Anda di halaman 1dari 12

UTS GDA-458 Kontrol Kualitas Survei Pemetaan

BAB I
PENDAHULUAN

Pengukuran terestris merupakan salah satu metode pemetaan untuk menggambarkan


permukaan bumi. Metode pemetaan secara terestris dilakukan berdasarkan pengukuran dan
pengamatan yang seluruh kegiatannya dilakukan diatas permukaan bumi secara langsung.
Pengukuran terestris terdiri dari pengukuran kerangka kontrol horizontal, pengukuran kontrol
vertikal dan pengukuran detail situasi. Namun yang menjadi batasan masalah dalam makalah
ini adalah bahwa yang akan dianalisis hanya pengukuran kerangka kontrol horizontal dan
kerangka kontrol vertikal.
Kerangka Kontrol Horisontal (KKH) merupakan kerangka dasar pemetaan yang
memperlihatkan posisi horisontal (X,Y) antara satu titik relatif terhadap titik yang lain di
permukaan bumi pada bidang datar. Untuk mendapatkan posisi horisontal dari KKH dapat
digunakan banyak metode, salah satu metode penentuan posisi horisontal yang sering
digunakan adalah metode poligon. Metode poligon digunakan untuk penentuan posisi horisontal
banyak titik dimana titik yang satu dan lainnya dihubungkan dengan jarak dan sudut sehingga
membentuk suatu rangkaian sudut titik-titik (poligon). Pada penentuan posisi horisontal dengan
metode ini, posisi titik yang belum diketahui koordinatnya ditentukan dari titik yang sudah
diketahui koordinatnya dengan mengukur semua jarak dan sudut dalam poligon.
Kerangka Kontrol Vertikal (KKV) merupakan kumpulan titik-titik yang telah diketahui
atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap bidang referensi tertentu.
Pengukuran tinggi adalah menentukan beda tinggi antara dua titik. Beda tinggi antara 2 titik
dapat di tentukan dengan metode pengukuran sipat datar, metode trigonometris dan metode
barometris.
Pada makalah kali ini akan ditentukan 3 titik dari 1 titik referensi (benchmark). Titik-
titik tersebut akan ditentukan koordinat 3 dimensinya (X,Y,Z). Dimana koordinat
planimatriknya (X,Y) diukur dengan alat ukur teodolit T2 dan ketinggiannya (Z) diukur dengan
alat ukur waterpass serta jarak menggunaka alat ukur EDM. Metode yang digunakan adalah
metode poligon tertutup sehingga seluruh sudut dan jaraknya diukur.

1
UTS GDA-458 Kontrol Kualitas Survei Pemetaan

BAB II
SUMBER KESALAHAN

1. Kesalahan Pengukuran Sudut Horizontal


Sumber kesalahan sudut horizontal terdiri dari
a. Kesalahan blunder
Kesalahan ini terjadi karena kurang hati-hati, kurang pengalaman dan kurang perhatian.
Sebagai catatan bahan dalam pengukuran kesalahan ini tidak boleh terjadi, bila terjadi
harus diulang. Contoh-contoh kesalahan blunder: Salah baca atau salah dengar
b. Kesalahan sistematis
Kesalahan sistematis umumnya terjadi metode atau cara pengukuran yang salah dan
karena alat ukur yang dipakai itu sendiri. Contoh penyebab yang terkait dengan alat
ukur: Syarat pengaturan alat tidak lengkap; Unting-unting tidak digunakan; Penyinaran
pada alat bacaan tidak merata.
c. Kesalahan acak
Merupakan kesalahan yang tidak diketahui secara pasti penyebabnya. Kesalahan ini
akan terlihat apabila dilakukan pengamatan yang berulang-ulang. Beberapa contoh
yang mengakibatkan kesalahan acak: Skala Rambu, kesalahan titik nol rambu; Getaran
tanah atau tanah tidak stabil; Atmosfer bumi; Psikis pengamat (contoh: faktor
kelelahan). Jika dirumuskan dapat dijabarkan seperti berikut:

2. Kesalahan Pengukuran Jarak


a. Kesalahan yang Bersumber dari Pita Ukur
Pita ukur yang sering dipakai mempunyai tendensi panjangnya akan berubah, apalagi
jika menariknya terlalu kuat. Sehingga panjang pita ukur tidak betul atau tidak
memenuhi standar lagi. Untuk itu perlu dilakukan kalibrasi dengan pita ukur standar.

2
UTS GDA-458 Kontrol Kualitas Survei Pemetaan

b. Kesalahan yang Bersumber pada Keadaan Alam


Kesalahan yang bersumber pada keadaan alam yang berpengaruh pada pengukuran
jarak dengan pita ukur adalah kesalahan yang disebabkan oleh temperatur. Standar
pita ukur adalah pada temperature C.
c. Kesalahan yang Bersumber dari Pengukur
 Kesalahan Membaca
Kesalahan ini dapat dihilangkan dengan melakukan pembacaan pada masingmasing
ujung dalam kedudukan pita ukur yang berbeda.
 Kesalahan Mencatat
Bila dijabarkan dengan rumus matematis seperti berikut:

3. Kesalahan Pengukuran Sipat Datar


Pada Pengukuran waterpass Kesalahan pengukuran dibagi menjadi 3, yaitu:
 Kesalahan Bersumber dari Alat Ukur
a. Garis bidik tidak sejajar garis arah nivo Jika teropong diputar tidak terbentuk bidang
kerucut tetapi bidang datar. Dan apabila dibiarkan akan terjadi galat serius, dan dapat
dihilangkan bila jarak horizontal bidikan plus dan minus dibuat sama untuk memakai
prinsip timbal balik.
b. Benang silang tidak tepat horizontal Pembacaan rambu ditepatkan dekat pusat
benang silang horizontal akan menghilangkan atau meminimalisir galat potensial ini.
c. Panjang rambu tidak benar Pembagian skala yang tak akurat pada rambu
menyebabakan galat dalam beda evaluasi teruur serupa dengan yang diakibatkan
oleh pembagian skala ynag tidak benar pada pita. Ujung bawah rambu yang aus
seragam menyebabakan harga TI terlalu besar, pengauhnya dapat dihilangkan bila
dimasukkan dalam kedua bidikan plus dan minus. Pembagian skala harus di cek
dengan membandingkan trhadap pita yang dibakukan.

3
UTS GDA-458 Kontrol Kualitas Survei Pemetaan

d. Kaki tiga longgar Baut yang terlalu longgar atau terlalu ketat menyebabkan gerakan
atau tegangan yang mempengaruhi bagian atas instrumen. Alas logam yang kendor
pada kaki tiga menyebabakan pemasangan alat tak stabil.
 Kesalahan Alamiah
a. Kelengkungan bumi
Sebuah bidang datar melengkung dari bidang horisontal dengan laju 0,667 m2
atau 8 in per 1 mill.Pengaruh kelengkungan bumi adalah meningkatkan
pembacaan rambu.Galat dapat dihilangkan dengan menyamakan bidikan plus
dan minus.
b. Biasan
Berkas sinar dari objek ke teropong dibelokkan ,menyebabkan garis bidik
berbentuk lengkung konkaf terhadap permukaan bumi ,dan mengurangi
pembacaan rambu.Menyamakan bidikan plus dan minus biasanya dapat
menghilangkan galat karena biasan.
c. Keragaman Suhu
Panas menyebabkan rambu sipat datar mengembang,pengaruh-pengaruh nya
tidak berarti pada sipat datar biasa.Untuk mengurangi atau menghilangkan
pengaruh panas,pada waktu membawa alat ukur diberi peneduh dan bila
terpasang dipayungi.
d. Angin
Angin kuat dapat menyebabkan instrumen bergetar dan rambu tak tenang .Sipat
datar saksama tidak dilaksanakan pada hari-hari berangin.
e. Merosotnya Instrumen
Merosotnya instrumen setelah diambil bidikan plus menyebabkan bidikan minus
terlalu kecil dan elevasi tercatat terlalu besar .Pembacaan harus cepat,memakai
dua rambu ,bergantian urutan untuk membidik plus dan minus.
f. Merosotnya TB
Keadaan ini menyebabkan galat mirip dengan merosotnya instrumen .Dapat
dihindari dengan memilih letak TB ditanah yang keras dan padat.

4
UTS GDA-458 Kontrol Kualitas Survei Pemetaan

 Kesalahan Bersumber dari pengukur


a. Salah baca rambu
Pembacaan rambu yang salah diakibatkan dari paralaks ,kondisi cuaca
buruk,bidikan panjang,penempatan sasaran dan rambu yang tak baik.Pembacaan
dikoreksi dengan 2BT=BA+BB
b. Mata cacat atau lelah
Solusinya mata yang cacat menggunakan kacamata dan dilakukan secara
bergantian. Mata yang sedang tidak digunakan untuk membidik juga tidak perlu
dipejamkan atau dipicingkan.
c. Kondisi fisik pengukur
Untuk menghindari keadaan yang demikian, surveyor perlu istirahat di tengah hari,
makan teratur dan selalu menjaga kondisi tubuh
Bila dijabarkan dapar dirumuskan seperti berikut:

5
UTS GDA-458 Kontrol Kualitas Survei Pemetaan

BAB III
PERHITUNGAN KOORDINAT DAN KESALAHAN

A. Persoalan

Suatu poligon tertutup yang diikatkan pada suatu koordinat awal, dimana:
X1= 10 m ; Y1= -5 m
Azimuth α12= 145o 00’ 00”
maka apabila didapatkan hasil pengukuran sudut sbb:
β1 = 92o 30’ 20”
β2 = 89o 20’ 10”
β3 = 91o 10’ 10”
β4 = 86o 59’ 10”
d12 = 52 m
d23 = 50 m
d34 = 58 m
d41 = 50 m

6
UTS GDA-458 Kontrol Kualitas Survei Pemetaan

B. Perhitungan
1. Syarat Sudut
92o 30’ 20“ + 89o 20’ 10“ + 91o 10’10“ + 86o 59’ 10” = 359o 59’ 50“
Kβ = ∑β - (n-2)180o
= 359o 59’ 50“ - 360o
= -10”
Maka fβ = +10”

2. Sudut terkoreksi
β1 = 92o 30’20“ + 3“ = 92o 30’23“
β2 = 89o 20’10“ + 3“ = 89o 20’13“
β3 = 91o 10’10“ + 2“ = 91o 10’12“
β4 = 86o 59’10” + 2“ = 86o 59’12“

3. Sudut jurusan masing-masing titik


α12 = α23 ± 180º ± β2
α23 = α12 ± 180º ± β2 = 145o 00’00” + 89o 20’13“ – 180o = 54o 20’13”
α34 = α23 ± 180º ± β3 = 54o 20’13“ + 91o 10’12“ – 180o = 325o 30’25”
α41 = α34 ± 180º ± β4 = 325o 30’25“ + 86o 59’12“ – 180o = 232o 29’37”

4. Selisih absis (∆X ) dan ordinat (∆Y )


 Selisih Absis :
d12 sin α12 = 52 sin 145o 00’00“ = 29,826
d23 sin α23 = 50 sin 54o 20’13“ = 40,623
d34 sin α34 = 58 sin 325o 30’26“ = – 32,846
d41 sin α41 = 50 sin 232o 29’38“ = – 39,664
 Selisih Ordinat :
d12 cos α12 = 52 cos 145o 00’00“ = – 42.596
d23 cos α23 = 50 cos 54o 20’13“ = 29,151
d34 cos α34 = 58 cos 325o 30’26“ = 47,803
d41 cos α41 = 50 cos 232o 29’38“ = – 30,442

7
UTS GDA-458 Kontrol Kualitas Survei Pemetaan

5. Salah penutup absis dan salah penutup ordinat


 Selisih absis
0 = ∑ d sinα + fx
sehingga fx = 2,061
koreksi ini dibagi rata berdasarkan jarak, maka didapatkan ∆x untuk masing-
masing absis :
∆x12 = (x.fx) + d12 sin α12
= ( x.2,061387) + 29,826 = 30,336
∆x23 = ( x2,061387) + 40,623 = 41,114
∆x34 = ( x2,061387) + (– 32,846) = – 32,277
∆x41 = ( x2,061387) + (– 39,664) = – 39,174
 Selisih ordinat
0 = ∑d cosα + fy
sehingga fy = – 3,916
koreksi ini dibagi rata berdasarkan jarak,sehingga ∆y untuk masing-masing
ordinat :
∆y12 = ( x fy ) + d12 cosα12
= ( x -3,915712) + (– 42,596) = – 43,566
∆ y23 = ( x – 3,915712) + 29,151 = 28,219
∆ y34 = ( x – 3,915712) + 47,803 = 46,722
∆ y41 = ( x – 3,915712) + (– 30,442) = – 31,375

6. Koordinat masing-masing titik


Absis (X) : X1 = 10,000 meter
X2 = X1 + ∆ x12 = 10,000 + 30,336 = 40,336 m
X3 = X2 + ∆ x23 = 40,336 + 41,114 = 81,450 m
X4 = X3 + ∆ x34 = 81,450 – 32,277 = 49,174 m
X1 = X4 + ∆ x41 = 49,174 – 39,174 = 10,000 m

8
UTS GDA-458 Kontrol Kualitas Survei Pemetaan

Ordinat (Y) : Y1 = – 5,000 meter


Y2 = Y1 + ∆ y12 = – 5,000 – 43,566 = – 48,566 m
Y3 = Y2 + ∆ y23 = – 48,566 + 28,219 = – 20,347 m
Y4 = Y3 + ∆ y34 = – 20,347 + 46,722 = 26,375 m
Y1 = Y4 + ∆ y41 = 26,375 – 31,375 = – 5,000 m

C. Kesalahan dan Koreksi


 Kesalahan sudut horizontal
Sudah terhitung di awal yaitu: 0o 0’ 10”
 Kesalahan penutup jarak (linier) polygon:
fd = √𝑓𝑥 2 + 𝑓𝑦 2 = √2,0612 + (−3.916)2 = 4,425 m
fd/∑d = 4,425 / 210 = 1 / 47.4 = 0,021 m

9
UTS GDA-458 Kontrol Kualitas Survei Pemetaan

BAB IV
ANALISIS KESALAHAN

1. Toleransi kesalahan penutup sudut


Dapat dirumuskan dengan berikut
𝑖√𝑛 ; dimana i = ketelitian alat dan n = jumlah titik polygon
10√4 = 20
Maka:
fβ ≤ 𝑖√𝑛
0o 0’ 10” ≤ 0o 0’ 20”
Jadi dapat dianalisis bahwa pengukuran sudut pada poligon memenuhi toleransi.

2. Toleransi kesalahan linier


Dapat dirumuskan dengan berikut
fd ≤ 0,01√∑d
4,425 ≤ 0,01√210
4,425 ≤ 0.14
Jadi dapat dianalisis bahwa kesalahan linier tidak memenuhi toleransi.

10
UTS GDA-458 Kontrol Kualitas Survei Pemetaan

BAB V
KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa pada perhitungan sebaiknya dilakukan dengan metode hitung
perataan agar hasilnya menjadi lebih memenuhi toleransi, namun lebih baik bila pengukuran
diulang bila memungkinkan.
Saat pengukuran ulang sebaiknya diperhatikan tentang kecermatan, yaitu dengan memberikan
ukuran lebih atau dengan mengukur beberapa kali.

11
UTS GDA-458 Kontrol Kualitas Survei Pemetaan

DAFTAR PUSTAKA

Latifatul Zahroh, 2013, Laporan Kerangka Kontrol Horisontal, Kerangka Kontrol Vertikal dan
Tachimetry,
https://www.academia.edu/9400383/Laporan_Kerangka_Kontrol_Horisontal_Kerangka_Kont
rol_Vertikal_dan_Tachimetry, diakses pada 28 Maret 2018

Bob Ericson Sagune, 2015, Laporan Praktikum IUT,


https://www.slideshare.net/bobsagune3/lapiut, diakses pada 28 Maret 2018

12

Anda mungkin juga menyukai