Anda di halaman 1dari 4

REPRESENTASI KEHIDUPAN PONDOK PESANTREN GONTOR DALAM NOVEL

NEGERI 5 MENARA

1. PENDAHULUAN
Kata Mutiara
Deskripsi

Ahmad Fuadi lahir di Bayur, kampung kecil di pinggir Danau Maninjau pada tahun
1972. Fuadi meratau ke Pulau Jawa untuk masuk sekolah agama sesuai permintaan
ibunya. Dia masuk Pondok Modern Gontor dan bertemu dengan kiai dan para ustad
yang mengajarkan ilmu hidup dan ilmu akhirat. Setelah dari Gontor dia melanjutkan
kuliahnya di Unpad jurusan Hubungan Internasional dan melanjutkan karirnya
menjadi wartawan Tempo. Kelas jurnalistik pertamanya diawali dalam menjalani
tugas-tugas reportase di bawah bimbingan para wartawan senior Tempo. Tahun 1998,
dia memperoleh beasiswa Fulbright S-2 di School of Media and Public Affairs,
George Washington University. Dia merantau ke Washington DC Bersama istrinya
Yayi yang juga merupakan wartawan Tempo. Selagi kuliah, mereka juga menjadi
koresponden Tempo dan wartawan VOA. Tahun 2004, dia mendapatkan beasiswa
Chevening untuk belajar di Royal Holloway, University of London pada bidang film
dokumenter. Saat ini dia menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO konservasi :
The Nature Consevancy.

Sinopsis

Kisah yang ada dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi ini adalah sebuah
perpaduan antara historis dan fiksi yang memiliki sifat fenomenologis. Disebut
historis karena cerinya merupakan kisah perjalanan seorang anak muda yang
melanjutkan SMA nya di tanhan perantuan. Kisah perantauan ini dimulai dari
kampung halamannya yang ada di Sumatera Barat sampai menuju ke Jawa Timur,
Jawa Barat dan kemudian ke Luar Negeri. Dikataka fiksi karena nama pelaku dan
beberapa tempatnya disamarkan sehingga seolah-olah adalah fiksi belaka, namun
padajhal cerita ini merupakan kisah asli dari penulisnya sendiri.

Dalam Novel Negeri 5 Menara merupakan karya A. Fuadi seorang penulis yang
memiliki latar belakang Pendidikan Pesantren yang maju dan modern lalu
menyelesaikan Pendidikan sarjananya di Unpad (Universitas Padjajaran) serta
Magister di London, Inggris. Novel ini disajikan dengan menggunakan Bahasa yang
sederhana dan memiliki banyak makna dan nilai-nilai akhlak yang memiliki manfaat
bagi para pembacanya. Novel ini menceritakan tentang seorang anak yang Bernama
Alif Fikri yang berasal dari Bayur, kampung kecil di dekat Danau Manijau, Padang,
Sumatra Barat. Alif tidak disetujui oleh kedua orang tuanya untuk masuk SMA
dikarenakan ibunya menginginkan anak laki-lakinya menjadi pemimpin agama yang
hebat dan memiliki ilmu pengetahuan yang luas. Hal itu menyebabkan mimpi Alif
untuk menjadi insinyur atau ahli ekonomi kandas.

Pada suatu sore, Alif menerima surat dari pamannya yang Bernama Pak Etek
Gindo yang sedang belajar di Mesir. Pamannya iru menyarankan pada Alif utuk
melanjutkan sekolah disebuah pondok yang ada di Jawa Timur, Pondok Madani
namanya. Walaupun berat hati ia memilih untuk mengikuti saran dari pamannya. Alif
berangkat ke Pondok Madani diantar ayahnya menggunakan bus antar pulau. Dia
mendaftar seleksi masuk Pondok Pesantren Madani di saat-saat terakhir. Alif
mengikuti ujian masuk Pondok Madani bersama ribuan santri yang mendaftar.
Perjuangan awal Alif tidak sia-sia, ia dinyatakan lulus dan resmi menjadi santri
Pondok Pesantren Madani. Di Pondok Madani, Alif harus bisa beradaptasi dengan
lingkungan dan peraturan baru. Peraturan-peraturan tersebut di antaranya adalah harus
disiplin waktu terhadap semua kegiatan pondok, wajib menggunakan bahasa Inggris
dan bahasa Arab selama seminggu secara bergantian, taat terhadap semua peraturan
yang sudah pihak pondok buat.

Di Pondok Madani Alif banyak belajar hal baru, di antaranya ilmu agama, ilmu
sosial, ilmu tentang menulis yang baik, belajar menggunakan bahasa asing, belajar
tentang ikhlas, kebersamaan, kekeluargaan, kepemimpinan, belajar bersyukur, dan
lain-lain. Tenaga pengajar yang handal dan memotivasi serta lingkungan yang
kondusif juga mendukung kegiatan belajar dan mengajar di Pondok Madani terasa
menyenangkan.

Setelah mengikuti Pendidikan di Pondok Madani, dia mendengar sebuah kalimat


Bahasa arab yang menurutnya dapat mengubah hidupnya. Mantra sakti yang
diberikan oleh Kiai Rais itu adalah “man jadda wajada”, yang memiliki maka
barangsiapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan berhasil. Kemudian dia selalu
menjalankan hari-harinya di Pondok Madani dengan Ikhlas dan bersungguh-sungguh.
Di Pondok Madani, Alif bertemu dan berteman baik dengan Raja Lubis dari
Medan, Atang dari Bandung, Said Jufri dari Surabaya, Baso dari Gowa dan Dulmajid
dari Madura. Mereka dipersatukan oleh hukuman jewer berantai. Mereka berenam
selalu berkumpul di Menara samping masjid yang menyebabkan mereka sering
disebut Sabib al-Manarah yang memiliki arti orang yang punya Menara. Di bawah
Menara tersebut mereka berangan-angan tentang suatu benua Impian, benua yang
entah bagaimana caranya dapat mereka raih. Alif melihat awan-awan itu sebagai
Benua Amerika, sedangkan Raja melihatnya sebagai Benua Eropa, Atang melihatnya
sebagai Benua Asia dan Baso melihat itu semua sebagai Benua Afrika, sedangkan
Said dan Dulmajid melihatnya sebagai Negara Indonesia.

Pengetahuan dan pengalaman berharga yang Alif dapatkan selama ia menempuh


pendidikan di Pondok Madani, tak langsung membuatnya melupakan dan merelakan
begitu saja mimpi lamanya untuk masuk SMA dan kuliah di ITB. Ditambah lagi
dengan surat-surat yang dikirimkan kawan lamanya yang bernama Randai tentang
cerita-cerita serunya ia meraih mimpinya yang dulu mereka mimpikan bersama untuk
masuk SMA dan ITB. Hal tersebut nyaris membuat pertahanan Alif runtuh dan ingin
segera meninggalkan pondok pesantren demi mengejar kembali mimpi lamanya yang
sempat tertunda. Di sisi lain juga, Baso kawan dekat Alif di Pondok Madani terpaksa
meninggalkan pondok lebih dulu karena neneknya sakit dan tidak ada lagi keluarga
yang merawatnya selain dia. Hal tersebut membuat Alif semakin yakin untuk
mengikuti jejaknya. Selang beberapa hari, Alif mengirimkan surat permohonan izin
ke orang tuanya untuk meninggalkan Pondok Madani dan mengejar mimpi lamanya.

Mendengar kabar tersebut, Ayah Alif langsung datang menemui Alif di Pondok
Madani, syukurnya Ayah Alif berhasil menguatkannya dan membuat Alif berhasil
menuntaskan masa studinya di Pondok Madani hingga lulus. Beberapa tahun
kemudian, berkat kesungguhan hati mereka, impian untuk menjadi orang yang
bermanfaat dan dapat menaklukan dunia pun akhirnya tercapai. Semua proses di
Pondok Madani yang banyak memberikan pengetahuan dan pengalaman berharga,
berhasil mereka lewati dengan sungguh-sungguh. Man Jadda Wa Jadda. Barangsiapa
yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Man Shabara Zhafira. Siapa yang
bersabar maka akan beruntung. Jangan khawatir tentang penderitaan hari ini, jalani
dan lihat apa yang akan terjadi di depan. Karena yang dituju bukan sekarang,
melainkan ada yang lebih besar di depan yaitu menjadi manusia yang telah
menemukan misinya dalam hidup.

Tema/ Unsur Instrinsik

Rumusan Masalah

Tujuan

State Of Art

Pendekatan

2. METODE
Jenis Penelitian
Jenis Data
Pengumpulan Data
Teknik Analisis
3. HASIL PEMBAHASAN
4. SIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai