Anda di halaman 1dari 3

Film Negeri 5 Menara merupakan sebuah film yang mengambil inspirasi cerita dari Novel yang judulnya

sama dengan Film yakni Negeri 5 Menara. Pengalaman kehidupan Ahmad Fuadi mempengaruhi
hadirnya Novel Negeri 5 Menara tersebut, hingga lahirnya edisi Film-nya yang diproduksi KG production
dan Million Pictures. Affandi Abdul Rachman mendapat amanah sebagai Sutradara dalam garapan Film
Negeri 5 Menara ini. Sutradara muda lulusanCollumbia College of Hollywood ini memang cukup kaya
akan pengalaman di dunia Film. Sebelumnya Film yang disutradarinya antara lain Pencarian
Terakhir, Heart-Break.com, Aku dan Dia & The perfect House adalah beberapa Film dalam karir
Profesionalnya. Film ini juga mendapat dukungan penuh dari iB Perbankan Syariah Bank Indonesia. Tak
dapat dipungkiri iB memiliki semangat yang kurang lebih sama dengan Film Negeri 5 Menara, yakni
adanya kerja keras yang dibayar sesuai dengan prinsip bagi hasil serta adanya persaudaraan antar
nasabah Perbankan Syariah juga sama dalam mebangun kebaikan seperti dalam Film tentang
Persaudaraan 6 sahabat di Pesantren.

Shohibul Menara & Sang Sutradara, Affandi Abdul Rachman (doc. Youtube)

Dengan tiga kolaborasi Produser yakni Salman Aristo, Auora Lovenson Candra & Dinna Jasanti, Film
Negeri 5 Menara menggandeng aktor & aktris yang berpengalaman di dunia Film Indonesia seperti
Donny Alamsyah, Ikang fauzi, Lulu Tobing, David Chalik hingga Andhika Pratama. Namun nama-nama
seperti Gazza Zubirazzaretha, Billy Sandy, Ernest Samudra, Rizki Ramdani, Aris Adnanda Putra & Jiofani
Lubis adalah nama yang asing bagi pemerhati Film di Indonesia. Hal bisa dibilang cukup berani dilakukan
Affandi Abdul Rachman sebagai Sutradara adalah merekrut pemain-pemain Film yang baru dalam dunia
perfilman Indonesia, padahal 6 tokoh utama dalam Film ini adalah cukup penting.

Sinopsis singkat

Cerita ini bermula dari tempat di dekat danau Maninjau, Sumatera Barat. Alif Fikri (diperankan oleh
Gazza Zubirazzaretha) dan sahabatnya Randai (diperankan oleh Sakura Ginting) yang lulus sekolah dan
akan melanjutkan ke tingkatan selanjutnya yakni SMA. Randai sudah berancang-ancang akan
melanjutkan SMA di bandung yang kemudian setelah itu akan lanjut ke ITB (Institut Teknologi Bandung)
karena terinspirasi oleh B.J Habibie yang lulusan kampus megah di Bandung tersebut. Alif sebenarnya
ingin sekali melanjutkan sekolah ke SMA, agar nantinya bisa ikut Ujian masuk ke ITB dengan ijasah SMA.
Namun apa daya, amak/ibu Alif (diperankan oleh Lulu Tobing) menginginkan melanjutkan ke salah satu
Pesantren di Ponorogo Jawa Timur yang bernama Pondok Madani. Bagi seorang anak yang memiliki
mimpinya sendiri Alif menolaknya dan mengurung dirinya di kamar.

Danau Maninjau (doc. Negeri5Menara)

Untunglah ada Sang ayah (diperankan oleh David Chalik) memberinya pelajaran kehidupan dari transaksi
jual-beli kerbau di pasar. Sang Ayah menjual kerbau demi untuk membiayai Alif pergi ke Pesantren,
sebelum terjadinya deal harga denga pembeli Sang ayah melakukan proses negosiasi harga dengan
tangan di dalam sarung. Pesan indah disampaian Ayah Alif disini kepada anaknya, yakni hidup seperti
transaksi di dalam sarung jabat dulu lakukan prosesnya baru bisa menilai. Dari pesan sang Ayah inilah
hati Alif dapat luntur dan mau menjalani proses-nya di Pesantren.

Cerita di Pesantren pun unik, tak seperti umumnya pesantren di jamannya Pondok Madani melakukan
Ujian seleksi layaknya masuk Universitas. Walhasil Alif pun lulus dan dapat diterima jadi Santri. Dalam
cerita di Pondok Madani inilah berbagai cerita menarik disuguhnya, mulai dari berkenalannya Alif
dengan sahabat-sahabat lainnya yakni: Baso Sholahuddin (diperankan oleh Billy Sandy) dari Gowa -
Sulawesi Selatan, Said Jufri (diperankan oleh Ernest Samudera) dari Surabaya - Jawa Timur, Raja Lubis
(diperankan oleh Jiofani Lubis) dari Medan - Sumatera Utara, Atang (diperankan oleh Rizki Ramdani)
Bandung - Jawa Barat, Dulmajid (diperankan oleh Aris Adnanda Putra) dari Sumenep - Jawa Timur.
Perkenalan 6 sahabat ini bermula dari hukuman jewer satu sama lain yang diberikan kemananan Pondok
Madani karena kurang disiplinnya sebagai santri baru.

Hukuman Pertama Shohibul Manara (doc. Youtube)

Awal di Pondok Madani 6 sahabat ini diberikan pelajaran oleh Ustadz Salman (diperankan oleh Donny
Alamsyah) tentang Mantra Ajaib “Man Jadda Wa jada” yang artinya siapa bersungguh-sungguh maka
sampailah ia (berhasil). Mantra inilah yang nantinya akan jadi roh hampir semua cerita yang saling
menyambung dalam Film Negeri 5 Menara ini. Ada pula Kyai Rais (diperankan oleh Ikang Fauzi)
memberikan gambaran tentang Pondok Madani adalah bukan hanya sekolah Islam atau belajar agama
saja, Kyai Rais juga mengajarkan tentang makna Orang besar adalah bukan orang yang menjadi
pengusaha besar, menteri, ketua partai, atau ketua Ormas Islam. Orang Besar yang dimaksud Kyai
Rais adalah orang yang mau menyebarkan ilmu yang setelah didapatnya di Pondok Madani ke seluruh
negeri hingga pelosok negeri atau bawah jembatan sekalipun.

Dari perkenalan 6 Sahabat ini, mereka semakin akrab yang lalu menjuluki kumpulan mereka sendiri
dengan Shohibul Menara. Perjuangan saling membantu dalam membantu Baso dapat memenangkan
lomba Pidato, bekerja sama membujuk Ustadz Toriq (diperankan oleh Rangga Djoned) yang menjadi
penanggung jawab ekstra kurikuler Bulu Tangkis di Pondok Madani untuk membujuk Kyai Rais untuk
memperbolehkan memakai Televisi Pondok Madani untuk digunakan menonton Kejuaraan Bulu Tangkis
Dunia Piala Thomas, Membuat Kyai Rais membantu Shahibul menara ini memperbaiki kelistrikan di
Pondok Madani agar tak sering padam hingga bekerja sama dengan santri lainnya se-angkatan mereka
mempersiapkan pertunjukkan seni Ibnu Batutah.

Pertunjukkan Alif dan Sahabat se-angkatannya (doc. Youtube)

Diceritakan pula dalam Film Negeri 5 Manara seperti novelnya, yakni Baso yang harus terputus di
tengah jalan pendidikannya di Pondok Madani karena harus mengurus Nenek-nya yang sakit. Hal ini
sangat disayangkan sahabatnya di Shohibul Menara karena melihat cita-cita begitu besar Baso akan
mengkhatamkan hafalan Qur’an-nya. Cerita lainnya adalah Alif yang ingin mengikuti salah-satu ekstra
kurikuler seperti sahabat-sahabatnya yang lain, akhirnya dipilihlah menjadi bagian dari Majalah Syams
Pondok Madani yang dipimpin oleh Fahmi (diperankan oleh Andika Pratama). Dari menjadi reporter
inilah, Alif menggunakannya untuk meluluskan tantangan dari Shohibul Menara yang lain untuk
mendapatkan foto bersama Sarah (diperankan oleh Eriska rein) keponakan Kyai Rais. Ada pula cerita
pergolakan hati Alif yang akan mengikuti Baso memutus pendidikannya di Pondok Madani namun
dengalan alas an yang berbeda yakni ingin mengikuti jejak Randai bersekolah di bandung kemudian
mudah melanjutkan ke ITB, meski sudah diberikan izin oleh orang tuanya Alif yang terus
mempertimbangkan keputusannya hingga dimusuhi sahabat-sahabatnya di Shohibul menara namun
keputusan memutus pendidikan ini tak diluluskan oleh Alif.

Cerita Film Negeri 5 Menara ini diakhir adalah munculnya Shohibul Menara yang telah dewasa, Alif
(diperankan oleh Aryo Wahab) dan Atang (siperankan oleh Udjo) yang bertemu di Inggris. Dengan
keakraban sebagai sahabat mereka bertemu lalu menelpon sahabat Shohibul Menara-nya lain yang
kebetulan sedang berada di Jakarta.

Shooting Film negeri 5 Menara di London (doc. Negeri5Menara)

Antara Novel dengan Film Negeri 5 Menara

Seperti kita ketahui Film Negeri 5 Menara mengadopsi cerita dari Novel yang berjudul sama pula Negeri
5 Menara. Mungkin bila kita mengharap Film dengan durasi 120 menit sama detailnya dengan novel
yang berisikan 400-an halaman adalah hal yang kurang seimbang. Hal ini karena media keduanya
berbeda, jika Novel memiliki aspek detail yang lebih kompleks dalam cerita karena diceritakan secara
runtut melalui kata-kata hingga 400-an halaman. Sedangkan Film yang durasinya dibatasi belumlah bisa
mencukupi mewadahi semua detail cerita yang ada di Novel.

Pembaca Novel pun sebagian mungkin mempertanyakan hal ini, namun untuk penikmat Film yang ingin
cerita lebih detailnya bisa membacanya di Novel-nya. Perkembangan Novel dan Film berbeda dimensi
dan tingkat peminatnya, karena lebih mudah hanya sekitar 2 jam sudah mampu mendapatkan
pesannya. Penikmat Film juga lebih mudah dalam menyamakan visualisasi, sehingga faktor peminatnya
wajarlah jika Film Negeri 5 Menara lebih cepat menuai banyak penonton dalam waktu yang relatif sama
dibandingkan tingkat keterbelian Novelnya oleh pembaca.

Anda mungkin juga menyukai