Anda di halaman 1dari 5

Penggunaan Metode Role Playing untuk

Meningkatkan Minat Siswa dalam Pembelajaran


Pengetahuan Sosial di Kelas V SDN Cileunyi I
Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung
Tien Kartini

Abstrak
Penelitian ini mengungkap penggunaan metode role playing dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk
meningkatkan minat belajar siswa kelas V SDN Cileunyi I Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas
(Classroom Action Research). Tindakan kelas yang diterapkan melalui empat siklus tindakan. Teknik pengumpulan
datanya diperoleh melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi pustaka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode role playing sangat efektif dalam meningkatkan minat
belajar anak. Efektivitas penggunaan metode tersebut dapat dilihat dari dijumpainya beberapa perubahan yang positif,
baik yang terjadi pada guru IPS itu sendiri maupun yang terjadi pada diri siswa, terutama perubahan adanya peningkatan
minat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Kata Kunci: metode role playing, classroom action research, dan minat siswa

A. Latar Belakang Masalah B. Pertanyaan Penelitian

A
pabila ditinjau dari segi pembelajaran di kelas, Pertanyaan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
khususnya di kelas V SDN Cileunyi I Kecamatan 1. Bagaimana upaya guru untuk menciptakan suasana belajar
Cileunyi, masalah yang sering muncul dalam proses yang menyenangkan dalam proses pembelajaran IPS?
pembelajaran adalah: 1) antusiasme siswa dalam belajar 2. Manfaat apa yang dapat diperoleh guru dan siswa dari
rendah, hal ini tampak ketika siswa memasuki ruangan penerapan metode role playing dalam pembelajaran IPS?
kelas dan dimulai dengan belajar pengetahuan sosial para 3. Apakah penggunaan metode role playing itu efektif
siswa kurang bersemangat untuk mengikuti pembelajaran untuk meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran
pengetahuan sosial, sehingga siswa cenderung tidak pengetahuan sosial?
aktif dan tidak merasa menjadi bagian dari kelas. Gejala-
gejala tersebut ditunjukkan dengan beberapa sikap
siswa seperti: sering mengobrol ketika pembelajaran C. Tinjauan Pustaka
berlangsung, menggambar tidak pada waktunya, dan
sering keluar masuk kelas; 2) materi pengetahuan sosial 1. Minat Siswa dalam Pembelajaran IPS
yang terlalu bersifat informatif dan menuntut aspek a. Konsep Minat
kognitif (hapalan) saja membuat para siswa malas untuk Menurut WS Winkel (1989: 105), minat dapat diartikan
memahami informasi-informasi baik yang terdapat dalam sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk
buku maupun yang disampaikan oleh guru; 3) lingkungan dapat merasa tertarik pada suatu bidang atau pokok
yang kaku dan membosankan untuk belajar, baik dalam bahasan tertentu dan merasa senang untuk mempelajari
tata cahaya maupun dalam penempatan tempat duduk materi itu. Rumusan ini pada dasarnya tidak berbeda
yang monoton dan membosankan dimilikinya. dengan yang dikemukakan Slameto (1986: 182) bahwa
Beberapa kondisi yang telah dikemukakan di atas, “minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan
memberikan sebuah indikasi terhadap adanya suatu pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”.
masalah yang cukup signifikan, yaitu permasalahan Atau rumusan yang dikemukakan Doyles Fryer (Wayan
yang bermuara pada kejenuhan siswa dalam mengikuti Nurkancana, 1986: 229), bahwa “Minat atau interest adalah
pembelajaran pengetahuan sosial. gejala psikis yang berkaitan dengan obyek atau aktivitas
Berdasarkan kondisi tersebut, penulis tertarik untuk yang menstimulir perasaan senang pada individu”.
mengadakan penelitian dengan judul “Penggunaan Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka minat
Metode Role Playing untuk Meningkatkan Minat Siswa pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan
dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Kelas antara diri sendiri dengan sengaja di luar diri. Semakin kuat
V SDN Cileunyi I Kecamatan Cileunyi Kabupaten atau dekat hubungan itu, maka semakin besar minat yang
Bandung”. ditampilkannya. Suatu minat dapat diekspresikan melalui
pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang lebih

“JURNAL, Pendidikan Dasar “ Nomor: 8 - Oktober 2007


menyukai suatu hal daripada yang lainnya, dapat pula bagi siswa. Sebab biasanya siswa sangat antusias atau
dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. memperhatikan sekali terhadap pelajaran manakala
Menurut Slameto (1988: 182), siswa yang memiliki minat pelajaran tersebut memang menyangkut kehidupan dia
terhadap obyek tertentu cenderung untuk memberikan sehari-hari di lingkungan masyarakat. sementara metode
perhatian yang lebih besar terhadap obyek tersebut. bermain peran sangat difokuskan pada kenyataan-
b. Indikator Minat kenyataan yang terjadi di lingkungan masyarakat. metode
ini berhubungan dengan penghayatan suatu peranan
Seperti telah diungkap para ahli di atas, terdapat unsur- sosial yang dimainkan anak di masyarakat (Nursid
unsur psikis dari ranah afektif yang berkaitan erat dengan Sumaatmadja, 1984: 105).
minat belajar seseorang. Seseorang dikatakan memiliki
minat terhadap sesuatu, apabila ia mempunyai perasaan Salah satu kelebihan atau keunggulan metode bermain
senang, perasaan tertarik dan penuh perhatian terhadap peran yaitu mampu menarik perhatian anak, sehingga
sesuatu hal tersebut. Hal ini akan muncul apabila didukung suasana kelas semakin hidup (Zuhairini, dkk., 1983: 103).
dengan sikap positif atau sikap menerima terhadap hal Menarik perhatian terhadap suatu obyek merupakan
tersebut (WS. Winkel, 1989: 105). Selanjutnya minat perwujudan dari konsep minat belajar itu sendiri, seperti
hampir tidak dapat dilepaskan dari perasaan terpenuhinya yang dikemukakan Amiruddin (2000: 9), bahwa “minat
kebutuhan yang menimbulkan kepuasan bagi dirinya adalah kecenderungan yang menetap, untuk merasa
(Usman Effendi, 1985: 122). tertarik pada bidang tertentu”. Atau kata Slameto (1987:
36) bahwa “minat artinya rasa suka dan rasa ketertarikan
Dari berbagai uraian dan pengertian tersebut, maka pada suatu hal atau aktivitas”. Dengan demikian secara
dapat disebutkan berbagai indikator minat, yakni perasaan eksplisit dapat dikatakan bahwa metode bermain peran
senang, perasaan tertarik, penuh perhatian, bersikap mampu menumbuhkan dan meningkatkan minat belajar
positif, dan terpenuhinya kebutuhan. siswa dalam mengikuti suatu proses pembelajaran. Disini
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat antara lain nampak adanya pengaruh kuat metode bermain peran
meliputi : kedisiplinan, perhatian, partisipasi, dan inisiatif. terhadap muncul dan meningkatnya minat belajar siswa.
2. Pengertian Metode Bermain Peran (Role Playing Secara teoritik, penerapan metode bermain peran
Method) membutuhkan keterlibatan sebagian atau semua siswa
dalam memerankan suatu tokoh atau benda. Kondisi
Bermain peran adalah mendramatisasikan cara bertingkah ini menuntut siswa untuk tidak diam, ia akan aktif, tidak
laku orang-orang tertentu dalam posisi yang membedakan statis, tetapi dinamis. Hal ini mengindikasikan bahwa
peranan masing-masing dalam suatu organisasi atau keterlibatan siswa sangat terasa. Keterlibatan seperti ini
kelompok di masyarakat (Hadari Nawawi, 1993: 295). tentunya tidak mungkin dirasakan secara baik oleh siswa
Jadi secara singkat metode bermain peran jika siswa tidak berminat. Mereka akan terlibat secara
adalah cara atau jalan untuk mendramatisasikan cara aktif karena memang mempunyai minat terhadap peran
bertingkah laku orang-orang tertentu didalam posisi yang yang dimainkannya. Siswa yang pasif dan tidak ingin
membedakan peranan masing-masing. memerankan suatu peran tentu minat mereka memang
Apabila ditinjau secara istilah, metode bermain peran kurang atau rendah.
adalah bentuk metode mengajar dengan mendramakan/
memerankan cara bertingkah laku dalam hubungan sosial,
yang lebih menekankan pada kenyataan-kenyataan D. Metodologi
dimana para murid diikutsertakan dalam memainkan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
peranan di dalam mendramakan masalah-masalah deskriptif kualitatif, dengan menggunakan pendekatan
hubungan sosial. Metode ini kadang-kadang disebut penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research).
dengan dramatisasi (Zuhairini, dkk., 1983: 101-102). Tindakan yang dilakukan yaitu proses pembelajaran
Dalam metode ini anak diberi kesempatan untuk pengetahuan sosial dengan menggunakan pendekatan
mengembangkan imajinasinya dalam memerankan role playing di Kelas V SDN Cileunyi I Kecamatan Cileunyi
seorang tokoh atau benda-benda tertentu dengan Kabupaten Bandung.
mendapat ulasan dari guru agar mereka menghayati Alur pelaksanaan tindakan kelas dalam setiap siklus
sifat-sifat dari tokoh atau benda tersebut. Dalam bermain dapat dilihat dari gambar 3.1
peran, anak diberi kebebasan untuk menggunakan
benda-benda sekitarnya dan mengkhayalkannya jika 1. Tahap Persiapan dan Perencanaan Tindakan
benda tersebut diperlukan dalam memerankan tokoh Dalam tahap ini tindakan kegiatan penelitian yang
yang dibawakan. Contoh kegiatan ini misalnya anak dilakukan yaitu menentukan kelas dan subyek penelitian
memerankan bagaimana Bapak Tani mencangkul yang sesuai dengan hakikat dan masalah penelitian
sawahnya, bagaimana kupu-kupu yang menghisap madu tindakan kelas. Kemudian melakukan pendekatan
bunga, bagaimana gerakan pohon yang ditiup angin, dan pembicaraan dengan kepala sekolah dan satu orang
sebagainya (Hapidin, 1995: 70). guru sebagai observer (penelitian kolaboratif). Kegiatan
berikutnya adalah merencanakan tindakan yang akan
3. Pengaruh Metode Bermain Peran dalam dilakukan penelitian.
Meningkatkan Minat Belajar Langkah-langkah yang harus ditempuh adalah
Peran penting metode mengajar dalam mencapai tujuan membuat skenario pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaran adalah sangat penting. Keberhasilan sebuah metode role playing yang mencakup langkah-langkah yang
mata pelajaran, terutama keberhasilan penguasaan akan dilaksanakan oleh guru (peneliti) dan apa yang akan
materi pelajaran oleh siswa akan sangat ditentukan dilakukan oleh siswa dengan terlebih dahulu menganalisis
oleh seberapa baik seorang guru menerapkan metode kurikulum atau bahan pembelajaran pengetahuan sosial
mengajarnya di kelas maupun di luar kelas. kelas V SD. Di samping itu hal terpenting dalam tahap
Metode bermain peran sebagai salah satu metode ini adalah mendesain ruangan kelas untuk dijadikan kelas
pembelajaran yang dipilih dalam proses belajar mengajar dengan suasana kelas role playing. Mempersiapkan
di kelas diyakini akan mampu menjadi daya tarik tersendiri sarana dan fasilitas serta sumber belajar yang diperlukan

“JURNAL, Pendidikan Dasar “ Nomor: 8 - Oktober 2007


Gambar 3.1. Spiral Penelitian Tindakan Kelas Kegiatan refleksi dilakukan berkelanjutan sehingga
(Adaptasi dari Hopkins,1993:48) kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan selalu
dapat ditingkatkan efektivitas dan efisiensinya. Berfikir
reflektif sebagai kegiatan berpikir yang dilakukan secara
berulang-ulang melalui kegiatan mencermati kenyataan
empiris dan mencernakan kenyataan empiris itu dengan
pemikiran abstrak, adalah salah satu modal penting bagi
seorang peneliti dalam memudahkan penelitiannya.
5. Tahap Perencanaan Tindakan Lanjutan
Tahap ini merupakan tahap untuk merencanakan tindakan
lanjutan bila hasil refleksi pada tindakan sebelumnya
belum memuaskan. Perencanaan tindakan lanjutan ini
merupakan jawaban dari hasil refleksi tindakan sebelumnya
yang belum terpecahkan sehingga perlu adanya tindakan
lanjutan untuk memperbaiki atau memodifikasi tindakan
sebelumnya yang memang belum dapat mengatasi
maslah sesuai dengan yang diharapkan.

E. Hasil Penelitian
Pada tahap observasi awal terdapat beberapa temuan
antara lain:
• Antusiasme siswa dalam belajar rendah
• Siswa cenderung tidak aktif
• Materi pengetahuan sosial terlalu bersifat informatif dan
menuntut aspek kognitif saja.
• Lingkungan yang kaku dan membosankan untuk belajar.
Analisis reflektif terhadap hasil orientasi tersebut
bahwa pembelajaran pengetahuan sosial selama ini
masih belum membangkitkan minat siswa untuk belajar.
Salah satu upaya untuk membangkitkan minat belajar
siswa adalah dengan menerapkan metode role playing
yang melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran.
1. Siklus 1
dalam kelas serta mempersiapkan bagaimana cara Hasil temuan pada siklus 1 antara lain :
mengobservasi dan alat untuk mengobservasinya. • Guru dan siswa belum terbiasa menerapkan metode
bermain peran dalam pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
• Siswa masih canggung dan malu dalam memerankan tokoh
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan penelitian yang diperankannya.
yang berupa pelaksanaan kegiatan atau rancangan
• Fantasi siswa belum optimal, pada siklus I ini siswa hanya
pembelajaran pengetahuan sosial, yaitu perancangan melaksanakan tugas memerankan tokoh tanpa disertai
pembelajaran dengan metode role playing. Untuk improvisasi peran dengan baik.
membantu observer dalam melakukan pengamatan
• Konsentrasi siswa masih kurang, hal ini terlihat ketika
pelaksanaan tindakan, dibuat alat pengumpul data bermain peran maupun mengerjakan soal evaluasi, siswa
sebagai alat dokumentasi atau catatan yang digunakan masih ada yang menengok ke kiri dan kanan maupun ke
untuk memberikan umpan balik yang sangat diperlukan belakang.
dalam pelaksanaan tindakan. Disepakati pula antara • Siswa masih kurang keberanian dalam mengemukakan
peneliti dan observer bahwa kehadiran observer tidak penilaian, pendapat dan komentarnya.
akan mengganggu kegiatan pembelajaran yang sedang • Daya tangkap materi pembelajaran masih belum optimal
berlangsung. dibuktikan dengan masih adanya 8 orang yang mengalami
3. Tahap Observasi kesulitan dalam mengerjakan soal evaluasi.
Pada kenyataannya tahap observasi dilakukan • Suasana senang dalam belajar sudah tampak, meski masih
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Observasi ada siswa yang terlihat kurang bersemangat.
merupakan semua kegiatan untuk mengenal, merekam, 2. Siklus 2
dan mendokumentasikan setiap hal dari proses dan hasil Temuan pada siklus 2 ini antara lain adalah :
yang dicapai dari tindakan yang direncanakan.
• Guru dan siswa sudah mulai terbiasa menerapkan metode
4. Tahap Refleksi bermain peran dalam pembelajaran.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu melakukan • Siswa tidak canggung dan malu lagi dalam memerankan
analisis, sintesis, interprestasi dan eksplanasi terhadap tokoh yang diperankannya.
semua informasi yang diperoleh. Dengan demikian data • Siswa sudah mulai dapat berfantasi dan berimprovisasi,
yang berhasil diperoleh melalui alat pengumpul data yang kondisi seperti ini karena mendapatkan tambahan alat-alat
terekam oleh peneliti dan observer akan dikonfirmasikan, untuk bermain peran.
dianalisis dan dievaluasi agar dapat diketahui apakah • Siswa sudah dapat berkonsentrasi karena sudah terbiasa
pelaksanaan tindakan tersebut telah sesuai dengan yang dengan bermain peran namun masih ada siswa yang kurang
direncanakan sebelumnya. konsentrasi pada saat mengerjakan soal evaluasi.

“JURNAL, Pendidikan Dasar “ Nomor: 8 - Oktober 2007


• Daya tangkap materi pembelajaran lebih baik dibuktikan 4. Siklus 4
dengan berkurangnya siswa yang mengalami kesulitan
dalam mengerjakan soal evaluasi dari 8 orang menjadi 4 Temuan pada siklus 4 ini antara lain adalah :
orang. • Minat siswa dalam belajar sangat tinggi.
• Siswa sudah berani dalam mengungkapkan pendapat dan • Guru merasa mudah dalam mengatur kelompok siswa.
berkomentar. • Respon siswa yang positif memudahkan guru memberikan
• Suasana senang dalam belajar sudah tampak, meski masih penerangan tentang peran yang harus dilakukan masing-
ada siswa yang terlihat kurang bersemangat. masing siswa.
3. Siklus 3 • Siswa tak canggung lagi bermain peran.
Temuan pada siklus 3 ini antara lain adalah : • Siswa lebih tertib dan tenang dalam mengerjakan lembaran
evaluasi.
• Semua siswa bersemangat sekali ketika guru masuk ke
kelas dan mengungkapkan kepada mereka akan bermain • Tidak ada lagi siswa yang merasa kesulitan dalam
peran kembali dengan topik yang berbeda. mengerjakan lembaran evaluasi.
• Guru tidak merasa kesulitan kembali untuk mengarahkan • Siswa lebih cepat menyelesaikan lembaran evaluasi
siswa dalam berkelompok, sehingga energi yang digunakan dibandingkan dengan mengerjakan lembaran yang sama
untuk mengatur siswa tidak terlalu banyak. seperti pada siklus tindakan sebelumnya.
• Respon siswa yang positif memudahkan guru memberikan • Perasaan guru lebih bahagia sebab hampir semua siswa
penerangan tentang peran yang harus dilakukan masing- mampu mengerjakan lembaran evaluasi dengan baik dan
masing siswa. tepat waktu.
• Siswa yang bermain peran kelihatan tidak canggung lagi, Dengan kata lain, tujuan penggunaan metode role
mereka lepas (tidak ada beban) dalam memerankan playing tercapai pada siklus keempat. Melalui metode
perannya. role playing ini siswa terlatih daya tangkapnya (termasuk
• Siswa lebih tertib dan tenang dalam mengerjakan lembaran intelegensi) terhadap materi pembelajaran, siswa terlatih
evaluasi. konsentasinya dalam memerankan tokoh yang menjadi
• Jumlah siswa yang merasa kesulitan dalam mengerjakan tugasnya, fantasi (daya improvisasi) siswa sudah baik
lembaran evaluasi menurun. dan yang terpenting minat siswa dalam pembelajaran
• Siswa lebih cepat menyelesaikan lembaran evaluasi sejarah meningkat dalam arti siswa senang belajar mata
dibandingkan dengan mengerjakan lembaran yang sama pelajaran ini.
seperti pada siklus tindakan
• Perasaan guru lebih bahagia sebab hampir semua siswa
mampu mengerjakan lembaran evaluasi dengan baik dan
tepat waktu.
Kegiatan Tindakan Siklus 1
Tindakan Materi Proses Kegiatan Temuan Esensial
1 Penderitaan Rakyat • Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan • Dalam bermain peran, siswa masih
Indonesia pada Masa metode bermain peran, siswa memainkan kelihatan ragu dan canggung
Pendudukan Jepang (Kerja peran yang telah ditentukan, tampil di • Siswa masih sulit memerankan peran
Paksa Romusha) depan kelas secara kelompok bergiliran dan yang telah ditentukan
dilanjutkan diskusi
• Yang ditugaskan sebagai pengamat
• Instrumen yang digunakan lembar penilaian masih malu-malu dan ragu-ragu
proses, pengamatan, wawancara, dan dalam mengungkapkan penilaiannya
catatan lapangan terhadap pemain

Kegiatan Tindakan Siklus 2


Tindakan Materi Proses Kegiatan Temuan Esensial
2 Penderitaan Rakyat • Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan • Dalam bermain peran, siswa kelihatan
Indonesia pada Masa metode bermain peran, siswa memainkan tidak canggung lagi
Pendudukan Jepang (Kerja peran yang telah ditentukan, tampil di • Siswa tidak begitu sulit memerankan
Paksa Romusha) depan kelas secara kelompok bergiliran dan peran yang telah ditentukan
dilanjutkan diskusi
• Yang ditugaskan sebagai pengamat
• Instrumen yang digunakan lembar penilaian tidak ragu lagi dalam mengungkapkan
proses, pengamatan, wawancara, dan penilaiannya
catatan lapangan

Kegiatan Tindakan Siklus 3


Tindakan Materi Proses Kegiatan Temuan Esensial
3 Perlawanan Rakyat • Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan • Dalam melaksanakan
Indonesia Terhadap Jepang model bermain peran. • Permainan/bermain peran, siswa
(Perlawanan • Siswa memainkan peran yang telah sudah kelihatan baik dan lancar sesuai
Rakyat Singaparna) ditentukan, tampil di depan kelas bergiliran dengan peran yang telah ditentukan
secara berkelompok. • Siswa yang ditugaskan sebagai
• Siswa berdikusi dan memberikan pengarnat sudah nampak
penilaian terhadap permainan yang telah keberaniannya untuk memberikan
dilaksanakan. penilaian dan komentarnya
• Instrumen yang digunakan lembar penilaian
proses, observasi, wawancara dan catatan
lapangan.

“JURNAL, Pendidikan Dasar “ Nomor: 8 - Oktober 2007


Kegiatan Tindakan Siklus 4
Tindakan Materi Proses Kegiatan Temuan Esensial
4 Peranan Ir. Soekarno • Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan • Dalam melaksanakan permainan/
dan Drs. Moh. Hatta model bermain peran bermain peran, siswa sudah kelihatan
dalam Mempersiapkan • Siswa memainkan peran yang telah baik dan lancar sesuai dengan peran
Kemerdekaan Indonesia ditentukan, tampil di depan kelas bergiliran yang telah ditentukan
secara berkelompok. • Siswa yang ditugaskan sebagai
• Siswa berdikusi dan memberikan pengarnat sudah berani memberikan
penilaian terhadap permainan yang telah penilaian dan komentarnya
dilaksanakan.
• Instrumen yang digunakan lembar penilaian
proses, observasi, wawancara dan catatan
lapangan.

F. Kesimpulan dan Rekomendasi Daftar Pustaka


Dari empat siklus tindakan yang telah dilakukan diperoleh Hopkins. D. (1993). A Teacher’s Guide to Classroom
kesimpulan sebagai berikut : Research. Philadelphia : Open University Press.
1. Upaya guru untuk menciptakan suasana belajar yang Kasbolah, K. (1998). Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
menyenangkan diantaranya dengan menggunakan Malang: Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan
metode bervariasi, optimalisasi media pembelajaran Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
serta memberikan reward dan dan punishment serta Kiswoyo, S. B. (1995). Model Pembelajaran IPS. Jakarta:
selalu memberikan motivasi kepada murid. Depdikbud.
2. Manfaat penerapan metode role playing bagi guru Margono, S. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan.
antara lain dapat mengembangkan kemampuan Jakarta: Rineka Cipta.
guru dalam meningkatkan minat dan motivasi belajar
siswa dan bagi siswa dapat meningkatkan minat serta Nasution, S. dkk. (1991). Belajar dan Faktor-Faktor yang
partisipasi siswa dalam belajar Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
3. Penggunaan metode bermain peran efektif digunakan ______________. (2003). Metode Research. Jakarta:
dalam pembelajaran IPS. Siswa tampak lebih Bumi Aksara.
berminat dan antusias untuk melaksanakan belajar. Riyanto, Y. (2001). Metodologi Penelitian Pendidikan.
Tingkat partisipasi siswa lebih baik serta kemampuan Surabaya: SIC.
mengemukakan pendapat dan saran juga menjadi Sudjana, N. (1988). Proses Belajar Mengajar. Bandung:
lebih baik. Sinar Baru.
Sumaatmadja, N. (1984). Metodologi Pengajaran Ilmu
G. Rekomendasi Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung:Alumni UPI.
Metode bermain peran (role playing) dapat meningkatkan Syah, M. (1995). Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan
minat belajar siswa. Oleh karena itu, dalam materi-materi Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
yang menuntut anak untuk bermain peran, hendaknya Wardana, B., dkk (1996). 11mu Pengetahuan Sosial untuk
guru tidak ragu untuk menerapkan metode bermain Kelas V Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.
peran. Winkel. WS. (1989). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Wiriaatmadja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan
Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen.
Bandung : PPS UPI.
Zuhairini, dkk. (1983). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
Rineka Cipta.

“JURNAL, Pendidikan Dasar “ Nomor: 8 - Oktober 2007

Anda mungkin juga menyukai