Anda di halaman 1dari 15

Angkor Wat

Angkor Wat (“Kuil Kota”) adalah sebuah kompleks biara yang besar dekat Siem Reap, sekitar 200 mil
dari ibu kota Phnom Penh di Kamboja. Dibangun pada abad ke 12 Masehi oleh raja yang makmur
dari kerajaan Khmer, Angkor Wat sebenarnya dibangun sebagai sebuah kuil kerajaan bagi penganut
Hindu.

Setelah kota Angkor jatuh oleh penjajah, Angkor Wat kemudian terlupakan di dalam hutan tetapi
kemudian ditemukan oleh biarawan buddhis dan menjadi kuil buddhis. Hingga kini Angkor Wat tetap
menjadi pusat ziarah selama berabad-abad.

Angkor Wat merupakan peninggalan arsitektur kerajaan Khmer yang paling terawat di Kamboja dan
berkat keindahan arsitekturnya inilah kuil ini berhasil masuk menjadi salah satu dari tujuh keajaiban
dunia. Angkor Wat ini juga terlihat di bendera nasional Kamboja, sebuah contoh yang sangat jarang
dimana bendera menampilkan gambar dari sebuah bangunan.

Kota hilang Angkor pertama kali memperoleh perhatian dari masyarakat Eropa sekitar tahun 1800an
setelah Kamboja diinvasi oleh Perancis. Kini, Angkor Wat terus menaris perhatian dari ribuan
pengunjung yang hendak menyaksikan secara langsung kuil agung kuno yang berada di tengah
hutan.

Sebagai tambahan atraksinya pula, banyak para bhiksu buddhis yang setiap hari mengunjungi
Angkor Wat ini, mereka mengenakan jubah berwarna oranye cerah yang memberikan kontras yang
tepat dengan warna batu kuil kuno ini.

Sejarah

Kota Angkor dulunya merupakan ibukota kerajaan Khmer dari abad 9 hingga abad 15 Masehi.
Kerajaan Khmer termasuk salah satu kerajaan termakmur dan termaju dalam sejarah Asia Tenggara,
dan kemakmurannya dapat terlihat dari keindahan dan beragamnya arsitektur Khmer.

Kota Angkor didirikan dengan landasan politik dan relijius yang diadaptasi dari India, dan kuil-kuil
Angkor sebenarnya diperuntukkan sebagai tempat sembahyang para raja dan sebuah cara baginya
untuk memastikan keabadiannya dengan menyatu dengan dewa-dewa Hindu.
Angkor Wat dibangun oleh Raja Suryavarman II di abad 12 Masehi sebagai sebuah kompleks kuil
pemakaman yang akan menjadi tempat peraduan terakhirnya, menyimbolkan penyatuan
identitasnya dengan Vishnu.

Banyak dari relief di kuil ini menampilkan cerita Ramayana dan Mahabharata, yang berasal dari
naskah-naskah suci Hindu mengenai petualangan dua inkarnasi utama Vishnu.

Selama enam abad menjadi ibukota, Angkor menjadi tempat perkembangan berbagai jenis gaya
arsitektur dan agama. Kota Angkor berubah dari penganut dewa Hindu Shiva menjadi dewa Hindu
Vishnu, dan akhirnya dewa buddhis Mahayana Avalokitesvara.

Pada akhir abad 13 Masehi, perkembangan cepat arsitektur Angkor mulai mereda, dan sebuah tipe
agama yang lebih terkendali berkembang dibawah pertumbuhan pengaruh buddhisme Theravada.

Pada saat bersamaan, Angkor dan kerajaan Khmer mendapat ancaman dan diserang oleh pasukan
penjajah. Pada abad 16 Masehi, masa kejayaan Angkor berakhir dan banyak dari kuil-kuil besar mulai
lenyap ditelan hutan.

Sejak abad 15 hingga 19, para bhiksu buddhis Theravada yang merawat dan menjaga Angkor Wat.
Dan terima kasih atas upaya mereka, sehingga kuil-kuil tersebut masih tetap utuh seperti mulanya.
Angkor Wat menjadi salah satu tempat ziarah paling penting di Asia Tenggara.

Pengunjung Eropa di Kamboja akan takjub dengan kota hilang “Angkor”. Setelah Perancis
membangun koloni di Kamboja pada tahun 1863, seluruh situs menjadi sebuah daya tarik bagi para
pelajar.

Apa Yang Dilihat

Arsitektur Angor sangat dipengaruhi oleh konsep India. Sejak masa awal pembangunan kota, Angkor
telah diperuntukkan sebagai bangunan simbol alam semesta menurut kosmologi Hindu. Kota
dibangun mengelilingi kuil pusat di sebuah bukit, yang menyimbolkan Gunung Meru, tempat
kediaman para dewa.
Menara pusat di masing-masing kuil juga merepresentasikan Gunung Meru. Dinding luar kuil
merepresentasikan gunung-gunung yang diyakini mengelilingi kosmos.

Saluran air dank anal-kanal di Angkor berfungsi ganda: mereka menyimbolkan air dalam kosmos dan
membantu pengontrolan air dan irigasi.

Angkor Wat memiliki lima kuil utama, tiga galeri, dua perpustakaan, dan dikelilingi oleh dekorasi-
dekorasi khas Khmer. Salah satu momen terbaik yang dapat ditangkap oleh para wisatawan adalah
saat matahari terbit dan tenggelam.

https://shambhalaguardian.wordpress.com/2012/03/25/angkor-wat/

****

Angkor Wat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Untuk band thrash metal Amerika, lihat Angkor Wat (grup musik).

Angkor Wat

Koordinat: 13°24′45″LU 103°52′0″BT

Nama

Nama diri: Prasat Angkor Wat

Lokasi
Lokasi: Angkor, Provinsi Siem Reap, Kamboja

Arsitektur dan Budaya

Dewa Utama: Wisnu

Gaya arsitektur: Khmer

Sejarah

Tanggal pembangunan: Abad ke-12

(struktur saat ini)

Pembuat: Suryawarman II

Situs Warisan Dunia UNESCO

Angkor Wat

Nama sebagaimana tercantum dalam

Daftar Warisan Dunia

Tipe Budaya

Kriteria i, ii, iii, iv

Nomor identifikasi 668


Kawasan UNESCO Asia-Pasifik

Tahun pengukuhan 1992 (sesi 19)

Angkor Wat saat matahari terbit.

Angkor Wat (bahasa Khmer: អង្គរវត្ត) adalah sebuah kuil atau candi yang terletak di
kota Angkor, Kamboja. Kuil ini dibangun oleh Raja Suryawarman II pada pertengahan abad ke-
12. Pembangunan kuil Angkor Wat memakan waktu selama 30 tahun. Angkor Wat terletak di
dataran Angkor yang juga dipenuhi bangunan kuil yang indah, tetapi Angkor Wat merupakan kuil
yang paling terkenal di dataran Angkor. Raja Suryawarman II memerintahkan pembangunan
Angkor Wat menurut kepercayaan Hindu yang meletakkan gunung Meru sebagai
pusat dunia dan merupakan tempat tinggal dewa-dewi Hindu, dengan itu menara tengah Angkor
Wat adalah menara tertinggi dan merupakan menara utama dalam kompleks bangunan Angkor
Wat.
Sebagaimana mitologi gunung Meru, kawasan kuil Angkor Wat dikelilingi oleh dinding dan
terusan yang mewakili lautan dan gunung yang mengelilingi dunia. Jalan masuk utama ke
Angkor Wat yang sepanjang setengah kilometer dihiasi pagar susur pegangan tangan dan diapit
oleh danau buatan manusia yang disebut sebagai Baray. Jalan masuk ke kuil Angkor Wat
melalui pintu gerbang, mewakili jambatan pelangi yang menghubungkan antara alam dunia
dengan alam dewa-dewa.
Angkor Wat berada dalam keadaan yang baik dibandingkan dengan kuil lain di dataran Angkor
disebabkan karena Angkor Wat telah dialihfungsikan menjadi kuil Buddha dan dipelihara serta
digunakan secara terus menerus ketika agama Buddha menggantikan agama Hindu di Angkor
pada abad ke-13. Kuil Angkor pernah dijajah oleh Siam pada tahun 1431.
Pada tahun 1992, Angkor Wat masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO.
Nama modern Angkor Wat, berarti "Kuil Kota"; Angkor adalah bentuk perubahan dari
kata នគរ nokor yang berasal dari kata नननnagara dalam bahasa Sanskerta yang berarti ibu
kota atau negara.[1] wat adalah istilah dalam bahasa Khmer untuk kuil atau candi.[2] Sebelumnya
nama asli candi ini adalah Preah Pisnulok atau Vishnuloka (tempat dewa Wisnu bersemayam),
berdasarkan nama anumerta raja pembangunnya, Suryawarman II.[3]

Daftar isi
[tampilkan]

Sejarah[sunting | sunting sumber]


Raja Suryawarman II, pembangun Angkor Wat.

Angkor Wat terletak 55 kilometer (34 mi) di utara kota modern Siem Reap, dan bergeser ke timur
dari bekas ibu kota sebelumnya yang berpusat di candi Baphuon. Candi ini berada di kawasan
kelompok percandian terpenting di Kamboja, juga menjadi candi paling selatan dari kelompok
candi di kota Angkor.
Rintisan rancangan dan pembangunan candi dimulai pada paruh pertama abad ke-12 Masehi,
pada masa pemerintahan raja Suryawarman II (memerintah pada 1113 – sekitar 1150).
Dipersembahkan untuk memuliakan Wisnu, candi ini dibangun sebagai candi agung negara milik
raja sekaligus sebagai ibu kota. Karena prasasti yang menyebutkan pembangunannya belum
ditemukan, maka nama asli candi ini tidak diketahui. Ditafsirkan candi ini mungkin aslinya disebut
sebagai "Preah Pisnu-lok" (Bahasa Khmer Kuno, serapan dari bahasa Sanskerta: "Vara Vishnu-
loka") secara harfiah bermakna "Kawasan Suci Wisnu", berdasarkan dewa utama yang
dimuliakan di candi ini. Proyek pembangunan sepertinya dihentikan segera setelah kematian
raja, menyisakan beberapa relief rendah yang belum rampung.[4] Pada 1177, kira-kira 27 tahun
setelah kematian Suryawarman II, Angkor diserang oleh bangsa Champa, musuh tradisional
bangsa Khmer. Kemudian kerajaan Khmer dipulihkan kembali oleh raja baru Jayawarman VII,
yang mendirikan ibu kota baru di Angkor Thom candi kerajaan baru di Bayon, yang terletak
beberapa kilometer di utara Angkor Wat.
Pada akhir abad ke-13, Angkor Wat perlahan-lahan dialihfungsikan dari candi Hindu menjadi
candi Buddha Theravada, hal ini berlangsung hingga kini. Angkor Wat agak tidak biasa
dibandingkan candi-candi lainnya di Angkor, meskipun ditelantarkan setelah abad ke-16, Angkor
Wat tidak pernah benar-benar ditinggalkan. Angkor tetap bertahan antara lain salah satunya
karena parit yang mengelilinginya melindungi bangunan candi dari rongrongan pohon besar
hutan rimba.[5]
Salah satu pengunjung Barat perintis yang mengunjungi candi ini antara lain António da
Madalena, seorang biarawan Katolik Portugis yang mengunjunginya pada tahun 1586 yang
menyatakan "sebuah bangunan yang luar biasa yang tak mungkin digambarkan dengan pena,
karena tidak ada bangunan lain di dunia ini yang menyerupainya. Bangunan ini memiliki menara
dengan hiasan yang sangat halus dan indah yang hanya bisa diciptakan oleh manusia
jenius."[6] Pada pertengahan abad ke-19, candi ini dikunjungi oleh ilmuwan dan penjelajah
Perancis, Henri Mouhot, yang memperkenalkan situs ini ke dunia Barat melalui catatan
perjalanannya, ia menulis:
"Candi ini—menyaingi (kemegahan) Bait Salomo, dibangun oleh Michelangelo purba—pantas
menduduki tempat terhormat sebagai salah satu bangunan terindah (di dunia). Bangunan ini
lebih besar dari segala peninggalan Yunani atau Romawi, dan menyajikan kontras yang sangat
menyedihkan dengan kondisi kini yang jatuh terpuruk ke dalam kebiadaban."[7]
Mouhot, seperti kebanyakan pengunjung Barat, sulit memercayai bahwa bangsa Khmer mampu
membangun candi semegah ini, secara keliru memperkirakan waktu pembangunannya sezaman
dengan era Romawi Kuno. Sejarah sebenarnya dari Angkor Wat secara perlahan dirangkaikan
kembali melalui mempelajari gaya arsitektur serta bukti epigrafi tertulis pada prasasti, dilanjutkan
dengan pembersihan di sekitar situs Angkor. Penggalian di sekitar situs Angkor Wat tidak
menemukan peninggalan permukiman seperti bekas rumah hunian atau bukti hunian lainnya
seperti perabot memasak, senjata, atau bekas pakaian yang biasa ditemukan di situs purbakala.
Hanya monumen inilah yang ditemukan di kawasan ini.[8]

Bagian muka Angkor Wat, digambar oleh Henri Mouhot.

Kartu pos Perancis bergambar Angkor Wat pada tahun 1911.

Angkor Wat menjalani pemugaran yang berarti pada abad ke-20, kebanyakan di antaranya
adalah membersihkan jeratan tumbuhan dan tumpukan tanah yang menutupi
bangunan.[9] Proyek pemugaran terputus akibat perang saudara dan kendali rezim Khmer
Merah atas Kamboja pada dasawarsa 1970-an dan 1980-an, akan tetapi kerusakan relatif minim
pada periode ini yang kebanyakan adalah penjarahan dan pencurian serta perusakan pada arca
setelah era Angkor.[10]
Candi ini merupakan simbol yang kuat dan amat penting bagi negara Kamboja,[11] sebagai
sumber kebanggaan nasional dan menjadi faktor penting bagi hubungan diplomatik luar negeri
antara Kamboja dengan Perancis, Amerika Serikat, dan Thailand. Penggambaran Angkor Wat
dalam bendera nasional Kamboja telah mulai ditampilkan sejak diperkenalkannya bendera
perdana Kamboja pada 1863.[12] Akan tetapi, dari perspektif sejarah dan antarbudaya, Angkor
Wat tidak pernah menjadi lambang kebanggaan nasional yang sesungguhnya sui generis namun
diterapkan dalam proses politik-budaya oleh Kolonial Perancis yang menampilkan candi ini
dalam pameran Kolonial Perancis dan pameran universal di Paris dan Marseille antara tahun
1889 dan 1937.[13]
Warisan kesenian yang agung dari Angkor Wat dan monumen Khmer lainnya di
kawasan Angkor telah mendorong Perancis untuk memasukkan Kamboja
sebagai protektorat Perancis pada 11 Agustus 1863 dan menyerang kerajaan Siam untuk
merebut kendali atas kawasan reruntuhan candi ini. Hal ini mendorong Kamboja untuk merebut
kembali kawasan di sudut barat laut yang di bawah penjajahan Siam sejak tahun 1351 (Manich
Jumsai 2001), atau menurut sumber lain, 1431.[14] Kamboja meraih kemerdekaan dari Perancis
pada 9 November 1953 dan sejak saat itu menguasai candi Angkor Wat.

Arsitektur[sunting | sunting sumber]


Situs dan denah[sunting | sunting sumber]
Denah utama Angkor Wat dengan struktur pusat di pertengahan.

Denah detail struktur pusat.

Angkor Wat, yang terletak di 13°24′45″LU 103°52′0″BT, adalah kombinasi unik bukit candi,
desain standar untuk candi negara kekaisaran dan kemudian denah galeri konsentris. Candi
tersebut adalah representasi dari Meru, tempat para dewa: menara kwinkunks tengah
melambangkan lima puncak bukit, dan dinding dan parit melambangkan barisan bukit dan
samudra.[15] Akses ke kawasan paling atas candi tersebut semakin lebih eksklusif, namun kaum
awam hanya boleh ke lantai terbawah.[16]
Tidak seperti kebanyakan candi-candi Khmer, Angkor Wat menghadap ke barat ketimbang timur.
Hal ini telah membuat banyak orang (termasuk Glaize dan George Cœdès) menyimpulkan
bahwa Suryawarman membuatnya untuk digunakan sebagai candi tempat
penguburannya.[17] Bukti lebih lanjut untuk pandangan ini adalah dengan disediakannya relief
dasar, yang dibuat dalam arah berlawanan jarum jam—prasawya dalam terminologi Hindu—
karena ini adalah kebalikan dari penataan pada umumnya. Ritual berlangsung dalam penataan
berlawanan saat pemakaman bercorak Brahminik.[9] Arkeolog Charles Higham juga menjelaskan
suatu wadah yang mungkin telah menjadi tempat penguburan yang dilakukan di menara
pusat.[18] Candi ini telah diyakini oleh beberapa orang sebagai pengeluaran terbesar untuk
pemakaman mayat.[19] Namun, Freeman dan Jacques menyatakan bahwa beberapa candi
Angkor lainnya menghadap ke timur, dan menunjukan bahwa keselarasan Angkor Wat adalah
karena untuk didedikasikan kepada Wisnu, yang dikaitkan dengan barat.[15]
Sebuah interpretasi lebih lanjut dari Angkor Wat telah diusulkan oleh Eleanor Mannikka.
Penggambaran pada keselarasan candi dan dimensi, dan pada isi dan susunan relief dasar, ia
berargumen bahwa struktur tersebut menunjukan sebuah klaim era baru yang damai di bawah
Raja Suryawarman II: "sebagai pengukuran siklus waktu matahari dan bulan yang dibangun di
ruang suci Angkor Wat, mandat ilahi ini sampai peraturan yang dibawa ke ruang bakti dan
koridor dimaksudkan untuk melanggengkan kekuasaan raja dan untuk menghormati dan
menentramkan para dewa yang dimanifestasikan berada di atas langit."[20][21] Penyataan
Mannikka ini telah diterima dengan percampuran kepentingan dan skeptisisme di kalangan
akademisi.[18] Ia menjauhkan diri dari spekulasi lain, seperti Graham Hancock, yang menyatakan
bahwa Angkor Wat adalah bagian dari representasi rasi bintang Draco.[22]
Gaya[sunting | sunting sumber]
Galeri bagian atas di Angkor Wat.

Angkor Wat adalah contoh utama gaya klasik arsitektur Khmer—gaya Angkor Wat—yang
berasal dari nama candi tersebut. Arsitek Khmer abad ke-12 telah memiliki keahlian dan
kepercayaan diri dalam menggunakan batu pasir (bukan batu bata atau laterit) sebagai material
pembangunan utama. Sebagian besar kawasan yang terlihat menggunakan blok batu pasir,
sementara laterit digunakan untuk dinding luar dan untuk bagian struktural tersembunyi. Bahan
perekat yang digunakan untuk menggabungkan blok batu tersebut belum teridentifikasi,
meskipun diperkirakan mengandung resin atau kalsium hidroksida alami.[23]
Angkor Wat telah menuai pujian berkat semua harmoni desain tersebut, yang dianggap setara
dengan arsitektur Yunani dan Romawi Kuno. Menurut Maurice Glaize, seorang konservator
Angkor pertengahan abad ke-20, candi tersebut "mencapai kesempurnaan klasik oleh
monumentalitas pengendalian elemen, keseimbangan, dan pengaturan yang tepat dari
proporsinya. Ini adalah sebuah karya kekuasaan, persatuan, dan gaya."[24]
Arsitekturnya memiliki elemen unsur-unsur ciri-ciri yang meliputi: ogival, menara dengan bentuk
bergelombang seperti kuncup teratai; setengah galeri yang memperluas lorong-lorong; galeri
aksial yang menghubungkan pagar; dan teras berbentuk palang yang terdapat di sepanjang
bagian utama candi tersebut. Gaya elemen dekorasi tersebut adalah dewata (atau
bidadari), relief dasar, dan pedimen karangan bunga yang luas dan gambaran naratif. Patung-
patung di Angkor Wat dianggap konservatif, menjadi lebih statis dan kurang anggun dari karya
sebelumnya.[25] Elemen lainnya dari desain tersebut telah hancur oleh penjarahan dan faktor
usia, termasuk stuko berlapis emas pada menara, penyepuhan pada beberapa figur di relief
dasar, dan panel langit-langit dan pintu kayu.[26]
Fitur[sunting | sunting sumber]

Angkor Wat dilihat dari udara.

Penampakan luar[sunting | sunting sumber]


Dinding luar, yang berukuran 1024 x 802 m dan ketinggian 4,5 m, dikelilingi oleh halaman
terbuka sepanjang 30 m dan parit seluas 190 m. Akses ke candi tersebut adalah melalui tepian
ke timur dan jalan lintas batu pasir ke barat; yang terakhir, pintu masuk utama, adalah
kemungkinan tambahan, mungkin menggantikan jembatan kayu.[27] Terdapat gapura pada
masing-masing mata angin; di arah barat terdapat gapura yang paling besar dan memiliki tiga
reruntuhan menara. Glaize menyatakan bahwa gapura tersebut memiliki dinding dan bentuk
candi yang tepat.[28] Di bawah menara selatan terdapat patung Wisnu, yang dikenal sebagai Ta
Reach, yang mungkin pada awalnya berasal dari candi pusat.[27] Sepanjang galeri antara menara
dan dua pintu keluar-masuk di kedua sisi gapura sering disebut sebagai "gerbang gajah", karena
objek-objek tersebut cukup besar untuk disetarakan dalam ukuran hewan. Galeri-galeri tersebut
memiliki pilar persegi pada bagian luar (barat) dan dinding tertutup pada bagian dalam (timur).
Langit-langit antara pilar-pilar tersebut dihiasi dengan gambar bunga teratai; wajah dinding barat
dengan figur penari; dan wajah dinding timur dengan jendela baluster, figur penari laki-laki
dengan hewan yang berjingkrak, dan dewata, termasuk (selatan dari pintu masuk) hanya satu
pada candi tersebut untuk menampilkan bagian giginya.
Dinding luar mengelilingi ruang berukuran 820.000 meter persegi (203 hektare), yang selain
candi tersebut yang pada awalnya berada di kota dan, di sebelah utara candi tersebut, istana
kerajaan. Seperti seluruh bangunan sekuler Angkor, bangunan ini dibuat dari material yang
mudah rusak ketimbang batu, sehingga tidak ada yang tersisa dari mereka kecuali garis-garis
besar di beberapa jalan.[29] Saat ini, sebagian besar wilayah tersebut telah ditutupi hutan.
Sebuah jalan lintas sepanjang 350 m menghubungkan gapura barat ke candi tersebut, dengan
langkan naga dan enam set tangga yang menuju ke sebuah kota pada kedua sisinya. Masing-
masing bagian juga memiliki perpustakaan dengan pintu masuk di setiap mata angin, di depan
set tangga ketiga dari pintu masuk, dan sebuah kolam antara perpustakaan dan candi itu sendiri.
Kolam tersebut merupakan tambahan dari desain tersebut, seperti halnya teras berbentuk
palang yang dijaga oleh singa yang menghubungkan jalan lintas ke stuktur tengah.[29]
Struktur pusat[sunting | sunting sumber]

Model miniatur struktur pusat Angkor Wat. Di bagian depan terdapat teras berbentuk palang yang berada
di depan struktur pusat.

Candi tersebut berdiri di atas teras yang membuatnya menjadi lebih tinggi ketimbang kota. Candi
ini dibuat dari tiga galeri persegi panjang ke arah menara pusat, setiap naik ke lantai yang lebih
tinggi sampai yang terakhir. Mannikka menafsirkan galeri ini sebagai dedikasi kepada
raja, Brahma, bulan, dan Wisnu.[4] Setiap galeri memiliki gapura di masing-masing titik, dan dua
galeri pusat masing-masing memiliki sejumlah menara di setiap sudut mereka,
membentuk kwinkunks dengan menara pusat. Karena kompleks candi ini manghadap ke barat,
fitur seluruh set bangunan agak condong didorong ke timur, meninggalkan ruang yang lebih luas
untuk diisi di setiap bagian dan galeri di sisi barat. Untuk alasan yang sama ruang-ruang di sisi
lain; di timur, utara, dan selatan lebih sempit daripada sisi barat.
Galeri tersebut berukuran 187 x 215 m, dengan paviliun pada menara di setiap sudut. Galeri ini
berada di bagian candi tersebut, dengan bentuk kolom setengah galeri untuk memperluas dan
memperkuat struktur. Sebuah biara berbentuk palang yang disebut Preah Poan ("Gedung
Ribuan Dewa") menghubungkan galeri luar ke bagian luar di sisi barat. Terdapat
gambaran Buddha yang disisakan di biara oleh peziarah selama berabad-abad, meskipun
sebagian besar kini telah dihapus. Area ini memiliki banyak inskripsi yang berkaitan dengan
perbuatan baik para peziarah, yang ditulis dalam bahasa Khmer namun yang lainnya
dalam bahasa Burma dan Jepang. Empat halaman kecil yang ditandai oleh biarawan mungkin
awalnya diisi dengan air.[30] Di sebelah utara dan selatan terdapat bangunan perpustakaan.
Di tempat lain, galeri pusat dan kedua terhubung satu sama lain dan dua perpustakaan terapit
oleh teras berbentuk palang lainnya, yang ditambahkan kemudian. Dari lantai dua ke atas,
ukiran dewata banyak ditemukan di dinding atas, baik sendiri atau berkelompok sampai
berjumlah empat. Bagian lantai dua berukuran 100 x 115 m, dan mungkin pada awalnya telah
digunakan untuk mewakili samudra di sekeliling Meru.[31] Tiga set tangga di setiap sisi mengarah
ke menara dan gapura sudut di galeri pusat. Tangga yang sangat curam menggambarkan
betapa sulitnya naik ke kerajaan para dewa.[32] Galeri pusat tersebut, yang disebut Bakan,
berukuran 60 m persegi dengan galeri poros menghubungkan setiap gapura dengan kuil pusat,
dan sejumlah anak kuil yang terletak dibawah menara sudut. Atap galeri dihiasi dengan motif
tubuh seekor naga berujung kepala singa atau garuda. Ukiran lintel dan pedimen menghiasi
pintu masuk galeri dan kuil.
Menara di atas kuil pusat menjulang pada ketinggian 43 m sampai 65 m dari permukaan tanah;
tidak seperti menara yang berada di bukit candi sebelumnya, menara pusat dibuat lebih tinggi
dari empat menara disekitarnya.[33] Pada candi pusat aslinya berdiri arca Wisnu dalam ruangan
utama dengan pintu yang terbuka di setiap sisinya, namun kemudian dibuatkan dinding ketika
candi Hindu tersebut dialihkan fungsinya menjadi candi Buddha Theravada. Dinding baru
tersebut menampilkan Buddha yang tengah berdiri. Pada tahun 1934, konservator George
Trouvé menggali lubang tepat di bawah candi pusat yang telah ditimbun dengan pasir dan air,
dan menemukan bahwa harta relik suci yang seharusnya terdapat di dalam peti batu peripih
telah hilang dirampok. Namun ia menemukan kandungan kertas emas di lantai bawah pada
jangkauan dua meter dibawah permukaan tanah.[34]
Dekorasi[sunting | sunting sumber]

Dewata adalah ciri-ciri dari gaya Angkor Wat.

Relief dasar Pengadukan Samudra Susu menampilkan Wisnu di tengah, penyu Kurma awatara di
bawah, asura dan dewa di sebelah kiri dan kanan, serta bidadari dan Indra di atas.
Dekorasi Angkor Wat yang sebagian besar berupa relief rendah, termahsyur keindahannya
secara luas karena begitu padu dengan arsitektur bangunan. Dinding bagian dalam pada galeri
luar menampilkan berbagai adegan berskala besar terutama gambaran bagian-bagian dari epik
Hindu Ramayana dan Mahabarata. Higham menyebutnya "susunan linear terbesar yang dikenal
sebagai ukiran batu".[35] Dari barat laut berlawanan arah jarum jam, galeri barat menampilkan
Pertempuran Lanka (dari Ramayana, menampilkan tentang Rama melawan Rahwana)
dan Pertempuran Kurukshetra (dari Mahabharata, memperlihatkan perselisihan antara
kelompok Kurawa dan Pandawa). Pada galeri selatan mengikuti satu-satunya gambaran sejarah,
sebuah prosesi Suryawarman II, terdapat gambaran 32 neraka dan 37 surga dalam mitologi
Hindu.
Pada galeri timur terdapat salah satu gambaran adegan paling terkenal yang
disebut Pengadukan Samudra Susu, memperlihatkan 92[36] asura dan 88 dewa memakai
ular Wasuki untuk mengaduk samudra susu di bawah pengarahan Wisnu (Mannikka hanya
menghitung 91 asura, dan menjelaskan nomor asimetris sebagai perwakilan jumlah hari dari titik
balik matahari musim dingin sampai ekuinoks musim semi, dan dari ekuinoks sampai titik balik
matahari musim panas).[37] Diikuti dengan gambaran Wisnu bertempur
melawan asura (tambahan dari abad ke-16). Galeri utara menampilkan
kemenangan Kresna melawan Bana (dimana menurut Glaize, "Pengerjaannya adalah yang
paling buruk"[38]) dan pertempuran antara dewa Hindu dan asura. Bagian barat laut dan barat
daya paviliun kedua menampilkan adegan berskala lebih kecil, beberapa tak teridentifikasi tapi
kebanyakan dari Ramayana atau kehidupan Kresna.
Angkor Wat didekorasi dengan gambar apsara dan dewata; terdapat lebih dari 1.796 gambaran
dewata dalam inventaris penelitian saat ini.[39] Arsitek Angkor Wat membuat gambar apsara kecil
(30–40 cm) sebagai motif dekorasi pilar dan dinding. Mereka memasukan gambar dewata besar
(seluruh lukisan bertubuh utuh berukuran sekitar 95–110 cm) lebih menonjol di setiap tingkatan
candi dari tempat masuk paviliun sampai bagian atas menara tinggi. Pada tahun 1927, Sappho
Marchal menerbitkan sebuah katalog studi tentang keanekaragaman yang luar biasa dari tata
rambut, hiasan kepala, pakaian, sikap tubuh dan tangan, perhiasan, dan dekorasi bunga para
apsara. Kemudian disimpulkan oleh Marchal, bahwa hal ini didasarkan pada praktik tata rias dan
berbusana sebenarnya dari periode Angkor.[40]
Teknik konstruksi[sunting | sunting sumber]

Pahatan relief Apsara di dinding Angkor Wat.

Sejumlah batu dipoles sehalus marmer, dan diletakkan tanpa perekat mortar dengan sangat
rapat dan rapi, sehingga terkadang sulit ditemukan sambungannya. Dalam beberapa kasus,
blok-blok disatukan secara bersamaan oleh sendi purus dan lubang, sementara yang lainnya
menggunakan teknik pengunci ekor burung dan tekanan gravitasi. Blok ini mungkin diangkut dan
dipasang dengan menggunakan bantuan gajah, tali sabut, katrol, dan perancah bambu. Henri
Mouhot menyatakan, bahwa sebagian besar blok memiliki lubang berukuran 2,5 cm dan
berkedalaman 3 cm, dengan lebih banyak lubang pada blok yang lebih besar. Beberapa sarjana
menyatakan bahwa lubang tersebut digunakan untuk penggabungan batu dengan menggunakan
batang besi, namun pendapat lainnya menyatakan bahwa penggabungan tersebut
menggunakan pasak untuk membantu pengerjaannya.
Monumen ini terbuat dari batu pasir yang banyak sekali, sebanyak batu yang
digunakan piramida Khafre di Mesir (lebih dari 5 juta ton). Batu pasir ini diangkut dari dari Bukit
Kulen, sekitar 25 mile (40 km) dari timur laut. Batu ini mungkin diangkut menggunakan rakit
sepanjang sungai Siem Reap. Hal ini dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari terbaliknya
rakit akibat berat batu yang diangkut. Salah satu insinyur modern memperkirakan akan
menghabiskan waktu sepanjang 300 tahun untuk menyelesaikan Angkor Wat saat ini.[41] Namun
monumen tersebut dibangun setelah Suryawarman naik tahta dan diselesaikan tak lama setelah
kematiannya, tak lebih dari 40 tahun.

Angkor Wat dilihat dari sekitaran parit.

Hampir semua permukaannya, kolom, lintel bahkan atap dibuat dengan cara diukir. Beberapa
relief menggambarkan adegan dari sastra India termasuk unicorn, griffin, naga bersayap yang
menarik kereta serta prajurit diikuti dengan pemimpin perang yang menaiki gajah dan sejumlah
gadis penari diatas langit dengan gaya rambut yang rumit. Dinding galeri sendiri dihias dengan
relief rendah berukuran 1.000 meter persegi. Lubang pada beberapa dinding Angkor
menunjukan bahwa dinding tersebut mungkin dihias dengan kertas perunggu. Hal tersebut
merupakan benda berharga pada zaman kuno dan merupakan target utama para penjarah.
Sementara penggalian yang dilakukan di Khajuraho oleh Alex Evans, seorang tukang batu dan
pematung, menemukan sebuah patung batu dibawah 4 feet (1.2 m), yang memakan waktu
sekitar 60 hari untuk pengukiran.[42] Roger Hopkins dan Mark Lehner pernah melakukan
percobaan menggunakan batu kapur yang ditambang dari 12 penggalian selama 22 hari dengan
berat sekitar 400 ton.[43] Tenaga kerja pada penambangan, transportasi, ukiran dan pemasangan
menggunakan ribuan batu pasir yang harus diangkut, termasuk memerlukan kemampuan seni
tinggi lainnya. Keterampilan yang diperlukan untuk mengukir patung-patung tersebut telah
dikembangkan selama ratusan tahun sebelumnya, seperti yang ditunjukan oleh beberapa artefak
yang berasal dari abad ketujuh, sebelum Kerajaan Khmer berkuasa.[19][41]

Angkor Wat sekarang[sunting | sunting sumber]

Video Yayasan Monumen Dunia di konservasi Angkor Wat.

Badan Survei Arkeologi India melakukan kegiatan restorasi pada candi antara 1986 dan
1992.[44] Upaya konservasi lanjutan dan peningkatan masif dalam pariwisata pada situs Angkor
Wat telah terlihat sejak tahun 1990an. Candi ini merupakan bagian dari Situs Warisan
Dunia Angkor, didirikan pada tahun 1992, yang telah memberikan sejumlah dana dan telah
mendorong pemerintah Kamboja untuk melindungi situs tersebut.[45] German Apsara
Conservation Project (GACP) telah bekerja untuk melindungi dewata dan relief dasar lainnya
yang menghiasi candi tersebut dari kerusakan. Survei sebuah organisasi menunjukan bahwa
sebanyak 20% dewata berada dalam kondisi sangat memprihatinkan, umumnya dikarenakan
erosi alami dan kerusakan batu namun sebagian juga karena upaya restorasi
sebelumnya.[46] Pekerjaan lainnya melibatkan perbaikan bagian yang runtuh dari struktur, dan
pencegahan keruntuhan lebuh lanjut: bagian barat di lantai atas contohnya, telah ditopang oleh
penyangga sejak 2002,[47] sementara tim Jepang menyelesaikan restorasi perpustakaan utara
dari bagian luar pada tahun 2005.[48] Yayasan Monumen Dunia mulai melakukan kegiatan
konservasi di Galeri Pengadukan Lautan Susu pada tahun 2008 setelah beberapa tahun
mempelajari kondisinya. Proyek pemugaran ini meliputi pemulihan sistem bangunan tradisional
Khmer dan membersihkan batu dari rekatan semen dari proyek pemugaran sebelumnya.
Penggunaan semen sebagai perekat batu pada pemugaran sebelumnya adalah kesalahan yang
telah mengakibatkan garam mineral terbawa air hujan terselip memasuki struktur dibalik relief.
Hal ini menimbulkan perubahan warna dan kerusakan pada permukaan pahatan. Fase utama
kerja berakhir pada tahun 2012, dan pemasangan komponen terakhir puncak atap galeri
dilakukan pada tahun 2013.
Mikroba biofilm ditemukan merusak batu pasir di Angkor Wat, Preah Khan, dan Bayon dan
Prasat Barat di Angkor. Dehidrasi dan radiasi filamen resisten cyanobakteria dapat memproduksi
asam organik yang merusak batu. Sebuah jamur filamen gelap ditemukan dalam sampel Preah
Khan bagian dalam dan luar, sedangkan alga Trentepohlia ditemukan hanya dalam sampel yang
diambil dari bagian luar, serta batu bernoda merah muda di Preah Khan.[49]

Angkor Wat menjadi tujuan pariwisata internasional dan domestik, seperti pasangan pengantin Khmer
yang mengambil potret pra-pernikahan berlatar Angkor.

Angkor Wat menjadi tujuan pariwisata utama. Pada tahun 2004 dan 2005, data pemerintah
menunjukan bahwa sekitar 561.000 dan 677.000 wisatawan luar negeri datang ke provinsi Siem
Reap, sekitar 50% dari seluruh wisatawan luar negeri yang mengunjungi Kamboja di kedua
tahun tersebut.[50] Situs tersebut telah dikelola oleh kelompok swasta SOKIMEX sejak 1990,
yang disewa dari pemerintah Kamboja. Masuknya wisatawan sejauh ini telah menyebabkan
kerusakan yang relatif kecil, selain beberapa grafiti; tali dan tangga kayu telah dipakai untuk
melindungi setiap bagian relief dasar dan lantai. Pariwisata juga telah memberikan sejumlah
dana untuk perawatan utama — seperti pada tahun 2000 sekitar 28% dari penjualan tiket di
seluruh situs Angkor digunakan untuk perawatan candi — meskipun sebagian besar pekerjaan
dilakukan oleh tim yang disponsori oleh pemerintah luar negeri ketimbang otoritas Kamboja.[51]
Pertumbuhan pariwisata secara signifikan telah terlihat dampaknya pada situs Angkor Wat
sepanjang tahun. Karena itulah sebuah seminar untuk mendiskusikan konsep "wisata
kebudayaan" digelar oleh UNESCO dan Komite Koordinasi Internasional untuk Pemeliharaan
dan Pembangunan Situs Bersejarah Angkor, yang terkait dengan perwakilan dari Pemerintahan
Kerajaan dan otoritas APSARA.[52] Untuk menghindari pariwisata komersial dan massal, seminar
ini menekankan pentingnya penyediaan akomodasi dan layanan berkualitas tinggi agar
pemerintah Kamboja mendapatkan keuntungan ekonomi, serta memadukannya dengan
kekayaan budaya Kamboja.[52] Pada tahun 2001, gagasan ini menyebabkan terbentuknya
konsep "Kota Pariwisata Angkor" yang akan mengembangkan hal-hal yang berkaitan dengan
arsitektur tradisional Khmer, yakni pembangunan fasilitas rekreasi dan pariwisata, dan
menyediakan hotel-hotel mewah yang mampu menampung para wisatawan dalam jumlah
besar.[52]
Prospek pengembangan akomodasi pariwisata besar-besaran sepertinya telah menimbukan
kekhawatiran otoritas APSARA dan ICC, yang mengklaim bahwa pengembangan pariwisata di
daerah tersebut sebelumnya telah mengabaikan peraturan konstruksi, dan kebanyakan dari
proyek-proyek ini berpotensi merusak fitur lanskap.[52] Selain itu, proyek-proyek berskala besar
tersebut telah mengancam kualitas air di sekitar kota, menimbulkan limbah, dan menyedot
sistem pasokan listrik.[52] Telah tercatat bahwa tingginya frekuensi pariwisata, meningkatnya
permintaan atas penginapan di daerah tersebut, dan pengembangan jalan besar bebas
hambatan, memiliki efek langsung pada kualitas air di bawah tanah, yang kemudian akan
mengganggu stabilitas struktur candi di Angkor Wat.[52] Penduduk lokal Siem Reap juga
menyuarakan keinginan mereka untuk menciptakan lingkungan alam yang mempesona dan
suasana kota yang bersahabat untuk menunjang pariwisata.[52] Karena suasana lokal yang
memesona ini adalah komponen kunci untuk proyek seperti Kota Pariwisata Angkor, para
pejabat lokal terus membahas bagaimana menyukseskan pariwisata pada masa depan tanpa
mengorbankan nilai dan budaya lokal.[52]
Pada Forum Pariwisata ASEAN 2012, Indonesia dan Kamboja telah bersepakat
bahwa Borobudur dan Angkor Wat menjadi situs bersaudara dan kedua provinsi tempat candi
tersebut berdiri juga ditetapkan sebagai provinsi bersaudara.[53] Dua maskapai pesawat
Indonesia juga diminta untuk melakukan penerbangan langsung
dari Yogyakarta, Indonesia ke Siem Reap.[54

Anda mungkin juga menyukai