Anda di halaman 1dari 249

APA ITU KOPERASI

DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2010
KATA PENGANTAR

Persoalan menyangkut tata kehidupan koperasi dalam prekteknya menghadapi kendala

terutama pemahaman mendasar mengenai pemahaman nilai, prinsip, dan manajemen

koperasi, sehingga hal ini ikut mempengaruhi keberadaan dan tumbuh berkembangnya

koperasi di masyarakat. Pengenalan perkoperasiaan kepada khalayak akan menstimulasi

pemahaman dan minat masyarakat menjadi anggota maupun mendirikan koperasi sesuai

dengan nilai dan prinsip koperasi.

Praktek berkoperasi masih dihadapkan pada kendala dalam penyelenggarakan

keorganisasian dan usaha koperasi. Buku saku berisi uraian praktis perkoperasian, yang dapat

dijadikan pegangan umum dan bahan bacaan singkat bagi berbagai kalangan masyarakat,

serta dapat membuka wawasan pembacanya mengenai koperasi.

Buku saku perkoperasian ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga saran, kritik,

dan masukan yang bersifat membangun diperlukan bagi penyempurnaanya. Walau dengan

segala kekuranganya, buku saku ini diharapkan dapat bermanfaat bagi koperasi, anggota,

pengurus, pengawas dan masyarakat untuk lebih memahami koperasi. Semoga Allah SWT

memberkati dan menempatkan karya ini sebagai amal kebajikan. Amin…

Jakarta, 2010

Deputi Bidang Pengembangan

Sumber Daya Manusia


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................... I

Daftar Isi ..................................................................................................................... III

APA ITU KOPERASI ................................................................................................... 1

1. Definisi Koperasi ................................................................................................ 1


2. Inisial & Partisipasi Berkoperasi ......................................................................... 1
3. Ciri-ciri/Karakteristik Pokok Koperasi .................................................................. 3
4. Nilai-nilai Dasar Koperasi ................................................................................... 5
5. Prinsip-Prinsip Koperasi ..................................................................................... 8
6. Perangkat Organisasi Koperasi .......................................................................... 14
7. Rapat Anggota Koperasi .................................................................................... 15
8. Pengurus Koperasi ............................................................................................. 18
9. Pengawasan Koperasi ........................................................................................ 27
10. Anggota Koperasi ............................................................................................... 27
11. Mengenai Lambang Koperasi ............................................................................. 28

Daftar Pustaka ............................................................................................................ 30


APA ITU KOPERASI

1. Definisi Koperasi

Koperasi berasal dari kata Co-Operative, Co berarti bersama, Operative berarti


bekerja/operasi, sehingga secara herfiah bebrarti bekerjasama

Koperasi memiliki kedudukan yang strategis, yaitu

 Koperasi sebagai lembaga ekonomi rakyat.


 Koperasi sebagai lembaga ekonomi yang berwatak sosial
 Koperasi sebagai salah satu soko guru perekonomian nasional-memajukan
kesejahteran anggota pada khusunya dan masyarakat pada umumnya serta ikut
membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangaka mewujudkan masyarakat
yang maju, adil, dan makmur berlandaskan pancasila dan UUD Tahun 1945.

Koperasi adalah Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan (Pasal 1 UU Nomor 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian)

Koperasi adalah sekumpulan orang seorang atau badan hukum koperasi yang
bergabung membentuk usaha bersama untuk kepentingan bersama, saling tolong menolong
mensejahteraan dan member manfaat bagi segenap anggota maupun masyarakat sekitarnya.

Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial, dan budaya bersama
melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dikendalikan secara demokratis (ICA, 1995).

Koperasi berarti sekumpulan orang-seorang atau badan hukum yang bekerjasama atas
dasar sukarela menyelanggarakan organisasi dan usaha koperasi untuk memperbaiki
kehidupan anggota-anggotanya.

2. inisiasi & Partisipasi Berkoperasi

Tujuan usaha koperasi adalah untuk memenuhi kebutuhan anggotanya atau bermotif
pelayanan kepada para anggotanya. Koperasi mewujudkan demokrasi ekonomi melalui
kebersamaan, kekeluargaan, keterbukaan, kebertanggungjawaban, dan demokrasi.

Anggota koperasi memiliki peran yang menentukan dalam proses manajemen dan
pengambilan keputusan organisasi maupun jalanya usaha koperasi. Anggota berkedudukan
sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pengguna jasa dari perusahaan koperasi.

Anggota berpartisipasi aktif dalam pemupuk modal, pemanfaatan pelayanan,


menanggung resiko, dan terlibat aktif dalam pengambilan keputusan. Partisipasi anggota dan
manajemen koperasi menjadi pilar keberhasilan koperasi. Setiap anggota koperasi memiliki hak
suara yang sama, satu anggota satu suara.

3. ciri-ciri/Karakteristik Pokok Koperasi

Swadaya koperasi (self help cooperative) mempunyai satu kepentingan ekonomi yang
sama beritikad diselesaikan secara bersama saling membantu atas dasar kekuatanya sendiri
atau

Kelompok Koperasi (cooperative group); bertekad mencapai tujuan bersama untuk


meningkatkan kemampuan ekonomi bersama secara lebih baik melalui usaha bersama secara
lebih baik melalui usaha bersama, membentuk organisasi (mengangkat pengurus-pengawas,
menetapkan tata cara pengambilan keputusan), dan rapat anggota dijadikannya sebagai
kekuasaan tertinggi)

Perusahaan Koperasi (cooperative Enterprise); untuk mencapai tujuan dan kepentingan


ekonomi kelompok, dibentuklah alat perjuangan ekonomi bersama yang disebut perusahaan
koperasi, perusahaan yang didirikan- dimiliki – dimodali – dibiayai – dikelola – diawasi dan
dimanfaatkan bersama oleh para anggotanya.

Promosi Anggota (member’s Promotion) berarti bahwa koperasi menyelenggarakan


berbagai kegiatan pelayanan barang-jasa yang dibutuhkan dan dapat menunjang sekaligus
mempromosikan perbaikan kemampuan ekonomi rumah tangga maupun kesejahteraan
anggota.

4. Nilai-Nilai Dasar Koperasi

Nilai-nilai koperasi dapat dibedakan antara nilai-nilai etis dengan nilai-nilai fundamental.
Nilai etis koperasi bertitik-tolak pada nilai-nilai yang diperkenalkan oleh para perintis koperasi,
yaitu kejujuran dan keterbukaan. Sedangakan niali-nilai fundamental koperasi lebih bersifat
universal, artinya berawal dari semangat untuk memperbaiki nasib penghidupan sendiri
berdasarkan prinsip tolong-menolong. Nilai-nilai fundamental ini antara lain menolong diri
sendiri (self help), tanggung jawab sendiri (self-responsibility), demokrasi (democracy),
persamaan (equality), keadilan (equity), dan solidaritas (solidarity).

Menurut Mohammad Hatta, koperasi membawa semangat baru, yaitu menolong diri
sendiri (self-help). Dalam koperasi, setiap individu dapat mengoptimalkan kemampuan pribadi
yang diintergrasikan dalam konteks kebersamaan (individualitas dalam kolektivitas). Rasa
percaya diri yang tumbuh karena adanya kebersamaan akan menyadarkan setiap individu
bahwa mereka akan menghadapi berbagai kesulitan ekonomi yang relative sama. Mereka
akhirnya yakin bahwa semua kesulitan ekonomi akan dapat diatasi dengan usaha bersama
Usaha bersama ini tentu akan terus berjalan secara harmonis jika setiap individu mampu
memelihara kejujuran dan keterbukaan.

Nilai-nilai kejujuran dan keterbukaan yang melandasi prinsip usaha bersama


berdasarkan prinsip tolong-menolong (self help) ini terbukti telah mampu mengantarkan
koperasi konsumsi di Rochdale Inggris mencapai puncak kejayaan. Koperasi yang semula
hanya beranggota 28 orang dengan modal ini kini telah berkembang pesat sekali. Bidang
usahanya tidak hanya konsumsi, tetapi juga distribusi, produksi, dan bahkan merambah ke
bidang sosial. Mungkin juga tidak ada yang menyangka bahwa koperasi Rochdale merupakan
perintis department store yang banyak kita jumpai sekarang. Hingga pantaslah apabila para
pelopor koperasi Rochdale ini kemudian dijuluki sebagai pelopor koperasi Rochdale yang jujur
(the equitable pioneers of Rochdale)

Nilai Dasar Koperasi meliputi :

1. menolong diri sendiri


2. keadilan
3. kesetiakawanan
4. musyawarah untuk mufakat/Demokratis
5. persamaan
6. swatanggung jawab
7. kejujuran
8. tanggung jawab sosial
9. kepedulian terhadap orang lain

5. prinsip-prinsip Koperasi

Menurut Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, Prinsip-prinsip


koperasi adalah :

1) keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

Siapapun yang memenuhi persyaratan sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga (AD dan ART) koperasi dapat menjadi anggota. Seseorang tidak dapat
dipaksa untuk menjadi anggota mereka dapat dengan bebas menentukan pilihanya.
Demikian juga bila hendak keluar dari koperasi, mereka dapat memutuskan sendiri,
asalkan sesuai ketentuan dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya.
Koperasi adalah organisasi yang bersifat sukarela, terbuka bagi semua orang yang
bersedia menggunakan jasa-jasanya dan bersedia menerima tanggung jawab
keanggotaan, tanpa membedakan jenis kelamin (gender), latar belakang sosial,ras,
politik atau agama. Sifat terbuka memiliki arti bahwa dalam keanggotaan tidak dilakukan
pembatasan (diskriminasi) dalam bentuk apapun (Penjelasan UU No. 25 tahun 1992
Pasal 5 Ayat 1a)

2) Pengelolaan Koperasi dilakukan secara Demokratis.

Koperasi adalah organisasi demokratis yang diawali oleh para anggotanya, yang secara
aktif menetapkan kebijakan dan membuat keputusan. Dalam Koperasi primer, para anggota
memiliki hak suara yang sama (satu anggota satu suara) dan koperasi pada tingkat-tingkat
lainnya juga dikelola secara demokratis. Pengelola demokratis berarti:

 Rapat Anggota adalah pemegang kekuasaan tertinggi


 Urusan kegiatan koperasi diselenggarakan oleh pengurus
 Pengurus dipilih dari dan oleh anggota
 Pengurus mengangkat manajer dan karyawan atas persetujuan rapat anggota
 Kebijakan pengurus dikendalikan oleh anggota melalui pengawas
 Laporan keuangan dan berbagai kegiatan koperasi disajikan secara terbuka, transparan
dan bertanggungjawab
 Satu anggota memiliki satu hak suara.

3) Pembagian SHU dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha
masing-masing anggota.

 Pembagian SHU dihitung secara proporsional berdasrkan nilai transaksi dan penyertaan
modal (simpanan pokok dan simpanan wajib) setiap anggota pada akhir tahun buku.
Setiap transaksi anggota tercatat di dalam basis data dan pembukan koperasi
 Besaran prosentasi SHU yang dibagikan kepada anggotanya ditentukan dalam rapat
anggota koperasi.

4) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal

Penggunaan modal dalam koperasi ditujukan bagi kemanfaatan anggota, bukan hanya
sekedar mencari keuntungan. Anggota memperoleh bunga yang terbatas atas modal.
Anggota memperolehkan keuntungan dalam bentuk lain pelayanan, pendidikan anggota,
penyediaan produk dengan mudah, murah dan bermutu tinggi.

5) Kemandirian

Kemandirian berarti koperasi tidak bergantung pada pihak lain. Modal sendiri koperasi
berasal dari anggota.

Pengelola koperasi adalah pengurus koperasi yang dipilih dari dan oleh anggota.

Koperasi membuat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangganya dengan merujuk
pada Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian.

Koperasi adalah organisasi otonom, menolong diri sendiri serta diawali oleh para
anggotanya. Apabila koperasi mengadakan perjanjian dengan organisasi lain, termasuk
pemerintah, atau memupuk modal dari sumber luar, koperasi melakukanya berdasarkan
persyaratan yang menjamin pengawasan demokratis yang dilakukan oleh para
anggotanya dan mempertahankan otonomi.

6) Kemandirian

Untuk meningkatkan kemampuan manajemen dan terlaksananya prinsip-prinsip


koperasi, maka penting sekali pemahaman, kesadaran dan keteremapilan dari anggota,
pengurus dan karyawan koperasi ditingkatkan melalui pendidikan. Besarnya biaya
koperasi ditingkatkan ditentukan oleh anggota dalam rapat anggota.

Koperasi memberikan pendidikan dan pelatihan bagi para anggota, wakil-wakil anggota
yang dipilih oleh rapat anggota, serta manajer dan karyawan, agar mereka dapat
melaksanakan tugasnya lebih efektif bagi perkembangan koeperasinya. Koperasi
memberikan penerangan kepada masyarakat umum tentang hakikat perkoperasian dan
manfaat berkoperasi.

7) Kerjasama antar Koperasi

Koperasi dapat bekerjasama dengan koperasi-koperasi lain tingkat Lokal,Regional,


Nasional maupun Internasional. Koperasi melayanani para anggotanya sacara efektif
dengan membangun jaringan dan memperkuat gerakan koperasi dengan bekerjasama
melalui organisasi koperasi tingkat lokal, nasional, regional dan internasional. Di
Indonesia Koperasi-Koperasi primer dalam dapat membentuk pusat dan induk di tingkat
dapat membentuk pusat dan induk di tingkat regional dan nasional.

6. Perangkat Organisasi Koperasi

Tugas manajemen koperasi adalah menghimpun, mengkoordinasi dan mengembangkan


potensi yang ada pada anggota sehingga potensi tersebut menjadi kekuatan untuk
meningkatkan taraf hidup anggota sendiri melakukan proses “nilai tambah”. Hal itu dapat
dilakuakn bila suber daya yang ada dapat dikelola secara efisien dan penuh kreasi (inovasi)
srta dilambangi oleh kemampuan kepemimpinan yang tangguh. Manajemen koperasi
memiliki tugas membangkitakan potensi dan motif yang tersedia yaitu dengan cara
memahami kondisi objektif dari anggota sebagaimana layaknya manusia lainya. Pihak
manajemen dituntut untuk selalu berpikir selakah lebih maju di dalam member manfaat
disbanding pesaing, hanya dengan itu anggota atau calon anggota tergerak untuk memilih
koperasi sebagai alternatif yang lebih rasional dalam melakukan transaksi ekonominya.

7. Rapat Anggota Koperasi

Rapat Anggota merupakan kolektibilitas suara anggota sebagai pemilik organisasi dan
juga merupakan pemegang kekuasaan tertinggi. Dalam Undang-Undang RI No 25 Tahun 1992,
tentang Perkoperasian Pasal 23 disebutkan bahwa Rapat Anggota menetapkan:

1. Anggaran Dasar,
2. Kebijakan umum bidang organisasi, manajemen dan usaha koperasi,
3. Pemilihan, pengankatan dan pemberhentian Pengurus dan Pengawas,
4. Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan koperasi, serta pengesahan laporan
keuangan,
5. Pengesahan pertanggung jawaban pengurus dan pelakasana tugasnya,
6. Pembagian sisa hasil usaha dan penggabungan, peleburan, pembagian dan
pembubaran koperasi.

Anggota koperasi adalah pemiliki dan sekaligus sebagai pengguna jasa (identitas ganda
anggota koperasi), merupakan ciri univerasal dari badan usaha koperasi, bila pemilik badan
usaha dan pengguna jasa tidak identik, maka badan usaha tersebut bukanlah koperasi.
Identitas anggota koperasi yang unikinilah yang membangun kekuatan produk dari koperasi,
jadi yang disatukan ke dalam koperasi sebenarnya adalah kepentingan atau tujuan ekonomi
yang sama dari sekolompok individ. karena itu lebih tepat apabila koperasi disebut sebagai
kumpulan dari kepentingan ekonomi yang sama dari sekelompok orang-orang atau sekolompok
badan hukum koperasi. Pada dasarnya, Rapat Anggota koperasi berfungsi :

1. Mengesahkan AD, ART & peraturan khusus


2. Mengesahkan program kerja dan anggaran pendapatan serta belanja koperasi
3. Mengakat&memberhentikan pengawas
4. Mengakat&memberhentikan pengurus
5. Mengesahkan laporan pengawasan dan pengurus
6. Menetapkan pembagian dan penggunaan SHU
7. Menetapkan kebijakan dibidang organisasi, manajemen dan usaha

8) Pengurus Koperasi

Pengurus merupakan wakil dari Anggota yang dari dan oleh Anggota untuk
menjalankan/mewakili Anggota dalam menjalankan perusahaan koperasi. Pengurus
bertanggung jawab mengenai segala kegiatan pengelola koperasi dan usahanya kepada Rapat
Anggota. Sebagai pihak yang dipercaya oleh Rapat Anggota untuk menjalankan tugas dan
wewenang dalam menjalankan roda organisasi dan bisnis, maka pengurus wajib melaksanakan
harapan dan amanah yang diterima dari Anggota dalam Rapat Anggota. Pengurus harus
mampu menjabarkan kehendak Anggota dalam program kerja yang lebih teknis. Pada dasarnya
pengurus berperan dan berfungsi untuk melaksanakan program kerja berikut laporan keuangan
kepada rapat anggota, menyelenggarakan pendidikan anggota, mengangkat dan
memberhentikan manajer dan karyawan atas persetujuan rapat anggota, bertanggung jawab
terhadap jalannya organisasi dan usaha koperasi, serta mengajukan program kerja dan
rencana anggaran.

1. Tugas Pengurus

Pengurus memperoleh wewenang dan kekuasaan dari Rapat Anggota dan


melaksanakan seluruh keputusan Rapat Anggota tersebut guna memberikan manfaat
kepada Anggota Koperasi. Atas dasar itulah Pengurus merumuskan berbagai
kebijakaan yang harus dilakukan pengelola dan menjalankan tugas-tugasnya seperti:
diungkapkan pada Undang-Undang RI Nomor 25 tahun 1992 Tentang Koperasi Pasal
30 sebagai berikut:

1) mengelola koperasi dan usahanya; sebagi pihak yang dipercaya oleh Rapat Anggota
untuk mengelola organisasi dan usaha Koperasi, Pengurus koperasi harus berusaha
menjalankan semua kebijakan dan rencana kerja yang telah disepakati oleh Rapat
Anggota

2) mengajukan Rancangan Program Kerja secara Rencana Pendapatan dan Belanja


Koperasi (RAPBK). Sebagai pengelola usaha Koperasi, Pengurus Koperasi harus
memiliki wawasan bisnis yang cukup.

3) menyelenggarakan Rapat Anggota; sebagai pengelola organisasi Koperasi, pengurus


Koperasi antara lain harus mampu menyelenggarakan Rapat Anggota koperasi dengan
sebaik-baiknya
4) mengajukan Laporan keuangan dan Pertanggungjawaban Pelaksana Tugas; sebagai
pengelola organisasi dan usaha koperasi memiliki kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan kepengurusannya kepada Rapat Anggota

5) menyelenggarakan pembukaan keuangan dan investasi secara tertib;

6) memelihara daftar buku anggota. Salah satu ukuran organisasi yang sehat adalah
terselenggaranya administrasi organisasi yang teratur dan sistematis.

Selain itu Pengurus juga memiliki tugas lain dalam memberikan pelayanan kepada
Anggota Koperasi dan Masyarakat; mendelegasikan tugas kepada Manajer;
meningkatkan pengetahuan perangkat pelaksanan dan Anggota; meningkatkan
penyuluhan dan pendidikan kepada Anggota; mencatat mulai dari sampai dengan
berakhirnya masa ke Pengurusan Pengawasan dan Pengurus; dan mncatat masuk dan
keluarnya Anggota.

2. Wewenang Pengurus

Wewenang pengurus ialah, mewakili koperasi di dalam dan di luar. Memutuskan


penerimaandan penolakan Anggota baru serta pemberhentian Anggota sesuai
ketentuan dalam Anggaran Dasar; melakukan tindakan upaya bagi kepenringan dan
kemanfaatan koperasi sesuai dengan tanggungjawab dan keputusan Rapat Anggota.

3. Persyaratan Menjadi Pengurus

Mengingat begitu pentingnya dan strategisnya tugas Pengurus Koperasi, maka dalam
memilih Pengurus Koperasi hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Mempunyai sifat kejujuran dan keterampilan bekerja;


2) Percaya pada koperasi, mengadakan inventarisasi dan aktif dalam usaha koperasi;
3) Mampu dan cakap untuk mengambil keputusan bagi kepentingan organisasi;
4) Dapat bekerjasama dengan pengurus lainnya sebagai sebuah tim (kompak), dan
menyokong keputusan-keputusan yang diambil dengan suara terbanyak;
5) Tidak member keistimewahan khusus bagi dirinya sendiri, saudara-saudaranya atau
kawan-kawanya;
6) Tidak membocorkan rahasia organisasi, dan
7) Mempunyai wawasan yang luas serta mempunyai fikiran maju untuk
mengembangkan ide baru yang dapat membawa keberhasilan koperasi serta berani
mencoba;
8) Mempunyai tekad yang bulat untuk mengabdi danmengembangkan koperasi dan
lain sebagainya.

1. Fungsi Pengurus

Pengurus mempunyai fungsi idiil (ideal function), dan karenanya Pengurus mempunyai
fungsi yang luas, yaitu:
1) Fungsi Pengurus sebagai pusat pengambilan keputusan yang tertinggi dapat
diwujudkan dalam bentuk: menentukan tujuan organisasi merumuskan
kebijaksanaan-kebijaksanaan organisasi; menentukan rencana sasaran serta
program-program dari organisasi; memilih manajer-manajer tingkat atas, serta
mengawasi tindakan-tindakanya. Pengurus sebagai Pusat Pengambilan Keputusan
yang tertinggi merupakan perangkat organisasi yang bisa membawa perubahan dan
pertumbuhan organisasi yang bisa membawa perubahan dan pertumbuhan
organisasi dan sekaligus merupakan sumber dari segala inisial.
2) Fungsi sebagai penasehat
3) Fungsi sebagai penasehat ini berlaku, baik bagi para Manajer maupun bagi para
anggota-anggota.
4) Fungsi sebagai Pengawas

Yang dimaksudkan dengan fungsi sebagai Pengawas di sini adalah bahwa Pengurus
merupakan, kepercayaa dari anggota untuk melindungi semua kekayaan organisasi.

a. Fungsi sebagai Penjaga Kelangsungan Hidup Organisasi, agar organisasi tetap


berlanjut, maka Pengurus harus:
b. Mampu menyediakan adanya eksekutif/manajer yang cakap dalam organisasi;
c. Perlu menyaleksi eksekutif atau Manajer yang efektif;
d. Memberikan pengarahan kepada para eksekutif/manajer;
e. Mengusahakan adanya Pengurus yang terdiri dari orang-orang yang mampu
mengarahkan kegiatan dari organisasi;
f. Mengikuti perkembangan pasar. Dengan demikian mereka bisa dengan tepat mengarah
jenis barang-barang atau jasa-jasa apa yang akan dihasilkan oleh koperasi tersebut,
sesuai dengan perkembangan permintaan di pasar dengan memperhatikan profitabilitas
usaha
g. Fungsi sebagai symbol
h. Pengurus itu merupakan symbol dari kekuatan, kepimpinan dan sebagai motivator bagi
tercapainya tujuan organisasi. Maka, Pengurus seharusnya berperan untuk;
i. Menentukan tujuan organisasi, strategi perusahaan (corporate strategies) dan kebijakan
umum dari organisasi.
j. Dalam rangka usaha memperoleh informasi dari para eksekutif, yang dapat digunakan
dalam perumusan kebijaksanaan, Pengurus perlu mengajukan pertanyaan secara
cermat kepada eksekutif.
k. Memilih dan mengangkat eksekutif-eksekutif kunci.

9. Pengawas Koperasi

1. Melaporkan hasil pengawasanya kepada Rapat Anggota

2. Memeriksa pembukan koperasi

3. Mengawasi jalanya usaha dan organisasi koperasi

4. Mengawasi kebijakan pengurus


10. Anggota Koperasi

1. Memanfaatkan pelayanan usaha koperasi

2. Membayar simpanan wajib di koperasi setiap bulan

3. Ikut serta menanggung resiko sesuai sesuai dengan AD dan ART

4. Memilih atau dipilih sebagai pengurus atau pengawas

5. Mengemukakan pendapat dalam Rapat Anggota


6. Mengawasi jalanya roda organisasi dan usaha koperasi
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha kecil, R.I. 1993, Pelatihan Dasar

Perkoperasian Bagi Pengurus Koperasi / KUD, Jakarta.

Folke Dubell, 1985. Pembangunan koperasi Suatu Motode Perintisan dan

Pengorganisasian Koperasi Pertanian Di Negara Berkembang, terjemahan Slamet Riyadi Bisri,

Jatinangor : Ikopin.

Hanel, Alfred. 1994. Dual or Double Nature of Cooperative. Dalam Internasional

Handbook of cooperative Organization. Vandenhoeck & Ruprecht. Gottingen.

Herman Soewardi. 1995. Filsafat Koperasi atau Cooperativism. UPT Penerbitan Ikopin.

Ima Soewandi, tanpa tahun Latar Belakang Sejarah dan Sendi Dasar Koperasi (sebuah

out-line), Jakarta : Departemen Perdagangan dan Koperasi.

Munkner, 1989. Pengantar Hukum Koperasi, Bandung : Unpad

Ropke, Jochen, 1995. The Economic Theory of Cooperative Enterprises in developing

countries. With Special Reference to Indonesia. Marburg.

Sagimun, M.D. 1990. Koperasi Indonesia. CV Masagung. Jakarta.

Suarny Amran, 1992. Analisis Beberapa Permasalahan Anggaran Dasar dan Anggaran

Rumah Tangga, dalam Pokok-Pokok Pikiran Tentang Pembangunan Koperasi, Editor Rusidi

dan Maman Suratman, Jatinagor, Bandung : ikopin

Tim Ikopin. 2000. Penjiwaan Koperasi. Bandung:Ikopin.

T.Gilarso. 1989. Pengelola Koperasi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun1992, tentang perkoperasian.


Jenis Koperasi

DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2010
KATA PENGANTAR

Persoalan menyangkut tata kehidupan koperasi dalam praktetknya menghadapi kendala


terutama pemahaman mendasar mengenai pemahaman nilai, prinsip, dan manajemen
koperasi, sehingga hal ini ikut mempengaruhi keberadaan dan tumbuh berkembangnya
koperasi di masyarakat. Pengenalan perkoperasian kepada khalayak akan menstimulasi
pemahaman dan minat masyarakat menjadi anggota maupun mendirikan koperasi sesuai
dengan nilai dan prinsip koperasi.

Praktek berkoperasi masih dihadapkan pada kendala dalam penyelenggaraan


keorganisasian dan usaha koperasi. Buku saku berisi uraian praktis perkoperasian, yang
dapat dijadikan pegangan umum dan bahan bacaan singkat bagi berbagai kalangan
masyarakat, serta dapat membuka wawasan pembacanya mengenai koperasi.

Buku saku perkoperasian ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga saran, kritik,
dan masukan yang bersifat membangun diperlukan bagi penyempurnaannya. Walau
dengan segala kekurangannya, buku saku ini diharapkan dapat bermanfaat bagi koperasi,
anggota, pengurus, pengawas dan masyarakat untuk lebih memahami koperasi. Semoga
Allah SWT memberkati dan menempatkan karya ini sebagai amal kebajikan. Amin…

Jakarta, 2010

Deputi Bidang Pengembangan

Sumber Daya Manusia


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

USAHA KOPERASI ............................................................................................... 1

1. Koperasi Produsen ........................................................................................ 1


2. Koperasi Konsumen ....................................................................................... 3
3. Koperasi Simpan Pinjam ................................................................................ 3
4. Koperasi Pemasaran ...................................................................................... 4
5. Koperasi Jasa ................................................................................................ 4

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 6


USAHA KOPERASI

Usaha koperasi dapat dilihat dari jenis usaha yang dilakukan oleh koperasi. Penjenisan
koperasi sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian dikenal lima jenis koperasi, yaitu

1. Koperasi Produsen
2. Koperasi Konsumen
3. Koperasi Simpan Pinjam
4. Koperasi Pemasaran
5. Koperasi Jasa
Berdasarkan partisipasi anggotanya, kelima koperasi tersebut dapat dijelaskan pada
table dibawah ini.

Table. Partisipasi Anggota Berdasarkan Jenis Koperasi.

N Jenis Koperasi Partisipasi Partisipasi Keterangan


o Anggota Sebagai Anggota
Pemilik Sebagai
Pengguna
1 Koperasi konsumen  Melakukan Memanfaatkan Koperasi
pengawasan barang-barang yang
terhadap yang ada mengelola
jalannya dikoperasi Waserba
koperasi
2 Koperasi Produsen  Berpartisipasi Memanfaatkan Koperasi
dan terlibat layanan jasa Jasa
aktif dalam konsultasi Konsultan
pengambilan koperasi,
keputusan penyediaan
 Berpartisipasi input/sarana
3 Koperasi Simpan dalam produksi/
Pinjam kontribusi
modal dan
pemupukan
modal Memanfaatkan
keuangan jasa simpanan Koperasi
koperasi, dan dan Simpan
ikut kredit/pinjaman Pinjam
menanggung koperasi
resiko usaha

Menjual Koperasi
barang hasil Pemasaran
produksi,
4 Koperasi barang dan
Pemasaran jasa yang
dihasilkan oleh
anggota
koperasi
1. Koperasi Produsen

Koperasi produsen adalah koperasi yang anggotanya-anggotanya adalah para


produsen. Anggota koperasi ini adalah pemilik (owner) dan pengguna pelayanan (user),
dimana dalam kedudukannya sebagai produsen, anggota koperasi produsen mengolah
bahan baku/input menjadi barang jadi/output, sehingga menghasilkan barang yang
dapat diperjualbelikan, memperoleh sejumlah keuntungan dengan transaksi dan
memanfaatkan kesempatan pasar yang dapat diperjualbelikan, memperoleh sejumlah
keuntungan dengan transaksi dan memanfaatkan kesempatan pasar yang ada.
Koperasi produsen berperan dalam pengadaan bahan baku, input, atau sarana produksi
yang menunjang ekonomi anggota sehingga anggota merasakan manfaat keberadaan
koperasi karena mampu meningkatkan produktivitas usaha anggota dan
pendapatannya. Koperasi ini menjalankan beberapa fungsi, di antarannya :
a. Pembelian ataupun pengadaan input yang diperlukan anggota
b. Pemasaran hasil produksi (output) yang dihasilkan dari usaha anggota
c. Proses produksi bersama atau pemanfaatan sarana produksi secara bersama
d. Menanggung resiko bersama atau menyediakan kantor pemasaran bersama

2. Koperasi Konsumen

Koperasi konsumen adalah koperasi yang melaksanakan kegiatan bagi anggota


dalam rangka penyediaan barang atau jasa yang dibutuhkan anggota. Koperasi
konsumen berperan dalam mempertinggi daya beli sehingga pendapatan riil anggota
meningkat. Pada koperasi ini, angggota memiliki identitas sebagai pemilik (owner) dan
sebagai pelanggan (customer). Dalam kedudukan anggota sebagai konsumen, kegiatan
mengkonsumsi (termasuk konsumsi oleh produsen) adalah penggunaan mengkonsumsi
barang/jasa yang disediakan oleh pasar. Adapun fungsi pokok koperasi konsumen
adalah menyelenggarakan :
a. Pembelian atau pengadaan barang/jasa kebutuhan anggota yang dilakukan secara
efisien, seperti membeli dalam jumlah yang lebih besar.
b. Inovasi pengadaan, seperti sumber dana kredit dengan bunga yang lebih rendah,
diantaranya pemanfaatan dana bergulir, pembelian dengan diskon, pembelian
dengan kredit.

3. Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi ini sering kali juga disejajarkan dengan nama koperasi kredit, koperasi ini
menyelenggarakan layanan tabungan dan sekaligus memberikan kredit bagi
anggotanya. Layanan-layanan ini menempatkan koperasi sebagai pelayan anggota
memenuhi kebutuhan pelayanan keuangan bagi anggota menjadi lebih baik dan lebih
maju. Dalam koperasi ini anggotanya memiliki kedudukan identitas ganda sebagai
pemilik (owner) dan nasabah (customers). Dalam kedudukan sebagai nasabah anggota
melaksanakan kegiatan menabung dan meminjam dalam bentuk kredit kepada koperasi.
Pelayanan koperasi kepada anggota yang menabung dalam bentuk simpanan wajib,
simpanan sukarela dan deposito, merupakan sumber modal bagi koperasi.
Penghimpunan dana dari anggota itu menjadi modal yang selanjutnya oleh koperasi
disalurkan dalam bentuk pinjaman atau kredit kepada anggota dan calon anggota.
Dengan cara pinjam (KSP) dan atau Unit Usaha Simpan Pinjam (USP) Koperasi.
Dengan cara itulah koperasi melaksanakan fungsi intermediasi dana milik anggota untuk
disalurkan dalam bentuk kredit kepada anggota yang membutuhkan. Penyelenggaraan
kegiatan simpan pinjam oleh koperasi dilaksanakan dalam bentuk/wadah koperasi
simpan pinjam.

4. Koperasi Pemasaran

Koperasi pemasaran seringkali disebut koperasi penjualan. Identitas anggota


sebagai pemilik (owner) dan penjual (seller) atau pemasar. Koperasi pemasaran
mempunyai fungsi menampung produk barang maupun jasa yang dihasilkan anggota
untuk selanjutnya memasarkannya kepada konsumen. Anggota berkedudukan sebagai
pemasok barang atau jasa kepada koperasinya. Dengan demikian bagi anggota,
koperasi merupakan bagian terdepan dalam pemasaran barang ataupun jasa anggota
produsen. Sukses fungsi pemasaran ini mendukung tingkat kepasatian usaha bagi
anggota untuk tetap dapat berproduksi.

5. Koperasi Jasa

Adalah koperasi dimana identitas anggota sebagai pemilik dan nasabah konsumen
jasa dan atau produsen jasa. Dalam status anggota sebagai konsumen jasa, maka
koperasi yang didirikan adalah koperasi pengadaan jasa. Sedangkan dalam status
anggota sebagai produsen jasa, maka koperasi yang didirikan adalah koperasi produsen
jasa atau koperasi pemasaran jasa. Sebagai koperasi pemasaran, bilamana koperasi
melaksanakan fungsi memasarkan jasa hasil produksi angota. Dalam praktek dikenal
pula penjenisan koperasi atas dasar cakupan pengelolaan bisnis (usaha), yaitu jenis
koperasi Single Purpose (satu usaha) dan Multi Purpose (banyak usaha). Koperasi
dengan satu kegiatan usaha, misalnya Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Koperasi
Produsen Susu, Koperasi tahu tempe (Primkopti), Koperasi Bank Perkreditan Rakyat
dan sebagainya. Koperasi dengan lebih dari satu kegiatan usaha, sering disebut
sebagai koperasi serba usaha. Jenis koperasi ini misalnya Koperasi Pemasaran, dimana
koperasi melaksanakan pemasaran produk barang dan jasa.

Di dalam praktek koperasi dikenal sebutan penjenisan koperasi, seperti Koperasi


Pegawai Negeri (KPN), Koperasi Unit Desa (KUD), Koperasi Karyawan (Kopkar),
Koperasi Mahasiswa (Kopma), Koperasi Pedagang Pasar, Primer Koperasi Kepolisian
(Primkopol), Primer Koperasi Angkatan Darat (Primkopad), Primer Koperasi Angkatan
Udara (Primkopau), Primer Koperasi Angkatan Laut (Primkopal), dan seterusnya. Pada
sisi lain koperasi itu masih diberi nama seperti KUD Makmur, Koperasi Simpan Pinjam
(KSP) Sejahtera, Primkopol Melati, Kopma Unpad dan sebagainya. Terdapat pula
sebutan penjenisan Koperasi Jasa Keuangan, Koperasi Jasa Transportasi, Koperasi
Taksi, Koperasi Angkutan, dan berbagai Koperasi lainnya. Demikian pula dalam
koperasi sekundernya dikenal sebutan GKPN, PKPN, PKPRI, Gabungan Koperasi Batik
Indonesia (GKBI), Induk Koperasi Unit Desa, Pusat Koperasi Unit Desa, Puskopad,
Puskopau, Puskud, dan lain-lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

DepartemenKoperasidanPembinaanPengusahaKecil, R.I. 1993, Pelatihan Dasar Bagi


Pengurus Koperasi/KUD, Jakarta.

Folke Dubell, 1985. Pembangunan Koperasi Suatu Metode Perintisan dan


Perorganisasian Koperasi Pertanian di Negara Berkembang, terjemahan Slamet Riyadi
Bisri, Jatinangor : Ikopin.

Hanel, Alfred. 1994. Dual or Double Nature of Cooperative. Dalam Internasional


Handbook of Cooperative Organizations. Vandenhoeck&Ruprecht. Gottingen.

Herman Soewardi. 1995. Filsafat Koperasi atau Cooperativism. UPT Penerbitan Ikopin.

Ima Soewandi, tanpa tahun Latar Belakang Sejarah dan Sendi Dasar Koperasi (sebuah
out-line), Jakarta : Departemen Perdagangan dan Koperasi.

Munkner, 1989. Pengantar Hukum Koperasi, Bandung : Unpad

Ropke, Jochen, 1995. The Economic Theory of Cooperative Enterprises in Developing


Countries. With Special References to Indonesia. Marburg.

Sagimun Amran, 1992. Analisis Beberapa Permasalahan Anggaran Rumah Tangga,


dalam Pokok-Pokok Pikiran Tentang Pembangunan Koperasi, Editor Rusidi dan Maman
Suratman, Jatinangor, Bandung : Ikopin

Tim Ikopin. 2000. Penjiwaan Koperasi. Bandung: Ikopin. Jatnangor, Bandung : Ikopin

T. Gilarso. 1989. Pengelolaan Koperasi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992, Tentang Perkoperasian.


KIAT – LANGKAH

MENGELOLA KOPERASI BARU

DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

REPUBLIK INDONESIA

TAHUN 2010
KATA PENGANTAR

Persoalan menyangkut tata kehidupan koperasi dalam prakteknya menghadapi kendala

terutama pemahaman mendasar mengenai pemahaman nilai, prinsip, dan manajemen

koperasi, sehingga hal ini ikut mempengaruhi keberadaan dan tumbuh berkembangnya

koperasi dimasyarakat. Pengenalan perkoperasiaan kepada khalayak akan menstimulasi

pemahaman dan minat masyarakat menjadi anggota maupun mendirikan koperasi sesuai

dengan nilai dan prinsip koperasi.

Praktek berkoperasi masih dihadapkan pada kendala dalam penyelenggaraan

keorganisasian dan usaha koperasi. Buku saku berisi uraian praktis perkoperasian, yang dapat

dijadikan pegangan umum dan bahan bacaan singkat bagi berbagai kalangan masyarakat,

serta dapat membuka wawasan pembacanya mengenai koperasi.

Buku saku perkoperasian ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga saran, kritik

dan masukan yang bersifat membangun diperlukan bagi koperasi, anggota, pengurus,

pengawas dan masyarakat untuk lebih memahami koperasi. Semoga Allah SWT memberkati

dan menempatkan karya ini sebagai amal kebajikan. Amin…

Jakarta, 2010

Deputi Bidang Pengembangan

Sumber Daya Manusia


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................... I

Daftar Isi ..................................................................................................................... III

KIAT-LANGKAH MENGELOLA KOPERASI BARU ..................................................... 1

Langkah 1: Pemahaman Perangkat Hukum dan peraturan ......................................... 2

Langkah 2: Menyusun Aturan Main Organisasi ........................................................... 3

Langkah 3: Sosialisasi Anggaran Dasar Kepada

Anggota dan Karyawan Koperasi ............................................................ 5

Langkah 4: Melengkapi Sarana dan Prasarana Koperasi ............................................ 6

Langkah 5: Memfungsikan Perangkat Organisasi Koperasi ........................................ 7

Langkah 6: Mengelola dan Mengorganisasikan

Sumber Daya yang Dimiliki Koperasi ....................................................... 8

Langkah 7: Menggerakan dan Menjalankan

Organisasi & Usaha Koperasi .................................................................. 9

Langkah 8: Mengendalikan Organsasi dan Usaha Koperasi ....................................... 11

5 (LIMA) LANGKAH USAHA KOPERASI BARU ......................................................... 12

Langkah 1: Identifikasi Jenis/Bidang Usaha Koperasi ................................................. 13

Langkah 2: Menaksir Volume Usaha ........................................................................... 14


Langkah 3: Menaksir Kebutuhan Modal dan Sumbernya ............................................ 15

Langkah 4: Perkiraan Hasil Usaha .............................................................................. 17

Langkah 5: Menaksir Manfaat yang Diterima Anggota ................................................ 19

Daftar Pustaka ............................................................................................................ 21


KIAT-LANGKAH

MENGELOLA KOPERASI BARU

Delapan (8) kiat-langkah mengelola koperasi baru :

1. Pemahaman perangkat hukum dan peraturan


2. Menyusun aturan main organisasi (anggaran dasar)
3. Sosialisasi aturan main kepada seluruh anggota
4. Melengkapi sarana dan prasarana koperasi termasuk buku-buku organisasi
5. Memfungsikan perangkat organisasi koperasi
6. Mengelola dan mengorganisasikan sumber daya yang ada (manusia, uang, sumber
daya alam, fisik dll)
7. Menjalankan dan menggerakan organisasi dan usaha koperasi
8. Mengendalikan organisasi dan usaha koperasi

Langkah 1:

Pemahaman

Perangkat Hukum Dan Peraturan

 Bagi pengurus dan pengawas baru yang telah diangkat oleh anggota sebaiknya
sebelum melaksanakan tugas terlebih dahulu harus memahami UU Nomor 25 tahun
1992 tentang perkoperasian dan peraturan turunannya yang berlaku
 Dokumen UU dan peraturan yang dimaksud dapat diperoleh di instansi yang
membidangi koperasi di tingkat Kabupaten/Kota.
 Tahap ini merupakan masa orientasi bagi pengurus dan pengawas untuk memahami
jatidiri koperasi (devinisi, fungsi, dan peran, tujuan koperasi, perangkat organisasi, ruang
lingkup usaha koperasi, permodalan koperasi, jenis koperasi, dsb)
 Jika sudah dipahami, pengurus dan pengawas dianggap siap untuk menjalankan dan
menggerakan organisasi koperasi.
Langkah 2:

Menyusun Aturan Main Organisasi

(Anggaran Dasar)

 Meskipun dalam rapat pembukaan koperasi anggaran dasar harus sudah disusun
oleh kelompok pemrakarsa, tapi pada kenyataan masih perlu disempurnakan untuk
dilampirkan pada saat pengajuan akta pendirian.
 Anggaran dasar adalah ketentuan-ketentuan pokok yang mengatur tentang tata
laksana kehidupan organisasi koperasi.
 Ketentuan pokok yang dimaksud mencakup:
1. Daftar nama pendiri;
2. Nama dan tempat kedudukan;
3. Maksud & tujuan serta bidang usaha;
4. Ketentuan mengenai keanggotaan;
5. Ketentuan mengenai rapat anggota;
6. Ketentuan mengenai pengelolan;
7. Ketentuan mengenai permodalan;
8. Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya;
9. Ketentuan mengenai pembahgian hasil usaha;
10. Ketentuan mengenai sanksi;

Langkah 3:

Sosialisasi Anggaran Dasar Kepada

Anggota Dan Karyawan Koperasi

 Tujuanya adalah agar seluruh anggota termasuk juga karyawan mengetahui dan
memahami bagaimana berorganisasi di koperasi yang baik dan benar.
 Fokus sosialisasi kepada anggota adalah mengenai hak dan kewajiban anggota
baik sebagai pemilik maupun pelanggan koperasi, mekanisme pengambilan
keputusan di koperasi.
 Gunakan metode sosialisasi yang menyenangkan sesuai dengan latar belakang
sosio-kultural anggota.

Langkah 4:

Melengkapi Sarana Dan Prasarana Koperasi

 Prasarana yang harus ada: kantor dengan papan nama koperasi yang jelas.
 Sarana: meja, kursi, lemari, telepon, komputer dsb.
 Buku-buku organisasi:
1. Buku daftar anggota;
2. Buku notulen rapat;
3. Buku inventaris;
4. Buku tamu;
5. Buku sarana pejabat;
6. Buku lain yang diperlukan.
 Buku-buku organisasi diatas dapat diperoleh pada intansi yang membidangi
koperasi di Kabupaten/Kota.

langkah 8:

Mengendalikan Organisasi Dan

Usaha Koperasi

 Pengendalian Pasif
1. Memonitor kegiatan;
2. Mengevaluasi kegiatan;
3. Mengawasi pelaksanaan;
4. Buku tamu;
5. Buku saran pejabat;
6. Buku lain yang diperlukan.
 Pengendalian aktif:
1. Mencari factor penyebab terjadinya penyimpangan;
2. Mencari solusi pemecahan agar penyimpangan dapat ditekan dan bila
memungkinkan dicegah.
 Pengendalian organisasi dan usaha koperasi menjadi tanggung jawab pengurus,
sedangkan pengawas dititik beratkan pada pengawasan.

5 (LIMA) LANGKAH

USAHA KOPERASI BARU

1. Identifikasi jenis/bidang usaha


2. Menaksir volume (skala) usaha
3. Menaksir kebutuhan modal dan sumberdaya
4. Memperkirakan perhitungan hasil usaha
5. Menaksir manfaat yang dapat diterima anggota
Langkah 1:

Identifikasi Jenis/Bidang Usaha Koperasi

 Karena anggota koperasi memiliki identitas ganda yaitu sebagai pemilik dan
penggalang, maka usaha koperasi harus ada keterkaitan dengan kebutuhan anggota.
 Jika anggota koperasi adalah para petani yang ikut mengelola hutan, maka usaha yang
harus diadakan oleh koperasi selayaknya sesuai dengan kebutuhan petani yang
mengelola usaha kehutanan.
 Usaha uang dibutuhkan oleh para petani hutan, misalnya:
1. Penyediaan sarana produksi tani hutan seperti: kandang, bibit sapi, peralatan tani
dan sebagainya;
2. Pemasaran hasil produksi tani hutan dari anggota;
3. Penyediaan sembako;
4. Layanan jasa keuangan simpan pinjam.

Langkah 2:

Menaksir Volume Usaha

Volume usaha koperasi dapat ditaksir dengan cara :

1. Menaksir rata-rata kebutuhan anggota per satuan periode (hari, minggu, bulan, musim
atau tahun) :
1. Sarana produksi = Rp ……..
2. Pemasaran hasil = Rp ……..
3. Sembako = Rp ……..
4. Simpanan = Rp ……..
5. Pinjaman = Rp ……..
2. Mengalikan rata-rata kebutuhan per periode dari masing-masing kebutuhan anggota
dengan jumlah anggota dan calon anggota akan dilayani akan diperoleh volume usaha
koperasi senilai Rp ……….

Langkah 3:

Menaksir Kebutuhan Modal dan Sumbernya

1. Modal Kerja Operasional


- Pembelian Sarana Produksi = Rp …
- Pembelian Produk Anggota = Rp …
- Pembelian Sembako = Rp …
- Pinjam Yang Diberikan = Rp …
- Upah Kerja = Rp …
- Gaji Karyawan = Rp …
- Biaya Organisasi = Rp …

-----------------------------------------------------------------------

Total Per Tahun = Rp ……..

Modal Kerja Per Tahun = Rp ……..

2. Modal Untuk Investasi = Rp ……..


- Tanah = Rp ……..
- Kantor = Rp ……..
- Peralatan = Rp ……..
- Perijinan = Rp ……..
- Kendaraan = Rp ……..
- Aktiva Lainnya = Rp ……..

------------------------------------------------------------------------

Total Inventasi = Rp …….

3. Kebutuhan Modal

Modal Kerja Per Bulan + Modal inventasi = Rp …….

Langkah 4:

Perkiraan Hail Usaha

 Agar diperoleh ketelitian yang baik, sebaiknya perhitungan hasil usaha dilakukan
terpisah tiap bidang usaha
 Contoh format untuk menghitung hasil usaha unit sarana produksi :
1. Penjual = Rp …….
2. Harga Pokok = Rp …….

-------------------------------------------------------------------------

Hasil usaha kotor = Rp …….

3. Biaya operasioanal = Rp …….


4. Biaya organisasi = Rp …….
5. Penyusutan = Rp …….
6. Bunga pinjaman = Rp …….

-------------------------------------------------------------------------

Hasil usaha bersih = Rp …….

 Hasil usaha untuk seluruh unit usaha koperasi dihitung: menjumlahkan/rekapitulasi


seluruh unit usaha yang akan dibuka koperasi = Rp ……..
 Hasilnya merupakna volume usaha koperasi per periode tertentu.

Langkah 5:

Menaksir Manfaat yang Diterima Anggota

 Karena anggota koperasi memiliki identitas ganda yaitu sebagai pemilik dan
penggalang, maka usaha koperasi harus ada keterkaitan dengan kebutuhan anggota
setia dan terus berpartisipasi
 Manfaat yang dapat diberikan:
1. Jumlah anggota yang dilayani

= …….. orang

2. Volume Transanksi (dirinci berdasarkan pembelian saprotan, penjualan hasil,


pembelian sembako, pengambilan pinjaman, dll) = Rp ……..
3. Manfaat ekonom Langsung yang diterima anggota dapat dihitung :

Mengalikan volume transksi anggota dengan selisih harga yang menguntungkan
anggota = Rp ………
4. Manfaat Ekonomi tidak langsung :
 Besarnya prosesentasi sisa hasil usaha (shu) bagi anggota sesuai dengan
anggaran dasar dan keputusan rapat anggota = Rp ………
DAFTAR PUSTAKA

Departemen KoperasidanPembinaanPengusahaKecil, R.I. 1993, Pelatihan Dasar

Perkoperasian Bagi Pengurus Koperasi / KUD, Jakarta.

Folke Dubell, 1985. Pembangunan Koperasi Suatu Metode Perintisan dan

Pengorganisasian Koperasi Pertanian di Negara Berkembang, terjemahan Slamet Riyadi Bisri,

Jatinangor : ikopin.

Hanel, Alfred. 1994. Dual or Double Nature of Cooperative. Dalam Internasional

Handbook of Cooperative Organization. Vandenhoeck&Ruprecht. Gottingen.

Herman Soewardi. 1995. Filsafat Koperasi atau Cooperativism. UPT Penerbit Ikopin.

Ima Soewandi, tanpa tahun Latar Belakang Sejarah dan Sendi Dasar Koperasi (sebuah-

out-line), jakarta : Departemen Perdagangan dan Koperasi.

Munkner, 1989. Pengantar Hukum Koperasi, Bandung : Unpad

Ropke, Jonche, 1995. The Economic Theory of Cooperative Enterprises in Developing

countries. With Special Reference ti Indonesia. Marburg.

Sagimun, M.D. 1990. Koperasi Indonesia. CV Masagung. Jakarta.

Suarny Amran, 1992. Analisis Beberapa Kesalahan Anggaran Dasar dan Anggaran

Rumah Tangga, dalam Pokok-Pokok Pikiran Tentang Pembangunan Koperasi, Editor Rusidi

dan Maman Sutarman, Jatinangor, Bandung : Ikopin.

Tim Ikopin. 2000. Penjiwaan Koperasi. Bandung:Ikopin. Jatinangor, Bandung : Ikopin

T.Gilarso.1989. Pengelola Koperasi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992, Tentang Perkoperasian.


MANAJEMEN KOPERASI

DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

REPUBLIK INDONESIA

TAHUN 2010
KATA PENGANTAR

Persoalan menyangkut tata kehidupan koperasi dalam prakteknya menghadapi kendala

terutama pemahaman mendasar mengenai pemahaman nilai, prinsip, dan manajemen

koperasi, sehingga hal ini ikut mempengaruhi keberadaan dan tumbuh berkembangnya

koperasi dimasyarakat. Pengenalan perkoperasiaan kepada khalayak akan menstimulasi

pemahaman dan minat masyarakat menjadi anggota maupun mendirikan koperasi sesuai

dengan nilai dan prinsip koperasi.

Praktek berkoperasi masih dihadapkan pada kendala dalam penyelenggaraan

keorganisasian dan usaha koperasi. Buku saku berisi uraian praktis perkoperasian, yang dapat

dijadikan pegangan umum dan bahan bacaan singkat bagi berbagai kalangan masyarakat,

serta dapat membuka wawasan pembacanya mengenai koperasi.

Buku saku perkoperasian ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga saran, kritik

dan masukan yang bersifat membangun diperlukan bagi koperasi, anggota, pengurus,

pengawas dan masyarakat untuk lebih memahami koperasi. Semoga Allah SWT memberkati

dan menempatkan karya ini sebagai amal kebajikan. Amin…

Jakarta, 2010

Deputi Bidang Pengembangan

Sumber Daya Manusia


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................ I

Daftar Isi .......................................................................................................................... III

MANAJEMEN KOPERASI ............................................................................................... 1

1. Rapat anggota .......................................................................................................... 2

2. Pengurus .................................................................................................................. 3

3. Tugas Pengurus ....................................................................................................... 4

4. Wewenang Pengurus ................................................................................................ 7

5. Persyaratan Menjadi Pengurus ................................................................................. 7

6. Fungsi Pengurus ....................................................................................................... 9

7. Rapat-Rapat Pengurus ............................................................................................. 12

Daftar Pustaka ................................................................................................................. 14


MANAJEMEN KOPERASI

Tugas manajemen koperasi adalah menghimpun, mengkoordinasi dan mengembangkan

potensi tersebut menjadi kekuataan untuk meningkatkan taraf hidup anggota sendiri melalui

proses “nilai tambah”. Hal itu dapat dilakukan bila sumber daya yang ada dapat dikelola secara

efisien dan penuh kreatif (inovatif) serta diimbangi oleh kemampuan kepemimpinan yang

tangguh. Manajemen koperasi memiliki tugas membangkit potensi dan motif yang tersedia yaitu

dengan cara memahami kondisi objektif dari anggota sebagaimana layaknya manusia lainnya.

Pihak manajemen dituntut untuk selalu berfikir selangkah lebih maju di dalam memberi manfaat

banding pesaing, hanya dengan anggota atau calon anggota tergerak untuk memilih koperasi

sebagai alternatif yang lebih rasional dalam melakukan transaksi ekonominya.

1. Rapat Anggota

Rapat Anggota merupakan kolektibilitas suara Anggota sebagai pemilik organisasi dan

juga merupakan pemegang kekuasaan tertinggi. Dalam Undang-Undang RI No 25 Tahun 1992,

Tentang Perkoperasian Pasal 23 disebutkan bahwa Rapat Anggota menetapkan:

 Anggaran Dasar,

 Kebijakan umum dibidang organisasi, manajemen dan usaha koperasi,

 Pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian Pengurus dan Pengawas,

 Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan koperasi, serta pengesahan laporan

keuangan,

 Pengesahan pertanggung jawaban pengurus pelaksanaan tugasnya,

 Pembagian sisa hasil usaha dan pengabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran

koperasi
Anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus sebagai pengguna jasa (identitas ganda

anggota koperasi), merupakan ciri universal dari badan usaha koperasi, bila pemilik badan

usaha dan pengguna jasa tidak identik, maka badan usaha tersebut bukanlah koperasi.

Identitas anggota koperasi yang unik inilah yang membangun kekuatan pokok dari koperasi,

jadi yang disatukan ke dalam koperasi sebenarnya adalah kepentingan atau tujuan ekonomi

yang sama dari sekelompok individu. Karena itu lebih tepat apabila koperai disebut sebagai

kumpulan dari kepentingan ekonomi yang sama dari sekelompok orang-orang atau kelompokan

badan hukum koperasi.

2. Pengurus

Pengurus merupakan wakil dari Anggota yang dipilih dalam Rapat Anggota yang dari

dan oleh Anggota untuk menjalankan/mewakili Anggota dalam menjalankan perusahaan

koperasi. Pengurus bertanggung jawab mengenai segala kegiatan pengelolaan koperasi dan

usahanya kepada Rapat Anggota. Sebagia pihak yang dipercaya oleh Rapat Anggota untuk

menjalankan roda organisasi dan bisnis, maka Pengurus wajib melaksanakan harapan dan

amanah yang diterima dari Anggota dalam Rapat Anggota. Pengurus harus mampu

menjabarkan kehendak Anggota dalam program kerja yang lebih teknis.

3. Tugas Pengurus

Pengurus memperboleh wewenang dan kekuasaan dari Rapat Anggota dan

melaksanakan seluruh keputusan Rapat , Anggota tersebut guna memberikan manfaat kepada

Anggota koperasi. Atas dasar itulah Pengurus merumuskan berbagai kebijaksanaan yang harus

dilakukan pengelola dan menjalankan tugas-tugasnya seperti: diungkapkan pada Undang-

Undang RI Nomor 25 tahun 1992 Tentang Perkoperasian Pasal 30 sebagai berikut:

 mengelola koperasi dan usahanya; sebagai pihak yang dipercaya oleh Rapat Anggota

untuk mengelola organisasi dan usaha koperasi, Pengurus Koperasi harus berusaha
menjalankan semua kebijakan dan rencana kerja yang telah disepakati oleh Rapat

Anggota

 mengajukan Rancangan Program Kerja serta Rencana Pendapatan dan Belanja

Koperasi (RAPBK); sebagai pengelola usaha Koperasi, Pengurus Koperasi harus

memiliki wawasan bisnis yang cukup.

 Menyelenggarakan Rapat Anggota; sebagai pengelola organisasi koperasi, Pengurus

Koperasi antara. Lain harus mampu menyelenggarakan, Rapat Anggota Koperasi

dengan sebaik-baiknya

 Mengajukan Laporan Keuangan dan pertanggungjawaban Pelaksanaan Tugas; sebagai

pengelola organisasi dan usaha koperasi memiliki kewajiban untuk

mempertanggungjawabkan kepengurusannya kepada Rapat Anggota

 Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib;

 Memelihara daftar buku anggota. Salah satu ukuran organisasi yang sehat adalah

terselenggaranya administrasi organisasi yang teratur dan sistematis.

Selain Pengurus juga memiliki juga lain dalam memberikan pelayanan kepada Anggota

Koperasi dan masyarakat; mendelegasikan tugas kepada Manajer; meningkatkan pengetahuan

perangkat pelaksanaan dan Anggota; meningkat penyuluhan dan pendidikan kepada Anggota;

mencatat mulai dari sampai dengan berakhirnya masa ke Pengurusan Pengawasan dan

Pengurus; dan mencatat masuk dan keluarnya Anggota.

4. Wewenang Pengurus

Wewenang pengurus ialah:

 Mewakili koperasi di dalam dan luar;

 Memutuskan penerimanan dan penolakan Anggota baru serta pemberhentian Anggota

sesuai ketentuan dalam Anggaran Dasar;


 Melakukan tindakan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan koperasi sesuai dengan

tanggung jawabanya dan keputusan Rapat Anggota.

5. Persyaratan Menjadi Pengurus

Mengingat begitu pentingnya dan strategisnya tugas Pengurus Koperasi, maka dalam

memilih Pengurus Koperasi hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

 Mempunyai sifat kejujuran dan keterampilan bekerja;

 Percaya pada koperasi, mengadakan inventarisasi dan aktif dalam usaha koperasi;

 Mampu dan cakap untuk mengambil keputusan bagi kepentingan organisasi;

 Dapat bekerjasama dengan Pengurus lainnya sebagi sebuah tim (kompak), dan

menyokong keputusan-keputusan yang diambil dengan suara terbanyak;

 Tidak memberi keistimewahan khusus bagi dirinya sendiri, saudara-saudaranya atau

kawan-kawannya;

 Tidak membocorkan rahasia organisasi, dan;

 Mempunyai wawasan yang luas serta mempunyai fikiran maju untuk mengembangkan

ide baru yang dapat membawa keberhasilan koperasi serta berani mencoba;

 Mempunyai tekad yang bulat untuk mengabdi dan mengembangkan koperasi dan lain

sebagainya.

6. Fungsi Pengurus

Pengurus mempunyai fungsi idiil (ideal funcion), dan karenanya Pengurus mempunyai

fungsi yang luas, yaitu:

 Fungsi Pengurus sebagai pusat pengambilan keputusan yang tertinggi dapat

diwujudkan dalam bentuk: menentukan tujuan organisasi merumuskan kebijakasanaan-

kebijaksanaan organisasi menentukan rencana sasaran serta program-program dari


organisasi; memilih manajer-manajer tingkat atas,serta mengawasi tindakan-tindakanya.

Pengurus sebagai Pusat Pengambilan Keputusan yang tertinggi merupakan perangkat

organisasi yang bisa membawa perubahan dan pertumbuhan sekaligus merupakan

sumber dari segala inisiatif.

 Fungsi sebagai penasihat, fungsi sebagai penasihat ini berlaku, baik terhadap para

Manajer, karyawan, maupun bagi para anggota-anggota.

 Fungsi sebagai Pengawas. Yang dimaksudkan dengan fungsi sebagai Pengawas disini

adalah bahwa Pengurus memiliki kepercayaan dari anggota untuk mengatasi,

menertibkan dan melindungi semua kekayaan organisasi.

 Fungsi sebagai Penjaga Kelangsungan Hidup Organisasi, agar organisasi tetap

berlanjut, maka pengurus harus:

 Mampu menyediakan adanya eksekutif/Manajer yang cakap dalam organisasi;

 Perlu menyeleksi eksekutif atau manajer yang efektif;

 Memberikan pengarahan kepada para eksekutif/Manajer;

 Mengusahakan adanya Pengurus yang terdiri dari orang-orang yang mampu

mengarahkan kegiatan organisasi;

 Mengikuti perkembangan pasar. Dengan demikian mereka bisa dengan tepat mengarah

jenis barang-barang atau jasa-jasa apa yang akan dihasilkan oleh koperasi tersebut,

sesuai dengan perkembangan permintaan di pasar dengan memperhatikan profitabilitas

usaha

 Fungsi sebagai simbol. Pengurus itu merupakan simbol dari kekuatan, kepemimpinan

dan sebagai motivator bagi tercapainya tujuan organisasi. Maka, Pengurus seharusnya

berperan untuk:

 Menentukan tujuan organisasi, strategis perusahaan (corporate strategies) dan

kebijaksanaan umum dari organisasi.


 Dalam rangka usaha memperoleh informasi para eksekutif, yang dapat digunakan

dalam perumusan kebijaksanaan, Pengurus perlu mengajukan pertanyaan secara

cermat kepada eksekutif.

 Memilih dan mengangkat eksekutif-eksekutif kunci.

7. Rapat-Rapat Pengurus

Salah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh Pengurus koperasi dalam mengelola

koperasi adalah menyelengarakan Rapat Pengurus secara rutin. Hal-hal yang penting untuk

dibicarakan adalah:

 Membicarakan berbagai kebijakan yang berhubungan dengan pelaksanaan keputusan

Rapat Anggota, sehingga berbagai keputusan tersebut dapat ditindaklanjuti dengan

cara, sebaik-baiknya;

 Membicarakan pembagian tugas antara sesama anggota Pengurus, sehingga setiap

anggota Pengurus mengetahui batas-batas wewenang dan tanggung jawabnya masing-

masing. Dengan demikian akan tercipta suatu tata kerja pengurus yang baik dan serasi

 Menetapkan pekerjaan yang perlu dilakukan, oleh pegawai dan koperasi lainya. Jika

usaha koperasi mengalami peningkatan maka tidak tertutup bagi koperasi untuk

memiliki organisasi perusahaan yang cukup besar dengan jumlah pegawai yang tidak

sedikit jumlahnya. Dalam hal ini, pembagian pekerjaan secara jelas tidak hanya pada

tingkat Pengurus, tetapi harus dilakukan hingga ke tingkat pegawai yang paling rendah;

dan;

 Menerima petunjuk dan bimbingan dari pejabat instansi terkait.


DAFTAR PUSTAKA

Departemen KoperasidanPembinaanPengusahaKecil, R.I. 1993, Pelatihan Dasar

Perkoperasian Bagi Pengurus Koperasi / KUD, Jakarta.

Folke Dubell, 1985. Pembangunan Koperasi Suatu Metode Perintisan dan

Pengorganisasian Koperasi Pertanian di Negara Berkembang, terjemahan Slamet Riyadi Bisri,

Jatinangor : ikopin.

Hanel, Alfred. 1994. Dual or Double Nature of Cooperative. Dalam Internasional

Handbook of Cooperative Organization. Vandenhoeck&Ruprecht. Gottingen.

Herman Soewardi. 1995. Filsafat Koperasi atau Cooperativism. UPT Penerbit Ikopin.

Ima Soewandi, tanpa tahun Latar Belakang Sejarah dan Sendi Dasar Koperasi (sebuah-

out-line), jakarta : Departemen Perdagangan dan Koperasi.

Munkner, 1989. Pengantar Hukum Koperasi, Bandung : Unpad

Ropke, Jonche, 1995. The Economic Theory of Cooperative Enterprises in Developing

countries. With Special Reference ti Indonesia. Marburg.

Sagimun, M.D. 1990. Koperasi Indonesia. CV Masagung. Jakarta.

Suarny Amran, 1992. Analisis Beberapa Kesalahan Anggaran Dasar dan Anggaran

Rumah Tangga, dalam Pokok-Pokok Pikiran Tentang Pembangunan Koperasi, Editor Rusidi

dan Maman Sutarman, Jatinangor, Bandung : Ikopin.

Tim Ikopin. 2000. Penjiwaan Koperasi. Bandung:Ikopin. Jatinangor, Bandung : Ikopin

T.Gilarso.1989. Pengelola Koperasi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992, Tentang Perkoperasian.


MENGENAL KEUANGAN
DAN MODAL KOPERASI

DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2010
KATA PENGANTAR

Persoalan menyangkut tata kehidupan koperasi dalam prakteknya menghadapi kendala


terutama pemahaman mendasar mengenai pemahaman nilai, prinsip, dan manajemen
koperasi, sehingga hal ini ikut mempengaruhi keberadaan dan tumbuh berkembangnya
dimayarakat. Pengenalan perkoperasian kepada khalayak akan menstimulasi pemahaman dan
minat masyarakat menjadi anggota maupun mendirikan koperasi sesuai dengan nilai dan
prinsip koperasi.

Praktek berkoperasi masih dihdapkan pada kendala dalam penyelenggaraan


keorganisasian dan usaha koperasi. Buku saku berisi uraian praktik perkoperasian, yang dapat
dijadikan pegangan umum dan bahan bacaan singkat bagi berbagai kalangan masyarakt, serta
dapat membuka wawasan pembacanya mengenai koperasi.

Buku saku perkoperasian ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga saran, kritik, dan
masukan yang bersifat membangun diperlukan bagi penyempurnaannya. Walau dengan segala
kekurangannya, buku saku ini dihrapkan dapat bermanfaat bagi koperasi, anggota, pengurus,
pengawas dan masyarakat untuk lebih memahami koperasi. Semoga Allah SWT memberkati
dan menempatkan karya ini sebagai amal kebajikan. Amin…

Jakarta, 2010

Deputi Bidang Pengembangan

Sumber Daya Manusia


DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... i

Daftar Isi .............................................................................................................................. iii

MENGENAL KEUANGAN DAN MODAL KOPERASI ........................................................... 1

1. Fungsi Akuntansi Koperasi ............................................................................................. 10


2. Siklus Pencatatan Akuntansi Koperasi ........................................................................... 13
3. Analisis Laporan Keuangan ............................................................................................ 25

Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 30


MENGENAL KEUANGAN DAN MODAL KOPERASI SENDIRI

Modal koperasi berasal dari dua sumber, yaitu modal sendiri dan modal luar (modal asing).
Koperasi dapat memanfaatkan modal sendiri dan modal asing dalam upaya memenuhi
kebutuhan modalnya. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari koperasi itu sendiri atau
modal yang menanggung resiko. Adapun modal sendiri meliputi :

1. Simpanan pokok, yaitu sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayar oleh
anggota koperasi kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota koperasi. Simpanan
pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih berstatus sebagai
anggota. Nilai atau besaran simpanan pokok diatur dan ditetapkan dalam Anggaran
Dasar/Anggaran Rumah Tangga Koperasi yang bersangkutan.
2. Simpanan wajib yaitu jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayar
oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu.
3. Dana Cadangan yaitu sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha, yang
dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutupi kerugian koperasi yang
mungkin terjadi atau bila diperlukan. Dana cadangan juga dimaksudkan bagi jaminan
koperasi di masa yang akan dating dan diperuntungkan bagi perluasan usaha, pemupukan
dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota
4. Hibah merupakan sumbangan dari pihak-pihak tertentu yang diserahkan kepada koperasi
dalam upaya ikut serta mengembangkan usaha koperasi

Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara ada
di dalam perusahaan koperasi, dan bagi perusahaan koperasi modal tersebut merupakan
utang, yang pada saatnya harus dibayar kembali atau biasanya didapatkan dari proses
pinjaman dari bank dan lembaga keuangan lainnya. Modal ini dapat dikelompok menjadi utang
jangka pendek (jangka waktunya paling lama 1 tahun), utang jangka menengah (jangka
waktunya paling lama 10 tahun) dan utang jangka panjang (jangka waktunya lebih dari 10
tahun). Modal asing atau modal pinjaman ini dapat berasal dari pinjaman anggota yang
memenuhi syarat, koperasi lain yang didasari atas perjanjian kerjasama, bank dan lembaga
keuangan, penerbitan obligasi dan surat utang berdasarkan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku, atau sumber lain yang sah berupa pinjaman dari bukan anggota.

Sebagai dinyatakan dalam Pasal 45, UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Sisa
Hasil Usaha (SHU) koperasi merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun
buku dikurangi biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku
yang bersangkutan. SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota
sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan masing-masing anggota dengan koperasi, serta
digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan lain dari kopreasi sesuai
dengan keputusan Rapat Anggota. Sedangkan pendapat lain (Arifin, R, 1997), menyatakan
bahwa SHU adalah merupakan sisa dari pendapatan koperasi setelah dipergunakan untuk
memenuhi seluruh biaya-biaya operasional organisasi koperasi, sisa itu dapat berbentuk sisa
positif atau sisa negative atau sisa nihil.
Sisa Hasil Usaha Koperasi dibagikan kembali kepada anggota sesuai dengan jasa masing-
masing anggota dalam memanfaatkan pelayanan koperasi atau transaksi dengan koperasi.
SHU ini juga dapat disisihkan untuk dana cadangan yang jumlahnya dapat berubah-ubah
sesuai dengan kebutuhan dan berdasar ketetapan dalam AD/ART Koperasi. SHU yang
dibagikan misalnya dalam bentuk cadangan koperasi, jasa anggota, dana pengurur\s, dan
karyawan, dan pendidikan, dana social, dana pembangunan lingkungan yang besarnya
ditentukan oleh aturan masing-masing koperasi. SHU ini merupakan sumber modal sendiri yang
nilainya ditentukan oleh pendapatan yang dihasilkan oleh koperasi, besaran biaya, alokasi
modal kerja, partisipasi anggota, profesionalitas manajemen koperasi, dan perputaran modal
kerja.

Koperasi memberi manfaat ekonomi koperasi kepada anggota secara langsung maupun
tidak langsung. Manfaat ekonomi langsung yaitu manfaat ekonomi yang langsung diterima
langsung oleh anggota koperasi dalam bentuk manfaat harga yang menguntungka bagi
anggota serta manfaat bunga yang menguntungkan anggota, sedangkan manfaat ekonomi
tidak langsung berupa nilai Sisa Hasil Usaha yang diterima anggota.

Manfaat ekonomi langsung diperoleh ketika anggota melakukan proses transaksi dengan
koperasi, sengakan manfaat ekonomi tidak langsung didapat pada akhir tahun buku selama
anggota memanfaatkan pelayanan barang maupun jasa yang ada dikoperasi. Manfaat ekonomi
keberadaan koperasi kepada anggota akan memberikan dampak mikro maupun makro.
Dampak miro koperasi berupa peningkatan pelayanan perusahaan koperasi bagi kegiatan
kelompok usaha dan atau ekonomi rumah tangga anggota (baik sebagai konsumen maupun
produsen), dan dampak makro berupa pembangunan organisasi koperasi yang mampu
meningktakan pendapatan dan kesejahteraan anggota maupun lingkungannya. Kebradaan dan
perkembangan koperasi sejatinya dapat member manfaat-manfaat utama bagi anggota
koperasi berupa kelancaran usaha, stabilitas ekonomi rumah tangga, pemenuhan kebutuhan
anggota, pemasaran hasil produksi, pengadaan input/sarana produksi dengan harga yang stabil
dan memadai.

Koperasi adalah suatu organisasi ekonomi rakyat, yang mempunyai dua sifat: social dan
ekonomis.

Koperasi bersifat social artinya koperasi itu merupakan kumpulan orang yang berusaha
untuk saling menolong dan bukan hanya kumpulan modal yang melulu berorientasi pada laba
saja.

Koperasi bersifat ekonomis artinya koperasi harus bisa mendatangkan laba (= Sisa Hasil
Usaha atau SHU). Salah satu syarat yang harus dipenuhi agar usaha koperasi bisa
mendatangkan laba ialah adanya suatu system pencatatan yang baik dan teratur, yang juga
dapat dipahami oleh para anggota dan pihak ekstern yang berkepentingan. Sama seperti
semua badan usaha lainnya, Koperasi pun harus menyelenggarakan pembukuan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Pada setiap akhir periode pembukuan harus dibuat
laporan keuangan yang berupa perhitungan neraca akhir dan perhitungan rugi/laba yang harus
dilaporkan dalam rapat anggota.
Agar kebenaran laporan keuangan itu bisa dipercaya, maka dibutuhkan suatu system
akuntansi yang memadai. Satu hal yang sangat dalam pengelolaan keuangan dalam setiap
bisnis (usaha) sekecil apapun ialah membuat laporan keuangan. Laporan keuangan ini dibuat
oleh tenaga kerja yang memahami pembukuan atau bahkan seorang akuntan dari dalam
koperasi atau koperasi dapat juga meminta bantuan dari akuntan luar berikut analisisnya. Akan
semakin lebih baik dan alangkah baiknya bila keahlian angkutan juga dikuasai oleh pengawas
koperasi. Dengan memahami laporan ini dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi dan memungkinkan bagi semua pihak yang berkepentingan untuk menilai usaha dan
keadaan keuangan koperasi secara menyeluruh.

Jenis laporan keuangan yang paling banyak digunakan ialah neraca, laporan rugi laba dan
laporan perubahan modal, paling tidak neraca dan laporan rugi raba. Keduanya tidak hanya
penting bagi pihak internal koperasi tetapi juga untuk pihak lain yang berkepentingan seperti
pemerintah, masyarakat, bank dsb.

Neraca (balance sheets) adalah suatu daftar yang berisi ringkasan harta, kewajiban dan
modal dari suatu perusahaan (termasuk koperasi) pada saat tertentu. Dengan demikian beraca
ini menggambarkan posisi keuangan koperasi pada saat tertentu biasanya pada akhir tahun.
Walaupun demikian kemungkinan laporan keuangan ini bisa diminta kapan saja mungkin setiap
tri wulan, tiap akhir semester.

Laporan laba-rugi (income statement) adalah laporan yang berisi ringkasan pendapatan dan
biaya dari suatu perusahaan (termasuk koperasi) untuk jangka waktu tertentu. Laporan
perubahan modal menjelaskan mengenai ringkasan perubahan capital dari suatu perusahaan
dalam jangka waktu tertentu.

1. Fungsi Akuntansi Koperasi

Akuntansi Koperasi berfungsi untuk adalah menyajikan informasi (laporan) keuangan.


Informasi keuangan yang dihasilkan oelh pembukuan/akuntasni koperasi mempunyai peranan
yang penting bagi tim manajemen koperasi, pengawas, bahkan anggota, serta pihak-pihak lain
yang berkepentingan, karena berdasar dari informasi keuangan itu dapat diketahui prestasi,
kinerja keuangan, atau hasil usaha koperasi selama jangka waktu tertentu. Informasi keuangan
itu juga merupakan pertanggung jawaban atas pengelolaan modal koperasi oleh pengurus.

Akuntansi Koperasi memperinci lebih dalam mengenai beberapa hal, diantaranya:

1. Menghitung Sisa Hasil Usaha

2. Mengamankan dan mengawasi semua harta kekayaan koperasi dari segala macam
bentuk kecurangan dan penyelewengan;

3. Membantu menentukan hak setiap pihak yang berkepentingan dengan koperasi;

4. Memberikan informasi untuk pengambilan keputusan.


Informasi keuangan yang disajikan dalam akuntansi koperasi bermanfaat nagi berbagai
pihak yang secara langsung atau tidak langsung berkepentingan. Bagi anggota sebagai pemilik
koperasi berkepentingan mengetahui informasi yang disajikan oleh akuntansi koperasi, di
antaranya untuk mengetahui perkembangan mosal koperasi, berapa keuntungan atau sisa hasil
usaha yang diperoleh, pembagian atau alokasi SHU untuk masing-masing anggota, dan berapa
kira-kira keuntungan dan nilai manfaat yang akan didapat koperasi pada masa yang akan
datang.

Bagi pengurus koperasi/manajer, informasi keuangan yang disajikan dalam akuntansi


koperasi dapat dipakai sebagai alat bantu untuk perencanaan dan pengawasan atas kegiatan
usaha koperasi yang telah atau akan dilakukan bagi karyawan. Informasi keuangan berguna
untuk mengetahui sejauh mana mutu dan hasil usaha koperasi, tingkat kontinuitas jaminan
usaha koperasi, serta nilai balas jasa yang diperoleh masing-masing.

Bagi pemerintah, informasi keuangan ini bermanfaat untuk menentukan kebijakan baik
dalam bentuk skim pembiayaan, nilai dari setiap skim pembiayaan, nilai dari setiap skim
pembiayaan bagi koperasi, besaran subsidi, dan pajak koperasi serta pelaksanaan peraturan
yang lainnya. Selanjutnya bagi kreditur/calon kreditur, misalnya bank atau lembaga non bank,
pemasok (supplier), atau penjual, informasi keuangan koperasi akan dipakai untuk menjadi
bahan pertimbangan bagi penentuan atas pemberian pinjaman, skim pembiayaan, jangka
waktu pembiayaan atau besarnya pinjaman.

2. Siklus Pencatatan Akuntansi Koperasi

Pada prinsipnya system akuntansi Koperasi mengikuti siklus pencatatan akuntansi yang
lazim, salah satu diantarannya adalah bagian sebagai berikut:

Buku jurnal/ Buku Neraca


Dokumen/bukti
Buku harian Besar Lajur

Neraca

Buku Pembantu/
Laporan
Buku Tambahan
Rugi-Laba
Keterangan bagan

1. Semua bukti (kwitansi) pembelian dan penjualan dicatat dalam buku harian berdasarkan
urutan tanggal kejadian.
2. Semua kejadian yang terekam dalam buku harian itu kemudian secara periodic
dikelompokkan dalam buku besar masing-masing.
3. Dan bukti transaksi yang sama dibuat juga buku tambahan, yang fungsinya sebagai
pengontrol kebenaran buku besar.
4. Setelah buku besar itu bisa dipasatikan benar, maka saldo yang ada di dalam masing-
masing buku besar bisa dipindahkan ke neraca lajur.

Laporan Keuangan

Dalam setiap bisnis (usaha) sekecil apapun satu hal yang sangat penting dalam
pengelolaan keuangan ialah membuat laporan keuangan. Laporan keuangan ini dibuat oleh
tenaga yang memahami pembukuan atau bahkan seorang akuntan dari dalam koperasi atau
koperasi dapat juga meminta bantuan dari akuntan luar berikut analisisnya. Sebenarnya
alangkah baiknya bila keahlian akuntan juga dikuasai oleh pengawas. Dengan laporan
keuangan ini dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dan memungkinkan
bagi semua pihak yang berkepentingan untuk menilai usaha dan keadaan keuangan koperasi
secara menyeluruh.

Jenis laporan keuangan yang paling banyak digunakan ialah neraca, laporan lugi raba dan
laporan perubahan modal, paling tidak neraca dan laporan rugi laba. Keduanya tidak hanya
penting bagi pihak internal koperasi tetapi juga untuk pihak lain yang berkepentingan seperti
pemerintah, masyarakat, bank dan sebagainya.

Neraca (balance sheets)

Ialah suatu daftar yang berisi ringkasan harta, kewajiban dan modal dari suatub perusahaan
(termasuk koperasi) pada saat tertentu. Dengan demikian neraca ini menggambarkan posisi
keuangan koperasi pada saat tertentu biasanya pada akhir tahun. Walaupun demikian
kemungkinan laporan keuangan ini bisa diminta kapan saja mungkin setiap tri wulan atau tiap
akhir semester.

Laporan Rugi/laba (income statement)

Ialah laporan yang berisi ringkasan pendapatan dan biaya dari suatu perusahaan (termasuk
koperasi) untuk jangka waktu tertentu misalnya selama 1 tahun, atau 1 semester.

NERACA

Komponen-komponen neraca (balance sheet):

1. Harta/Aktiva/assets:
1) Harta/Aktiva lancar (current assets)
2) Harta/Aktiva tetap (fixed assets)
3) Harta/Aktiva lain
2. Kewajiban/liabilities/hutang:
1) Kewajiban/Hutang lancer (jangka pendek)
2) Kewajiban jangka panjang
3. Modal (capital) sendiri
1) Modal dari anggota
2) SHU yang tidak dibagi

Komponen neraca diurutkan dengan ketentuan:

1. Aktiva diklasifikasikan menurut ukuran likuiditas (tingkat kecairan)


2. Kewajiban diklasifikasikan menurut urutan jatuh tempo
3. Modal diklasifikasikan berdasarkan sifat kekekalan.

Harta/Aktiva lancer (current assets):

1. Kas : jumlah uang di dalam kas atau bank


2. Wesel tagih janji dari seseorang berupa pernyataan kesanggupan untuk membayar
pada waktu tertentu secara tertulis.
3. Piutang dagang: tagihan terhadap perusahaan atau orang-orang tertentu yang timbul
akibat penjualan barang dagangan dengan kredit atau tagihan yang disebabkan
perusahaan telah memberikan jasa tertentu.
4. Persediaan barang: barang yang dibeli perusahaan untuk dijual kembali.
5. Beban bayar dimuka: biaya yang dibayar dahulu dengan syarat melebihi jangka waktu
pembukuan, digolongkan sebagai harta.
1) Asuransi dibayar dimuka (prepaid insurance)
2) Sewa bayar dimuka (prepaid rent)
6. Perlengkapan : barang yang di[akai untuk mendukung kegiatan perusahaan yang
sifatnya habis dipakai, misalnya: perlengkapan toko (store supplies) dan perlengkapan
kantor (office supplies)

Harta tetap

1. Peralatan toko, missal lemari, timbangan, mesin kasair, rak-rak pajangan, dan sebagainya.
2. Peralatan kantor, misalnya computer, lemari arsip, meja, kursi dan sebagainya.
3. Peralatn untuk pengangkutan. Misalnya mobil, truk, dan sebagainya.
4. Bangunan, misalnya bangunan toko, kantor, pabrik yang dimiliki koperasi.
5. Tanah.

Kewajiban (hutang):

1. Kewajiban lancer (current liabilities): kewajiban yang harus dilunasi dalam jangka waktu
maksimal 1 tahun, missal hutang dagang, hutang gaji, hutang pajak, hutang wesel.
2. Kewajiban jangka panjang (hutang jangka panjang), yaitu kewajiban/hutang yang harus
dilunasi dalam jangka waktu lebih dari 1 tahun. Misalnya hutang obligasi, hipotek, dsb.
Modal sendiri

1. Simpanan pokok, ialah simpanan yang dibayarkan anggota yang besarnya ditentukan dan
dibayar sebagai tanda menjadi anggota koperasi;
2. Simpanan wajib, ialah simpanan yang besarnya tertentu (disepakati dalam AD/ART) yang
dibayarkan secara rutin kepada koperasi biasanya setiap bulan;
3. Simpanan Sukarela (manasuka), untuk koperasi yang sudah berjalan lama, simpanan ini
sering dikategorikan sebagai hutang jangka pendek, karena bisa diambil sewaktu-waktu;
4. SHU yang tidak dibagikan.

Komponen Laporan Rugi/Laba

Terdiri atas Penerimaan dan Pengeluaran (beban) yang dikeluarkan koperais pada suatu
periode laporan keuangan.

Penerimaan, berkaitan dengan kegiatan usaha koperasi, alternative bentuknya antara lain :

1. Penjualan, bila koperasi menjual produk/barang, missal koperasi konsumsi


2. Hasil jasa, bila koperasi menjual jasa, missal koperasi audit, koperasi transportasi, dsb
3. Hasil sewa, bila koperasi menyewakan barang-barangnya

Pengeluaran (beban), adalah pengorbanan ekonomis yang diperlukan untuk memperoleh


barang atau jasa.

Contohnya: biaya produksi (upah, bahan baku, BBM, dsb); biaya pemasaran, biaya
administrasi. Biaya ini sering disebut sebagai Harga Pokok Penjualan (HPP).

Laporan perubahan modal

Ringkasan perubahan modal dari suatu perusahaan atau koperasi dalam jangka waktu
tertentu, sebagai akibat dari peningkatan SHU yang tidak dibagikan.

Contoh bentuk Laporan Keuangan Koperasi:

NERACA KOPERASI “AMANAH”

31 DESEMBER 2010 (DALAM ‘000 RP)

Keterangan Jumlah (Rp) Keterangan Jumlah (Rp)


Harta/Aktiva II. Hutang
1.1. Kas 8.000.000 2.1. Utang jangka 2.000.000
1.2. Piutang 16.500.000 pendek
1.3. Perlengkapan 200.0000 2.2. Utang jangka 12.700.000
1.4. Peralatan 9.0000.000 panjang
- Akumulasi (1000.000) III. Modal Sendiri
penyusutan 3.1. Simp. Pokok 7.000.000
1.5. Gedung 12.000.000 3.2. Simp. Wajib 15.000.000
- Akumulasi (5.000.000) 3.3. Simp. Sukarela 2.000.000
penyusutan 3.4. Shu yang tidak 1.000.000
dibagi
Jumlah Harta 39.700.000 Jumlah Hutang+Modal 39.700.000
Contoh Laporan Rugi/Laba

Koperasi Amanah

Periode tahun 2010 (dalam 000Rp)

Penerimaan :

- Penerimaan Usaha Rp. 14.250.000


- Penerimaan Bunga Rp. 750.000

Jumlah Penerimaan Rp. 15.000.000

Pengeluaran :

- Biaya umum Rp. 11.000.000


- Bunga Bank Rp. 500.000
- Penyusutan Rp. 1.250.000

Jumlah Pengeluaran Rp. 12.750.000

Pendapatan Kotor Rp. 2.250.000

SHU yang dibagi Rp. 1.250.000

SHU yang tidak dibagikan (ditahan) Rp. 1.000.000

Contoh Laporan Perubahan Modal

Koperasi Amanah

Periode tahun 2010 (dalam 000Rp)

Modal tahun 2009 Rp. 24.000.000

Pendapatan per 2010 Rp. 2.250.000

SHU yang dibagikan Rp. 1.250.000

Peningkatan modal (Dari SHU yang tidak dibagi) Rp. 1.000.000

Modal Koperasi akhir tahun 2010 Rp. 25.000.000


Selisih antara jumlah penerimaan dan jumlah pengeluaran merupakan Sisa Hasil Usaha
(SHU) atau laba. SHU ini pembagiannya dilakukan sesuai dengan AD/ART, misal :

- Untuk Cadangan 25%


- Untuk simpanan Anggota 20%
- Untuk jasa pinjaman 25%
- Dana pengurus 10%
- Kesejahteraan Pegawai 5%
- Dana Pendidikan 5%
- Dana Pemb. Daerah Kerja 5%
- Dana Sosial 5%

Jumlah 100%

SHU selain untuk simpanan anggota, jasa pinjaman, dana pengurus, kesejahteraan
pegawai biasanya disimpan kembali ke dalam kas sebelum digunakan. Adapun yang benar-
benar untuk memperkuat permodalan koperasi bersumber dari cadangan.

3. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Dalam teknik pembukuan/akuntansi meliputi beberapa fase, antara lain:

1. Pencatatan transaksi-transaksi setiap hari dilakukan dalam buku harian, seperti buku
harian penjualan, buku harian pembelian, buku harian piutang dan lain-lain.
2. Catatan ini kemudian dimasukkan kedalam Buku Besar setelah diklarifikasikan mana
yang masuk Debet dan mana yang masuk Kredit.
3. Pada akhir tahun buku dibuatkan suatu ikhtisar berupa daftar Rugi/Laba, Neraca dan
daftar lainnya
4. Analisis Laporan keuangan berada pada fase berikutnya yang fungsinya untuk
mengetahui tentangt kondisi keuangan koperasi.

Dengan demikian, maka analisis laporan keuangan merupakan alat untuk melihat kekuatan
dan kelemahan di bidang financial untuk menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya
di masa yang akan datang. Dari segi tekniknya analisis laporan keuangan ini dapat
menggunakan Analisis Rasio (Ratio Analysis) atau analisis perbandingan antara satu rekening
dengan rekening lainnya.

Analisis ratio

Menurut sumbernya analisis rasio dikelompokkan sebagai berikut:

1. Ratio-ratio neraca (balance sheet ratio)


2. Curren ratio, acid test ratio, current assets to total asses ratio, dsb
3. Ratio-ratio laporan rugi laba, yaitu rasio yang rekening buku besarnya berasal dari laporan
rugi laba, misalnya Gross profit margin, dsb.
4. Ratio-ratio antar laporan: assets turn over, inventory turn over, receivables turn over.
Terdapat pengelompokkan rasio lain yang umum digunakan antara lain:
1. Ratio likuiditas, yaitu untuk mengukur tingkat likuiditas (kelancaran) koperasi, misalnya;
current ratio, quick ratio, cash ratio.
2. Ratio leverage, yaitu untuk mengukur seberapa jauh aktiva koperasi dibiayai oleh utang,
misalnya debt to total assets ratio, new worth to debt ratio, dsb)
3. Ratio aktivitas yaitu untuk mengukur seberapa jauh efektifitas perusahaan dalam
mengelola sumber dananya (inventory turn over, average collection period, dsb)
4. Ratio profitabilitas yaitu untuk menunjukkan hasil akhir perusahaan (koperasi), misalnya
Profit margin on sales. Return on total assets, dsb.

Rumus Likuiditas:

a. Current Ratio = Total Aktiva Lancar


-------------------------------------------------X 100%
Total Hutang jangka Pendek
b. Quick Ratio (Acid Test Ratio) = Total Aktiva Lancar – Persediaan
--------------------------------------------------- X 100%
Total Hutang Jangka Pendek
c. Cash Ratio = Kas Bank
------------------------------------ X 100%
Total Hutang Jk. Pendek

Rumus Solvabilitas (leverage) antara lain:

1. Total Debt to Equity Ratio = Hutang jk Pendek + Hutang jk Panjang

----------------------------------------------------------- X 100%

Jumlah Modal Sendiri

2. Total Debt to Total Aktiva = Hutang Jk. Pendek + Hutang Jk.Panjang

----------------------------------------------------------- X 100%

Jumlah Harta atau Aktiva

Ratio Aktifitas

a. Total Asset Turn Over = Jumlah Penjualan

---------------------------- X 100%

Jumlah Aktiva
b. Receivables Turn Over = Jumlah Penjualan Kredit

----------------------------------------- X 100%

Jumlah Piutang Rata-rata

c. Average Collection Periode = Piutang Rata-rata

------------------------------ X 100%

Penjualan Kredit

d. Inventory Turn Over = Harga Pokok Penjualan

----------------------------------------- X 100%

Persediaan Rata-rata

Ratio Keuntungan (Profitabilitas atau Rentabilitas)

a. Gross Profit Margin = Penjualan – (HPP+Biaya Operasi)

----------------------------------------------- X 100%

Penjualan Netto

b. Net Profit Margin = Keuntungan setelah pajak

--------------------------------------------------------- X 100%

Penjualan Netto

c. Return on Invesment (Rol) = Keuntungan Setelah pajak

------------------------------------------------- X 100%

Penjualan Netto

d. Return on Equity (RoE) atau Return on Net Worth (RNW) =

Keuntungan Setelah Pajak

------------------------------------------------- X 100%

Modal Sendiri
DAFTAR PUSTAKA

DepartemenKoperasidanPembinaanPengusahaKecil, R.I. 1993, Pelatihan Dasar


Perkoperasian Bagi Pengurus Koperasi / KUD, Jakarta.

Folke Dubell, 1985. Pembangunan Koperasi Suatu Metode Perintisan dan Perorganisasian
Koperasi Pertanian di Negara Berkembang, terjemahan Slamet Riyadi Bisri, Jatinangor : Ikopin.

Hanel, Alfred. 1994. Dual or Double Nature of Cooperative. Dalam internasional Handbook
of Cooperative Organizations. Vandenhoeck&Ruprecht. Gottingen.

Herman Soewardi, 1995. Filsafat Koperasi atau Cooperativism. UPT Penerbitan Ikopin.

Ima Soewandi, tanpa tahun Latar Belakang Sejarah dan Sendi Dasar Koperasi (sebuah out-
line), Jakarta : Departemen Perdagangan dan Koperasi.

Munkner, 1989. Pengantar Hukum Koperasi, Bandung : Unpad

Ropke, Jochen, 1995. The Economic Theory of Cooperative Enterprises in Developing


Countries. With Special Reference to Indonesia. Marburg.

Sagimun, M.D. 1990. Koperasi Indonesia. CV Masagung. Jakarta.

Suarny Amran, 1992. Analisis Beberapa Permasalahan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga, dalam Pokok-Pokok Pikiran Tentang Pembangunan Koperasi, Editor Rusidi
dan Maman Suratman, Jatinangor, Bandung : Ikopin

Tim Ikopin. 2000. Penjiwaan Koperasi. Bandung: Ikopin. Jatinangor, Bandung : Ikopin

T. Gilarso. 1989. Pengelolaan Koperasi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992, Tentang Perkoperasian.


PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI

DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2010
KATA PENGANTAR

Persoalan menyangkut tata kehidupan koperasi dalam prakteknya menghadapi kendala


terutama pemahaman mendasar mengenai pemahaman nilai, prinsip, dan manajemen
koperasi, sehingga hal ini ikut mempengaruhi keberadaan dan tumbuh berkembangnya
koperasi di masyarakat. Pengenalan perkoperasian kepada khalayak akan menstimulasi
pemahaman dan minat mayarakat menjadi anggota maupun mendirikan koperasi sesuai
dengan nilai dan prinsip koperasi.

Praktek berkoperasi masih dihadapkan pada kendala dalam penyelenggaraan


keorganisasian dan usaha koperasi. Buku saku berisi uraian praktis perkoperasian, yang
dapat dijadikan pegangan umum dan bahan bacaan singkatbagi berbagai kalangan
masyarakat, serta dapat membuka wawasan pembacanya mengenai koperasi.

Buku saku perkoperasian ini masih terdapat banyak kekuarangan, sehingga saran,
kritik, dan masukan yang bersifat membangun diperlukan bagi penyempurnaannya. Walau
dengan segala kekurangannya, buku saku ini diharapkan dapat bermanfaat bagi koperasi,
anggota, pengurus, pengawas dan masyarakat untuk lebih memahami koperasi. Semoga
Allah SWT memberkati dan menempatkan karya ini sebagai amal kebajikan. Amin…

Jakarta, 2010

Deputi Bidang Pengembangan SDM


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................ i

Daftar Isi .......................................................................................................................... iii

PARTISIPASI ANGGOTA ................................................................................................ 1

1. Pentingnya Partisipasi ................................................................................................ 1


2. Bentuk Partisipasi Anggota ........................................................................................ 5
3. Rangsangan Partisipasi ............................................................................................. 9
4. Upaya Meningkatkan Partisipasi Anggota .................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 21


PARTISIPASI ANGGOTA

1. Pentingnya Partisipasi

Partisipasi anggota merupakan kunci keberhasilan organisasi dan usaha koperasi. Secara
harfiah, partisipasi berarti meningkatkan peran serta orang-orang yang mempunyai visi dan misi
yang sama bagi mengembangkan organisasi maupun usaha koperasi. Pendirian koperasi
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan anggota, artinya perusahaan koperasi sejatinya mampu
memenuhi kebutuhan anggotanya, artinya perusahaan koperasi sejatinya mampu memenuhi
kebutuhan anggotanya, demikian pula sebaliknya anggota memanfaatkan layanan perusahaan
koperasi, perhatian dan bertanggung jawab terhadap perusahaan koperasi dalam bentuk
kontribusi berbagai bentuk simpanan maupun ikut menanggung resiko usaha koperasi, serta
secara proaktif ikut serta dalam berbagai bentuk maupun proses pengambilan keputusan usaha
koperasi.

Partisipasi anggota dilandaskan pada prinsip identitas gandanya (dual identity), yaitu
anggota sebagai pemilik, sekaligus sebagai pengguna. Sebagai pemilik, anggota wajib
berpartisipasi dalam penyertaan modal, pengawasan dan membuat keputusan; sedangkan
sebagai pengguna/pelanggan, anggota koperasi wajib memanfaatkan fasilitas, layanan, barang,
maupun jasa yang disediakan oleh koperasi. Derajat ketergantungan antara anggota dengan
perusahaan koperasi atau sebaliknya akan menentukan baik buruknya perkembangan
organisasi maupun usaha koperasi. Semakin kuat ketergantungan anggota dengan perusahaan
koperasi, maka semakin tinggi dan baik perkembangan organisasi dan usaha koperasi,
sehingga koperasi merasakan manfaat keberadaan koperasi dan kopreasi semakin sehat
berkembang sebagai badan usaha atas dukungan anggota secara penuh. Koperasi
memberikan manfaat (cooperative effect) secara ekonomi langsung maupun tidak langsung
bagi anggota, da anggota mendukung, berinteraksi, dan proaktif bagi perkekmbangan usaha
koperasi.

Partisipasi anggota dengan perusahaan koperasi seringkali juga terjadi konflik atau
biasanya terjadi ketimpangan karena perbedaan kepentingan atau adanya konflik kepentingan
antara anggota dengan koperasi. Perbedaan kepentingan ini dilatarbelakangi juga oleh
homogenitas kepentingan anggota dengan perusahaan koperasi akan semakin harmonis
hubungan keorganisasi maupun keusahaan koperasi, sehingga partisipasi anggota juga
semakin tinggi. Beberapa kepentingan yang berkait dengan hal ini menyangkut tingkat
pelayanan, kepentingan organisasi, serta penentuan dan pembagian sisa hasil usaha. Koperasi
sebagai perusahaan harus mampu memenuhi kebutuhan anggota dengan berbagai variasinya
maupun keterpencaran jarak anggota dalam proses pelayanan atas kebutuhan anggota.

Koperasi diharuskan meningkatkan pelayanan kepada anggota-anggotanya, mengingat


pelayanan terkait dengan adanya tekanan persaingan dari organisasi perusahaan lain (non
koperasi). Koperasi harus layak dan efisien memberikan layanan yang dapat dinikmati secara
social ekonomi oleh anggota, disamping juga mampu mengantisipasikan kemungkinan
perubahan kebutuhan atau kepentingan dari anggota. Perubahan kebutuhan anggota
berhubungan lurus dengan perubahan waktu peradaban, dan perkembangan jaman, sehingga
hal ini menentukan pula pola kebutuhan angota dalam konsumsi, produksi, maupun distribusi.
Kondisi ini memposisikan koperasi harus mampu memberikan pelayanan prima yang
disesuaikan dengan kebutuhan anggota. Jika perusahaan koperasi member pelyanan kepada
anggota yang jauh lebih besar, lebih menarik, dan lebih primadibanding dengan dari
perusahaan non koperasi, maka koperasi akan mendapat partisipasi penuh dari anggota.
Demikian pula sebaliknya, partisipasi anggota yang tinggi dalam memanfaatkan segala layanan
barang, jasa, yang tersedia dikoperasi pada akhirnya meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelayanan terbaik dan prima oleh perusahaan koperasi.

2. Bentuk Partisipasi Anggota

Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosional dari orang-orang dalam situasi
kelompok yang mendorong orang-orang tersebut memberikan kontribusinya terhadap tujuan
kelompoknya itu dan berbagai tanggung jawab atas pencapaian tujuan tersebut. Partisipasi
anggota koperasi berarti anggota memiliki keterlibatan mental dan emosional terhadap
koperasi, memiliki motivasi berkontribusi kepada koperasi, dan berbagai tanggung jawab atas
pencapaian tujuan organisasi maupun usaha koperasi.

Partisipasi anggota dalam koperasi dapat dirumuskan sebagai keterlibatan para anggota
secara aktif dan menyeluruh dalam pengambilan keputusan, penetapan kebijakan, arah dan
langkah usaha, pengwasan terhadap jalannya usaha koperasi, penyertaan modal usaha, dalam
pemanfaatan usaha, serta dalam menikmati sisa hasil usaha.

Partisipasi anggota juga dapat diartikan sebagai keikutsertaan anggota dalam berbagai
bentuk kegiatan yang diselenggarakan oleh koperasi, baik kedudukan anggota sebagai pemilik
maupun sebagai pengguna/pelanggan. Keikutsertaan anggota ini diwujudkan dalam bentuk
pencurahan pendapat dan pikiran dalam pengambilan keputusan, dalam pengawasan,
kehadiran dan keaktifan dalam rapat anggota, pemberian kontirbusi modal keuangan, serta
pemanfaatan pelayanan yang diberikan oleh koperasi. Secara umum, partisipasi anggota
koperasi menyangkut partisipasi terhadap sumberdaya, pengambilan keputusan, dan
pemanfaatan, atau seringkali dibuat kategori partisipasi kontributif, partisipasi insentif.

Sejalan dengan kedudukan anggota koperasi yang memiliki identitas ganda baik sebagai
pemilik maupun pengguna/pelanggan, maka bentuk partisipasi anggota juga mengikutinya.
Sebagai pemilik, anggota memberikan kontribusi terhadap pembentukan dan pertumbuhan
perusahaan koperasi dan bentuk kontribusi keuangan, penyertaan modal, pembentukan
cadangan, simpanan, serta ikutserta dalam mengambil bagian dalam penetapan tujuan,
pembuatan keputusan koperasi maupun aktif dalam proses pengawasan terhadap tata
kehidupan organisasi koperasi dan kinerja usaha koperasi. Selanjutnya sebagai pengguna,
anggota memanfaatkan berbagai potensi dan layanan yang disediakan koperasi dalam
memenuhi kebutuhan anggota dan menunjang kegiatan usaha koperasi.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka secara generic terdapat beberapa bentuk partisipasi
anggota koperasi, yaitu :

1) Partisipasi dalam pengambilan keputusan dalam rapat anggota (kehadiran, keaktifan, dan
penyampai/mengemukakan pendapat/saran/ide/gagasan/kritik bagi koperasi).
2) Partisipasi dalam kontribusi modal (dalam berbagai jenis simpanan, simpanan pokok,
simpanan wajib, simpanan sukarela/manasuka, jumlah dan frekuensi menyimpan simpanan,
penyertaan modal).
3) Partisipasi dalam pemanfaatan pelayanan (dalam berbagai jenis unit usaha, jumlah dan
frekuensi pemanfaatan layanan dari setiap unit usaha koperasi, besaran transaksi
berdasarkan waktu dan unit usaha yang dimanfaatkan, besaran pembelian atau penjualan
barang maupu jasa yang dimanfaatkan, cara pembayaran atau cara pengambilan, bentuk
transaksi, waktu layanan).
4) Partisipasi dalam pengawasan koperasi (dalam menyampaikan kritik, tata cara
penyampaian kritik, ikut serta melakukan pengawasan jalannya organisasi dan usaha
koperasi).

3. Rangsangan Partisipasi

Setiap anggota koperasi akan mengambil keputusan untuk berpartisipasi, terlibat, ikut serta
untuk mempertahankan atau memelihara secara aktif hubungannya dengan organisasi
koperasi, jika insentif yang diperoleh anggta sama besar atau lebih dari kontribusi yang
diberikannya. Peningkatan pelayanan yang efisien melalui penyediaan barang dan jasa oleh
perusahaan koperasi dapat menjadi rangsangan penting bagi anggota untuk ikut memberikan
kontribusinya bagi pemupukan modal dan pertumbuhan koperasi. Insentif perangsang yang
dikehendaki oleh anggota berkait erat dengan seberapa besar upaya pemenuhan kebutuhan
oleh perusahaan koperasi dapat dirasakan oleh anggota secara subyektif yang dapat
meningkatkan kepentingan ekonomi atau usaha rumah tangga anggota. Insentif juga dapat
dirasakan dalam bentuk layanan barang dana jasa di perusahaan koperasi sama sekali tidak
tersedia di pasar atau tidak disediakan oleh lembaga lain. Selain itu, insentif rangsangan dapat
berwujud pelayanan barang dan jasa disediakan dengan harga, kualitas, dan kondisi yang lebih
baik, lebih menguntungkan dibandingkan dengan barang dan jasa yang ditawarkan di pasar
atau lembaga lain non koperasi.

Sebaliknya, jika pelayanan barang dan jasa di koperasi yang tidak memenuhi kebutuhan
anggota, harga yang lebih tinggi atau dengan kondisi yang lebih buruk daripada yang
ditawarkan di pasar atau lembaga non koperasi, menyebabkan partisipasi anggota semakin
menurun. Koperasi sebagai badan usaha harus memperhatikan kondisi ini sebagai upaya
perbaikan layanan, sehingga perbaikan layanan kepada anggota merupakan keharusan bukan
beban usaha, agar partisipasi anggota semakin besar sehingga anggota semakin memiliki
usaha koperasi dan berkontribusi dalam pemanfaatan pelayanan usaha koperasi secara terus
menerus.
4. Upaya Meningkatkan Pertisipasi Anggota

Terdapat berbagai cara untuk dapat meningkatkan partisipasi anggota baik menggunakan
pendekatan materi maupun non materi. Pendekatan materi yang dimaksud adalah memberikan
komisi dan insentif, pemberian bonus, ,aupun pemberian tunjangan atas aktivitas keterlibatan
anggota berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan organisasi maupun layanan barang/jasa yang
dikoperasi. Selanjutnya pendekatan non materi yaitu memberikan motivasi kepada semua
komponen, dengan jalan mengikutsertakan seluruh anggota dalam proses pengambilan
keputusan secara bersama.

Terdapat berbagai macam cara untuk meningkatkan pertisipasi anggota, namun cara mana
yang paling tepat dan baik tidaklah dapat ditetapkan dengan pasti, karena akan sangat
bergantung pada situasi dan kondisinya. Oleh karena itu, pengurusdan pengelola koperasi
sebagai orang yang mengurus dan memelihara organisasi dan usaha koperasi harus dapat
mencari bentuk dan cara yang tepat untuk memastikan cara yang mana yang cocok, baik, dan
tepat guna meningkatkan partisipasi anggota terhadap koperasi.

Salah satu di antara cara untuk meningatkan partisipasi anggota adalah melalui upaya
pelibatan secara aktif seluruh komponen dan anggota koperasi dalam perencanaan usaha dan
proses pengambilan keputusan. Keterlibatan dan keaktifan anggota dalam perencanaan usaha
dan proses pengambilan keputusan secara langsung bersama segenap angota merupakan
upaya bersama untuk merancang bangun secara bersama pola dan struktur pelayanan
koperasi terhadap anggota, kerangka kerja perusahaan, dan indikasi kinerja keberhasilan
koperasi sebagai badan usaha. Proses perencanaan usaha dan pengambilan keputusan yang
partisipatif dan kolaboratif dari segenap anggota dan pengurus, pengelola akan meningkatkan
kesadaran pemanfaatan pelayanan dan rasa tanggung jawab semua pihak untuk memperjuang
kemajuan dan perkembangan koperasi. Dengan kesadaran, semangat kebersamaan, dan
tanggung jawab segenap anggota inilah yang meningkatan partisipasi anggota sehingga pada
ujung-ujungnya mampu menumbuhkembangkan koperasi.

Secara praktek dan kenyataan di lapangan, pelibatan atau keterlibatan perencanaan usaha
dan proses pengambilan keputusan bersama dalam koperasi tidaklah mudah. Tidak dapat
dipungkiri bahwa proses partisipatif dan kolaboratif alam menyususn perencanaan usaha dari
koperasi memerlukan waktu, biaya, dan tenaga. Oleh karena itu, penanaman kesadaran diri
terhadap anggota, pengururs, pengelola, dan pengawas terhadap upaya capaian tujuan usaha
koperasi secara bersama haruslah dipahami sebagai kebutuhan dan tujuan bersama. Anggota
perlu menyadari tujuan pelayanan usaha yang dilakukan oleh pengurus dan pengelola,
sementara pengurus juga harus menyampaikan secara utuh perencanaan usaha yang
dimaksud sedemikian rupa hingga anggota dapat memahami, menyadari, dan ikut bertanggung
jawab atas upaya pencapaian tujuan usaha termaksud. Dengan demikian komunikasi yang
efektif dari interaksi antara anggota dan perusahaan koperasi dalam perencanaan usaha dan
proses pengambilan keputusan secara bersamaan dan bertanggung jawab menjadi kebutuhan
sekaligus prasyarat bagi partisipasi anggota.
Kepuasan dan nilai guna juga seringkali menjadi factor yang mempengaruhi keterlibatan
anggota dalam perencanaan usaha atau proses pengambilan keputusan koperasi. Tidak dapat
dipungkiri bahwa terdapat sekelompok orang yang masih kurang puas atau kurang menerima
sutau keputusan. Oleh karenanya, ada baiknya bagi pihak yang merasa kurang puas dapat
diminta tanggapan atau sarannya atas perencanaan usaha dan keputusan yang akan atau telah
diambil, tentunya disesuaikan dengan situasi, dan kondisi, dan tingkat relevansinya. Cara ini
berarti membuka peluang dan penghargaan terhadap ketidakpuasan, sehingga tanggapan dan
saran yang diajukan dari yang kurang puas menjadi masukan atau bahan pertimbangan bagi
penyempurnaan keputusan yang akan atau telah diambil oleh koperasi.

Penghargaan diri atas keberadaan setiap anggota dalam setiap tahapan perencanaan
usaha dan pengambilan keputusan dalam koperasi merupakan sisi positif atas pengakuan
anggota oleh perusahaan koperasi berkesempatan terlibat dalam proses manajemen dan
pengambilan keputusan perusahaan koperasi. Penghargaan, pengakuan, dan kesempaan
terlibat dari anggota ini menjadi embrio dan pemacu bagi anggota untuk bertanggung jawab
penuh terhadap pelaksanaan usaha koperasi dan merealisasikannya untuk memajukan
koperasi, sehingga pada akhirya anggota, pengurus, pengelola, dan pengawas dengan penuh
sukarela dan bertanggung jawab atas pelaksanaan usaha dan kemajuan koperasi.

Peningkatan partisipasi anggota berhubungan erat dengan tingkat pelayanan, sementara


pelayanan berhubungan pula dengan beban kerja atau daya dukung yang ada di koperasi.
Salah satu yang berkait dengan ini adalah pengaturan fungsi dan peran dari pengelola dala
memberikan pelayanan prima bagi anggota, sehingga diperlukan pengaturan atau
pendelegasian kewenangan yang jelas dan proporsional. Semua unsure pengelola koperasi
harus memiliki fungsi dan tugas yang jelas dan merasakan bahwa fungsi tersebut merupakan
kepercayaan dari anggota koperasi. Demikian pula, anggota haru meyakini bahwa apa yang
dilakukan oleh pengelola koperasi kepada diri anggota merupakan tugas yang telah
didelegasikan kepada pengurus dan memberikan kepercayaan kepada pengelola koperasi
memberikan pelayanan prima kepada anggota koprasi.

Upaya peningkatan partisipasi anggota akan berhasil manakala ada kesesuaian antara
anggota, manajemen koperasi, dan program koperasi. Kesesuaian ini dapat dilihat dari unit,
tingkat, kemauan, dan kemampuan dari pelayanan yang disediakan oleh koperasi. Kompetensi
dan motivasi anggota dalam mengemukakan minat kebutuhanya kepada koperasi terefleksikan
dalam keputusan manajemen koperasi dalam memberikan layanan barang dan jasa kapada
anggota koperasi.

Anggota mengemukakan pendapat, saran dan kritik yang membangun bagi koperasi, dan
selanjutnya manajemen koperasi mampu menindak lanjuti dan menyelesaikannya secara efektif
dan professional hingga dirasakan manfaatnya oleh anggota koperasi. Misalnya adalah jika unit
usaha yang tersedia di koperasi memiliki kesesuaian yang tinggi dengan kebutuhan anggota,
manajemen, maupun program koperasi, maka akan diikuti dengan tingkat partisipasi anggota
yang tinggi pula. Kegiatan usaha utama koperasi yang sesuai misalnya menyangkut
penyediaan sarana produksi, pembelian hasil produksi anggota, penjualan barang konsumen,
penyediaan fasilitas kredit, layanan pembiayaan usaha, layanan jasa pembayaran listrik-
telepon-air, dan layanan jasa pendidikan, dan layanan lainnya.

Kesesuaian antara anggota, manajemen koperasi, dan program koperasi akan tercapai
pada saat mekanisme pengendalian partisipasi mencapai optimal dalam mengemukakan
berpendapat (voice), dalam mengambil keputusan (vote), dan hak keluar (exit). Keterkaitan dari
ketiga komponen partisipasi anggota yang kuat dan utuh sehingga menunjang perkekmbangan
usaha koperasi.

Partisipasi yang efektif akan berujung pada rangkaian kesesuaian antara kemampuan
manajemen koperasi dalam melaksanakan tugas dari program yang ditetapkan, keputusan
program manajemen mencerminkan minat dari anggota, dan minat anggota akan tercermin
dalam keputusan program manajemen koperasi. Dengan demikian, meningkatkan partisipasi
anggota memerlukan kemauan dan kemampuan segenap komponen organisasi koperasi,
waktu yang cukup dan terus menerus, system imbalan yang adil dan promotif, dan sinergi
kepentingan antar segenap pelaku yang terlibat dalam usaha koperasi. Jika yang terjadi
sebaliknya, maka konflik kepentingan antar anggota, manajemen koperasi, dan program
koperasi,m serta diikuti dengan pertentangan kepentingan pengelola, pengurus, pengawas,
manajer, dan karyawan, anggota, atau lembaga Pembina koperasi akan mempersulit partisipasi
dan memperlemah kedudukan koperasi dalam memberikan manfaat ekonomi bagi anggota dan
lingkungannya.

MOTIVASI ANGGOTA BERPARTISIPASI

Hubungan Partisipasi Anggota dengan Manfaat Anggota

Kepuasan Motivasi
Manfaat Partisipasi
Anggota Anggota
Anggota Anggota
DAFTAR PUSTAKA

DepartemenKoperasidanPembinaanPengusahaKecil, R.I. 1993, Pelatihan Dasar


Perkoperasian Bagi Pengurus Koperasi/KUD, Jakarta.

Folke Dubell, 1985. Pembangun Koperasi Suatu Metode Perintisan dan Pengorganisasian
Koperasi Pertanian di Negara Berkembang, terjemahan Slamet Riyadi Bisri, Jatinangor : Ikopin.

Hanel, Alfred. 1994. Dual or Double Nature of Cooperative. Dalam Internasional Handbook
of CooperativeOrganizations. Vandenhoec&Ruprecht. Gottingen.

Herman Soewardi. 1995. Filsafat Koperasi atau Cooperativism. UPT Penerbitan Ikopin.

Ima Soewandi, tanpa tahun Latar Belakang Sejarah dan Sendi Dasar Koperasi (sebuah out-
line), Jakarta : Departemen Perdagagan dan Koperasi.

Munkner, 1989. Pengantar Hukum Koperasi, Bandung : Unpad

Ropke, Jochen, 1995. The Economic Theory of Cooperative Enterprises in Developing


Countries. With Special Reference to Indonesia. Marburg.

Sagimun, M.D. 1990. Koperasi Indonesia. CV Masagung. Jakarta.

Suarny Amran, 1992. Analisis Beberapa Permasalahan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga, dalam Pokok-Pokok Pikiran Tentang Pembangunan Koperasi, Editor Rusidi
dan Maman Suratman, Jatinangor, Bandung : Ikopin.

Tim Ikopin. 2000. Penjiwaan Koperasi. Bandung: Ikopin. Jatinangor, Bandung : Ikopin

T. Gilarso.1989. Pengelolaan Koperasi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992, Tentang Perkoperasian.


KEMENTERIAN
KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN KEBIJAKAN
PERPAJAKAN BAGI KOPERASI

Deputi Bidang Pembiayaan


Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
2008
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………. i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………… 1

1. Latar Belakang ……………………………………………………………………. 1

2. Karakteristik Koperasi ……………………………………………………………. 3

3. Tujuan ……………………………………………………………………………… 5

4. Beberapa Pengertian Yang Perlu Di Ketahui …………………………………… 6

BAB II KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN ……………………………………………… 13

1. Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian NPWP Serta Pelaporan dan


Pengukuhan PKP ………………………………………………………………… 13

2. Tata Cara Pembukuan / Pencatatan bagi Wajib Pajak ………………………. 15

3. Tata Cara Pelaporan Pajak ……………………………………………………… 18

4. Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak …………………….. 20

BAB III JENIS-JENIS KOPERASI …………………………………………………………… 22

1. Koperasi Produsen ……………………………………………………………….. 23

2. Koperasi Konsumen ……………………………………………………………… 24

3 Koperasi Pemasaran …………………………………………………………….. 24

4. Koperasi Jasa …………………………………………………………………….. 25

5. Koperasi Simpan Pinjam ………………………………………………………… 26

BAB IV PAJAK PADA KOPERASI …………………………………………………………. 27

1. Subyek Pajak …………………………………………………………………….. 27

2. Obyek Pajak ……………………………………………………………………… 27

3. Kewajiban Subyek Pajak ………………………………………………………… 28

4. Wajib Pajak dan NPWP …………………………………………………………. 28

5. Jenis Pajak Koperasi …………………………………………………………….. 29


A. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) …………………………………………… 30

B. Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Ps 21) …………………………………. 36

C. Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Ps 23) …………………………………. 44

D. Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Ps 25) ………………………………… 51

E. Pajak Penghasilan Pasal 26 (PPh Ps 26) ………………………………… 51

F. Pajak Penghasilan Pasal 29 (PPh Ps 29) ................................................. 52

BAB V TATA CARA PENGAJUAN KEBERATAN, BANDING, GUGATAN DAN -

PENINJAUAN KEMBALI …………………………………………………………… 56

- Tata Cara Pengajuan Keberatan ………………………………………………. 56

- Ketentuan Pengajuan Keberatan ………………………………………………. 57

- Jangka Waktu Pengajuan Keberatan ………………………………………….. 57

- Tata Cara Pengajuan Permohonan Banding ………………………………….. 58

BAB VI FASILITAS INSENTIF PAJAK BAGI KOPERASI ………………………………… 59

1. Beberapa Insentif Pajak yang telah berlaku bagi Koperasi ………………….. 59


2. Fasilitas Insentif Pajak dalam Rancangan Undang-Undang Pajak Penghasilan
(RUU PPh) Tahun 2009 …………………………………………………………. 61

BAB VII PERUBAHAN PERATURAN PERPAJAKAN …………………………………….. 64


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perpajakan dan Koperasi merupakan dua hal penting yang perlu dipahami.
Perpajakan adalah hal ikhwal yang berkaitan dengan pajak, sementara koperasi
merupakan Badan Hukum yang menurut Undang-Undang Perpajakan Nomor 17 tahun
2000 sebagai subyek pajak.

Pajak itu sendiri pada hakekatnya adalah iuran masyarakat kepada Negara
sebagai bentuk partisipasi kewajiban untuk membiayai pengeluaran umum sehubungan
dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Sebagai suatu
kewajiban, pajak bagi koperasi ternyata dimulai sejak tanggal pengesahan akte
Pendirian Badan Hukum dan telah mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
serta berakhir sejak tanggal koperasi dibubarkan.

Pajak merupakan pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap wajib pajak,
penguasaan terhadap peraturan perpajakan bagi wajib pajak akan meningkatkan
kepatuhan kewajiban perpajakan agar terhindar dari sanksi-sanksi yang berlaku dalam
ketentuan umum perpajakan.

Sistem self assesment memberikan kepercayaan penuh tanggung jawab kepada


wajib pajak untuk menghitung, memotong, menyetor dan melaporkan besarnya pajak
terutang sesuai dengan ketentuan. Dalam sistem ini diharapkan wajib pajak memiliki
kesadaran terhadap kewajibannya, kejujuran dalam menghitung pajaknya, memiliki
hasrat atau keinginan yang baik untuk membayar pajak, dan disiplin dalam
menjalankan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Berkaitan dengan itu diperlukan upaya terus menerus untuk menggugah dan
mendorong koperasi transparansi dan melaksanakan akuntabilitas dengan mematuhi
peraturan perpajakan dan ketaatan dalam memenuhi kewajiban pajak. Untuk itu kata
kunci untuk itu adalah adanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman perpajakan
oleh seluruh insan anggota dan pengelola koperasi merupakan suatu kewajiban yang
mengikat baik kepada individu anggota maupun koperasi sebagai badan usaha.

2. Karakteristik Koperasi .

Koperasi pada hakekatnya adalah organisasi swadaya yang bertumpu pada


kekuatan partisipasi anggota. Partisipasi anggota diwujudkan dalam bentuk hak dan
kewajiban anggota kepada koperasi. Pemenuhan kewajiban anggota, dapat
memperkuat kemampuan koperasi dalam memberikan pelayanan yang merupakan hak
anggota. Kemampuan koperasi dalam memberikan pelayanan kepada anggota, adalah
perwujudan kewajiban koperasi dalam upaya mempromosikan atau meningkatkan
kesejahteraan anggota.

Sebagai organisasi usaha koperasi adalah organisasi dengan badan hukum


koperasi. Badan hukum koperasi ini dimiliki oleh para anggota dan menyelenggarakan
pelayanan untuk anggota dan calon anggota koperasi.

Dari penyelenggaraan usaha, berupa pelayanan kepada anggota dan calon


anggota itulah koperasi menjalankan fungsinya mempromosikan anggota dengan
menciptakan nilai kemanfaatan ekonomi yang mampu mendorong peningkatan
pendapatan atau daya beli anggota, dan laba bagi usaha anggota. Kemanfaatan
ekonomi yang tinggi selain merupakan sarana nyata promosi anggota juga dapat
menjadi daya tarik calon anggota dan masyarakat untuk menjadi anggota koperasi.

Semakin tinggi kemanfaatan ekonomi yang jatuh langsung kepada anggota


melalui pelayanan koperasi dapat berbanding terbalik dengan sisa hasil usaha (SHU)
yang diciptakan koperasi. Artinya SHU akan lebih kecil. Itu sebabnya SHU di dalam
mekanisme perusahaan koperasi bukanlah tujuan.

Walaupun demikian SHU tetap dipandang perlu, dalam arti koperasi tidak
sepatutnya bekerja (operasi) dengan cara merugi, meskipun dengan lebih banyak
anggota yang menikmati kemanfaatan ekonomi dari pelayanan koperasi.
Transaksi koperasi dengan anggota adalah merupakan perwujudan pelayanan
bukan diutamakan mencari laba. Kelebihan partisipasi anggota kepada koperasi
diberikan dalam bentuk SHU, cadangan, dana pendidikan, dll yang diputuskan dalam
rapat anggota tahunan (RAT) dan sesuai dengan anggaran dasar plus anggaran rumah
tangga.

SHU yang positif digunakan antara lain untuk cadangan, dibagi kepada anggota,
dan pemupukan dana pendidikan bagi anggota.

Hal ini berarti meskipun karakteristik koperasi sebagai mengutamakan pelayanan


anggota dan menempatkan SHU bukan sebagai tujuan, tetapi manajemen koperasi
yang baik tentulah tidak memutuskan perusahaan bekerja dengan suatu kinerja rugi.
Dalam hal ini SHU diperlukan untuk suatu kemampuan pertumbuhan usaha dan
penciptaan efisiensi bagi kinerja koperasi.

3. Tujuan

Buku Pedoman Perpajakan ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam upaya
meningkatkan:

a. Pengetahuan dan pemahaman anggota dan pengelola koperasi akan ketentuan


perpajakan.

b. Kemampuan koperasi sebagai Badan usaha kena pajak dalam mematuhi ketentuan
dan peraturan perpajakan dan ketaatan dalam membayar kewajiban pajak

c. Kontribusi koperasi terhadap penerimaan negara di sektor fiskal (pajak).

4. Beberapa pengertian yang perlu diketahui

a. Koperasi

adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas
kekeluargaan.

b. Pengusaha

Adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan
usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang,
mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang
tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau
memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.

c. Pajak

adalah iuran masyarakat kepada negara berdasarkan undang-undang dengan


tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjukkan dan dapat
digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan
dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

d. Subyek Pajak

adalah orang pribadi, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak, Badan, dan Bentuk Usaha Tetap (BUT).

e. Wajib Pajak (WP)

adalah orang pribadi atau badan usaha yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban
perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.

f. Pengusaha Kena Pajak (PKP)

adalah pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak dan atau
penyerahan jasa kena pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang
Pajak Pertambahan Nilai (UU PPN) 1984 dan perubahannya, tidak termasuk
pengusaha kecil yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan, kecuali pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai
pengusaha kena pajak.
g. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan.

h. Pendaftaran untuk mendapatkan NPWP

Berdasarkan sistem self assessment (menghitung, membayar dan menyetor


pajak sendiri) setiap WP wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) atau melalui Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan
(KP4) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan WP,
untuk diberikan NPWP.

i. Self Assesment System

Sistem Pemungutan Pajak, dimana WP boleh menghitung, melapor dan


menyetor sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

j. Pajak Penghasilan (PPh)

adalah pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi dan badan, berkenaan
dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak.
Selama satu tahun berjalan, koperasi memiliki beberapa kewajiban dalam hal
Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh), seperti :

PPh Pasal 21

Merupakan pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh orang
pribadi dari pekerjaan, jasa atau kegiatan yang dilakukan. Apapun jenis
koperasi baik primer atau sekunder pengelolaannya tentu dilakukan oleh
orang pribadi sebagai balasannya orang pribadi yang bersangkutan
mendapatkan sejumlah imbalan baik berupa gaji, uang transportasi,
tunjangan kesehatan, tunjangan hari raya dan penghasilan lainnya yang
merupakan Objek PPh Pasal 21. Koperasi dapat pula memanfaatkan jasa-
jasa dari orang pribadi seperti konsultan atau notaris atau bahkan
memberikan penghasilan kepada entertainer.

PPh Pasal 23

Merupakan jenis pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diberikan


kepada wajib pajak dalam negeri seperti bunga, royalti, deviden, sewa dan
pembayaran jasa. Dalam mengembangkan usahanya, koperasi bisa saja
meminjam uang kepada pihak lain yang menimbulkan kewajiban untuk
membayar sejumlah bunga kepada pihak yang memberikan pinjaman.
Koperasi bisa pula memanfaatkan jasa-jasa lainnya yang merupakan objek
PPh Pasal 23 sebagaimana diatur dalam KEP-170/PJ/2001. Atas
pembayaran bunga maupun imbalan jasa tersebut koperasi wajib melakukan
pemotongan PPh Pasal 23.

PPh Final (Pasal 4 ayat 2)

PPh Pasal 4 ayat (2) merupakan PPh pemotongan yang bersifat final dan
dikenakan atas beberapa jenis transaksi antara lain penyewaan tanah dan
atau bangunan transaksi penjualan saham dibursa efek, pemberian bunga
deposito, tabungan dan beberapa jenis transaksi lainnya. Pada prakteknya
Objek PPh Pasal 4 ayat (2) pada koperasi adalah pembayaran sehubungan
dengan penyewaan bangunan yang dilakukan oleh koperasi. Dalam hal ini
koperasi diberi tanggung jawab untuk melakukan pemotongan PPh Pasal 4
ayat (2) tersebut.

Pembayaran PPh pemotongan tersebut dilakukan per masa pajak yaitu


paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya setelah berakhir masa pajak, pada
bank persepsi atau kantor Pos.

Selesai melakukan penyetoran PPh kepada negara, koperasi selanjutnya


berkewajiban menyampaikan SPT Masa sesuai dengan jenis PPh
pemotongan yang dilakukan.
k. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

adalah pajak yang dikenakan atas penyerahan barang kena pajak di dalam
daerah Pabean yang dilakukan pengusaha, impor barang kena pajak,
penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan
pengusaha, pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah
pabean di dalam daerah pabean, pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah
pabean di dalam daerah pabean atau ekspor barang kena pajak oleh pengusaha
kena pajak. Dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya koperasi terlebih
dahulu harus dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).

Apabila telah dikukuhkan sebagai PKP maka koperasi wajib membuat Faktur
Pajak sebagai bukti pemungutan PPN (Pajak Keluaran) yang dilakukannya.
BAB II

KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN

1. Tata cara Pendaftaran dan Pemberian NPWP serta Pelaporan dan Pengukuhan
PKP

A. Tata cara pendaftaran dan pemberian NPWP

Wajib Pajak (WP) mengisi formulir pendaftaran dan menyampaikan secara


langsung atau melalui pos ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor
Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) setempat dengan
melampirkan :

a. Untuk WP Orang Pribadi Non Usahawan

Foto copy KTP bagi penduduk Indonesia atau foto copy paspor ditambah
surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah
atau Kepala Desa bagi orang asing.

b. Untuk WP Orang Pribadi Usahawan

Foto copy KTP bagi penduduk Indonesia atau foto copy paspor ditambah
surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah
atau Kepala Desa bagi orang asing.

Surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari instansi
yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa.

c. Untuk Wajib Pajak Badan

Foto copy akte pendirian dan perubahan terakhir atau surat keterangan
penunjukan dari kantor pusat bagi Bagi Usaha Tetap (BUT)
Foto copy KTP bagi penduduk Indonesia atau foto copy paspor ditambah
surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal
Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing, dari salah seorang pengurus
aktif.
Surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal
Lurah atau Kepala Desa

B. Tata Cara Pengukuhan PKP

Meminta untuk dikukuhkan menjadi PKP bersamaan dengan pendaftaran NPWP


pertama kali. Bila meminta dikukuhkan menjadi PKP setelah mendapatkan
NPWP, cukup melampirkan NPWP.

2. Tata cara Pembukuan/Pencatatan bagi Wajib Pajak

A. Pembukuan

Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau
jasa yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan
laba rugi pada aset tiap Tahun Pajak berakhir.

Yang wajib menyelenggarakan Pembukuan adalah :

o Wajib Pajak Badan


o Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan usaha atau pekerjaan bebas kecuali
Wajib Pajak Orang Pribadi yang peredaran brutonya dalam satu tahun kurang
dari Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) mulai tahun 2007 batasan
tersebut dinaikan menjadi sebesar Rp. 1.800.000.000,- (satu milyar delapan
ratus juta rupiah)
B. Pencatatan

Pencatatan yaitu pengumpulan data secara teratur tentang peredaran bruto dan
atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang
termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan atau yang dikenakan pajak yang
bersifat final.

Yang wajib menyelenggarakan pencatatan :

o Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas dan peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp. 600.000.000,-
(enam ratus juta rupiah) mulai tahun 2007 batasan tersebut dinaikan menjadi
sebesar Rp. 1.800.000.000,- (satu milyar delapan ratus juta rupiah) dapat
menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma penghitungan
penghasilan neto dengan syarat pemberitahuan ke Direktur Jenderal Pajak
jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.
o Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas.

Syarat -syarat Penyelenggaraan Pembukuan/Pencatatan

• Diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan


atau kegiatan usaha yang sebenarnya
• Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, Angka Arab,
Satuan mata uang Rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam
bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan
• Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain rupiah
dapat diselenggarakan oleh WP setelah mendapat izin Menteri Keuangan
• Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku, harus mendapat
persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak
• Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya pembelian, sehingga dapat dihitung besarnya
pajak yang terutang.
• Dokumen-dokumen yang menjadi dasar pembukuan dan pencatatan serta
dokumen lain yang berhubungan dengan kegiatan usaha atau pekerja bebas
Wajib Pajak wajib disimpan selama sepuluh tahun.

Tujuan Penyelenggaraan Pembukuan/Pencatatan adalah dimaksudkan untuk


mempermudah :

• Pengisian SPT
• Penghitungan Penghasilan Kena Pajak
• Penghitungan PPN dan PPnBM
• Penyelenggaraan pembukuan juga untuk mengetahui posisi keuangan dan hasil
kegiatan usaha/pekerjaan.

3. Tata cara Pelaporan Pajak

Kewajiban berikutnya untuk Koperasi adalah melakukan pelaporan kewajiban


perpajakannya melalui Surat Pemberitahuan atau biasa disingkat SPT.

Berikut ini adalah beberapa pengertian dan jenis-jenis SPT.

A. Pengertian Surat Pemberitahuan

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau
bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban menurut ketentuan perundang-
undangan perpajakan.

Terdapat dua macam SPT yaitu :


1. SPT Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak

2. SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahunan Pajak atau
bagian Tahun Pajak

B. Pengisian dan Penyampaian SPT

• Setiap Wajib Pajak wajib mengisi dan menandatangani serta menyampaikan


ke Kantor Direktorat Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan.
• Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan
mata uang rupiah, wajib menyampaikan SPT dalam bahasa Indonesia kecuali
lampiran berupa laporan keuangan dan mata uang selain rupiah yang
diizinkan.

C. Perpanjangan Waktu Penyampaian SPT Tahunan

Apabila WP tidak dapat menyelesaikan/menyiapkan laporan keuangan tahunan


untuk memenuhi batas waktu penyelesaian, WP berhak mengajukan
permohonan perpanjangan waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak
Penghasilan paling lama 6 (enam) bulan. Permohonan diajukan secara tertulis
sebelum batas batas waktu penyampaian SPT Tahunan berakhir, disertai surat
pernyataan mengenai perhitungan sementara pajak terutang dalam 1 (satu)
tahun pajak dan pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang.

4. Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak

Pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi) terjadi apabila jumlah


kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang
terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya.

Adapun Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak adalah sebagai berikut :


a. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan restitusi ke Direktur Jenderal Pajak
melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat.

b. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan Surat


Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

c. Surat ketetapan pajak ditebitkan oleh Direktur Jenderal Pajak paling lambat 12
(dua belas) bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap, kecuali
untuk kegiatan tertentu ditetapkan lain dengan keputusan Direktur Jenderal
Pajak.

d. Apabila dalam jangka waktu 12 bulan sejak permohonan restitusi, Direktur


Jenderal Pajak tidak memberikan keputusan, maka permohonan dianggap
dikabulkan, dan SKPLB diterbitkan dalam waktu paling lambat 1 (satu) bulan
setelah jangka waktu berakhir.
BAB III

JENIS-JENIS KOPERASI

Jenis Koperasi

Di dalam praktek dikenal sebutan penjenisan koperasi, seperti Koperasi Pegawai


Negeri (KPN), Koperasi Unit Desa (KUD), Koperasi Karyawan (Kopkar), Koperasi
Mahasiswa (Kopma), Koperasi Pedagang Pasar, Primer Koperasi Kepolisian
(primkopol), Primer Koperasi Angkatan Darat (Primkopad) dan seterusnya. Pada sisi
lain koperasi itu masih diberi nama seperti KUD Makmur, Koperasi Simpan Pinjam
(KSP) Sejahtera, Primkopol Melati, Kopma Soedirman dan sebagainya.

Istilah-istilah koperasi seperti itu sangat populer dan dikenal di masyarakat,


bahkan pada berbagai laporan resmi Pemerintahpun perkembangan koperasi disajikan
dengan menyebut contoh di atas sebagai jenis koperasi. Padahal itu semua adalah
rupa-rupa koperasi, jenis koperasi sendiri bisa dijelaskan dengan mendasarkan pada
pola rumah tangga ekonomi dan ini pula yang dianut sebagai dasar pemikiran
penjenisan koperasi dalam Undang-undang nomor 25 tahun 1992 tentang
Perkoperasian.

Jenis koperasi tersebut adalah :

1. Koperasi Produsen
2. Koperasi Konsumen
3. Koperasi Simpan Pinjam
4. Koperasi Pemasaran
5. Koperasi Jasa

1. Koperasi produsen

Merupakan koperasi dimana anggotanya memiliki identitas sebagai pemilik


(owner) dan pengguna pelayanan (user). Dalam kedudukannya sebagai produsen
anggota koperasi produsen pengolah input menjadi output menghasilkan sejumlah laba
dengan memanfaatkan pasar yang ada. Tugas koperasi adalah memperjuangkan agar
laba yang didapat anggota meningkat, dengan melaksanakan fungsi, seperti :

a. Pembelian ataupun pengadaan input yang diperlukan anggota

b. Pemasaran hasil produksi (output) usaha anggota

c. Proses produksi bersama atau pemanfaatan sarana produksi secara bersama.


Misalnya mesin/alat telekomunikasi/kantor pemasaran dan lainnya

d. Tanggungan fisiko bersama

2. Koperasi Konsumen

Merupakan koperasi yang anggotanya memiliki identitas sebagai pemilik (owner)


dan sebagai pelanggan (customer). Dalam kedudukan anggota sebagai konsumen,
kegiatan mengkonsumsi (termasuk konsumsi oleh produsen) adalah penggunaan
mengkonsumsi barang/jasa yang disediakan oleh pasar. Sehingga persoalan yang
dihadapi konsumen adalah bagaimana mempertinggi daya beli, dimana pendapatan riil
anggota menjadi meningkat. Fungsi pokok koperasi adalah menyelenggarakan :

a. Pembelian atau pengadaan barang/jasa kebutuhan anggota yang dilakukan


secara efisien, seperti membeli dalam jumlah yang lebih besar

b. lnovasi pengadaan, seperti sumber dana kredit dengan bunga yang lebih rendah
(Seperti dana bergulir dari Pemerintah), pembelian dengan diskon, pembelian
dengan pembayaran ditunda dan lainnya.

3. Koperasi Pemasaran

Sering disebut sebagai koperasi penjualan adalah koperasi dimana identitas


anggota adalah sebagai pemilik (owner) dan penjual (seller) atau pemasar. Koperasi
pemasaran mempunyai fungsi menampung produk yang dihasilkan anggota produsen
untuk dipasarkan kepada konsumen. Dengan demikian bagi anggota, koperasi
merupakan bagian terdepan dalam pemasaran produk anggota produsen. Sukses
fungsi pemasaran ini menjadi suatu kepastian bagi anggota untuk tetap dapat
berproduksi.

4. Koperasi Jasa

adalah koperasi dimana identitas anggota sebagai pemilik dan nasabah


konsumen jasa dan atau produsen jasa. Dalam status anggota sebagai konsumen jasa,
maka koperasi yang didirikan adalah koperasi pengadaan jasa. Sedangkan dalam
status anggota sebagai produsen jasa, maka koperasi yang didirikan adalah koperasi
produsen jasa atau koperasi Pemasaran jasa. Sebagai koperasi pemasaran, bilamana
koperasi melaksanakan fungsi memasarkan jasa hasil produksi anggota.

Dalam praktek dikenal pula penjenisan koperasi atas dasar cakupan kelolaan
bisnis (usaha), yaitu jenis koperasi Single Purpose (satu usaha) dan Multi purpose
(banyak usaha). Koperasi dengan satu kegiatan usaha, misalnya Koperasi Simpan
Pinjam (KSP), Koperasi Produsen Susu, Koperasi tahu tempe (Primkopti), Koperasi
Bank Perkreditan Rakyat dan sebagainya. Koperasi dengan lebih dari satu kegiatan
usaha, sering disebut sebagai koperasi serba usaha. Jenis koperasi ini misalnya
Koperasi Pemasaran, dimana koperasi melaksanakan pemasaran produk barang dan
jasa.

5. Koperasi Simpan Pinjam

adalah koperasi dimana anggotanya memiliki identitas ganda sebagai pemilik


(owner) dan nasabah (customers). Dalam kedudukan sebagai nasabah anggota
melaksanakan kegiatan menabung dan meminjam dalam bentuk kredit kepada
koperasi. Pelayanan koperasi kepada anggota yang menabung dalam bentuk simpanan
wajib, simpanan sukarela dan deposito, merupakan sumber modal bagi koperasi.
Penghimpunan dana dari anggota itu menjadi modal yang oleh koperasi disalurkan
dalam bentuk pinjaman atau kredit kepada anggota dan calon anggota. Dengan cara
itulah koperasi melaksanakan fungsi intermediasi dana milik anggota untuk disalurkan
dalam bentuk kredit kepada anggota yang membutuhkan. Penyelenggaraan kegiatan
simpan pinjam oleh koperasi dilaksanakan dalam bentuk/wadah koperasi simpan
pinjam (KSP) dan atau Unit Usaha Simpan Pinjam (USP) Koperasi.
BAB IV

PAJAK PADA KOPERASI

1. Subjek Pajak

Koperasi merupakan salah satu subjek pajak disamping subjek pajak dalam
negeri yang lain sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor
10 tahun 1994, yaitu : orang pribadi, warisan yang belum terbagi sebagai suatu
kesatuan menggantikan yang berhak, badan terdiri dari perseroan, BUMN, BUMD
dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, Firma, Koperasi,
yayasan atau organisasi sejenis, lembaga dana pensiun dan bentuk usaha lainnya,
bentuk usaha tetap.

2. Objek Pajak

Yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan


kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama clan dalam

3. Kewajiban Subyek Pajak

Sebagai subyek pajak, koperasi memiliki kewajiban yang meliputi :

a. Kewajiban mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak


(NPWP) sebagai identitas
b. Kewajiban menyelenggarakan pembukuan dan pencatatan secara tertib dan
sesuai dengan standar akuntansi perkoperasian
c. Menghitung dan membayar pajaknya dengan benar
d. Mengisi dan memasukkan surat pemberitahuan (masa dan tahunan) tepat pada
waktunya
e. Memungut dan menyetor pajak

4. Wajib Pajak dan NPWP

Sebagai subyek pajak yang membayar pajak, maka koperasi adalah wajib pajak
yang harus memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Wajib pajak (WP) adalah
orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk memungut
pajak atau pemotongan pajak tertentu. Sedangkan NPWP adalah nomor yang diberikan
kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan
sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya.

Berdasarkan sistem self assesment (menghitung, melapor dan menyetor pajak


sendiri) setiap WP wajib mendaftarkan diri ke kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau
melalui kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) Direktorat
Jenderal Pajak yang ada di wilayah kerjanya, dalam hal ini meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan koperasi, untuk diberi/mendapatkan NPWP.

5. Jenis Pajak Koperasi

Jenis-jenis pajak yang terkait dengan koperasi adalah :

A. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Pertambahan Nilai sesuai PP Nomor 7 Tahun 2007, Perubahan Ketiga


atas Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 tentang Impor dan/atau
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang
dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai. Adalah pajak yang
dikenakan pada saat penjualan/penyerahan barang atau jasa, dengan
besaran tarif PPN sebesar 10% , PPN tersebut dikenakan atas :

a. Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah Pabean yang dilakukan


oleh pengusaha
b. Impor barang kena pajak

c. Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha

d. Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean
di dalam daerah pabean

e. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean, atau

f. Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak

Jenis barang yang tidak dikenakan PPN adalah :

a. Barang basil pertambangan atau basil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya, meliputi :

1. Minyak mentah
2. Gas bumi
3. Panas bumi
4. Pasir dan kerikil
5. Batu bara sebelum diproses rnenjadi briket batubara
6. Bijih timah, bijih besi, bijih emas, bijih ternbaga, bijih nikel, bijih perak daD
bijih banksit

b. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan rakyat banyak, yaitu :

1. Segala jenis beras dan gabah, seperti beras putih, beras merah, beras ketan
hitam atau beras ketan putih dalam bentuk :

beras berkulit (padi atau gabah) selain dalam bentuk benih

digiling
beras setengah giling atau digiling seluruhnya, disosoh, dikilapkan maupun
tidak

beras pecah

menir (groats) dari beras

2. Segala jenis jagung, seperti jagung putih, jagung kuning, jagung kuning
kemerahan, atau popcorn Gagung brondong dalam bentuk :

telah dikupas maupun belum/jagung tongkol dan biji jagung/jagung pipilan

menir (groats) beras jagung, sepanjang masih dalam bentuk butiran

3. Sagu dalam bentuk :

empulur sagu

tepung, tepung kasar dan bubuk dari sagu

4. Segala jenis kedelai, seperti kedelai putih,

kedelai hijau, kedelai hitam dalam bentuk pecah atau utuh.

5. Garam, baik beryodium maupun tidak beryodium, termasuk :

garam meja

garam curah, atau kemasan 50 kg lebih dengan kadar NaCl 94,7 % (dry
basis)

c. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, rumah makan, warung dan
sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat,
maupun tidak, tidak termasuk makana dan minuman yang diserahkan oleh usaha
catering atau usaha jasa boga.

d. Uang , emas batangan, dan surat -surat berharga


Jenis jasa yang tidak dikenakan PPN adalah :

a. Jasa pelayanan kesehatan medik

1. Jasa dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi

2. Jasa dokter hewan

3. Jasa ahli kesehatan, seperti akupuntur, ahli gizi, fisioterapi, gigi

4. Jasa kebidanan dan dukun bayi

5. Jasa paramedis dan perawat

6. Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan
sanatorium

b. Jasa pelayanan sosial, meliputi :

1. Jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo

2. Jasa pemadam kebakaran, kecuali yang bersifat komersial

3. Jasa pertolongan dan kecelakaan

4. Jasa lembaga rehabilitasi, kecuali yang bersifat komersial

5. Jasa pemakaman, termasuk krematorium

6. Jasa di bidang olah raga, kecuali yang bersifat komersial

7. Jasa pelayanan sosial lain, kecuali yang bersifat komersial

c. Jasa bidang perbankan, asuransi, sewa guna usaha dengan hak opsi, meliputi :

1. Jasa perbankan, kecuali jasa penyediaan tempat untuk menyimpan barang dan
surat berharga, jasa penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan surat
kontrak serta anjak piutang (factoring)

2. Jasa asuransi, tidak termasuk broker asuransi


3. Sewa guna usaha dengan hak opsi

d. Jasa bidang keagamaan, meliputi :

1. Jasa pelayanan rumah ibadah

2. Jasa pemberian khotbah atau dakwah

3. Jasa lainnya di bidang keagamaan

e. Jasa di bidang pengiriman surat dengan prangko yang dilakukan oleh PT Pos
Indonesia (Persero)

f. Jasa di bidang pendidikan

1. Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa pendidikan umum,


kejuruan pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan,
pendidikan akademik dan pendidikan profesional

2. Jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah, seperti kursus-kursus.

g. Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan

h. Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan, seperti jasa penyiaran radio,
televisi.

i. Jasa di bidang angkutan umum di darat dan air dan udara

j. Jasa di bidang tenaga kerja, meliputi :

1. Jasa tenaga kerja

2. Jasa penyediaan tenaga kerja

3. Jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja

k. Jasabidang pelatihan, meliputi:

1. Jasa persewaan hunian dan tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel,


losmen, hostel dan jasa terkait lainnya
2. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen dan hostel

3. Jasa yang disediakan pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan


secara umum, meliputi jenis jasa yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah
seperti : pemberian IMB, KTP dan NPWP

B. Pajak Penghasilan Pasal21 (PPh Ps 21)

PPh Ps 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,


tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi
dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan jasa dan kegiatan.

a. Tarif dan Penerapannya

1) Pegawai tetap, penerima pensiun bulanan, pegawai tidak tetap, pemegang dan
calon pegawai serta distributor MLM/direct selling dan kegiatan sejenis,
dikenakan tariff pasal sesuai dengan Pasal 17 Undang-Undang PPh perubahan
ketiga tahun 2000, dikalikan dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP). PKP
dihitung berdasarkan sebagai berikut :

Pegawai tetap : penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan (5 % dari


penghasilan bruto, maksimum Rp.1.296.000 setahun atau Rp 108.000
sebulan), dikurangi iuran pensiun, iuran jaminan hari tua, dikurangi
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Penerima Pensiun Bulanan, penghasilan bruto dikurangi biaya pensiun (5 %


dari bruto, maksimum Rp 432.000 setahun atau Rp 36.000 sebulan dikurangi
PTKP

Pegawai tidak tetap, pemagang, calon pegawai : penghasilan bruto dikurangi


PTKP
Distributor Multi Level Marketing/direct selling dan kegiatan sejenis :
penghasilan bruto tiap bulan dikurangi PTKP per bulan

2) Penerima honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan, komisi, beasiswa


dan pembayaran lain sebagai imbalan atas jasa dan kegiatan yang jumlahnya
dihitung tidak atas dasar banyaknya hari yang diperlukan untuk menyelesaikan
jasa atau kegiatan mantan pegawai yang menerima jasa produksi, tantiem,
grafikasi, bonus, peserta program pensiun yang menarik dananya pada dana
pensiun, dikenakan tarif berdasarkan pasal 17 Undang-undang PPh dikalikan
dengan penghasilan bruto.

3) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas (pengacara, akuntan, arsitek,


dokter konsultan, notaris, penilai dan aktuaris) dikenakan tarif PPh 15 % dari
perkiraan penghasilan neto. Perkiraan penghasilan net adalah 50 % dari
penghasilan bruto.

4) Penerima upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan dan uang
saku harian yang jumlahnya melebihi 1/10 (sepersepuluh Upah Minimum
Propinsi (UMP)/Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) sehari tetapi tidak
melebihi UMP/UMK dalam satu bulan dan atau tidak dibayarkan secara bulanan
dikenakan tarif 5 % dari penghasilan bruto/upah dikurangi 1/10 (sepersepuluh)
UMP/UMK. Bila dalam satu bulan takwim jumlahnya melebihi UMP/UMK maka
dikenakan tarif 5 % dari penghasilan bruto setelah dikurangi PTKP harian yang
sebenarnya dari penerima penghasilan. PTKP harian adalah PTKP setahun
dibagi 360.

5) Penerima pesangon, tebusan pensiun, tunjangan hari tua atau Jaminan Hari Tua
yang dibayarkan sekaligus dikenakan tariff PPh final sebagai berikut :

5 % dari penghasilan bruto sampai dengan Rp. 25.000.000,-

10 % dari penghasilan bruto antara Rp. 25.000.000,- s.d Rp 50.000.000,-

15 % dari penghasilan bruto antara Rp. 50.000.000,- s.d Rp 100.000.000,-


25 % dari penghasilan bruto antara Rp. 100.000.000,- s.d Rp 200.000.000,-

35% dari penghasilan bruto diatas Rp. 200.000.000,-

6) Pejabat negara , PNS, anggota TNI/POL: yang menerima honorarium dan


imbalan yang sumber dananya berasal dari Keuangan Negara atau Keuangan
Daerah dipotong PPh Ps. 21 dengan tarif 15 % dari penghasilan bruto dan
bersifat final, kecuali dibayarkan kepada PNS got. lId ke bawah, anggota
TNI/POLRI Peltu kebawah/ Ajun Insp/Tingkat I kebawah.

7) PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) yang berlaku saat ini sesuai dengan
Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 15/PJ/2006 Tanggal 23 Pebruari
tabun 2006 Tentang Perubahan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
545/PJ/2000 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran
Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pasal 26 sehubungan dengan Pekerjaan,
Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi adalah sebagai berikut :

Setahun Sebulan
Rp Rp
Untuk diri pegawai 13.200.000 1.100.000

Tambahan untuk pegawai yang kawin 1.200.000 100.000

Tambahan untuk tiap anggota keluarga


1.200.000 100.000
paling banyak 3 (tiga) orang*

* anggota keluarga adalah anggota keluarga sedarah dan semenda dalam satu
garis keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya.

8) Lapisan Penghasilan Kena Pajak (LPKP) sesuai Tarif Pasal 17 Undang-undang


Pajak Penghasilan adalah :
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif

s/d Rp 25.000.000 5%

Diatas Rp 25.000.000 s.d Rp 50.000.000 10 %

Diatas Rp 50.000.000 s.d. Rp 100.000.000 15 %

Diatas Rp 100.000.000 s.d Rp 200.000.000 25 %

Diatas Rp 200.000.000 35 %

b. Pajak Penghasilan Ditanggung Pemerintah

Pajak Penghasilan Ditanggung Pemerintah (PPh DTP) adalah fasilitas perpajakan


yang diberikan oleh Pemerintah berkenaan dengan pengenaan PPh Pasal 21. PPh
DTP yang berlaku pada tahun 2003 memiliki 2 (dua) perhitungan yang berbeda yaitu:

1) Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 2002

a. Masa Berlaku : Januari 2003 s.d Juni 2003

b. Penerima fasilitas :

Pekerja yang menerima upah hanya dari satu pemberi kerja yang tidak
menduduki jabatan struktural atau fungsional dalam unit organisasi atau
perusahaan dan tidak memperoleh penghasilan lain dari usaha, tidak
termasuk tenaga kerja asing, tenaga ahli, dan tenaga profesi.

2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.03/2005 tanggal 30 Desember


2005

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.03/2005 tni merupakan pengganti


dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.03/2004 tentang
Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak karena sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan di bidang ekonomi dan moneter serta
perkembangan harga kebutuhan pokok yang semakin meningkat saat ini.

a. Masa berlaku : 1 Januari 2006

b. Penerima fasilitas :

Wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang bekerja sebagai pegawai tetap
atau pegawai tidak tetap pada satu pemberi kerja di Indonesia, yang
menerima gaji, upah, serta imbalan lainnya dari pekeijaan yang diberikan
dalam bentuk uang sampai dengan Rp 2.000.000 (dua juta rupiah) sebulan.

C. Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Ps 23)

Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan Pajak Penghasilan yang dipotong atas


penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk
Usaha Tetap yang berasal dari modal yang berasal dari midal, penyerahan jasa,
atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal
21, yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atau subjek pajak dalam
negeri, penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha Tetap (Sekumpulan orang dan/atau
modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha yang berdomisili diwilayah Indonesia atau perwakilan perusahaan
luar negeri lainnya).

a. Pemotong dan Penerima Penghasilan yang dipotong PPh pasal 23

1) Pemotong PPh pasal 23

a) Badan pemerintah

b) wajib pajak badan dalam negeri

c) penyelenggara kegiatan

d) bentuk usaha tetap (BUT)

e) perwakilan perusahaan luar negeri lainnya


f) wajib pajak orang pribadi dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh
Direktur Jenderal Pajak

2) Penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 23

a) WP dalam negeri

b) BUT (Bentuk Usaha Tetap)

b. Tarif dan Objek PPh pasal 23

1) 15 % (lima belas persen) dari jumlah bruto atas :

a) dividen, bunga dan royalti

b) hadiah dari penghargaan selain yang telah dipotong PPh pasal 21

2) 15 % (lima belas persen) dari jumlah bruto dan final atas bunga simpanan
yang dibayarkan oleh koperasi, yang jumlahnya melebihi Rp 240.000 (dua
ratus empat puluh ribu rupiah) setiap bulan

3) 15% (lima belas persen) dari perkiraan penghasilan neto atas sewa dan
penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harian Tarif perkiraan
penghasilan neto dan objeknya adalah :

a) 15 % x 20 % dari jumlah bruto atas sewa penggunaan haria khusus


kendaraan angkutan darat

b) 15 % x 40 % dari jumlah bruto atas sewa lainnya (tidak termasuk sewa


tanah dan bangunan )

4) 15 % (lima belas persen) dari perkiraan penghasilan netlo atas imbalan jasa
Tarif perkiraan penghasilan neto dan objek imbalan jasa adalah :

a) 15 % x 50 % dari jumlah bruto imbalan jasa profesi, jasa akuntansi dan


pembukuan, penilai dan aktuaris, jasa konsultan, kecuali konsultan
konstruksi.
b) 15 % x 40 % dari jumlah bruto imbalan Jasa:

1) Jasa teknik danjasa manajemen

2) Jasa perancang/desain interior dan pertamanan, mesin dan


peralatan, alat-alat transportasi/kendaraan, perancang iklan/logo,
dan alat kemasan

3) Jasa instalasi/pemasangan peralatan, mesin, listrik, telepon, air, gas,


AC, TV Kabel kecuali yang dilakukan WP pengusaha konstruksi

4) Jasa perawatan / pemeliharaan / perbaikan mesin, listrik / telepon /


gas / air / AC / TV kabel, peralatan, alat-alat transportasi/kendaraan,
serta bangunan kecuali yang dilakukan WP pengusaha konstruksi

5) Jasa pengeboran (jasa drilling) di bidang penambangan minyak dan


gas bumi (migas) kecuali yang dilakukan oleh BUT

6) Jasa penunjang di bidang penambangan migas

7) Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan


selain migas

8) Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara

9) Jasa penebangan hutan termasuk land clearing

10) Jasa pengolahan / pembuangan limbah

11) Jasa maklon

12) Jasa rekruitmen/penyediaan tenaga kerja

13) Jasa perantara

14) Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga kecuali yang


dilakukan BEJ, BES, KSEI & KPEI
15) Jasa custodian / penyimpanan / penitipan kecuali yang dilakukan
KSEI dan sewa gudang yang telah dikenakan PPh final berdarkan
PP No 29/1996.

16) Jasa telekomunikasi bukan untuk umum

17) Jasa pengisian sulih suara (dubbing) dan atau mixing film

18) Jasa pemanfaatan informasi di bidang teknologi termasuk jasa


internet

19) Jasa sehubungan dengan software komputer termasuk perawatan /


pemeliharaan dan perbaikan

c) 15 % x 13 1/3 % dari jumlah bruto imbalan jasa pelaksanaan konstruksi


termasuk jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan bangunan, jasa
instalasi/pemasangan mesin, listrik/telepon/air/gas/AC/TV kabel yang
dilakukan wajib pajak pengusaha konstruksi

d) 15 % x 26 2/3 % dari jumlah imbalan bruto jasa perencanaan konstruksi


dan jasa pengawasan konstruksi

e) 15 % x 10 % dari jumlah bruto jasa pembasmian hama dan jasa


pembersihan, jasa katering dan jasa selain jasa-jasa tersebut diatas yang
pembayarannya dibebankan pada APBN/APBD.

5) Sewa yang bukan tanah dan bangunan dikenakan sebesar 6%

6) Jasa konsultan dikenakan sebesar 7,5%

D. Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Ps 25)

PPh Ps 25 Merupakan pajak badan usaha koperasi untuk tahun berjalan yang
dipotong dari hasil SHU selama 1 (satu) tahun buku. Dalam hal ini koperasi wajib
memotong pajak badan untuk tahun berjalan dari hasil SHU yang diperoleh setiap
tahun.
E. Pajak Penghasilan Pasal26 (PPh Ps 26)

PPh Pasal 26 Merupakan pajak yang dikenakan/dipotong atas penghasilan


yang bersumber dari Indonesia yang diterima/diperoleh wajib pajak luar negeri selain
bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.

Dalam hal ini koperasi wajib memotong pajak dalam hal:

a. Dividen, bunga termasuk premium, diskonto, premi swap, dan imbalan


sehubungan dengan pengembalian utang, royalty, hadiah dan penghargaan
sehubungan dengan kegiatan selain yang telah dipotong PPh Ps 21.

b. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.

c. Imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa lainnya.

F. Pajak Penghasilan Pasal29 (PPh Ps 29)

PPh Ps 29 merupakan pelunasan pajak terhutang, dibayarkan setiap tahun


pada saat pengambilan SPT. Dibayarkan pada saat sebelum penyerahan SPT
tahunan yang bersangkutan. Misalnya : Pajak Tahun Berjalan Rp. 60 Juta, pajak
yang sudah dibayarkan Rp. 40 Juta. Kekurangan Rp. 20 Juta dibayarkan pada saat
sebelum penyerahan SPT Tahunan yang bersangkutan.

Contoh Perhitungan :

Pemotongan PPh Pasal 21 terhadap penghasilan pegawai tetap koperasi.

1. Bp. Samsudin sebagai pekerja pada Koperasi Karya Maju sebagai Kepala Gudang
dengan memperoleh gaji sebulan Rp. 2.000.000,- dan untuk hari tuanya membayar
uang untuk pensiunnya Rp. 100.000,- Samsudin telah menikah tapi belum punya
anak.
Perhitungan PPh Pasal 21 nya adalah sbb :

Gaji sebulan Rp. 2.000.000,-


Pengurangan:
1. Biaya Jabatan
5% x Rp.2.000.000,- Rp. 100.000,-
2. luran Pensiunan Rp. 100.000,-
Rp. 200.000,-
Penghasilan Netto 1 bulan Rp. 1.800.000,-
Penghasilan Netto 1 tahun
(Rp. 1.800.000 x 12) Rp. 21.600.000,-

Dikurangi PTKP (pendapatan tidak kena pajak) 1 tahun


Untuk wajib pajak (wp) sendiri
Rp. 1.100.000,- x 12 Rp. 13.200.000,-
Tambahan wajib pajak kawin Rp. 1.200.000,-
Rp. 14.400.000,-
PKP (penghasilan kena pajak) Rp. 7.200.000,-
1 tahun
PPh Pasal 21 terutang :
5% x Rp. 7.200.000,- Rp. 360.000,-
PPh Pasal 21 1 bulan :
Rp. 360.000 : 12 Rp. 30.000,-
Jadi setiap bulan koperasi memotong gaji Bp. Syamsudin sebesar Rp. 30.000,- untuk
diantarkan secara bersama pegawai lainnya dengan Nomor Pokok Wajib Pajak masing-
masing individu pegawai.

Perhitungannya terus dilakukan sesuai dengan perkembangan gaji ataupun


pengurangan karena Bp.Syamsudin telah kawin dan punya anak (pengurangan untuk
setiap anak Rp. 1.200.000,-) terhadap penghasilan Netto setiap tahunnya.
Contoh Perhitungan : Pemotongan PPh atas pendapatan bunga simpanan anggota di
Koperasi Simpan Pinjam.

Berdasarkan Pasal 23 ayat 1 huruf b UU Pajak Penghasilan Jo. KMK No.


522/KMK.04/1998 atas penghasilan bruto yang dibayarkan kepada anggota koperasi
yang jumlah bunganya Rp. 240.000,- ke atas dalam sebulan dikenakan PPh dengan
tarif 15 % dari jumlah penghasilan bruto dan bersifat final.

a. Bp. Bambang menyimpan deposito di Koperasi Simpan Pinjam Subur sebesar Rp.
5.000.000,- dengan diberikan bunga simpanan sebesar 2 % per bulan. Setiap
bulannya Bp. Bambang menerima 2 % x Rp. 5.000.000,- = Rp. 100.000,-

Atas pendapatan bunga tersebut, Bp. Bambang tidak dikenakan PPh yang bersifat
final karena pendapatannya lebih kecil daTi Rp. 240.000,-

b. Bp. Kabul menyimpan deposito di Koperasi Simpan Pinjam Subur sebesar Rp.
20.000.000,- dengan diberikan bunga deposito sebesar 2 % per bulan. Setiap
bulannya

Bp. Kabul menerima jasa / bunga deposito 2 % x Rp. 20.000.000,- = Rp. 400.000,-

Langsung dikenakan Pajak Final sebesar 15 % x Rp.400.000,- = Rp. 60.000,-

Penghasilan Jasa Bunga Netto Bp. Kabul = Rp. 340.000,-

Pajak Final Rp. 60.000,- oleh Koperasi Simpan Pinjam Subur disetorkan ke Kantor
Pajak sebagai penyetoran Nomor Pokok Wajib Pajak Bp. Kabul.
BABV

TATA CARA PENGAJUAN KEBERATAN, BANDING,

GUGATAN DAN PENINJAUAN KEMBALI

1. Tata cara Pengajuan Keberatan

Dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,


kemungkinan terjadinya Wajib Pajak (WP) merasa kurang/tidak puas atas suatu
ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atau atas pemotongan/pemungutan oleh
Ditjen Pajak atau untuk daerah Provinsi/DI atau Kabupaten/Kota oleh Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) setempat. Dalam hal ini WP dapat mengajukan keberatan.
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2002 Tentang
Pengadilan Pajak, tanggal 12 April 2002.

Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan atas :

1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan(SKPKBT)

3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

5. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga

2. Ketentuan Pengajuan Keberatan

Keberatan diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) ditempat WP


terdaftar, dengan syarat :

• Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia


• Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong
atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan WP dan disertai alasan
yang jelas

• .Satu keberatan harus diajukan untuk satu jenis dan satu tahun/masa pajak

3. Jangka Waktu Pengajuan Keberatan

Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal
SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak tanggal dilakukan pemotongan /
pemungutan oleh pihak ketiga.

Untuk Surat Keberatan yang disampaikan langsung ke KPP, maka jangka


waktu 3 (tiga) bulan dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau
sejak dilakukan pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga sampai saat keberatan
diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak.

Untuk Surat Keberatan yang disampaikan melalui pos (harus dengan pos
tercatat), hangka waktu 3 (tiga) bulan dihitungi sejak tanggal SKPKB, SKPKBT,
SKPLB, SKPN atau sejak dilakukan pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga
sampai dengan tanggal tanda bukti pengiriman melalui Kantor Pas dan Giro.

4. Tata cara Pengajuan Permohonan Banding

Apabila WP tidak atau belum puas dengan keputusan yang diberikan atas
keberatan, WP dapat mengajukan banding kepada Badan Peradilan Pajak dengan
syarat :

• Tertulis dalam bahasa Indonesia

• Dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak keputusan alas keberatan diterima

• Alasan yang jelas

• Dilampiri salinan Sural Keputusan atas keberatan Pengajuan Permohonan


Banding tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan
pajak. Putusan badan peradilan pajak bukan merupakan keputusan Tata Usaha
Negara.
BAB VI

FASILITAS INSENTIF PAJAK BAGI KOPERASI

1. Beberapa Insentif Pajak yang telah berlaku bagi koperasi

1.1. Insentif PPh

a. Bantuan, sumbangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,


pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang
bersangkutan (Pasal 4 ayat 3 UU No. 17 Tahun 2008);

b. Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggotanya (Pasal 23 ayat 4 huruf f UU No. 17 Tahun 2000);

c. Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh dari penyertaan modal
pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di indonesia
dengan syarat, deviden berasal dari cadangan laba yang ditahan (Pasal 4
ayat 3 huruf f UU No. 17 Tahun 2000);

d. Bunga yang dibayarkan koperasi atas simpanan para anggotanya yang


jumlahnya tidak melebihi Rp. 240.000,- per bulannya (Pasal 23 ayat 4 huruf g
UU No. 17 Tahun 2000).

1.2. Insentif PPN

Berdasarkan UU No. 18 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas UU No.8


Tahun 1983 tentang "Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah", yang tidak dikenakan tarif PPN adalah :

a. Barang basil pertambangan atau pengeboran yang diambil langsung


sumbernya;

b. Barang kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh rakyat;


c. Makanan dan minuman yang disajikan dihotel, restoran, rumah makan,
warung, sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di
tempat umum maupun tidak (tidak termasuk makanan dan minuman yang
diserahkan oleh usaha catering atau usaha jasa boga);

d. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga;

e. Barang basil pertanian.

2. Fasilitas Insentif Pajak dalam Rancangan Undang- Undang Pajak Pengbasilan


(RUU PPb) Tabun 2009

1.1. Pemerintah mulai tahun 2009 akan mengeluarkan kebijakan berupa


pembebasan atas kewajiban membayar biaya fiskal bagi pemilik NPWP usia 21
tahun keatas yang akan melakukan penerbangan / pelayaran menuju luar
negeri;

1.2. Pemerintah akan menurunkan tarif PPh wajib pajak badan bagi UKM yang
tadinya sebesar 2% perbulan dengan penghasilan 4,8 miliar per tahun menjadi
0,75% perbulan;

1.3. Disamping itu, pemerintah juga akan menetapkan penurunan tarif PPh alas
dividen sebesar 10% dari dividen yang dibagikan dan bersifat final, yang
sebelumnya ditetapkan sebesar 20% dan bersifat tidak final (artinya ketika
wajib pajak mendapatkan dividen, maka akan langsung dibebani pajak dividen
20% secara langsung ketika dividen itu diterima).

Keterangan :

Penerima deviden akan di kenakan PPh lagi ketika menghitung penghasilan


totalnya (termasuk penghasilan dari sumber lain), kemudian ia akan dikenakan
tarif PPh umum.

1.4. Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) pertahun meningkat menjadi Rp. 15,84
juta per tahun (atau Rp. 1.320.000,- per bulan) dari sebelumnya Rp. 13,2 juta
per tahun (atau Rp. 1.100.000,- per bulan)
1.5. lnsentif bagi perusahaan go public (yang mencatatkan diri di Bursa Efek
Indonesia) BEl;

1.6. Ketentuan baru mengenai ZAKAT;

1.7. Tarif baru bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM);

1.8. Pengetatan Pajak pada beberapa penerimaan negara bukan pajak (PNBP);

1.9. Sunset Policy (Pengampunan Pajak) Merupakan Program Penghapusan


Sangsi bagi wajib pajak yang melaporkan penghasilan secara jujur sebelum
tanggal 31 Desember 2008 dan membayar pajak yang kurang dibayar sebelum
tanggal 31 Maret 2009;

1.10.Potongan PPh sebesar 50% bagi UMKM yang berbadan hukum.

Sesuai dengan RUU Pajak Penghasilan (RUU PPh), untuk UMKM berbadan
hukum akan diberikan Insentif Pemotongan Tarif PPh sebesar 50% dari Tarif
Pajak Normal sebesar 28% oleh pemerintah.

Insentif ini khusus untuk UMKM berbadan hukum yang memiliki omzet dibawah
Rp. 4,84 juta per tahun atau Rp. 400 juta per bulan.
BAD VII

PERUBAHAN PERATURAN PERPAJAKAN

Beberapa informasi mengenai perubahan undang-undang pajak dan peraturan


pemerintab yang tlah diperbaharui, antara lain:

a. Undang-undang no. 6 tabun 1983 Tg1. 31-12-1983, tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, te1ah diubah menjadi Undang-undang no. 28 tahun 2007
Tg1. 17-07-2007 tentang Perubahan ketiga atas undang-undang no. 6 Tg1. 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;

b. Undang-undang no. 7 tahun 1983 Tg1. 31-12-1983 tentang Pajak Penghasilan,


telah diubah menjadi Undang-undang no. 17 tabun 2000 Tgl. 02-08-2000, tentang
perubahan ketiga atas undang-undang no. 7 Tgl. 1983 tentang pajak penghasilan;

c. Undang-undang no. 8 tahun 1983 Tgl. 31-12-1983, tentang Pajak Pertarnbahan


Nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah yang telah diubah
menjadi Undang-undang No. 18 tabun 2000 Tgl. 02-08-2000, tentang perubahan
kedua atas undang-undang nomor 8 tahun 1983 tentang pajak pertarnbahan nilai
barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah.
METODE PEMAHAMAN DALAM PENGEMBANGAN

DAN PEMANTAPAN KEHIDUPAN BERKOPERASI

KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH


REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2009
KATA PENGANTAR

Koperasi telah dikenal dan dilaksanakan serta tumbuh dan kembang di Indonesia sejak
lama, bahkan Koperasi dinyatakan sebagai soko guru perekonomian rakyat Indonesia. Namun
sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan sistem pemerintahan, sekarang ini telah
diterapkan sistem pemerintahan otonomi daerah yang bertumpu pada kemampuan tingkat II
(kabupaten dan kota), yang memberikan kesempatan untuk mengelola dan membangun
daerahnya (kabupaten/kota) sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya sendiri.
Penerapan sistem ekonomi daerah memberikan dampak positif juga dampak negative terhadap
pembinaan dan pengembangan Koperasi daerah.

Dampak positif antara lain pemda provinsi dan kabupaten/kota dapat mengalokasikan
anggarannya bagi penyuluh dan pembinaan Koperasi melalui dinas yang memiliki tugas dan
fungsi penyuluhan dan pembinaan Koperasi didaerah kabupaten/kota, dinas bersangkutan
dapat mengajukan langsung kepada pemda mengenai kebutuhannya khususnya yang
berkaitan dengan penyuluhan dan pembinaan Koperasi . Dampak negative antara lain
seringnya mutasi pegawai termasuk para kepala dinas, sehingga mengakibatkan
kepala/pemimpin dan staffnya pada dinas yang memiliki tugas dan fungsi pembinaan Koperasi
sering tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya dan kurang /minimnya pengalaman
dalam bidang penyuluhan dan pembinaan Koperasi .

Selain masalah tersebut masih terdapat permasalahan lainya, antara lain biaya
pelakasanaan pemahaman, sarana dan prasarana pelaksanaan pemahaman, sarana dan
prasarana pelaksanaan pemahaman, tenaga pelaksana penyuluh/petugas Koperasi lapangan.

Untuk maksud tersebut, Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan UKM pada
Kementrian Negara Koperasi dan UKM, melalui salah satu programnya, yaitu menyusun
Metoda Pemahaman dalam Pengembangan dan Pemantapan Kehidupan BerKoperasi , dengan
tujuan dapat digunakan sebagai acuan bagi Pembina dan Petugas Dinas Koperasi Tingkat
Propinsi, Kabupaten/Kota, dalam menumbuh kembangkan kehidupan berKoperasi .

Semoga Metoda ini dapat membantu berbagai pihak dalam Proses Pengembangan dan
Pemantapan kehidupan BerKoperasi . Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dan
bekerja sama sehingga terwujudnya Buku Metode Pemahaman Dalam Pengembangan dan
Pemantapan Kehidupan BerKoperasi , kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya serta kami mengharapkan juga kritik dan saran untuk perbaikan buku ini.

Jakarta, November 2009

Deputi Bidang kelembagaan

Koperasi dan UKM


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Maksud dan Tujuan Kegiatan
1.3 Sasaran Kegiatan
1.4 Pendekatan dan Metodologi
1.5 Output
1.6 Ruang Lingkup Pekerjaan
1.7 Lokasi Kegiatan

BAB II GAMBARAN UMUM KEHIDUPAN BERKOPERASI

2.1 Pengertian

2.2 Arah Kebijakan Pemberdayaan Koperasi

2.3 Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan

2.4 Proses Pemahaman BerKoperasi

BAB III JENIS DAN METODE PEMAHAMAN BERKOPERASI

3.1. Kelompok Sasaran

3.2. Metode Pemahaman Dalam Pemantapan Kehidupan BerKoperasi

BAB IV METODE PEMAHAMAN DALAM KEHIDUPAN BERKOPERASI

4.1. Upaya pemahaman yang telah dilakukan

4.2. Upaya Memberikan Pemahaman Yang Telah Dilakukan

4.3. Bahan Yang digunakan Untuk Pemahaman BerKoperasi

4.4. Biaya Yang digunakan Untuk Pemahaman BerKoperasi

4.5. Sarana Yang digunakan Untuk Pemahaman BerKoperasi


4.6. Tenaga Yang digunakan Untuk Pemahaman BerKoperasi

4.7. Metode Pemahaman untuk Petugas Lapangan/ Pengurus/ Anggota Kelompok Strategis

4.8. Media Pemahaman untuk Petugas Lapangan/ Pengurus/ Anggota Kelompok Strategis

BAB V PEMAHAMAN DALAM KEHIDUPAN BERKOPERASI

5.1. Pemahaman Mengenai Pengertian BerKoperasi

5.2. Pemahaman Mengenai Tujuan Koperasi

5.3. Pemahaman Mengenai Organisasi Koperasi

5.4. Pemahaman Mengenai Tata Cara

5.5. Pemahaman Mengenai Pemegang Kekuasaan Tertinggi Koperasi

5.6. Pemahaman Mengenai Pengertian Anggota Koperasi

5.7. Pemahaman Mengenai Rapat Anggota Koperasi

5.8. Pemahaman Mengenai Pengertian Pengurus Koperasi

5.9. Pemahaman Mengenai Pengawas Koperasi

5.10. Pemahaman Mengenai Tata Cara Pengangkatan Pengurus

5.11. Pemahaman Mengenai Tata Cara Pemberhentian Pengurus

5.12. Pemahaman Mengenai Pengangkatan Pengawas Koperasi

5.13. Pemahaman Mengenai Pemberhentian Pengawas Koperasi

5.14. Pemahaman Mengenai Anggaran Dasar Koperasi

5.15. Pemahaman Mengenai Peran Notaris Dalam Anggaran Dasar Koperasi

5.16. Pemahaman Mengenai Peran Pejabat Dalam Anggaran Dasar Koperasi

5.17. Pemahaman Mengenai Masa Kerja Pengurus dan Pengawas Koperasi

5.18. Pemahaman Mengenai Isi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi

5.19. Pemahaman Mengenai Pembuatan AD/ART Koperasi

5.20. Pemahaman Mengenai Tata Cara Pengesahan AD/ART Koperasi

5.21. Pemahaman Mengenai Jumlah Minimal Anggota Koperasi


5.22. Pemahaman Mengenai Modal Koperasi

5.23. Pemahaman Mengenai Pembukuan Koperasi

5.24. Pemahaman Mengenai Sisa Hasil Usaha Koperasi

5.25. Pemahaman Mengenai Pembagian Hasil Usaha

5.26. Pemahaman Mengenai Pembubaran Koperasi

5.27. Pemahaman Mengenai Badan Hukum Koperasi

5.28. Pemahaman Mengenai Manfaat Koperasi

5.29. Pemahaman Mengenai Hakdan Kewajiban Pengurus

5.30. Pemahaman Mengenai Hakdan Kewajiban Pengawas

5.31. Pemahaman Mengenai Hakdan Kewajiban Manager

BAB VI PERANCANGAN METODE PEMAHAMAN DALAM PEMANTAPAN KEHIDUPAN


BERKOPERASI

6.1. Proses Penyebaran Informasi dalam Kehidupan BerKoperasi

6.2. Peranan Pembina/Penyuluh PerKoperasi an

6.3. Saluran Komunikasi yang Digunakan Untuk Pemahaman BerKoperasi

6.4. Peranan Pendidikan Koperasi dalam Pemantapan Pemahaman Kehidupan BerKoperasi

6.5. Metoda Pemahaman dalam Memantapkan Kehidupan BerKoperasi

6.6. Pemilihan Metode Pemahaman dalam Pemantapan Kehidupan BerKoperasi

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

7.1. Kesimpulan

7.2. Rekomendasi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Bahwa membangun Koperasi diperlukan keterlibatan dan dukungan dari berbagai


pihak. Sejak dikeluarkannya Instruksi Presiden R.I. nomor 18 tahun 1998 tentang Peningkatan
Pembinaan dan Pengembangan PerKoperasi an, masyarakat memperoleh kebebasan untuk
mendirikan Koperasi berdasarkan kebutuhan dan kepentingan ekonominya baik didaerah
pedesaan, daerah perkotaan dalam jenis Koperasi . Pembentukan Koperasi dilahirkan oleh
masyarakat di daerah pertanian, perkebunan, peternakan sertakelompok strategis yaitu seperti
kelompok wanita, pemuda, mahasiswa, siswa sekolah, karayawan perusahaan swasta maupun
badan usaha milik Negara. Departemen Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah sejak era
reformasi menjadi Kementrian Negara Koperasi dan UKM tidak lagi mempunyai direktorat
ataupun sub direktorat Penyuluhan Koperasi yang berfungsi memberikan penyuluhan kepada
masyarakat dan gerakan Koperasi baik ditingkat pusat, propinsi maupun di tingkat
kabupaten/kodya.

Padahal fungsi penyuluhan selaku sarana untuk memberikan pemahaman agar


Koperasi mampu bekerja sesuai prinsip-prinsip dan sendi-sendi dasar Koperasi sangat
diperlukan sehingga Koperasi mampu bertambah sesuai dengan situasi dan kondisi
perekonomian yang ada karena kehidupan Koperasi maju dan berkembangnya sangat
diperlukan pengawas Koperasi , manajer dan karyawan Koperasi , Anggota Koperasi dan
masyarakat kelompok strategis pada umumnya. Dengan berperannya Pemerintah, Pengurus,
Pengawas, Manajer dan Karyawan serta Anggota Koperasi berikut anggota Kelompok
Strategis dan anggota masyarakat pada umumnya, Koperasi mampu bertahan sekalipun terjadi
krisis moneter dan krisis ekonomi. Untuk itu Deputi Kelembagaan Koperasi berikut jajarannya
mendorong minat masyarakat untuk membentuk Koperasi . Hal ini dapat dilihat dengan
perkembangan Koperasi sebelum krisis moneter dan krisis ekonomi dibandingkan dengan
keadaan sekarang. Secara kuantitatif jumlah Koperasi maupun anggota Koperasi cukup besar
tetapi secara kualitatif pemahaman oleh petugas Dinas Koperasi tingkat kabupaten/kota dalam
penguasaan pemahaman metode pemantapan berKoperasi masih terbatas, apa lagi bila
dikaitkan dengan sarana dan prasarana yang disediakan, biaya dan ketersediaan tenaga
pemahaman. Berkaitan dengan hal tersebut pemahaman masyarakat pada umumnya, anggota
Koperasi pada khususnya dalam pemahaman dan pemantapan kehidupan berKoperasi masih
jauh dari yang diharapkan sehingga Koperasi mampu melaksanakan prinsip Koperasi dan
Koperasi berpegang teguh pada jati diri Koperasi .

Kegiatan kajian “Penyusun Metode Pemahaman Dalam dan Pemantapan Kehidupan


BerKoperasi ” adalah dalam rangka membantu memecahkan sebagian permasalahan yang
dihadapi oleh kopersi sehingga tumbuh dan berkembang berdasarkan jati diri Koperasi
(cooperative identity). Berbagai permasalahan yang diungkap dalam penyusunan pemahaman
dalam pemantapan kehidupan berKoperasi adalah sebagai berikut:
A. Permasalahan

1. Kualitas kelembagaan Koperasi belum meningkat terlebih lagi pada era


otonomisasi baik ditingkat Propinsi maupun ditingkat Kabupaten/Kota.
2. Praktek berKoperasi yang baik (best practices) dikalangan masyarakat belum
berkembang demikian pula halnya pada anggota Koperasi .
3. Belum diketahui juga tingkat pemahaman, pengurus, pengawas manajer dan
karyawan serta anggota kelompok strategis dalam memahami dan
melaksanakan praktek Koperasi .
4. Keterbatasan pedoman atau acuan dalam pelaksanaan pembinaan dan
penyuluhan kepada masyarakat anggota Koperasi dan pengelola Koperasi
sehingga kemampuan petugas lapangan dalam pemahaman berKoperasi
menjadi sangat terbatas. Lebih-lebih lagi hal ini juga berkaitan dengan
keterbatasan sumber daya, tenaga, sarana, dan prasarana dalam pemahaman
tersebut.

Pemasalahan tersebut akan didekati melalui kajian, penyusunan metode pemahaman


dalam pemantapan kehidupan berKoperasi yang dilandasi oleh:

a. Undang-undang RI. No 25 tahun 1992 tentang perKoperasi an.


b. Peraturan Pemerintah RI No 4 tahun 1994 tentang persyaratan dan tata cara
pengesahan akta pendirian Koperasi dan perubahan anggaran dasar Koperasi .
c. Peraturan pemerintah No 9 tahun 1995 tentang pelaksanaan usaha simpan
pinjam oleh Koperasi .
d. Peraturan menteri No 1 tahun 2006 tentang petunjuk pelaksanaan pembentukan,
pengesahan akta pendirian dan perubahan anggaran Koperasi .

Untuk itu perlu dilengkapi dengan buku tentang metode pemahaman dalam
pengembangan dan pemantapan kehidupan berKoperasi , sebagai bahan dalam menumbuh
kembangkan Koperasi , sehingga Koperasi mampu melaksanakan prinsip-prinsip Koperasi
dan Koperasi memiliki jati diri Koperasi yang dapat membedakan Koperasi dengan
perusahaan Negara dan perusahan swasta.

B. Hasil Yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari kajian penyusunan metode pemahaman dalam pemantapan
kehidupan Koperasi adalah untuk mengetahui pada untuk mengetahui pada tingkat mana
pemahaman yang telah dimiliki oleh petugas lapangan Koperasi (penyuluh lapangan Koperasi
kabupaten/kota, pengurus Koperasi , pengawas, manajer dan karyawan Koperasi serata
anggota kelompok strategis yang mampu mengembangkan kehisupan berKoperasi .
C. Tingkat Pemahaman

Dengan diketahui tingkat pemahaman petugas Koperasi lapangan tingkat


kabupaten/kota (penyuluh Koperasi ), pengurus, pengawas, manajer dan karyawan Koperasi
serta anggota kelompok strategis lainnya, maka dapat dirumuskan metode pemahaman dalam
pemantapan kehidupan Koperasi yang akan sangat berguna bagi memreka.

D. Aktivitas Kegiatan

Aktivitas kegiatan yang dilakukan dalam penyusunan metode pemahaman dalam


pemantapan kehidupan berKoperasi yaitu sebagai berikut:

1. Melakukan pengumpulan data sekunder pada instansi terkait baik dipusat, maupun
didaerah kajian.
2. Melakukan pengumpulan data primer dengan survey untuk inventarisasi dan identifikasi
pemahaman dan pemantapan kehidupan berKoperasi oleh masyarakat khususnya
anggota Koperasi didaerah kajian.
3. Melakukan pengumpulan data primer dengan wawancara dengan panduan
menggunakan kuesioner dan wawancara terbuka (depth interview) dengan responden,
baik Koperasi maupun intansi terkait didaerah kajian.
4. Melakukan analisis pemahaman dalam pengembangan dan pemantapan kehidupan
berKoperasi , dengan menggunakan data dan informasi yang telah didapat.
5. Merumuskan dan menyusun “Metode Pemahaman dalam Pengembangan dan
Pemantapan Kehidupan BerKoperasi ” sebagai laporan menyelesaikan pekerjaan
kegiatan kajian.

1.2. Maksud dan tujuan

Maksud dari kegiatan kajian dan analisis “Penyusunan Metode Pemahaman Dalam
Pengembangan dan Pemantapan Kehidupan BerKoperasi ” adalah sebagaimana
penjelasan berikut ini.

A. Dalam kegiatan pengembangan dan pemantapan kehidupan berKoperasi diperlukan


suatu cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan tersebut.

Dengan demikian tersusunnya suatu metode, yang dapat diimplementasikan oleh para
Kelompok Strategis dilapangan dalam rangka memberikan panduan bagi para pembina
Koperasi serta kelompok strategis ditengah masyarakat, dalam upaya bersama
pemerintah menggerakkan dan mengembangkan kehidupan berKoperasi .

B. Menumbuhkan kehidupan berKoperasi bukan hanya dilakukan oleh pihak pemerinatah


tetapi juga menjadikan bagian dari masyarakat, khususnya kelompok strategis.
Dengan demikian Koperasi sebagai suatu badan usaha yang dimiliki rakyat, untuk
kepentingan rakyat, maka sejak awal pendiriannya hingga pengembangan dan kehidupan
pemantapan berKoperasi adalah menjadi tanggung jawab rakyat, dalam hal ini adalah
anggotanya, khususnya masyarakat kelompok strategis.

Tujuan dari kegiatan kajian dan analisis “Penyusunan Metode Pemahaman Dalam
Pengembangan dan Pemantapan Kehidupan BerKoperasi ” adalah :

a. Agar tumbuh Koperasi baru yang dapat mengembangkan potensi daerah dalam
peningkatan ekonomi masyarakat dengan tetap mempertahankan cirri khusus yang
dimiliki Koperasi , yaitu “Jatidiri Koperasi ”.
b. Dapat menjadikan Koperasi yang sudah ada semakin beraktivitas sehingga
mewujudkan Koperasi yang berkualitas, baik dari keanggotanya, pengelolaan usaha
dan pelayanannya, pengawasannya, serta mempunyai dampak yang positif terhadap
lingkungan sekitarnya.

1.3. Sasaran Kegiatan

Sasaran dari kegiatan ini adalah semua elemen, kelompok dan instansi yang berkaitan
dengan pendirian, penyuluhan, pembinaan, dan pemantapan kehidupan berKoperasi , yaitu
penyuluh/petugas Koperasi lapangan didaerah tingkat II (Kabupaten/Kota), pengurus Koperasi,
pengawas Koperasi , manajer dan karyawan Koperasi , dan kelompok strategis (seperti : tokoh
masyarakat/adat, ulama/kiai, kalangan akademisi/perguruan tinggi).

1.4. Pendekatan dan Metodologi


1.4.1. Pendekatan

“Penyusunan Metode Pemahaman Dalam Pemantapan Kehidupan BerKoperasi ”


dengan memahami latar belakang, indikasi masalah dan batasan masalah. Secara garis besar
dasar pemikiran metode pemahaman dalam pengembangan untuk lebih memfokuskan latar
belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, analisa masalah dan batasan
masalah. Berbagai masalah yang akan di iddentifikasi dalam pemahaman dalam pemantapan
kehidupan berKoperasi , meliputi:
(a) Kualitas kelembagaan Koperasi masih rendah (belum berkembang).
(b) Praktek berKoperasi yang baik (best practice) belum dilaksanakan.
(c) Manfaat berKoperasi yang baik belum dirasakan oleh anggota dan masyarakat luas.
(d) Belum ada metode pemahaman dalam pengembangan dan pemantapan kehidupan
berKoperasi .
(e) Peran kelompok strategis, pemerhati Koperasi , pihak lain di luar instansi pemerintah
masih sangta terbatas.

Berbagai aspek yang akan dikaji dan dianalisis mencakup kelompok sasaran yaitu:

1. Pembina Koperasi tingkat Kabupaten/Kota


2. Pengurus Koperasi primer
3. Pengawas Koperasi
4. Manajer dan karyawan Koperasi
5. Anggota Koperasi dan kelompok strategis masyarakat

Dalam pengawasan metode pemahaman dalam pemantapan kehidupan berKoperasi ini


merupakan bentuk kajian atau penataan (studi) dan analisis dengan perangkat prosedur yang
umum dan lazim dilakukan dalam kegiatan/ aktivitas studi kajian. Dan sifat dari kegiatan ini
adalah untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman dalam pengembangan dan
pemantapan kehidupan berKoperasi .

Cara/metode kajian ini melalui pengumpulan data dan informasi yang menyangkut
kajian pustaka, yaitu melakukan pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan
pemahaman dan pemantapan kehidupan berKoperasi dalam bentuk kebijaksanaan tingkat
pusat, Propinsi, Daerah Istimewa, maupun Kabupaten.

Program peningkatan kualitas kelembagaan dan organisasi Koperasi apakah mampu


dipahami dan dapat meningkatkan pemantapan dalam pengembangan Koperasi .

1. Wawancara dna Informasi Observasi Lapangan, untuk melaksanakan wawancara,


baik menggunakan panduan wawancara (kuesioner maupun wawancara terbuka)
dengan pejabat tingkat I propinsi dan pejabat tingkat II kabupaten serta pembina tingkat
kabupaten kodya.
2. Diskusi, dengan berbagai pihak yang terkait dengan kegiatan kajian dan analisis ini.
3. Responden yang akan diwawancarai atau diajak diskusi dengan panduan kuesioner
akan dilakukan kepada pembina tingkat kabupaten/kota pengurrus Koperasi ,
pengawas, manager dan keryawan serta anggota kelompok strategis ini dimaksudkan
untuk mengetahui tingkat pemahaman mereka dalam Koperasi .
4. Kueisioner yang akan dikumpulkan melalui wawancar maupun angket akan dilakukan
analisa dengan menggunakan Skala Likert, Skala Guttman dan Rating Scale.
5. Analisa Skala Likert, dengan menggunakan analisa ini akan diketahui tingkat
pemahaman berKoperasi baik kapada pembina/penyuluh lapangan tingkat kabupaten
pengurus dan pengawas, manager dan karyawan serta anggota kelompk strategis.
6. Tingkat Pemahaman, dengan pengumpulan data melalui wawancara maupun
kueisioner akan diketahui tingkat pemahaman mereka.
7. Pemahaman Rata-Rata, berdasarkan analisa Rating Scale tingkat pemahaman rata-
rata baik pembina/penyuluh Koperasi kodya, pengawas Koperasi primer, pengawas
Koperasi , manajer dan karyawan serta anggota kelompok strategis.
8. Skala Guttman, dengan menggunakan analisa skala ini akan diketahui jawaban yang
tegas tingkat pemahaman dan pemantapan kehidupan berKoperasi skala guttman ini
kueisionernya dibuat dalam bentuk ceklist.
9. Diskripsi Data, yang terkumpul dari 3 propinsi yaitu propinsi Sumatera Utara, propinsi
Jawa Tengah dan Propinsi Sulawesi Tenggara akan dideskripsikan sehingga mudah
dipahami. Pendeskripsian data dilakukan melalui pengkajian data, dalam bentuk table
biasa. Dengan melakukan deskripsi dan analisis data berdasarkan kueisioner setelah
disusun akan diketahui tingkat pemahaman berKoperasi baik oleh petugas lapangan
tingkat kabupaten, pengurus Koperasi , manajer dan karyawan Koperasi , pengawas
Koperasi dan anggota kelompok strategis.
10. Kajian Pustaka yaitu melakukan pengumpulan data dan informasi yang berkaitan
dengan kegiatan penyusunan metode pemahaman dalampemantapan kehidupan
berKoperasi .
11. Tanya Jawab dan wawan cara dilaksanakan dnegan menggunakan panduan
wawancara (kuesioner) maupun wawancara terbuka (Depth interview) terhadap
responden.
12. Observasi/Pengamatan kebebrapa pembina, petugas pemahaman Koperasi
kabupaten, pengurus Koperasi , pengawas, manajer dan anggota kelompok strategis.
13. Metode Pengambilan Contoh (sampling metode), terhadap pembina, petugas
lapangan pemahaman Koperasi tingkat kabupaten/kota, pengurus Koperasi , pengawas
Koperasi , manajer dan karyawan, kelompok strategis dilakukan dengan “purpose
sampling”, yaitu dengan menganggap bahan (menganggap pembina, petugas
lapangan, manajer dan karyawan Koperasi , kelompok strategis) yangtelah ditetapkan
telah mewakili (“representative”) untuk satu populasi dalam daerah kegiatan kajian.
14. Jenis Data dan Sumber Data dalam penyusunan metode pemahaman dalam
pemantapan kehidupan berKoperasi dikumpulkan dalam data primer dan data
sekunder. Data Primer, bersumber dari Dinas Koperasi & UKM Kabupaten/Kota,
Koperasi Primer Kabupaten/Kota.

Data Sekunder, bersumber dari Kementrian Negara Koperasi dan UKM, Dinas
Koperasi & UKM Propinsi, Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten/Kodya tentang
perkembangan Koperasi 3 tahun terakhir di tingkat propinsi dan Kabupaten/Kota,
berkaitan dengan jumlah Koperasi , jumlah anggota Koperasi , volume usaha Koperasi ,
klasifikasi Koperasi , SHU Koperasi , fungsi dan peran pembina/petugas pemahaman
Koperasi di tingkat kabupaten/kodya, biaya untuk pemahaman, sarana dan prasarana.

15. Metode pemahaman dalam pemantapan kehidupan berKoperasi dilakukan melalui


pendekatan kualitatif. Adapun analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis
deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode analisis Skala Likert, analisis Skala
Guttman, dan analisis Rating Scale.
16. Kegiatan Kajian, penyusunan pemahaman dan pemantapan kehidupan berKoperasi
dilakukan secara garis besar menjadi 3 tahapan, yaitu:
a. Tahap pengumpulan data
b. Tahap pengolahan dan analisis data
c. Tahap penyusunan laporan
17. Kegiatan kajian penyusunan metode pemahaman dalam pemantapan kehidupan
berKoperasi adalah berkaitan dengan seberapa jauh tingkat pemahaman pembina atau
petugas pemahaman Koperasi tingkat kabupaten/kodya, pengurus Koperasi primer,
pengawas, manajer dan karyawan Koperasi serta anggota kelompok strategis berkaitan
dengan aspek-aspek antara lain sebagai berikut :
1) Tingkat pemahaman tentang pengertian Koperasi
2) Tingkat pemahaman tentang tujuan Koperasi
3) Tingkat pemahaman tentang organisasi Koperasi
4) Tingkat pemahaman tentang cara pendirian Koperasi
5) Tingkat pemahaman tentang pemegang kekuasaan tertinggi Koperasi
6) Tingkat pemahaman tentang pengertian anggota Koperasi
7) Tingkat pemahaman tentang rapat anggota Koperasi
8) Tingkat pemahaman tentang pengurus Koperasi
9) Tingkat pemahaman tentang pengawas Koperasi
10) Tingkat pemahaman tentang pengangkatan pengurus Koperasi
11) Tingkat pemahaman tentang pemberhentian pengurus Koperasi
12) Tingkat pemahaman tentang pengangkatan pengawas Koperasi
13) Tingkat pemahaman tentang pemberhentian pengawas Koperasi
14) Tingkat pemahaman tentang anggaran dasar Koperasi
15) Tingkat pemahaman tentang peran notaries dalam anggaran dasar Koperasi
16) Tingkat pemahaman tentang peran pejabat dalam anggaran dasar Koperasi
17) Tingkat pemahaman tentang masa kerja pengawas dan pengurus Koperasi
18) Tingkat pemahaman tentang isi anggaran dasar Koperasi dan anggaran rumah
tangga Koperasi
19) Tingkat pemahaman tentang pembuatan anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga Koperasi
20) Tingkat pemahaman tentang pengesahan anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga Koperasi
21) Tingkat pemahaman tentang jumlah minimal anggota Koperasi
22) Tingkat pemahaman tentang modal Koperasi
23) Tingkat pemahaman tentang pembukuan Koperasi
24) Tingkat pemahaman tentang sisa hasil usaha Koperasi
25) Tingkat pemahaman tentang pembagian sisa hasil usaha Koperasi
26) Tingkat pemahaman tentang pembubaran Koperasi
27) Tingkat pemahaman tentang badan hokum Koperasi
28) Tingkat pemahaman tentang manfaat kopersai
29) Tingkat pemahaman tentang keuntungan dan kerugian berKoperasi
30) Tingkat pemahaman tentang hak dan kewajiban pengurus Koperasi
31) Tingkat pemahaman tentang hak dan kewajiban pengawas Koperasi

1.4.2. Metode Analis

Dalam analisis kajian penyusunan metode pemahaman dalam pemantapan kehidupan


berKoperasi analisis yang digunakan adalah sebagai berikut ini.

1. Analisis Skala Likert


Analisis ini digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman pembina/petugas
pemahaman Koperasi tingkat kabupaten/kota. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
tingkat pemahaman petugas Koperasi lapangan terhadap materi yang perlu
disampaikan kepada pengawas, pengurus, manajer dan karyawan Koperasi , kelompok
strategis, anggota Koperasi . Demikian juga halnya pemahaman pengurus, pengawas,
serta kelompok strategis. Tingkat pemahaman dimulai tingkat yang paling paham
sampai tingkat yang paling tidak paham. Instrument yang digunakan antara 1 sampai 30
item tentang perKoperasi an, kemudian akan diketahui rata-rata pemahaman mereka
terhadap Koperasi .
2. Analisis Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat pendapat tegas tentang dan tidaknya
terhadap Koperasi . Pilihan tegas ini diberi skala bahwa bila mereka paham diberi skor 1
(satu) dan bila tidak paham diberi skor 0 (nol). Selanjutnya analisis dilakukan seperti
analisis Skala Likert.

3. Analisis Rating Scale


Analisis Rating Scale merupakan analisis kualitatif. Dalam skala model rating scale
responden tidak disuruh menjawab paham, tidak paham terhadap Koperasi , tetapi akan
menjawab salah satu dari pilihan jawaban kualitatif yang telah disediakan. Analisis rating
scale ini lebih fleksibel dari pada analisis skala likert.

Dengan menganalisis kajian metode pemahaman dalam pemantapan kehidupan


berKoperasi akan diperoleh kesimpulan tingkat pemahaman petugas lapangan Koperasi ,
pengurus dan pengawas Koperasi , Manajer dan karyawan Koperasi , serta anggota kelompok
strategis.

1.5. Output (hasil kajian)

Output atau hasil kerja dari kegiatan “Penyusunan Metode Pemahaman Dalam
Pemantapan Kehidupan BerKoperasi ” ini adalah suatu metode pemahaman dalam
pemantapan kehidupan berKoperasi untuk masing-masing kelompok sasaran seperti
dijelaskan pada sasaran kegiatan (Penyuluh Koperasi lapangan, Pengurus Koperasi ,
Pengawas Koperasi , Manajer dan Karyawan Koperasi dan Kelompok Strategis) dengan
berbagai cara dan media pemahaman kehidupan berKoperasi .

1.6. Ruang Lingkup Pekerjaan

Yang menjadi ruang lingkup kegiatan kajian penyusunan metode pemahaman dalam
pengembangan dan pemantapan kehidupan berKoperasi adalah:
a. Pelaksanaan organisasi dan penyiapan personil pelaksana kegiatan kajian.
b. Melakukan persiapan administrasi pengumpulan data.
c. Melakukan persiapan survey untuk observasi dan pengamatan terhadap obyek kajian,
berupa kueisioner.
d. Melakukan pengumpulan data sekunder pada instansi terkait baik dipusat, maupun
didaerah kajian.
e. Melakukan survey untuk inventarisasi dan identifikasi pemahaman dalam dan
pemantapan kehidupan berKoperasi oleh masyarakat, khususnya anggota Koperasi
didaerha kajian.
f. Melakukan wawancara dengan panduan menggunakan kuesioner dan wawancara
terbuka (depth interview) dengan responden, baik Koperasi maupun instansi terkait
didaerah kajian.
g. Melakukan kompilasi dan interpretasi data dan informasi, yang telah didapat, baik data
sekunder maupun data primer.
h. Melakukan analisis metode pemahaman dalam pemantapan kehidupan berKoperasi ,
dengan menggunakan data dan informasi yang telah didapat.
i. Pengolahan hasil survey, perumusan draft (konsep) “Metode Pemahaman Dalam
Pemantapan Kehidupan BerKoperasi ”, dilakukan diskusi pembahasan konsep awal
penyusunan metode pemahaman dalam pengembangan dan pemantapan kehidupan
berKoperasi bertempat di Jakarta.
j. Penyempurnaan konsep, penyusunan metode pemahaman dalam pemantapan
kehidupan berKoperasi , hasil diskusi pembahasan.
k. Penyusunan laporan akhir sebagai pertanggung jawaban kegiatan kajian.

1.7. Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan kajian, “Metode Pemahaman Dalam Pengembangan dan


pemantapan Kehidupan BerKoperasi ” telah ditetapkan yaitu :

1. Propinsi Sumatera Utara, diharapkan dapat mewakili karakteristik Koperasi berikut


petugas penyuluh lapangan Koperasi di pulau Sumatera dan Kalimantan. Untuk
Propinsi Sumatera Utara ini yang di jadikan sampel adalah kota medan dan kabupaten
deli serdang, masing-masing 2 (dua) Koperasi .
2. Propinsi Jawa Tengah, propinsi Jawa tengah diharapkan mampu mewakili karakteristik
pembina Koperasi lapangan dan Koperasi -Koperasi yang ada dipulau jawa. Untuk
kegiatan lokasi survey dilaksanakan 3 (tiga) Kabupaten/Kota yaitu kabupaten klaten
dengan 3 (tiga) Koperasi , Kabupaten Purbalingga dengan 3 (tiga) Koperasi .
3. propinsi Sulawesi Tenggara, diharapkan mampu mewakili karakteristik
pembina/penyuluh Koperasi lapangan dengan Koperasi yang ada di wilayah Indonesia
bagian timur. Untuk Propinsi Sulawesi Tenggara yang dijadikan sampel 2 (dua)
Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Konang dan Kota Kendari masing-masing 2 (dua)
Koperasi
BAB II

GAMBARAN UMUM KEHIDUPAN BERKOPERASI

2.1. Pengertian

Kehidupan Koperasi di Indonesia dilindungi oleh UUD 1945 dan Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1992 tentang perKoperasi an, sebagai payung hukum.
Dengan demikian Koperasi sebagai gerakan memiliki landasan hukum yang kuat.

Koperasi sebagai badan usaha, unutk memperoleh perlindungan hukum tata cara
pendirian Koperasi , dan tata kerja Koperasi mengikuti ketentuan tentang persyaratan dan Tata
cara pengesahan akta pendirian dan perubahan anggaran dasar Koperasi .

Isu nasional pada program peningkatan kualitas kelembagaan Koperasi , berkaitan


dengan :

a. peraturan yang belum kondusif bagi perkembangan Koperasi .


b. kapasitas pembina Koperasi yang kurang memadai, karena penempatan pejabat yang
tidak sesuai.
c. Pendidikan dan pengelolaan Koperasi yang kurang sehingga pemahaman pengelola
dan anggota terhadap Koperasi kurang.
d. Kurangnya sarana dan prasarana penunjang dalam pengembangan Koperasi .
e. Kurangnya insentifd dan fasilitas untuk pengembangan jaringan usaha antar Koperasi .

2.2. Arah Kebijakan Pemberdayaan Koperasi

Arah kebijakan pemberdayaan kopeprasi meliputi :

a. Meningkatkan daya saing yang diarahkan untuk memberikan konstribusi yang signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, sedangkan
pengembangan usaha skala mikro lebih diarahkan agar dapat memberikan kontribusi
terhadap peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah.
b. Memeperkuat kelembagaan usaha dengan menerapkan prinsip-prinsip tata
kepemeritahan yang baik (good govermance) dan berwawasan gender terutama untuk :
 Memperluas akses pada smuberdaya permodalan khususnya perbankan.
 Memperbaiki lingkungan usaha dan prosedur perijinan.
 Memperluas dan meningkatkan kualitas institusi pendukung yang menjalankan
fungsi intermediasi sebagai penyedia jasa pengembangan usaha, teknologi,
manajemen, pemasaran.
c. Membangun Koperasi yang diarahkan dan difokuskan pada upaya-upaya untuk :
 Membenahi dan memperkuat sasaran kelembagaan dan organisasi Koperasi di
tingkat makro, maupun mikro guna menciptakan iklim dan lingkungan usaha yang
kondusif bagi kemajuan Koperasi serta kepastian hukum yang semakin
terlindunginya Koperasi dan/atau anggotanya dari praktek persaingan yang tidak
sehat.
 Meningkatkan pemahaman, kepedulian dan dukungan pemanku kepentingan
(stake holder) kepada Koperasi .
 Meningkatkan kemandirian gerakan Koperasi

2.3. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan

Program peningkatan kualitas kelembagaan Koperasi bertujuan untuk meningkatkan


kualitas kelembagaan dan organisasi Koperasi agar Koperasi mampu tumbuh dan
berkembang secara sehat sesuai dengan jati dirinya menjajdi wadah kepentingan bersama bagi
anggotanya unutk memperoleh efisiensi kolektif sehingga citra Koperasi menjadi lebih baik.

Dengan demikian diharapkan kelembagaan dan organisasi Koperasi di tingkat Primer


dan Sekunder akan tertata dan berfungsi dengan baik, infrastruktur pendukung pengembangan
Koperasi semakin lengkap dan berkualitas, lembaga gerakan Koperasi semakin lengkap dan
berkualitas, lembaga gerakan Koperasi semakin berfungsi dan mandiri serta praktek
berKoperasi yang baik (best practice) semakin berkembang dimasyarakat.

2.4. Proses Pemahaman BerKoperasi

Proses pemahaman kehidupan berKoperasi dimulai dari pengertian Koperasi , tujuan


Koperasi , cara kerja Koperasi organisasi Koperasi , kemanfaatan bagi masyarakat
berKoperasi , aturan hukum atau perlindungan hukum bagi sebuah Koperasi .

Koperasi sebagai badan usaha dan Koperasi sebagai gerakan dalam proses
pemahamannya yang dilakukan oleh masyarakat secara garis besar digambarkan sbb :

Proses pemahaman berKoperasi sebagaimana gambar tersebut di atas, dapat


dijelaskan sebagai berikut :

 Mendengar : Menerima penjelasan dari sumber informasi berupa ucapan langsung


baik dari orangnya langsung maupun melalui radio tentang pemahaman
berKoperasi .
 Melihat : Menerima pengetahuan mengenai pemahaman berKoperasi baik
melalui penjelasan visual seperti Televisi, VCD/DVD, maupun melihat
langsung dan memperhatikan kegiatan atau praktek berKoperasi .
 Membaca : Penjelasan atau pengetahuan mengenai pemahaman kehidupan
berKoperasi dengan membaca melalui media cetak, seperti brosur,
leaflet, booklet, textbook, majalah, bulletin khusus Koperasi & UKM,
Koran, Diktat dan media cetak lainnya yang berkaitan atau ada
penjelasan mengenai pemahaman kehidupan berKoperasi .
 Mengerjakan : Pengetahuan mengenai pemahaman kehidupan berKoperasi yang
didapatkan melalui praktek/mengerjakan kehidupan berKoperasi ,
seperti praktek karena memang tugas dalam suatu studi/pendidikan,
karena magang, karena ingin mengetahui lebih jelas atau lebih dalam
mengenai kehidupan berKoperasi .

 Koperasi sebagai Badan Hukum :

Yaitu sesuai dengan fungsinya Koperasi melakukan usaha dengan modal yang
terkumpuk dari anggotanya untukmendapatkan keuntungan yang disebut sisa hasil
usaha, yang pada akhirnya dinikmati oleh anggota dalam meningkatkan
kesejahteraannya.

 Koperasi sebagai Gerakan :

Yaitu selaku badan yang beranggotankan orang-orang, Koperasi berpotensi untuk


dijadikan sarana untuk memperjuangkan cita-cita Koperasi dalam meningkatkan
kesejahteraan anggotanya. Koperasi mewakili anggotanya menjadi juru bicara pada
forum-forum tertentu, baik kepada pemerintah atau pihak lain.

 Bertujuan untuk mensejahterkan anggota :

Pada dasarnya usaha yang dilaksanakan Koperasi bertujuan untuk meningkatkan


kesejahteraan anggotanya. Peningkatan kesejahteraan anggota ini dapat dilaksanakan
melalui pengadaan dana dengan bunga yang rendah (KSP=Koperasi Simpan Pinjam)
atau pengadaan kebutuhan sehari-hari (Seperti sembako dengan harga terjangkau
(KSU=Koperasi Serba Usaha), maupun pengadaan keperluan usaha/produksi bagi
usaha (mata pencaharian) anggotanya berupa sarana produksinya seperti pupuk, bibit,
pestisida dan sarana lainnya (Koptan=Koperasi Tani), jaring, kail, pelampung, motor
temple peralatan lainnya (Koperasi nelayan). Selain itu keuntungan usaha Koperasi
sebagian besar akan kembali kepada anggota sebagai SHU (Sisa Hasil Usaha).

 AD/ART Koperasi :

Pada setiao Koperasi tentu ada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
(AD/ART) yang menjadi asas atau landasan bekerjanya suatu Koperasi .

 Organisasi dan Tata Kerja Koperasi :

Suatu Koperasi membentuk organisasi yang mengatur tata kerja baik ke dalam
maupun dalam hubungannya keluar.

 Organisasi dan Ketatalaksanaannya Bersifat Terbuka, Demokratis :


Sesuai dengan prinsipnya ketatalaksanaan Koperasi dilakukan secara demokratis.
Pengurus dipilih dalam rapat anggota Koperasi . anggota Koperasi dapat bertanya
tentang hal-hal yang berkaitan dengan usaha Koperasi kepada pengurus Koperasi .

 Pengawasan Dilakukan Oleh Badan Pengawas Yang Dipilih Oleh Rapat Anggota :

Badan pengawas Koperasi yang keberadaannya dipilih dari dan oleh anggota
Koperasi berfungsi melakukan pengawasan terhadap Koperasi dapat dengan baik,
tidak melakukan kesalahan atau kebijakan sesuai dengan aturan yang berlaku.

 Koperasi Dipimpin Oleh Pengurus Yang Dipilih Melaui Rapat Anggota :

Seperti halnya dengan pengawas, pengurus dipili dari dan oleh anggota dalam
rapat anggota untuk periode atau jangka waktu tertentu.

 Anggota Sebagai Pemilik dan Pengguna Koperasi :

Ciri khas Koperasi adalah bahwa anggota Koperasi sekaligus adalah anggota
yang juga menyimpan uangnya diKoperasi .

 Rapat Anggota Pemegang Kekuasaan Tertinggi :

Segala sesuatu yang berhubungan dengan pemilihan pengurus dan pengawas


Koperasi dilakukan dalam rapat anggota Koperasi .
BAB III
JENIS DAN METODE PEMAHAMAN DALAM PEMANTAPAN KEHIDUPAN BERKOPERASI

3.1. Klompok Sasaran

Berbagai kelompok sasaran dalam penyuluhan/pembinaan dalam pemantapan


kehidupan berKoperasi yang akan disajikan dalam bentuk “Metode Pemahaman Dalam
Pengembangan dan Pemantapan Kehidupan BerKoperasi ” dapat diilustrasikan sebagai
gambar berikut ini.

Kel. Sasaran Bentuk Metode Media

Diskusi Handout
Studi banding Brosur
Magang Leaflet
Individu Tatap Muka Anjangsana Booklet
P Getok Tular Text book
Tanya Jawab
E

M Ceramah Handout
P
Diskusi Brosur
A Tanya Jawab Leaflet
A
Kelompok Kalasikal Sarasehan Booklet
H
Pemainan peran Text book
H
Learning by doing Televise
A
Studi lapangan Film
A
M Koran/majalah
M
A Metode yang Radio
digunakan untuk Televisi
N mencapai Film
Massal Massal masyarakat pada Surat Kabar
umumnya : Majalah
misalntya, talk
show, cerita,
profil
Gambar 3.1 Metode pemahaman dalam pengembangan dan pemantapan kehidupan
berKoperasi

3.2. Metode pemahaman dalam pengembangan dan pemantapan kehidupan berKoperasi

a. Metode Pemahaman

Metode-metode pemahaman dalam Pengembangan dan pemantapan kehidupan


berKoperasi yang digmabarkan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut ini.

1. Diskusi : adalah pembahasan tentang suatu masalah/topic yang dilakukan oleh satu
atau dua orang untuk mendapatkan kesimpulan
2. Studi banding : adalah suatu kunjungan yang dilakukan oleh satu atau kelompok orang
dari suatu badan atau instansi ke instansi lain untuk mempelajari hal-hal yang
dibandingkan dengan hal yang sama di instansi orang atau sekelompok orang tersebut
3. Magang : adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dengan cara mengikuti kerja
orang lain sebelum orang tersebut melakukan pekerjaan sebagai pegawai
4. Anjangsana : adalah kunjungan yang dilakukan oleh seorang atau lebih ke suatu tempat
untuk mempelajari hal-hal yang perlu dicontoh
5. Getok Tular : berarti berantai atau estafet, dari seorang kepada orang lain
6. Tanya Jawab : ialah suatu bentuk penyampaian suatu hal melalui pertanyaan dan
jawaban
7. Ceramah : ialah pidato atau paparan yang disampaikan oleh seorang pembicara di
depan orang banyak
8. Sarasehan : ialah suatu pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan
pendapat para ahli mengenai suatu masalah dibidang tertentu
9. Permainan Peran : ialah mempelajari sesuatu dengan cara memainkan peran bagi para
pesertanya, biasanya apabila mempelajari hal-hal dalam Koperasi maka peserta
melakukan peran sebagai ketua, sekretaris, bendahara, manajer, dsb
10. Learning by Doing : kata learning berarti belajar dan doing berarti mengerjakan. Bila
seseorang mempelajari suatu hal, maka dia melakukan pembelajaran dengan cara
mengerjakan hal yang di pelajari. Calon kasir belajar tentang pekerjaannya dengan cara
melakukan/mempraktekan pekerjaan seorang kasir
11. Studi Lapangan : yaitu cara belajar sesuatu dengan cara mendatangi tempat atau
lapangan sesuai dengan bidang yang dipelajari, misalnya calon peternak sapi yang
sudah terlebih dahulu berjalan/beroperasi.
12. Talk Shangow : yaitu suatu acara televise yang menampilkan beberapa nara sumber
yang berbicara tentang suatu maslaah yang dapat ditonton oleh para pemirsanya
13. Cerita : adalah tuturan yang menjelaskan/menerangkan bagaimana terjadinya suatu
peristiwa.
BAB IV
METODE PEMAHAMAN DALAM KEHIDUPAN BERKOPERASI

4.1. Upaya Pemahaman yang telah dilakukan

Upaya Pemahaman yang telah dilakukan Pembina/Penyuluh disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Pemahaman Yang Telah Dilakukan

Persentase
No Kategori Sangat Cukup Kurang Sangat
baik baik Baik1 baik
1 Pemahaman pengurus tentang 28,57 28,57 42,86 0,00
pemahaman Koperasi
2 Tujuan Koperasi 42,86 14,29 42,86 0,00
3 Organisasi Koperasi 28,57 42,86 28,57 0,00
4 Badan hukum Koperasi 28,57 14,29 57,14 0,00
5 Tata cara pendirian Koperasi 28,57 28,57 42,86 0,00
6 Tata cara pembubaran Koperasi 28,57 42,86 28,57 0,00
7 Pemodalan Koperasi 14,29 42,86 42,86 0,00
8 Hak dan kewajiban pengurus 14,29 42,86 42,86 0,00
9 Hak dan kewajiban pengawas 28,57 42,86 28,57 0,00
10 Hak dan kewajiban manajer dan 28,57 42,86 28,57 0,00
karyawan Koperasi
11 Hak dan kewajiban anggota Koperasi 28,57 42,86 28,57 0,00
12 Usaha Koperasi 14,29 57,14 28,57 0,00
13 Pembukuan Koperasi 28,57 28,57 42,86 0,00
14 Pembagian SHU Koperasi 28,57 28,57 42,86 0,00
15 Pembagian SHU pengurus Koperasi 42,86 14,28 42,86 0,00
16 Pembagian SHU pengawas Koperasi 42,86 14,28 42,86 0,00
17 Pembagian SHU manajer dan 28,57 28,57 42,86 0,00
karyawan
18 Pembagian SHU anggota Koperasi 28,57 28,57 42,86 0,00
19 Koperasi primer 28,57 28,57 42,86 0,00
20 Koperasi sekunder 28,57 28,57 42,86 0,00
21 Gerakan Koperasi 42,86 14,28 42,86 0,00
22 Jumlah Koperasi primer 28,57 28,57 28,57 14,29
diwilayahkabupaten/kota
23 jumlah Koperasi sekunder di wilayah 28,56 14,29 42,86 14,29
kabupaten/kota
24 jumlah modal sendiri 28,56 14,29 42,86 14,29
25 Jumlah modal dari luar 28,57 14,29 57,14 0,00
Rata-rata 29,14 29,14 40,00 1,71
Berdasarkan table 4.1 bahwa pembina/penyuluh Koperasi sebagian besar yaitu 42,86
persen memahami kurang baik mengenai pengertian Koperasi diwilayah kerja, sedangkan
pembina/penyuluh memahami sangat baik dan cukup baik memahami mengenai oengertian
Koperasi diwilayah kerja yang masing-masing 28,57 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
pemahaman pembina/penyuluh mengenai Koperasi di wilayah kerja bervariasi.

Pembina/penyuluh Koperasi memahami sangat baik juga memahami sangat baik juga
memahami kurang baik seimbang mengenai tujuan Koperasi di wilayah kerja yang masing-
masing sebanyak 42,86 persen. Sedangkan pembina/penyuluh sangat cukup baik memahami
mengenai tujuan Koperasi diwilayah kerja sebanyak 14,29 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
pemahaman pembina/penyuluh mengenai tujuan Koperasi diwilayah kerja bervariasi.

Pembina/penyuluh Koperasi telah memahami cukup baik mengenai oraganisasi


Koperasi di wilayah kerja sebanyak 42,86 persen. Sedangkan pembina/penyuluh sangat baik
memahami mengenai organisasi Koperasi di wilayah kerja sebanyak 28,57 persen. Namun
pembina/penyuluh Koperasi kurang baik memahami mengenai organisasi Koperasi di wilayah
kerja sebanyak 28,57 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman pembina/penyuluh
mengenai organisasi Koperasi di wilayah kerja masih bervariasi.

Pembina/penyuluh Koperasi kurang baik memahami mengenai badan hukum Koperasi


di wilayah kerja sebanyak 57,14 persen. Namun pembina/penyuluh sangat baik memahami
mengenai mengenai badan hukum Koperasi di wilayah kerja sebanyak 28,57 persen,
sedangkan pembina/penyuluh cukup baik memahami mengenai badan hukum Koperasi di
wilayah kerja sebanyak 14,29 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman
pembina/penyuluh mengenai badan hukum Koperasi di wilayah kerja masih bervariasi.

Pembina/penyuluh Koperasi kurang baik memahami mengenai tata cara pendirian


Koperasi di wilayah kerja sebanyak 42,86 persen. Namun pembina/penyuluh sangat baik
memahami mengenai tata cara pendirian Koperasi di wilayah kerja 28,57 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa pemahaman pembina/penyuluh mengenai tata catra pendirian Koperasi di
wilayah kerja masih bervariasi.

Pembina/penyuluh Koperasi cukup baik memahami mengenai tata cara pembubaran


Koperasi di wilayah kerja sebanyak 42,86 persen, sedangkan pembina/penyuluh sangat baik
memahami mengenai tata cara pembubaran Koperasi di wilayah kerja sebanyak 28,57 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman pembina/penyuluh mengenai tata cara pendirian
Koperasi di wilayah kerja masih bervariasi.

Pembina/penyuluh Koperasi cukup baik memahami mengenai permodalan Koperasi di


wilayah kerja sebanyak 42,86 persen, sedangkan pembina/penyuluh sangat baik memahami
mengenai permodalan Koperasi di wilayah kerja sebanyak 14,29 persen. Namun
pembina/penyuluh Koperasi kurang baik memahami mengenai permodalan Koperasi di
wilayah kerja sebanyaj 42,86 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman
pembina/penyuluh mengenai permodalan Koperasi di wilayah kerja masih bervariasi.

Pembina/penyuluh Koperasi cukup baik memahami mengenai hak dan kewajiban


pengurus Koperasi di wilayah kerja sebanyak 42,86 persen, sedangkan pembina/penyuluh
sangat baik memahami mengenai hak dan kewajiban pengurus Koperasi di wilayah kerja
sebanyak /pen14,29 persen. Namun pembina/penyuluh kurang baik memahami mengenai hak
dan kewajiban pengurus Koperasi di wilayah kerja sebanyak 42,86 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa pemahaman pembina/penyuluh mengenai hak dan kewajiban pengurus
Koperasi di wilayah kerja masih bervariasi.

Pembina/penyuluh Koperasi memahami cukup baik mengenai hak dan kewajiban


manajer Koperasi di wilayah kerja sebanyak 42,86 persen, sedangkan pembina/penyuluh
memahami sangat baik mengenai hak dan kewajiban pengawas Koperasi diwilayah kerja
sebanyak 28,57 persen. Namun pembina/penyuluh kurang baik memahami mengenai hak dan
kewajiban pengawas Koperasi di wilayah kerja sebanyak 28,57 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa pemahaman pembina/penyuluh mengenai tata cara pendirian Koperasi di wilayah kerja
masih bervariasi.

Pembina/penyuluh Koperasi memahami cukup baik mengenai hak dan kewajiban


manajer Koperasi di wilayah kerja sebanyak 42,86 persen, sedangkan pembina/peynuluh
memahami sangat baik mengenai hak dan kewajiban manajer Koperasi di wilayah kerja
sebanyak 28,57 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman pembina/penyuluh mengenai
tata cara pendirian Koperasi di wilayah kerja masih bervariasi.

Pembina/penyuluh Koperasi memahami cukup baik mengenai hak dan kewajiban


anggota Koperasi di wilayah kerja sebanyak 42,86 persen, sedangkan pembina/penyuluh
memahami sangat hal dan kewajiban anggota Koperasi di wilayah kerja sebanyak 28,57
persen. Namun pembina/penyuluh baik memahami mengenai hak dan kewajiban anggota
Koperasi di wilayah kerja sebanyak 28,57 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman
pembina/penyuluh mengenai tata cara pendirian Koperasi di wilayah kerja masih bervariasi.

Pembina/penyuluh Koperasi memahami cukup baik mengenai usaha Koperasi di


wilayah kerja sebanyak 57,14 persen, sedangkan pembina/penyuluh memahami sangat baik
mengenai usaha Koperasi di wilayah kerja sebanyak 14,29 persen. Namun pembina/penyuluh
kurang baik memahami mengenai usaha Koperasi di wilayah kerja sebanyak 28,57 persen. Hal
ini menunjukkan bahwa pemahaman pembina/penyuluh mengenai usaha Koperasi di wilayah
kerja masih bervariasi.

Pembina/penyuluh Koperasi memahami kurang baik mengenai pembukuan Koperasi di


wilayah kerja sebanyak 42,86 persen. Namun pembina/penuyuluh Koperasi memahami sangat
baik mengenai pembukuan Koperasi di wilayah sebanyak 28,57 persen. Sedangkan
pembina/penyuluh cukup baik memahami mengenai pembukuan Koperasi di wilayah kerja
sebanyak 28,57 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman pembina/penyuluh mengenai
pembukuan Koperasi di wilayah kerja masih bervariasi.
Pembina/penyuluh Koperasi memahami kurang baik mengenai pembagian SHU
Koperasi di wilayah kerja sebanyak 42,86 persen. Namun pembina/penyuluh memahami sangat
baik mengenai pembagian SHU Koperasi di wilayah kerja sebanyak 28,57 persen. Sedangkan
pembina /penyuluh memahami mengenai pembagian SHU Koperasi di wilayah kerja sebanyak
28,57 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman pembina/penyuluh mengenai
pembagian SHU Koperasi di wilayah kerja masih bervariasi.

Pembina/penyuluh Koperasi sangat baik memahami mengenai pembagian SHU


pengurus Koperasi di wilayah kerja sebanyak 42,86 persen, sedangkan pembina/penyuluh
cukup baik memahami mengenai pembagian SHU pengurus Koperasi di wilayah kerja
sebanyak 14,28 persen. Namun pembina/penyuluh kurang baik memahami mengenai
pembagian SHU pengurus Koperasi di wilayah kerja sebanyak 42,86 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa pemahaman pembina/penyuluh mengenai pembagian SHU pengawas
Koperasi di wilayah kerja masih bervariasi.

Pembina/penyuluh Koperasi kurang baik memahami mengenai pembagian SHU


manajer dan karyawan Koperasi di wilayah kerja sebanyak 42,86 persen. Namun
pembina/penyuluh sangat baik memahami mengenai pembagian SHU manajer dan karyawan
Koperasi di wilayah kerja sebanyak 28,57 persen, seedangkan pembina/penyuluh cukup baik
memahami mengenai pembagian SHU manajer dan karyawan Koperasi di wilayah kerja
sebanyak 28,57 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman pembina/penyuluh mengenai
pembagian SHU manajer dan karyawan Koperasi di wilayah kerja masih bervariasi.

Pembina/penyuluh Koperasi kurang baik memahami mengenai pembagian SHU


anggota Koperasi di wilayah kerja sebanyak 42,86 persen. Namun pembina/penyuluh sangat
baik memahami mengenai pembagian SHU anggota Koperasi di wilayah kerja sebanyak 28,57
persen, sedangkan pembina/penyuluh cukup baik memahami mengenai pembagian SHU
anggota Koperasi di wilayah kerja sebanyak 28,57 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
pemahaman pembina/penyuluh mengenai pembagian SHU anggota Koperasi di wilayah kerja
masih bervariasi.

Pembina/penyuluh Koperasi kurang baik memahami mengenai pengertian Koperasi


primer Koperasi di wilayah kerja sebanyak 42,86 persen. Namun pembina/penyuluh sangat
baik memahami mengenai pengertian Koperasi primer di wilayah kerja sebanyak 28,57 persen,
sedangkan pembina/penyuluh cukup baik memahami mengenai pengertian Koperasi primer di
wilayah kerja sebanyak 28,57 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman
pembina/penyuluh mengenai pengertian Koperasi primer di wilayah kerja masih bervariasi.

Pembina/penyuluh Koperasi kurang baik memahami mengenai pengertian Koperasi


sekunder di wilayah kerja sebanyak 42,86 persen. Namun pembina/penyuluh sangat baik
memahami mengenai pengertian Koperasi sekunder di wilayah kerja sebanyak 28,57 persen,
sedangkan pembina/penyuluh cukup baik memahami mengenai pengertian Koperasi sekunder
di wilayah kerja sebanyak 28,57 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman
pembina/penyuluh mengenai pengertian Koperasi sekunder di wilayah kerja masih bervariasi.
Pembina/penyuluh Koperasi sangat baik memahami gerakan Koperasi di wilayah kerja
sebanyak 42,86 persen, sedangkan pembina/penyuluh cukup baik memahami mengenai
gerakan Koperasi di wilayah kerja sebanyak 14,28 persen. Namun pembina/penyuluh kurang
baik memahami mengenai pengertian gerakan Koperasi di wilayah kerja sebanyak 42,86
persen. Hal menunjukkan bahwa pemahaman pembina/penyuluh mengenai pengertian
Koperasi sekunder si wilayah kerja masih bervariasi.

Pembina/penyuluh Koperasi sangat baik memahami jumlah Koperasi primer di wilayah


kerja sebanyak 28,57 persen, sedangkan pembina/penyuluh cukup baik memahami jumlah
Koperasi primer di wilayah kerja sebanyak 28,57 persen. Namun pembina/penyuluh kurang
baik memahami jumlah Koperasi primer di wilayah kerja sebanyak 28,57 persen, bahkan
pembina/penyuluh sangat tidak baik memahami jumlah Koperasi primer di wilayah kerja
sebanyayak 14,29 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman pembina/penyuluh
mengenai jumlah Koperasi primer di wilayah kerja masih bervariasi.

Pembina/penyuluh Koperasi kurang baik memahami jumlah Koperasi sekunder di


wilayah kerja sebanyaj 42,86 persen, sedangkan pembina/penyuluh sangat tidak baik
memahami jumlah Koperasi sekunder di wilayah kerja sebanyak14,29 persen. Namun
pembina/penyuluh sangat baik memahami jumlah Koperasi sekunder di wilayah kerja
sebanyak 28,56 persen, bahkan pembina/penyuluh cukup baik memahami jumlah Koperasi
sekunder di wilayah kerja sebanyak 14,29 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pwmahaman
pembina/penyuluh mengenai jumlah Koperasi sekunder di wilayah kerja masih bervariasi.

Pembina/penyuluh Koperasi kurang baik memahami jumlah modal sendiri di wilayah


kerja sebanyak 42,86 persen, sedangkan pembina/penyuluh sangat tidak baik memahami
jumlah modal sendiri di wilayah kerja sebanyak 14,29 persen. Namun pembina/penyuluh sangat
baik memahami jumlah modal sendiri di wilayah kerja sebanyak 28,56 persen, bahkan
pembina/penyuluh cukup baik memahami jumlah modal sendiri di wilayah kerja sebanyak 14,29
persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman pembina/penyuluh mengenai jumlah modal
sendiri di wilayah kerja masih bervariasi.

4.2. Upaya Memberikan Pemahaman yang Telah Dilakukan

Berbagai cara memberikan pemahaman kehidupan berKoperasi telah dilakukan oleh


pembina/penyuluh. Namun dari beberapa upaya tersebut ada yang sudah mencapai sasaran
dan ada pula yang belum mencapai sasaran. Upaya memberikan pemahaman tergantung
kepada kredibilitas pembina/penyuluh, metode pemahaman, alat dan bahan yang digunakan
dan ketersediaan saran dan prasarana pemahaman. Upaya yang telah dilakukan dalan
memberikan pemahaman disajikan pada table 4.2.
Table 4.2. Upaya yang Telah Dilakukan dalam pemahaman kehidupan berKoperasi

Persentase
No Kategori
Paham Tidak
Paham
1 Bahan pemahaman berKoperasi terhadap pengurus 100,00 0,00
2 Bahan pemahaman berKoperasi terhadap pengawas 85,71 14,29
3 Bahan pemahaman berKoperasi terhadap manajer dan 85,71 14,29
karyawan
4 Bahan pemahaman berkopearasi terhadap kelompok 71,43 28,57
strategis
5 Bahan pemahaman berKoperasi terhadap pengertian 85,71 14,29
Koperasi
6 Bahan pemahaman tujuan Koperasi 85,71 14,29
7 Bahan pemahaman organisasi Koperasi 85,71 14,29
8 Bahan pemahaman badan hukum Koperasi 100,00 0,00
9 Bahan pemahamn tata cara pendirian Koperasi 85,71 14,29
10 Bahan pemahaman tata cara pembubaran Koperasi 85,71 14,29
11 Bahan pemahaman permodalan Koperasi 71,43 28,57
12 Bahan pemahaman hak dan kewajiban pengurus 100,00 0,00
Koperasi
13 Bahan pemahaman hak dan kewajiban pengawas 100,00 0,00
Koperasi
14 Bahan pemahaman hak dan kewajiban manajer dan 100,00 0,00
karyawan Koperasi
15 Bahan pemahaman hak dan kewajiban anggota Koperasi 71,43 28,57
16 Bahan pemahaman usaha Koperasi 85,71 14,29
17 Bahan pemahaman pembukuan Koperasi 85,71 14,29
18 Bahan pemahaman SHU Koperasi 85,71 14,29
19 Bahan pemahaman pembagian SHU 85,71 14,29
20 Bahan pemahaman pembagian SHU pengurus Koperasi 85,71 14,29
21 Bahan pemahaman pembagian SHU pengawas Koperasi 85,71 14,29
22 Bahan pemahaman pembagian SHU manajer dan 85,71 14,29
karyawan Koperasi
23 Bahan pemahaman pembagian SHU anggota Koperasi 85,71 14,29
24 Bahan pemahaman Koperasi primer 85,71 14,29
25 Bahan pemahaman Koperasi sekunder 85,71 14,29
26 Bahan pemahaman gerakan Koperasi 100,0 0,00
27 Bahan pemahaman jumlah volume usaha Koperasi 71,43 28,57
28 Bahan pemahaman modal sendiri Koperasi 100,0 0,00
29 Bahan pemahaman modal dari luar Koperasi 100,0 0,00
Rata-rata 87,68 12,32
Sumber : hasil pengolahan data primer, 2009
Table 4.2 menjelaskan bahwa upaya pemahaman berKoperasi terhadap pengurus 100
persen paham. Upaya pemahaman berKoperasi terhadap pengawas 85,71 persen paham
sedangkan 14,29 persen tidak paham. Upaya pemahaman berKoperasi terhadap manajer dan
karyawan 85,71 persen paham sedangkan 14,29 persen tidak paham. Upaya pemahaman
berKoperasi terhadap kelompok strategis 71,43 persen paham sedangkan 28,57 persen tidak
paham. Upaya pemahaman pengurus mengenai pengertian Koperasi 71,43 persen paham
sedangkan 28,57 persen tidak paham. Upaya pemahaman mengenai tujuan Koperasi 85,71
persen paham sedangkan 14,29 persen tidak paham. Upaya pemahaman mengenai organisasi
Koperasi 85,71 persen paham sedangkan 14,29 persen tidak paham. Upaya pemahaman
mengenai tata cara pendirian Koperasi 85,71 persen paham sedangkan 14,29 persen tidak
paham. Upaya pemahaman mengenai tata cara pembubaran Koperasi 85,71 persen paham
sedangkan 14,29 persen tidak paham.

Upaya pemahaman permodalan Koperasi 71,43 persen paham sedangkan 28,57


persen tidak paham. Upaya pemahaman hak dan kewajiban pengurus Koperasi 100 persen
paham. Upaya pemahaman hak dan kewajiban pengawas Koperasi 100 persen paham. Upaya
pemahaman hak dan kewajiban manajer dan karyawan Koperasi 100 persen paham. Upaya
pemahaman mengenai hak dan kewajiban Koperasi 85,71 persen paham sedangkan 14,29
persen tidak paham. Upaya pemahaman usaha Koperasi 85,71 persen paham sedangkan
14,29 persen tidak paham.

Upaya pemahaman pembukuan Koperasi 85,71 persen saham sedangkan 14,29


persen tidak paham. Upaya pemahaman SHU Koperasi 85,71 persen paham sedangkan 14,29
persen tidak paham. Upaya pemahaman SHU Koperasi 85,71 persen paham sedangkan 14,29
persen tidak paham. Upaya pemahaman pembagian SHU pengurus Koperasi 85,71 persen
paham sedangkan 14,29 persen tidak paham. Upaya pemahaman SHU pengawas Koperasi
85,71 persen paham sedangkan 14,29 persen tidak paham.

Upaya pemahaman pembagian SHU manajer dan karyawan Koperasi 85,71 persen
paham sedangkan 14,29 persen tidak paham. Upaya pemahaman pembagian SHU manajer
dan karyawan Koperasi 85,71 persen paham sedangkan 14,29 persen tidak paham. Upaya
pemahaman Koperasi primer 85,71 persen paham sdangkan 14,29 persen tidak paham. Upaya
pemahaman sekunder 85,71 persen paham sedangkan 14,29 persen tidak paham. Upaya
pemahaman gerakan Koperasi 100 persen paham. Upaya pemahaman volume usaha
Koperasi 71,43 persen paham sedangkan 28,57 persen tidak paham. Upaya pemahaman
modal sendiri Koperasi 100 persen paham. Upaya pemahaman modal dari luar Koperasi 100
persen paham.

4.3. Bahan Yang Digunakan untuk Pemahaman BerKoperasi

Bahan yang digunakan dalam memberikan pemahaman mengenai kehidupan


berKoperasi sangat menentukan. Jenis dan bahan yang memadai akan lebih cepat memproses
pemahaman kehidupan berKoperasi . Ada baiknya jika bahan yang digunakan tidak tepat dan
jumlahnya kurang akan menentukan pula dalam penerimaan proses pemahaman. Bahan yang
digunakan akan lebih memperjelas dan mempercepat proses penerimaan pesan yang
disampaikan, sehingga masyarakat akan lebih cepat menerima dan memahaminya. Bahan
yang digunakan untuk pemahaman berKoperasi disajikan pda table 4.3.

Table 4.3 bahan yang digunakan untuk pemahaman berKoperasi

Persentase
No Kategori
Paham Tidak
Paham
1 Melakukan pemahaman berKoperasi terhadap pengurus 100,00 0,00
2 Melakukan pemahaman berKoperasi terhadap 85,71 14,29
pengawas
3 Melakukan pemahaman berKoperasi terhadap manajer 85,71 14,29
dan karyawan
4 Melakukan pemahaman berkopearasi terhadap 71,43 28,57
kelompok strategis
5 Melakukan pemahaman berKoperasi terhadap 71,43 28,57
pengertian Koperasi
6 Melakukan pemahaman tujuan Koperasi 85,71 14,29
7 Melakukan pemahaman organisasi Koperasi 85,71 14,29
8 Melakukan pemahaman badan hukum Koperasi 100,00 0,00
9 Melakukan pemahamn tata cara pendirian Koperasi 85,71 14,29
10 Melakukan pemahaman tata cara pembubaran Koperasi 85,71 14,29
11 Melakukan pemahaman permodalan Koperasi 71,43 28,57
12 Melakukan pemahaman hak dan kewajiban pengurus 100,00 0,00
Koperasi
13 Melakukan pemahaman hak dan kewajiban pengawas 100,00 0,00
Koperasi
14 Melakukan pemahaman hak dan kewajiban manajer dan 100,00 0,00
karyawan Koperasi
15 Melakukan pemahaman hak dan kewajiban anggota 85,71 14,29
Koperasi
16 Melakukan pemahaman usaha Koperasi 85,71 14,29
17 Melakukan pemahaman pembukuan Koperasi 85,71 14,29
18 Melakukan pemahaman SHU Koperasi 85,71 14,29
19 Melakukan pemahaman pembagian SHU 85,71 14,29
20 Melakukan pemahaman pembagian SHU pengurus 85,71 14,29
Koperasi
21 Melakukan pemahaman pembagian SHU pengawas 85,71 14,29
Koperasi
22 Melakukan pemahaman pembagian SHU manajer dan 85,71 14,29
karyawan Koperasi
23 Melakukan pemahaman pembagian SHU anggota 85,71 14,29
Koperasi
24 Melakukan pemahaman Koperasi primer 85,71 14,29
25 Melakukan pemahaman Koperasi sekunder 85,71 14,29
26 Melakukan pemahaman gerakan Koperasi 85,71 14,29
27 Melakukan pemahaman jumlah volume usaha Koperasi 100,0 0,00
28 Melakukan pemahaman modal sendiri Koperasi 71,43 28,57
29 Melakukan pemahaman modal dari luar Koperasi 100,0 0,00
Rata-rata 87,19 12,81
Sumber : hasil pengolahan data primer, 2009

Table 4.3 menjelaskan bahan pemahaman berKoperasi yang di gunakan kepada


pengurus 100 ada. Bahan pemahaman berKoperasi yang digunakan kepdaa pengawas 85,71
persen adadan 14,29 persen tidak ada. Bahan pemahaman berKoperasi yang digunakan
kepada manajer dan karyawan 85,71 persen ada dan 14,29 persen tidak ada. Bahan
pemahaman berKoperasi yang digunakan kepada kelompok strategis 71,43 persen ada dan
28,57 persen tidak ada. Bahan pemahaman pengurus mengenai pengertian Koperasi 71,43
persen ada dan 28,57 persen tidak ada. Bahan yang digunakan unutuk pemahaman
berKoperasi mengenai pengertian Koperasi 85,71 persen ada dan 14,29 persen tidak ada.
Bahan yang digunakan untuk pemahaman berKoperasi mnegenai organisasi Koperasi 85,71
persen ada dan 14,29 eprsen tidak ada.

Bahan yang digunakan untuk pemahaman berKoperasi mengenai pemahaman badan


hukum Koperasi 100 persen ada. Bahan yang digunakan untuk pemahaman berKoperasi
mengenai pemahaman tata cara pendirian Koperasi 85,71 persen ada sedangkan 14,29
persen tidak ada. Bahan yang digunakan untuk pemahaman berKoperasi mengenai
pemahaman tata cara pembubaran berKoperasi 85,71 persen ada sedangkan 14,29 persen
tidak ada. Bahan yang digunakan untuk pemahaman berKoperasi mengenai pemahaman
permodalan Koperasi 71,43 persen ada sedangkan 28,57 persen tidak ada. Bahan yang
digunakan untuk pemahaman berKoperasi mengenai hak dan kewajiban pengurus Koperasi
100 persen ada. Bahan yang digunakan untuk pemahaman berKoperasi mengenai hak dan
kewajiban pengawas Koperasi 100 persen ada.

Bahan yang digunakan untuk pemahaman berKoperasi mengenai hak dan kewajiban
manajer dan karyawan Koperasi 100 persen ada. Bahan yang digunakan untuk pemahaman
berKoperasi mengenai hak dan kewajiban angoota Koperasi 85,71 persen ada sedangkan
14,29 persen tidak ada. Bahan yang digunakan untuk pemahaman berKoperasi mengenai
usaha Koperasi 85,71 persen ada sedangkan 14,29 persen tidak ada. Bahan yang digunakan
untuk pemahaman berKoperasi mengenai pembukuan Koperasi 85,71 persen ada sedangkan
14,29 persen tidak ada. Bahan yang digunakan untuk pemahaman berKoperasi mengenai
pembagian SHU Koperasi 85,71 persen ada sedangkan 14,29 persen tidak ada. Bahan yang
digunakan unutk pemahaman berKoperasi mengenai pembagian SHU pengurus Koperasi
85,71 persen ada.

Bahan yang digunakan untuk pemahaman berKoperasi mengenai pembagian SHU


pengawas Koperasi 85,71 persen sudah ada sedangkan 14,29 persen tidak ada. Bahan yang
digunakan untuk pemahaman berKoperasi mengenai pembagian SHU manajer dan karyawan
Koperasi 85,71 persen ada sedangkan 14,29 persen tidak ada. Bahan yang digunakan untuk
pemahaman berKoperasi mengenai pembagian SHU anggota Koperasi 85,71 persen ada
sedangkan 14,29 persen tidak ada. Bahan yang digunakan untuk pemahaman berKoperasi
mengenai Koperasi primer 85,71 persen ada sedangkan 14,29 persen tidak ada.
Bahan yang digunakan untuk pemahaman berKoperasi mengenai Koperasi sekunder
85,71 persen ada sedangkan 14,29 persen tidak ada. Bahan yang digunakan unutk
pemahaman berKoperasi mengenai gerakan Koperasi 85,71 persen ada sedangkan 14,29
persen tidak ada. Bahan yang digunakan untuk pemahaman berKoperasi mengenai volume
usaha 100 persen ada. Bahan yang digunakan untuk pemahaman berKoperasi mengenai
modal sendiri Koperasi 71,43 persen ada sedangkan 28,57 persen tidak ada. Bahan yang
digunakan untuk pemahaman berKoperasi mengenai modal dari luar Koperasi .

4.4. Biaya Yang Digunakan untuk Pemahaman BerKoperasi

Ketersediaan biaya yang digunakan untuk pemahaman berKoperasi disajikan


pada table 4.4

Tabel 4.4 ketersediaan biaya yang digunakan unutk pemahaman berKoperasi

Persentase
No Kategori
Tersedia Tidak
Tersedia
1 Biaya pemahaman berKoperasi terhadap pengurus 71,43 28,57
2 Biaya pemahaman berKoperasi terhadap pengawas 71,43 28,57
3 Biaya pemahaman berKoperasi terhadap manajer dan 57,14 42,86
karyawan
4 Biaya pemahaman berkopearasi terhadap kelompok strategis 71,43 28,57
5 Biaya pemahaman berKoperasi terhadap pengertian Koperasi 71,43 28,57
6 Biaya pemahaman tujuan Koperasi 71,43 28,57
7 Biaya pemahaman organisasi Koperasi 71,43 28,57
8 Biaya pemahaman badan hukum Koperasi 71,43 28,57
9 Biaya pemahamn tata cara pendirian Koperasi 71,43 28,57
10 Biaya pemahaman tata cara pembubaran Koperasi 71,43 28,57
11 Biaya pemahaman permodalan Koperasi 71,43 28,57
12 Biaya pemahaman hak dan kewajiban pengurus Koperasi 71,43 28,57
13 Biaya pemahaman hak dan kewajiban pengawas Koperasi 71,43 28,57
14 Biaya pemahaman hak dan kewajiban manajer dan karyawan 71,43 28,57
Koperasi
15 Biaya pemahaman hak dan kewajiban anggota Koperasi 71,43 28,57
16 Biaya pemahaman usaha Koperasi 71,43 28,57
17 Biaya pemahaman pembukuan Koperasi 71,43 28,57
18 Biaya pemahaman SHU Koperasi 71,43 28,57
19 Biaya pemahaman pembagian SHU 71,43 28,57
20 Biaya pemahaman pembagian SHU pengurus Koperasi 71,43 28,57
21 Biaya pemahaman pembagian SHU pengawas Koperasi 71,43 28,57
22 Biaya pemahaman pembagian SHU manajer dan karyawan 71,43 28,57
Koperasi
23 Biaya pemahaman pembagian SHU anggota Koperasi 71,43 28,57
24 Biaya pemahaman Koperasi primer 28,57 71,43
25 Biaya pemahaman Koperasi sekunder 42,86 57,14
26 Biaya pemahaman gerakan Koperasi 42,86 57,14
27 Biaya pemahaman jumlah volume usaha Koperasi 71,43 28,57
28 Biaya pemahaman modal sendiri Koperasi 71,43 28,57
29 Biaya pemahaman modal dari luar Koperasi 71,43 28,57
Rata-rata 87,19 12,81
Sumber : pengolahan data primer 2009

Tabel 4.4 menjelaskan ketersediaan biaya untuk pemahaman berKoperasi terhadap


pengurus 71,43 persen tersedia sedangkan 28,75 persen tidak tersedia. Ketersediaan biaya
unutk pemahaman berKoperasi terhadap pengawas 71,43 persen tersedia sedangkan 28,75
persen tidak tersedia. Ketersediaan biaya untuk pemahaman berKoperasi terhadap manajer
dan karyawan 57,14 persen tersedia sedangkan 42,86 persen tidak tersedia. Ketersediaan
biaya untuk pemahaman berKoperasi terhadap kelompok strategis 57,14 persen tersedia
sedangkan 42,86 persen tidak tersedia. Ketersediaan biaya untuk pemahaman berKoperasi
mengenai pengertian Koperasi 71,43 persen tersedia sedangkan 28,57 persen tidak tersedia.
Ketersediaan biaya unutk pemahaman berKoperasi mengenai tujuan Koperasi 71,43 persen
tersedia sedangkan 28,57 persen tidak tersedia. Ketersediaan biaya untuk pemahaman
berKoperasi mengenai organisasi Koperasi 71,43 persen tersedia sedangkan 29,57 persen
tidak tersedia. Ketersediaan biaya untuk pemahaman badan hukum Koperasi 71,43 persen
tersedia dan 28,57 persen tidak tersedia.

Ketersediaan biaya untuk pemahaman mengenai hak dan kewajiban pengawas


Koperasi 71,43 persen tersedia dan 28,57 persen tidak tersedia. Ketersediaan biaya untuk
pemahaman mengenai hak dan kewajiban manajer dan karyawan Koperasi 71,43 tersedia dan
28,57 persen tidak tersedia. Ketersediaan biaya unutk pemahaman mengenai hak dan
kewajiban anggota Koperasi 71,43 persen tersedia dan 28,57 persen tidak tersedia.
Ketersediaan biaya untuk pemahaman mengenai usaha Koperasi 71,43 persen tersedia dan
28,57 persen tidak tersedia. Ketersediaan biaya untuk pemahaman mengenai pembukuan
Koperasi 71,43 persen tersedia dan 28,57 persen tidak tersedia.

Ketersediaan biaya untuk pemahaman mengenai SHU Koperasi 71,43 persen tersedia
dan 38,57 persen tidak tersedia. Ketersediaan biaya untuk pemahaman mengenai pembagian
SHU Koperasi 71,43 persen tersedia dan 28,57 persen tidak tersedia. Ketersediaan biaya
untuk pemahaman mengenai pembagian pengurus Koperasi 71,43 persen tersedia dan 28,57
persen tidak tersedia. Ketersediaan biaya unutk pemahaman mengenai pembagian SHU
pengawas Koperasi 71,43 persen tersedia dan 28,57 persen tidak tersedia. Ketersediaan untuk
pemahaman mengenai pembagian SHU manajer dan karyawan Koperasi 71,43 persen
tersedia dan 28,57 persen tidak tersedia. Ketersediaan biaya untuk pemahaman mengenai
pembagian SHU anggota Koperasi 71,43 persen tersedia dan 28,57 persen tidak tersedia.

Ketersediaan biaya untuk pemahaman mengenai Koperasi primer 28,57 persen


tersedia dan 71,43 persen tidak tersedia. Ketersediaan biaya untuk pemahaman mengenai
Koperasi sekunder 42,86 persen tersedia dan 57,14 persen tidak tersedia. Ketersediaan biaya
untuk pemahaman mengenai gerakan Koperasi 42,86 persen tersedia dan 57,14 persen tidak
tersedia. Ketersediaan biaya biaya untuk pemahaman mengenai volume usaha Koperasi 71,43
persen tersedia dan 28,57 persen tidak tersedia. Ketersediaan biaya untuk pemahamn
mengenai modal sendiri Koperasi 71,43 persen tersedia dan 28,57 persen tidak tersedia.
Ketersediaan biaya untuk pemahaman mengenai modal dari luar Koperasi 71,43 persen
tersedia dan 28,57 persen tidak tersedia.
4.5. Sarana Yang Digunakan untuk Pemahaman BerKoperasi

Sarana yang digunakan untuk pemahaman berKoperasi terhadap pengurus Koperasi


disajikan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 ketersediaan biaya yang digunakan untuk pemahaman berKoperasi

Persentase
No Kategori
Tersedia Tidak
Tersedia
1 Sarana pemahaman berKoperasi terhadap pengurus 71,43 28,57
2 Sarana pemahaman berKoperasi terhadap pengawas 71,43 28,57
3 Sarana pemahaman berKoperasi terhadap manajer dan karyawan 71,43 28,57
4 Sarana pemahaman berkopearasi terhadap kelompok strategis 42,86 57,14
5 Sarana pemahaman berKoperasi terhadap pengertian Koperasi 71,43 28,57
6 Sarana pemahaman tujuan Koperasi 71,43 28,57
7 Sarana pemahaman organisasi Koperasi 71,43 28,57
8 Sarana pemahaman badan hukum Koperasi 71,43 28,57
9 Sarana pemahamn tata cara pendirian Koperasi 71,43 28,57
10 Sarana pemahaman tata cara pembubaran Koperasi 57,14 28,57
11 Sarana pemahaman permodalan Koperasi 71,43 28,57
12 Sarana pemahaman hak dan kewajiban pengurus Koperasi 71,43 28,57
13 Sarana pemahaman hak dan kewajiban pengawas Koperasi 71,43 28,57
14 Sarana pemahaman hak dan kewajiban manajer dan karyawan 71,43 28,57
Koperasi
15 Sarana pemahaman hak dan kewajiban anggota Koperasi 71,43 28,57
16 Sarana pemahaman usaha Koperasi 71,43 28,57
17 Sarana pemahaman pembukuan Koperasi 71,43 28,57
18 Sarana pemahaman SHU Koperasi 71,43 28,57
19 Sarana pemahaman pembagian SHU 71,43 28,57
20 Sarana pemahaman pembagian SHU pengurus Koperasi 71,43 28,57
21 Sarana pemahaman pembagian SHU pengawas Koperasi 71,43 28,57
22 Sarana pemahaman pembagian SHU manajer dan karyawan Koperasi 71,43 28,57
23 Sarana pemahaman pembagian SHU anggota Koperasi 71,43 28,57
24 Sarana pemahaman Koperasi primer 42,86 57,14
25 Sarana pemahaman Koperasi sekunder 42,86 57,14
26 Sarana pemahaman gerakan Koperasi 28,57 71,43
27 Sarana pemahaman jumlah volume usaha Koperasi 71,43 28,57
28 Sarana pemahaman modal sendiri Koperasi 71,43 28,57
29 Sarana pemahaman modal dari luar Koperasi 71,43 28,57
Rata-rata 66,50 33,50
Sumber : pengolahan data primer 2009

Tabel 4.5 menjelaskan bahwa ketersediaan sarana untuk pemahaman berKoperasi


terhadap pengurus Koperasi 71,43 persen ada dan 28,57 persen tidak ada. Ketersediaan
sarana untuk pemahaman berKoperasi terhadap pengawas Koperasi 71,43 persen ada dan
28,57 persen tidak ada. Ketersediaan sarana untuk pemahaman berKoperasi terhadap
manajer dan karyawan Koperasi 71,43 persen ada dan 28,57 peren tidak ada. Ketersediaan
sarana untuk pemahaman berKoperasi terhadap kelompok strategis 57,14 persen tidak ada
dan 42,76 persen ada. Ketersediaan sarana untuk pengurus mengenai pengertian Koperasi
71,43 persen ada dan 28,57 persen tidak ada. Ketersediaan sarana pemahaman pengertian
tujuan Koperasi 71,43 persen ada dan 28,57 persen tidak ada. Ketersediaan sarana untuk
pemahaman pengertian organisasi Koperasi 71,43 persen ada dan 28,57 persen tidak ada.

Ketersediaan sarana untuk pemahaman badan hukum Koperasi 71,43 persen ada dan
28,57 persen tidak ada. Ketersediaan sarana untuk pemahaman tata cara pendirian Koperasi
71,43 persen ada dan 28,57 persen tidak ada. Ketersediaan sarana untuk pemahaman tata
cara pembubaran Koperasi 57,14 persen ada sedangkan 42,86 persen tidak ada. Ketersediaan
sarana untuk pemahaman permodalan Koperasi 71,43 persen ada sedangkan 28,57 persen
tidak ada. Ketersediaan sarana untuk pemahaman hak dan kewajiban pengurus Koperasi
71,43 persen ada sedangkan 28,57 persen tidak ada. Ketersediaan sarana untuk pemahaman
hak dan kewajiban pengawas Koperasi 71,43 persen ada sedangkan 28,57 persen tidak ada.
Ketersediaan sarana untuk pemahaman manajer dan karyawan Koperasi 71,43 persen ada
sedangkan 28,57 persen tidak ada. Ketersediaan sarana untuk pemahaman hak dan kewajiban
anggota Koperasi 71,43 persen ada sedangkan 28,57 persen tidak ada.

Ketersediaan sarana untuk pemahaman usaha Koperasi 71,43 persen ada sedangkan
28,57 persen tidak ada. Ketersediaan sarana untuk pemahaman pembukuan Koperasi 71,43
persen ada sedangkan 28,57 persen tidak ada. Ketersediaan sarana untuk pemahaman SHU
Koperasi 71,43 persen ada sedangkan 28,57 persen tidak ada. Ketersediaan sarana untuk
pemahaman pembagian SHU Koperasi 71,43 persen ada sedangkan 28,57 persen tidak ada.
Ketersediaan sarana untuk pemahaman pembagian SHU pengurus Koperasi 71,43 persen ada
sedangkan 28,57 persen tidak ada. Ketersediaan sarana untuk pemahaman pembagian SHU
pengawas Koperasi 71,43 persen ada sedangkan 28,57 persen tidak ada. Ketersediaan sarana
untuk pemahaman pembagian SHU manajer dan karyawan Koperasi 71,43 persen ada
sedangkan 28,57 persen tidak ada. Ketersediaan sarana untuk pemahaman pembagian SHU
anggota Koperasi 71,43 persen ada sedangkan 28,57 persen tidak ada. Ketersediaan sarana
untuk pemahaman Koperasi primer 57,14 persen tidak ada sedangkan sedangkan 42,86
persen ada. Ketersediaan sarana untuk pemahaman Koperasi sekunder 57,14 persen tidak
ada sedangkan sedangkan 42,86 persen ada. Ketersediaan sarana untuk pemahaman gerakan
Koperasi 71,43 persen tidak ada sedangkan 28,57 persen ada. Ketersediaan sarana untuk
pemahaman volume usaha Koperasi 71,43 persen tidak ada sedangkan 28,57 persen ada.
Ketersediaan sarana untuk pemahaman modal sendiri Koperasi 71,43 persen tidak ada
sedangkan 28,57 persen ada. Ketersediaan sarana untuk pemahaman modal modal dari luar
Koperasi 71,43 persen tidak ada sedangkan 28,57 persen ada.

4.6. Tenaga yang digunakan untuk pemahaman berKoperasi


Ketersediaan tenaga kerja untuk melakukan pemahaman mengenai kehidupan
berKoperasi menentukan cepat dan lampatnya proses pemahaman. Selain jumlah
ketersediaan tenaga kerja juga perlu diperhatikan mengenai kompetensinya baik mengenai
teknis, manajemen maupun kewirausahaan. Ketersediaan tenaga yang digunakan untuk
pemahaman berKoperasi disajikan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 ketersediaan sarana pemahaman berKoperasi

Persentase
No Kategori
Tersedia Tidak
Tersedia
1 Tenaga pemahaman berKoperasi terhadap pengurus 100,00 0,00
2 Tenaga pemahaman berKoperasi terhadap pengawas 100,00 0,00
3 Tenaga pemahaman berKoperasi terhadap manajer dan karyawan 100,00 0,00
4 Tenaga pemahaman berkopearasi terhadap kelompok strategis 85,71 14,29
5 Tenaga pemahaman berKoperasi terhadap pengertian Koperasi 100,00 0,00
6 Tenaga pemahaman tujuan Koperasi 100,00 0,00
7 Tenaga pemahaman organisasi Koperasi 100,00 0,00
8 Tenaga pemahaman badan hukum Koperasi 100,00 0,00
9 Tenaga pemahamn tata cara pendirian Koperasi 100,00 0,00
10 Tenaga pemahaman tata cara pembubaran Koperasi 85,71 14,29
11 Tenaga pemahaman permodalan Koperasi 100,00 0,00
12 Tenaga pemahaman hak dan kewajiban pengurus Koperasi 100,00 0,00
13 Tenaga pemahaman hak dan kewajiban pengawas Koperasi 100,00 0,00
14 Tenaga pemahaman hak dan kewajiban manajer dan karyawan 100,00 0,00
Koperasi
15 Tenaga pemahaman hak dan kewajiban anggota Koperasi 100,00 0,00
16 Tenaga pemahaman usaha Koperasi 100,00 0,00
17 Tenaga pemahaman pembukuan Koperasi 100,00 0,00
18 Tenaga pemahaman SHU Koperasi 85,71 14,29
19 Tenaga pemahaman pembagian SHU 85,71 14,29
20 Tenaga pemahaman pembagian SHU pengurus Koperasi 85,71 14,29
21 Tenaga pemahaman pembagian SHU pengawas Koperasi 85,71 14,29
22 Tenaga pemahaman pembagian SHU manajer dan karyawan 85,71 14,29
Koperasi
23 Tenaga pemahaman pembagian SHU anggota Koperasi 85,71 14,29
24 Tenaga pemahaman Koperasi primer 57,14 42,86
25 Tenaga pemahaman Koperasi sekunder 71,43 28,57
26 Tenaga pemahaman gerakan Koperasi 57,14 42,86
27 Tenaga pemahaman jumlah volume usaha Koperasi 100,00 0,00
28 Tenaga pemahaman modal sendiri Koperasi 100,00 0,00
29 Tenaga pemahaman modal dari luar Koperasi 100,00 0,00
Rata-rata 91,26 8,74

4.7. Metode Pemahaman Koperasi untuk Petugas Lapangan/Pengurus/Anggota


Kelompok Strategis
Metode Pemahaman Koperasi untuk Petugas Lapangan/Pengurus/Anggota Kelompok
Strategis disajikan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Metode Pemahaman Koperasi untuk Petugas Lapangan/Pengurus/Anggota Kelompok


Strategis

Persentase (%)
No Metode yang Sangat Setuju Kurang Tidak Sangat
digunakan Setuju Setuju Setuju Tidak
Setuju
1 Tanya jawab 42,86 57,14 0,00 0,00 0,00
2 Ceramah 14,29 85,71 0,00 0,00 0,00
3 Diskusi 14,29 57,14 28,57 0,00 0,00
4 Studi kasus 14,29 71,43 14,29 0,00 0,00
5 Pemeranan 0,00 71,43 14,29 14,29 0,00
6 Tatap muka 0,00 85,71 14,29 0,00 0,00
7 Kunjungan kerja 0,00 14,29 85,71 0,00 0,00
8 Magang 42,86 42,86 0,00 14,29 0,00
9 Anjangsana 14,29 71,43 0,00 0,00 14,29
10 Studi lapangan 0,00 71,43 28,57 0,00 0,00
11 Sarasehan 28,57 42,86 28,57 0,00 0,00
12 Pertemuan berkala 0,00 85,71 0,00 0,00 14,29
13 Sambung rrasa 0,00 57,14 28,57 14,29 0,00
14 Bussines games 0,00 85,71 14,29 0,00 0,00
15 Belajar bekerja (learning by 0,00 85,71 0,00 0,00 14,29
doing)
16 Getok tular 0,00 57,14 28,57 0,00 14,29
17 Kemampuan membaca 57,14 28,57 0 14,29 57,14
(reading assignment)
Rata-rata 10,09 61,34 20,17 4,20 3,36
Sumber : pengolahan data primer 2009

Berdasarkan Tabel 4.7 pemahaman berKoperasi dengan menggunakan mode Tanya


jawab 57,14 persen setuju, sedangkan 42,14 persen sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa
pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode Tanya jawab secara keseluruhan
disetujui.

Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode ceramah 74,71 persen setuju,


sedangkan 14,29 persen sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman berKoperasi
dengan menggunakan metode ceramah secara keseluruhan disetuji.

Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode diskusi 57,14 persen setuju,


sdangkan 14,29 persen sangat setuju. Namun pemahaman berKoperasi dengan menggunakan
metode diskusi kurang disetujui sebanyak 28,57 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode diskusi masih bervariasi.
Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode studi kasus 71,43 persen
setuju. Namun pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode peranan kurang
disetujui sebanyak 14,29 persen, bahkan pemahaman berKoperasi dengan menggunakan
metode pemeranan tidak disetujui sebanyak 14,29 persen. Hal ini menunujukkan bahwa
pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode pemeranan masih bervariasi.

Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode tatap muka 85,71 persen


setuju. Namun pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode tatap muka kurang
disetujui sebanyak 14,29 persen. Hal ini menunjukjan bahwa pemahaman berKoperasi dengan
menggunakan metode tatap muka masih bervariasi.

Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode tatap muka 85,71 persen


setuju, sedangkan pemahaman berKoperasi menggunakan metode kunjungan kerja sangat
setuju sebanyak 14,29 persen. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan pemahaman
berKoperasi dengan menggunakan metode kunjungan kerja sudah disetujui.

Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode magang sebanyak 42,86


persen sangat setuju, sedangkan pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode
magang sebanyak 42,86 persen setuju. Namun pemahaman berKoperasi dengan meggunakan
metode magang tidak disetujui sebanyak 14,29 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahman
berKoperasi dengan menggunakan magang masih bervariasi.

Pemahman berKoperasi dengan menggunakan metode anjangsana sebanyak 71,43


peren setuju, sedangkan pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode anjangsana
sebanyak 14,29 persen sanagat setuju. Namun pemahaman berKoperasi dengan
menggunakan metode anjangsana sangat tidak disetujui sebanyak 14,29 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode anjangsana
masih bervariasi.

Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode studi lapangan 71,43 persen


setuju. Namun pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode studi lapangan tidak
disetujui sebanyak 28,57 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman berKoperasi
dengan menggunakan studi lapangan masih bervariasi.

Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode sarasehan sebanyak 42,86


persen setuju, sedangkan pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode sarasehan
sebanyak 28,57 persen sangat setuju. Namun pemahaman berKoperasi dengan menggunakan
metode sarasehan kurang disetujui sebanyak 28,57 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode sarsehan masih bervariasi.

Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode pertemuan berkala sebanyak


85,71 persen setuju. Namun pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode
pertemuan berkala sangat tidak disetujui sebanyak 14,29 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode pertemuan berkala masih bervariasi.

Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode sambung rasa sebanyak


57,14 persen setuju. Namun pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode
sambung rasa kurang disetujui sebanyak 28,57 persen. Bahkan pemahaman berKoperasi
dengan menggunakan metode sambung rasa tidak disetujui sebanyak 14,29 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode sambung rasa
masih bervariasi.

Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode bussines game sebanyak


85,71 persen setuju. Namun pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode bussines
game kurang disetujui sebanyak 14,29 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman
berKoperasi dengan menggunakan metode bussines game masih bervariasi.

Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode belajar sambil bekerja


(learning by doing) sebanyak 85,71 persen setuju. Namun pemahaman berKoperasi dengan
menggunakan metode belajar sambil bekerja (learning by doing) sangat tidak disetuhui
sebanyak 14,29 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman berKoperasi dengan
menggunakan belajar sambil bekerja (learning by doing) masih bervariasi.

Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode getok tular sebanyak 57,14


persen setuju. Namun pemhaman berKoperasi dengan menggunakan metode getok tular
kurang disetujui sebanyak 28,14 persen, bahkan pemahaman berKoperasi dengan
menggunakan metode getok tular sangat disetujui sebanyak 14,29 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa pemahaman berKoperasi dengan menggunakan getok tular masih bervariasi.

Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode kemampuan membaca


(reading assignment) sebanyak 57,14 persen setuju. Namun pemahaman berKoperasi dengan
menggunakan metode kemampuan membaca (reading assignment) kurang disetujui sebanyak
28,57 persen, bahkan pemahaman berKoperasi dengan menggunakan metode kemampuan
membaca (reading assignment) sangat tidak disetujui sebanyak 14,29 persen. Hal ini
menunjukkan getok tular masih bervariasi.

4.8. Media Pemahaman Koperasi untuk Petugas Lapangan/Pengurus/Anggota


Kelompok Strategis

Media Pemahaman Koperasi untuk Petugas Lapangan/Pengurus/Anggota Kelompok


Strategis disajikan pada Tabel 4.8.

Tabel Media Pemahaman Koperasi untuk Petugas Lapangan/Pengurus/Anggota Kelompok Strategis


No Persentase (%)
Metode yang Sangat Setuju Kurang Tidak Sangat
digunakan Setuju Setuju Setuju Tidak
Setuju

1 Handout 42,86 42,86 14,28 0,00 0,00


2 Brosur 14,29 71,42 14,29 0,00 0,00
3 Leaflet 14,29 71,42 0,00 0,00 14,29
4 Booklet 0,00 71,43 28,57 0,00 0,00
5 Text book 14,29 71,42 14,29 0,00 0,00
6 Radio 28,57 57,14 14,29 0,00 0,00
7 Cassette, Video 14,29 42,86 28,56 0,00 14,29
8 Wayang kulit/wayang golek 0,00 71,42 14,29 0,00 14,29
9 Ketoprak/wayang orang/sandiwara 0,00 100,0 0,00 0,00 0,00
10 Lawakan 0,00 57,14 42,86 0,00 0,00
11 Sarasehan 0,00 85,71 14,29 0,00 0,00
12 Kelompok arisan 0,00 100,0 0,00 0,00 0,00
13 PKK 0,00 100,0 0,00 0,00 0,00
14 Kelompok tani 0,00 85,71 0,00 14,29 0,00
15 Bussines game 0,00 42,86 57,14 0,00 0,00
16 Belajar bekerja (learning by doing) 14,29 28,56 42,86 0,00 14,29
17 Getok tular 14,28 28,58 28,58 14,28 14,28
18 Kemampuan membaca (reading assignment) 0,00 28,57 42,85 14,29 14,29
Rata-rata 8,73 64,28 19,84 2,38 4,76

Berdasarkan Tabel 5.188 pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media


handout sebanyak 42,86 persen sangat setuju, sedangkan pemahaman berKoperasi dengan
menggunaan media handout sebanyak 42,86 persen setuju. Namun pemahaman berKoperasi
dengan menggunakan media handout kurang disetujui sebanyak 14,29 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media handout masih
bervariasi.

Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media brosur sebanyak 71,42 persen


setuju, sedangkan pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media brosur sebanyak
14,29 persen sangat setuju. Namun pemahaman berKoperasi dengan mengggunakan media
brosur kurang disetujui sebanyak 14,29 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman
berKoperasi dengan menggunakan media brosur masih bervariasi.

Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media leaflet sebanyak 71,42 persen


setuju, sedangkan pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media leaflet sebanyak
14,29 persen sangat setuju. Namun pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media
leaflet sangat tidak disetujui sebanyak 14,29 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman
berKoperasi dengan mengunakan media leaflet masih bervariasi.

Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media booklet sebanyak 71,43 persen


setuju. Namun pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media booklet kurang disetujui
sebanyak 28,57 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman berKoperasi dengan
menggunakan media booklet masih bervariasi.

Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media textbook sebanyak 71,42


persen setuju, sedangkan pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media textbook
sebanyak 14,29 persen sangat setuju. Namun pemahaman berKoperasi dengan menggunakan
media textbook kurang disetujui sebanyak 14,29 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media textbook masih bervariasi.

Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media radio sebanyak 57,14 persen


setuju, sedangkan pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media radio sebanyak
28,57 persen sangat setuju. Namun pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media
radio kurang disetujui sebanyak 14,29 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman
berKoperasi dengan menggunakan media radio masih bervariasi.

Pemahaman berKoperasi menggunakan media cassette, video sebanyak 42,86 persen


setuju, sedangkan pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media cassette, video
sebanyak 14,29 persen sangat setuju. Namun pemahaman berKoperasi dengan menggunakan
media radio sangat tidak disetujui sebanyak 14,29 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media cassette, video masih bervariasi.
Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media wayang kulit/wayang golek
sebanyak 71,43 persen setuju. Namun pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media
wayang kulit/wayang golek sangat tidak disetujui sebanyak 14,29 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media wayang kulit/wayang golek
masih bervariasi.

Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media ketoprak/wayang


orang/sandiwara sebanyak 100 persen setuju. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman
berKoperasi dengan menggunakan media ketoprak/wayang orang/sandiwara secara
keseluruhan disetujui.

Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media lawakan sebanyak 57,14


persen setuju. Namun pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media lawakan
sebanyak 57,14 persen kurang disetujui. Hal ini menunjukkkan bahwa pemahaman berKoperasi
dengan menggunakan media lawakan masih bervariasi.

Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media sarasehan sebanyak 85,71


persen setuju. Namun pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media sarasehan
sebanyak 14,29 persen kurang disetujui. Hal ini menunjukkan bahwa pemahman berKoperasi
dengan menggunakan media sarasehan masih bervariasi.

Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media kelompok arisan sebanyak 100


persen setuju. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman berKoperasi dengan menggunakan
media kelompok arisan secara keseluruhan sudah seutju.

Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media PKK sebanyak 100 persen


setuju. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media
PKK secara keseluruhan sudah setuju.

Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media kelompok tani sebanyak 85,71


persen setuju. Namun pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media kelompok tani
sebanyak 14,29 persen kurang disetujui. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman berKoperasi
dengan menggunakan media kelompok tani masih bervariasi.

Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media bussines game sebanyak 57,14


persen kurang setuju. Namun pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media bussines
game sebanyak 42,86 persen setuju. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman berKoperasi
dengan menggunakan media busisines game masih bervariasi.

Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media belajar bekerja (lerarning by


doing) sebanyak 42,86 persen kurang setuju, bahkan pemahaman berKoperasi menggunakan
media belajar bekerja (learning by doing) sebanyak 14,29 persen sangat tidak setuju. Namun
pemahaman berKoperasi dengan menggunakan belajar bekerja sebanyak 28,56 persen setuju,
sedangkan pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media belajar bekerja (learning by
doing) sebanyak 14,29 persen sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman
berKoperasi dengan menggunakan media belajar bekerja (learning by doing) masih bervariasi.
Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media getok tular sebanyak 28,57
persen setuju, sedangkan pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media getok tular
sebanyak 14,29 persen sangat setuju. Namun pemahaman berKoperasi dengan menggunakan
getok tular sebanyak 28,57 persen kurang setuju, sedangkan pemahaman berKoperasi dengan
menggunakan media getok tular sebanyak 14,29 persen tidak setuju. Bahkan pemahaman
berKoperasi dengan menggunakan getok tular sebanyak 14,29 persen sangat tidak setuju. Hal
ini menunjukkan bahwa pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media getok tular
masih bervariasi.

Pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media kemampuan membaca (reading


assignment) sebanyak 42,86 kurang setuju, sedangkan pemahaman berKoperasi dengan
menggunakan media kemampuan membaca (reading assignment) 14,29 persen kurang
disetujui. Bahkan pemahaman berKoperasi dengan menggunakan media kemampua membaca
(reading assignment) sebanyak 14,29 persen sangat tidak disetujui. Namun pemahaman
berKoperasi dengan menggunakan media kemampuan membaca (reading assignment) 25,57
persen setuju. Hal ini menggambarkan bahwa pemahaman berKoperasi dengan menggunakan
media kemampuan membaca (reading assignment) masih bervariasi.
BAB V
PEMAHAMAN DALAM KEHIDUPAN BERKOPERASI

Koperasi merupakan bentuk khusus dari organisasi swadaya yang memiliki berbagai
pengertian. Secara umum pengertian Koperasi dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu dari
pandangan kaum nominalis (economic sense) dan kaum essensialis (legal sense). Pandangan
kaum nominalis, Koperasi merupakan organisasi yang didasarkan pada hasil melaksanakan
proses metode ilmiah ekonomi modern, sedangkan pandangan kaum essensialis
berpandangan bahwa Koperasi merupakan organisasi yang didasari oleh undang-undang,
norma-norma dan nilai-nilai (Muenkner 1989 : 42).
Pengertian Koperasi yang diakui secara internasional pada konferensi buruh
internasional pada tahun 1966 dalam muenkner (1989 : 44), bahwa Koperasi merupakan suatu
perkumpulan orang yang secara sukarela bergabung dalam Koperasi guna mencapai tujuan
bersama melalui pembentukan suatu organisasi yang dikontrol secara demokratis, membayar
iuran yang sama jumlahnya guna memenuhi kebutuhan modal dan menanggung risiko dan
memperoleh manfaat yang memadai bagi para anggotanya yang secara aktif berpartisipasi
dalam perkumpulan tersebut.
Hanel (2005 : 38) menyatakan bahwa Koperasi merupakan lembaga atau organisasi-
organisasi yang tanpa memperhatikan bentuk hukum atau wujudnya yang memenuhi criteria
sebagai berikut :
1) Sejumlah individu yang bersatu dalam suatu kelompok atas dasar sekurang-kurangnya
memiliki suatu kepentingan atau tujuan yang sama (kelompok Koperasi )
2) Anggota-anggota kelompok Koperasi secara individual bertekad mewujudkan tujuannya
yaitu memeperbaiki situasi ekonomi dan sosial mereka, melalui usaha bersama dan
saling membantu (swadaya dari kelompok Koperasi ).
3) Sebagai instrument untuk mewujudkannya adalah suatu perusahaan yang dimiliki dan
dibina secara bersama (perusahaan Koperasi )
4) Perusahaan Koperasi itu ditugaskan untuk menunjang kepentingan para anggota
kelompok Koperasi itu, dengan cara menyediakan/menawarkan barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh para anggota dalam kegiatan ekonominya. (prinsip promosi anggota).

Selanjutnya Muenkner (1989 :97) menyatakan bahwa karakteristik dasar dari organisasi
Koperasi adalah :

1) Kesukarelaan untuk bekerja sama, hal ini dapat berarti tidak ada keanggotaan yang
bersifat keharusan secara tidak langsung atau secara bersyarat.
2) Kesamaan hak dan kewajiban
3) Kebebasan yang cukup untuk mewujudkan kepentingan-kepentingan individu.

Menurut Ibnoe Soedjono (1997 : 165), Koperasi merupakan sistem ekonomi yang
syarat dengan nilai dan menganut motif pelayanan. Koperasi menganut kewirausahaan.
Kewirausahaan dan kewiraKoperasi an adalah serupa, tetapi tidak sama. Keduanya
menggabungkan keterampilan manajemen dan pengetahuan bisnis dengan kreativitas dan
inovasi. Akan tetapi kewiraKoperasi an terikat pada asas, prinsip-prinsip dan motif perKoperasi
an yang harus diterjemahkan secara konsisten dan operasional.

Ropke (2003 : 18) menjelaskan bahwa karakteristik fungsional dasar Koperasi adalah
identitas ganda, yaitu identitas personal antara pemilik dan pelanggan. Identitas ganda ini dapat
membedakan suatu Koperasi dengan organisasi bisnis lainnya. Perusahaan Koperasi dimiliki
oleh anggota yang juga para pemakai. Fakta ini membedakan Koperasi dengan perusahaan
lain yaitu pemiliknya para investor.

Koperasi merupakan suatu sistem sosial ekonomi, karena menyangkut berbagai unsur
yang disatukan, sehingga menjadi satu kesatuan yang komplek.

Pengertian Koperasi yang menekankan pda unsur swadaya tercantum dalam pasal 828
kitab undang-undang hukum swis dalam muenkner (1989 : 46) yaitu bahwa perkumpulan
Koperasi merupakan badan hukum perusahaan yang beranggotakan orang-orang dengan
keanggotaan berubah-ubah, dan perkumpulan tersebut tunduk pada hukum dagang dengan
tujuan pokok menjamin peningkatan kepentingan ekonomi tertentu bagi para anggotanya
berdasarkan atas tolong-menolong.

Undang-undang perKoperasi an no. 25 tahun 1992 pasal 1 berbunyi bahwa “Koperasi


merupakan badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum Koperasi
dengan berlandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, pemahaman mengenai pengertian Koperasi


masih bervariasi, masih banyak yang menganggap bahwa Koperasi adalah organisasi sosial
yang banyak disponsori oleh pemerintah. Padahal Koperasi merupakan badan usaha milik
Negara (BUMN) dan badan usaha milik swasta. Namun demikian pada badan usaha Koperasi
dalam operasionalnya harus melaksanakan prinsip-prinsip ekonomi tanpa menghilangkan jari
diri Koperasi .

5.1. Pengertian Koperasi

Pemahaman mengenai pengertian Koperasi disajikan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. pemahaman pembina/penyuluh, pengurus, pengawas, manajer dan anggota mengenai
pengertian kopeasi

No Kategori Pembina Pengurus Pengawas Manajer Anggota


1 Sangat Paham 57,14 29,41 29,41 17,65 23,53
2 Paham 42,86 70,59 58,82 58,82 35,29
3 Kurang Paham 0,00 0 11,76 23,53 41,18
4 Tidak Paham 0,00 0 0 0,00 0,00
5 Sangat Tidak Paham 0,00 0 0 0,00 0,00
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Berdasarkan Tabel 4.1 bahwa pembina/penyuluh sebagian besar yaitu 57,14 persen
telah sangat sangat memahami dan 42,86 persen telah paham mengenai pengertian Koperasi .
Hal ini menunjukkan bahwa pengertian Koperasi telah dipahamai oleh para pembina/penyuluh
Koperasi .

Pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 70,41 persen telah pahammengenai


pengertian Koperasi , sedangkan yang sangat memahami pengertian Koperasi sebanyak 29,41
persen. Hal ini menunjukkan bahwa pengertian Koperasi telah dipahami oleh pengurus
Koperasi telah dipahami oleh para pengurus Koperasi .

Pengawas Koperasi sebagian besar yaitu 58,82 persen telah paham mengenai
pengertian Koperasi , sedangkan yang sangat memahami pengertian Koperasi sebanyak 29,41
persen. Namun demikian masih ada sebesar 11,76 persen pegawai Koperasi yang kurang
paham mengenai pengertian Koperasi . Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman pengawas
dalam pemahaman pengertian Koperasi bervariasi.

Manajer Koperasi sebagian besar yaitu 58,82 persen telah paham mengenai pengertian
Koperasi , sedangkan yang sangat memahami pengertian Koperasi sebanyak 17,56 persen.
Namun demikian masih ada sebesar 23,53 persen manajer Koperasi yang kurang paham
mengenai pengertian Koperasi . Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman manajer dalam
pemahaman pengertian Koperasi bervariasi.

Anggota Koperasi sebagian besar yaitu 41,18 persen kurang paham mengenai
pengertian Koperasi , sedangkan yang paham pengertian Koperasi sebanyak 35,29 persen.
Sedangkan anggota Koperasi yang sangat memahami pengertian Koperasi hanya 23,53
persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman manajer dalam pemahaman pengertian
Koperasi bervariasi.

Anggota Koperasi sebagian besar yaitu 41,18 persen kurang paham mengenai
pengertian Koperasi , sedangkan yang paham pengertian Koperasi sebanyak 35,29 persen.
Sedangkan anggota Koperasi yang sangat memahami pengertian Koperasi hanya 23,53
persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman anggota Koperasi dalam pemahaman
pengertian Koperasi masih bervariasi.

5.2. Pemahaman Mengenai tujuan Koperasi


Pemahaman mengenai tujuan koperais disajikan pada Tabel 5.2

Tabel 5.2 Pemahaman pembina/penyuluh, pengurus, pengawas, manajer dan anggota mengenai tujuan
Koperasi

No Kategori Pembina Pengurus Pengawas Manajer Anggota


1 Sangat Paham 42,86 23,53 23,53 29,41 17,65
2 Paham 42,86 76,47 64,71 52,94 58,82
3 Kurang Paham 0,00 0,00 11,76 17,65 23,53
4 Tidak Paham 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 Sangat Tidak Paham 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2009

Berdasarkan Tabel 5.2 bahwa pembina/penyuluh sebagian besar telah sangat paham
dan paham mengenai tujuan Koperasi yaitu masing-masing 42,86 persen. Namun demikian
masih ada sebanyak 14,29 persen pembina/penyuluh yang masih kurang paham mengenai
tujuan Koperasi . Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman pembina/penyuluh dalam
pemahaman mengenai tujuan Koperasi masih bervariasi.

Pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 76,47 persen telah paham mengenai tujuan
Koperasi , sedangkan pengurus yang sangat paham mengenai tujuan Koperasi sebanyak
23,53 persen. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan bahwa pengurus Koperasi telah
memahami mengenai tujuan Koperasi .

Pengawas Koperasi sebagian besar yaitu 64,71 persen telah paham mengenai tujuan
Koperasi , sedangkan pengawas yang sangat paham mengenai tujuan Koperasi sebanyak
23,53 persen. Namun demikian masih ada sebanyak 11,76 persen pengawas Koperasi yang
kurang memahami tujuan Koperasi . Hal ini menunjukkan bahwa pengawas dalam pemahaman
tujuan Koperasi masih bervariasi.

Manajer Koperasi sebagian besar yaitu 52,94 persen telah paham mengenai tujuan
Koperasi , sedangkan manajer yang sangat paham mengenai tujuan Koperasi sebanyak 29,94
persen. Namun demikian masih ada sebanyak 17,65 persen manajer Koperasi yang kurang
memahami tujuan Koperasi . hal ini menunjukkan bahwa pengawas dalam pemahaman tujuan
Koperasi masih bervariasi.

Anggota Koperasi sebagian besara yaitu 58,82 persen telah paham mengenai tujuan
Koperasi , sedang anggota Koperasi yang sangat paham mengenai tujuan Koperasi sebanyak
17,65 persen. Namun demikian masih ada sebanyak 23,53 persen anggota Koperasi yang
kurang memahami tujuan Koperasi . hal ini menunjukkan bahwa anggota Koperasi dalam
pemahaman tujuan Koperasi masih bervariasi. Untuk lebih jelasnya mengenai pemahaman
pembina/penyuluh, pengurus, pengawas, manajer dan anggota mengenai tujuan disajikanpada
gambar 5.3.

5.3. Pemahaman Mengenai Organisasi Koperasi

Pemahaman mengenai organisasi Koperasi disajikan pada Tabel 5.3

Tabel 5.3 pemahaman pembina/penyuluh, pengurus, pengawas, manajer dan anggota mengenai
organisasi Koperasi .

No Kategori Pembina Pengurus Pengawas Manajer Anggota


1 Sangat Paham 42,86 23,53 29,41 17,65 5,88
2 Paham 57,14 76,47 58,82 47,06 70,59
3 Kurang Paham 0,00 0,00 11,76 29,41 17,65
4 Tidak Paham 0,00 0,00 0,00 0,00 5,88
5 Sangat Tidak Paham 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2009
Pembina/penyuluh Koperasi sebagian besar yaitu 57,14 persen telah paham mengenai
organisasi Koperasi , sedangkan pembina/penyuluh yang sangat paham mengenai organisasi
Koperasi sebanyak 42,86 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pembina/penyuluh telah
memahami mengenai organisasi Koperasi .

Pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 76,47 persen telah paham mengenai
organisasi Koperasi , sedangkan penngurus yang sangat paham mengenai organisasi Koperasi
sebanyak 23,53 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pengurus Koperasi telah memahami
mengenai organisasi Koperasi .

Pengawas Koperasi sebagian besar yaitu 58,82 persen telah paham mengenai
organisasi Koperasi , sedangkan pengawas yang sangat paham mengenai organisasi Koperasi
sebanyak 29,41 persen. Namun demikian masih ada sebanyak 11,76 persen pengawas
Koperasi yang masih kurang paham mengenai organisasi Koperasi . hal ini menunjukkan
bahwa pemahaman pengawas mengenai organisasi Koperasi masih bervariasi.

Manajer Koperasi sebagian besar yaitu 47,06 persen telah paham mengenai organisasi
Koperasi , sedangkan manajer yang sangat paham mengenai organisasi Koperasi sebanyak
17,65 persen. Namun demikian masih ada sebanyak 29,41 persen manajer koperapsi yang
masih kurang paham mengenai organisasi Koperasi .Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman
manajer mengenai organisasi Koperasi masih bervariasi.

Anggota Koperasi sebagian besar yaitu 70,59 persen telah paham mengenai organisasi
Koperasi , sedangkan anggota yang sangat paham mengenai organisasi Koperasi sebanyak
5,88 persen. Namun demikian masih ada sebanyak 17,65 persen anggota Koperasi yang
masih kurang paham mengenai organisasi Koperasi dan bahkan ada 5,88 persen anggota
Koperasi yang tidak paham mengenai organisasi Koperasi . hal ini menunjukkan bahwa
pemahaman manajer mengenai organisasi Koperasi masih bervariasi.

5.4. Pemahaman mengenai tata cara pendirian Koperasi

1. Persiapan Pembentukan

Anggota masyarakat yang akan mendirikan Koperasi harus mengetrti maksud dan
tujuan berKoperasi serta kegiatan usaha yang akan dilaksanakan oleh Koperasi untuk
meningkatkan pendapatan dan manfaat yang sebesar-besarnya bagi anggota. Pada dasarnya
Koperasi dibentuk dan didirikan berdasarkan kepentingan ekonomi. Agar orang-orang yang
akan mendirikan Koperasi memperoleh pengetian, maksud, tujuan, struktur organisasi,
manajemen, prinsip-prinsip Koperasi , dan prospek pengembangan koeprasi, dan prospek
pengembangan Koperasi nya, maka mereka dapat meminta penyuluhan dan pendidikan serta
latihan dari Kantor Departemen Koperasi , Pengusaha Kecil dan Menengah setempat.
2. Rapat Pembentukan

Proses pendirian sebuah Koperasi diawali dengan penyelenggaraan Rapat Pendirian


Koperasi oleh anggota masyarakat yang menjadi pendirinya. Pada saat itu mereka harus
menyusun anggaran dasar, menentukan jenis Koperasi dan keanggotaannya sesuai dengan
kegiatan usaha Koperasi yang akan dibentuknya, menyusun rencana kegiatan usaha, dan
neraca awal Koperasi . Dasar penentuan jenis Koperasi adalah kesamaan aktivitas,
kepentingan dan kebutuhan ekonomi anggotanya. Misalnya, Koperasi Simpan Pinjam (KSP),
Koperasi Konsumen, Koperasi Produsen, Koperasi Pemasaran dan Koperasi Jasa.

Pelaksanaan rapat pendirian yang dihadiri oleh para pendiri ini dituangkan dalam berita
acara rapat pembentukan dan akta pendirian yang memuat anggaran dasar Koperasi .

a. Rapat sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang yang dipimpin oleh seorang/beberapa


orang pendiri Koperasi .
1). Pendirian adalah mereka yang hadir dalam rapat pembentukan Koperasi dan
telah memenuhi persyaratan keanggotaan dan menyatakan diri menjadi anggota.
2). Kuasa pendiri adalah beberapa orang dari pendiri yang diberi kuasa dan sekaligus
ditunjuk oleh pendiri untuk pertama kalinya sebagai pengurus Koperasi untuk
menandatangani akta anggaran dasar dan memproses pengajuan Badan Hukum
kepada Pemerintah.

b. Apabila diperlukan, dan atas permohonan para pendiri, maka pejabat departemen
Koperasi , pengusaha kecil dan menengah dalam wilayah domisili para pendiri dapat
diminta hadir untuk membantu kelancaran jalannya rapat dan memberikan petunjuk-
petunjuk seperlunya.

3. Hal-hal yang dibicarakan dalam rapat

a. Tujuan mendirikan Koperasi


b. Kegiatan usaha yang hendak dijalankan
c. Persyaratan menjadi anggota
d. Menetapkan modal yang akan disetor kepada Koperasi diantaranta dari simpanan
pokok dan simpanan wajib
e. Memilih nama-nama pendiri Koperasi
f. Memilih nama-nama pengurus dan pengawas Koperasi
g. Menyusun anggaran dasar

4. Pengajuan Permohonan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi

Permohonan disampaikan kepada : kepala dinas Koperasi pengusaha kecil dan


menengah kabupaten/kota.
5. Lampiran Permohonan
a. Koperasi Primer tidak memiliki unit usaha simpan pinjam.
1) Dua rangkap akta pendirian Koperasi , satu diantaranya bermaterai cukup
2) Berita acara pembentukan Koperasi
3) Surat bukti penyetoran modal
4) Neraca awal kegiatan usaha
5) Rencana kerja awal kegiatan usaha
6) Daftar hadir rapat pembentukan
7) Foto copy KTP masing-masing anggota mandiri
b. Primer Koperasi yang memiliki unit usaha simpan pinjam.
1) Dua rangkap akta pendirian Koperasi , satu diantaranya bermaterai cukup
2) Berita acara pembentukan Koperasi
3) Surat bukti penyetoran modal
4) a). neraca awal khusus unit simpan pinjam per…..
b). neraca awal kegiatan usaha non simpan pinjam
5) a). rencana kerja awal kegiatan usaha non simpan pinjam
b). rencana awal kegiatan usaha simpan pinjam meliputi:
 rencana penghimpunan dana simpanan
 rencana pemberian pinjaman
 rencana penghimpunan modal sendiri
 rencana modal pinjaman
 rencana pendapatan dan beban
 rencana di bidang organisasi dari sumber daya manusianya
6) Daftar hadir rapat pembentukan
7) Nama dan riwayat hidup pengurus, pengawas dan manajer unit simpan
pinjam
8) Daftar sarana kerja yang telah disiapkan
9) Surat perjanjian kerja antara pengurus dengan manager unit simpan pinjam
10) Foto copy KTP masing-masing anggota pendiri

6. Koperasi Simpan Pinjam


a. Dua rangkap akta pendirian Koperasi , satu diantaranya bermaterai cukup
b. Berita acara dapat pembentukan Koperasi Simpan Pinjam
c. Surat bukti penyetoran modal sendiri sekurang-kurangnya Rp. 15.000.000,-
d. Neraca awal per tanggal pendirian Koperasi
e. Rencana awal kegiatan usaha meliputi:
1). Rencana penghimpunan dana simpanan
2). Rencana pemberian pinjaman
3). Rencana penghimpunan modal sendiri
4). Rencana modal pinjaman
5). Rencana pendapatan dan beban
6). Rencana dibidang organisasi dan sumber daya manusianya.
f. Daftar hadir rapat pembentukan
g. Nama dan riwayat hidup calon pengelola/manajer dengan lampiran
1). Sertifikat pelatihan simpan pinjam dan atau keterangan pernah mengikuti
magang di usaha simpan pinjam
2). Surat keterangan berkelakuan baik dari yang berwenang
3). Surat pernyataan tidak mempunyai hubungan keluarga dengan pengurus
sampai dengan derajat kesatuan
h. Daftar sarana kerja yang telah dipersiapkan
i. Foto copy KTP masing-masing anggota pendiri.

7. Penerima Permohonan Oleh Pejabat


a. Para pendiri Koperasi mengajukan permohonan pengesahan akta pendirian
secara tertulis kepada pejabat, dengan melampirkan:
1). 2(dua) rangkap akta pendirian Koperasi satu diantaranya bermaterai
cukup ( dilampiri Anggaran Dasar Koperasi ).
2). Berita acara rapat pembentukan
3). Surat bukti penyetoran modal
4). Rencana awal kegiatan usaha

b. Apabila permohonan dimaksud telah lengkap dan benar maka pemerintah


memberikan tanda terima, dan berkasnya segera diproses akan tetapi
apabila berkasnya belum lengkap dan belum benar permohonan dimaksud
dikembalikan untuk diperbaiki. Permohonan pengesahan akta pendirian
kepada pejabat, tergantung pada bentuk Koperasi yang didirikan dan
luasnya wilayah keanggotaan Koperasi yang bersangkutan, dengan
ketentuan sebagai berikut :

1) Kepala kantor departemen Koperasi pengusaha kecil dan menengah


kab/kota mengesahkan akta pendirian Koperasi yang anggotanya
berdomisili dalam wilayah kabupaten/kota.
2) Kepala kantor dinas departemen Koperasi pengusaha kecil dan
menengah propinsi/DI mengesahkan akta pendirian Koperasi primer dan
sekunder yang anggotanya berdomisili dalam wilayah propinsi/DI yang
bersangkutan dan Koperasi primer yang anggotanya berdomisili di
beberapa propinsi/DI, namun Koperasi nya berdomisili di wilayah kerja
dinas yang bersangkutan.
3) Sekretaris jenderal departemen Koperasi pengusaha kecil dan
menengah (pusat) mengesahkan akta pendirian Koperasi sekunder yang
anggotanya berdomisili di beberapa propinsi/DI.

c. Dalam hal permintaan pengesahan akta pendirian ditolak, alas an enolakan


diberitahukan oleh pejabat kepada para pendiri secara tertulis dalam waktu
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah diterimanya permintaan.
d. Mengenai penolakan pengesahan akta pendirian para pendiri dapat
mengajukan permintaan ulang dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak
diterimanya penolakan.
e. Keputusan mengenai pengajuan permintaan ulang diberikan dalam jangka
waktu paling lama 1(satu) bulan sejak diterimanya pengajuan permintaan
ulang.
f. Pengesahan akta pendirian diberikan dalam jangka waktu paling lama 3
(tiga) bulan setelah diterimanya permintaan pengesahan.
8. Peneliti Permohonan Oleh Pejabat
a. Secara administratif.
b. Peneliti lapangan.

9. Pengesahan Akta Pendirian Koperasi

Pengesahan Akta pendirian Koperasi akan diberikan paling lama 3 (tiga) bulan setelah
diterimanya permintaan pengesahan dan akan diumumkan dalam berita Negara republic
Indonesia. (sesuai pasal 10 ayat 2 & 3 UU no.25 tahun 1992).

Dengan surat keputusan menteri Negara Koperasi pengusaha kecil dan menengah
yang ditanda tangani oleh kepala dinas Koperasi dan menengah yang ditanda tangani oleh
kepala dinas Koperasi pengusaha kecil dan menengah kabupaten/kota.

Pengesahan akta pendirian diumumkan dalam berita Negara republic Indonesia.

Orang-orang yang mendirikan dan yang nantinya menjadi anggota Koperasi harus
mempunyai kegiatan dan atau kepentingan ekonomi yang sama. Hal itu mengandung arti
bahwa tidak setiap orang dapat mendirikan dan atau menjadi anggota Koperasi tanpa adanya
kejelasan kegiatan aau kepentingan ekonominya.

Kegiatan ekonomi yang sama diartikan, memiliki profesi atau usaha yang sama,
sedangkan kepentingan ekonomi yang sama diartikan memiliki kebutuhan ekonomi yang sama.
Orang-orang yang akan mendirikan Koperasi tersebut tidak dalam keadaan cacat hukum, yaitu
tidak sedang menjalani atau terlibat masalah atau sengketa hukum, baik dalam bidang perdata
maupun pidana. Usaha yang akan dilaksanakan oleh Koperasi harus layak secara ekonomi.
Layak secara ekonomi diartikan bahwa usaha tersebut akan dikelola secara efisien dan mampu
memberikan kemanfaatan ekonomi bagi anggotanya.

Modal sendiri harus cukup tersedia untuk mendukung kegiatan usaha yang akan
dilaksanakan oleh Koperasi . hal itu dimaksudkan agar kegiatan usaha Koperasi dapat segera
dilaksanakan tanpa menutup kemungkinan memperoleh bantun fasilitas dan pinjaman dari
pihak luar.

Kepengurusan dan manajemen harus disesuaikan dengan kegiatan usaha yang akan
dilaksanakan agar tercapai efisiensi dalam pengelolaan Koperasi . perlu diperhatikan mereka
yang nantinya ditunjuk/dipilih menjadi pengurus haruslah orang yang memiliki kejujuran,
kemampuan dan kepemimpinan, agar Koperasi yang didirikan tersebut sejak dini telah memiliki
kepengurusan yang handal. Penahaman mengenai tata cara pendirian Koperasi disajikan pada
Tabel 5.4

Tabel 5.4 pemahaman pembina/penyuluh, pengawas, manajer dan anggota mengenai tata cara
pendirian Koperasi

No Kategori Pembina Pengurus Pengawas Manajer Anggota


1 Sangat Paham 42,86 29,41 11,76 17,65 17,65
2 Paham 57,14 58,82 76,47 58,82 52,94
3 Kurang Paham 0,00 0,00 11,76 17,65 17,65
4 Tidak Paham 0,00 0,00 0,00 0,00 11,76
5 Sangat Tidak Paham 0,00 0,00 0,00 5,88 0,00
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2009

Pembina penyuluh Koperasi sebagian besar yaitu 57,86 persen telah paham mengenai
cara pendirian Koperasi , sedangkan pembina/penyuluh yang telah sangat paham mengenai
cara pendirian Koperasi sebanyak 42,86 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
pembina/penyuluh telah memahami cara-cara pendirian Koperasi .

Pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 58,82 persen telah paham mengenai cara
pendirian Koperasi , sedangkan pengurus yang telah sangat paham mengenai cara pendirian
Koperasi sebanyak 42,86 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pembina/penyuluh telah
memahami cara-cara pendirian Koperasi .

Pengawas Koperasi sebagian besar yaitu 76,47 persen telah paham mengenai cara
pendirian Koperasi , sedangkan pengawas yang telah sangat paham mengenai cara pendidikan
Koperasi sebanyak 11,76 persen. Namun demikian masih ada pengawas yang kurang peham
mengenai cara-cara pendirian Koperasi yaitu sebanyak 11,76 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa pemahaman pengawas mengenai cara-cara pendirian Koperasi masih bervariasi.

Manajer Koperasi sebagian besar yaitu 58,82 persen telah paham mengenai cara
pendirian Koperasi , sedangkan manajer yang telah sangat paham mengenai cara pendirian
Koperasi sebanyak 17,61 persen. Namun demikian masih ada manajer yang kurang paham
mengenai cara-cara pendirian Koperasi yaitu sebanyak 17,61, bahkan ada manajer yang
masih sangat tidak paham mengenai cara pendirian Koperasi sebanyak 5,88 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa pemahaman manajer mengenai cara-cara pendirian Koperasi masih
bervariasi.

Anggota Koperasi sebagian besar yaitu 52,94 persen telah paham mengenai cara
pendirian Koperasi , sedangkan anggota yang telah sangat paham mengenai cara pendirian
Koperasi sebanyak 17,65 persen. Namun demikian masih ada anggota yang kurang paham
mengenai cara-cara pendirian Koperasi yaitu sebanyak 17,65, bahkan ada anggota yang
masih tidak paham mengenai cara pendirian Koperasi sebanyak 11,76 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa pemahaman anggota mengenai cara-cara pendirian Koperasi masih
bervariasi.
5.5. Pemahaman mengenai pemegang kekuasaan tertinggi Koperasi

Koperasi tertinggi di dalam Koperasi adalah rapat anggota, hal ini sesuai dengan pasal
22 undang-undang perKoperasi an no. 25 tahun 1992 yang menyebutkan bahwa:

(1) Rapat anggota merupakan pemegan kekuasaan tertinggi dalam Koperasi


(2) Rapat anggota dihadiri oleh anggota yang pelaksanaannya diatur dalam anggaran
dasar.

Pemahaman Pengurus, Pengawas, Manajer dan Anggota mengenai pemegang


kekuasaan tertinggi Koperasi disajikan pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5 Pemahaman Pengurus, Pengawas, Manajer dan Anggota mengenai pemegang
kekuasaan tertinggi Koperasi

No Kategori Pengurus Pengawas Manajer Anggota


1 Sangat Paham 52,94 52,94 29,41 23,53
2 Paham 47,06 29,41 52,94 52,94
3 Kurang Paham 0,00 17,65 17,65 17,65
4 Tidak Paham 0,00 0,00 0,00 0,00
5 Sangat Tidak Paham 0,00 0,00 0,00 5,88
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2009

Pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 52,94 persen telah sangat paham mengenai
pemegang kekuasaan tertinggi, sedangkan anggota yang telah paham mengenai pemegang
kekuasaan tertinggi Koperasi sebanyak 47,06 persen. Hal ini menunjukkan bahwa secara
keseluruhan bahwa pengurus telah memahami mengenai pemegang kekuasaan tertinggi
Koperasi .

Pengawas Koperasi sebagian besar yaitu 52,94persen telah sangat paham mengenai
pemegang kekuasaan tertinggi Koperasi , sedangkan pengawas yang telah paham mengenai
pemegang kekuasaan tertinggi Koperasi sebanyak 29,41 persen. Namun demikian masih ada
pengawas yang kurang paham mengenai pemegang kekuasaan tertinggi Koperasi yaitu
sebanyak 17,65. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman pengawas mengenai pemegang
kekuasaan tertinggi Koperasi masih bervariasi.

Manajer Koperasi sebagian besar yaitu 52,94 persen telah paham mengenai pemegang
kekuasaan tertinggi Koperasi , sedangkan manajer yang telah sangat paham mengenai
pemegang kekuasaan tertinggi Koperasi sebanyak 29,41 persen. Namun demikian masih ada
manajer yang kurang paham mengenai pemegang kekuasaan tertinggi Koperasi yaitu
sebanyak 17,65 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman manajer mengenai
pemegang kekuasaan tertinggi Koperasi masih bervariasi. Pemahaman anggota mengenai
pemegang kekuasaan tertinggi disajikan pada Tabel.
Anggota Koperasi sebagian besar yaitun52,49 persen telah paham mengenai
kekuasaan tertinggi Koperasi , sedangkan manajer yang telah sangat paham mengenai
pemegang kekuasaan teringgi Koperasi senayak 23,53 persen. Namun demikian masih ada
anggota yang kurang paham mengenai pemegang kekuasaan tertinggi Koperasi yaitu
sebanyak 23,53 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman manajer mengenai
pemegang kekuasaan tertinggi Koperasi masih bervariasi.

5.6 Pemahaman Mengenai Pengertian Anggota Koperasi

Angota Koperasi adalah orang-orang / badan hukum Koperasi yang mempunyai


kepentingan ekonomi yang sama sebagai pemilik dan sekaligus pengguna jasa, berpartisipasi
aktif untuk mengembangkan usaha Koperasi dan syarat-syarat lain yang ditentukan dalam
Anggaran Dasar Koperasi serta terdaftar dalam buku daftar angota yang dapat menjadi
anggota Koperasi adalah setiap warga negara Indonesia yang :

a. Mampu melakukan tindakan hukum

b. Menerima landasan idiil,asa dan sendi dasar Koperasi

c. Sanggup dan bersedia melakukan dalam peraturan perundang- undangan yang berlaku,
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta peraturan Koperasi yang lain.

Jenis-jenis anggota dalam Koperasi :

1. Anggota penuh

Anggota Koperasi yanng mempunyai hak suara, artinya telah memenuhi syarat-syarat
keanggotaan sesuai yangdi tentukan dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan telah membubuhkantanda tangannya dalam buku daftar angota.

2. Calon anggota

(a) Orang-orang atau Koperasi yang belum atau telah melunasi pembayaran
simpanan pokok, secara formal belum sepenuhnya melengkapi persyaratan
administrasi sebagaimana ditentukan dalam Anggaran Dasar,sehinga belum bisa
diterima sebagai anggota penuh.

Memiliki hak bicara tetapi tidak memiliki hakmemilih dan dipillih untuk menjadi
pengurus maupun pengawas. Memperoleh pelayanan yang sama dari Koperasi .

(b) Calon anggota mempunyai kewajiban :

Membayar simpanan wajib sesuai ketentuan yang diputuskan rapat anggota,


berpartisipasi dalam kegiatan usaha kopersi,mentaati ketentuan Angagran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga serta keputusan rapat anggota danketentuan lain
yang berlaku, memelihara nama baik dan kebersamaan dalam Koperasi .
(c) Ketentuan mengenai calon anggota harus diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga Koperasi .

3. Anggota yang dilayani

Warga masyarakat yang mendapat pelayanan secara teratur dari Koperasi dan
potensial menjadi anggota Koperasi , namun belum mengajukan permohonan menjadi
Koperasi .

4. Anggota luar biasa

(a) Seseorang dapat menjadi anggota luar biasa dari suatu Koperasi bilamana yang
bersangkutan adalah warga negara yang mampu melakukan tindakan hukum
tetapi belum sepenuhnya dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Anggaran Dasar Koperasi .

(b) Selain itu warga negara asing yang telah memiliki Kartu Izin Menetap (KIM) yang
ingin mendapatkan pelayanan untuk menjadi anggota Koperasi dapat menjadi
anggota luar biasa.

(c) Anggota luar biasa mempunyai hak bicara tetapi tidak mempunyai hak memilih
dan dipilih untuk menjadi pengurus dan pengawas.

(d) Anggota luatr biasa berhak atas Sisa Hasil Usaha (SHU) sesuai dengan
keputusan rapat anggota.

(e) Ketentuan mengenai anggota luar biasa harus dicantumkan dalam anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga Koperasi .

Persyaratan menjadianggota Koperasi seseorang harus memenuhi persyaratan umum


sebagai berikut :

a). Warga negara Indonesia

b). Mampu melakukan tindakan hukun (dewasa dan tidak berada dibawah perwakilan )

c). Menerima landasan idiil dan prinsip-prinsip Koperasi Koperasi (pasal 2 dan 5 UU No.25
Tahun 1992 )

d). Sanggup dan bersedia melakukan kewajiban dan hak sebagai anggota sebagaimana
tercantum dalam UU Koperasi ,AD, ART serta peraturan lainnya.
e). Keanggotaan Koperasi tidak bisa dipindah tangankan kepada pihak lain dalam /dengan
cara apapun.

f). Keanggotaan Koperasi dapat diperoleh atau diakhiri setelah syarat-syarat dalam
Anggaran Dasar dipenuhi.

g). Mempunyai kepentingan ekonomi yang sama dalam lingkup usaha Koperasi

h). Telah melunasi Simpanan Pokok.

Keabsahan keanggotaan Koperasi dibuktikan dengan pencatatan dalam buku daftar


anggota pada masing-masing Koperasi yang bersangkutan.

Mengenai hak dan kewajiban bagi setiap anggota Koperasi adalah sama sehingga tidak
ada prioritas diantara para anggota, tidak ada yang di dahulukan baik sebagai anggota maupun
sebagai pengawas semuanya mempunyai hak dan kewajiban sama. Hak-hak sebagai anggota :

1). Menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam rapat anggota

2). Memilih dan / atau dipilih menjadi anggota pengerus dan atau pengawas

3). Meminta diadakan rapat anggota menurut ketentuan dalam Anggaran Dasar

4). Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus di luar anggota baik diminta
atau tidak.

5). Memanfaatkan jasa Koperasi dan mendapatkan pelayanan yang sama antara sesama
anggota.

6). Mendapatkan keterangan mengenai perkembangan Koperasi menurut ketentuan dalam


anggaran dasar.

7). Mewajibkan pengurus untuk menjalankan kegiatan usaha

8). Menyetujui dan / atau mengubah anggaran dasar serta keterangan lainnya.

9). Melakukan pengawasan atas jalannya organisasi dan usaha-usaha Koperasi menurut
ketentuan dalam anggaran dasar.

Hak sebagai anggota Koperasi tidak dapat dipisahkan dengan kewajibannya.


Kewajiban sebagai anggota Koperasi :

(1) Mematuhi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta keputusan lainyang telah
disepakati dalam rapat anggota.

(2) Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan olehKoperasi .

(3) Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkn atas asas kekeluargaan


antara lain dengan cara :
(a) Memberikan kritik dan saran pada pengurus baik di dalam maupun di luar rapat
anggota

(b) Memberikan dukungan sepenuhnya kepada pengurus dalam menjalankan


keputusan rapat anggota.

(4) Membayar Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib.

Tanggungan anggota adalah sesuatu kewajiban setiap anggota untuk menanggung atas
kerugian yang di alami oleh Koperasi dalam melaksanakan suatu program yang telah
diputuskan dalam rapat anggota. Kewajiban itu bisa ditunaikan pada tahun buku berjalan Atau
setelah diputuskan dalam rapat anggota atau ditunaikan dalam rangkai penyelesaian
pembuaran Koperasi . Ada 2 (dua) macam tanggungan anggota:

(a) Tanggungan Terbatas :

Jumlah maksimum yang dibebankan atau yang diwajibkan pada setiap anggota untuk
menutup kerugian/membayar kerugian dimana jumlah tersebut telah ditetapkan dalam
anggaran dasar Koperasi .

(b) Tanggungan tidak terbatas :

Jumlah yang tidak terhingga yang dibebankan pada setiap anggota untuk menutup
kerugian/hutang sampai lunas.

Keanggotaan seseorang dalam Koperasi akan berakhir bila mana anggota yang
bersangkutan :

 Minta berhenti atas permintaan sendiri


 Diberhentikan
 Meninggal dunia

Apabila Koperasi bubar, maka keanggotaan seseorang dalam Koperasi tersebut


berakhir. Dalam hal Koperasi masih mempunyai hutang kepadapihak ketiga maka masing-
masing anggota berkewajiban menanggung sesuai ketentuan yang diatur dalam anggaran
dasar atau anggaran rumah tangga Koperasi yang bersangkutan, jika Koperasi tersebut masih
mempunyai sisa kekayaan setelah menyelesaikan hutang-hutangnya, maka anggota dapat
menerima pembagian sesuai ketentuan yang diatur dalam anggaran dasar atau anggaran
rumah tangga. Pemahaman, Pengurus, Pengawas, Manajer dan Anggota Mengenai Pengertian
Anggota Koperasi disajikan pada Tabel 5.6
Tabel 5.6 Pemahaman, Pengurus dan Pengawas Mengenai Pengertian Anggota Koperasi .

No. Kategori Pengurus Pengawas Manajer

1. Sangat Paham 29,41 29,41 23,53

2. Paham 70,59 58,82 64,71

3. KurangPaham 0,00 11,76 11,76

4. Tidak Paham 0,00 0,00 0,00

5. Sangat Tidak Paham 0,00 0,00 0,00

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer 2009

Pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 70,59 persen telah paham mengenai
pengertian anggota Koperasi , sedangkan pengurus yang telah sangat paham mengenai
pengertian anggota Koperasi yaitu sebanyak 11,76 persen. Hal ini menunjukkan bahwa secara
keseluruhan pengurus telah memahami mengenai pengertian anggota Koperasi .

Pengawas Koperasi sebagian besar yaitu 58,82 persen telah paham mengenai
pengertian anggota Koperasi . Sedangkan pengawas yan telah sangat paham mengenai
pengertian anggota Koperasi yaitu sebanyak 11,76 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
pemahaman pengawas mengenai pengertian anggota Koperasi masih bervariasi.

Manajer Koperasi sebagian besar yaitu 64,71 persen telah paham mengenai pengertian
anggota Koperasi . Sedangkan manajer yang telah paham mengenai pengertian anggota
Koperasi sebanayk 23,53 persen. Namun demikian masih ada manajer yang kurang paham
mengenai pengertian anggota Koperasi yaitu sebanyak 11,76 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa pemahaman manajer mengenai pengertian anggota Koperasi masih bervariasi.

5.7 Pemahaman Mengenai Rapat Anggota Koperasi

Rapat anggota mempunyai peranan penting dalam menentukan maju atau mundurnya
tata kehidupan Koperasi ,karena rapat anggota membahas persoalan yang timbul dalam
kegaitan Koperasi yang kemudian akan dicari jalan cara penyelesaiannya untuk mengetasi
persoalan,dalam membuat program kerja Koperasi harus di tetapkan oleh rapat anggota
sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam Koperasi . Penyelenggaraan rapat anggota
merupakan kewajiban bagi pengurus Koperasi . Berbagai macam rapat anggota Koperasi,
antara lain :

1. Rapat Anggota Biasa :

Rapat anggota diselenggarakan oleh Koperasi yang sifatnya rutin atau bilamana
keadaan memerlukan tetapi tidak menentukan hal-hal yang sifatnya sangat mendasar
seperti perubahan anggaran dasar,amalgamasi dan pembubaran.

a. Rapat Anggota Tahunan

Rapat anggota tahunan Koperasi sifatnya wajib dilaksanakan secara periodik


sesudah tutup tahun buku. Rapat anggotatahunan merupakan forum kekuasaan
tertinggi Koperasi ,yang antara lain :

 Menilai pertanggung jawaban pengurus, pengawas dan partisipasi anggota


dalam tahun buku yang lalu.
 Menetapkan kebijaksanaan pengurus dalam tahun buku yang akan datang.
 Menetapkan rencana kerja dan rencana anggaran belanja tahun buku yang
akan datang.

Pelaksanaan rapat anggota tahunan harus tepat waktu sesuai petunjuk :

 Pasal 26 ayat 1 dan 2 UU No. 25 Tahun 1992


 Ketentuan dalam anggaran dasar Koperasi .

b. Rapat Anggota Penyusunan Renja Dan RAPB

Rapat anggota peyusunan rencana kerja dan rencana anggota pendapatan dan
belanja sebagai pencerminan pokok manajemen Koperasi yang baik adalah
dengan program kerja dari Koperasi yang disusun oleh pengurus dan disyahkan
oleh rapat anggota.

Program kerja dimkasud berupa Rencana Kerja dan Rencana Anggaran


Pendapat dan Belanja yang merupakan landasan pelaksanaan operasional.

c. Rapat Anggota Pemilihan Pengurus dan Pengawas

Rapat anggota ini dapat dilaksanakan secara tersendiri dalam hal adanya kasus
pada Koperasi , sehingga untuk menyelamatkan Koperasi perlu segera
dilaksanakan rapat anggota untuk memilih pengurus / pengawas. Namun apabila
Koperasi berjalan baik dan masa jabatan pengurus/pengawas sudah habis,
pemilihan dilaksanakan dalam rapat anggota tahunan yang merupakan acara
tersendiri.
2. Rapat Anggota Khusus

Rapat anggota khusus adalah rapat yang diselenggarakan oleh Koperasi untuk
membahas maslah yang diselenggarakan olehKoperasi untuk membahas masalah
yang sifatnya sangat mendasar yang menyangkut Badan Hukum Koperasi termasuk
Anggota Dasarnya, oleh karena itu dalam pelaksanaannya dibedakan 3 (tiga) jenis yaitu
:

a. Rapat anggota khusus perubahan anggaran dasar.

b. Rapat anggota khusus pembubaran Koperasi .

c. Rapat anggota khusus penyatuan/amalgamasi Koperasi .

3. Rapat Anggota Dalam Keadaan Luar Biasa

Sesuai dengan UU No.25 tahun 1992 Pasal 27 ayat 1, 2, 3, dan Pasal 28. Yang
dimaksud dengan keadaan luar biasa antara lain :

a. Keadaan dimana pengurus tidak mampu atau tidak bersedia mengadakan rapat
anggota.

b. Pengurus tidak ada lagi.

c. Keadaan darurat.

Cara pelaksanaannya dari berbagai macam rapat tersebut sama, yang berbeda hanya
dalam beberapa hal antara lain :

1. Quorum rapat
2. Waktu penyelenggaraan
3. Materi yang dibahas
4. Tujuan dan Keputusasn rapat.

Rapat anggota syah apabila jumlah anggota yanghadir telah mencapai jumlah minimal
menurut Anggaran Dasar untuk dapat melaksanakan rapat anggota, secara umum quorum
rapat adalah lebih dari separoh [ > 50%] dari jumlah anggota Koperasi . Untuk Koperasi yang
jumlah anggotanya besar dapat dilaksanakan melalui pembentukan kelompok dan pengaturan
quorum sebagai berikut :

a). Koperasi yang jumlah anggotanya 501-1000 orang quorum syahnya rapat 20% dari
jumlah anggota.

b). Koperasi yang jumlah anggotanya lebih dari 1000 orang quorum syahnya rapat 10 %
dari jumlah anggota.
Ketentuan quorum menurut butir a dan b atas harus diawali dengan mnegadakan rapat
anggota pendahuluan dimasing-masing kelompok. Pelakasanaan rapat anggota dengan sistem
perwakilan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

(a) Sebelum rapat anggota diselenggarakan masing-masing kelompok harus


menyelenggarakan rapat kelompok untuk membahas dan menetapkan :

 Bahan-bahan yang akan diajukan dan disyahkan oleh pengurus Koperasi dalam
rapat anggota harus diterima masing-masing kelompok 2 (dua) minggu sebelum
pelaksanaan rapat.
 Menetapkan utusan kelompok yang akan hadir dalam rapat anggota Koperasi ,
utusan diambil dari kalangan anggota kelompok sendiri.

(b) Utusan masing-masing kelompok organisasi hanya membawakan suara dari


kelompoknya yang telah di putuskan dalam rapat kelompok yang bersangkutan sebelum
rapat anggota Koperasi dalam bentuk keputusan-keputusan, usul, pendapat dan saran-
saran dalam bentuk tertulis.

Pemahaman, Pengurus, Pengawas dan anggota mengenai Rapat Anggota Koperasi


disajikan pada Tabel 5.7

Tabel 5.7 Pemahaman, Pengurus, Pengawas dan anggota Mengenai Rapat Anggota Koperasi

No. Kategori Pengurus Pengawas Manajer Anggota

1 Sangat Paham 23,53 52,94 35,29 17,65

2 Paham 64,71 41,18 47,06 47,15

3 Kurang Paham 11,67 5,88 17,65 17,65

4 Tidak Paham 0,00 0,00 0,00 17,65

5 Sangat Tidak Paham 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2009


Pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 64,71 persen telah paham mengenairapat
anggota Koperasi , sedangkan pengurus yang telah sangat paham mnegenai rapat anggota
Koperasi , sedangkan pengurus yang telah sangat paham mnegenai rapat anggota Koperasi
sebanyak 35,29 persen. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan pengurus telah
memahami mengenai Rapat anggota Koperasi .

Pengawas Koperasi sebagian besar yaitu 52,94 persen telah sangat paham mnegenai
pengertian rapat anggota Koperasi . Sedangakan pengawasan yang telah paham mengenai
pengertian rapat anggota Koperasi sebanayak 41,18 persen. Namun demikian masih ada
pengawas yang kurang paham mengenai pengertian rapat anggota Koperasi yaitu sebanyak
5,88 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman pengawas mengenai pengertian
rapatanggotaKoperasi masih bervariasi.

Manajer Koperasi sebagian besar yaitu 48,06 persen telah paham mengenai pengertian
rapat anggota Koperasi . Sedangkan manajer yang telah sangat paham mengenai pengertian
rapat anggota Koperasi sebanyak 35,29 persen. Namun demikian masih ada manajer yang
kurang paham mengenaipengertia rapat anggota Koperasi yaitu sebanayak 17,65 persen. Hal
ini menunjukkan bahwa pemahaman manajer mengenai pengertian rapat anggota Koperasi
yaitu sebanyak 17,65 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman manajer mengenai
pengertian rapat anggota Koperasi masih bervariasi.

Anggota Koperasi sebagian besar yaitu 47,15 persen telah paham mengenai rapat
anggota Koperasi , sedangakan anggota yang telah sangat paham mengenai rapat anggota
Koperasi sebanayk 17,65 persen. Namun demikian masih ada anggota yang kurang paham
mengenai rapat angota Koperasi yaitu sebanyak 17,65, bahkan ada anggota yang masih tidak
paham mengenai rapat anggota Koperasi sebanyak 17,65 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
pemahaman anggota mengenai rapat anggota Koperasi masih bervariasi.

5.8 Pemahaman Mengenai Pengertian Pengurus Koperasi

Pengurus adalah salah satu alat perlengkapan organisasi Koperasi di samping Rapat
Anggota dan Pengawas. Pengurus dipilih dari dan oleh anggota dalam Rapat Anggota sera
bertanggung jawab kepada Rapat Anggota. Syarat-syarat menjadi pengurus Koperasi
[Anggaran Dasar Koperasi Pasal 24 Ayat (2)] :

1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

3. Mempunyai jiwa kepemimpinan, sifat kejujuran dan keterampilan kerja

4. Mempunyai pengertian Mengenai perKoperasi an.


Prosedur /cara pemilihan pengurus Koperasi adalah :

a. Dipilih secara langsung oleh rapat anggota [ calon-calon ditetapkan lebih dahulu oleh
rapat atau langsung dipilih].

b. Ditetapkan oleh suatu Formatur yang ditunjuk oleh rapat, ketetapan Formatur dapat
mutlak / mengikat [ karena mandat penuh ] ataua masih harus diputuskan oleh rapat.

Tugas, wewenang dan tanggung jawab pengurus meliputi

a). Tugas pengurus meliputi [pasal 30 Ayat (1) UU No.25 Tahun 1992] :

 Mengelola Koperasi dan usahanya


 Mengajukan rancangan rencana kerja serta RAPB Koperasi .
 Menyelenggarakan Rapat Anggota.
 Memelihara Buku daftar Anggota dan Daftar Pengurus.
 Mengajukan laporan keuangan dan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas
 Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan Inventaris secara tertib.

b). Wewenang pengurus[Pasal 30 ayat (2) UU No.25 Tahun 1992]

 Mewakili Koperasi dihadapan dan diluar pengadilan.


 Memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru pemberhentian anggota
sesuai dengan ketentuan.
 Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan Koperasi sesuai
dengan tanggung jawabnya dan keputusan Rapat Anggota.

c). Tanggung jawab pengurus:

 Pengurusbertanggungjawab mengenai segalakegiatan pengelolaan Koperasi dan


usahanya kepada rapat anggota atau rapat anggotaluar biasa.
 Pengurus baik bersama- sama maupun sendiri-sendiri menanggung kerugian yang
di derita Koperasi karena tindakan yang dilakukan dengan kesengajaan atau
kelalaiannya.
 Disamping penggatian kerugian tersebut,apabila tindakan itu dilakukan dengan
kesenganjaan tidak menutup kemungkinan bagi penuntut umum untuk melakukan
penuntutan.

Anggaran Dasar Koperasi pasal 29 menyebutkan bahwa :

(1) Pengurusan dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam rapat Anggota.

(2) Pengurus merupakan pemegang kuasa rapat Anggota


(3) Untuk pertama kalil, susunan dan naman anggota Pengurus dicantumkan dalam akta
pendirian.

(4) Masa jabatan pengurus paling lama 5(lima) tahun.

(5) Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat menjadi anggota pengurus dalam
anggaran dasar.

Pemahaman, Pengurus, Pengawas dan anggota mengenai Rapat Anggota Koperasi di


sajikan pada Tabel 5.8

Tabel 5.8 Pemahaman, Pengurus Pengawas dan anggota mengenai Pengertian Pengurus
Koperasi .

No Kategori Pengurus Pengawas Manajer Anggota

1 Sangat Paham 29,41 41,18 17,65 17,65

2 Paham 70,59 47,06 70,59 58,82

3 Kurang Paham 0,00 11,76 11,76 23,53

4 Tidak Paham 0,00 0,00 0,00 0,00

5 Sangat Tidak Paham 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer,2009

Pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 70,59 persen telah paham mengenai
pengurus Koperasi ,sedangkan pengurus yang telah sangat paham mengenai rapat anggota
Koperasi sebanyak 29,41 persen. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan pengurus
telah memahami mengenai pengurus Koperasi .

Pengawas Koperasi sebagian besar yaitu 47,06 persen telah paham mengenai
pengurus Koperasi , sedangkan pengawas yang telah sangat paham mengenai pengurus
Koperasi sebanyak 41,18 persen. Namun demikian masih ada pengawas yang kurang paham
mengenai pengurus bahwa pemahaman pengawas mengenai pengurus Koperasi masih
bervariasi.

Manajer Koperasi sebagian besar yaitu 70,59 persen telah paham mengenai pengurus
Koperasi , sedangkan manajer yang telah sangat paham mengenai pengurus Koperasi
sebanyak 17,65 persen. Namun demikian masih ada manajer yang kurang paham mengenai
pengurus Koperasi sebanyak 11,76persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman manajer
mengenai pengurus Koperasi masih bervariasi.

Anggota Koperasi sebagian besar yaitu 58,82 persen telah paham mengenai pengurus
Koperasi , sedangkan anggota yang telah sangat paham mengenai pengurus Koperasi
sebanyak 17, 65 persen. Namun demikian masih ada anggota yang kurang paham mengenai
pengurus Koperasi yaitu sebanyak 23,53 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman
anggota mengenai pengurus Koperasi masih bervariasi.

5.9 Pemahaman Mengenai Pengawas Koperasi

Pengawas adalah salah satu alat perlengkapan organisasi Koperasi disamping


pengurus dan rapaty anggota. Pengawas diberi kuasa oleh anggota / rapat anggota untuk
melaksanakan pengawasan dan pemariksaan. Pengawas dipilih dari dan oleh anggota dalam
rapat anggota, pengawas bertanggung jawab kepada rapat anggota.

1. Syarat-syarat yang dapat dipilih menjadi pengawas [Anggaran Dasr Koperasi Pasal 35
Ayat (3)] :

(1) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

(2) Setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

(3) Memiliki sifat kejujuran.

(4) Mengetahui seluk beluk perKoperasi an dan pembukuan

2. Prosedur / cara pemilihan pengawas :

(1) Dipilih secara langsung oleh rapat anggota [ calon-calon di tetapkan lebih dahulu
oleh rapat atau langsung dipilih ].

(2) Ditetapkan oleh suatu Formatur yang ditunjuk oleh rapat, ketetapan Formatur
yang di tunjuk oleh rapat, kertetapan Formatur dapat mutlak / mengikat [karena
mendapat penuh] atau masih hasrus diputuskan oleh rapat.

3. Masa jabatan dan jumlah pengawas :

(1) Masa jabatan pengurus ditetapkan dan tercantum di dalam anggaran dasar
[3tahun]

(2) Pengawas sebanyak-banyaknya terdiri 3 [ tiga] orang.


4. Tata cara pengawas

Tugas-tugas pengawasan yang dilimpahkan oleh rapat anggota oleh pengawas melalui
urutan :

(1) Merumuskan maksud pengawasan

(2) Menyampaikan pemberitahuan maksud pengawasan kepada pengurus

(3) Melaksanakan pengawasan

(4) Membuat laporan secara tertulis untuk di sampaikan pada rapat anggota
tahunan dan tembusannya kepada pejabat Koperasi .

5. Bidang Pengawas

Hal-hal yang diawasi oleh pengawas adalah :

(1) Organisasi dan manajemen Koperasi seperti keadaan dan perkembangan


anggota, rapat anggota, pengurus karyawan dan sebagainya.

(2) Bidang usahaseperti pertandingan antara rencana, pendapatan dan biaya yang
dikeluarkan jenis-jenis usaha yang dilakukan dan lain sebagiannya.

(3) Bidanga administrasi usaha dan oraganisasi seprti pembukuan keuangan, daftar
inventaris, buku anggota, buku pengurus dan buku usaha dan organisasi lainnya.

(4) Bidang permodalan seperti sumber modal, perkembangan permodalan, daftar


piutang dan lain sebagainya.

Anggaran Dasar Koperasi Pasal 38 menyebutkan bahwa :

(1) Pengawas dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam Rapat Anggota

(2) Pengawas bertanggung jawab kepada Rapat Anggota

(3) Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat sebagai anggota Pengawas
ditetapkan dalam anggran dasar.

Anggaran Dasar Koperasi Pasal 39 menyebutkan bahwa :

(1) Pengawas bertugas :

a. Melakukan pengawas mengenai pelaksanaan kebijaksanaan dan


pengelolahan Koperasi

b. Membuat laporan tertulis mengenai hasil pengawasannya.


(2) Pengawas berwenang :

a. Meneliti catatan yang ada pada Koperasi .

b. Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan

(3) Pengawas harus merahasiakan hasil pengawasannya mengenai pihak ketiga.

Pemahaman,pengurus dan pengawas mengenai rapat anggota Koperasi disajikan pada


Tabel 5.9

Tabel 5.9 Pemahaman, Pengurus, Pengawas dan Manajer Mengenai Pengertian


Pengawas Koperasi

No. Kategori Pengurus Pengawas Manajer

1 Sangat Paham 29,41 29,41 17,65

2 Paham 70,59 52,94 70,59

3 Kurang Paham 0,00 17,65 11,76

4 Tidak Paham 0,00 0,00 0,00

5 Sangat Tidak Paham 0,00 0,00 0,00

Jumlah 100,0 100,0 100,0

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2009

Pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 70,59 persen telah paham mengenai
pengawas Koperasi , sedangkan pengurus yang teah sangat paham mengenai pengawas
Koperasi sebanyak 29,41 persen. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan pengurus
telah memahami pengawas Koperasi .

Pengawas Koperasi sebagian besar yaitu 52,94 persen telah paham mengenai
pengawas Koperasi , sedangkan pengawas yang telah sangat paham mengenai pengawas
Koperasi sebanyak 29,41persen. Namun demikian masih ada pengawas yang kurang paham
menngenai pengawas Koperasi yaitu sebanyak 17,65 persen. Hal inimenunjukkan bahwa
pemahaman pengawas mengenai Koperasi masih bervariasi.
Manajer Koperasi sebagian besar yaitu 70,59 persen telah paham mengenai pengawas
Koperasi, sedangkan manajer yang telah sangatpaham mengenai pengawas Koperasi
sebanyak 17,65 persen.Namun demikian masih ada manajer yang kurang paham mengenai
pengawas Koperasi yaitu sebanyak 11,76 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman
manajer mengenai pengawas Koperasi masih bervariasi.

5.10 Pemahaman mengenai Tata Cara Pengangkatan Pengurus

Pengangkatan pengurus berdasarkan Anggaran Dasar Koperasi Pasal 29 menyebutkan


bahwa :

(1) Pengurus dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam rapat anggota

(2) Persyaratan untuk dapat dipilih dan di angkat menjadi anggota Pengurus ditetapkan
dalam Anggaran Dasar.

Pemahaman, Pengurus dan Pengawas Mengenai tata cara pengangkatan pengurus Koperasi
disajikan pada Tabel 5.10.

Tabel 5.10 Pemahaman, Pengurus, Pengawas dan Manajer Mengenai Tata Cara
Pengangkatan Pengurus Koperasi .

No Kategori Pengurus Pengawas Manajer

1 Sangat Paham 23,53 35,29 35,29

2 Paham 76,47 58,82 47,06

3 Kurang Paham 0,00 5,88 17,65

4 Tidak Paham 0,00 0,00 0,00

5 Sangat Tidak Paham 0,00 0,00 0,00

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer,2009

Pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 76,47 persen telah paham mengenai tatacara
pengangkatan pengurus Koperasi , sedangkan pengurus yang telah sangat paham mengenai
tata cara pengangkatan pengurus Koperasi sebanyak 25,53 pesen. Hal ini menunjukkan
bahwa secara keseluruhan pengurus telah memahami mengenai tata cara pengangkatan
pengurus Koperasi .

Pengawas Koperasi sebagian besar yaitu 58,82 persen telah paham mengenai tata
cara pengangkatan pengurus Koperasi , sedangkan pengawas yang telah sangat paham
mengenai tata cara pengangkatan pengurus Koperasi sebanyak 35,29 persen. Namun
demikian masih ada pengawas yang kurang paham mengenai tata cara pengangkatan
pengurus Koperasi yaitu sebanyak 5,88 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman
pengawas mengenai tata cara pengangkatan pengurus Koperasi masih bervariasi.

Manajer Koperasi sebagian yaitu 47,06 persen telah paham mengenai tata cara
pengangkatan pengurus Koperasi , sedangkan manajer yang telah sangat paham mengenai
tata cara pengangkatan pengurus Koperasi sebanyak 35,29 persen. Namun demikian masih
ada manajer yang kurang paham mengenai tata cara pengangkatan pengurus Koperasi
sebanyak 17,65 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman manajer mengenai tata cara
pengangkatan pengurus Koperasi masih bervariasi.

5.11 Pemahaman Mengenai Tata Cara Pemberhentian Pengurus Koperasi

Pemberhentian pengurus tergantung kepada hasil rapat anggota. Jika pengurus dapat
melaksanakan kewajibannya maka rapat anggota dapat memberhentikan pengurus. Namun jika
dalam berjalannya pengurus dapat melaksanakan kewajibannya maka jabatannya sesuai
dengan masa jabatan yang di atur dalam anggaran dasar Koperasi . Pemahaman, Pengurus
dan pengawas mengenai tata cara pengangkatan pengurus disajikan pada Tabel 5.11

Tabel 5.11 Pemahaman,Pengurus,Pengawas dan Manajer Mengenai Tata Cara


Pemberhentian Pengurus Koperasi .

No Kategori Pengurus Pengawas Manajer

1 Sangat Paham 23,53 23,53 29,41

2 Paham 76,47 64,71 47,06

3 Kurang Paham 0,00 11,76 17,65

4 Tidak Paham 0,00 0,00 5,88

5 Sangat Tidak Paham 0,00 0,00 0,00

Jumlah 100,0 100,0 100,0

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2009

Pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 76,47 persen telah paham mengenai tata cara
pemberhentian pengurus Koperasi , sedangkan pengurus yang telah sangat paham mengenai
tata cara pemberhentian pengurus Koperasi sebanyak 25,53 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa secara keseluruhan pengurus telah memahami mengenai tata cara pemberhentian
pengurus Koperasi .
Pengawas Koperasi sebagian besar yaitu 64,71 persen telah paham mengenai tata
cara pemberhetian pengurus Koperasi, sedangkan pengaawas yang telah sangat paham
mengenai tata cara pemberhentian pengurus Koperasi sebanyak 25,53 persen. Namun
demikian masih ada pengawas yang kurang paham mengenai tata cara pemberhentian
pengurus Koperasi yaitu sebanyak 11,76 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman
pengawas mengenai tata cara pemberhentian pengurus Koperasi masih bervariasi.

Manajer Koperasi sebagian besar yaitu 47,06 persen telah sangat paham mengenai
tata cara pemberhentian pengurus Koperasi sedangkan manajer yang telah sangat paham
mengenai tata cara pemberthentian pengurus Koperasi sebanyak 29,41 persen. Namun
demikian masih ada manajer yang kurang paham mengenai tata cara pemberhentian pengurus
Koperasi yaitu sebanyak 17,65, bahkan ada manajer yang masih tidak paham mengenai tata
cara pemberhentian pengurus Koperasi sebanyak 5,55 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
pemahaman manajer mengenai tata cara pemberhentian pengurus Koperasi masih bervariasi.

5.12 Pemahaman Mengenai Pengangkatan Pengawas Koperasi

Pengawasan Koperasi dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam Rapat Anggota.
Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat sebagai anggota Pengawas di tetapkan
dalamAnggaran Dasar. Pemahaman Pengurus, Pengawas dan Manajer Mengenai Tata Cara
Pengangkatan Pengawas Koperasi disajikan pada Tabel 5.12

Tabel 5.12 Pemahaman, Pengurus, Pengawas dan Manajer Mengenai Tata Cara
Pengangkatan Pengawas Koperasi .

No. Kategori Pengurus Pengawas Manajer

1 Sangat paham 23,53 35,29 17,65

2 Paham 70,59 64,71 64,70

3 Kuranng Paham 5,88 0,00 17,65

4 Tidak Paham 0,00 0,00 0,00

5 Sangat Tidak Paham 0,00 0,00 0,00

Jumlah 100,0 100,0 100,0

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2009


Berdasarkan Tabel 5.12 bahwa pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 70,59 persen
telah paham mengenai tata cara pengangkatan pengawas Koperasi , sedangkan pengurus
yang telah sangat paham mengenai tata cara pengangkatan pengawas Koperasi sebanyak
25,35 persen. Namun demikian masih ada pengurus yang kurang paham mengenai tata cara
pengangkatan pengawas Koperasi sebanyak 5,88 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
pemahaman pengurus mengenai tata cara pengangkatan pengawas Koperasi masih
bervariasi.

Pengawas Koperasi sebagian besar yaitu 64,71 persen telah paham mengenai tata
cara pengangkatan pengawas Koperasi , sedangkan pengawas Koperasi yang telah sangat
paham mengenai tata cara pengangkatan pengawas Koperasi sebanyak 35,29 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa secara keseluruhan pengawas telah memahami mengenai tata cara
pengangkatan pengawas Koperasi .

Manajer Koperasi sebagian besar yaitu 64,70 persen telah paham mengenai tatacara
pemangkatan pengawas Koperasi , sedangkan manajer yang telah sangat paham mengenai
tata cara pengangkatan pengawas Koperasi sebanyak 17,65 persen. Namun demikian masih
ada manajer yang kurang paham mengenai tata cara pengangkatan pengawas Koperasi yaitu
sebanyak 17,65 persen.Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman manajer mengenai tata cara
pengangkatan pengawas Koperasi masih bervariasi.

5.13 Pemahaman Mengenai Pemberhentian Pengawas Koperasi

Pemberhentin pengawas tergantung kepda hasil rapat anggota. Jika pengawas tidak
dapat melaksanakan kewajibaanya maka rapat angfgota dapat memberhentikan pengawas.
Namun jika dalam perjalanya pengawas dapat melak sanakan kewajibannya maka jabatanya
sesuai dengan masa jabatan yang di atur dalam anggaran dasar Koperasi .

Pemahanan Pengurus, Pengawas dan manager mengenai Tata Cara Pemberhentian


Pengawas Koperasi .

No Kategori Pengurus Pengawas Manajer

1 Sangat paham 23,53 23,53 17,65

2 paham 64,71 70,59 76,47

3 Kurang paham 11,76 5,88 5,88

4 Tidak paham 0,00 0,00 0,00

5 Sangat tidak paham 0,00 0,00 0,00

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber: hasil pengelola data primer, 2009.


Berdasarkan Tabel 5.13 bahwa pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 64,71 persen
telah paham mengenai tata cara pemberhentiaan pengawasan Koperasi , sedangkan pengurus
yang telah sangat paham mengenai tata cara pemberhentian pengawas Koperasi sebanyak
23,53 persen. Namun demikian masih ada pengurus yang kurang paham mengenai tata cara
pemberhentian pengawas Koperasi yaitu sebanyak 11,76 persen. Hal ini menunjukan bahwa
pemahaman pengurus mengenai tata cara pemberhentian pengawasan Koperasi masih
bervariasi.

Pengawasan Koperasi sebagian besar yaitu 70,59 persen telah paham mengenai tata
cara pemberhentian pengawas Koperasi , sedangkan pengawan yang telah sangat paham
mengenai tata cara pemberhentian pengawasaan Koperasi sebanyak 23,53 persen. Namun
demikian masih ada pengawas yang kurang paham mengenai tata cara pemberhentian
pengawas Koperasi yaitu sebanyak 5.88 persen. Hal ini menunjukan bahwa pemahaman
pengawas mengenai tata cara perberhentian pengawas Koperasi masih bervariasi.

Manajer Koperasi sebagian besar yaitu 76,47 persen telah paham mengenai tatat cara
pemberhentian pengawaas Koperasi ,sedangkan manajer yang telah sangat paham mengenai
tata cara pemberhentian pengawas Koperasi yaitu sebanyak 17,65 persen. Namun demikian
masih ada manajer yang kurang paham mengenai tata cara pemberhentian pengawas Koperasi
yaitu sebanyak 5,88 persen. Hal ini menunjukan bahwa pemahaman manajer mengenai tata
cara pemberhentian pengawas Koperasi masih bervariasi.

Untuk lebih jelasnya mengenai pemahamman pengurus, pengawas dan manajer


mengenai tata cara pemberhentian pengawasan Koperasi

Grafik pemahaman pengurus,pengawas dan manajer mengenai tata cara


pemberhentian pengawasa Koperasi

Memperlihatkam bahwa tingkat pemahaman pengurus,pengawas dan manajer


mengenai pengertian tata cara pemberhentian pengawas koperrasi masih beda-beda.
Perbedaan ini diduga disebabkan adanya perbedaan persepsi diantara mereka.

5.14 Pemahaman mengenai anggaran dasar Koperasi

Angggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) memuat sekurang-
kurangnya ;

a. Daftar nama pendiri;


b. Nama dan tempat kedudukan;
c. Maksud dan tujuan serta bidang usaha;
d. Ketentuan mengenai keanggotaan
e. Ketentuan mengenai Rapat Anggota
f. Ketentuan mengenai pengelolaan
g. Ketentuan mengenai permodalan
h. Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya
i. Ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha
j. Ketentuan mengenai sanksi

Pemahaman pengurus, pengawas dan manajer mengenai anggaran dasar Koperasi


disajikan pada table 5.14

Table 5.14 pemahaman, pengurus,pengawas dan Manajer mengenai anggaran dasar Koperasi

No Kategori Pengurus Pengawas Manajer

1 Sangat Paham 23,53 35,29 11,76

2 Paham 70,59 58,82 64,71

3 Kurang Paham 5,88 0,00 17,65

4 Tidak Paham 0,00 5,88 5,88

5 Sangat Tidak Paham 0,00 0,00 0,00

Jumlah 100,0 100,0 100,0

Sumber : Hasil Pengelohan Data Primer, 2009

Berdasarkan tabe 5,14 bahwa pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 70,59 persen
telah paham mangenai anggaran dasar Koperasi , sedangkan pengurus yang telah sangat
paham mengenai anggaran dasar Koperasi sebanyak 23,53 persen. Namun demikian masih
ada pengurus yang kurang paham mengenai anggaran dasar Koperasi yaitu sebanyak 5,88
persen, hal ini menunjukan bahwa pemahaman pengurus mengenai anggaran dasar Koperasi
masih bervariasi.

Pengawas Koperasi sebagian besar yaitu 58,82 persen telah sanggat paham
mengenai anggaran dasar Koperasi , sedangkan pengawas yang telah paham mengenai
anggaran dasar Koperasi sebanyak 35,29 persen. Namun masih ada pengawas yang tidak
paham mengenai anggaran dasar Koperasi yaitu sebanyak 5,88 persen. Hal ini menunjukan
bahwa pemahaman pengawas mengenai anggarn dasar Koperasi masih bervariasi.

Manajer Koperasi sebagian besar yaitu 64,71 persen telah paham mengenai
anggaran dasar Koperasi , sedangkan manajer yang telah sangat paham mengenai anggaran
dasar Koperasi sebanyak 11,76 persen. Namun masih ada manajer yang kurang paham
mengenai anggaran dasar Koperasi yaitu sebanyak 17,65 persen. Bahkan masih ada manajer
Koperasi yang tidak paham mengenai anggaran dasar Koperasi yaitu sebanyak 5,88 persen.
Hal ini menunjukan bahwa pemahaman manajer mengenai anggaran dasar Koperasi masih
bervariasi.
Memperhatikan bahwa tingkat pemahaman pengurus,pengawas dan manajer mengenai
anggaran dasar Koperasi masih berbeda-beda. Perbedaan ini diduga disebabkan adanya
perbedaan kepentingaan,pendidikan,metode pemahaman dan perbedaan persepsi diantara
mereka.

5.15 Pemahaman Mengenai Peran Notaris Dalam Anggaran Dasar Koperasi

Pembentukan sebuah Koperasi dilakukan dengan membuat AKTA pendirian yang


memuat anggaran dasar. Koperasi akan memperoleh badan hukum setelah akta pendirianya
disahkan oleh pemerintah,dalam hal ini departemen Koperasi dan usaha menengah kecil atau
dapat juga disyahkan oleh notaries. Untuk mendapatkan pengesahan badan hukum Koperasi ,
para pendiri harus mengajukan permintaan tertulis disertai akta pendirian Koperasi , berita
acara rapat pembentukan Koperasi , surat bulti penyetoran modal (minimal sebesar simpanan
pokok), serta rencana awal kegiatan Koperasi .

Pemahaman Pengurus, Pengawasan Dan Manajer Mengenai Peran Notaries Dalam


Anggaran Dasar Koperasi disajikan pada Tabel 5.15.

No Kategori Pengurus Pengawas Manajer

1 Sangat Paham 11,76 17,65 5,88

2 Paham 52,94 52,94 64,71

3 Kurang Paham 29,41 11.76 23,53

4 Tidak Paham 5,88 17,65 0,00

5 Sangat Tidak Paham 0,00 0,00 5,88

Jumlah 100,0 100,0 100,0

Sumber : hasil pengolahan dat primer, 2009.

Berdasarkan table 5.15 bahwa pengurus Koperasi sebagaian besar yaitu 52,94 persen
telah paham mengenai peran notaries dalm anggarn dasr Koperasi , sedangkan pengurus yang
telah sangat paham mengenai peran notaris dalam anggaran dasar Koperasi sebanyak 11,76
persen. Namun masih ada pengurus yang kurang paham mengenai peran notaris dalam
anggaran dasar Koperasi sebanyak 29,41 persen. Bahkan masih ada pengurus Koperasi yang
tidak paham mengenai peran notaris dalam anggarn dasar Koperasi sebanyak 5,88 persen.
Hali ini menunjukan bahwa pemahaman pengurus Koperasi mengenai peran notaris dalam
anggaran dasar Koperasi masih bervariasi.

Pengawas Koperasi sebagian besar yaitu 52,94 persen telah paham mengenai peran
notaris dalam anggaran dasar Koperasi , sedangkan pengawas yang telah sangat paham
mengenai peran notaries dalam anggaran dasar Koperasi sebanyak 17,56 persen. Namun
masih ada pengawas yang kurang paham mengenai peran notaris dalam anggaran dasar
Koperasi sebanyak 11,76 persen. Bahkan masih ada pengawas yang tidak paham mengenai
peran notaris dalam anggaran dasar Koperasi yaitu sebanyak 17,65 persen. Hali ini
menunjukan bahwa pemahaman pengawasan Koperasi mengenai peran notaris dalam
anggaran dasar Koperasi masih bervariasi. Pemahaman manajer mengenai peran notaris
dalam anggaran dasar Koperasi disajikan.

Manajer Koperasi sebagian besar yaitu 64,71 persen telah paham mengenai peran
notaris dalam anggaran dasar Koperasi , sedangkan manajer yang telah sangat pahm
mengenai paeran notaris dalam anggaran dasar Koperasi sebanyak 5,88 persen. Namun
masih ada manajer yang kurang paham mengenai peran notaris dalam anggaran dasar
Koperasi sebanyak 23,53 persen. Bahkan masih ada manajer Koperasi yang sanggat tidak
paham mengenai peran notaries dalam anggaran dasar Koperasi yaitu sebanyak 5,88 persen.
Hal ini menunjukan bahwa pemahaman manajer Koperasi mengenai peran notaris dalam
anggaran dasar Koperasi masih barvariasi.

5.16 Pemahaman Mengenai Peran Pejabat Dalam Anggaran Dasar Koperasi

Sesuai dengan pasal 9 anggaran dasar Koperasi menyebutkan bahwa Koperasi


memperoleh status badan hukum setelah akta pendirinya disahkan oleh pemerintah.

Selanjutnya pada pasal 10 anggaran dasr Koperasi menyebutkan bahwa :

(1) Untuk memperoleh pengesahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, para pendiri
mengajukan permintaan tertulis disertai akta pendirian Koperasi
Pengesahan akta pendirian diberikan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah diterimanya permintaan pengesahan
(2) Pengesahan akta pendirian diutamakan dalam berita Negara Republik Indonesia.

Dalam pasal 11 Anggaran Dasar Koperasi menyebutkan bahwa :

(1) Dalam hal permintaan pengesahan akta pendirian ditolak, alasan penolakan
diberitahukan kepada para pendiri secara tertulis dalam waktu paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah diterimanya permintaan

(2) Mengenai penolakan pengesahan akta pendirian para pendiri dapat mengajukan
permintaan ulang dalam waktu paling lambat 1 (satu) bulan sejak diterimanya penolakan

(3) Keputusan mengenai pengajuan permintaan ulang diberikan dalam jangka waktu paling
lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya pengajuan permintaan ulang.

Pemahamaan pengurusan,pengawas dan manajer mengenai peran pejabat dalam


anggaran dasar Koperasi disajikan pada Tabel 5.16
Tabel 5.16 Pemahamaan, pengurusaan, pengawasan dan manajer mengenai peran pejabat
dalam anggaran dasar Koperasi .

No Kategori Pengurus Pengawas Manajer

1 Sangat Paham 11,76 23,53 17,65

2 Paham 35,29 47,06 52,94

3 Kurang Paham 47,06 17,65 17,65

4 Tidak Paham 5,88 11,76 5,88

5 Sangat Tidak Paham 0,00 0,00 5,88

Jumlah 100,0 100,0 100,0

Sumber: hasil pengolahan data primer, 2009

Berdasarkan Tabel 5,16 bahwa pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 47,06 persen
kurang paham mengenai peran pejabat dalam anggaran dasar Koperasi , sedangkan pengurus
yang telah paham mengenai peran pejabat dalam anggaran dasar Koperasi sebanyak 35,29
persen. Sedangkan pengurus yang telah sangat paham mengenai peran pejabat dalam
anggaran dasar Koperasi sebanyak 11,76 persen. Bahwkan maih ada pengurus kopersai yang
tidak paham mengenai peran pejabat dalam anggaran dasar Koperasi yaitu sebanyak 5,88
persen. Hal ini menunjukan bahwa pemahaman pengurusan Koperasi mengenai peran pejabat
dalam anggaran dasar Koperasi masih bervariasi.

Pengawas Koperasi sebagian besar yaitu 47,06 persen telah paham mengenai peran
pejabat dalam anggaran dasar Koperasi , sedangkan pengawas yang telah sangat paham
mengenai peran pejabat dalam anggaran dasar Koperasi sebanyak 23,53 persen. Namun
masih ada penagawas yang kurang paham mengenai peran pejabat dalam anggaran dasar
Koperasi sebanyak 17,65 persen. Bahkan masih ada pengawas Koperasi yang tidak paham
mengenai peran pejabat dalam anggaran dasar Koperasi yaitu sebanyak 11,76 persen. Hal ini
menunjukan bahwa pemahaman pengawas Koperasi mengenai peran pejabat dalam anggaran
dasar Koperasi masih bervariasi.

Manajer sebagian besar yaitu 52,94 persen telah paham mengenai peran pejabat dalam
anggaran dasar Koperasi , sedangkan manajer yang sangat paham mengenai peran pejabat
dalam anggaran dasar Koperasi sebanyak 17,65 persen. Namun masih ada manajer yang
kurang paham mengenai peran pejabat dalam anggaran dasar Koperasi sebanyak 17,65
persen. Bahkan masih ada manajer Koperasi yang tidak paham mengenai peran pejabat dalam
anggarn dasar Koperasi yaitu sebanyak 5,88 persen, sedangkan manajer Koperasi yang
sangat tidak paham mengenai peran pejabat dalam anggaran dasar Koperasi sebanyak 5,88
persen. Hal ini menunjukan bahwa pemahaman manajer Koperasi mengenai peran pejabat
dalam anggaran dasar Koperasi masih bervariasi.

Memperlihatkan bahwa tingkat pemahaman pengurus,pengawas dan manajer mengenai


peran pejabat dalam anggaran dasar Koperasi masih berbeda-beda. Perbedaan ini diduga
disebabkan adanya perbedaab kepentingan,pendidikan,metode pemahaman dan perbedaan
persepsi diantara mereka.

5.17 Pemahaman Mengenai Masa Kerja Pengurus Dan Pengawas Koperasi

Masa kerja pengurus dan pengawas ditentukan dalam anggaran dasar Koperasi .
Penentuan masa jabatan pengurus dan pengawas tergantung pada hasil rapat anggota. Ada
umumnya masa jabatan pengurusa dan anggota antara 3 sampai dengan 5 tahun. Pemahaman
pengurus,pengawas dan manajer mengenai masa kerja pengurusa dan pengawas Koperasi
disajikan pada Tabel 5.17.

Tabel 5.17 Pemahaman, Pengurus, Pengawas, dan Manajer Megenai Masa Kerja Pengurus
dan Pengawasan Koperasi

No Kategori Pengurus Pengawas Manajer


1 Sangat Paham 35,29 35,29 29,41
2 Paham 64,71 41,18 52,94
3 Kurang Paham 0,00 11,76 17,65
4 Tidak Paham 0,00 11,76 0,00
5 Sangat Tidak Paham 0,00 0,00 0,00
Jumlah 100,0 100,0 100,0

Berdasarkan Tabel 4.17 bahwa pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 64,71 persen
telah paham mengenai masa kerja pengurusan dan pengawasan Koperasi , sedangkan
pengurus Koperasi yang telah sangat paham mengenai masa kerja pengurus dan pengawas
Koperasi sebanyak 35,29 persen. Hal ini menunjukan bahwa secara keseluruhan pengurusa
telah memahami mengenai masa kerja pengurusan dan pengawasan Koperasi .

Pengawas Koperasi sebagian besar yaitu 41,18 persen telah paham mengenai masa
kerja pengurus dan pengawas Koperasi , sedangkan pengawas yang telah sangat paham
mengenai masa kerja pengurusa dan pengawasan Koperasi sebanyak 35,29 persen. Namun
masih ada pengawas yang kurang paham mengenai masa kerja pengurusan dan pengawasan
Koperasi sebanyak 11,76 persen. Bahkan masih ada pengawas Koperasi yang tidak paham
mengenai masa kerja pengurus dan pengawas Koperasi yaitu sebanyak 11,76 persen. Hali ini
menunjukan bahwa pemahaman pengawasa Koperasi menenai masa kerja pengurus dan
pengawas Koperasi mengenai masa kerja pengurus dan pengawasan Koperasi masih
bervariasi.
Manajer Koperasi sebagian besar yaitu 52,94 persen telah paham mengenai masa
kerja pengurus dan pengawas Koperasi , sedangkan manajer yang telah sangat paham
mengenai masa kerja pengurus dan pengawas Koperasi sebanyak 29,41 persen.namun masih
ada manajer yang kurang paham mengenai mas kerja pengurus dan pengawas Koperasi
sebanyak 17,65. hal ini menunjukan bahwa pemahaman manajer Koperasi mengenai masa
kerja pengurus dan pengawas Koperasi masih bervariasi.

Untuk lebih jelasnya mengenai pemahaman pengurusa, pengawas dan manajer


mengenai masa kerja pengurus dan pengawas Koperasi .

5.18 Pemahaman Mengenai Isi Anggaran Daar Dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi

Isi Anggaran Dasar Koperasi yang disusun pada rapat anggota minimal memuat
mengenai

1) Daftar nama pendiri

2) Nama dan tempat kedudukan Koperasi

3) Maksud dan tujuan serta bidang usaha

4) Ketentuan mengenai keangotaan

5) Ketentuan mengenai rapat anggota

6) Ketentuan mengenai pengelolaan

7) Ketentuan mengenai permodalan

8) Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya Koperasi

9) Ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha

10) Ketentuan mengenai sanksi

Perubahan anggaran dasar Koperasi harus dilakukan berdasarkan keputusan rapat


anggota yang diadakan untuk itu, dan wajib membuat berita acara rapat anggota perubahaan
anggaran dasar Koperasi . Mengenai perubahan anggaran dasar yang menyangkut
penggabungan,pembagian dan perusaan bidang usaha Koperasi dimintakan pengesahan
kepada kepala kantor departemen Koperasi , pengusahaan kecil dan menengah bagi Koperasi
primer dan sekunder berskala daerah atau kepada mentri Koperasi , pengusaha kecil dan
menengah bagi Koperasi sekunder berskala nasional.

Penggabungan (amalgamasi) dan peleburan Koperasi dapat dilakukan pertimbangan


pengengan dan atau efisien usaha pengelolaan Koperasi sesuai dengan kepentingan anggota.
Penggabungan atau peleburan Koperasi dilakukan dengan persetujuan rapat anggota masing-
masing Koperasi .

Pemahaman pengurus,pengawas dan manajer mengenai isi anggaran dasar dan


anggaran rumah tangga Koperasi disajikan pada Tabel 5.18

no Kategori Pengurus Pengawas Manajer

1 Sangat Paham 11,76 41,18 17,65

2 Paham 82.35 35,29 47,09

3 Kurang Paham 5,88 23,53 29,14

4 Tidak Paham 0,00 0,00 5,88

5 Sangat Tidak Paham 0,00 0,00 0,00

Jumlah 100,0 100,0 100,0

Berdasarkan Tabel 5.18 bahwa pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 82,35 persen
telah paham mengenai isi anggaran dasar dan anggaran paham mengenai isi anggaran dasar
dan anggaran rumah tanggan Koperasi sebanyak 11,76 persen. Namun masih ada pengurus
Koperasi yang kurang paham mengenai isi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
Koperasi sebanyak 5,88 persen. Hal ini menunjukan bahwa pemahaman pemgurus Koperasi
mengenai isi anggaran dasar dan anggaran rumah tngga Koperasi masih bervariasi.

Pengawasan Koperasi sebagian besar yaitu 41,18 persen telah sangat paham
mengenai isis anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Koperasi sebanyak 35,29 persen.
Namun masih ada pengawas Koperasi yang kurang paham mengenai isi anggaran dasar dan
rumah tangga Koperasi sebanyak 23,53 persen. Hal ini menunjukan bahwa pemahaman
pengawas Koperasi mengenai isi anggaran dasar dan anggaran rumah tanggan Koperasi
masih bervariasi.

Manajer Koperasi sebagian besar yaitu 47,06 persen telah paham mengenai isi
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Koperasi , sedangkan manajer yang telah sangat
paham mengenai isi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Koperasi , sedangkan
manajer yang telah sangat paham mengenai isi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
Koperasi sebanyak 17,65 persen. Namun masih ada manajer Koperasi yang kurang paham
mengenai isi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Koperasi sebanyak 29,41 persen,
bahkan masih ada manajer Koperasi yang tidak paham mengenai isi anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga Koperasi sebanyak 5,88 persen. Hal ini menunjukan bahwa
pemahaman manajer Koperasi mengenai isi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
Koperasi masih bervariasi.
5.19 Pemahaman Mengenai Pembuatan AD/ART Koperasi

Pembuatan anggaran dasar di buat dalam rapat anggota. Apabila penyusunan anggaran
dasar tidak mungkin di susun bersama-sama seluruh peserta rapat, maka dapat ditempuh :

a. Membentuk tim perumus penyusun anggaran dasar dengan tugas menyusun draf
anggaran dasar yang bersifat umum dan hasilnya dilaporkan kepada pendirian Koperasi
untuk dimintakan pengesahan kepada seluruh anggota.

b. Hal-hal khusus yang perlu dibahas oleh seluruh peserta (tidak diserahkan kepada tim
perumus) diantaranya :

1. Nama dan tempat kedudukan Koperasi


2. Persyaratan menjadi anggota
3. Besarnya simpanan pokok dan simpanan wajib
4. Nama-nama pendiri, pengurus dan pengawas
5. Kegiatan usaha
6. Ketentuan mengenai penggunaan sisa hasil usaha
7. Ketentuan mengenai sanksi

Pemahaman Pengurus, Pengawas Dan Manajer Mengenai Pembuatan Anggaran Dasar


Dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi disajikan pada Tabel 5.19.

5.19 Pemahaman Pengurus, Pengawas Dan Manajer Mengenai Pembuatan Anggaran Dasar
Dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi .

No Kategori Pengurus Pengawas Manajer

1 Sangat Paham 11,76 29,41 17,65

2 Paham 76,47 52,94 52,94

3 Kurang Paham 11,76 17,65 23,53

4 Tidak Paham 0,00 0,00 0,00

5 Sangat Kurang Paham 0,00 0,00 5,88

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Berdasarkan tabel 5.19 bahwa pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 76,47 persen telah
paham mengenai tata cara pembuatan AD/ART Koperasi , sedangkan pengurus yang telah
sangat paham mengenai tata cara pembuatan AD/ART Koperasi sebanyak 11,76 persen.
Namun masih ada pengurus Koperasi yang kurang paham mengenai tata cara pembuatan
AD/ART Koperasi sebanyak 11,76 persen. Hal ini menunjukan bahwa pemahaman pengurus
Koperasi mengenai tata cara pembuatan AD/ART Koperasi masih bervariasi.

Pengawasan Koperasi sebagian besar yaitu 52,94 persen telah paham mengenai tata cara
pembuatan AD/ART Koperasi cara pembuatan AD/ART Koperasi sebanyak 29,41 persen.
Namun masih ada pengawasan Koperasi yang kurang paham mengenai tata cara pembuatan
AD/ART Koperasi sebanyak 17,65 persen. Hal ini menunjukan bahwa pemahaman pengawas
Koperasi mengenai tata cara pembuatan AD/ART Koperasi masih bervariasi.

Manajer Koperasi sebagian besar yaitu 52,94 persen telah paham mengenai tata cara
pembuataan AD/ART Koperasi , sedangkan manajer yang telah sangat paham mengenai tata
cara pembuatan AD/ART Koperasi sebanyak 17,65 persen. Namun masih ada manajer
Koperasi yang kurang paham mengenai tata cara AD/ART Koperasi sebanyak 23,53 persen.
Bahkan masih ada manajer Koperasi tidak paham mengenai tata cara pembuatan AD/ART
Koperasi sebanyak 5,88 persen. Hal ini menunjukan bahwa pemahaman manajer Koperasi
mengenai tata cara pembuatan AD/ART Koperasi masih bervariasi.

5.20 Pemahaman Mengenai Tata Cara Pengesahan AD/ART Koperasi

Pemahaman Pengurus, Pengawas Dan Manajer Mengenai Tata Cara Pengesahan


Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi disajikan pada Tabel 5.20

Tabel 5.20 Pemahaman, Pengurus, Pengawas dan Manajer Mengenai Tata Cara
Pengesahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi

No Kategori Pengurus Pengawas Manajer

1 Sangat Paham 17,65 29,41 5,88

2 Paham 76,47 47,06 58,82

3 Kurang Paham 5,88 23,53 23,53

4 Tidak Paham 0,00 0,00 11,76

5 Sangat Kurang Paham 0,00 0,00 0,00

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2009.

Berdasarkan table 5.20 bahwa pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 76,47 persen telah
paham mengenai tata cara pengesahan AD/ART Koperasi , sedangkan pengurus yang telah
sangat paham mengenai tata cara pengesahan AD/ART Koperasi sebanyak 17,61persen.
Namun masih ada pengurus Koperasi yang kurang paham mengenai tata cara pengesahan
AD/ART Koperasi sebanyak 5,88 persen. Hal ini menunjukan bahwa pemahaman pengawasan
Koperasi mengenai tata cara pengesahan AD/ART Koperasi masih bervariasi.

Pengawas Koperasi sebagian besar yaitu 47,06 persen telah paham mengenai tata cara
pengesahan AD/ART Koperasi , sedangkan pengawasan yang telah sangat paham mengenai
tata cara pengesahan AD/ART sebanyak 29,41 persen. Namun masih ada pengawas Koperasi
yang kurang paham mengenai tata cara pengesahan AD/ART Koperasi 23,53 persen. Hal ini
menunjukan bahwa pemahaman pengawas Koperasi mengenai tata cara pengesahan AD/ART
Koperasi masih bervariasi.

Manajer Koperasi sebagian besar yaitu 58,82 persen telah paham mengenai tata cara
pengesahan AD/ART Koperasi , sedangkan manajer Koperasi yang telah sangat paham
mengenai tata cara pengesahan AD/ART Koperasi sebanyak 5,88 persen. Namun masih ada
manajer Koperasi yang kurang paham mengenai tata cara pengesahan AD/ART Koperasi
sebanyak 23,53 persen. Bahkan masih ada manajer Koperasi yang tidak paham mengenai tata
cara pengesahan AD/ART Koperasi masih bervariasi.

5.21 Pemahaman Mengenai Jumlah Minimal Anggota Koperasi

Jumlah minimal anggota Koperasi primer sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang.


Sedangkan jumlah anggota Koperasi sekunder sekurang-kurangnya 3 (tiga) Koperasi .

Pemahaman pengurus, pengawas dan manajer mengenai jumlah minimal anggota Koperasi
disajikan pada Tabel 5.21.

No Kategori Pengurus Pengawas Manajer

1 Sangat Paham 29,41 35,29 35,29

2 Paham 64,71 64,71 47,06

3 Kurang Paham 5,88 0,00 17,65

4 Tidak Paham 0,00 0,00 0,00

5 Sangat Tidak Paham 0,00 0,00 0,00

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2009

Berdasarkan table 5.21 bahwa pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 64,71 persen telah
paham mengenai jumlah minimal anggota Koperasi, sedangkan pengurus yang telah sangat
paham mengenai jumlah minimal anggota Koperasi, sedangkan pengurus yang telah sangat
paham mengenai jumlah minimal anggota Koperasi sebanyak 29,41 persen. Namun masih ada
pengurus Koperasi yang kurang paham mengenai jumlah minimal anggota Koperasi sebanyak
5,88 persen. Hali ini menujukan bahawa pemahamaan pengurus Koperasi mengenai jumlah
minimal anggota Koperasi masih bervariasi.

Pengawas Koperasi sebagian besar yaitu 64,71 persen telah paham mengenai jumlah
minimal anggota Koperasi, sedangkan pengawas Koperasi yang telah sangat paham mengenai
jumalah minimal anggota Koperasi sebanyak 35,29 persen. Hali ini menunjukan bahwa secara
keseluruhan pengawas Koperasi telah memahami mengenai jumlah minimal anggota Koperasi

Manajer Koperasi sebagian besar yaitu 47,06 persen telah paham mengenai jumlah
minimal anggota Koperasi , sedangkan manajer yang telah sangat paham mengenai jumlah
minimal anggota Koperasi sebanyak 35,29 persen. Namun masih ada manajer yang telah
sangat paham mengenai jumlah minimal anggota Koperasi sebanyak 17,65 persen. Hali ini
menunjukan bahwa pemahaman manajer Koperasi mengenai jumlah minimal anggota
Koperasi masih bervariasi.

5.22 Pemahaman Mengenai Modal Koperasi

Modal adalah sejumlah harga (uang/barang) yang digunakan untuk menjalankan usaha,
modal berupa uang tunai, barang dagangan bangunan dan lain sebagainya. Modal Koperasi
terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.

1. Modal Sendiri

Modal sendiri Koperasi pertama-tama dihimpun dari simpanan anggota (simpan pokok dan
simpanan wajib), setelah Koperasi berjalan dan mendapatkan sisa hasil usaha sebagian
dari sisa usaha tersebut dapat disisikan pada dana cadangan untuk memperkuat modal
sendiri. Dengan demikian modal sendiri Koperasi berasal dari:

a. Simpanan pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama besar,dari semua anggota dan wajib
dibayar pada saat masuk menjadi anggota simpanan pokok tidak dapat diambil
kemabali selama masih menjadi anggota. Besarnya simpanan pokok ditentukan oleh
rapat anggota.

b. Simpanan wajib
Simpanan wajib adalah sejumlah uang yang tidak sama besarnya bagi setiap anggota
yang wajib dibayar pada waktu tertentu. Simpanan wajib ditunjukan untuk meningkatkan
modal sendiri secara bertahab, selama menjadi anggota, simpanan wajib tidak dapat
diambil kembali.

c. Dana cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah dana yang disisihkan dari sisa usaha untuk memupuk
modal sendiri dan untuk menutup kerugian Koperasi bila diperlukan. Besarnya
penyisihan dana yang dicadangan ditentukan/tercantum dalam anggaran dasar.

d. Hibah/Donasi (kalau ada)


Hibah/donasi adalah pemberian yang meningkatkan berupa uang atas barang untuk
memperlancar jalanya usaha.
2. Modal Pinjaman

Modal pinjaman Koperasi berasal dari :

a. Anggota
Disamping simpanan pokok dan simpanan wajib, Koperasi dapat menghimpun modal
pinjaman dari anggota dalam bentuk simpanan sukarela dan simpanan khusus.

 Simpanan sukarela pada dasarnya merupakan uang tiotipan dari anggota yang
dapat diambil sesuai perjanjian yang perlaksaanya diatur dalam anggaran rumah
tangga.
 Simpanan khusus pada dasranya merupakan pinjaman dari anggotayang membiayai
keperluan tertentuan. Tujuan, imbalan jasa dan cara pengembalain diatur dalam
peraturan khusus.
b. Koperasi atau badan usaha lain
Pinjaman dari Koperasi atau badan usaha lain dapat diperolah atas dasar kerjasama
yang saling menguntungkan.

c. Bank dan lembang keuangan lainnya


untuk mendapatkan pinjamaan modal dari namk atau lembanga keuangan lainya,
Koperasi harus mengajukan surat yang diantara lain terdiri dari :

 Rencana penggunaan modal/rencana usaha


 Rencana pengembalian kredit
 Jaminan barang yang nilainya sebanding dengan besarnya pinjaman.

d. Penelitian obligasi atau surat hutang lainya


Obligasi adalah surat berharga yang merupakan pengakuan hutang jangka panjang
kepada pemeganganya dengan sanggupan membayar bunga tetap dan mengembalikan
pada waktu yang ditentukan, untuk menerbitkan obligasi harus memenuhi persyaratan
dan dapat ijin dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
e. Sumber lain yang syah
Pinjaman dari sumber lain yang syah biasanya diperoleh dari pemerintah atau lembaga
lain atas dasar pertimbangan tertentu.
f. Modal Penyertaan
Selain modal sendiri dan pinjamaan Koperasi dapat memperluas usaha yang dibiayai
dengan modal penyertaan yang berasal dari pemerintah dan atau masyarakat. Pada
hakekatnya modal penyertaan merupakam modal pinjaman yang dalam hal
menanggung resiko diperlukan sebagian modal sendiri (ekuity)

1. Modal Penyertaan dari Pemerintah

Modal penyertaan dari pemerintah termasuk BUMN dan BUMN merupakan salah
satui bentuk bantuan kepada Koperasi yang perpotensi. Untuk menjaga agar modal
penyertaan digunakan sebagaimana semestinya, pemerintah dapat mengikut
sertakan wakilnya dalam pengelolaan unit usaha yang bersangkutan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku setelah usahanya berjalan lancer, modal penyertaan secara
berangsur dapat ditarik kembali.
2. Modal Penyertaan bukan dari Pemerintah

Kecuali dari pemerintah, modal penyertaan dapat berasal dari lembaga swasta dan
perorangan. Penggunaan modal penyertaan merupakan salah satu usaha Koperasi
untuk memperkuat susunan modal ekuity yang ikiut menaggung resiko dalam rangka
mengembangkan usaha. Penempatan modal diikat dengan perjanjian antara
penanaman modal dan Koperasi yang bersangkutan. Ditinjau dari pihak peserta
penanaman modal penyertaan dalam Koperasi merupakan suatu investasi untuk
mendapatkan imbalan jasa. Sesuai dengan perjanjian yang dibuat antara kedua
balah pihak penanaman modal diberi hak dan kewajiban :

(1) Hak atas asasi jasa modal penyertaan dengan system bagi hasil atau dengan
pembayaran bunga tetap.
(2) Kewenangan untuk ikut dalam kegiatan perencanaan pengelolaan dan
penawasan dengan jalan menempatkan wakilnya diunit usaha Koperasi yang
dibiayai dengan modal penyertaan.

Terkait dengan perjanjian tersebut dapat diadakan kesempakatan apakah modal


pernyataan akan ditanam secara terus menerus (tetap) atau dapat dikembalikan setelah
Koperasi berhasil menghimpun modal sendiri secukupnya.

(1) Modal Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.
(2) Modal sendiri dapat berasal dari :
a. simpanan pokok;
b. simpanan wajib;
c. dana cadangan;
d. hibah.
(3) Modal pinjaman dapat berasal dari :
a. anggota;
b. Koperasi lainnya dan/atau anggotanya;
c. Bank dan lembaga;
d. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya;
e. Sumber lain yang sah.

Pasal 42 undang-undang perKoperasi an No. 25 tahun 1992 menyebutkan bahwa :

1) Selain modal sebagaimana dimaksud pasal 41, koerasi dapat pula melakukan pemupukan
modal yang berasal dari modal penyertaan.
2) Ketentuan nengenai pemupukan modal yang berasal dari modal penyertaan diatur lebih
lanjut dengan peraturan pemerintah.
Pemahaman pengurus, pengawasan dan manajer mengenai modal Koperasi disajikan
pada table 5.22

No Kategori Pembina Pengurus Pengawas Manajer Anggota

1 Sangat paham 42,86 23,53 35,29 29,41 5,88

2 Paham 57,14 70,59 47,06 52,94 88,24

3 Kurang paham 0,00 5,88 17,65 17,61 5,88

4 Tidak paham 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

5 Sangat tidak paham 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah 100,00 100,0 100,00 100,0 100,0

Berdasarkan Tabel 4.74 bahwa Pembina/penyuluh Koperasi sebagian besar yaitu 57,14
persen telah paham mengenai modal Koperasi , sedangkan Pembina/penyuluh Koperasi
yang telah sangat paham mengenai modal Koperasi sebanayak 42,14 persen. Hal ini
menunjukan bahwa secara keseluruhan Pembina/penyuluh Koperasi telah memahami
mengenai usah Koperasi .

Pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 70,59 persen telah paham mengenai modal
Koperasi , sedangkan pengurus Koperasi yang telah paham mengenai modal Koperasi
sebanyak 23,53 persen. Namun demikian masih ada pengurus Koperasi yang kurang yaitu
sebayak 5,88 persen.

Pengawas Koperasi sebagian besar yaitu 52,94 persen telah sangat paham mengenai
modal Koperasi yang telah paham mengenai modal Koperasi sebanyak 23,53 persen.
Namun demikian masih ada pengurus Koperasi o yang kurang paham mengenai modal
Koperasi yaitu sebanyak 5,88 persen.

Manajer Koperasi sebagian besar yaitu 52,94 persen telah paham mengenai modal
Koperasi , sedangkan manajer Koperasi yang telah sangat paham mengenai modal Koperasi
sebanyak 29,41 persen. Namun demikian ada manajer Koperasi yang kurang paham
mengenai modal Koperasi yaitu sebanyak 17,65 persen.

Anggota Koperasi sebagian besar yaitu 88,24 persen telah paham mengenai modal
Koperasi , sedangkan anggota Koperasi sebanyak 5,88 persen. Namun demikian masih ada
anggota Koperasi yang kurang paham mengenai modal Koperasi yaitu sebanyak 5,88
persen.

5.23 Pemahaman mengenai pembukaan Koperasi

Untuk pelaksnaan kegiatan Koperasi maka diperlukan pembukaan Koperasi . Cara


pembukuan Koperasi mengikuti standar pembukuan standar Koperasi . Dalam rangka
peningkatan efisien, pengelola yang bersifat terbuka, dan melindungi pihak yang
berkepentingan, Koperasi dapat meminta jasa audit kepada akuntan publik. Dengan
ketentuan ini pengurus dapat meminta jasa audit kepada akutan peblik, dan tidak menutup
kemungkinan permintaan tersebut dilakukan oleh pengawas. Untuk terlaksanya audit
sebagaimana mestinya, Rapat anggota dapat menentapkan untuk itu. Yang dimaksud dengan
jasa audit adalah audit mengenai lapaoran keuangan dan audit lainya sesuai keperluan
Koperasi . Disamping itu Koperasi dapat meminta jasa lainya dari akuntan public antara lain
konsultai dan pelatihan.

Disajikan pada table 5.23

No Kategori Pembina Pengurus Pengawas Manajer

1 Sangat paham 42,86 23,53 52,94 5,88

2 Paham 57,14 70,59 29,41 64,71

3 Kurang paham 0,00 5,88 17,65 23,53

4 Tidak paham 0,00 0,00 0,00 5,88

5 Sangat tidak paham 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00

Berdasarkan table 5.23 bahwa Pembina/penyuluh Koperasi sebagian besar yaitu


57,41 persen telah paham mengenai pembukuan Koperasi , sedangkan Pembina/penyuluh
Koperasi yang telah sangat paham mengenai pembukaan Koperasi sebanyak 42,86
persen. Hal ini menunjukan bahwa secara keseluruhan Pembina/penyuluh telah
memahami mengenai pembukuan Koperasi .

Pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 70,59 persen telah paham mengenai
pembukuan Koperasi , sedangkan pengurus yang telah sangat paham mengenai
pembukuan koperasdi sebanyak 23,53 persen. Namun masih ada pengurus Koperasi
yang masih kurang paham mengenai pembukuan Koperasi sebanyak 5,88 persen. Hal ini
menunjukan bahwa pemahaman pengurus Koperasi mengenai pembukuan Koperasi
masih bervariasi.

Pengawas Koperasi sebagian besar yaitu 52,94 persen telah sangat paham
mengenai pembukuan Koperasi , sedangkan pengawas Koperasi yang telah paham
mengenai pembukuan sebanyak 29,41 persen. Namun masih ada pengawas Koperasi
yang masih kurang paham mengenai pembukuan Koperasi sebanyak 5,88 persen. Hal ini
menunjukan bahwa pemahaman pengawas Koperasi mengenai pembukuan Koperasi
masih bervariasi.

Manajer Koperasi sebagian besar yaitu 64,71 persen telah paham mengenai
pembukuan Koperasi , sedangkan manajer Koperasi yang telah paham mengenai
pembukuan sebanyak 5,88 persen. Namun masih ada manajer Koperasi yang masih
kurang paham mengenai pembukuan Koperasi sebanyak 23,53 persen. Bahkan masih
ada 5,88 persen yang tidak paham mengenai pembukaan Koperasi . Hal ini menunjukan
bahwa pemahaman pengawas Koperasi mengenai pembukuan Koperasi masih
bervariasi.

5.24 Pemahaman Mengenai Sisa Hasil Usaha Koperasi

Berdasarkan pasal 45 undang-undang perKoperasi an no 25 tahun 1992


menyatakan bahwa sisa hasil usaha Koperasi merupakan pendapatan operasi yang
diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya,penyusutan, dan kewajiban lainya
termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.

Menurut Aripin Sitio dan Halomoan Tamba (2001 : 46), dalam perusahaan Koperasi
laba disebut sebagian sisa uang usaha (SHU). Teori laba-laba dapat dirinci sebagai berikut :

1. Teori laba monopoli, teori ini mengatakan bahwa beberapa perusahaan dengan
kekuatan monopoli dapat membatasi output dan menetapkan harga yang lebih tinggi
daripada bila perusahaan beroperasi pada kondisi persaingan sempurna.
2. Teori laba inovasi, laba diperoleh karena keberhasilan perusahaan dalam melakukan
inovasi.
3. Teori laba efisien manajerial perusahaan yang dikelola secara efisien akan
memperoleh laba di atas rata-rata normal.

Sesuai dengan konsep Koperasi maka perusaan Koperasi akan memperolah laba dari
hasil efisien manajerial, karena orientasi usahanya lebih menekankan pada pelayanan usaha
yang manfaat pada pelayana usaha yang dapat memberikan manfaat dan kepuasan bersama
para anggotanya. Fungsi laba dalam Koperasi tergantung pada besar kecilnya partisipasi atau
transaksi anggota dengan Koperasinya. semakin tinggi partisipasi anggota, maka semakin
tinggi manfaat yang diterima anggota (Aripin Sitio dan Halomoan Tamba, 2001: 48 )

Tiktik Sartika Partomo dan Abd. Rachman Soejoedono (2004 : 81) pendapatan Koperasi
bersumber dari selisih antara harga pelayanan Koperasi dengan harga pokok bara/jasa yang
disediakn Koperasi. Semakin besar jumlah barang/jasa yang dimanfaatkan oleh para anggota
Koperasi akan semakin besar pula jasa anggota Koperasi tersebut mengenai pembukaan
pendapatan Koperasi

Kontribusi modal anggota pada Koperasi akan meningkatkan kemampuan Koperasi


dalam kontribusi modal akan semakin meningkatkan modal serta modal tersebut
didayagunakan secara efektif pada anggota

Pasal 45 UU No 25 1992 mengenai perkoperasian telah merumuskan mengenai sisa


hasil usaha Koperasi sebagian berikut :

1. Sisa hasil usaha Koperasi merupakan pendapatan Koperasi yang diperoleh dalam satu
tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan dan kewajiban lainya termasuk pajak
dalam tahun yang bersangkutan.
2. Sisa hasil usaha setelah dikurangi cadangan, dibanding dengan jasa usaha yang
dilakuakan oleh masing-masing anggota dengan Koperasi, serta digunakan untuk
keperluan lain dari Koperasi sesuia dengan keputusan rapat anggota.
3. Besarnya pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam rapat anggota.

Berdasarkan ayat 1 tersebut ada tiga komponen utama yaitu SHU, pendapatan dan
biaya Koperasi. Dari tiga kompenen tersebut SHU hanyalah konsekuensi dari pada pendapat
dan biaya Koperasi. Secara sederhana SHU dapat dirumuskan sebagi berikut :

SHU = TR - TC

Dimana SHU = Sisa hasil usaha

TR = Total Revenue (pendapatan total Koperasi )

TC = TOTAL COST (Biaya Total Kopersi)

Berdasarkan persamaan tersebut akan ada tiga kemungkinan yang akan terjadi yaitu :

1. Jumlah pendapatan Koperasi lebih besar dari pada jumlah biaya Koperasi sehingga
terdapat selisih yang disebut SHU positif.
2. Jumlah pendapatan Koperasi lebih kecil dari pada jumlah biaya-biaya Koperasi
sehingga terdapat selisih yang disebut SHU negatif.
3. Jumlah pendapatan Koperasi sama dengan jumlah biaya-biaya Koperasi sehingga
SHU nihil atau berimbang.

Modal Sendiri :
1. Simpanan Pokok Modal
2. Simpanan Wajib
3. Dana Cadangan

Modal

SHU

Modal Sendiri :
1. Anggota
2. Koperasi
3. Bank Insvestasi
4. Lembaga Keuangan non
Bank
5. Penerbitan Obligasi
Ditinjau dari manajerial SHU adalah selisih dari seluruh pemasukan atau peneriman total
(total revenue) dengan biaya/biaya total (total cost) dalam satu tahun buku. Pemahaman,
pengurusan, pengawasan, manajer dan anggota mengetahui sisa hasil usaha Koperasi pada
table 5.24

No Kategori Pengurus Pengawas Manajer Anggota

1 Sangat paham 23,53 35,29 5,88 11,76

2 Paham 70,59 47,06 70,59 47,06

3 Kurang paham 5,88 17,65 23,53 41,18

4 Tidak paham 0,00 0,00 0,00 0,00

5 Sangat tidak paham 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,0

Berdasarkan Tabel 5.24 bahwa pengurus Koperasi sebagioan beasr yaitu 70,59 persen
telah paham mengenai sisa hasil usaha Koperasi , sedangkan pengurus Koperasi yang telah
sangat paham mengenai sisa hasil usaha Koperasi sebaynyak 23,54 persen. Namun masih
ada pengurus Koperasi yang masih kurang paham mengenai sisa hasil usaha Koperasi
sebanyak 5,88 persen. Hal ini menunjukan bahwa pemahamaan pengurusa Koperasi
mengenai sisa hasil usaha Koperasi masih bervariasi.

Pengawas Koperasi sebagian yaitu 47,06 persen telah paham mengenai sisa hasil
usaha Koperasi , sedangkan pengawasan Koperasi yang telah sangat paham mengenai sisa
hasil usaha Koperasi sebanyak 35,29 persen. Namun masih ada pengawas Koperasi yang
masih kurang paham mengenai sisa hasil usaha Koperasi masih bervariasi.

Manajer Koperasi sebagian besar yaitu 70,59 persen telah paham mengenai sisa hasil
usaha Koperasi, sedangkan menajer Koperasi yang telah sangat paham mengenai sisa hasil
usaha Koperasi sebanyak 5,88 persen. Naman masih ada manajer Koperasi yang masih
kurang paham mengenai sisa hasil usaha Koperasi sebanyak 23,53 persen. Hali ini
menunjukan bahwa pemahaman manajer Koperasi mengenai sisa hasil usaha Koperasi
bervariasi.

Anggota Koperasi sebagian besar yaitu 47,06 persen telah paham mengenai sisa hasil
usaha Koperasi, sedangkan anggota Koperasi yamg telah sanagat paham mengenai sisa hasil
usaha Koperasi sebanyak 11,76 persen. Namaun masih ada anggota Koperasi yang masih
kurang paham mengenai sisa hasil usaha Koperasi masih bervariasi.
5.25 Pemahaman mengenai pembagian sisa hasil usaha

Sisa hasil usaha setelah dikurangi dana cadangan,dibagikan kepada anggota sebanding
dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota denagn Koperasi, serta
digunakan untuk keperluan laian dari kopersai, sesuai dengan keputusan rapat anggota.

Besarnya SHU yang diterima oleh setiap anggota akan beda, tergantung pada besarnya
partisipasi modal dan transaksi anggota mengenai pembentukan pendapat Koperasi. Dalam
pengertian ini pula ada hubungan linear antara transaksi usaha anggota dan Koperasi nya
dalam perolehan SHU, artinya semakin besar transaksinya (usaha dan modal) anggota dengan
Koperasinya, maka semakin besar SHU yang akan diterima.

Acuan dasar untuk membagikan SHU adalah prinsip-prisip dasar koperasi yang
menyebutkan bahwa pembagian SHU dilakuakan secara adil sebanding dengan besearnya
jasa usaha masing-masing anggota. Untuk Indonesia dasar hukumnya adalah pasal 5 ayat 1
UU no 25 tahun 1992 mangenai perKoperasian yang menjelaskan bahwa “pembagian SHU
kepada anggota dilakukan tidak semata-mata berdasarkan modal yang yang dimiliki seseorang
dalam koperasi, tetapi juga berdasakan pertimbangan jasa usaha anggota mengenai Koperasi.
Dengan demikian SHU yang diterima anggota bersumber dari 2 kegiatan ekonomi yang di
lakukan oleh anggota sendiri yaitu :

1. SHU atas jasa modal, pembagian ini sekaligus mencerimnkan anggota sebagian
pemilikan atau pun investor, karena jasa atas modalnya (simpnan) tetap diterima dari
Koperasi nya sepanjang Koperasi tersebut menghasilkan SHU pada tahun buku
bersangkutan.
2. SHU atas jasa usaha, jasa ini menegaskan bahwa anggota Koperasi selain pemilik
juga sebagian pemakian atau pelanggan. Selain untuk di bagikan ke anggota juga
diperlukan untuk dana cadangan Koperasi , dan sosial dan dana untuk pembangunan
lingkungan. Pembagian tersebut tergantung dari keputusan Rapat anggota.

Sisa hasi usaha setelah dikurangi dana cadangan dibagikan kepada anggota sebanding
dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan Koperasi , serta di
gunakan utuk keperluan pendidikan untuk keperluan lain dari Koperasi , sesuai dengan
keputusan rapat anggota.

Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, (2001 : 91-92), prinsip-prinsip pembagian SHU
sebagai berikut :

1. SHU yang di bagikan bersumber dari anggota


2. SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan anggota sendiri.
3. pembagian SHU anggota dilakukan secara trasparan
4. SHU anggota dibayar secara tunai
Pemahaman Pembina, Pengurus, Pengwas, Manajer dan Anggota Mengenai
Pembagian Sisa Hasil Usaha koperasi disajikan pada Tabel 5.25

No Katagori Pembina Pengurus Pengawas Manajer Anggota

1 Sangat paham 42,86 29,41 35,29 5,88 42,86

2 Paham 28,57 64.71 47,06 64,71 28,75

3 Kurang paham 28,57 5,88 17,65 23,53 28,75

4 Tidak paham 0,00 0,00 0,00 5,88 0,00

5 Sangat tidak paham 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Berdasarkan table 5.25 bahwa Pembina/penyuluh Koperasi sebagian besar yaitu 42,86
persen telah sangat paham mengenai pembagian sisa hasil usaha Koperasi , sedangkan
Pembina/penyuluh Koperasi yang telah paham mengenai sisa hasil usaha sebanyak 28,57
persen. Namun masih ada Pembina/penyuluh Koperasi yang masih kurang paham mengenai
pembagian sisa hasil usaha Koperasi sebanyak 28,57 persen. Hal ini menunjukan bahwa
pemahamaan Pembina/penyuluh Koperasi mengenai pembagian sisa hasil usaha Koperasi
masih bervariasi.

Pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 64,71 persen telah paham mengenai
pembagian sisa hasil usaha Koperasi , sedangkan pengurus Koperasi yang telah sangat
paham mengenai pembagian sisa hasil usaha Koperasi sebanyak 29,41 persen. Namun masih
ada pengurus Koperasi yang masih kurang paham mengenai pembagian sisa hasil usaha
sebanyak 5,88 persen. Hal ini menunjukan bahwa pemahaan pengurus Koperasi mengenai
pembagian sisa hasil usaha Koperasi masih bervariasi.

Pengawas Koperasi sebagian besar yaitu 47,06 persen telah paham mengenai
pembagian sisa hasil usaha Koperasi , sedangkan pengawas Koperasi yang telah sangat
paham mengenai pembagian sisa hasil usaha Koperasi sebanyak 35,29 persen namun masih
ada pengawas Koperasi yang masih kurang paham mengenai pembagian sisa hasil usaha
Koperasi sebanyak 17,65 persen. Hal ini menunjukan bahwa pemahaan pengawas Koperasi
mengenai pembagian sisa hasil usaha Koperasi masih bervariasi.

manajer Koperasi sebagian besar yaitu 64,71 persen telah paham mengenai
pembagian sisa hasil usaha Koperasi , sedangkan manajer Koperasi yang telah sangat paham
mengenai pembagian sisa hasil usaha Koperasi sebayak 5,88 persen. namun masih ada
manajer Koperasi yang masih kurang paham mengenai pembagian sisa hasil usaha Koperasi
sebanyak 23,53 persen dan bahkan masih ada manajer Koperasi yang tidak paham mengenai
pembagiaan isa hasil usaha yaitu sebanyak 5,88 persen. Hal ini menunjukan bahwa pemahaan
pengawas Koperasi mengenai pembagian sisa hasil usaha Koperasi masih bervariasi.

anggota Koperasi sebagian besar yaitu 42,86 persen telah sangat paham mengenai
pembagian sisa hasil usaha Koperasi , sedangkan anggota Koperasi yang telah paham
mengenai pembagian sisa hasil usaha Koperasi sebanyak 28,57 persen. namun masih ada
anggota Koperasi yang masih kurang paham mengenai pembagian sisa hasil usaha Koperasi
sebanyak 28,57 persen. Hal ini menunjukan bahwa pemahaan pengawas Koperasi mengenai
pembagian sisa hasil usaha Koperasi masih bervariasi.

5.26 Pemahaman mengenai pembubaran Koperasi

Berdasarkan pasal 46 undang-undang perKoperasi an on.25 tahun 1992 menyebutkan


bahwa pembubaran Koperasi dapat dilakukan berdasarkan:

a. Keputusan rapat anggota, atau


b. Keputusan pemerintah.

Selanjutnya pada pasal 47 undang-undang perKoperasi an

No. 25 tahun 1992 menyebutkan bahwa :

1. Keputusan pembubaran oleh pemerintah sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 huruf


B dilakukan apabila :
a. terdapat bukti bahwa Koperasi yang bersangkutan tidak memenuhi
ketentuan undang-undang ini
b. kegiatanya berkenaan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan
c. kelngasungan hidupnya tidak dapat lagi diharapkan

2. Keputusan pembubaran Koperasi oleh pemerintah dikeluarkan dalam waktu paling


lambat 4 (empat) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya surat pemberitahuan rencna
pembubaran tersebut oleh Koperasi yang bersangkuatan

3. Dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) bulan sejak tanggal penerimaan
pemberitahuan, Koperasi yang bersangkutan berhak mengajukan keberatan

4. Keputusan pemerintahan mengenai di terima atau ditolaknya keberatan atas rencana


pembubaran diberikan paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya
pernyataan keberatan tersebut.
Tabel 5.27 . Pemahaman Pembina, Pengurus, Pengawas, Manajer dan Anggota Mengenai
Badan Hukum Koperasi-koperasi.

No Kategori Pembina Pengurus Pengawas Manajer

1 Sangat paham 28,57 11,76 17,65 5,88

2 Paham 42,86 64,71 52,94 47,06

3 Kurang paham 28,57 23,51 29,41 35,29

4 Tidak paham 0,00 0,00 0,00 11,76

5 Sangat tidak paham 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00

Berdasarkan table 5.26 bahwa Pembina/penyuluh Koperasi sebagian besar yaitu 42,86
persen telah paham mengenai pembubaran Koperasi , sedangkan Pembina/penyuluh
Koperasi sebanyak 28,57 persen. Hal ini menunjukan bahwa pemahaman
Pembina/penyuluh Koperasi mengenai pembubaran Koperasi masih bervariasi.

Pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 64,71 persen telah paham mengenai
pembubaran Koperasi , sedangkan pengurus Koperasi yang telah sangat paham
mengenai pembubarab Koperasi sebanyak 11,76 persen. Namun masih ada pengurus
Koperasi yang masih kurang paham mengenai pembubaran Koperasi sebanyak 23,53
persen. Hal ini menunjukan bhwa pemahaman pengawas Koperasi mengenai pembubaran
Koperasi masih bervariasi.

Pegawas Koperasi sebagian besar yaitu 52,94 persen telah paham mengenai
pembubaran Koperasi , sedangkan pengawas Koperasi yang telah sangat paham
mengenai pembubarab Koperasi sebanyak 17,65 persen. Namun masih ada pengawas
Koperasi yang masih kurang paham mengenai pembubaran Koperasi sebanyak 29,41
persen. Hal ini menunjukan bhwa pemahaman pengawas Koperasi mengenai pembubaran
Koperasi masih bervariasi.

manajer Koperasi sebagian besar yaitu 47,06 persen telah paham mengenai
pembubaran Koperasi , sedangkan manajer Koperasi yang telah sangat paham mengenai
pembubaran Koperasi sebanyak 5,88 persen. Namun masih ada manajer Koperasi yang
masih kurang paham mengenai pembubaran Koperasi sebanyak 35,29 persen, bahkan ada
manajer yang tidak paham mengenai pembubaran Koperasi yaitu sebanyak 11,76 persen.
Hal ini menunjukan bhwa pemahaman pengawas Koperasi mengenai pembubaran
Koperasi masih bervariasi.
5.27 Pemahaman mengenai badan hukum Koperasi

Pengesahan akta pendirian Koperasi akan diberikan paling lama 3 (tiga) bulan setelah
diterimanya permintaan pengesahan dan akan diumumkan dalam berita Negara republic
Indonesia. (sesuai pasal 10 ayat 2 & 3 UU no. 25 tahun 1992). Dengan surat keputusan meteri
Negara Koperasi pengusaha kecil dan menengah yang ditanda tangani oleh kepala dinas
Koperasi pengusaha kecil dan menengah kabupaten/kota. Pengesahan akta pendirian
diumumkan dalam berita Negara republic Indonesia

No Kategori Pembina Pengurus Pengawas Manajer Anggota

1 Sangat paham 42,86 11,76 41,18 5,88 5,88

2 Paham 42,86 76,47 58,82 58,82 70,59

3 Kurang paham 14,29 11,76 0,00 35,29 17,65

4 Tidak paham 0,00 0,00 0,00 0,00 5,88

5 Sangat tidak paham 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer. 2009

Berdasarkan table 5.27 bahwa Pembina/penyuluh Koperasi sebagian besar yaitu 42,86
persen telah paham dan sangat paham emngenai badan hukum Koperasi. Namun masih ada
Pembina/penyuluh Koperasi yang masih kurang paham mengenai bahan hukum Koperasi
sebanyak 14,29 persen. Hal ini menunjukan bahwa pemahaman Pembina/penyuluh Koperasi
mengenai bahan hukum Koperasi masih bervariasi.

Pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 76,47 persen telah paham mengenai badan
hukum Koperasi. Sedangkan pengurus yang telah sangat paham mengenai badan hukum
Koperasi sebanyak 11,76 persen. Namun masih ada pengurus Koperasi yang masih kurang
paham mengenai badan hukum Koperasi sebanyak 11,76 persen. Hal ini menunjukan bhwa
pemahaman pengawas Koperasi mengenai pembubaran Koperasi masih bervariasi.

Pengawas Koperasi sebagian besar yaitu 58,82 persen telah paham mengenai badan
hukum Koperasi . Sedangkan pengawas yang telah sangat paham mengenai badan hukum
Koperasi sebanyak 41,18 persen. Hal ini menunjukan bahwa pemahaman pengawas Koperasi
mengenai pembubaran Koperasi masih bervariasi.
Manajer Koperasi sebagian besar yaitu 58,82 persen telah paham mengenai badan
hukum Koperasi. Sedangkan manajer yang telah sangat paham mengenai badan hukum
Koperasi sebanyak 5,88 persen. Namun masih ada manajer Koperasi yang masih kurang
paham mengenai badan hukum Koperasi yaitu sebanyak 35,29 persen Hal ini menunjukan
bahwa pemahaman pengawas Koperasi mengenai pembubaran Koperasi masih bervariasi.

Anggota Koperasi sebagian besar yaitu 70,59 persen telah paham mengenai badan
hukum Koperasi. Sedangkan anggota yang telah sangat paham mengenai badan hukum
Koperasi sebanyak 5,88 persen. Namun masih ada anggota Koperasi yang masih kurang
paham mengenai badan hukum Koperasi yaitu sebanyak 17,65 persen dan bahkan masih ada
anggota yang tidak paham mengeni badan hukum Koperasi yaitu sebanyak 5,88 persen. Hal
ini menunjukan bahwa pemahaman pengawas Koperasi mengenai pembubaran Koperasi
masih bervariasi.

5.28 Pemahaman mengenai manfaat Koperasi

Manfaat Koperasi dapat dilihat dari dua aspek yaitu dari aspek ekonomi dan aspek
sosial. Manfaat Koperasi dari aspek ekonomi yaitu skala ekonomi, captive market, modal
Perwalian, nilai tambah dan peningkatan pendapatan. Sedangkan dari aspek sosial yaitu status
sosial, gotong royong, kekeluargaan dan sebagainya.

Pemahaman pengurus, pengawas, manajer, dan anggota mengenai manfaat Koperasi


disajikan pada table 5.28

No Kategori Pengurus Pengawas Manajer Anggota

1 Sangat paham 223,53 29,41 5,88 17,65

2 Paham 64,71 70,59 76,47 52,94

3 Kurang paham 11,76 0,00 17,65 23,53

4 Tidak paham 0,00 0,00 0,00 5,88

5 Sangat tidak paham 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00

Berdasarkan Tabel 5.28 bahwa pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 64,71 persen
telah paham mengenai manfaat Koperasi . Sedangkan pengurus yang telah senang paham
mengenai manfaat Koperasi sebanyak 23,53 persen. Namun masih ada pengurus Koperasi
yang masih kurang paham mengenai manfaat Koperasi yaitu sebanyak 11,76 persen. Hal ini
menunjukan bahwa pemahaman pengurus Koperasi mengenai manfaat Koperasi masih
disajaikan di Tabel 4.102
Pengawas Koperasi sebagian besar yaitu 70,59 persen telah paham mengenai manfaat
Koperasi. Sedangkan pengawas yang telah sangat paham mengenai manfaat Koperasi
sebanyak 29,41 persen. Hal ini menunjukan bahwa pemahaman pengawas Koperasi mengenai
manfaat Koperasi secara keseluruhan telah memahami.

Manajer Koperasi sebagian besar yaitu 76,47 persen telah paham mengenai manfaat
Koperasi. Sedangkan manajer yang telah sangat paham mengenai manfaat Koperasi
sebanyak 5,88 persen. Namun masih ada manajer Koperasi yang kurang paham mengenai
manfaat Koperasi. Hal ini menunjukan bahwa pemahaman manajer Koperasi mengenai
manfaat Koperasi masih bervariasi.

anggota Koperasi sebagian besar yaitu 52,94 persen telah paham mengenai manfaat
Koperasi. Sedangkan anggota yang telah sangat paham mengenai manfaat Koperasi
sebanyak 17,65 persen. Namun masih ada anggota Koperasi yang tidak paham mengenai
manfaat Koperasi. Hal ini menunjukan bahwa pemahaman manajer Koperasi mengenai
manfaat Koperasi masih bervariasi.

5.29 Pemahaman mengenai hak dan kewajiban Pengurus

Kewajiban pengurus dalam melaksanaan kegiatan Koperasi sebagai berikut :

 Mencatat dengan segera dalam buku daftar anggota mengenai masuk dan keluarnya
anggota
 Mencatat mengenai mulai dan berhentinya masa jabatan anggota pengurus dan pengawas.
 Menyelenggarakan rapat anggota tahunan menurut ketentuan dalam anggaran dasar.
 Memberikan pelayanan yang sama kepada anggota dan memelihara kerukunan diantara
anggota serta menjauhkan segala hal yang bisa menimbulkan segala salah paham
 Mengadakn pembukaan dan administrasi yang tertib dan teratur menurut ketentuan yang
berlaku dan atau petunjuk dari pejabat Koperasi .
 Melaporkan kepada rapat anggota mengenai segala kejadian yang mempengaruhi jalanya
Koperasi .
 Wajib memberikan laporan kepada pemerintah atau pejabat Koperasi menenai keadaan
dan perkembangan organisasi serta usahanya sekurang-kuranganya 2 kali setahun.
 Melaksanakan segala ketentuan dalam anggaran dasar, anggaran rumah tangga, peraturan
khusus dan keputusan rapat anggota.
Tabel 5.29

No Kategori Pembina Pengurus Pengawas Manajer Anggota

1 Sangat paham 28,57 11,76 35,29 5,88 0,00

2 Paham 71,43 76,47 52,94 52,94 47,06

3 Kurang paham 0,00 11,76 11,76 41,18 41,18

4 Tidak paham 0,00 0,00 0,00 0,00 11,76

5 Sangat tidak paham 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Berdasarkan Tabel 5.29 bahwa Pembina/penyuluh Koperasi sebagian besar yaitu 71,43
persen telah paham mengenai hak dan kewajiban pengurus. Sedangkan Pembina/penyuluh
yang telah sangat paham mengenai manfaat Koperasi sebanyak 28,57 persen. Hal ini
menunukan bahwa Pembina/penyuluh Koperasi mengenai hak dan kewajiban pengurus telah
dapat dipahami.

Pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 76,47 persen telah paham mengenai hak dan
kewajiban pengurus. Sedangkan pengurus yang telah sangat paham yang telah sangat paham
mengenai manfaat Koperasi sebanyak 11,76 persen. Namun demikian masih ada pengurus
yang kurang paham mengenai hak dan kewajiban pengurus yaitu sebanyak 11,76 persen. Hal
ini menunjukan bahwa pengurus Koperasi mengenai hak dan kewajiban pengurus masih
bervariasi.

Pengawas Koperasi sebagian besar yaitu 52,94 persen telah paham mengenai hak dan
kewajiban pengurus. Sedangkan pengurus yang telah sangat paham yang telah sangat paham
mengenai manfaat Koperasi sebanyak 35,29 persen. Namun demikian masih ada pengawas
yang kurang paham mengenai hak dan kewajiban pengurus yaitu sebanyak 11,76 persen. Hal
ini menunjukan bahwa pengurus Koperasi mengenai hak dan kewajiban pengurus masih
bervariasi.

Manajer Koperasi sebagian besar yaitu 52,94 persen telah paham menegnai hak dan
kewajiban pengurus. Sedangkan manajer yang telah sangat paham yang telah sangat paham
mengenai manfaat Koperasi sebanyak 5,88 persen. Namun demikian masih ada manajer yang
kurang paham mengenai hak dan kewajiban pengurus yaitu sebanyak 41,18 persen. Hal ini
menunjukan bahwa pengurus Koperasi mengenai hak dan kewajiban manajer masih
bervariasi.

Anggota Koperasi sebagian besar yaitu 47,06 persen telah paham mengenai hak dan
kewajiban pengurus. Namun demikian masih banyak aggota yang kurang paham mengenai hak
dan kewajiban pengurus yaitu sebanyak 41,18 persen. Dan bahkan ada yang anggota Koperasi
yang tidak paham mengenai hak dan kewajiban pengurus yaitu sebanyak 11,76 persen. Hal ini
menunjukan bahwa pengurus Koperasi mengenai hak dan kewajiban manajer masih
bervariasi.

5.30 Pemahaman mengenai hak dan kewajiban pengawas

Supaya tugas dan kewajiban pengawas dapat dilaksanakan dengan seksama, maka
pengawas diberikan hak dan wewenang sebagai berikut (pasal 36 ayat (2) anggaran dasar
Koperasi) : meneliti catatan yang ada pada Koperasi dan mendapatkan segala keterangan
yang diperlukan

Tugas, wewenang dan kewajiban (pasal 36 ayat (1) anggaran dasar Koperasi) :

1. Melakukan pengawasan mengenai pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan


Koperasi.
2. Membuat laporan tertulis mengenai hasil pengawasanya kepada rapat anggota melalui
pengurus.
3. Merahasiakan hasil pengawasan mengenai pihak ke tiga.

Tugas dan kewajiban tersebut dilaksanakan oleh pengawas dengan tujuan :

a. Agar Koperasi dapat berjalan sesuai dengan asas, sendi dasar Koperasi serta ketentuan
undang-undang yang berlaku.

b. Agar Koperasi dapat berjalan dengan lancar dan terus berkembang.

Table 5.30 Pemahaman Pembina, Pengurus, Pengawas, Manajer dan Anggota Mengenai Hak dan
Kewajiban Pengawas Koperasi.

No Kategori Pembina Pengurus Pengawas Manajer Anggota

1 Sangat paham 28,57 11,76 35,29 5,88 11,76

2 Paham 57,14 76,47 52,94 64,71 52,94

3 Kurang paham 14,29 0,00 11,76 29,41 29,41

4 Tidak paham 0,00 11,76 0,00 0,00 5,88

5 Sangat tidak paham 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2009

Berdasarkan Tabel 5.30 bahwa Pembina/penyuluh Koperasi sebagian besar yaitu 57,14
persen telah paham mengenai hak dan kewajiban pengawas. Sedangkan
pembinaan/penyuluhan yang telah sangat paham mengenai hak dan kewajiban pengawasan
sebanyak 28,57 persen. Namun masih ada pembinan/penyuluh Koperasi yang kurang paham
mengenai hak dan kewajiban pengawas yaitu sebanyak 14,29 persen. Hal ini menunjukan
bahwa pemahaman Pembina/penyuluh Koperasi mengenai hak dan kewajiban pengurus masih
bervariasi.

Pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 76,47 persen telah paham mengenai hak dan
kewajiban pengawas. Sedangkan pengurus yang telah sangat paham yang telah sangat paham
mengenai hak dan kewajiban Koperasi sebanyak 11,76 persen. Namun masih ada pengurus
yang kurang paham mengenai hak dan kewajiban pengawas yaitu sebanyak 11,76 persen. Hal
ini menunjukan bahwa pengurus Koperasi mengenai hak dan kewajiban pengurus masih
bervariasi.

Pengawas koperasi sebagian besar yaitu 52,94 persen telah paham mengenai hak dan
kewajiban pengawas. Sedangkan pengawas yang telah sangat paham mengenai hak dan
kewajiban pengawas sebanyak 35,29 persen . Namun masih ada pengawas koperasi yang
kurang paham mengenai hak dan kewajibanpengawas yaitu sebanyak 11,76 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa pemahaman pengawas koperasi mengenai hak dan kewajiban pengawas
masih bervariasi.

Manajer Koperasi sebagian besar yaitu 64,71 persen telah paham mengenai hak dan
kewajiban pengawas. Sedangkan manajer yang telah sangat paham mengenai hak dan
kewajiban pengawas sebanyak 5,88 persen. Namun masih ada manajer koperasi yang kurang
paham mengenai hak dan kewajiban pengawas yaitu sebanyak 29,41 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa pemahaman manajer koperasi mengenai hak dan kewajiban pengawas
masih bervariasi.

Anggota Koperasi sebagian besar yaitu 52,94 persen telah paham menegnai hak dan
kewajiban pengawas. Sedangkan anggota yang telah sangat paham mengenai hak dan
kewajiban pengawas sebanyak 11,76 persen. Namun masih ada aggota Koperasi yang kurang
paham mengenai hak dan kewajiban pengawas yaitu sebanyak 29,41 persen. Bahkan ada
anggota Koperasi yang tidak paham mengenai hak dan kewajiban pengurus yaitu sebanyak
5,88 persen. Hal ini menunjukan bahwa pengurus Koperasi mengenai hak dan kewajiban
manajer masih bervariasi.

5.13 pemahaman mengenai hak dan kewajiban manajer

Untuk mewujudkan profesionalisme dalam pengelolaan usaha Koperasi , pengurus


dapat mengakat tenang pengelola yang ahli untuk mengelola usaha Koperasi yang
bersangkutan. Penggunaan istilah pengelola dimaksudkan untuk dapat mencakup pengertian
yang lebih luas dan memberi alternative bagi Koperasi . Denagn demikian sesuai
kepentinganya Koperasi dapat mengakat penelola sebagian manajer atau direksi. Dimaksud
dari kata diberi wewenang dan kuasa adalah pelimpahan wewenang dan kuasa yang dimiliki
oleh pengurus. Dengan demikian pengurus tidak lagi melaksanakan sendiri wewenang dan
kuasa yang telah dilimpahkan kepada pengelolaan dan tugas pengurus beralih menjadi
mengawasi pelksanaan wewenang dan kuasa yang dilakukan pengelola. Adapun besarnya
wewenang dan kuasa yang dilimpahkan ditentukan sesuai dengan kepentingan Koperasi .

Pasal 33 undang-undang perKoperasi an No 25 tahun 1992 menybutkan bahwa


hubungan kerja antara pengelola dan pengurus Koperasi tunduk pada keteneuan hukum terkait
pada umumnya. Dengan demikian pengelola bertanggung jawab sepenuhnya kepada
pengurus. Selanjutnya hubungan kerja tersebut sesuai dengan yang yang perjanjikan dilakukan
secara kontraktual.

Tabel 5.31 Pemahaman Pembina, Pengurus, Pengawas, Manajer dan Anggota Mengenai Hak dan
Kewajiban Manajer Koperasi.

No Kategori Pembina Pengurus Pengawas Manajer Anggota

1 Sangat paham 28,57 0,00 17,65 5,88 35,29

2 Paham 57,14 76,47 58,82 70,59 52,94

3 Kurang paham 14,29 23,53 17,65 23,53 5,88

4 Tidak paham 0,00 0,00 5,88 0,00 5,88

5 Sangat tidak paham 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Berdasarkan Tabel 5.31 bahwa pemerintah Pembina/penyuluh Koperasi sebagian


besar yaitu 57,14 persen telah paham mengenai hak dan kewajiban manajer. Sedangkan
Pembina/penyuluh yang telah sangat paham mengenai hak dan kewajiban manajer sebanyak
28,57 persen. Namun masih ada Pembina/penyuluh Koperasi yang kurang paham mengenai
hak dan kewajiba pengawas yaitu sebanyak 14,29 persen. Hal ini menunjukan bahwa
pemhahaman pemina/penyuluh Koperasi mengenai hak dan kewajiban manajer masih
bervariasi.

Pengurus Koperasi sebagian besar yaitu 76,47 persen telah paham mengenai hak dan
kewajiban manajer. Namun masih ada pengurus Koperasi yang kurang paham mengenai hak
dan kewajiban pengawas yaitu sebanyak 23,53 persen. Hal ini menunjukan bahwa pemahaman
pengurus Koperasi mengenai hak dan kewajibanya manajer masih bervariasi.

Pengawas Koperasi sebagian besar yaitu 58,82 persen telah paham mengenai hak dan
kewajiban manajer. Sedangkan pengawas yang telah sangat paham yang telah sangat paham
mengenai manfaat Koperasi sebanyak 17,65 persen. Namun masih ada pengawas yang
kurang paham mengenai hak dan kewajiban manajer yaitu sebanyak 17,65 persen. Dan bahkan
masih ada pengawas yang tidak paham mengenai hal dan kewajiban manajer yaitu sebanyak
5,88 persen. Hal ini menunjukan bahwa pengurus Koperasi mengenai hak dan kewajiban
pengurus masih bervariasi.

Manajer Koperasi sebagian besar yaitu 70,59 persen telah paham mengenai hak dan
kewajiban manajer. Sedangkan pengawas yang telah sangat paham yang telah sangat paham
mengenai hak dan kewajiban manajer sebanyak 5,88 persen. Namun masih ada manajer yang
kurang paham mengenai hak dan kewajiban manajer yaitu sebanyak 23,53 persen. Hal ini
menunjukan bahwa pengurus Koperasi mengenai hak dan kewajiban pengurus masih
bervariasi.

Anggota Koperasi sebagian besar yaitu 52,94 persen telah paham mengenai hak dan
kewajiban manajer. Sedangkan anggota yang telah sangat paham mengenai hak dan
kewajiban manajer sebanyak 35,29 persen. Namun masih ada manajer yang kurang paham
dan tidak paham mengenai hak dan kewajiban manajer masing-masing sebanyak 5,88 persen.
Hal ini menunjukan bahwa pemahaman anggota Koperasi mengenai hak dan kewajiban
manajer masih bervariasi.
BAB VI

PERENCANAAN METODE PEMAHAMAN DALAM PEMANTAPAN KEHIDUPAN


BERKOPERASI

6.1 Proses penyebaran Informasi Dalam Pemahaman kehidupan BerKoperasi

Sebelum merencanakan metode pemahaman mengenai kehidupan berKoperasi


kepada masyarakat perlu dipahami bahwa orang-orang yang menjadi sasaran berbeda dalam
suatu sistem sosial. Walaupun berada dalam satu kesatuan, namun mereka itu berbeda dalam
tanggapan dan penerimanya terhadap informasi yang akan diberikan. Ada orang yang cepat
mengetahui adanya informasi dan lebih awal menerimanya dan ada pula yang begitu terlambat.

Bagi Pembina atau penyuluh yang sedang berusaha memasyarakatan perKoperasi an,
ingin menyebarkan informasi Koperasi ke dalam suatu siste sosial, merupakan suatu
keuntungan jika mereka dapat menggolong-golongkan anggota sistem sosial itu, mana yang
penerima lebih awal dan mana penerima lebih akhir dan bisa mengenalin ciri-ciri dari setiap
golongan penerima informasi itu. Dengan mengetahui penggologngan masyarakat dalam
sistem sosial akan memudahkan dalam mengatur strategis dan metode pemahaman dalam
pemantapkan kehidupan berKoperasi secara lebih efektif dan efisien.

Pembagian anggota sistem sosial ke dalam kelompok-kelompok adoper (penerima


inovasi) berdasarkan tingkat penerima informasi yakin lebih awal atau lebih akhirnya seseorang
akan mengadopsi informasi dibanding dengan anggota sistem lainya. Pengadopsian di dalam
suatu sistem sosial mengikuti kurva normal berbentuk lonceng jika diukur dari banyaknya
pengadopsian dari waktu ke waktu. Pada tahun pertama usaha penyebaran informasi hanya
sedikit jumlah orang yang mengadopsi itu menyusut sampai hanya beberapa orang saja pada
saat-saat terakhir.

Penggolongan sistem sosial dan masyarakat dalam penerimanaan informasi


perKoperasi an dapat digolongan sebagai berikut :

1. Inovator, meraka gemar sekali mencoba setiap gagasan baru. Minat yang demikian ini
mendorong mereka mencari hubungan dengan pihak dari luar sistem. Keluar dari
lingkungan teman-temanya sendiri. Persahabatan dan komunikasi antar para innovator
seringkali terjadi walaupun mereka terpisa oleh jarak geografis yang jauh. Menjadi inovator
memang pelu beberapa persyaratan antara lain ia harus mempunyai sumber keuangan
yang cukup kuat, karena suatu kali mungkin mereka akan menderita kerugian akibat inovasi
yang tidak menguntungkan. Selain itu ia juga harus mempunyai kemampuan daya pikir
yang cerdas untuk dapat menerapkan dan memahai pengetahuan tersebut. Nilai yang
paling menonjol pada innovator adalah pemberani. Mereka suka hal-hal yang rumit, dan
berani mengambil resiko.
2. Pelopor, jika innovator lebih berorientasi ke luar sistem maka si Pelopor lebih berorientasi
ke dalam sistem. Dia biasanya meneliti lebih dulu suatu inovasi sebelum berkeputusan
untuk menerimanya. Kelompok adopter ini seringkali terdiri dari para tokoh masyarakat.
Anggota sistem sosial lainnya yang calon adopter biasanya mencari si pelopor untuk
meminta nasehat dan keterangan mengenai informasi itu. Selain itu kelompok ini juga
umumnya dicari pada Pembina/penyuluh untuk dijadikan teman dalam peyebaran informasi,
untuk mempercepat proses adopsi. Karena para pelopor atau adopter pemula tinggi
keinovatifanya tak jauh berbeda dengan rata-rata anggota sistem lainya, ia cocok sekali
menjadi model tauladan bagi sebagian besar anggota masyarakat. Mereka biasanya
dihormayi oleh teman-temanya. Mereka adalah penjelmaan keberhasilan dan khati-hatian
dalam menggunakan ide baru. Para pelopor ini tahu bahwa mereka harus tetap mejaga
kehormatanya di mata koleganya jika ia ingin posisinya dalam struktur sosial tetap dapat
dipertahankan.

3. Pengikuta Dini, penganut ini menerima ide-ide baru hanya beberapa saat setelah rata-rata
anggota sistem sosial.mereka banyak berinterksi dengan anggota sistem lainya, tetapi
jarang ada di antara mereka yang memegang posisi kepemimpinan. Sebelum menerima
inivasi penganut dini mungkin terlebih dahulu berulang kali mempertimbangkannya. Mereka
adalah bukan yang pertama kali dan bukan yang terakhir. Mereka mengikuti dengan penuh
pertimbangan dalam pengadopsian informasi yang terima.

4. Pengikut Akhir, golongan pengiku akhir ini mengadopsi informasi baru setelah rata-rata
anggota sistem sosial menerimanya. Pengadopsian itu terjadi mungkin karena kepentingan
ekonomi atau mungkin karena bertambah kuatnya tekanan sosial. Setiap inovasi mereka
dekati dengan sikap skeptis dan hati-hati, dan kelompok ini biasanya tidak mau
mengadopsiinformasi sebelum sebagian besar anggota masyarakat telah melakukan.
Mereka baru mau percaya pad aide baru itu jika norma-norma sistem jelas-jelas menerima
inovasi itu. Bisa saja mereka itu dibujuk dan disadarikegunaan informasi baru, tetapi itu saja
tidak cukup sebagai alasan untuk mengadopsi. Mereka memerlukan adanya dorongan atau
tekanan-tekanan dari teman-temanya.

5. Si Kolot, si kolot adalah orang yang paling akhir mengadopsi suatu informasi. Hampir tidak
ada di antara mereka ini yang menjadi pemuka pendapat. Mereka ini adalah yang paling
sempit pandang wawasanya diantara semua kelompok masyarakat, banyak diantaranya
hampir terasing. Referensi bagi kelompok langgrd adalah masa lalu. Keputusan yang
dibuatnya biasanya berkaitan dengan apa yang telah dilakukan oleh generasi yang lalu.
Orang semacam ini biasanya berhubungan dengan orang yang mempunyai nilai tradisional.
Ketika akirnya si kolt ini mengadopsi inovasi, dia sudah jauh tertinggal dari teman-temanya
yang lebih dulu menerima. Ketidak lancaran mereka dalam inovasi adalah karena mereka
itu tidak memahami informasi-informasi baru itu. Pandangan mereka jauh kea rah
kemajuan. Perhatikan si kolot hanya tertumpu pada cermin masa lalu.

Perlu dipahami juga mengenai cirri-ciri orang (masyarakat) yang lebih cepat dalam
penerimaan informasi yaitu:

A. Ciri-ciri sosial ekonomi, dibandingkan dengan masyarakat yang lebih lambat, anggota
masyarakat yang lebih cepat menerima informasi yaitu :
1. Lebih berpendidikan, termasuk lebih menguasai kemampuan baca tulis.
2. Mempunyai status sosial lebih tinggi. Status sosial ditandai dengan pendapat,
tingkat kehidupan, kesehatan, prestasi pekerjaan/jabatan, pengenalan diri
terhadap kelas sosial tersebut.
3. Mempunyai tingkat mobilitas sosial ke atas lebih besar, yakni cenderung untuk
lebih meningkatkan lagi status sosialnya. Barangkali mereka menggunakan
pengadopsian inovasi sebagai salah satu jalan untuk mempertinggi status
tersebut.
4. Mempunyai tanah lebih luas.
5. Lebih berorientasi pada ekonomi komersial, dimana produk-produk yang dihasilkan
ditunjukan untuk dijual bukan semata-mata untuk konsumsi sendiri.
6. Mempunyai pekerjaan yang lebih spesifik.

Dari ciri-ciri ekonomi yang digambarkan di atas antara kekayaan dan status sosial
berjalan seiring dengan keinovatifan. Apakah seorang innovator itu inovasi karena mereka
kaya, ataukah mereka kayak arena inovatif? Jawaban terhadap sebab akibat ini tidak dapat
diberikan berdasarkan data korelasion. Namun ada alasan yang memadai mengapa kekayaan
dan keinovatifan itu saling berpengaruh. Keuntungan yang paling besar dari pengadopsian
biasanya diperoleh dari orang yang pertama kali mengadopsi. Karena itu innovator akan
memperoleh keuntungan financial melalui inovasi-inovasinya. Labih lambat, besarnya
keuntungan itu semakin menyusut karena sudah banyak orang yang juga menggunakan inovasi
itu.

Akan tetapi di pihak, beberapa informasi baru tertentu memerlukan biaya untuk
pengadopsianya dan memerlukan modal permulaan. Hanya orang atau unit yang mungkin akan
dapat mengadopsi inovasi itu. Jika proses yang terjadi memang seperti itu, maka para inovator
akan semakin kaya sedangkan para laggard akan semakin miskin. Karena innovator adalah
pengadopsian yang pertama, dia harus mengambil resiko kerugian yang dapat dihadiri oleh
adopter yang lebih belakangan.

B. Ciri kepribadian, dibandingkan dengan adopter yang lebih lambat, anggota sistem yang
lebih inovasi itu:
1. Memiliki empathi lebih besar. Empathi adalah kemampuan seorang untuk
memproyeksikan dirinya ke dalam peranan orang lain. Kemampuan ini biasanya
harus ditunjang dengan kemampuan untuk berpikir abstrak, berdaya khayal dan
mengambil peranan orang lain agar dapat berkomunikasi lebih efektif dengan
mereka.
2. Kurang dogmatis. Dogmatis adalah suatu variabel yang menunjukan sistem
kepercayaan yang relative tertutup yang pengaruhnya sangat kuat terhadap
kepribadian seseorang. Orang yang kuat terhadap kepribadian seseorang.
3. Mempunyai kemampuan abstraksi lebih besar, karena ide baru itu biasanya
pertma kali diperkenalkan dalam bentuk rangsngan yang abstrak, misalnya melalui
media masa.
4. Mempunyai rasionalitas lebih besar, karena ini merupakan cara yang paling efektuf
untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
5. Lebih tinggi intelegasinya.
6. Memiliki sikap lebih berkenan terhadap perubahan
7. Memiliki sikap mau mengambil resiko memiliki sikap lebih berkenan terhadap
pendidikan dan ilmu pengetahuan.
8. Kurang percaya pada nasib artinya tidak menyerah begitu saja pada nasib
fatalisme. Pasrah pada nasib berarti seseorang tidak melihat ada daya sama sekali
untuk mengontrol mengarahkan masa depan, sehingga orang pasrah pada nasib
juga akan tidak percaya pada inovasi.
9. Motivasinya untuk meningkatkan taraf hidup lebih tinggi
10. Aspirasinya terhadap pendidikan, pekerjaan dan sebagainya lebih tinggi.

C. Ciri Komunikasi, dalam perilaku komunikasi, jika dibandingkan dengan adopter yang
lebih lambat maka anggota masyarakat yang lebih inovasi itu:

1. Partisipasi sosialnya lebih tinggi


2. Lebih sering mengadakan komunikasi interpersonal dengan anggota sistem lainya
3. Lebih sering mengadakan hubungan dengan orang asig kelompok acuan mereka
kebanyakan orang dari luar sistem
4. Lebih sering mengadakan hubungan dengan Pembina/penyuluh
5. Lebih sering bertatapan dengan media massa
6. Mencari lebih banyak informasi inovasi, karena itu pengetahuanya tentang
informasi lebih sempurna.
7. Lebih tinggi tingkat kepemimpinnya, terutama pada sistem sosial yang normanya
modern.
8. Menjadi anggota sistem yang bernorma lebih modern dan sistem lebih terpadu.

Dengan mengetahui cirri-ciri karakteristik itu, menunjukan adanya perbedaan penting


antara anggota sistem yang lebih inovativ dengan mereka yang kurang. Dengan
pengetahuan itu Pembina/penyuluh dapat menyusun strategis yang agak berbeda
dalam mengadakan perubahan atau pemahaman bagi masing-masing kelompok
masyarakat (adopter)

6.2 Peranan Pembina/penyuluh PerKoperasian

Pembina/penyuluh adalah pekerja professional yang berusaha mempengaruhi atau


mengarahkan keputusan informasi kepada orang lain selaras dengan yang diinginkan oleh
kementerian Koperasi dan UKM. Fungsi utama Pembina/penyuluh adalah menjadi mata rantai
penghubung antara dua sistem sosil atau lebih. Penyuluh Koperasi adalah mata rantai yang
menghubungkan dinas Koperasi dan UKM dan masyarakat Koperasi .
Kebanyakan Pembina/penyuluh itu orang asing bagi sistem masyarakat. Sering terdapat
jarak pemisah antara Pembina/penyuluh dengan orang-orang atau sistem yang menjadi
sasarannya karena mereka berbeda dalam bahasa, status sosial ekonomi,kemampuan teknis
ataupun niai-nilai dan sikap-sikapnya. Hal yang demikian ini sering mengakibatkan terjadinya
konflik peranan pada diri Pembina/penyuluh dan kesulitan-kesuitan berkomunikasi. Sebagai
jembatan antara dua sistem sosial, Pembina/penyuluh diharapkan menjadi orang marginal yang
sebelah kakinya ditaruh atasnya sedangkan sebelah kiri diletakan disistem masyarakat.
Peranan Pembina/penyuluh dalam protes pemahaman kehidupan berKoperasi kepada
masyarakat yaitu :

A. Peranan Pembina/Penyuluh dalam Keputusan Inovasi Opsional

1) Membangkitkan kebutuhan untuk berubah

Sebagian langkah awal seorang Pembina/penyuluh sering kali perlu membantu


masyarakat menyadari bahwa mereka membutuhkan perubahan tingkah laku. Yang
demikian ini terutama di masyarakat yang belum maju. Pendeknya perencanaan
anspirasi,tingginya sikap pasrah nasib dan rendahnya motivasi berpretasi merupakan
cirri-ciri umum penduduk desa. Ini berarti Pembina/penyuluh bertindak sebagian
katalisatornya (pembuka kran) bagi kebutuhan masyarakat. Dalam memulai proses
perubahan Pembina/penyuluh dapat mengemukakan alternatif-alternatif baru untuk
mengatasi problem-problem yang ada, mendramatisasi permasalahan mereka dan
menyakitkan masyarakat bahwa mereka dapat mengatasi masalah-masalah tersebut.
Mereka tidak hanya dapat mengenai masalah-masalah tersebut. Mereka tidak hanya
menaksir kebutuhan masyarakat tetapi juga membantu timbulanya kebutuhan ini
dengan cara konsultatif dan persuasive.

2) Mengadakan Hubungan untuk Perubahan

Begitu kebutuhan untuk merubah telah tumbuh, Pembina/penyuluh harus dapat


membina keakraban dengan masyarakat. Dia bisa meningkatkan keakraban itu dengan
menciptakan kesan dapat dipercaya, jujur dan empathi dengan kebutuhan dan
masdalah-masalah masyarakat.,asyarakat harus lebih dulu bisa menerima
Pembina/penyuluh secara fisik dan sosial sebelum mereka diminta menerima inovasi
yang dipromosikan.

3) Mendiagnosis Masalah

Pembina/penyuluh harus menganalisa situasi problematis masyarakat untuk


menentukan mengapa cara yang ada tidak lagi memenuhi kebutuhan mereka. Untuk
mencapai/memperoleh kesimpulan diagnostiknya, Pembina/penyuluh harus memahami
situasi dari sudut pandang masyarakat. Secara psikologis dia harus terjun ke dalam
situasi masyarakat itu sendiri. Hal ini menuntut kemampuan empathi tinggi.
4) Mendorong Motivasi untuk Berubah Pada Diri Masyarakat

Setelah Pembina/penyuluh menggali jalan yang memungkinkan masyarakat itu bisa


mencapai tujuan mereka, mereka harus membangkitkan motivasi untuk mengadakan
perubahan, menimbulkan dorongan untuk menerima (atau setidak-tidaknya menaruh
minat) inovasi. Tetapi Pembina/penyuluh harus berorientasi pada kebutuhan
masyarakat.

5) Merencanakan Tindakan Pembaruan

Seorang Pembina/penyuluh hendaknya berusaha mempengaruhi perilaku masyarakat


sesuai dengan rekomendasinya yang berdasarkan atyas kebutuhan masyarakat. Intinya,
Pembina/penyuluh hendaknya berusaha mempromosikan pelaksanaan kehidupan
berKoperasi yang ia sarankan. Ini berarti masyarakat diharapkan lebih dari sekedar
menyetuui atau manaruh minat terhadap pemahaman perKoperasi an melainkan
termasuk merencanakan pengadopsian dan tindakan-tindakan termasuk merencanakan
dan tindakan-tindakan sebagai pelaksanaan pembaruan.

6) Memelihara Program Pembaruan

Pembina/penyuluh dapat menjaga penerimaan ide baru itu secara efektif dengan
memberikan informasi atau pesan-pesan yang menunjang, sehingga masyarakat
merasa aman da tetap terasa segar melaksanakan pembaruan itu. Bantuan semacam
ini penting sekali di berikan terutama masyarakat dalam tahap pencobaan sebelum
mengambil keputusan dan tahap konfirmasi setelah keputusan diambil.

7) Mencapai Hubungan Terminal

Tujuan akhir seorang Pembina/penyuluh adalah berkembanganya perilaku


memperbaharui diri sendiri pada masyarkat. Pembina/penyuluh harus berusaha
mengembangkan kemampuan masyarakat untuk menjadikan dirinya sebagian
Pembina/penyuluh (setidak-tidaknya untuk dirinya sendiri) yakni dapat mengenali dan
memilih informasi yang cocok untuk kebutuhanya sendiri. Dengan kata lain
Pembina/penyuluh harus mengubah masyarakat dari tergantung kepada
Pembina/penyuluh menjadi percaya (bergantung) kepada dirinya sendiri.

B. Peranan dalam keputusan inovasi kolektif

Proses keputusan inovativ kolektif adalah proses pegambilan keputusan untuk


menerima atau menolak informasi yng dilakukan oleh individu-individu dalam sistem sosial
secara kolektif, yang dmulai dengan tahap simulasi dan diakhiri dengan tindakan seluruh
anggota sistem dalam menerima atau menolak informasi.
Pembina/penyuluh dapat bertindak sebagai simulator dan mungkin inisiator dalam
proses keputusan, tetapi jangan ada Pembina/penyuluh yang bertindak sebagai legitimator.
Pembina/penyuluh memiliki kompetensi teknis, penguasa terhadap inovasi yang tinggi, tetapi
status kekuasaan sosialnya rendah, dan kredibilitas keputusan yang dibuat relative rendah di
mata anggota sistem sosial.

Namun demikian Pembina/penyuluh memiliki kualifikasi yang lebih untuk dapat


menstimuasi dan mengajukan usulan-usulan mengenai inovasi koleksi. Hubungan sosialnya
yang luas dan penguasanya dalam bidang teknis (yang berkenan dengan inovasi) memberikan
dasar yang kuat untuk mengundang perhatian para pemuka sistem sosial terhadap ide-ide
baru. Pembina/penyuluh dapat memberikan nasehat-nasehat yang berguna agar proses
keputusan berjalan lancer, jika ia tidak bertindak sendiri sebagian stimulator untuk beberapa
issu tertentu dan menyakitkan para pengusul/perencana (inisiator) agar menggunakan mereka.

Mereka juga dapat membantu masyarakat agar lebih berhati-hati dalam mengenai biaya
keputusan kolekrif yang sedang mereka pertimbangkan. Kadang-kadang masyarakat salah
tafsir terhadap biaya, waktu, tenang dan sumber-sumber sosial lainnya yang diperlukan untuk
melaksanakan suatu keputusan inovasi kolektif.

C. Peranan Dalam Keputusan Inovasi Otoritas

Keputusan inovasi otoritas adalah proses pengambilan keputusan untuk menerima atau
menolak informasi yang kebanyakan terjadi dalam organisasi formal. Di dalam proses ini
pengambilan keputusan ada di tangan pihak atasan, pemegangan kekuasaan di dalam
organisasi yang disebut unit pengambilan keputusan. Agaknya peranan yang paling menonjol
dapat dilakukan oleh Pembina atau penyuluh adalah pada tahapan pengenalan dan tahap
persuasi.

Pada tahap pengenalan dimana pembinan pemimpin organisasi mengetahui adanya


informasi yang mungkin dapat dikaitkan dengan kemajuan organisasinya, Pembina/penyuluh
dapat membantu pemimpin itu dengan informasi-informasi yang berkenaan dengan informasi
baru itu. Mungkin pula justru Pembina/penyuluh itulah yang menjadi sumber informasi atau
yang membawa inovasi itu kepada pemimpin. Atau mungkin pula pada tahapan ini
pemimpin/Pembina menginformasikan kondisi organisasi yang memerlukan adanya
pembaruan.

Pada tahap persuasi, Pembina/penyuluh dapat membantu pimpinann memberikan


pertimbangan tentang biaya informasi lainya yang dapat dipergunakan sebagian dasar untuk
menilai apakah informasi inovasi itu cocok dengan kebutuhan organisasi.

Sesuai dengan sifatnya yang formal, peranan Pembina/penyuluh agaknya dapat


dilakukan lebih efektif jika ia berada dalam posisi yang resmi pula. Namun demikian tidak
menutup kemungkinan Pembina/penyuluh memberikan pengaruhnya secara informal dan tidak
langsung melalui kontak-kontak resmi atau tak resmi dengan orang yang menepati posisis
sebagai unit pengambilan keputusan. Pengaruh ini bisa diberikan melalui unit adopter (orang-
orang bawahn pelaksana teknis) dimana mereka ini nantinya akan meneruskan informasi
inovasi itu kepada atasanya.

6.3 Saluran Komunikasi Yang Digunakan untuk Pemahaman Koperasi

Saluran komunikasi di bagi menjadi dua yaitu 1). Saluran interpersonal dan media
massa, 2) saluran lokal dan saluran cosmopolitan. Saluran interpersonal adalah saluran yang
melibatkan pertemuan tatap muka (sumber dan penerima) antara dua orang atau lebih.
Misalnya rapat atau pertemuan kelompok, percakapan langsung, pembicaraan dari mulut ke
mulut, getok tular dan sebagainya. Sedangkan saluran media massa adalah alat-alat
penyampai pesan yang memungkinkan sumber mencapai suatu audiesn dalam jumlah yang
besar, yang dapat menembus batasan waktu dan ruang. Misalnya radio,televise,film,surat
kabar, buku dan lain-lain.

Saluran interpersonal dapat bersifat kosmopoli yakin jika menghubungkan dengan


sumber di atau dari luar sistem, misalnya jika seseorang anggota sistem mengadakan
perjalanan/pergi ke luar daerah untuk menjupai sumber informasi, atau ada orang dari luar
daerah yang berkunjung ke dalam sistem dan mengadakan pertemuaan dengan anggota
sistem untuk menyanmpaikan informasi. Saluran antara pribadi disebut lokalit jika kontak-
kontak langsung itu sebatas daerah atau sistem sosial itu saja. Sebaliknya saluran media
massa dapat dipastikan bersifat cosmopolitan.

Masing-masing macam konsumsi mempunyai kemampuan yang berbeda-beda ada hal-


hal yang dapat dilakukan oleh saluran tertentu yang tak dapat dilakukan oleh saluran lainya.
Masing-masing saluran memiliki karakteristiknya sendiri dalam meneruskan pesan komunikasi.

Perbedaan sifat saluran tersebut tentu saja masih dapat diperhalus, misalnyaantara
bentuk medi massa satu dengan yang lainya mungkin ada sifat-sifat yang berbeda radi memiliki
keampuhan tersindir yang berbeda denganyang dimiliki oleh media majalah. Atau televise
dalam menyampaikan pesan-pesan kepada penerima. Begitu pula halnya dengan saluran
interpersonal. Dengan memperhatikan perbedaan sifat itu, jika seseorang ingin berhasil dalam
komunikasinya maka ia harus dapat memiliksaluran yang tetap yang sesuai dengan tujuan
komunikasi, konteks pesan dan siapa penerimanya.

Saluran komunikasi memegang peranan penting dalam proses itu, karena melalui
saluran itulah informasibaru itu menularkan dari sumber kepada perananya, lebih banyak
digunakan dan berhasil dalam penyebaran, lebih banyak digunakan dan berhasil dalam
penyebaran informasi itu? Media massa atau saluran interpersonal.

Pada intinya proses difusi adaah proses keputusan untuk menerima atau menolaknya.
Kalau ditanya melalui media apakah pertama kali mengenal ataukah dari pembiaraan dengan
teman-teman anda di warung kopi?
Berbedanya penerimaan saluran komunikasi dalam tahap-tahap penerimaan keputusan
ini agaknya sesuai dengan sifat dari masing-masing tipe saluran komunikasi. Saluran media
memiliki ciri sangat efektif dalam menciptakan pengetahuan dan relatif dapat menjangkau
sasaran yang luas dalam waktu yang singkat. Hal ini menungkinkan ia dapat berperan lebih
penting pada tahap pengenalan informasi inovasi ke masyarakat. Sedangkan saluran
interpersonal, karena kontak-kontak antara sumber dan penerima banyak lebih bersifat pribadi,
akibat yang ditimbulkan banyak berupa pembentukan dan perubahan sikap sehingga saluran
interpersonal dapat memainkan peranan lebih penting pada tahap persuasi.

Penggunaan saluran komunikasi oleh kelompok adopter ternyata juga berbeda. Saluran
interpersonal relative kurang penting bagi adoter yang lebih awal daripada kelompok yang lebih
lambat. Sedangkan adopter yang lebih lambat tidak perlu banyak bergantung pada saluran
media massa karena pada saat mereka mengambil keputusan untuk menerima inovasi dalam
sistem sosial telah banyak orang yang mempunyai pengalaman dengan ide-ide baru, sehingga
ia lebih banyak mengadakan kontak personal dengan mereka itu.

Pembahasan mengenai peranan saluran komunikasi dalam tahap-tahap proses


pemahaman dan bagian masing-masing kategori adopter ini membawa implikasi kepada
Pembina/penyuluh bahwa jika ia ingin memperbesar kemungkinan terjadinya pemahaman,
saluran komunikasi harus dimanfaatkan dalam urutan waktu yang ideal. Pertama kali
menggunakan media massa kemudian diikuti dengan saluran interpersonal. Media massa
memberikan dorongan yang kuat untuk dalam tahap pengenalan kehidupan berKoperasi ,
sedangkan saluran interpersonal mempunyai daya kuat untuk menggerakan seseorang dalam
tahap persuasi. Begitu pula strategis penggunaan saluran komunikasi bagi masing-masing
kelompok adopter dapat diukur misalnya bagi orang-orang yang dikenal lebih inovatif cukup
dipergunakan saluran media massa, sedangkan mereka yang kurang inovatif dengan
menggunakan saluran interpersonal.

6.4 Peranan Pendidikan Koperasi dalam Pemantapan Pemahaman Kehidupan


Berkoperasi

Pendidikan Koperasi merupakan hal yang penting dalam pembinaan dan


pengembangan Koperasi karena keberhasilan atau kegagalan Koperasi banyak tergantung
pada tingkat pendidikan dan pratisipasi semua pihak dalam Koperasi. Agar partisipasi
memberikan dampak yang positif, maka keterlibatan, Pembina, pengurus, pengawas, manajer,
karyawan dan anggota dalam proses pemahaman kehidupan berKoperasi harus dapat
diwujudkan. Olehkarena itu, pendidikan sangat diperlukan untuk memberikan bekal yang
memadai kepada stakeholder Koperasi , agar stakeholder Koperasi di Indonesia disebabkan
oleh kurangnya kecerdasan dan pendidikan yang belum merata dalam pemahaman kehidupan
Koperasi .
Pendidikan perKoperasi an baik yang formal maupun informasi merupakan keselruhan
proses pengembang kemampuan atau kecakapan dan perilaku manusia yang dilakukan secara
terorganisasi dan terus menerus serta dirancang untuk menggombisikan gabungan
pengetahuan, keterampilan, dan pengertian di bidang perKoperasi an yang bermanfaat bagi
seluruh kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Sebagai pendidik di luar sekolah, pendidikan
stakeholder Koperasi dapat ditafsirkan sebagai proses pemindahan atau pengalihan
pengetahuan perKoperasi an serta hal yang berkaitan dengan seluk-seluk perKoperasi
seluruhnya.

Lingkup pendidikan perKoperasi an sangat luas, meliputi pendidikan pengurus,


pengawas, anggota, karyawan, Pembina,dan masyarakat umum. Bagi Koperasi di Indonesia,
sebagai dari SHU dialokasikan untuk dana pendidikan, ini membuktikan bahwa Koperasi juga
melakukan investasi untuk mendukung perkembangan perKoperasi an di masa yang akan
datang. Balai latihan Koperasi (balatkop) meruoakan badan yang berada di bawah
naungandinas Koperasi dan UKM yang bertugas memikirkan perkembangan berKoperasi di
waktu yang akan datang, mengadakan penelitian mengenai pelaksanan kebijakan dan
peraturan perKoperasian, dan penelitian tentang kelayakan pemakaina suatu program dalam
pengembangan perKoperasi an. Balatkop merupakan tempat pelatihan dan pendidikan
perKoperasi an di masing-masing daeraha yang lebih khusus ditujukan kepada pelaksana
manajemen Koperasi, seperti : pengurus, pengawas dan karyawan. Yang harus menjadi objek
pendidikan yaitu:

1. pengurus, pengawas dan dewan penasihat

Pendidikan untuk mengurus, pengawas dan dewan penasihat bertujuan untuk


mengembangkan kemampuan dan kepemimpinan pengawasan agar lebih efektif,
meningkatkan kemampuan dan keterampilan sehingga dapat memupuk jiwa pengabdian, dan
meningkatkan kesadaran atas hak dan kewajiban masing-masing. Hal ini diutamakan apa bila
pengurus adalah orang-orang baru yang belum mempunyai banyak pengalaman dan kehidupan
berKoperasi.

2. Manajer

Manajer selalu dituntu untuk mengingkatkan pengetahuannya dalam mengelola usaha


sehingga pengelolaan usaha Koperasi dan pelayanan terhadap kepentingan anggota dapat
ditingkatkan. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat dibagikan kepada kepala
unit yang terkait dan karyawan Koperasi sehingga akan terbina suasana kerja yang dinamis
dalam pengembangan usaha Koperasi .
3. Karyawan

Bagi karyawan, yang lebih penting adalah peningkatan kecakapan teknis dan
keterampilan melalui latihan praktis. Pendidikan karyawan harus diperkuat, diperluas, diperbaiki
mutunya, volume penyelenggarakan diusahakan semakin sering, dan merata. Pendidkan
karyawan akan memberikan beberapa manfaat sebagai berikut:

 tersedia karyawan yang mempunyai kemampuan yang cukup dalam menjalankan tugas
rutin yang semakin banyak dan kompleks.

 Dalam menghadapi pengembangan Koperasi yang akan datang, tersedia tenang kerja
yang cukup dalam arti kuantitas dan kuantitas terutama kualitan pengabdianya pada
Koperasi dan anggotanya.

 Karyawan dapat tumbuh dan berkembangan sebagai pribadi yang pasti untuk
mengemban tanggung jawab yang semakin besar.

 Untuk kepentingan promosi masing-masing individu

 Membina, mengebangkan, dan memantapakn prestasi yang baik di sepanjang karier


mereka masing-masing.

 Mengurangi kejenuhan kerja, untuk mencaru pengalaman, dan sebagai bekal jika terjadi
pengalihan tugas, sehingga memungkinkan untuk mengembangkan hal-hal baru pada
tugas yang baru sesuai denagn keahlian dan pengalaman masing-masing.

4. Pejabat Dinas Koperasi dan UKM, serta Pemerintahan yang terkait.

Pendidikan ini dimaksudkan agar mereka memiliki wawasan dan kemampuan


professional yang memadi guna menghadapi perkembangan lingkungan perekonomian dan
perkembangan Koperasi yang mereka bina/pimpin. Sebagai pemimpin, mereka harus
menguasai banyak hal, seperti; teknik perencana, pelaksanan pengawas, pemberian
bimbingan, dan pemantauan sehingga mereka dapat memberi contoh mengenai loyalitas dan
pengabdianya kepada Koperasi masing-masing.

5. Anggota

Kebanyakan anggota Koperasi bersifat pasif karena pengetahuan mereka tentang


perkopersian sangat minim. Pengetahuan anggota mengenai ketua kelompok masing-masing
sehingga secara kesinambungan dapat menyebarluaskan pengetahuanya kepada anggota lain.
Menteri pendidikan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan, seperti : seluk-seluk
organisasi Koperasi, hak dan kewajiban anggota, pengetahuan tentang produksi, dan
sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar anggota Koperasi termotivasi untuk berpartisipasi aktif
dalam kegiatan Koperasi. Dengan demikian, diharapkan usaha Koperasi semakin maju dan
berkembang sesuai dengan tujuan bersama yaitu meningkatkan kesejahteraan anggota dan
bermanfaat untuk masyarakat di sekitarnya.

6. Masyarakat

Pendidikan perKoperasi an kepada masyarakat merupakan tugas yang berat, tetapi


harus dilaksanakan secara terpadu danberkesinambungan agar Koperasi , antara bisdang, dan
antara instanti yang terkait. Berkesinambungan berarti pendidikan merupakan kewajiban
manusia sepanjang hidup sehingga mereka harus belajar dan mengikuti perkembangan
lingkungan yang sangat dinamis. Perkemangan tekologi dan komunikasi juga merupakan
tantangan berat yang harus dihadapi Koperasi agar tidak tertinggal dan mampu bersaing
dengan perusahaan lain. Pelaksanaan pendidikan perKoperasi an kepada masyarakat tidak
mungkin ditangani sendiri oleh Koperasi. Peranan pemerintah melalui pendidikan formal mulai
sekolah dasar sampai perguruan tinggi sangat membantu dalam memberikan pendidikan
perKoperasi an kepada masyarakat. Peranan lembaga swadaya masyarakat dalam upaya
memasyarakatkan Koperasi dan mengKoperasi kan masyarakat juga sanggat diperlukan.

6.5. Metoda pemahaman dalam memantapkan kehidupan berKoperasi

Proses pemahaman merupakan suatu sistem komunikasi pembangunan yang terutama


ditujukan kepada masyarakat Koperasi dan segenap keluarganya. Sebagai suatu sistem
komunikasi, sudah barang tentu pemahaman Koperasi dapat dilaksanakan dengan berbagai
cara atau metode tergantung pada :

a. Pendekatan psikososialnya, yakni secara missal, kelompok atau perorangan


b. Media komunikasi yaitu lisan, tertulis, dan terproyeksi.
c. Hubungan antara komunikator dan komunikasinya, baik secara langsung maupun
tidak langsung.

Berkenaan dengan itu, dikemukakan adanya bebrapa metoda pemahaman Koperasi


yang terperinci menurut pendekatan psikososialnya, media komunikasi dan hubungan
komunikator dengan komunikanya. Lebih lanjut perlu disampaikan bahwa pengalaman
menunjukkan tidak satupun metoda pemahaman yang dilaksanakan secara tunggal, dapat
mencapai tujuan seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, ada kecenderungan menerapkan
suatu metoda kampanye yang menggunakan sebanyak mungkin metoda dan media.

1) Metoda Pameran

Kegiatan proses pemahaman hidup berKoperasi dengan menggunakan metoda


pameran dapat diselenggarakan secara khusus dalam suatu pameran pembangunan Koperasi
maupun merupakan bagian dari pameran umum misalnya : pameran pembangunan, pecan
raya promosi dan peringatan hari Koperasi. Di samping itu, penyelenggaraan pemahaman
Koperasi melalui atau dengan menggunakan metoda pameran dapat berlangsung secara
incidental maupun secara tetap.

Sebagai contoh pameran incidental dapat ditunjukkan antara lain : Pameran dalam
rangka peringatan hari proklamasi tanggal 17 Agustus, dalam rangka hari krida pertanian, hari
lingkungan hidup, peringatan hari Koperasi dan lain sebagainya.

Kegiatan ameran pada dasarnya dimaksudkan untuk memamerkan sesuatu yang baru,
menjelaskan sesuatu yang telah diumumkan atau menyediakan model atau contoh-contoh yang
perlu disampaikan kepada pengunjungnya untuk dicoba sendiri. Oleh sebab itu, metoda
pameran mempunyai tujuan ganda ditinjau dari proses komunikasinya yakni : untuk menggugah
kesadaran atau perasaan, menumbuhkan minat, dan menarik pengunjung untuk menilai
sesuatu disuluhkan lewat pameran tersebut.

Ditinjau dari segi instruksi atau perubahan perilaku yang diinginkan dapat meliputi
aspek-aspek : pengetahuan, sikap, dan juga keterampilannya. Oleh karena itu, proses
komunikasi yang berlangsung selama penyelenggaraan pameran dapat dilakukan secara tak
langsung (dengan memasang poster, pemutaran film dan lain-lain) atau secara langsung
(terutama yang dimaksud untuk mempengaruhi atau mengubah pengetahuan dan
keterampilan) karena pengunjung pameran memerlukan berbagai penjelasan, informasi, data
yang agak mendalam atau mungkin pula ingin mencoba, menggunakan alat-alat tertentu, dan
sebagainya. Sehingga tidak mengherankan jika media penyuluhannya pun beraneka macam,
dari yang lisan, tertulis (termasuk gambar-gambar sampai yang terproyeksi).

Sebagai suatu metoda proses pemahaman kehidupan berKoperasi yang bertujuan


untuk menumbuhkan kesadaran, minat, dan mendorong untuk melakukan penilaian, metoda
pameran dapat dinilai cukup efektif karena sasaran penyuluhan dapat melakukan komunikasi
secara langsung dengan komunikatornya, dan dalam jangka waktu yang relatif pendek
(singkat) dapat mempengaruhi cukup banyak sasaran.

Tetapi untuk penyelenggaraan suatu pameran biasanya diperlukan biaya yang mahal, di
samping harus disajikan sengan sangat menarik (terutama bila dilaksanakan pada pameran
umum) untuk tidak mengecewakan pengunjungnya karena lebih tertarik pada bidang lain yang
disajikan dan diberikan pelayanan yang lebih menyenangkan. Beberapa kebaikan atau
keuntungan lain dari penerapan metoda pameran ini antara lain:

a. Subject matter (pokok materi) yang ingin disampaikan dapat mencakup banyak hal baik
pemahaman tentang kehidupan berKoperasi melihatkan Koperasi yang berhasil, data-
data kegiatan usaha Koperasi, kebijaksanaan pembangunan Koperasi, maupun
petunjuk dinamika kelompok Koperasi .
b. Sangat efektif terutama bagi sasaran penyuluhan yang tidak dapat membaca menulis
(buta huruf maupun buta aksara), atau tuna rungu sekalipun.
c. Dapat memperagakan segala macam kegiatan usaha Koperasi untuk setiap periode
pertumbuhannya.
d. Dapat untuk mendemonstrasikan cara, hasil atau gabungan dari keduanya
e. Dapat merupakan perluasan pasar, baik untuk input atau sarana produksi maupun pasar
hasil usaha tani.
f. Dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, berbagai tingkatan umur, pendidikan,
maupun jenis kelamin, serta latar belakang profesi masing-masing yang berhubungan
dengan perKoperasi an.
g. Juga merupakan sarana rekreasibagi masyarakat perKoperasi an dan masyarakat
umum, dengan demikian gairah untuk memahami dan mdan merealisasikan kehidupan
Koperasi akan tumbuh.

2) Metoda Pertemuan Umum

Dilingkungan masyarakat perKoperasian yang masih belum maju di mana penduduknya


masih belum banyak yang memiliki pesawat radio (penerima) dan sebagian besar
masyarakatnya masih buta huruf, kegiatan proses pemahaman kehidupan berKoperasi sering
atau dapat dilaksanakan dengan menerapkan metoda pertemuan umum yaitu suatu
penyuluhan yang dilaksanakan dengan cara berpidato di depan masyarakat umum dalam suatu
pertemuan dilapangan terbuka.

Sebagai metoda penyuluhan yang dimaksudkan untuk menggugah kesadaran dan


menumbuhkan minat, memang metoda ini dipandang cukup efektif dengan biaya yang sangat
murah. Tetapi, karena bentuk komunikasinya searah, petugas penyuluhnya harus benar-benar
seorang orator atau bahkan agigator yang benar-benar mampu membangkitkan kesadaran dan
minat masyarakat yang menjadi sasarannya. Beberapa kelemahan dari penerapan metode ini
adalah :

 Karena tidak ada unsur hiburan didalamnya, sering dipandang sangat sulit untuk dapat
mengumpulkan masyarakat dalam jumlah banyak, dan sebelumnya harus diadakan
pemberitahuan terlebih dahulu.
 Uraian yang disampaikan kurang jelas atau bahkan memang tidak jelas sehingga justru
dapat menimbulkan kegagalan komunikasi yang tidak dikehendaki.
 Materi yang disampaikan sangat terbatas, dan dalam waktu yang terbatas pula,
sehingga sering hanya efektif untuk menyampaikan politik (kebijaksanaan) pembagunan
Koperasi saja.
 Karena komunikasi yang hanya searah, dapat menimbulkan kesan adanya “fit a compli”
sehingga sasarannya menerima pesannya dengan terpaksa.
 Hanya dapat digunakan untuk mempengaruhi aspek pengetahuan dan sikap para
sasaran penyuluhannya.
 Dalam masyarakat yang sudah maju, dapat digantikan dengan metoda lain yang lebih
efektif dan efisien yakni penyuluhan lewat radio televisi, atau selebaran (media cetak).
3) Metoda Pertunjukan/Sandiwara

Yang dimaksud dengan penyuluhan menggunakan pertunjukkan atau sandiwara adalah


: proses pemahaman kehidupan berKoperasi yang dilaksanakan dengan menyampaikan
pesannya melalui dialog atau adegan yang disisipkan selama pertunjukkan sandiwaranya
berlangsung.

Pertunjukkan / sandiwara yang dimaksud dapat berupa pertunjukkan / sandiwara yang


pokok ceritera atau keseluruhan dialognya berisi pesan yang ingin disuluhkan, atau hanya pada
bagian-bagian tertentu saja sebagai sisipan. Sedang jenis pertunjukan atau sandiwara yang
diadakan umumnya adalah kesenian ceritera rakyat yang memang menjadi kegemaran
masyarakat setempat seperti : wayang kulit, wayang golek dan lain-lain, ketoprak, ludruk dan
sebagainya.

Dibanding dengan metoda pertemuan umum, metoda ini lebih efektif karena pesannya
merupakan suatu rangkaian ceritera yang utuh dan enak dinikmati, atau merupakan adegan
tertentu yang sukar dilupakan. Dibanding dengan metoda pertemuan umum, metoda ini lebih
efektif karena pesannya merupakan satu rangkaian ceritera yang utuh dan enak dinikmati, atau
merupakan adegan tertentu yang sukar dilupakan.

Ditinjau dari segi pembiayaan, metoda semacam ini tidak memrlukan biaya khusus,
karena biasanya diadakan pada saat ada yang punya hajat, perayaan atau peringatan hari-hari
besar dan lain-lain. Sedang pengunjungnya pun tidak perlu diberitahu secara khusus, serta
dapat menghindari kesan adanya paksaan. Kelenihan yang lain adalah, pada metoda seperti ini
tidak hanya terbatas untuk menggugah kesadaran dan menumbuhkan minat, tetapi juga dapat
memberikan informasi yang lebih dalam guna penilaian. Sedang materi pokok (subject matter)
yang disuluhkan juga dapat meluas sampai ke semua hal yang ingin disampaikan dan perilaku
yang dipengaruhi dapat meliputi sikap, pengetahuan, maupun (jika memang dikehendaki) aspek
keterampilannya (sampai batas-batas tertentu yang memungkinkan untuk disampaikan secara
lisan atau sedikit peragaan).

Sedang kelemahannya, jenis kesenian rakyat yang biasa dipakai sebagai media
penyuluhannya adalah merupakan jenis kesenian yang mulai kurang disenangi oleh kaum
muda, sehingga pada saat sekarang dirasakan kurang efektif.

4) Penyuluhan Melalui Radio

Dimaksudkan dengan metoda penyuluhan pertanian melalui radio adalah kegiatan


penyuluhan yang dengan menggunakan radio sebagai media penyampai pesannya. Berbeda
dengan ketiga metoda yang telah dibicarakan terdahulu di atas, dalam menggunakan metoda
ini komunikan (sasaran penyuluhan) hanya dapat dipengaruhi melalui pendengarannya,
sehingga dipandang kurang efektif. Lebih lebih jika ternyata penerimaan siaran ditempat
komunikan tidak jelas karena sebab seperti cuaca, lokasi yang sangat jauh sehingga suaranya
terlalu lemah, atau tidak jelas karena sebab seperti cuaca, lokasi yang sangat jauh sehingga
suaranya terlalu lemah, atau tidak jelas karena terganggu oleh gelombang pemancar yang lain
maupun kerusakan pada pesawat radionya sendiri.

Ditinjau dari luas jangkauan dan biaya, metoda seperti ini memang sangat murah dan
cepat mencapai ke sasaran dalam jangkauan yang lebar. Sehingga memang sangat baik untuk
menyampaikan informasi yang sifatnya darurat dan harus cepat diketahui oleh masyarakat atau
yang bersifat menggugah kesadaran dan menumbuhkan minat sasarannya.

Materi penyuluhan juga tidak terbatas asal masih dimaksudkan untuk mempengaruhi
sikap dan pengetahuan sasarannya. Sedang untuk segi keterampilan sangat tidak efektif.

Kebaikan lain yang dapat diperoleh dari penyuluhan melalui radio adalah, bahwa
informasi tidak hanya datang dari penyuluhnya sendiri, melainkan dapat dipakai sebagai media
tukar informasi antar pendengarnya, missal : melalui acara kontak antar pendengar.

Di lain pihak, agar pesan yang disampaikan lebih dapat termakan oleh sasarannya,
dapat ditempuh dengan jalan dengan menyisipkandalam acara hiburan seperti : lirik lagu,
sandiwara radio, dan acara kesenian (daerah) yang digemari masyarakat pendengar yang
menjadi sasarannya. Sehingga, penyuluhan lewat radio tidak terbatas pada menggugah
kesadaran dan menumbuhkan minat, tetapi juga bisa mencapai tahap menilai.

Sayangnya, metoda penyuluhan seperti ini hanya efektif bagi sasaran yang sudah
banyak memiliki radio dan untuk lebih efektifnya lagi perlu dibarengi dengan usaha mencapai
pesan yang dilakukan penerima pesan penyuluhan yang sudah tentu tak mungkin dilakukan bila
masyarakatnya masih buta huruf.

5) Metoda penyuluhan melalui kaset

Hampir sama dengan penyuluhan radio, metoda penyuluhan melalui kaset dapat
dipergunakan untuk tidak sekedar menggugah kesadaran, menumbuhkan minat, dan
mendorong untuk melakukan penilaian. Bahkan karena isi pesannya dapat dengan mudah
untuk memberikan penyuluhan kepada petani yang sudah pada tahapan mencoba.

Dibanding dengan radio, kelemahan metoda ini dipandang lebih mahal karena harus
menggunakan cukup banyak kaset untuk merekam berbagai pesan yang penting. Namun,
untuk menghemat pembiayaan isi pesan dalam suatu kaset dapat ditulis dan dapat diganti
merekam pesan yang lain. Untuk mencapai efektivitas yang tinggi, penyuluhan dengan
menggunakan metoda kaset sebaiknya dikaitkan dengan penyuluhan lewat radio sekaligus
dengan kelompok pendengar.

Dengan cara ini, penyuluhan dapat dilaksanakan untuk jangkauan yang sangat luas,
cepat, biaya murah dan dapat
6). Metoda Penyuluhan Melalui Televisi

Karena metoda ini menggunakan televisi sebagai media penyuluhan, maka lebih baik
dari radio, isi pesan divisualkan sehingga sasarannya dapat menerima tidak saja melalui
pendengaran tetapi melalui penglihatannya.

Keuntungan lain dari metoda ini adalah dapat dinikmati oleh komunikan yang tuna rungu
serta memberikan kesan yang lebih mendalam untuk diresapi karena apa yang disuluhkan
dapat benar-benar tidak hanya sekedar cerita orang. Kelemahan yang terkandung
dalampenerapan siaran televisi sebagai madia penyuluhan adalah :

1) Biaya produksi dan penyiaranyang mahal.

2) Untuk daerah-daerah tertentu, pesawat televisi. masih dipandang sebagai barang


mewah. Sedangkan pemanfaatan TV umum dipandang kurang efektif karena hanya
dapat dinikmati oleh sekelompok kecil sebab layarnya terlalu kecil

3) Khusus bagi siaran dipandang kurang efektif karena harus mengunakan bahasa
nasional. Sedangkan penggunaan sisipan dangan bahasa-bahasa daerah tertentu yang
tidak atau sulit dihindari justru semakin menyulitkan penafsiran komunikasi yang tidak
menguasai bahasa nasional dari bahasa daerah tersebut.

7). Metoda Penyuluhan Melalui Pemutaran Film

Metoda seperti ini semula sangat efektif sebagai media penyuluhan disamping
merupakan sarana hiburan masyarakat. Tetapi sejak di terapkannya televisi sebagai media
penyuluhan, peranannya semakin berkurang. Meskipun demikian penggunaan film sebagai
media penyuluhan masih disenangi oleh masyarakat yang belum terjangkau oleh siaran televisi,
bahkan di banding dengan televisi umum, masyarakat lebih menyukai pemutaran film ini.
Kelemahannya adalah untuk pemuteran film ini masih diperlukan peralatan yang cukup mahal
demikian pula untuk sarana trannsport dan operatornya.

8). Metoda Dengan Menggunakan Media Cetak

Dimaksud dengan metoda penggunaan media cetak adalah penyuluhan yang di lakukan
dengan menggunakan hasil- hasil cetakan sebagai medianya, baik yang berupa tulisan gambar
atau gabungan antara keduanya.

Dibandingkan dengan metoda lewat radio dinilai lebih efektif karena proses belajarnya
melalui penglihatan, dan dapat di pergunakan berkali-kali setiap saat di butuhkan. Sayangya,
bagi sasaran yang buta huruf sering masih merupakan hambatan meskipun sudah dibantu
dengan berbagai gambar peragaan.
9). Metoda Demontrasi

Meskipun dalam bahas sehari-hari pengertian paneran hampir tak dapat dibedakan
dengan istilah demonstrasi, di dalam istilah metoda penyuluhan keduanya dibedakan secara
tegas. Pameran lebih berkonotasi pada kata display yang berarti menunjukkan sesuatu atau
memamerkan sesuatu yang belum pernah di tunjukkan (dirahasiakan), tetapi demonstrasi
sesuai dengan kata asalnya ‘”to demonstrative” Berarti menunjukkan sesuatu dengan
memberikan bukti atau contoh nyata.

Metoda demonstrasi meskipun dalam kenyataannya tidak selallu demikian sering


do]ipandang sebagai metoda yang paling baik dan ampuh karena melalui metoda ini sasaran
penyuluhan dihadapkan pada bukti nyata berupa contoh yang dapat di lihat dan diamati sendiri
mengenai segala sesuatu yang di suluhkan. Dengan kata lain, sesuai dengan falsafah
penyuluhan yang menyebutkan “seeeing is believing” (percaya karena melihat ) demonstrasi
dinilai sangata efektif karena merupakan metoda yang dilaksanakan dengan menunjukkan bukti
nyata yang dapat dilihat sendiri oleh sasarannya tentang segala sesuatu yang disuluhkan.

Pada kenyataannya,metoda demonstrasi mempunyai 2 tujuan pokok yakni :


memperkenalankan sesuatau kegiatan Koperasi yang baru, dan memperbaiki praktek-praktek
usaha yang sudahlama atau sudah biasa dilaksanakan.

Karena itu, dalam penyelenggaraag suatu demonstrasi dalam rangka kegiatan


penyuluhan harus diperhatiakan adanya beberapa prinsip sebagai berikut:

1) Memperkenalkan kegiatan usaha Koperasi yang baru :

(a) Mampu berkompetisi dengan yang lama,

(b) Memberikan atau mempunyai harapan yang lebih baik, mengenai nilai
pendapatan, harga diri dan lain-lain

(c) Tidak menimbulkan masalah-masalah baru ditinjau dari segi teknis, ekonomis
maupun sosial yang sulit dipecahkan

2) Memperbaiki praktek-praktek berusaha yang sudah ada

(a) Anggota harus bebas untuk dan berhak memilih

(b) Perubahan yang dilakukan harus dilandasi oleh adanya alasan yang dapat
diterima dan dipertanggung jawabkan.

(c) Bentuk perubahan beraneka ragam

(d) Banyak jalan yang dapat dilakukan untuk melakukan perubahan

(e) Perubahan yang akan dilakukan perlu di dukung oleh dan memanfaatkan
informasi-informasi yang dapat dikumpulkan
(f) Rekomendasi atau saran perubahan harus benar-benar memberikan manfaat
atau keuntungan

(g) Perubahan yang dilakukan harus disertai dengan bimbingan lanjutan.

Metoda demonstrasi, menurut materinya dapat dibedakan dalam :

1) Demonstrasi cara,yaitu yang dimaksudkan untuk menunjukkan cara-cara berusaha


melalui Koperasi baru atau yang dimaksudkan untuk memperbaiki cara-cara berusaha
Koperasi yang lama

2) Demonstrasi hasil, yaitu dimaksudkan untuk menunjukkan hasil yang telah dapat
tercapai dari cara –cara baru yang disuluhkan dan atau perbaikan cara-cara lama yanng
telah diusahakan

3) Gabungan dari 1 dan 2,yang di dalam praktekmemang cara terakhir inilah yang sering
dilaksanakan.

Metoda demonstrasi, pada prinsipnya dilaksanakan sendiri oleh para pelaku usaha
Koperasi dengan bantuan dan atau bimbingan petugas pemerintah (penyuluh). Oleh sebab itu,
demonstrasi dalam usaha Koperasi sering merupakan atau menunjukkan kegiatan yang
dilaksanakan oleh masyarakat sendiri.

Meskipun metoda demonstrasi dipandang sebagai metoda yang paling baik dan efektif,
namun di dalam prakteknya sering sulit dilaksanakan karena disamping memerlukan biaya yang
mahal juga menuntut berbagai persyaratan tertentu guna memenuhi prinsip-prinsip demonstrasi
sebagaimana yang telah tersebut dimuka.

Persyaratan itu antara lain :

a) Lokasi demonstrasi,selain harus metupakan contoh yang dapat mewakili sebagian besar
usaha Koperasi dalamarti kondisi teknisnya,harus pula memenuhi persyaratan letak
yang strategis sehingga mudah dilihat oleh anggota dan masyarakat pada umumnya
yang diharapkan untuk mengambil manfaat dari demonstrasi terkait.

b) Sebagai demonstrator, harus dipilih dari golongan penganut dini yang cukup mempunyai
pengaruh serta dikenal sebagai tokoh Koperasi . Pemlihan demonstrator dari golongan
perintis (innovator) atau pelopor (early adopter) uang dipandang akan menjamin
kesuksesaan demonstrasi sering justru tidak memberikan pengaruh terhadap pelaku
usaha Koperasi umumnya karena dipandang oleh lingkungannya mempunyai
kemampuan (teknis dan ekonomis) yang sulit diikuti pelaku usaha Koperasi lainnay
pada umumnya (early majority & late majority)

c) Harus dilaksanakan dengan berhasil. Sehubungan dengan masalah ini, demonstrasi


yang kurang berhasil atau bahkan gagal (meskipun karena hal-hal yang tak terduga)
justru akan berakibat patal karena kepercayaan para pelaku usaha Koperasi untuk
mengikuti saran penyuluhan dengan metoda apapun sulit ditumbuhkan kembali.

Disamping beberapa persyaratan yang harus diambil itu,pelaksanaan sesuatu metoda


demonstrasi sebenarnya tidak akan berhasil tanpa adanya program–program lain yang
diadakan berkaitan dengan demonstrasi tersebut. Program-program yang berkaitan dan harus
diadakan berkenan dengan dilaksanakannya demontasri adalah :

1) Program Permulaan

(a) Perencanaan operasiomal mengenai alat, sarana organisasi, dan penyediaan


dananya.

(b) Latihan operasional bagi petugas yang bersangkutan,

(c) Latihan bagi demonstrator

(d) Persiapan kegiatan yang lain berupa penetapan lokasi dan penyedian sarana /
peralatan yang diperlukan.

2) Progam ikutan yang meliputi :

(a) Pengadaan dan penyebaran siaran-siaran lisan maupun tertulis

(b) Pertemuan kelompok,diskusi-diskusi dan lain-lain

(c) Kunjungan ke rumah

(d) Kunjungan ke petak demonstrasi

(e) Latihan atau kursus-kursus singkat bagi masyarakat Koperasi

3) Program lanjutan yang mengenai :

(a) Mengadakan dan mengorganisir pertemuan di petak demonstrasi, terutama pada


saat kegaitan-kegiatan diadakan (untuk demonstrasi acara)

(b) Kursus-kursus

(c) Bimbingan yang teratur dan berkelanjutan kepada pengelola dan anggota
Koperasi yang menjadi demonstrastor.

(d) Pembinaan organisasi dan kelembagaan dilingkungan kelompok Koperasi .

(e) Pengembangan program sebagai kelanjutan demonstrasi tersebut.

Kerena alasan-alasan dan berbagai persyratan seperti inilah maka metoda demonstrasi
merupakan metoda yang benar-benar efektif (meskipun mahal)
Berbeda dengan kedua pertemuan di atas, pertemuan diskusi hanya diikuti oleh peserta yang
lebihter batas lagi, dengan peserta yang sangat homogen dan berlangsung komunikasi dua
arah antar semuanya di sini sama sekali tidak ada perbedaan antara pemberi dan penerima
penyuluhan, dan di selenggarakan dalam suasana yang sangat santai. Pertemuan seperti ini
sangat diperlukan, terutama pada tahapan penilaian, dan mencoba dan aspek yang dipengaruhi
lebih banak pengetahuan dan sedikit tentang sikap. Meskipun antara peserta mempunyai
kedudukan yang sama, namun untuk memperolah hasil diskusi yangbaik perlu diperhatikan hal-
hal sebagai berikut :

(a) Ada 4 unsur yang harus ditaati dan dipahami yakni :

- Pembicaraan berjalan secara terpimpin


- Dilakukan oleh sekelompok anggota diskusi yang kesemuannya aktif bertukar
pikiran.
- Ada masalah tertentu yang dibahas

(b) Dilaksanakan dalam suasana yang tidak resmi dan diusahakan terjalin komunikasi yang
semaksimal mungkin diantara sebagian besar anggota.

(c) Diusahakan agar semua peserta duduk dengan saling berhadapan (melingkar)

(d) Pemimpin diskusi harus dapat memiliki sikap sebagai :

- Penunjuk jalan (pengarah)

- Penasehat

- Sebagai juru damai

- Pencatat

- Memupuk suasana musyawarah

- Memperjelas tujuan kegiatan

Penting untuk selalu disadari di dalam semua jenis metoda pertemuan adalah, setiap
anggota harus melayani kepentingan dan berusaha demi tercapainya tujuan kelompok,
sebaliknya kelompok harus selalu memperhatikan dan berusaha memahami keinginan dan
saran-saran atau pendapat yang dikemukakan olehsetiap anggotanya,. Tanpa adanya
pengertian dan pemahaman mengenai hal ini, niscaya metoda pertemuan tidak akan mencapai
hasil atau tujuan seperti yang dikehendaki.
11). Metoda Karyawisata

Karyawisata sebagai suatu metoda penyuluhan dengan mengajak petani baik secara
sendiri-sendiri atau berkelompokk untuk berwisata mengunjungi obyek-obyek yanng berkaitan
dengan usaha tanminya, dengan maksud agar sepulangnya dari berkaryawisata dapat
menggugah kesadarannya, tumbuh minat, menilai dan berusaha mencoba atau meniru
menerapkannya.

Karyawisata, biasanya dikatakan dengan program penyuluhan yang akan, sedang atau
lebih disuluhkan dengan harapan untuk mempercepat proses adopsi materi penyuluhannya. Di
dalam pelaksaan karyawisata, selain merupakan hiburan yang penting adalah, agar para
pesertanya dapat melihat langsung, berwawancara, tukar pikiran dan pengalaman, menimba
pengetahuan, berlatih keterampilan dan lain-lain, sehigga sepulangnya mereka berubah
sikapnya untuk terangsang meneima atau mengadopsi metoda atau teknologi tertentu,
bertambah pengetahuannya, serta lebih trampil dalam berusaha tani,bahkan diharapkan pula
untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi dan tumbuh swakarsa dan swasembada
untyk melakukan sesuatu yang belum pernah dilaksanakan sebelumnya.

Karena itu, obyek-obyek yang dikunjungi hendaknya dipilih sedemikian rupa sehingga
erat kaitannya dengan materi atau bahan penyuluhan yang sedang atau telah pernah diberikan.
Obye-obyek itu antara lain adalah berupa :

(1) Koperasi diluar daerah yang memiliki kondisi yang (hampir) sama, dan telah
menerapkan suatu metoda atau teknologi baru seperti yang terdapat dalam materi
penyuluhan dengan berhasil meningkatkan kinerja usaha Koperasi dan meningkatkan
kesejahteraan anggotanya.

(2) Lembaga-lembaga penelitian dan atau sumber-sumber informasi baru yang lain, yang
sekiranya dapat memberikan petunjuk atau penjelasan mengenai pemecahan masalah
yang sedang dihadapi, dan memberikan berbagai alternatif baru mengenai hal-hal yang
dapat diterapkan demi perbaikan kehidupan berKoperasi mereka

(3) Pabrik pengolahan dan lembaga pemasaran hasil-hasil pertaniannya yang di kelola oleh
Koperasi yang dapat memberikan uraian-uraian tentang gambaran tentang alternatif
janis, bentuk dan mutu usaha Koperasi yang dapat diusahakan.

Karyawisata sebagai metoda penyuluhan, sebenarnya cukup efektif. Hanya saja untuk
keperluan ini diperlukan biaya yang mahal, dan perlu di ikuti dengan program lanjutan seperti
yang di pelukan dalam penerapan metoad demonstrasi.
12). Kelompok Pendengaran dan Pirsawan

Metoda ini sebenarnya merupakan gabungan dari metoda radio dan pertemuan diskusi.
pada metoda ini, sumber informasi datang dari berita radio yang didengarkan bersama atau
dicacat oleh salah seorang anggota pertemuan diskusi untuk kemudian didiskusikan bersama.

Pada waktu-waktu yang lalu dimana masih belum banyak siaran pedesaan (tentang
proses pemahaman kehidupan berKoperasi ) yang diadakan dan pemilik pesawat radio juga
masih jarang, diskuisi diadakan langsung setelah siarannya terhenti. Tetapi sekarang, semua
berita yang diterima dari berbgai sumber dicacat, atau direkam oleh petugas piket yanng
kemudian baru didiskusikan pada saat pertemuan yang telahdi jadwalkan.

Untuk lebih efektifnya kelompok ini, biasanya pada saat diselenggarakan pertemuan
diskusi disamping penyuluhan pertanian setempat. Hal-hal yang masih belum jelaskemudian
ditanyakan ke sumber siaran melalui surat meyurat yang akan di balas secara tertulis atau
dalam programberikutnya. Hal serupa juga berlaku untuk kelompok pirsawan hanya sumber
siarannya diperoleh dari televisi yang secara langsung dapat di lihatnya.Sebagai metoda
penyuluhan,cara ini sangat efektif untuk menambah pengetahuan, menggugah kesadaran,
menumbuhkan minat, dan menilai materi penyuluhan tertentu.

13). Anjangsana dan Anjangkarya

Anjangsan adalah metode penyuluhan yang dilakukan denagn mengunjungi sasaran


penyuluhan secara perorangan atau kelompok di rumah atau tempat tinggal masing-masing.
Sedangkkan anjang karya kunjungannya dilkakukan di tempat usahanya. Metoda ini dilakukan
pada tahapan mencoba dan menerima dengan maksud memberi petunjuk pelaksanaan dan
membantu memecahkan masalah -masalah yang dihadapi, sehingga aspek-aspek yang
dipengarihu terutanma pada aspek pengetahuan dan keterampilannya.
BAB VII

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan mengenai penyusunan metode pemahaman dalam


pemantapan kehidupan berkoperasi, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Dengan diterapkan Otonomi Daerah, maka terdapat beberapa keuntungan atau dampak
positif terhadap Pembinaan dan pembanguna perkoperasi didaerah khususnya di
kabupaten/kota, sebagai berikut :

a. Dampak Positif :
1. Pemda baik provinsi maupun kabupaten/kota dapatbsecara langsung
mengalokasikan dana/anggaran bagi pembinaan dan pengembangan koperasi di
daerahnya.

2. Gerakan Koperasi dapat secara langsung menyampaikan kebutuhan mereka


baik pemahaman, biaya, bahan, sarana dan prasarana pelaksanaan pembinaan
untuk meningkatkan pemahaman dalam pemantapan kehidupan berkoperasi.

b. Dampak Negatif
Karena seringnya mutasi pegawai oleh bupati/walikota di kabupaten/kota khususnya
bagi pejabat kepala dinas, maka sering terjadi bahwa kepala dinas khususnya yang
mempunyai tugas dan fungsi pembinaan koperasi bukan orang yang tepat yaitu tidak
memiliki latar belakang pendidikan dan/atau kurangnya pengalaman dalam
pembinaan perkoperasian.

Seiring dengan penerapan otonomi daerah dan pembentukan perangkat


pemerintahan daerah khususnya dinas-dinas ditingkat kabupaten/kota, termasuk dinas
yang mempunyai tugas dan fungsi pembinaan koperasi, maka staf atau pegawai yang
tersedia tidak dapat memenuhi/sesuai kebutuhan yang seharusnya sebagai pelaksana
tugas dan fungsi untuk Pembinaan dan pengembangan koperasi.

Walaupun telah disediakan/dialokaso dana/anggaran oleh pemda


kabupaten/kota bagi pembinaan/pengembangan koperasi melalui dinas yang
mempunyai tugas dan fungsi untuk pembinaan koperasi, namun dana/anggaran
tersebut belum mencukupi untuk meningkatkan pemahaman kehidupan berkoperasi
bagi semua individu/kelompok yang terkait langsung atau tidak langsung dengan
peningkatan pemahaman kehidupan berkoperasi.

2. Pembinan/penyuluh, pengurus, pengawas manajer dan anggota sebagian


kecendrungan telah memahami mengenai kehidupan berkoperasi. Namun demikian
masih cukup banyak Pembina/penyuluh, pengurus, pengawas, manajer dan anggota
yang kurang memahami dan bahkan ada yang tidak memahami mengenai kehidupan
berkoperasi. Terjadinya perbedaan pemahaman ini diduga akibat adanya perbedaan
kepentingan, tingkat pendidikan, kondisi social ekonomi dan perbedaan persepsi.
3. Pelaksanaan peningkatan pemahaman kehidupan berkoperasi belum menerapkan
metode yang tepat bagi setiap kelompok sasaran pemahaman.

4. Media pelaksanaan peningkatan pemahaman kehidupan berkoperasi belum dimiliki


dengan memadai oleh dinas di kabupaten/kota yang bertugas dan berfungsi untuk
pembinaan koperasi, seperti handout, text book/pedoman dan media lainnya yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan peningkatan pemahaman berkoperasi.

5. Sarana dan prasarana pemahaman kehidupan berkoperasi belum seluruhnya dimiliki


oleh dinas dikabupaten/kota yang bertugas dan berfungsi untuk pembinaan koperasi,
seperti ruang kelas yang memadai baik kapasitas maupun kenyamanan/kelayakannya,
sarana presentasi, alat pembantu (alat peraga) untuk mempermudah daya tangkap
materi pemahaman berkoperasi yang diberikan kepada peserta peningkatan
pemahaman berkoperasi.

7.2. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat disampaikan beberapa rekomendasi


sebagai berikut :

1. Bagi Para kepala dinas yang memiliki tugas dan fungsi untuk pembinaan dan
pengembangan koperasi di kabupaten/kota khususnya kepala dinas yang tidak memiliki
latar belakang pendidikan dan pengalaman perkoperasian dan pembinaan koperasi agar
diberikan pemahaman/pembekalan tentang perkoperasian dan kehidupan berkoperasi
dengan materi dan metode yang tepat.

2. Karena kurang tenaga penyuluh/petugas koperasi lapangan di tingkat kabupaten/kota,


maka perlu ditambah tenaga penyuluh koperasi lapangan di tingkat kabupaten/kota
bersangkutan.

3. Agar penyuluh/petugas koperasi lapangan ditingkat kabupaten/kota lebih menguasai


dan meningkat pemahamannya mengenai kehidupan berkoperasi , maka perlu juga
diberikan tambahan pengetahuan dalam hal pemahaman kehidupan berkopersi dengan
materi dan metode yang tepat.

4. Peningkatan pemahaman kehidupan berkoperasi perlu juga diberikan kepada,


pengurus, pengawas, manajer dan karyawan, anggota kelompok strategis di
kabupaten/kota dengan materi dan metode yang tepat.

5. Agar penyuluhan dan pemahaman koperasi kepada seluruh aparat dan personil yang
berkaitan dengan peningkatan pemahaman kehidupan berkoperasi baik secara
langsung maupun secara tidak langsung dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai
target/sasaran, maka perlu diberikan tambahan biaya/anggaran kepada instansi/dinas
yang memiliki tugas dan fungsi pembinaan koperasi.
6. Selain tambahan biaya/anggaran perlu pula di tambah atau disiapkan sarana/prasarana,
alat bantu/alat peraga agar pemahaman menjadi lebih efektif.
PENUTUP

Metoda ini merupakan sebagai bahan untuk pemahaman dalam pengembangan dan
pemantapan kehidupan berkoperasi, karena buku ini memuat berbagai aspek-aspek atau hal-
hal yang dapat dijadikan standar pembinaan yang antara lain meliputi, maksud dan tujuan
program sasaran yang hendak dicapai.

Dengan adanya metoda Pemahaman dalam pengembangan dan pemantapan


kehidupan berkoperasi diharapkan dapat menjadi pegangan bagi para Pembina/petugas dinas
propinsi, kabupaten/kota, dalam upaya pengembangan dan pemantapan kehidupan
berkoperasi.

Dan semoga buku ini dapat bermanfaat . Terima kasih.

Jakarta, November 2009


STRUKTUR ORGANISASI
KOPERASI

DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2010
KATA PENGANTAR

Persoalan menyangkut tata kehidupan koperasi dalam prakteknya menghadapi kendala


terutama pemahaman mendasar mnegenai pemahaman nilai, prinsip, dan manajemen
koperasi, sehingga hal ini ikut mempengaruhi keberadaan dan tumbuh berkembangnya
koperasi di masyyarakat. Pengenalan perkoperasian kepada khalayak akan menstimulasi
pemahaman dan minat masyarakat menjadi anggota maupun mendirikan koperasi sesuai
dengan nilai dan prinsip koperasi.

Praktek berkoperasi masih dihadapkan pada kendala penyelenggaraan keorganisasian dan


usaha koperasi. Buku suku berisi uraian praktis perkoperasian, yang dapat dijadikan pegangan
umum dan bahan bacaan singkat bagi berbagai kalangan masyarakat, serta dapat membuka
wawasan pembacanya mengenai koperasi. Buku suku perkoperasian ini masih terdapat banyak
kekurangan, sehingga saran, kritik, dan masukan yang bersifat membangun diperlukan bagi
penyempurnaannya. Walau dengan segala kekurangannya, buku suku ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi koperasi, anggota, pengurus, pengawas dan masyarakat untuk lebih
memahami koperasi. Semoga Allah SWT memberkati dan menempatkan karya ini sebagai
amal kebajikan. Amin…

Jakarta, 2010

Deputi Bidang Pengembangan

Sumber Daya Manusia


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

1. Struktur Organisasi Koperasi ...................................................................................... 1


2. Rapat Anggota (RA) ................................................................................................... 3
3. Pengurus .................................................................................................................... 4
4. Fungsi Dan Peran Pengurus ...................................................................................... 5
5. Pengawas .................................................................................................................. 11
6. Pengelola (Manager) .................................................................................................. 13
7. Hubungan Kerja Antara Pengurus Dan Manager ....................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 17

\
ORGANISASI KOPERASI

1. Struktur Organisasi Koperasi

Organisaisi koperasi yang telah terbentuk memerlukan pelaksanaan manajemen koperasi


diantaranya mengenai Bagan Struktur Organisais yang relevan, perangkat dan fungsi
organisasai koeperasi.

Bagan Struktur Organisasi Koeprasi menggambarkan sususnan, isi dan luas cakupan
organisasi koperasi, serta menjelaskan posisi daripada fungsi beserta tugas maupun kewajiban
setiap fungsi, hubungan kerja dan tanggung jawab yang jelas.

Landasan pembuatan struktur organisasi adalah :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.


2. Anggaran Dana dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi.
3. Keputusan Rapat.

Gambar

Bagan Struktur Organisasi Koperasi

RAPAT ANGGOTA

PENGURURS PENGAWAS

MANAGER

UNIT USAHA USAHA UNIT UNIT UNIT USAHA UNIT

ANGGOTA

Keterangan :

Bagan Struktur Organisasi Koperasi ini tidak bersifat baku dan masih dapat dimodifikasi sesuai
dengan kebutuhan/kecukupan/cirri khas organisasinya. Perangkat organisasinya pasti harus
tercantum sebagaimana UU Nomor 25 Tahun 1992 pasal 21, adalah Rapat Anggota, Pengurus
dan Pengawas, yang selanjutnya dapat dilengkapi adanaya pengelola (manager dan
karyawan).
2. Rapat Anggota (RA)

Anggota memiliki kekuasaan tertinggi dalam koperasi, yang tercermin dalam forum Rapat
Anggota, sering kali secara teknis disebut RAT (Rapat Anggota Tahunan). Fungsi Rapat
Anggota adalah :

1. Menetapkan Anggaran Dasar/ART.


2. Menetapkan Kebijaksanaan Umum di bidang organisasi, manajemen dan usaha
koperasi.
3. Menyelenggarakan pemilihan, pengangkatan, pemberhentian, pengurus dan atau
pengawas.
4. Menetapkan Rencana Kerja, Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi
serta pengesahan Laporan Keuangan.
5. Mengesahkan Laporan Pertanggung-jawaban Pengurus dan Pengawas dalam
melaksanakan tugasnya.
6. Menentukan pembagian Sisa Hasil Usaha.
7. Menetapkan keputusan penggabungan, peleburan, dana pembubaran Koperasi.

3. Pengurus

Pengurus dipilih dari dan oleh Anggota KOperasi, dan berperan mewakili anggota dalam
menjalankan kegiatan organisasi maupun usaha koperasi. Pengurus dapat menunjuk manajaer
dan karyawan sebagai pengelola untuk menjalankan fungsi usaha sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang ada, sebagaimana jelas tercantum dalam pasal 32 UU Nomor 25 Tahun 1992
tentang Perkoperasian.

Pengurus memperoleh wewenang dan kekuasaan dari hasil keputusan RAT Pengurus
berkewajiban melaksanakan seluruh keputusan RAT guna memberikan manfaat kepada
anggota koperasi. Pengurus merumuskan berbagai kebijaksanaan yang harus dilakukan
pengelola (Tim Manajemen) dan menjalankan tugas-tugasnya sebagai berikut :

1. Mengelola organisasi koperasi dan usahanya


2. Membuat dan mengajukan Rancangan Program Kerja Serta Rancangan RAPBK
(Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi).
3. Menyelenggarakan Rapat Anggota
4. Mengajukan Laporan Keuangan dan Pertanggung jawaban Pelaksanaan Tugas.
5. Menyelenggarakan pembukaan keuangan dan invetaris secara tertib.
6. Memelihara daftar buku Anggota, buku Pengurus dan Pengawas.
7. Memberikan Pelayanan kepada Anggota Koperasi dan Masyarakat.
8. Mendelegasikan tugas kepada manajer
9. Meningkatkan pengetahuan perangkat pelaksanaan dan anggota.
10. Meningkatkan penyuluhan dan pendidikan kepada anggota
11. Mencatat mulai sampai dengan berakhirnya masa kepengurusan pengawas dan
pengurus.
12. Mencatat masuk dan keluarnya anggota.
4. Fungsi dan Peran Pengurus

Pengurs koperasi mempunyai fungsi, di antaranya adalah :

1) Pengurus sebagai pusat pengambilan keputusan yang tertinggi

Fungsi pengurus sebagai pusat pengambilan keputusan tertinggi diwujudkan dalam


menentukan tujuan organisasi, merumuskan kebijakan organisasi, menentukan rencana
sasaran serta program kerja organisasi koperasi, memilih dan mengawasi tindakan-
tindakan manajer-manajer dan karyawan dalam mengelola usaha koperasi.

Pengurus merupakan perangkat organisasi koperasi yang diharapkan dapat membawa


perubahan dan pertumbuhan organisasi dan sekaligus menjadi sumber inisiatif dan
inspirasi bagi pengembangan usaha koperasi. Pada menilai semua hasil kerja kegiatan-
kegiatan pengelolaan koperasi secara operasional yang menjadi tanggung jawab
manajer.

2) Fungsi sebagai penasihat

Fungsi sebagai penasihat ini berlaku baik bagi para manajer maupun bagi para anggota.
Bagi para manajer maminta nasihat kepada pengurus adalah penting sekali artinya,
terutama dalam rangka penjabaran dan penerapan kebijaksanaan operasional dari
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah dirumuskan oleh pengurus.

3) Pengurus sebagai pengawas; bahwa pengurus merupakan orang yang mendapat


kepercayaan dari anggota untuk melindungi semua kekayaan organisasi.
4) Pengurus sebagai penjaga kelangsungan hidup organisasi; demi keberlangsngan usaha
dan keberlanjutan organisasi koperasi, maka pengurus harus :
1) Mampu menyediakan adanya manajer yang cakap dalam organisasi;
2) Menyeleksi dan memilih eksekutif atau manajer secara efektif;
3) Memberikan pengarahan kepada para manajer agar koperasi berjalan secara efektif
, professional, dan
4) Menetapkan orang-orang yang mampu mengarahkan kegiatan dari organisasi;
5) Mengikuti perkembangan pasar, dengan tepat mengarahkan berbagai jenis layanan
barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan oleh koperasi sesuai dengan dinamika
pasar dan tingkat kelayakan maupun profitabilitas usaha.

5). Pengurus sebagai symbol; langkah-langkah yang diambil pengurus terhadap anggota
maupun karyawan bersifat persuasive yang menempatkan pengurus menjadi pemimpin
yang memiliki kekuatan dan motivator bagi pencapaian tujuan; strategis perusahaan dan
kebijaksanaan umum dari organisasi koperasi dirumuskan secara sistematis oleh
pengurus; pengurus memperoleh dan menyajikan informasi koperasi secara cermat dalam
menunjang kinerja usaha.
Pemilaian kesehatan koperasi merupakan ukuran penilaian kinerja koperasi merupakan ukuran
penilaian kinerja koperasi yang memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran,
keberhasilan pertumbuhan, perkembangan dan keberlangsungan usaha koperasi dalam jangka
pendek maupun jangka panjang. Pengurus mempersiapkan dan membuat laporan kesehatan
kopearsi secara tertulis yang dikoordinasikan dengan pengawas, serta dilaporkan pada Rapat
Anggota. Aspek-aspek yang tercakup dalam laporan kesehatan kopearsi paling tidak berisi:

1. Permodalan;
2. Kulaitas aktiva produktif,
3. Pengelolaan
4. Efisiensi
5. Likuiditas,
6. Jati diri Koperasi,
7. Pertumbuhan dan kemandirian, and
8. Kepagtuhan terhadap prinsip-prinsip usaha yang digunakan

Penilaian penilaian kesehatan koperasi dibuat denga pendekatan kualitatif maupun kuantitatif
miimal 1(satu) tahun sekali melalui rapat pengurus. Hasil penialain kesehatan pengurus
disampaikan kepada anggota secara terbuka melalui surat edaran atau papan pengumuman,
paling lama 1(satu) bulan dari setiap periode masa bakti pengurus sebagai
pertanggungjawaban pengurus kepada seluruh anggota. Hasil penilaian kesehatan koperasi
yang diumumkan mencerminkan kondisi sebenarnya dan sesuai dengan situasi dilapangan.
Jika tidak sesuai, anggota/pengawas dapat mengajukan keberatan dan meminta penjelasan
dan klarifikasi kepada pengurus koperasi berhak untuk melakukan konfirmasi kepada
pengawas/anggota.

Untuk mengefektifkan usaha dan berjalannya fungsi pengendalian manajemen koperasi, maka
pengurus melakukan pemeriksaan rutin secara berkala minimal 3 (tiga) bulan sekali terhadap
seluruh transaksi yang terjadi. Hasil kegiatan ini menjadi masukkan/bahan untuk perbaikan atau
penyempurnaan pelaksanaan kinerja usah koperasi kepada pihak pengelola koperasi, serta
pengendalian atas kemugkinan terjadinya penyimpangan dan kesalahan pembukuan. Hasil
pemeriksaan pengurus dapat disampaikan dan menjadi bahan pertimbangan dan perhatian
pula bagi pengawas koperasi.

Pengurus juga melaporkan kinerja pelaksanaan kebijakan, program kerja, dan realisasi rencan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi (RAPBK) yang sudah disetujui oleh Rapat Angota
untuk tahun buku berjalan (1 Januari – 31 Desember). Adapun kinerja kebijakan, program dan
RAPBK meliputi :

1. Organisasi dan kelembagaan (membandingkan rencana dengan realisasi)


2. Pelayanan dan Usaha Koperasi (membandingkan rencan dengan realisasi)
3. Neraca Pelayanan Koperasi kepada anggota dan non anggota (membandingkan rencan
dengan realisasi)
4. Kinerja keuangan (analisa perkembangan dan analisa laporan keuangan);
5. Pembagian SHU;
6. Keajaiban - keajaiban lain yang muncul yang tidak ada dalam rencana.
5. Pengawas

Pengawas sebagai salah satu perangkat organisasi koperasi diangkat dari dan oleh Anggota
dalam Rapat Anggota Tahunan, sesuai pasal 38 UU No. 25 Tahun 1992. Berdasarkan
ketentuan Pasal 39 UU No.25 Tahun 1992, fungsi tugas dan wewenng pengawas antara lain :

1. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan Pengurus dan


Pengelola Koperasi.
2. Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya.
3. Meneliti catatan yang ada pada koperasi.
4. Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan.
5. Merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga.
6. Memeriksa sewaktu-waktu tentang keuangan dengan membuat berita acara
pemeriksaannya.
7. Memberikan saran dan pendapat serta usul kepada pengurus atau Rapat Anggota
mengenai hal yang menyangkut kehidupan koperasi.
8. Memperolah biaya-biaya dalam rangka menjalankan tugas sesuai dengan keputusan
Rapat Anggota.
9. Mempertanggungjawabkan hasil pemeriksaannya pada RAT.

Keterkaitan antara peran pengawas dan pengurus adalah dalam hal pelaporan adalah dalam
hal pelaporan hasil audit. Pengawas melaporkan hasil audit dan rekomendasi pelaksanaan
kebijakan dan Keputusan Rapat Anggota yang telah di laksanakan oleh pengurus koperasi baik
auditr berkala maupun audit akhir tahun buku. Hasil audit yang dilaporkan dari pengawas
adalah mengenai kesesuaian dan kebenaran data dan informasi yang dilaporkan dari
pengawas adalah mengenai kesesuaian dan kebenaran data dan informasi yang dilaporkan
Pengurus koperasi dengan bukti – bukti pendukungnya. Adapun beberapa hasil audit yang
dilaporkan pengawas adalah :

1. Pelaksanaan Anggaran Dasar di Koperasi;


2. Pelaksanaan Kepeutusan RAT;
3. Audit manajemen (pelaksanaan Standar Operasional Produser, deskripsi jabatan, dan
disiplin kerja);
4. Audit keuangan (ada tidaknya penyimpangan keuangan oleh Pengurus);
5. Audit fisik (inventaris, dan kas)

6. Pengelola (Manager)

Manager dipilih dan diangkat oleh pengurus untuk melakukan fungsi pengelolaan operasional
usah koperasi.

Kewajiban manager antara lain :

1. Melaksanakan kebijakan operasional yang telah ditetapkan Pengurus.


2. Memimpin dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan – kegiatan di unit – unit usaha.
3. Membimbing dan mengarahkan tugas – tugas karyawan yang dibawahnya seefisien
mungkin menuju karyawan yang berkualitas.
4. Mengusulkan kepada pengurus tentang pengangkatan dan atau pemberhentian
karyawan dalam lingkungan tugasnya.
5. Menyusun Program Kerja dan RAPBK tahunan untuk disampaikan kepada pengurus
sebelum dimulainya rencana dan anggaran yang baru, dan selanjutnya evaluasi
sekaligus perencanaan bagi pengurus untuk disampaikan dalam Rapat Anggota.
6. Membuat laporan pertanggungjawaban kerja secara tertulis setiap akhir bulan and tahun.
7. Melaksanakan dokumen-dokumen usaha atau organisasi koperasi.

Fungsi utama Manager :

1) Melaksanakan tugas segari – hari di bidang usaha.


2) Bertanggungjawab atas administrasi kegiatan usaha dan organisasi koperasi.
3) Mengembangkan dan mengelola usaha untuk mencapai tujuan secara efektif dan
efisien.

Perlunya Manager dalam Koperasi

Keberadaan manajer dalam koperasi diharapkan usaha koperasi akan dapat berkembang lebih
maju. Manajer diperlukan bagi koperasi :

1) Untuk mengelola usaha koperasi memerlukan keahlian sesuai dengan bidang usaha
koperasi, selain untuk menunjang fungsi pengurus yang umumnya dipilih oleh anggota
berdasarkan atas kepercayaan.
2) Pengelolaan usaha koperasi memerlukan tindakan yang berkeseimbangan sepanjang
tindakan yangberkesinambungan sepanjang waktun sejalan dengan keberadaan
koperasi itu, sementara pengurus di[ilih untuk jangka waktu tertentu (ada batasan waktu
kepengurusan).
3) Pengurus umumnya tidak dapat mencurahkan tenaga atau pikirannya secara penuh
dalam koperasi, karena biasanya pengurus memiliki tugas pokoknya, sehingga manajer
diperlukan untuk mengoperasionalisasikan usaha koperasi lebih efektif dan mencapai
tujuannya.

7. Hubungan kerja antara Pengurus dan Manajer.

Antara pengurus dengan manajer harus memiliki kesatuan pendangan dan kesatuan gerak
untuk mengenai usaha koperasi dan tercapainya tujuan koperasi.

Untuk menjaga keseimbangan dan keselarasan usaha koperasi dilakukan tugas dan tanggung
jawab sejelas-jelasnya, antara lain :

1) Pertanggung jawaban teknis operasional oleh pengurus diserahkan kepada manajer,


sekalipun pertanggungjawaban terakhir kepada anggota dilakukan pengurus.
2) Pengurus hanya memutuskan hal-hal yang sifatnya kebijaksanaan, sedangkan manajer
dalam bidang operasionalnya.
3) Pengurus mempunyai wewenang penuh untuk melakukan pengawsan, pemantauan,
penerbitan, penelitian, dan pemeriksaan tentang apa yang dilakukan manajer.
4) Pengurus tidak perlu mengerjakan hal-hal yang sifatnya operasional sehari – hari.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Koperasi Pembinaan Pengusaha Kecil, R.I. 1993, Pelatihan Perkoperasian


Bagi Pengurus Koperasi / KUD, Jakarta.

Folke Dubell, 1985. Pembangunan Koperasi Suatu Metode Perintisan dan


Pengorganisasian Koperasi Pertanian di Negara Berkembang, terjemahan Slamet Riyadi Bisri,
Jatinangor : Ikopin.

Hanel, Afred. 1994 Dual or Double Nature of Cooprative. Dalam International Handbook
of Cooprative Organizations. Vandenhoeck & Ruprecht. Gottingen.

Herman Soewardi. 1995. Filsafat Koperasi atau Cooprativism. UPT Penerbitan Ikopin.

Ima Soewandi, tanpa tahun Latar Belakang Sejarah dan Sendi Dasar Koperasi (sebuah
out-line), Jakarta : Departemen Perdagangan dan Koperasi.

Munkner, 1989. Pengantar Hukum Koperasi, Bandung :Unpad.

Ropke, Joche, 1995. The Economic Theory of Cooprative Enterprises in Developing


Countries. With Special Reference tp Indonesia. Marburg.

Sagimun, M.D. 1990. Koperasi Indonesia. CV Masagung. Jakarta.

Suarny Amran, 1992. Analisis Beberapa Permasalahan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga, dalam Pokok-Pokok Pikiran Tentang Pembangunan Koperasi, Editor Rusidi
dan Maman Suratman, Jatinangor, Bandung : Ikopin.

Tim Ikopin. 2000. Penjiwaan Koperasi. Bandung : Ikopin. Jatinangor, Bandung : Ikopin

T. Gilarso. 1998. Pengelolaan Koperasi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992, Tentang Perkoperasian.

Anda mungkin juga menyukai