PROSES PRODUKSI II
MESIN CNC (Computer Numerically Controlled)
Oleh:
DENI PRANATA
NIM : 1607112127
LABORATORIUM CAD/CAM/CNC
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr Wb, Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan akhir Proses Produksi II yang mengenai Mesin CNC (Computer
Numerically Controlled) sesuai dengan batas waktu yang telah diberikan. Tidak
lupa pula penulis sampaikan kepada nabi besar kita yakninya Nabi Muhammad
SAW, yang mana telah membawa kita kealam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan ini.
Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu bukti bahwa
telah mengikuti praktikum di Laboratorium CNC (Computer Numerically
Controlled) Universitas Riau. Dalam laporan ini penulis membahas tentang cara
menggunakan mesin CNC dan pemograman dengan simulator mesin CNC turning
dan milling sesuai dengan prosedur kerja yang digunakan dalam pembubutan baik
di laboratorium maupun dilapangan kerja.
Penulis menyadari dalam pembuatan laporan praktikum ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan, hal ini karena keterbatasan ilmu pengetahuan
penulis. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sangat
membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada pembaca dan semoga
laporan ini bermanfaat bagi kita semua yang ingin mempelajari tentang mesin CNC.
penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
2.2.2 Bagian-bagian Utama Mesin Bubut CNC Sinumerik 802 S/C ......... 8
ii
BAB III PROSEDUR KERJA CNC LATHE
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR NOTASI
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1
2. Mahasiswa dapat mengetahui bermacam kode program mesin CNC yang
digunakan untuk menjalankan mesin tersebut.
3. Mahasiswa dapat menjalankan program baik secara simulator maupun
secara langsung kepada alat.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari praktikum Proses Produksi II Mesin CNC
(Computer Numerically Controlled) adalah ;
1. Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori tentang mesin CNC melalui
pratikum.
2. Mahasiswa juga mampu mengetahui kode program mesin, baik itu di
simulator maupun kepada alat.
3. Mahasiswa dapat mengoperasikan mesin CNC lathe maupun milling.
BAB VI PENUTUP
2
Bagian ini berisi kesimpulan dan saran terhadap proses serta laporan hasil
praktikum yang telah dilakukan.
3
BAB II
TEORI DASAR
1
pula dilengkapi dengan peralatan pengukuran sehingga dapat melakukan
pengontrolan kualitas pembubutan/ pengefraisan pada benda kerja yang dihasilkan.
Pada umumnya mesin CNC yang sering dijumpai adalah mesin CNC 2A (bubut)
dan mesin CNC 3A (frais).
Gambar 2.1
Software Mesin CNC
2
G 33 : Pembuatan ulir tunggal
G 64 : Mematikan arus step motor
G 65 : Operasi disket (menyimpan atau memanggil program)
G 73 : Siklus pengeboran dengan pemutusan tatal
G 78 : Siklus pembuatan ulir
G 81 : Siklus pengeboran langsung
G 82 : Siklus pengeboran dengan berhenti sesaat
G 83 : Siklus pengeboran dengan penarikan tatal
G 84 : Siklus pembubutan memanjang
G 85 : Siklus pereameran
G 86 : Siklus pembuatan alur
G 88 : Siklus pembubutan melintang
G 89 : Siklus pereameran dengan waktu diam sesaat
G 90 : Program absolut
G 91 : Program Incremental
G 92 : Penetapan posisi pahat secara absolut
Fungsi M
M 00 : Program berhenti
M 03 : Spindle / sumbu utama berputar searah jarum jam (CW)
M 05 : Putaran spindle berhenti
M 06 : Perintah penggantian alat potong (tool)
M 17 : Perintah kembali ke program utama
M 30 : Program berakhir
M 99 : Penentuan parameter I dan K
Kode Alarm
A 00 : Kesalahan perintah pada fungsi G atau M
A 01 : Kesalahan perintah pada fungsi G02 dan G03
A 02 : Kesalahan pada nilai X
A 03 : Kesalahan pada nilai F
3
A 04 : Kesalahan pada nilai Z
A 05 : Kurang perintah M30
A 06 : Putaran spindle terlalu cepat
A 09 : Program tidak ditemukan pada disket
A 10 : Disket diprotek
A 11 : Salah memuat disket
A 12 : Salah pengecekan
A 13 : Salah satuan mm atau inch dalam pemuatan
A 14 : Salah satuan
A 15 : Nilai H salah
A 17 : Salah sub program
4
sedangkan alat potong diam. Untuk arah gerakan pada mesin bubut diberi lambang
sebagai berikut :
a. Sumbu X untuk arah gerakan melintang tegak lurus terhadap sumbu putar.
b.Sumbu Z untuk arah gerakan memanjang yang sejajar sumbu putar.
Untuk memperjelas fungsi sumbu-sumbu mesin bubut CNC dapat dilihat
pada gambar ilustrasi di bawah ini.
Keterangan gambar :
1.Tombol emergency 2.Kepala Lepas 3.Rumah pahat (revolver)4.Cekam 5. Eretan
6.Panel control CNC 7.Meja mesin 8.Control lock 9.Start 10.Badan mesin.
5
a. Bagian Mekanik
1) Motor utama
Motor utama adalah motor penggerak cekam untuk memutar benda kerja. Motor
ini adalah jenis motor arus searah/DC (Direct Current) dengan kecepatan putaran
yang variabel. Adapun data teknis motor utama sebagai berikut.
2) Eretan/support
Eretan adalah gerak persumbuan jalannya mesin. Untuk mesin bubut CNC Siemens
Sinumerik 802S dibedakan menjadi dua bagian berikut.
a) Eretan memanjang (sumbu Z)
b) Eretan melintang (Sumbu X)
3) Step motor
Step motor berfungsi untuk menggerakkan eretan, yaitu gerakan sumbu X dan
gerakan sumbu Z.
4) Rumah alat potong (revolver/toolturret)
Rumah alat potong berfungsi sebagai penjepit alat potong pada saat proses
pengerjaan benda kerja. Adapun alat yang dipergunakan disebut revolver atau
toolturet, revolver digerakkan oleh step motor sehingga bisa digerakkan secara
manual maupun terprogram.
6
b) Empat tempat untuk jenis alat potong dalam. Misal: pahat kanan dalam, bor,
center drill, pahat ulir dalam, dan lain-lain.
5) Cekam
Cekam pada mesin bubut berfungsi untuk menjepit benda kerja pada saat proses
penyayatan berlangsung. Berdasarkan jumlah rahangnya, cekam dibedakan
menjadi cekam rahang tiga, dan cekam rahang empat . Cekam rahang tiga,
memilki rahang memusat, disebut cekam universal (universal chuck).
Cekam rahang empat terdiri dari dua jenis, yaitu cekam rahang memusat,
dan cekam tidak memusat yang tiap rahangnya bisa digerakkan sendiri-sendiri.
Cekam rahang empat tidak memusat disebut cekam bebas (independent chuck).
7
Meja mesin atau sliding bed sangat mempengaruhi baik buruknya hasil
pekerjaan menggunakan mesin bubut ini, hal ini dikarenakan gerakan memanjang
eretan (gerakan sumbu Z) tertumpu pada kondisi sliding bed ini. Jika kondisi sliding
bed sudah aus atau cacat bisa dipastikan hasil pembubutan menggunakan mesin ini
tidak akan maksimal, bahkan benda kerja juga rusak. Hal ini juga berlaku pada
mesin bubut konvensional.
8
Gambar 2. 9 Kerja Mesin CNC Lathe
2.2.4 Elemen Dasar Pemesinan
a. Kecepatan Potong
Kecepatan potong adalah suatu harga yang diperlukan dalam menentukan
kecepatan pada saat proses penyayatan atau pemotongan benda kerja. Harga
kecepatan potong ditentukan oleh jenis alat potong, dan jenis benda kerja yang
dipotong. Adapun rumus dasar untuk menentukan kecepatan potong adalah :
𝜋×𝑑×𝑛
𝑉𝑐 =
1000
Di mana:
Vc = Kecepatan potong (m/menit).
d = Diameter benda kerja (mm).
n = Jumlah putaran tiap menit.
𝜋 = 3,14
Harga kecepatan potong dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya :
Bahan benda kerja atau jenis material.
Semakin tinggi kekuatan bahan yang dipotong, maka harga kecepatan
potong semakin kecil.
Jenis alat potong (Tool).
Semakin tinggi kekuatan alat potongnya semakin tinggi pula kecepatan
potongnya.
Besarnya kecepatan penyayatan atau asutan.
Semakin besar jarak asutan, maka harga kecepatan potong semakin kecil.
Kedalaman penyayatan atau pemotongan.
Semakin tebal penyayatan, maka harga kecepatan potong semakin kecil.
9
b. Jumlah Putaran
Jumlah putaran sumbu utama dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :
𝑉𝑐 × 1000
𝑛=
𝜋×𝑑
c. Kecepatan Asutan
Asutan adalah pemotongan benda. Asutan sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu
: Asutan dalam mm/putaran (f)
1. Asutan dalam mm/menit (F)
Rumus dasar perhitungan asutan adalah:
𝐹 =𝑛×𝑓
Di mana:
F = Asutan (mm/menit)
n = Jumlah putaran tiap menit (rpm)
f = Asutan (mm/putaran)
10
Mesin Frais CNC merupakan mesin yang paling mampu melakukan banyak
tugas bila dibandingkan dengan mesin perkakas yang lain. Sebagai hasilnya, mesin
frais CNC mampu meratakan permukaan datar maupun berlekuk dengan tingkat
ketelitian istimewa. Selain itu mesin ini juga berguna untuk menghaluskan atau
meratakan benda kerja sesuai dengan dimensi yang dikehendaki. Tetapi proses
penghalusan atau perataan ini membutuhkan pelumas -bisa menggunakan oli-
sebagai pendingin mata milling agar tidak cepat aus.Penggunaan mesin frais CNC
pada industri-industri produksi besar atau manufacturing sudah menjadi hal wajib,
mengingat mesin ini dapat menghasilkan produk massal dengan hasil yang
memuaskan.
• Axis X
Pada mesin bubut, axis X adalah arah gerakan tool dan gerak positif sesuai dengan
arah tool menjauhi benda kerja.Pada mesin milling horizontal, axis X paralel
dengan meja.Pada mesin milling vertikal, axis X positif ke kanan.
11
• Axis Y
Axis ke arah kiri pada standar sistem koordinat Cartesian.
c) Pemotongan netral.
12
Pemotongan yang terjadi apabila lebar benda yang disayat lebih kecil dari
ukuran diameter cutter. Pemotongan jenis ini hanya berlakuk untuk mesin frais
vertical.
13
BAB III
PROSEDUR KERJA
1
terjadi kesalahan yang mana akan membuat kesalahan pada benda
kerja dan akan membuat benda kerja yang terpotong terbuang
percuma karena kesalahan program yang diperintahkan.
2
Pilih Simulate Detail Setting Masukkan nilai X sebagai
diameter benda kerja dan Z sebagai panjang benda kerja.
3
Tanda (;) digunakan untuk menghentikan atau mengakhiri setip
program.
4
Benda yang dibuat adalah job sheet yang ada pada modul. Dan ini
adalah benda dengan proses lathe.
5
Gambar 3. jenis pengerjaan
4. Kemudian tentukanlah ukuran benda kerja yang kita inginkan yaitu
dengan cara :
Pilih Simulate Detail Setting Masukkan nilai X sebagai
diameter benda kerja dan Z sebagai panjang benda kerja.
6
5. Buat kepala Program Sesuai Ketentuan.
6. Buatlah program
Langkah ini adalah langkah akhir pembuatan sebuah benda kerja,
yaitu dengan memasukkan kode kode program untuk menjalankan
mesin. Dengan memasukkan program berarti mesin akan bekerja
dengan sendirinya.
7
BAB IV
PROSEDUR KERJA
8
Gambar 4. 4 Penginputan Dimensi Benda Kerja CNC Frais
9
X0; G28;
Y75; G01 X100 Y100;
X32; Z-5;
X0; Y0;
Y70 ; X95;
X30; Y100;
X0; X80;
Y65; Y0;
X25; Y100;
X0; Y20;
Y60; G02 X55 Y-5 R20;
X0; G00 M05;
Z10; M30;
X0 Y100;
01234
G90 G28 G21
X0 Y0;
M06 T0101;
M03 S1000;
G00 X0 Y0;
G01 X0 Y50 F100;
M08;
Z-5;
X50;
10
Y45;
X0;
Z10;
Y0;
X30;
Z-5;
G02 Y20 X50 R25;
G01 Y0;
X40;
Y15;
M09
G00 M05;
M30;
11
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diberikan pada pratikum kali ini adalah :
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dalam pratikum kali ini adalah :
12
DAFTAR PUSTAKA
13