Oleh
M. SADLI UMASANGAJI
NIM. 09254
2012
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI PROTEIN, STATUS GIZI
DENGAN KESEGARAN JASMANI PADA ANGGOTA KLUB TENIS
MEJA SATELIT DAN SALERO STAR KOTA TERNATE
Oleh
M. SADLI UMASANGAJI
NIM. 09254
2012
PENGESAHAN TIM PENGUJI
Karya Tulis Ilmiah dengan judul: Hubungan Antara Asupan Energi Protein,
Status Gizi dengan Kesegaran Jasmani Pada Anggota Klub Tenis Meja Satelit
dan Salero Star Kota Ternate, Telah dipertahankan di depan penguji KTI pada
tanggal 02 Juli 2012
Tim Penguji:
Mengetahui,
Untuk mendapatkan tingkat kesegaran jasmani yang tinggi selain latihan fisik
(olahraga) juga dibutuhkan status gizi yang baik. Makin baik status gizi seseorang, bila
diberikan latihan fisik (olahraga) yang teratur maka makin tinggi angka kesegaran
jasmaninya. Gizi merupakan faktor luar (eksternal) yang dapat dikontrol dan dipraktekan
dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi organ tubuh akan meningkat dengan nyata apabila
diberikan gizi dan latihan fisik yang memadai. Makanan yang berperan tinggi akan
berperan penting dalam pencapaian prestasi optimal, makin banyak ragam makanan yang
dikonsumsi, makin terpenuhi gizi seseorang untuk mampu berprestasi tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan energi protein, status
gizi dengan kesegaran jasmani pada anggota Klub Tenis Meja Satelit dan Salero Star
Kota Ternate. Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan desain penelitian cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota klub yang masih aktif
latihan tenis meja di Satelit dan Salero Star Kota Ternate. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah
11 responden.
Hasil penelitian ini menunjukkan untuk asupan energi dari 11 responden,
sebagian besar responden dengan asupan energi kurang sebanyak 7 orang (63.6%). Untuk
asupan protein, sebagian besar responden dengan asupan protein kurang sebanyak 10
orang (90.9%). Untuk status gizi, sebagian besar responden dengan status gizi normal
sebanyak 7 orang (63.6%). Untuk kesegaran jasmani, sebagian besar responden dengan
kesegaran jasmani sedang sebanyak 7 orang (63.6%). Hasil analisis dengan menggunakan
uji chi-square menunjukkan ada hubungan asupan energi dengan kesegaran jasmani,
tidak ada hubungan asupan protein dengan kesegaran jasmani, dan tidak ada hubungan
status gizi dengan kesegaran jasmani.
Disimpulkan bahwa ada hubungan antara asupan energi dengan kesegaran
jasmani, tidak ada hubungan antara asupan protein dengan kesegaran jasmani, dan tidak
ada hubungan antara status gizi dengan kesegaran jasmani.
Kata Kunci : Asupan Energi, Asupan Protein, Status Gizi, Kesegaran Jasmani
Daftar Pustaka : 34 (2000-2012)
KATA PENGANTAR
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
dengan judul “Hubungan Antara Asupan Energi Protein, Status Gizi dengan
Kesegaran Jasmani Pada Anggota Klub Tenis Meja Satelit dan Salero Star Kota
Ternate” sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar DIII Gizi di
Penulis menyadari dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini telah banyak
Kemenkes Ternate
3. Ibu Rugaya M Pandawa, S.Kp, M.Kep selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik
memberikan masukan dan saran perbaikan dalam karya tulis ilmiah ini
memberikan bimbingan dan saran dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini
penulis, memberikan ide dan saran dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini
iv
7. Semua staf Dosen Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate yang
8. Buah pena dari orang tuaku yang memberi ketulusan dan kasih sejati Emilda
fasilitas penelitian
10. Pengurus Klub Tenis Meja Salero Star Ternate, Om Bram, Ci Eda, Ipo, Nani,
Pedu, Mei, Putri, Amat, Jamil dan semua anggota klub lainnya yang telah
11. Teman-teman Angkatan 2009 “Negeri Gizi, Voedsel”, K’ Ita, Aryati, Resky,
Wati, Magfirsyah, Rosmini, Marhama, Herlin, Putri dan Yuliyana yang telah
12. Semua pihak yang telah membantu dan belum disebutkan semoga mendapat
v
Penulis menyadari karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan
dengan penuh harapan semoga karya tulis ilmiah ini memberikan manfaat.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................ i
A. Latar Belakang..................................................................... 1
vii
B. Pola Pikir Variabel .............................................................. 40
D. Hipotesis .............................................................................. 43
E. Interpretasi ........................................................................... 43
D. Pengumpulan Data............................................................... 45
A. Hasil ..................................................................................... 48
B. Pembahasan ......................................................................... 55
A. Kesimpulan .......................................................................... 69
B. Saran .................................................................................... 69
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
ix
15. Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Asupan Protein
dengan Kesegaran Jasmani Pada Anggota Klub Tenis Meja Satelit
dan Salero Star Kota Ternate Tahun 2012 ................................... 53
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
2. Kuesioner ......................................................................... 76
xi
DAFTAR SINGKATAN
BB Berat Badan
SD Standar Deviasi
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tingkat latihan dasar, gizi yang baik berperan penting dalam mempertahankan
dengan baik. Seorang olahragawan harus sehat, bebas dari rasa sakit dan bebas
dari berbagai penyakit untuk bisa berlatih secara kontinyu dan teratur serta untuk
berlatih dan bertanding, makanan sesudah berlatih atau bertanding dan banyak hal
Serikat menemukan adanya defisiensi zat gizi tertentu pada para olahragawan.
Defisiensi zat gizi yang paling nyata pada berbagai laporan penelitian adalah
defisiensi besi, seng, kalsium, protein dan beberapa vitamin B. Pada berbagai
laporan ini, defisiensi zat gizi terjadi karena konsumsi energi yang sangat rendah
terutama energi yang berasal dari karbohidrat (Nasoetion, 1994 dalam Hasan,
2008).
status gizi siswa termasuk kategori sedang dengan rata-rata skor BMI 17,42,
1
sedangkan tingkat kesegaran jasmani juga termasuk kategori sedang dengan rata-
rata skor kesegaran jasmani sebesar 14,52. Dengan demikian menunjukkan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan tingkat kesegaran jasmani
2003/2004. Kontribusi yang diberikan oleh status gizi terhadap tingkat kesegaran
prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas,
dalam Hasan, 2008). Hal ini mengandung pengertian bahwa, semua bentuk
kemampuan fisik merupakan faktor dasar bagi setiap aktifitas manusia. Oleh
karena itu untuk setiap aktifitas sehari-hari, manusia minimal harus mempunyai
kemampuan fisik yang mampu mendukungnya dan tentu saja akan lebih baik
2
Olahragawan yang memiliki kesegaran jasmani yang baik akan mempunyai
kemampuan fisik seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan, daya tahan jantung,
daya tahan otot dan daya tahan paru-paru (Pasau, 1989 dalam Hasan, 2008).
Untuk mendapatkan tingkat kesegaran jasmani yang tinggi selain latihan fisik
(olahraga) juga dibutuhkan status gizi yang baik. Makin baik status gizi seseorang,
bila diberikan latihan fisik (olahraga) yang teratur maka makin tinggi angka
membuktikan bahwa berbagai fungsi organ tubuh akan meningkat dengan nyata
apabila diberikan gizi dan latihan fisik yang memadai. Makanan yang berperan
tinggi akan berperan penting dalam pencapaian prestasi optimal, makin banyak
ragam makanan yang dikonsumsi, makin terpenuhi gizi seseorang untuk mampu
Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber
daya menusia dan kualitas hidup. Oleh karena itu, program perbaikan gizi
bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan, agar terjadi perbaikan
Kesegaran jasmani sangat diperlukan oleh semua orang baik dari anak-anak
sampai usia lanjut dan semua profesi tanpa terkecuali dengan kesegaram jasmani
yang baik tubuh akan terhindar dari berbagai macam penyakit. Untuk dapat
3
sehat dan bergizi dengan nilai kalori yang cukup sesuai dengan jenis pekerjaan
mereka, tetapi juga membutuhkan kesegaran jasmani yang baik pula (Sugeng,
pekerjaan sehari -hari dan adaptasi terhadap pembebanan fisik tanpa menimbulkan
waktu senggang maupun pekerjaan yang mendadak serta bebas dari penyakit
(Depkes, 1994 dalam Ulvie, 2011). Makin tinggi kemampuan fisik seseorang,
makin mampu mengatasi beban kerja yang diberikan atau dengan kata lain
Ulvie, 2011).
Tenis meja adalah olahraga yang cukup digemari di Kota Ternate. Ini terlihat
dari kurang lebih terdapat empat klub tenis meja di Ternate, dari empat klub itu
peneliti memilih dua klub sebagai tempat penelitian yaitu klub tenis meja Satelit
Ternate karena klub ini adalah klub yang telah memiliki banyak prestasi yang
telah diraih dan klub tenis meja Salero Star Ternate karena klub ini lebih banyak
anggota klub yang usianya masih muda sehingga peneliti merasa lebih
”Hubungan Antara Asupan Energi Protein, Status Gizi dengan Kesegaran Jasmani
Pada Anggota Klub Tenis Meja Satelit dan Salero Star Kota Ternate”.
4
B. Rumusan Masalah
jasmani pada anggota Klub Tenis Meja Satelit dan Salero Star Kota Ternate ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ditulis diatas, maka:
1. Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui hubungan asupan energi protein, status gizi dengan
kesegaran jasmani pada anggota Klub Tenis Meja Satelit dan Salero Star Kota
Ternate.
2. Tujuan Khusus
c. Mengidentifikasi status gizi pada anggota Klub Tenis Meja Satelit dan
anggota Klub Tenis Meja Satelit dan Salero Star Kota Ternate.
5
f. Mengetahui hubungan asupan protein dengan kesegaran jasmani pada
anggota Klub Tenis Meja Satelit dan Salero Star Kota Ternate.
anggota Klub Tenis Meja Satelit dan Salero Star Kota Ternate.
D. Manfaat Penilitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pustaka dan dikembangkan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan sumber
informasi bagi anggota Klub Satelit dan Salero Star Kota Ternate dalam upaya
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Makanan untuk seorang atlet harus mengandung semua zat gizi yang
dibutuhkan untuk mengganti zat-zat gizi dalam tubuh yang berkurang akibat
digunakannya zat gizi tersebut untuk aktivitas olahraga. Menu seorang atlet harus
mengandung semua zat gizi yang diperlukan, yaitu karbohidrat, protein, lemak,
1. Asupan Energi
lemak, dan protein yang ada di dalam bahan makanan. Kandungan karbohidrat,
lemak, dan protein suatu bahan makanan menentukan nilai energi (Almatsier,
2009).
proses fisiologis lainnya, untuk bergerak atau melakukan pekerjaan fisik. Energi
dalam tubuh dapat timbul karena adanya pembakaran karbohidrat, protein dan
lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan yang cukup
yang berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi
7
7
seseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas
(Almatsier, 2009).
seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian. Setelah itu bahan
Semua makanan yang dibuat dari dan dengan bahan makanan tersebut merupakan
Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari
Akhirnya, berat badan kurang dari berat badan seharusnya (ideal) (Almatsier,
2009).
energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi akan diubah menjadi lemak tubuh.
Akibatnya, terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan bisa disebabkan
oleh kebanyakan makan, dalam hal karbohidrat, lemak maupun protein, tetapi
fungsi tubuh, merupakan risiko untuk menderita penyakit kronis, seperti diabetes
8
a. Perhitungan Energi Untuk Olahragawan
Tabel 1.
BMR untuk Laki-laki Berdasarkan Berat Badan
Berat Badan
Usia 10-18 tahun Usia 18-30 tahun Usia 30-60 tahun
(kg)
55 1625 Kalori 1514 Kalori 1499 Kalori
60 1713 Kalori 1589 Kalori 1556 Kalori
65 1801 Kalori 1664 Kalori 1613 Kalori
70 1889 Kalori 1739 Kalori 1670 Kalori
75 1977 Kalori 1814 Kalori 1727 Kalori
80 2065 Kalori 1889 Kalori 1785 Kalori
85 2154 Kalori 1964 Kalori 1842 Kalori
90 2242 Kalori 2039 kalori 1899 Kalori
(Sumber: Poedyasmoro, dkk, 2008)
Tabel 2.
BMR untuk Perempuan Berdasarkan Berat Badan
Berat Badan
Usia 10-18 tahun Usia 18-30 tahun Usia 30-60 tahun
(kg)
40 1224 Kalori 1075 Kalori 1167 Kalori
45 1291 Kalori 1149 Kalori 1207 Kalori
50 1375 Kalori 1223 Kalori 1246 Kalori
55 1424 Kalori 1296 Kalori 1288 Kalori
60 1491 Kalori 1370 Kalori 1329 Kalori
65 1557 Kalori 1444 Kalori 1369 Kalori
70 1624 Kalori 1516 Kalori 1410 Kalori
75 1691 Kalori 1529 kalori 1450 Kalori
(Sumber: Poedyasmoro, dkk, 2008)
9
b. Kebutuhan Energi Berdasarkan Aktivitas Olahraga
Tabel 3.
Kebutuhan Energi Berdasarkan Aktivitas Olahraga
10
c. Kebutuhan Energi Untuk Pertumbuhan
= 2 Kalori/Kg BB
= 1 Kalori/Kg BB
= 0.5 Kalori/Kg BB
Tabel 4.
Faktor Aktivitas
2) Tentukan BMR
11
4) Tentukan kebutuhan energi dari aktivitas olahraga. Hitung
2. Asupan Protein
Istilah protein berasal dari kata Yunani proteos, yang berarti utama atau yang
didahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh seorang ahli kimia Belanda, Gerardus
Mulder (1802-1880), karena ia berpendapat bahwa protein adalah zat yang paling
Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan dan
manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentukan tubuh kita, maka protein
yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan
Protein adalah komponen dasar dan utama makanan yang diperlukan oleh
semua makhluk sebagai bagian dari daging, jaringan kulit, otot, otak, sel, darah
merah, rambut, dan organ tubuh lainnya yang dibangun dari protein. Protein
mempunyai fungsi penting yaitu untuk pertumbuhan, memperbaiki sel tubuh yang
rusak, bahan pembentuk plasma kelenjar, hormon dan enzim, cadangan energi,
dkk, 2009).
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah
maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Sumber
protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan tahu, serta
12
kacang-kacangan lain (Almatsier, 2009). Kebutuhan protein umumnya adalah 10-
Hasil pengukuran asupan zat gizi merupakan indikator status gizi yang paling
umum digunakan. Cara ini secara rutin dilakukan dalam survei gizi nasional,
makanan dari seseorang tidak mudah untuk dilakukan (Almatsier, dkk, 2011).
(Cynthia, 2012)
Dalam metode recall 24 jam, seorang ahli gizi terlatih menanyakan kepada
responden yang mungkin merupakan subjek untuk mengingat secara rinci semua
makanan dan minuman yang dikonsumsi selama 24 jam yang lalu atau pada hari
yang lalu, termasuk cara memasak dan merek makanan bila dibeli dalam bentuk
kemasan. Suplemen mineral dan vitamin juga dicatat, demikian pula produk
rumah tangga dan dicatat pada lembar data (Almatsier, dkk, 2011).
individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari (Supariasa, dkk,
2002).
karena itu responden harus mempunyai daya ingat yang baik, sehingga
metode ini tidak cocok dilakukan pada anak usia dibawah 7 tahun,
orang tua di atas 70 tahun dan orang yang hilang ingatan atau orang
pelupa.
estimate).
penelitian.
14
f. Untuk mendapat gambaran konsumsi makanan sehari-hari recall jangan
dilakukan pada saat panen, hari pasar, hari akhir pekan, pada saat
1. Definisi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi kurang, baik dan lebih
(Almatsier, 2009).
Menurut Gibson dalam Almatsier (2011) penilaian status gizi adalah upaya
15
2. Cara Pengukuran Status Gizi
antropometri. Cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan dalam
masyarakat adalah antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi masyarakat,
cara untuk menilai status gizi. Disamping itu pula dalam kegiatan penapisan status
tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh.
Pengertian ini bersifat sangat umum sekali. Antropometri gizi adalah berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain:
berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit
pengukuran variasi dari dimensi fisik dan komposisi kasar tubuh manusia pada
tingkat usia dan status gizi berbeda. Sedangkan menurut Lee dan Nieman dalam
Almatsier (2011) antropometri adalah pengukuran besar tubuh, berat badan, dan
proporsi.
a. Keunggulan Antropometri
16
1) Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah
mahal dan harus diimpor dari luar negeri, tetapi penggunaan alat itu
hanya tertentu saja seperti Skin Fold Caliper untuk mengukur tebal
lampau.
berikutnya.
17
b. Kelemahan Antropometri
dkk, 2002)
1) Tidak sensitif
Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat.
Selain itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti
antropometri.
a) Pengukuran.
jaringan.
c) Kesulitan pengukuran.
18
c. Jenis Parameter
tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal
1) Umur
gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan
19
2) Berat Badan
dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat
Dikatakan BBLR apabila berat bayi lahir di bawah 2500 gram atau
dan adanya tumor. Selain itu pula berat badan dapat dipergunakan
2002).
meningkat, dan protein otot menurun. Pada orang yang edema dan
3) Tinggi Badan
keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak
20
Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan alat pengukur tinggi
untuk menilai status gizi orang dewasa, untuk mengetahui apakah status
dinamakan Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT adalah berat badan dalam
2011).
2002)
berikut:
21
Tabel 5
Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia
Kategori IMT
Sangat Kurus <16.49
Kurus 16.5-18.49
Normal 18.5-22.9
Overweight 23.0-24.9
Obesitas Ringan 25.0-29.9
Obesitas Sedang >30
Obesitas Berat >40
(Sumber: IDF, 2005)
e. Z-Score
(Cynthia, 2012).
22
Tabel 6
Kategori Status Gizi Berdasarkan Z-Score IMT/U
1. Definisi
Setiawan dalam Krisdiyanto (2004) adalah suatu aspek yaitu fisik dari kesegaran
seseorang untuk menjalankan hidup yang produktif menyesuaikan diri dari tiap-
tugas sehari-hari dengan mudah tanoa menimbulkan kelelahan yang berarti dan
masih mempunyai sisa cadangan tenaga untuk menikmati waktu luang dan
dalam kesdaan sukar dimana orang yang keadaan kesegaran jasmaninya kurang
23
Menurut Depdikbud (1997) dalam Haryanto (2004), kesegaran jasmani pada
untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari secara efisien dan efektif dalam waktu
yang relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, dan masih memiliki
Untuk itu agar dapat memahami konsep kesegaran jasmani yang baik, diperlukan
yang erat antara satu dengan yang lain, dan masing-masing komponen memiliki
ciri-ciri tersendiri serta emiliki fungsi pokok atau berpengaruh pada kesegaran
jasmani seseorang. Agar seseorang dapat dikatakan tingkat kondisi fisiknya baik
atau tingkat kesegaran jasmaninya baik, maka status setiap komponen kesegaran
Secara umum komponen atau unsur-unsur dari kesegaran jasmani itu adalah:
berikut:
24
a. Daya Tahan Kardiovaskuler (Cardiovasculer Endurance)
paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan
dan paru. Latihan semacam ini disebut latihan aerobik yaitu latihan
yang menggunakan udara dan dilakukan dalam waktu yang cukup lama.
menerus dalam waktu relatif cukup lama dengan beban tertentu (Sajoto,
25
atau berulang-ulang terhadap suatu beban dalam jangka waktu tertentu.
Kekuatan otot adalah tenaga atau gaya atau tegangan yang dapat
d. Kelentukan (Flexibility)
ligamen sekitar sendi dan sendi itu sendiri. Hubungan antara bentuk
26
dalam kehidupan sehari-hari adalah fleksi batang tubuh. Tetapi
gerakan secara bebas. Tubuh yang baik harus memiliki kelentukan yang
baik pula. Hal ini dapat dicapai dengan latihan jasmani terutama untuk
adalah usia dan aktivitas fisik. Pada usia lanjut kelentukan tubuh atau
elastisitas otot secara drastis adalah dengan latihan atau aktivitas fisik
berat lemak. Berat badan tanpa lemak terdiri atas massa otot (40-50%),
sebagai dua komponen yaitu lemak tubuh dan masa tubuh tanpa lemak
(Haryanto, 2004).
27
f. Kecepatan Gerak (Speed of Movement)
gerak yang sama atau tidak sama secepat mungkin (Depdikbud, 1997
g. Kelincahan (Agility)
2004).
merubah posisi dan arah secepat mungkin sesuai dengan situasi yang
seseorang dipengaruhi oleh usia, tipe tubuh, jenis kelamin, berat badan
h. Keseimbangan (Balance)
28
dengan perubahan letak titik-titik berat badan yang cepat pula, baik
29
j. Koordinasi (Coordination)
manusia yang berguna untuk mempertinggi daya kerja. Jadi, daya kerja
Haryanto, 2004).
kardiorespirasi).
30
5) Mengurangi lemak tubuh.
kesegaran jasmani.
Sasaran dan tujuan kesegaran jasmani akan selalu tergantung dengan kepada
objek yang dituju. Sedangkan objek yang dituju adalah: (Kosasih, 1985 dalam
Haryanto, 2004)
para atlet.
31
2) Kesegaran jasmani bagi karyawan untuk meningkatkan hasil
pertumbuhan.
Tubuh manusia diciptakan untuk bergerak, segala bentuk dan fungsi tubuh
lingkunganya. Salah satu cara hidup atau kebiaaan tersebut adalah pergerakan
32
kesegaran jasmani berbeda-beda tergantung pada beberapa hal antara lain:
(Krisdayanto, 2004)
a. Jenis pekerjaannya
b. Keadaan kesehatan
c. Jenis kelamin
d. Usia
jasmani terdapat kebutuhan minimal yang diperlukan agar dalam suatu tingkat
profesi tertentu dapat kemampuan untuk melaksanakan fungsi hidup lain diluar
kerja sehari-hari. Olahraga dan latihan fisik yang teratur dapat menunjang hasil
tetap dalam proses pertumbuhan dan perkembangan manusia, baik secara fisik,
penggemarnya, tidak terbatas pada tingkat usia remaja saja, tapi juga anak-anak
dan orang tua, pria dan wanita cukup besar peminatnya (Danri, 2011). Tenis meja
adalah suatu olahraga raket yang dimainkan oleh dua orang (untuk tunggal) atau
dua pasangan (untuk ganda) yang berlawanan. Di Republik Rakyat Cina, nama
resmi olahraga ini ialah bola ping pong. Permainan ini menggunakan raket yang
terbuat dari papan kayu yang dilapisi karet yang biasa disebut bat, sebuah bola
33
1. Tenis Meja dan Kesehatan
Kelihatannya biasa, tapi tenis meja olahraga istimewa. Bisa sebagai terapi
Pastinya tenis meja merupakan cabang olahraga yang cukup efektif dalam
penting dalam bidang rehabilitasi. Ia merupakan terapi rekreasi yang tak ternilai
ampute (bagian badannya ada yang diamputasi), radang sendi, dan lain-lain.
Bahkan, pun untuk penderita penyakit mental. Karena itu, dewasa ini di semua
memantapkan kondisi untuk olahraga lain. Belum disebut pula perannya yang
sangat berarti untuk meredakan ketegangan atlet olahraga lain saat musim
kompetisi seperti atlet catur dan bridge. Bahkan kalau Anda memiliki anggota
keluarga yang sudah lanjut usia, tenis meja juga bagus untuk mereka. Semua itu,
2008).
Tenis meja sangat baik untuk kesehatan anda, luar biasa untuk mengeluarkan
keringat dan meningkatkan aktivitas jantung. Untuk level yang lebih tinggi, tenis
34
Secara fisologis saja, olahraga ini sudah memberi keuntungan kepada para
tampak bahwa setelah berolahraga mereka menjadi lebih segar bugar (Arimurti,
2008).
otomatis dan sangat cepat dalam permainan tenis meja tidak memberikan
Tenis meja juga mengasah mental kita agar tetap tajam. Semakin kita tua,
meja juga merupakan cabang olahraga yang ekspresif dan temperamental. Cedera
akut, subakut, dan kronis terutama terjadi pada lengan yang digunakan untuk
main, dan tungkai atau kaki, meski yang terakhir ini lebih jarang.
Kejang pada otot-otot bisa muncul karena kehilangan garam akibat keringat
berlebihan, dan kelelahan berlebihan (over fatigue). Meski, kejang bisa pula
disebabkan oleh makanan atau gangguan peredaran darah setempat pada bagian
badan tertentu.
35
Cedera pada otot dan tendon timbul karena kerja otot yang keras. Misalnya
pada waktu melakukan stroke tajam, chop, atau lop. Para atlet tenis meja sering
mengalaminya pada gelang bahu, sekitar siku, lengan bawah, pergelangan tangan,
atau pada tangan karena terus menerus memegang bat dengan kencang. Uniknya,
meski saat pertandingan atlet tenis meja memerlukan kemampuan fisik luar biasa,
pada permainan bukan pertandingan, siapapun baik pria maupun wanita dengan
berbagai tingkatan usia dan kondisi fisik, tetap dapat menikmati olahraga ini.
Tenis meja dibedakan atas tenis meja yang dipertandingkan (kompetitif) dan
yang tidak dipertandingkan (non-kompetitif). Jelas saja, pada tenis meja non
dipertandingkan.
otot) untuk memperoleh kondisi refleks dan konsentrasi yang baik. Kedua
tenis meja non-pertandingan. Sebaliknya, pada tenis meja kompetitif atau yang
dipertandingkan, kedua hal itu saja jauh dari cukup. Diperlukan kecepatan yang
hebat, kekuatan memukul, dan endurance (daya tahan). Jadi selain tenaga, juga
mampu lari 5 km agar bisa meraih dan mengembalikan bola yang kecepatan
refleks dan konsentrasi yang terkondisi merupakan persyaratan utama pada tenis
36
meja kompetitif. Namun, kelincahan kaki, kecepatan, antisipasi, koordinasi, dan
Kondisi refleks atau refleks yang dimiliki pemain bukan diperoleh secara
genetis, karenanya pemain harus berlatih sejak awal. Apalagi kondisi refleks akan
kondisi refleks diperlukan program latihan yang konsisten dalam jangka waktu
cukup lama.
Umur paling baik untuk menjadi pemain tenis meja kompetitif pada pria
adalah 18-30 tahun dan pada wanita 16-26 tahun. Barangkali perlu dicatat adanya
sedikit perbedaan antara pria dan wanita dalam respons fisiologis. Persisnya,
otot (terutama pada lengan yang digunakan untuk main), daya tahan otot (pada
lengan yang digunakan untuk main dan kedua kaki), serta daya tahan jantung dan
pemeriksaan klinis terhadap atlet-atlet tenis meja harus betul-betul teliti. Selain
pemeriksaan fisik lengkap, juga harus dilakukan evaluasi terhadap metode latihan,
pengaturan makan, keadaan lingkungan, masalah usia, seks dan pekerjaan, serta
pencegahan cedera.
laboratorium dan pemeriksaan dengan sinar rontgen. Juga karena permainan ini
37
biasanya menggunakan sinar lampu, pemeriksaan mata secara periodik pun sangat
38
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
terdapat berbagai zat-zat gizi termasuk energi dan protein. Asupan energi dan
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Status gizi yang baik menandakan asupan energi dan
protein yang baik juga. Status gizi yang baik akan dapat membantu kesegaran
pekerjaan sehari -hari dan adaptasi terhadap pembebanan fisik tanpa menimbulkan
waktu senggang maupun pekerjaan yang mendadak serta bebas dari penyakit.
Tingkat kesegaran jasmani yang tinggi selain latihan fisik (olahraga) juga
dibutuhkan status gizi yang baik. Makin baik status gizi seseorang, bila diberikan
latihan fisik (olahraga) yang teratur maka makin tinggi angka kesegaran
makin terpenuhi gizi seseorang untuk mampu berprestasi tinggi. Makin tinggi
kemampuan fisik seseorang, makin mampu mengatasi beban kerja yang diberikan
atau dengan kata lain kemampuan produktivitas orang tersebut makin tinggi.
39
39
Begitu juga dengan seorang olahragawan apabila asupan makanan termasuk
asupan energi dan protein baik serta terpenuhi dan status gizi baik juga akan
terbentuk kesegaran jasmani yang tinggi dengan begitu olahragawan tersebut akan
Berdasarkan dasar pemikiran diatas maka disusun alur pikir sebagai konsep
Asupan Energi
Status Gizi
Keterangan :
= Variabel Independen
= Variabel Dependen
Gambar 1
40
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Asupan Energi
Asupan energi dalam penelitian ini adalah jumlah energi yang dikonsumsi
dalam makanan dan minuman dalam sehari yang diteliti menggunakan metode
Kriteria Objektif :
2. Asupan Protein
Asupan protein dalam penelitian ini adalah jumlah protein yang dikonsumsi
dalam makanan dan minuman dalam sehari yang diteliti menggunakan metode
Kriteria Objektif :
3. Status Gizi
Status gizi dalam penelitian ini adalah keadaan tubuh yang dilakukan
dewasa (diatas 18 tahun) dan Z-Score untuk IMT/U untuk dibawah 18 tahun.
41
Kriteria Objektif :
4. Kesegaran Jasmani
dalam melakukan tes kesegaran jasmani terstandar yang terdiri dari lari 60 meter,
gantung angkat tubuh (tahan pull up) 60 detik, baring duduk (sit up) 60 detik,
Kriteria Objektif :
42
b. Baik, jika jumlah nilai 18-21
D. Hipotesis
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
ini adalah potong lintang (cross sectional) dimana pada penelitian ini variabel
dilakukan pada anggota Klub Tenis Meja Satelit dan Salero Star Kota Ternate.
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota klub yang masih aktif
latihan di Klub Tenis Meja Satelit dan Salero Star Kota Ternate.
2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi.
adalah teknik penentuan sampel yang didasarkan pada pertimbangan tertentu yang
dibuat oleh peneliti sendiri. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 11 orang.
44 44
Kriteria Inklusi:
Kriteria Eksklusi:
Responden yang tidak bersedia mengikuti penelitian yang dilakukan, tidak hadir
saat penelitian dilakukan, dan mengikuti penelitian yang dilakukan akan tetapi
D. Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari observasi untuk mengetahui asupan energi dan
protein yang dikumpulkan melalui kuesioner food recall 24 jam selama 3 hari.
Status gizi yang diukur dengan indeks massa tubuh (IMT) untuk dewasa (diatas
18 tahun) dan Z-Score untuk IMT/U bagi umur dibawah 18 tahun dengan
berat badan dan microtoise untuk tinggi badan. Kesegaran jasmani diukur
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Klub Tenis Meja Satelit dan Salero Star Ternate
45
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dibawah ini.
Tabel 7
Instrumen Penelitian
1. Pengolahan Data
meliputi :
46
c. Processing, merupakan langkah untuk memasukan data yang diperoleh
2. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah program komputer
G. Penyajian Data
47
BAB V
A. Hasil
a. Satelit
Satelit merupakan singkatan dari Sabar Tekun Lincah Tenang. Klub tenis
sejak 21 Mei 1962. Waktu latihan klub tenis meja ini adalah 3 kali dalam
seminggu yaitu pada hari Rabu, Jumat, dan Minggu. Lama latihan setiap kali
latihan adalah ± 2 jam. Jumlah anggota klub sejak berdiri hingga sekarang adalah
± 200 orang dan sekarang yang masih aktif latihan ± 16 orang. Dalam klub tenis
meja ini terdapat ujian seleksi peringkat tiga kali setahun dan eksebisi (Try Out)
dilaksanakan tiga kali setahun. Klub ini sudah berpartisipasi dalam berbagai
kejuaraan seperti POPDA, POPWIL, POPNAS, Pra PON, PON, O2SN dan
kejuaraan turnamen terbuka antar daerah. Klub tenis meja ini termasuk klub yang
b. Salero Star
Kecamatan Ternate Utara. Klub tenis meja ini berdiri pada tahun 1999. Jumlah
anggota klub sejak berdiri hingga sekarang adalah ± 23 orang dan yang masih
aktif latihan sekarang adalah ± 21 orang. Jadwal latihan klub tenis meja ini adalah
48
48
setiap hari kecuali hari Kamis. Lama latihan setiap kali latihan adalah ± 2 jam.
Jumlah pelatih di klub tenis meja ini ada 2 pelatih. Dalam klub tenis meja ini
terdapat latihan fisik setiap hari minggu yaitu lari jarak jauh. Klub ini sudah
2. Karateristik Responden
Tabel 8.
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Anggota Klub Tenis
Meja Satelit dan Salero Star Kota Ternate
Tahun 2012
No Jenis Kelamin n %
1 Laki-laki 8 72.7
2 Perempuan 3 27.3
Total 11 100.0
(Sumber : Data Primer, 2012)
Tabel 9.
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pada Anggota Klub Tenis Meja
Satelit dan Salero Star Kota Ternate
Tahun 2012
No Umur (Tahun) n %
1 10-19 7 63.6
2 30-39 2 18.2
3 40-49 2 18.2
Total 11 100.0
(Sumber: Data Primer, 2012)
49
Berdasarkan data yang diperoleh terlihat bahwa dari 11 responden
orang (63.6%) dan responden dengan umur 30-39 tahun dan 40-49 tahun masing-
3. Variabel Penelitian
Tabel 10.
Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Energi Pada Anggota Klub Tenis
Meja Satelit dan Salero Star Kota Ternate
Tahun 2012
No Asupan Energi n %
1 Baik 4 36.4
2 Kurang 7 63.6
Total 11 100.0
(Sumber: Data Primer, 2012)
orang (63.6%), dan responden dengan asupan energi baik sebanyak 4 orang
(36.4%).
Tabel 11.
Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Protein Pada Anggota Klub
Tenis Meja Satelit dan Salero Star Kota Ternate
Tahun 2012
No Asupan Protein n %
1 Baik 1 9.1
2 Kurang 10 90.9
Total 11 100.0
(Sumber: Data Primer, 2012)
50
Berdasarkan data yang diperoleh terlihat bahwa dari 11 responden
10 orang (90.9%), dan responden dengan asupan protein baik sebanyak 1 orang
(9.1%).
Tabel 12.
Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Pada Anggota Klub Tenis
Meja Satelit dan Salero Star Kota Ternate
Tahun 2012
No Status Gizi n %
1 Normal 7 63.6
2 Overweigth 3 27.3
3 Obesitas Ringan 1 9.1
Total 11 100.0
(Sumber: Data Primer, 2012)
(27.3%) dan responden dengan status gizi obesitas ringan sebanyak 1 orang
(9.1%).
Tabel 13.
Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Protein Pada Anggota Klub
Tenis Meja Satelit dan Salero Star Kota Ternate
Tahun 2012
No Kesegaran Jasmani n %
1 Sedang 7 63.6
2 Kurang 3 27.3
3 Kurang Sekali 1 9.1
Total 11 100.0
(Sumber: Data Primer, 2012)
51
Berdasarkan data yang diperoleh terlihat bahwa dari 11 responden
3 orang (27.3%) dan responden dengan kesegaran jasmani kurang sekali sebanyak
1 orang (9.1%).
Tabel 14.
Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Asupan Energi dengan
Kesegaran Jasmani Pada Anggota Klub Tenis Meja Satelit dan Salero Star
Kota Ternate Tahun 2012
asupan energi baik dengan kesegaran jasmani kurang sebanyak 2 orang (18.2%),
dan responden yang asupan energi baik dengan kesegaran jasmani sedang,
responden yang asupan energi baik dengan kesegaran jasmani kurang sekali, serta
responden yang asupan energi kurang dengan kesegaran jasmani kurang masing-
52
Hasil pengujian dengan menggunakan uji Chi Square menunjukkan bahwa
hasil yang diperoleh yaitu X2 hitung = 4.415 dengan df = 2, dan X20.05 tabel =
5.991. Ini menunjukkan X2 hitung (4.415) < X2 tabel (5.991) maka hasil analisis
ini disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan antara
Tabel 15.
Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Asupan Protein dengan
Kesegaran Jasmani Pada Anggota Klub Tenis Meja Satelit dan Salero Star
Kota Ternate Tahun 2012
protein kurang dengan kesegaran jasmani kurang sebanyak 3 orang (27.3%), dan
responden yang asupan protein baik dengan kesegaran jasmani kurang sekali
hasil yang diperoleh yaitu X2 hitung = 11.000 dengan df = 2, dan X20.05 tabel =
5.991. Ini menunjukkan X2 hitung (11.000) > X20.05 tabel (5.991) maka hasil
53
analisis ini disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada
Tabel 16.
Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Status Gizi dengan Kesegaran
Jasmani Pada Anggota Klub Tenis Meja Satelit dan Salero Star Kota
Ternate Tahun 2012
menunjukkan sebagian besar responden yang status gizi normal dengan kesegaran
jasmani sedang sebanyak 6 orang (54.5%), responden yang status gizi overweight
dengan kesegeran jasmani kurang sebanyak 2 orang (18.2%), dan responden yang
status gizi normal dengan kesegaran jasmani kurang, responden yang status gizi
overweight dengan kesegaran jasmani sedang, serta responden yang status gizi
1 orang (9.1%).
hasil yang diperoleh yaitu X2 hitung =14.108 dengan df = 4, dan X20.05 tabel =
9.488. Ini menunjukkan X2 hitung (14.108) > X20.05 tabel (9.488) maka hasil
analisis ini disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada
1. Variabel Penelitian
a. Asupan Energi
Energi berasal dari ketiga zat gizi makro berupa karbohidrat, lemak, dan
pembangun. Hanya bila konsumsi karbohidrat dan lemak kurang untuk memenuhi
komposisi tubuh, usia, jenis kelamin, dan jenis olahraga yang dilakukan. Selain itu
(Almatsier, 2011).
(63.6%), dan responden dengan asupan energi baik sebanyak 4 orang (36.4%).
kurang sebagian besar terjadi pada responden yang berumur 10-19 tahun, ini
55
makanan dalam porsi sebagai non olahragawan. Sehingga tidak berimbang energi
Selain itu faktor yang melandasi terjadinya asupan energi kurang dalam
penelitian ini adalah masih minimnya pengetahuan tentang gizi olahraga serta
penelitian ini terdapat pada responden yang berumur 30-49 tahun. Ini karena
responden yang berumur 30-49 tahun sudah memiliki pekerjaan dan ekonomi
yang mapan sehingga terlihat dari hasil recall asupan makanan lebih beragam dan
tahun. Ini yang menyebabkan asupan energi mereka masuk dalam kategori baik
sebagai olahragawan.
Hasil penelitian yang dilakukan Hasan (2008) pada Atlet Sepak Bola Pra
1550 Kalori. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata asupan makanan khususnya
sangat kurang. Berdasarkan standar RDA atau Angka Kecukupan Gizi (AKG) di
56
masih sangat kurang dan berdasarkan RDA untuk olahragawan yaitu (55,1%)
tentang gizi dan pelatih kurang memperhatikan asupan makanan yang dikonsumsi
tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang gizi dan berdasarkan pengamatan
rata-rata pelatih lebih kepada cara dan teknik mengolah bola dan taktik bermain
sepakbola.
jaringan, status kekebalan tubuh dan fungsi reproduksi serta perfoma olahragawan
secara optimum.
yang serius. Banyak kejadian bahwa secara teknik, strategi, dan kemampuan
Hal ini disebabkan karena olahragawan tersebut pada saat pertandingan kehabisan
b. Asupan Protein
Protein merupakan bahan pembentuk dasar struktur sel tubuh. Fungsi utama
protein adalah membentuk jaringan baru dan memperbaiki jaringan yang rusak.
57
Jadi protein diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan dalam masa
dkk, 2011).
besar responden dengan asupan protein kurang sebanyak 10 orang (90.9%), dan
Hal ini sama seperti pada asupan energi, asupan protein kurang dikarenakan
masih minimnya pengetahuan tentang gizi olahraga serta masih minimnya minat
recall yang diperoleh juga menunjukkan belum beragam dan porsi makannya
kebutuhan energi dan komposisi gizi penghasil energi yang seimbang. Menu
makanan harus mengandung protein 10-15% dari total kebutuhan energi seorang
olahragawan yang berlatih intensif dan lama atau dalam sedang pembesaran otot,
menyarankan 15% untuk konsumsi protein. Orang dewasa yang cukup aktif dapat
bertahan dengan 10%, tapi yang sangat aktif atau berlatih, membutuhkan protein
lebih.
58
c. Status Gizi
penyakit erat kaitannya dengan asupan gizi. Semakin maju ilmu pengetahuan
mengenai hubungan antara status gizi dan penyakit, semakin pesat perkembangan
manusia, semakin kuat pula keyakinan tentang perlunya dilakukan penilaian status
sebagian besar responden dengan status gizi normal sebanyak 7 orang (63.6%),
responden dengan status gizi overweight sebanyak 3 orang (27.3%) dan responden
badan sesuai dengan jenis olahraga yang diikutinya, keadaan ini akan berubah-
ubah sesuai jadwal latihan dan pertandingan. Dengan menjaga berat badan akan
mengurangi risiko kecelakaan dan kesakitan, secara umum juga mengurangi risiko
penyakit kronis.
Hoyt, et al (2011) juga mengatakan berat badan memiliki peran yang penting
cabang olahraga, peningkatan atau penurunan berat badan sering menjadi masalah
serius bagi para olahragawan. Akan tetapi ia juga menuliskan bahwa peningkatan
dan penurunan berat badan bukan sebuah faktor untuk meningkatkan kinerja bagi
59
Dalam penelitian ini terdapat responden dengan status gizi overweight dan
penyakit dan gangguan tubuh. Seseorang yang menderita obesitas berisiko tinggi
mengalami penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan kolesterol darah tinggi.
d. Kesegaran Jasmani
pekerjaan sehari -hari dan adaptasi terhadap pembebanan fisik tanpa menimbulkan
waktu senggang maupun pekerjaan yang mendadak serta bebas dari penyakit
Responden dengan kesegaran jasmani kurang dan kurang sekali juga terjadi
Dalam penelitian ini juga sebagian besar kesegaran jasmani sedang terjadi pada
responden yang berumur 10-19 tahun sedangkan kesegaran jasmani kurang dan
60
Ini menunjukkan kalau umur dan latihan menjadi faktor yang mempengaruhi
kesegaran jasmani. Sejalan dengan itu Sharkley (2011) mengatakan efek usia
jasmani awal. Bagi yang memutuskan untuk tetap aktif dapat menghentikan
setengah penurunan (4 hingga 5% per dekade) dan yang terlibat dalam latihan
dengan berkurangnya lemak tubuh), hanya remaja saja yang memiliki harapan
Tenaga mencapai puncaknya pada awal umur 20-an dan menurun perlahan
hingga umur 60 atau lebih. Bila tenaga digunakan, tenaga hampir tidak menurun
sama sekali, bahkan hingga umur 60-an. Latihan disegala usia mempertahankan
(Sharkley, 2011).
61
kondisi badan yang telah diperoleh dari latihan, serta menyediakan tenaga yang
tertinggi adalah responden yang asupan energi kurang dengan kesegaran jasmani
sedang sebanyak 6 orang (54.5%), responden yang asupan energi baik dengan
kesegaran jasmani kurang sebanyak 2 orang (18.2%), dan responden yang asupan
energi baik dengan kesegaran jasmani sedang, responden yang asupan energi baik
dengan kesegaran jasmani kurang sekali, serta responden yang asupan energi
(9.1%).
hasil yang diperoleh yaitu X2 hitung (4.415) < X2 tabel (5.991) maka hasil analisis
ini disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan antara
Sejalan dengan ini Sharkley (2011) mengatakan individu yang tidak bugar,
cepat lelah dalam latihan dan kemampuannya untuk mengeluarkan kalori terbatas.
intensitas, durasi, dan frekuensi latihan dan karena keikutsertaan dalam aktivitas
yang lebih berat. Individu yang bugar tidak begitu lelah. Dengan demikian,
badan.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Mutahya (2008) pada atlet wushu
62
dalam kategori sedang. Berdasarkan penelitian Mutahya para atlet berusaha
memantapkan kesegaran jasmani dan daya tahan, tetapi ada hal lain yang dapat
dilakukan seperti memilih makanan yang tepat. Makanan yang dimakan dapat
mempengaruhi tingkat glikogen otot dan perfoma daya tahan. Penelitian yang
pelatih terus menekankan makanan berprotein tinggi pada atlet. Perfoma daya
Terkait dengan itu Depkes dalam Krisdiyanto (2004) mengatakan para ahli
telah membuktikan bahwa berbagai fungsi organ tubuh akan meningkat dengan
nyata apabila diberikan gizi dan latihan fisik yang memadai. Makanan yang
berperan tinggi akan berperan penting dalam pencapaian prestasi optimal, makin
banyak ragam makanan yang dikonsumsi, makin terpenuhi gizi seseorang untuk
Hasil analisis dalam penelitian ini yang mengatakan adanya hubungan antara
diperoleh dari makanan dan pengeluaran energi yang digunakan dalam aktivitas
63
sehari-hari. Olahragawan yang mengonsumsi makanan berenergi tinggi baik untuk
sebagian besar responden yang asupan protein kurang dengan kesegaran jasmani
sedang sebanyak 7 orang (63.6%), responden yang asupan protein kurang dengan
kesegaran jasmani kurang sebanyak 3 orang (27.3%), dan responden yang asupan
protein baik dengan kesegaran jasmani kurang sekali sebanyak 1 orang (9.1%).
hasil yang diperoleh X2 hitung (11.000) > X2 tabel (5.991) maka hasil analisis ini
disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan antara
Responden yang sedikit juga mempengaruhi hasil penelitian ini. Selain itu,
jasmani selain asupan protein seperti latihan, umur dan asupan energi yang tinggi.
latihan merupakan cara terbaik untuk memantapkan daya tahan dan kesegaran
jasmani. Walaupun nutrisi sudah tentu penting bagi kesehatan dan kebugaran,
tetapi satu-satunya cara untuk mencapai kebugaran adalah melalui latihan secara
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa bila hanya asupan protein tidak
akan meningkatkan kesegaran jasmani bila tidak diimbangi dengan latihan dan
64
Astrand dalam Hoyt, et al (2011) mengatakan makanan-makanan berprotein
tidak berperan langsung dalam produksi energi bagi para olahragawan yang
sedang berolahraga. Energi mereka berasal dari glikogen (yang dihasilkan dari
pada tingkat aktivitas. Semakin berat olahraga tersebut, semakin tinggi persentase
glikogen yang dibakar. Sharkley (2011) juga mengatakan makan berenergi tinggi
Penelitian yang dilakukan Kusumawati (2012) pada atlet senam Artistik dan
Ritmik Sportif di Klub Senam Wimilia Kota Semarang menunjukkan tidak ada
tingkat konsumsi protein atlet senam adalah 45,71 gr dengan kategori normal
65.22%, defisit tingkat sedang 17.39% dan 13.04% mengalami defisit tingkat
jasmani. Sejalan dengan itu penelitian Tabiyatun (2010) juga menunjukkan tidak
protein biasanya dikaitkan dengan lemak (teutama protein hewani), dan transit
olahragawan. Belum ada penelitian yang mendukung manfaat diet protein tinggi
dalam membangun kekuatan otot-otot maupun ketahanan. Tidak ada bukti bahwa
65
Pengetahuan yang keliru seperti seorang olahragawan membutuhkan protein
terutama protein hewani juga berkaitan dengan berbagai penyakit kronis seperti
menunjukkan tidak ada hubungan antara pola konsumsi protein dengan daya tahan
pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja
dalam mengambil oksigen dan menyalurkan ke jaringan yang aktif sehingga dapat
Salah satu tes kesegaran jasmani bertujuan untuk untuk mengukur daya tahan
jantung paru, peredaran darah dan pernafasan yaitu tes lari 1200 m untuk laki-laki
sebagian besar responden yang status gizi normal dengan kesegaran jasmani
sedang sebanyak 6 orang (54.5%), responden yang status gizi overweight dengan
kesegeran jasmani kurang sebanyak 2 orang (18.2%), dan responden yang status
gizi normal dengan kesegaran jasmani kurang, responden yang status gizi
overweight dengan kesegaran jasmani sedang, serta responden yang status gizi
66
obesitas ringan dengan kesegaran jasmani kurang sekali masing-masing sebanyak
1 orang (9.1%).
hasil yang diperoleh X2 hitung (14.108) < X2 tabel (9.488) maka hasil analisis ini
disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan antara
Responden yang sedikit juga mempengaruhi hasil penelitian ini. Selain itu,
ini menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lain yang lebih diutamakan dalam nilai
aktivitas fisik. Status gizi normal tanpa melakukan latihan dalam langkah-langkah
yang baik. Latihan dengan rutin akan lebih menjamin memperoleh nilai kesegaran
jasmani. Tapi pada dasarnya status gizi normal akan membantu bila telah
dilakukan latihan yang rutin. Dalam penelitian ini terlihat beberapa responden
dengan status gizi overweight dan obesitas ringan memperoleh kesegeran jasmani
kurang dan kurang sekali sedangkan sebagian besar responden dengan status gizi
mendapatkan tingkat kesegaran jasmani yang tinggi selain latihan fisik (olahraga)
juga dibutuhkan status gizi yang baik. Makin baik status gizi seseorang, bila
diberikan latihan fisik (olahraga) yang teratur maka makin tinggi angka kesegaran
jasmaninya.
67
Dalam penelitian ini juga menunjukkan responden rata-rata memiliki nilai
yang baik pada tes baring duduk dibanding gantung angkat tubuh dengan alasan
mereka lebih sering melakukan baring duduk dibanding gantung angkat tubuh.
Faktor umur juga menjadi faktor yang menentukan nilai kesegaran jasmani.
Dalam penelitian ini terdapat responden dengan status gizi normal dan umur 30-
responden dengan status gizi normal dan umur 10-19 tahun tetapi memiliki nilai
Karanganyar, Putri (2000) pada Atlit Bela Diri Putra di Pusat Pelatihan Atlit GOR
Jati Diri Semarang dan Anggaraini (2011) pada Remaja Putri di SMAN 5
Surabaya menunjukkan tidak ada hubungan antara status gizi dengan kesegaran
jasmani.
68
BAB V
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Untuk responden anggota klub tenis meja Satelit dan Salero Star
2. Untuk responden anggota klub tenis meja Satelit dan Salero Star
ini (asupan energi, protein, status gizi, dan kesegaran jasmani) karena
usia muda. Pembinaan ini juga akan membantu terjalin hubungan antara
70
DAFTAR PUSTAKA
Adrianto, Eko Haris, dkk, 2010. Hubungan Antara Tingkat Kesegaran Jasmani
dan Status Gizi dengan Produktivitas Kerja Pekerja Penyadap Karet di Unit
Plantukan/ Blabak PT. Perkebunan Nusantara IX Boja Kabupaten Kendal.
Jurnal. KEMAS - Volume 5 / No. 2 / Januari - Juni 2010.
Almatsier, Sunita, 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Anggraini, Risa, 2011. Hubungan Tingkat Konsumsi, Aktivitas Fisik dan Status
Gizi Dengan Tingkat Kesegaran Jasmani Pada Remaja Putri di SMAN 5
Surabaya. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Astuti, Nia Budhi, 2008. Hubungan Antara Asupan Energi, Asupan Protein dan
Status Gizi Dengan Nilai Kesamaptaan Jasmani Taruna Akademi Kepolisian
Semarang. Skripsi. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro.
Cynthia, Adisty, 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Haryanto, 2004. Status Gizi dan Tingkat Kesegaran Jasmani Anak dari Keluarga
Pra-Sejahtera pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri Se-Kecamatan
Larangan Kabupaten Brebes Tahun 2004/2005. Skripsi. Fakultas Ilmu
Olahraga Universitas Negeri Semarang Tahun 2004.
71 71
Hoyt, Creig, et al. Food For Fitness: Atlete’s Diet Weight Question. Terjemahan
dari Lala Herawati, 2011. Makanan Sehat Untuk Atlet. Penerbit Nuansa.
Bandung.
Isdaryanti, Christien, 2007. Asupan Energi Protein, Status Gizi, dan Prestasi
Belajar Anak Sekolah Dasar Arjowinangun I Pacitan. Skripsi. Program Studi
S-1 Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta 2007.
Kementerian Kesehatan RI Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, 2011.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No:
1995/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Standar Antropometri Penilaian Status
Gizi Anak.
Kusumawati, Elly Puji, 2012. Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein
Dengan Ketahanan Fisik Atlet Senam di Klub Senam Wimilia Kota Semarang.
Universitas Muhammadiyah Semarang.
Kusumawati, Sary, 2000. Hubungan Status Gizi dan Kadar Hemoglobin Dengan
Kesegaran Jasmani Siswi SD (Studi Kasus di Empat SD Kecamatan
Karanganyar). Skripsi. Universitas Diponegoro.
72
Mutahya, Dewi Yuliana, 2008. Hubungan Tingkat Konsumsi dan Status Gizi
dengan Kesegaran Jasmani Atlet Wushu di Wisma Wushu Jawa Tengah
Tahun 2008. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang.
Poedyasmoro, dkk, 2008. Buku Praktis Ahli Gizi Edisi ke-3. Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
Purba, dkk, 2006. Buku Seminar Nasional Gizi dan Olahraga. Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Putri, Rona Sari Mahaji, 2000. Hubungan Status Gizi (IMT dan Hb) Dengan
Kesegaran Jasmani Atlit Bela Diri Putra di Pusat Pelatihan Atlit GOR Jati
Diri Semarang. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Sharkley, Brian, 2011. Fitness dan Health. Terjemahan dari Eri Desmarini.
Kebugaran dan Kesehatan Cetakan ke-2. Rajawali Pers. Jakarta.
Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Tabiyatun, Tri, 2010. Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Dengan
Tingkat Kesegaran Jasmani Pemain Sepak Bola Usia 10 – 12 Tahun di
Lembaga Pelatihan Sepak Bola (LPSB) Tugu Muda Kota Semarang.
Universitas Muhammadiyah Semarang.
73
Ulvie, Yuliana Noor Setiwati, 2011. Tingkat Kesegaran Jasmani, Status Gizi dan
Asupan Zat Gizi Makan Pagi pada Siswa SMP Negeri di Kota Yogyakarta.
Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia Volume 1. Edisi 1. Juli 2011.
ISSN: 2088-6808.
74
Lampiran 1
MASTER TABEL
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI PROTEIN, STATUS GIZI DENGAN KESEGARAN JASMANI PADA
ANGGOTA KLUB TENIS MEJA SATELIT DAN SALERO STAR TERNATE
KUESIONER
A. Identitas Responden
No. Responden :
Nama responden :
Umur : tahun
2. Perempuan
Berat Badan : kg
Tinggi Badan : cm
Status Gizi :
B. Formulir Food Recall 24 Jam
Selingan
Siang
Selingan
Malam
C. Formulir Tes Kesegaran Jasmani
2 Gantung :
a) Siku tekuk ……………….detik …. …...…………………….
b) Angkat Tubuh ………...……….kali …. ........................................
4 Loncat Tegak
- Tinggi raihan : ……….cm
- Loncatan I : ………….cm
- Loncatan II : …………cm
- Loncatan III : ……… cm ………...………..cm …. ……………………….
Contoh:
U = 12 tahun
BB = 40.3 kg
TB = 147.4 cm
1. BMR
40.3
= × 1625 = 1190.68 Kal
55
2. SDA
= 10% × 1190.68 = 119.068 Kal
3. Aktivitas Fisik
Ringan = 1.5
6. Total Energi
= 1963.602 + 351.43 + 80.6
= 2395.63 Kal
7. Kebutuhan Protein
Total Kalori × 15% 2395.63 × 15%
= = = 89.84 gr
4 4
Lampiran 5
1. Variabel Penelitian
Statistics
Asupan Asupan Kesegaran
Umur Jenis Kelamin Status Gizi Energi Protein Jasmani
N Valid 11 11 11 11 11 11
Missing 0 0 0 0 0 0
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 10-19 7 63.6 63.6 63.6
30-39 2 18.2 18.2 81.8
40-49 2 18.2 18.2 100.0
Total 11 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 8 72.7 72.7 72.7
Perempuan 3 27.3 27.3 100.0
Total 11 100.0 100.0
Status Gizi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Normal 7 63.6 63.6 63.6
Overweight 3 27.3 27.3 90.9
Obesitas ringan 1 9.1 9.1 100.0
Total 11 100.0 100.0
Asupan Energi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 4 36.4 36.4 36.4
Kurang 7 63.6 63.6 100.0
Total 11 100.0 100.0
Asupan Protein
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 1 9.1 9.1 9.1
Kurang 10 90.9 90.9 100.0
Total 11 100.0 100.0
Kesegaran Jasmani
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sedang 7 63.6 63.6 63.6
Kurang 3 27.3 27.3 90.9
Kurang sekali 1 9.1 9.1 100.0
Total 11 100.0 100.0
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Status Gizi * Kesegaran 11 100.0% 0 .0% 11 100.0%
Jasmani
Kesegaran Jasmani
Kurang
Sedang Kurang sekali Total
Status Gizi Normal 6 1 0 7
Overweight 1 2 0 3
Obesitas ringan 0 0 1 1
Total 7 3 1 11
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
a
Pearson Chi-Square 14.018 4 .007
Likelihood Ratio 9.359 4 .053
Linear-by-Linear 6.217 1 .013
Association
N of Valid Cases 11
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Asupan Energi * 11 100.0% 0 .0% 11 100.0%
Kesegaran Jasmani
Kesegaran Jasmani
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 4.415 2 .110
Likelihood Ratio 4.860 2 .088
Linear-by-Linear Association 3.956 1 .047
N of Valid Cases 11
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Asupan Protein * 11 100.0% 0 .0% 11 100.0%
Kesegaran Jasmani
Kesegaran Jasmani
A. Rangkaian Tes
Tes kesegaran jasmani Indonesia terdiri dari :
1. Untuk laki-laki terdiri dari :
a. Lari 60 meter
b. Gantung angkat tubuh (pull up) selama 60 detik
c. Baring duduk (sit up) selama 60 detik
d. Loncat tegak (vertical jump)
e. Lari 1200 meter
2. Untuk perempuan terdiri dari :
a. Lari 60 meter
b. Gantung siku tekuk ( tahan pull up) selama 60 detik
c. Baring duduk (sit up) selama 60 detik
d. Loncat tegak (vertical jump)
e. Lari 1000 meter
B. Kegunaan Tes
Tes kesegaran jasmani Indonesia digunakan untuk mengukur dan menentukan
tingkat kesegaran jasmani.
Norma TKJI
Hasil setiap butir tes yang telah dicapai oleh peserta dapat disebut sebagai
hasil kasar. Mengapa disebut hasil kasar ? Hal ini disebabkan satuan ukuran yang
digunakan untuk masing-masing butir tes berbeda, yang meliputi satuan waktu,
ulangan gerak, dan ukuran tinggi.
Untuk mendapatkan hasil akhir, maka perlu diganti dalam satuan yang sama
yaitu NILAI. Setelah hasil kasar setiap tes diubah menjadi satuan nilai, maka
dilanjutkan dengan menjumlahkan nilai-nilai dari kelima butir TKJI. Hasil
penjumlahan tersebut digunakan untuk dasar penentuan klasifikasi kesegaran
jasmani.
NORMA TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA
No Jumlah nilai Klasifikasi Kesegaran Jasmani
1. 22 – 25 Baik sekali ( BS )
2. 18 – 21 Baik (B)
3. 14 – 17 Sedang (S)
4. 10 – 13 Kurang (K)
5. 5–9 Kurang sekali ( KS )
Lampiran 9
DOKUMENTASI