Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.tanpa pertolonganNya, mungkin
kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datag dari diri penyusun maupun
yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan walaupun ada kesalahan.

Makalah ini memuat tentang “ EDEMA “ dan sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis
untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap dunia
pendidikan dan kesehatan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kekurangan, kami mohon untuk saran dan kritiknya agar makalah ini dapat
menjadi lebih baik. terimakasih

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………….1

DAFTAR ISI ……………………………………………………………2

BAB I. PENDAHULUAN
1.Latar Belakang Masalah…………………...……………………..3

BAB II. PEMBAHASAN………………………………………………..4

1. Pengertian Huknah /Enema................................................................................4


Tujuan Huknah /Enema......................................................................................4
Indikasi .................................................................................................................4
2. Kontraindikasi......................................................................................................5
Tipe-tipe Enema ...................................................................................................5
3. Pemberianh Hiknah/Enema.............................................................................6-8
4. Pemberian Gleserin Perrektal.............................................................................9
5. Evakuasi Feses secara manual...........................................................................10
6. Pemberian Sopporitori………………………………………………..……….11

BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................12

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................13

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang
normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointetinol dan
bagian tubuh lainnya. Karena fungsi usus tergantung oada keseimbangan beberapa faktor,
pola elimansi, dan kebiasaan masing-masing orang berdiri. Klien sering meminta
pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal. Pada
keadaan yang sakit klien tidak dapat menggunakan toilet dan tidak memiliki program yang
teratur, lingungan rumah bisa menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan
mobilitas.
Pada abad ke-17 M sediaan enema dikenal dengan nama clyster menggunakan
clyster syring yang terdiri dari tabung syrin pipa anus dan batang pendorong. Clyster
digunakan sejak abad ke-17 hingga abad ke-19, kemudian diganti dengan syring balon,
bocks, dan kantong.
Pada awal era modern francis mauri ceau dalam disases of woman with child
mencatat pada bidan memberikan enema pada wanita hamil menjelang melahirkan
Pada abad ke-20, enema digunakan secara luas dinegara tertentu seperti amerika
serikat saat itu enema merupakan ide yang sangat baik untuk cuci kolon oada kasus fiver,
menjelang partus mengurangi keluarnya feses saat partus.
Hingga kini berbagai inovasi bentuk enema dan jenis enema dibuat dengan tujuan
untuk mempermudah dalam cara pemberian, faktor kenyamanan dan simpel.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Huknah

Enema / Huknah adalah memasukkan cairan sabun yang hangat melalui anus rektum
sampai kedalam kolon desenden dan asenden. Fungsinya adalah untuk mengeluarkan feses dan
flaktus. Huknah dapat diklasifikasikan ke dalam empat golongan menurut cara kerjanya :
cleansing ( membersihkan ), carminative ( untuk mengobati flakulance ), retensi ( menahan ),
dan mengembalikan aliran. Dua jenis dari cleaning anema adalah high enema ( huknah tinggi )
dan low enema ( huknah rendah ). High enema diberikan untuk membersihkn kolon sebanyak
mungkin, sering diberikan sekitar 1000ml larutan orang dewasa dan posisi klien berubah dari
posisi lateral kiri ke posisi dorsal recumbeng dan kemudian ke posisi lateral kanan selama
pemberian ini agar cairan dapat turun ke usus besar, cleaning enema paling efektif jika diberikan
dalam waktu 5 – 10 menit.
Low enema diberikan hanya untuk membersih kan rektum dan kolon sigmoid. Sekitar
500 mL larutan diberikan pada orang dewasa dan klien dipertahankan pada posisi ke kiri selama
pemberian.

Tujuan
1. Untuk membersihkan usus.
2. Untuk pengobatan.
3. Membantu menegakkan diagnosa.

Indikasi
1. Untuk persiapan pemeriksaan radiologi.
2. Untuk persiapan opoerasi.
3. Pada ibu yang akan melahirkan

4
Kontraindikasi

Irigasi kolon tidak boleh diberikan pada pasien dengan devertikulitis, ulcerative colotis,
chrons diasease dan post operasi, pasien dengan gangguan fungsi jantung atau gagal ginjal,
keadaan patologi, klinis pa.da rectum dan kolon seperti hemoroid bagian dalam atau
hemoroid besar, tumor rectum dan kolon.

Tipe-Tipe Enema :

1. Cleansing enema
Merangsang peristaltic dengan mengiritasi kolon dan rectum dan atau dengan
meregangkan intestinal dengan memasuki kolon cairan. Ada dua macam cleansing
enema yaitu : high enema (huknah tinggi) dan low enema (huknah rendah)

2. Carminatine Enema
Carminatina enema terutama diberikan untuk mengeluarkan flatus. Larutan dimasukkan
ke dalam rektum untuk dimasukkan gas dimana ia merenggangkan rektum dan kolon,
kemudian merangsang peristaltik. Untuk orang dewasa dimasukkan 60 – 180 mL.

3. Retention Enema
Retention enema yaitu dimasukkan oil (pelumas) ke dalam rektum dan kolon sigmoid,
pelumas tersebut tertahan untuk suatu waktu yang lama (1–3jam), ia bekerja untuk
melumasi rektum dan kanal anal yang akhirnya memudahkan jalannya feses.

4. Enema Yang Mengembalikan Aliran


Enema yang mengembalikan aliran kadang – kadang mengarah pada pembilasan kolon,
digunakan untuk mengeluarkan flatus. Ini adalah pemasukan cairan yang berulang ke
dalam rektum dan pengaliran cairan dari rektum.
Pemberian enema merupakan prosedur yang relatif mudah untuk klien. Bahaya utama
adalah iritasi sabun dan efek negatif dari larutan hypertonik atau hipotania.

5
A. Pemeberian Hukmah

Huknah Rendah
Huknah rendah adalah tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan hangat ke
dalam kolon desendens dengan menggunakan kanula rektal melalui anus. Huknah rendah
dilaksanakan sebelum operasi ( persiapan pembedahan ) dan pasien yang mengalami obstipasi.

Tujuan
1. Mengosokkan usus pada pra – pembedahan untuk mencegah hal – hal yang tidak
diinginkan selama operasi berlangsung, seperti BAB.
2. Merangsang buang air besar atau merangsang pristaltik usus untuk mengeluarkan fedses
karena kesulitan untuk defekasi ( pada pasien sembelit ).

Alat dan bahan


1. Pengalas
2. Irigator lengkap dengan kanula rektal dan klem
3. Cairan hangat ( 700 – 1000 ml dengan suhu 40,5 – 43 C )
4. Bengkok
5. Jeli
6. Pispot
7. Sampiran
8. Sarung tangan
9. Tisu

Prosedur kerja

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.


2. Cuci tangan
3. Atur ruangan dengan memasang sampiran bila pasien dirawat di bangsal umum.

6
4. Atur posisi pasien dengan posisisi sims kiri.
5. Pasang pengalas dibawah area gluteal.
6. Siapkan bengkok di dekat pasien.
7. Irigator diisi cairan hangat dan hubungkan kanula rektal. Kemudian periksa alirannya
dengan membuka kanula rekti dan keluarkan air ke bengkok dan beri jeli pada kanula.
8. Gunakan sarung tangan.
9. Masukkan kanula kira-kira 15 cm ke dalam rektum ke arah kolon desendens sambil pasien
diminta menarik napas dan pegang irigator setinggi 50 cm dari tempat tidur dan buka klemnya.
Air yang dialirkan sampai pasien menunjukkan keinginan untuk defikasi.
10. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar rasa ingin defikasi dan pasang pispot atau anjurkan
ke toilet. Bila pasien tidak mampu mobilisasi, bersihkan daerah sekitar anus hingga bersih dan
keringkan denagn tisu.
11. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
12. Catat jumlah feses yang keluar, warna, kepadatan dan respon pasien.

Huknah Tinggi
Huknah tinggi adalah tindakan memasukkan cairan hangat ke dalam kolon asendens dengan
menggunakan kanula usus. Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang akan dilakukan
tindakan pembedahan umum.

Tujuan
Menggosokkan usus untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti buang air besar
selama prosedur operasi dilakukan atau pengosongan sebagai tindak diagnostik / pembedahan.

Alat dan bahan


1. Pengalas
2. Irigator lengkap dengan kanula rektal dan klem
3. Cairan hangat ( 700 – 1000 ml dengan suhu 40,5 – 43 C )
4. Bengkok
5. Jeli
6. Pispot

7
7. Sampiran
8. Sarung tangan
9. Tisu

Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.
2. Cuci tangan.
3. Atur ruangan dengan meletakkan sampiran bila pasien berada dalam bangsal umum atau
bila pasien dirawat di ruang privat, cukup dengan menutup pintu kamar.
4. Atur posisi pasien dengan posisi sims kanan.
5. Pasang pengalas dibawah daerah anus.
6. Siapkan bengkok dekat pasien.
7. Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan dan hubungkan kanula usus,
kemudian periksa aliran dengan membuka kanula usus dan mengeluarkan air ke bengkok dan be
ikan jeli pada ujung kanula tersebut.
8. Gunakan sarung tangan.
9. Masukkaan kanula kedalam rektum ke arah kolon asendens (15-20 cm) sambil pasien
diminta menarik nafaspanjang dan pegang irigator setinggi 30cm dari tempat tidur dan buka
klem msampai air mengalir dan menimbulkan rasa ingin defekasi.
10. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila ada rasa ingin defekasi dan pasang pispot atau
anjurkan ke toilet, bila pasien tidak mampu ke toilet bersihkan dengan menyiram daerah
parineum hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
11. Cuci tangan.
12. Ccatat jumlah, warna, konsistensi, dan respons pasien terhadap tindakan.

8
B. PEMBERIAN GLISERIN PER REKTAL
Tindakan ini dilakukan dengan memasukkan cairan gliserin ke dalam poros usus dengan
mengggunakan spuit gliserin. Tindakan ini dapat dilakukan untuk merangsang peristaltik usus
sehingga pasien dapat defekasi (khususnya pada pasien yang mengalami sembelit) dan juga
dapat digunakan untuk persiapan operasi.

Tujuan
1. Merangsang buang air besar dengan merangsang peristaltik usus.
2. Mengosongkan usus yang digunakan sebelun tindakan pembedahan.

Indikasi
1. Pada penderita obstipasi.
2. Persiapan operasi kecil.
3. Untuk pemeriksaan.

Kontra indikasi
1. Abortus imminens.
2. Kanker rektum.
3. Tipus abdominalis.

Alat dan bahan


1. Spuit gliserin
2. Gliserinn dalam tempatnya
3. Bengkok
4. Pangalas
5. Sampiran
6. Sarung tangan
7. Tisu

9
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur pada pasien.
2. Cuci tangan
3. Atur ruangan, tutup pintu bila pasien dalam ruang rawat pribadi dan pasang sampiran bila
pasien dirawat dalam bangsal umum.
4. Atur posisi pasien (miring ke kiri)
5. Ppasang pengalas di area gluteal.
6. Siapkan bengkok didekat pasien.
7. Spui diisi glieserin 10-20cc
8. Gunakan sarung tangan
9. Masukkan gliserinperlahan kedalam anus dengan cara tangan kiri meregangkan daerah
anus, tangan tangan memasukkan spuit kedalam anus sampai pangkal kanula dengan ujung spuit
diarahkan kedepan dan anjurkan pasien bernafas dalam.
10. Setelah selesai, cabu dan masukkan spuit kedalam bengkok. Anjurkan pasien unuk menahan
sebentar rasa ingi defeksi dan pasang pispot bila pasien tidak mampu ke toilet. Kemudian
bersihkan daerrah perineum dengan air hingga bersih lalu keringkan denan tisu.
11. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
12. Catat jumlah feses, warna, konsistensi, dan respons pasien.

EVAKUASI FESES SECARA MANUAL

Prosedur ini merupakan tindakan memasukkan jari ke dalam rektum pasien. Tindakan ini
digunakan untuk mengambil atau menghancurkan massa feses sekaligus mengeluarkannya.
Indikasi tindakan ini adalah bila massa feses terlalu besar dan pemberian enema tidak berhasil,
konstipasi pada lansia.

Tujuan
Mengatasi impaksi fekal (pengerasan feses) yang tidak dapat dilakukan oleh enema.

10
Alat dan bahan
1. Sarung tangan
2. Minysk pelumas/jeli
3. Alat penampung atau pispot
4. Pengalas

Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur pada pasien.
2. Cuci tangan.
3. Gunakan sarung tangan dan beri minyak pelumas atau jeli pada jari telunjuk. Atur posisi
miring dengan lutut fleksi.
4. Masukkan jari ke dalam rektum dan dorong dengan perlahan sepanjang dinding rektum ke
arah massa feses yang impaksi.
5. secara perlahan lnakkan massa dengan masase daerah feses yang impaksi
(arahkan jari pada inti yang keras).
6. berikan pispot bila terasa ingin defekdsi atau bantu ke toilet.
7. cuci tangan setelah prosedur dilaksanakan.
8. catat jumlah feses yang keluar, warna, kepadatan (impaksi), serta respon pasien terhadap
prosedur.

C. PEMBERIAN SUPPOSITORIA
Beberapa cathartice diberikan dalam bentuk suppositoria ini bekerja dalam beberapa cara
dengan menstimulasi ujung saraf di muosa rektal. Suppositoria seharusnya dimasukkan melalui
spincker analditenus.

Untuk dewasa suppositoria dimasukkan sekitar 7,5 – 10cm ( 3 – 4 inch ), klien


diinstruksikan untuk bernapas melalui mulut, karena pernafasan mulut dapat merelaksaaikan
spinckeranal. Untuk lebih efektif suppositoria harus ditempatkan sepanjang dinding rektum.
Secepatnya setelah memasukkan obat suppositoria, pearawat membantu menekan pinggang klien
supaya obat tidak keluar.

11
Buka sarung tangan, dibalikkan, kemudian dicuci dengan air dan sabun. Secara umum
suppositoria efektif
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Enema / Huknah adalah memasukkan cairan sabun yang hangat melaui anus rektum sampai
kedalam kolon desenden dan asenden. Fungsinya adalah untuk mengeluarkan feses dan flatus.
2. Huknah dapat diklasifikasikan ke dalam empat golongan menurut cara kerjanya : cleansing (
membersihkan ), carminative ( untuk mengobati flakulance ), retensi ( menahan ), dan
mengembalikan aliran. Dua jenis dari cleaning anema adalah high enema ( huknah tinggi ) dan
low enema ( huknah rendah ).
3. Pemberian gliserin dilakukan dengan memasukkan cairan gliserin kedalam poros usus dengan
menggunakan spuit gliserin
4. Pemberian suppositoria bekerja dalam beberapa cara dengan menstimulasi ujung saraf di
muosa rektal.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis sangat yakin masih banyak terdapat kekurangan
dan kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
sekalian guna dan tujuan untuk memperbaiki kesalahan dan menutupi kekurangan. Atas
partisipasinya ribuan terima kasih kami hanturkan.

12
DAFTAR PUSTAKA

A.Aziz Alimul Hidayat,S.Kp, Musrifatul Uliyah, S.Kp.Kebutuhan Dasar


Manusia.2002.Jakarta
Puruhito.1995,Dasar-Dasar Pemberian Cairan dan Elektrolit Pada Kasus-Kasus Bedah.
Airlangga Univercity Press: Surabaya.

13

Anda mungkin juga menyukai