Anda di halaman 1dari 6

SINOPSIS NEGERI 5 MENARA

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH TEKNIK BERCERITA


DOSEN PENGAMPU :IBU FADILAH RAHMA GHOER, S Pd. M.Pd

MOH HARYONO
NIM : 40132107222018

PROGRAM STUDI PENDIDIKANANAK USIA DINI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Alloh SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kita panjatkan
puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,hidayah, dan inayah-Nya kapada
kita semua, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tentang synopsis negeri 5 menara sebagai
film yang saya ambil dalam tugas presentasi pada mata kuliah teknik bercerita. Dengan dosen
pengampu Ibu Fadilah Rahma Ghoer, S.Pd. M.Pd.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
yang telah mempelancar dalam pembuatan makalah ini, terlepas dari semua itu, saya menyadari
sepenuhnya bahwa masih banyak sekali kekurangan dalam penyususna makalah ini baik dari segi
susunan kalimat maupun bahasanya. Loleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk saya dan yang
membacanya

Bandung 10 April 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ……………………………………………

DAFTAR ISI …………………………........................................

BAB I

LATAR BELAKANG …………………………………………

BAB II

PEMBAHASAN …………………………..................................

BAB III

PENUTUP ………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

LATAR BELAKANG

Cerita ini mengangkat kisah kehidupan Alif Fikri, seorang santri asal Maninjau, Sumatra Barat
yang bersekolah di pondok Madani (PM) Ponorogo, jawa timur, bersama lima teman-teman Atang dari
Bandung, Baso dari Sulawesi, Dulmajid madura, Said dari Riau dan Raja dari Medan yang menimba
ilmu di pondok Madani Ponorogo Jawa Timur yang disebut sebagai sahibul menara. Menjadi peran
utama pada film negara 5 Menara, yang di ambil dari novel yang dibuat pada tahun 1988 yang
bertemakan drama religi dan pendidikan.

BAB II

PEMBAHASAN

Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah
Mingkabau. Masa kecilnys adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di
sawah berlumpur dan tentunya mandi berkecipak di air biru Danau Maninjau. Sejak kecil Alif
memiliki cita-cita untuk menjadi seseorang seperti B.J Habibie, tetapi ibunya menginginkan Alif
seperti Buya Hamka, hal itulah yang menjadi penghalang bagi tercapainya cita-cita Alif. Pada saat
kelulusan SMP /tsanawiyah Alif diberikan dua pilihan untuk melanjutbkan sekolahnya, yaitu sekolah
di bidang keagamaan atau mondok di pesantren. Pilihan ini membuat Alif sangat marah, karena dia
tidak bisa menggapai cita-citanya. Akhirnya, Alif memilih untuk mondok di sebuah pesantren di jawa
timur,yaitu pondok madani. Mendengar keputusan Alif, ibunya merasa berat hati karena Alif tidak
memilih sekolah ataupun pondok yang berada di minang, kekhawatiran ibunya disebabkan oleh Alif
yang tidak pernah keluar dari tanag Minang.

Selang beberapa hari ayah Alif yang diperankan oleh David Khalic menjual kerbaunya untuk
ongkos pemberangkat Alif ke pondok Madani yang berada di Ponorogo Jawa Timur, yang menepuh
perjalan laut dan darat kurang lebih 5 hari perjalanan. Sesampainya di pondok Madani alif dan
ayahnya segera mendaftar di pondok tersebut dan pihak pondok menyiapkan tempat peristirahatan
karena masuk ke pondok Madani tersebut harus mengikuti tes terlebih dahulu, dan singkat cerita Alif
dan santri-santri yang jumlahnya ribuan trsebut mengikuti tes seleksi masuk dan selang beberapa hari
kemudian hasil dari tes penerimaan masuk pondok Madani pun sudah keluar dan hasilnya Alif di
terima masuk pasantren Madani tersebut.

Dan akhirnya ayah Alif pun berpamitan kepada Alif untuk pulang kembali ke Minangkabau,
dan ayah Alif bepesan kepada Alif untuk besungguh-sungguh dalam menuntut ilmu di pondok Madani
ini. Singka cerita Alif dan santri-santri yang baru masuk pun mulai berbaur dan saling berkenalan satu
sama lainya supaya mereka merasa betah dan nyaman selama tinggal di pesantren. Di pondok Madani,
Alif merasa berat hati karena dalam hati kecilnya dia ingin melanjutkan kuliahnya di ITB. Namun ada
satu yang hal yang membuat Alif berubah pandangan, bahwa mondok di pesantren sama halnya
dengan sekolah umum,sebuah kalimat yang diucapkan oleh pimpinan pondok madani, yaitu kiai Rais
yang di perankan oleh IKang Fauzi beliau mengucapkan satu kalimat yang membuat alif berubah
pandangannya yaitu matera sakti yang berasal dari hadist Rosululloh. Yang berbunyi “ Man Jadda Wa
Jadda” yang arinya barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Hal yang paling berat
ketika di pondok madani adalah Alif dan kelima temannya yang bernama Atang, Baso, Dulmajid,Raja
dan Said harus belajar selama 24 jam dan hanya tidur beberapa menit saja, hal ini dilakukan untuk
mempersiapkan mental mereka menghadapi ujian lisan dan tertulis. Disela kesibukan Alif dan kelima
temannya mereka sering manghabiskan waktu senggangnya dengan berkumpul disebuah menara
masjid untuk membicarakan seputar cita-cita mereka sambal melihat awan untuk berimajinasi. Tahun
berikutnya Alif dan teman-temanya sudah terbiasa dengan kehidupan di pondok Madani dan bisa
menyesuiakan diri. Namun teman Alif yang paling cerdas dan yang paling rajin yang bernama Baso
memutuskan untuk keluar dari pondok madani tersebut dengan alasan ekonomi dan permasalahan
keluarga. Alif dan teman-temannya merasa sedih karena harus berpisah dengan Baso. Hal ini membuat
Alif,Dulmajid,Atang,Raja dan Said lebih bersemangat lagi untuk segera lulus dari pendidiknya dan
kelak bisa menjadi orang yang sukses dan orang yang besar, serta mampu mewujudkan cita-citanya
mejelajahi benua Eropa dan benua Amerika. Atas usaha dan perjuangan mereka, kini cita-cita mereka
yang sebelunya hanyalah sebuah mimpi. Menjadi kenyataan Alif berada di Amerika, Baso di Asia,
Atang di Afrika, Raja di Eropa, Said dan Dulmajid berada di Jakarta Indonesia. Alif dan kelima
teman-temannya berada di bawah menara yang berbeda, dan sohibul menara yang gadang-gadang
kepada mereka selama berada di pondok Madani menjadi sebuah kenyataan yang menjadi satu
keberhasilan dari mereka semua adalah semangat yang diberikan oleh pa kiai dan para ustadznya yang
memiliki selogan “MAN JADDA WA JADDA”

BAB III

KESIMPULAN

Dari film ini kita ambil kesimpulan atau hikmah yang bisa kita ambil adalah :

1. Memberrikan motivasi khusunya kaum pemuda untuk selalu semangat, berusaha, optimis, dan
yakin dengan apa yang mereka cita-citakan, karena setiap manusia memiliki cita-cita yang
mulia dan perlu untuk diperjuangkan hingga apa yang menjadi mimpi akan berubah menjadi
kenyataan yang membanggakan
2. Menjadi seorang anak harus berbakti kepada kedua orang tuanya menuruti apa yang mereka
katakana dan tidak melawan, karena ridho Alloh berada pada ridhonya orang tua
3. Hidup rukun penuh kasih sayang dan selalu tolong menolong sesame manusia

DAFTAR PUSTAKA

Garapan Kompas Gramedia Production bersama Million Picture, Adaptasi dari Novel Karya Ahmad
Fuadi, 1 Maret 2012.

Anda mungkin juga menyukai