim Utara ditandai oleh angin yang
berhembus dari arah timur. Musim ini berjalan selama 4 bulan (November—
Februari). Pada musim ini angin berhembus sangat kencang (kecepatannya
mencapai 15–30 knots), sehingga laut bergelombang sepanjang siang dan malam
dengan ketinggian 1--3 meter. Masyarakat setempat menggambarkan laut yang
penuh dengan gelombang itu bagaikan “wajah limau purut busuk”. Angin yang
bertiup pada musim ini tampaknya tidak hanya membuat laut menjadi ganas,
tetapi juga membuat rusaknya pepohonan. Batang pohon kelapa menjadi condong
ke arah selatan. Kemudian, dedaunan menjadi berbelah-belah. Malahan, daun
pohon karet berguguran, sehingga tampaknya menjadi gersang. Musim yang
cukup menakutkan ini oleh mereka disebut juga sebagai “Musim kelambu sebelah
tersingkap”, karena musim tersebut disertai dengan hujan sepanjang siang dan
malam, sehingga mereka lebih memilih berbaring dengan kelambu yang
tersingkap sebelah. Oleh karena itu, Ibrahim (1997) mengatakan bahwa pada
musim utara warga masyarakat Natuna betul-betul mengalami kesulitan untuk
melakukan pekerjaannya. Untuk itu, jauh-jauh hari mereka sudah mempersiapkan
segala sesuatu untuk menghadapinya, seperti: kayu bakar, beras, lauk-pauk (ikan
asin), dan keperluan dapur lainnya.

Musim Timur ditandai oleh angin yang berhembus dari arah timur. Musim ini
juga berjalan selama 4 bulan (Maret—Juni). Kecepatan anginnya rata-rata hanya
12 knots. Hujan yang lebat jarang terjadi. Adakalanya hujan disertai dengan
panas. Matahari agak bebas menyinari laut dan daratan, sehingga panasnya cukup
menyengat. Panas yang demikian, oleh masyarakat setempat disebut sebagai
ngek-ngek atau lak-lak (rasanya tidak menentu). Namun demikian, laut masih
tampak bergelombang sehingga agak sulit untuk mendapatkan ikan.

Musim Selatan ditandai oleh angin yang berhembus dari arah selatan. Musim
yang berlangsung selama 2 bulan (Juli—Agustus) ini kecepatan anginnya rata-rata
8--20 knots. Pada musim ini matahari dapat bersinar bebas sehingga panasnya
sangat menyengat. Keadaan yang demikian oleh masyarakat setempat diibaratkan
sebagai “uap neraka”. Keadaan laut masih tetap bergelombang, bahkan
adakalanya dapat mencapai lebih dari 3 meter.

Musim Barat yang ditandai oleh angin yang berhembus dari arah barat juga
berlangsung selama 2 bulan (September—Oktober). Ciri dari musim ini adalah
antara panas dan hujan saling berganti. Oleh karena itu, permukaan laut
adakalanya bagaikan “air dalam talam” (tenang dan teduh), tetapi adakalanya
menakutkan karena gelombangnya dapat mencapai 3 meter lebih. Celakanya,
gelombang tersebut sering terjadi secara tiba-tiba sehingga tidak memberi
kesempatan bagi para nelayan untuk menepikan perahunya.

D. Demografi

a. Suku

Komposisi etnis Kabupaten Natuna pada tahun 2000

Etnis Jumlah (%)

Melayu 85,27

Jawa 6,34

Tionghoa 2,52
Minangkabau 0,70

Batak 0,50

Bugis 0,38

Banjar 0,14

Lain-lain 4,15

Sumber: Sensus Penduduk Tahun 2000[4]

b. Penduduk

Penduduk Kabupaten Natuna pada tahun 2010 berjumlah 69.003 jiwa, yang
terdiri dari 35.741 jiwa penduduk laki-laki dan 33.262 jiwa penduduk perempuan.
Kecamatan Serasan merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi
yakni 124,10 jiwa per km2, diikuti oleh Kecamatan Midai 123,97 jiwa per km2.

c. Agama

Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2015, persentase agama penduduk


Kabupaten Natuna adalah Islam 96.47%, Kristen Protestan 1.56%, Buddha
1.38%, Katolik 0.43%, Konghucu 0.12% dan Hindu 0.02%.

Agama di Kabupaten Natuna

Agama Persen

Islam   96.47%

Kristen Protestan   1.56%

Buddha   1.38%
Katolik   0.43%

Konghucu   0.12%

Hindu   0.02%

E. Potensi

Selain letaknya yang strategis kawasan Pulau Natuna dan sekitarnya pada
hakikatnya dikaruniai serangkaian potensi sumber daya alam yang belum dikelola
secara memadai atau ada yang belum sama sekali, yaitu:

 Sumber daya perikanan laut yang mencapai lebih dari 1 juta ton per tahun
dengan total pemanfaatan hanya 36%, yang hanya sekitar 4,3% oleh
Kabupaten Natuna.
 Pertanian & perkebunan seperti ubi-ubian, kelapa, karet, sawit dan
cengkeh.
 Objek wisata: bahari (pantai, pulau selam), gunung, air terjun, gua dan
budidaya.
 Ladang gas D-Alpha yang terletak 225 km di sebelah utara Pulau Natuna
(di ZEEI) dengan total cadangan 222 trillion cubic feet (TCT) dan gas
hidrokarbon yang bisa didapat sebesar 46 TCT merupakan salah satu
sumber terbesar di Asia.

F. Kepala Daerah

a. Periode Tahun 2001 – 2006


b. Periode Tahun 2006 – 2011

c. Periode Tahun 2011 – 2016

d. Periode Tahun 2016 – 2021


BAB III
PENUTUP

Natuna disamping sebagai nama pulau juga sebagai nama salah satu
kabupaten yang tergabung dalam Provinsi Kepulauan Riau, yaitu Kabupaten
Natuna. Pulau yang tergabung dalam gugusan Pulau Tujuh ini berada di lintasan
jalur pelayaran internasional dari dan atau ke Hongkong, Taiwan, dan Jepang.
Oleh karena itu, tidak berlebihan jika Sindu Galba dan Abdul Kadir Ibrahim
(2000) menyebut sebagai pintu gerbang bagi negara tetangga, seperti: Vietnam,
Kamboja, Thailand, dan Malaysia.

Secara astronomis, kabupaten yang langsung berbatasan dengan negara


tetangga ini, berada pada posisi 1016’- 7019’ Lintang Utara dan 1050 00’–
110000’ Bujur Timur, dengan batas-batas sebagai berikut: utara berbatasan
dengan Vietnam dan Kamboja, selatan berbatasan dengan Kabupaten Kepulauan
Riau, timur berbatasan dengan Malaysia Timur dan Kalimantan Barat, dan barat
berbatasan dengan Semenanjung Malaysia dan Pulau Bintan (Kabupaten
Kepulauan Riau). Luasnya mencapai 141.901,20 Km2 dengan rincian 138.666,0
Km2 perairan (lautan) dan 3.235,20 Km2 daratan. Ini berarti bahwa wilayah
Kabupaten Natuna sebagian besar berupa lautan. Dan, daratannya pun bukan
hanya satu pulau, tetapi berpulau-pulau yang struktur tanahnya berupa padsolik
merah kuning, alluvial, organosol, dan gley humus.

Kabupaten yang berada di ketinggian 3–959 meter dari permukaan air laut
ini beribukota di Ranai. Jarak kota ini dengan kota-kota lainnya yang berada di
Provinsi Kepulauan Riau adalah sebagai berikut: Tanjungpinang (562 Km),
Tanjung Balai Karimun (642 Km), Batam (589 Km), Sedanau (58 Km), Midai
(139 Km), Serasan (177 Km), Tarempa (258 Km), Letung (322 Km), Tambelan
(344 Km), Kijang (545 Km), Tanjung Uban (561 Km), Moro (618 Km), Tanjung
Batu (654 Km), Senayang (593 Km), Dabo (954 Km), dan Daik (626 Km).

Perlu diketahui bahwa kota-kota tersebut berada dalam pulau yang


berlainan. Oleh karena itu, dari dan atau ke ibukota Kabupaten Natuna ini hanya
dapat dicapai dengan jalan laut atau udara. Dewasa ini maskapai yang melayani
rute penerbangan ke Natuna adalah Wing Air, Sky Aviation, dan Sukoi.
Sebelumnya pernah juga Riau Air Lines (KAL) yang kini tidak beroperasi lagi.
Jadwal penerbangan tersedia setiap hari. Ini bermakna bahwa kota yang di masa
lalu relatif sulit untuk dijangkau, kini relatif mudah untuk dijangkau.

Iklim yang menyelimutinya adalah tropis basah dengan temperatur rata-


rata 260 C. Kelembaban udaranya berkisar antara 60% dan 85%. Sedangkan,
curah hujannya rata-rata 2.530 mm dengan jumlah hari hujan 110 pertahun.
Bulan-bulan yang basah terjadi pada bulan Oktober–Desember dengan kecepatan
angin rata-rata 276 Km perhari. Sedangkan, penyinaran mataharinya rata-rata
53%. Cuacanya sering tidak menentu. Hujan disertai angin kencang, badai yang
bergemuruh, dan gelombang yang mencapai ketinggian lebih dari tiga meter
acapkali terjadi secara tiba-tiba.

Natuna, sebagaimana telah disinggung pada bagian atas, adalah sebuah


kabupaten yang wilayahnya tidak hanya berupa daratan, tetapi juga perairan
(laut). Bahkan, lautannya lebih luas ketimbang daratannya. Daratannya sendiri
terdiri atas dataran rendah dan perbukitan, bahkan pegunungan3 yang ditumbuhi
oleh berbagai tanaman keras, seperti: karet, kelapa, cengkih, kopi, dan lada.
Saiman (1995) menyebutkan bahwa lahan yang sempat digarap baru sekitar 8,5%
(16.854 hektar). Sementara hutan yang luasnya mencapai 226.898 hektar4 yang
terdiri atas hutan: lindung (4.700 hektar), produksi terbatas (90.000 hektar),
konversi (70.000 hektar, dan bakau (1.942 hektar) belum diusahakan secara
maksimal walaupun hasilnya ada yang diekspor ke negara tetangga (Malaysia dan
Singapura).

Selain itu, alamnya juga menyediakan batu granit, kapur, dan pasir kwarsa.
Pengelompokkan terbesar untuk batu granit adalah kawasan Gunung Ranai
Tengah yang membentang dari timur sampai utara. Batu kapur yang merupakan
bahan dasar industri semen terdapat di bagian selatan, tepatnya di sekitar Cutak,
Spang, Sekunyam, Lintang, Selimut, dan Tekul Lampak. Kemudian, pasir kwarsa
terdapat di pesisir pantai bagain timur, mulai dari Desa Sepempang sampai Desa
Pengadah. (***)
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Natuna

http://natunakab.go.id/selayang-pandang-kabupaten-natuna-provinsi-kepulauan-riau/

http://natunakab.go.id/lintasan-sejarah-kabupaten-natuna/

https://natunakab.bps.go.id/Kabupaten Natuna Dalam Angka 2016

Anda mungkin juga menyukai