Anda di halaman 1dari 7

Fokus Ekonomi (FE), April 2008, Hal 7 – 13 Vol.7, No.

1
ISSN: 1412-3851

PENTINGNYA LAPORAN NILAI TAMBAH DALAM PELAPORAN KEUANGAN (FINANCIAL


VALUE ADDED/ FVA) SEBAGAI PENGUKUR KINERJA DAN PENCIPTAAN NILAI
PERUSAHAAN

OLEH: TJAHJANING POERWATI DAN ZULIYATI


Fakultas Ekonomi Unisbank Semarang

ABSTRACT

One of financial performance measurement concepts has been analyzed


using FVA. While, company’s value added concept has not been analyzed using
Financial Value Added (FVA). FVA is used to measure financial performance in a
company and it is rarely used compares to EVA. The paper will explain in details
about how to measure performance and value added of the company based on
FVA and it is interrelated with decisions of financial management. However, this
paper will explain the strengths and weaknesses of the measurement using
financial ratio and EVA.
Key words: Financial Ratio, Economic Value Added, Financial Value
Added.

PENDAHULUAN Perusahaan lebih baik memiliki posisi aliran kas


yang baik daripada posisi laba yang baik, karena
Konsep nilai tambah perusahaan yang suatu perusahaan dapat tetap hidup dalam jangka
sudah banyak ditelaah dalam beberapa tulisan pendek tanpa laba tetapi tidak dapat tetap hidup
maupun penelitian adalah Economic Value tanpa kas.
Added (EVA). Paradigma yang belum banyak Hasil penelitian Juniarti dan Limanjaya
dikaji adalah Financial Value Added (FVA). (2005) yang meneliti masalah “Mana Yang
Dengan value based sebagai alat pengukur Lebih Memiliki Value Relevant: Net Income atau
kinerja perusahaan, manajemen dituntut untuk Cash Flows (Studi terhadap siklus hidup
meningkatkan nilai perusahaan. Selain FVA, Net organisasi), menunjukkan bahwa pada tahap
Value Added (NVA) juga merupakan growth dan tahap mature di Indonesia, maka
pengukuran value added yang mengukur nilai dapat diambil kesimpulan bahwa: (1) bagi
tambah untuk pemegang saham melalui perusahaan yang berada pada tahap growth, cash
keputusan investasi perusahaan (Patel dan flow dapat dibuktikan lebih memiliki value
Cherukuri, 2004 dalam Iramani dan Febrian, relevant dibandingkan dengan Net Income, (2)
2005) Tulisan ini akan menjelaskan bagaimana bagi perusahaan yang berada pada tahap mature,
mengukur nilai tambah perusahaan berdasarkan net income tidak dapat dibuktikan lebih memiliki
FVA yang dikaitkan dengan keputusan- value relevant dibandingkan dengan cash flows.
keputusan dalam manajemen keuangan dan Oleh karena itu, cash flow from operating dan
membandingkan keunggulan dan kelemahan investing lebih memiliki daya muat informasi
antara konsep FVA, rasio keuangan dan EVA. yang relevan untuk menilai kinerja
Laporan keuangan konvensional (performance) suatu perusahaan yang berada
menyediakan laporan berupa neraca (Balance pada tahap mature.
Sheet), laporan laba rugi (Income Statement), Namun demikian, untuk mengukur
laba ditahan, laporan arus kas (Cash Flow) dan keberhasilan suatu perusahaan bukan hanya
catatan atas laporan keuangan. Jika dilihat dari dilihat dari sudut pandang laba atau kas saja
pentingnya kelima laporan keuangan tersebut (Brown and Howard, 1982, dan Wood, 1985
dalam mengukur keberhasilan suatu perusahaan, dalam Kusmanadji, 1989). Selain itu, laporan
maka laporan arus kas merupakan laporan yang keuangan tersebut terbatas kegunaannya, yaitu
paling penting, terutama dalam kondisi inflasi. memberikan informasi kesejahteraan
8 Tjahjaning Poerwati dan Zuliyati Fokus Ekonomi

(pencapaian laba maksimum) yang berguna yang tidak kena pajak. Akan tetapi dengan
hanya bagi kepentingan pemegang saham diberlakukannya ketentuan pajak tersebut
(pemilik perusahaan) dan kreditur saja, meningkatkan kesadaran dunia bisnis mengenai
sedangkan beberapa kelompok orang yang makna nilai tambah.
berkepentingan dengan perusahaan seperti para Kedua, adalah dengan diterbitkannya
pegawai (direksi dan karyawan serta pemerintah) sebuah “discussion paper” yang diberi judul
kurang memperoleh manfaatnya. Oleh karena itu “The Corporate Report” oleh The Accounting
perlu disusun laporan tambahan, yaitu laporan Standards Steering Committee (sekarang The
nilai tambah (Value Added Statement). Accounting Standards Committee, ASC) pada
Pengukuran kinerja keuangan dengan 1975, yang menyatakan ASC berpendirian
menggunakan laporan nilai tambah dapat bahwa meskipun informasi yang disediakan oleh
dijadikan dasar bagi manajemen perusahaan laporan keuangan konvensional berguna bagi
dalam pengelolaan modalnya, rencana para pemegang saham dan kreditur, akan tetapi
pembiayaan, wahana komunikasi dengan kurang berguna bagi pemakai lainnya
pemegang saham serta dapat digunakan sebagai (Pizzey,1985 dalam Kusmanadji, 1989). Setelah
dasar dalam menentukan insentif bagi karyawan menginventarisasi keterbatasan laporan
(Tunggal, 2001). keuangan perusahaan dan pengguna laporan
serta kebutuhannya, ASC mengusulkan perlunya
LATAR BELAKANG DAN ditambahkan beberapa laporan lagi dalam
PERKEMBANGAN laporan tahunan perusahaan, diantaranya adalah
Konsep nilai tambah bukanlah sebuah laporan nilai tambah.
konsep yang baru, akan tetapi satu hal yang perlu Meskipun masih merupakan suatu
diketahui adalah bahwa konsep nilai tambah discussion paper, ternyata The Corporate Report
pada mulanya bukan berasal dari khasanah telah mendorong beberapa perusahaan (terutama
disiplin akuntansi. Konsep ini pertama kali perusahaan besar) untuk secara sukarela
diperkenalkan oleh para pakar ekonom pada memasukkan Laporan nilai tambah ke dalam
akhir abad ke-18 sebagai alat untuk mengukur laporan tahunan perusahaan.
keluaran (output) netto perusahaan. Dalam tahun Laporan nilai tambah menunjukkan
1950-an, konsep nilai tambah dikembangkan pendapatan suatu perusahaan sebagai kesatuan
lebih lanjut oleh para pakar statistik dan pakar usaha dan bagaimana nilai tambah ini
manajemen, para insinyur, serta para pakar didistribusikan kepada kelompok-kelompok
personalia dan produksi untuk dimanfaatkan di yang menyumbangkan terciptanya nilai tambah
bidang-bidang lain sesuai dengan kepakaran tersebut. Laporan nilai tambah memandang
masing-masing (Renshall, et all, 1979 dalam bahwa kegiatan suatu perusahaan tidak lain
Kusmanadji, 1989). adalah usaha kolektif dari beberapa kelompok
Pada abad ke-18, konsep nilai tambah orang, yaitu pemegang saham, kreditur, pegawai
mulai digunakan di “US Treasury” dan perusahaan dan pemerintah. sudah tidak asing
selanjutnya secara berkala para akuntan lagi bagi sebagian besar orang, namun demikian
mendiskusikan apakah konsep itu perlu dalam hubungannya dengan laporan keuangan.
dimasukkan ke dalam pelaporan keuangan (Cox,
Morley, 1979 dalam Kusmanadji, 1989). FINANCIAL VALUE ADDED (FVA)
Laporan nilai tambah perkali kalinya dibuat dan Financial Economic Value Added atau
mengalami perkembangan pesat di Inggris. Hal dapat disingkat Financial Value Added (FVA)
ini disebabkan oleh dua hal, pertama yaitu merupakan metode baru dalam mengukur kinerja
diberlakukannya pajak pertambahan nilai (Value dan nilai tambah perusahaan. Metode ini
Added Tax) pada April 1973 di Inggris, mempertimbangkan kontribusi dari fixed assets
meskipun administrasi pajak tidak mensyaratkan dalam menghasilkan laba bersih perusahaan.
laporan tersebut dan laporan nilai tambah dirasa Secara matematis pengukuran FVA dinyatakan
sulit untuk verifikasi pajak mengingat rumitnya sebagai berikut (Rodriguez, 2002) dalam Iramani
ketentuan mengenai barang-barang dan jasa-jasa dan Febrian (2005):
Vol. 7, No. 1, 2008 Fokus Ekonomi 9

FVA = NOPAT – (ED – D) FVA = NOPAT – (ED – D) = 0


Keterangan: (P x Q – VC x Q – FC – D) x (1 – t) - ED – D = 0
FVA = Financial Value Added FC x (1 – t) + D (1 – t) + (ED – D)
NOPAT = Net Operating Profit After Taxes Q=
ED – D = Equivalent Depreciation - Depreciation m x (1 – t)

FC x (1 – t) + ED – t x D
Q=
Adapun interpretasi dari hasil pengukuran FVA m x (1 – t)

dapat dijelaskan sebagai berikut: Q = Unit yang dapat Dijual


FC = Fixed Cost
t = Tingkat Pajak
Jika FVA > 0, hal ini menunjukkan terjadi nilai m = Unit Margin
tambah finansial bagi perusahaan. D = Depreciation
ED = Equivalent Depreciation
Jika FVA < 0 , hal ini menunjukkan tidak terjadi
nilai tambah finansial bagi perusahaan.
Jika FVA = 0, hal ini menunjukkan posisi impas.

Perusahaan akan berusaha memiliki nilai


tambah finansial bagi perusahaan. Hal ini dapat
terjadi jika laba bersih perusahaan dan HUBUNGAN FVA DENGAN KEPUTUSAN
penyusutan dapat menutup/meng-cover DALAM MANAJEMEN KEUANGAN
Equivalent Depreciation atau NOPAT + D > Pengukuran FVA sangat membantu
ED. Jika hal ini tercapai, maka perusahaan dapat perusahaan dalam rangka pengambilan
meningkatkan kekayaan pemegang saham keputusan perusahaan. Hubungan antara
karena NPV akan bernilai positif. pengukuran FVA dengan keputusan dalam
Dengan menggunakan konsep Break manajemen keuangan dapat digambarkan
Event Point (BEP), maka berdasarkan sebagai berikut:
pengukuran FVA di atas dapat diketahui pada
tingkat penjualan berapa unit perusahaan akan
mencapai BEP. Dari interpretasi FVA diketahui
bahwa perusahaan menunjukkan posisi impas
pada jika FVA = 0. Dengan demikian BEP dari
FVA dapat dihitung sebagai berikut (Rodriguez,
2002) dalam Iramani dan Febrian (2005):
10 Tjahjaning Poerwati dan Zuliyati Fokus Ekonomi

Gambar 1
Hubungan Antara FVA, Value Driver dan Type of Decision

1 1
FVA = gme - + x TR
n,k n

1 1
FVA = [(PXq – VCxQ – FC) X (1-T)] + tx x TR
n,k n

MEASURE

Working Capital
Sales growth & Fixed Capital

VALUE Operating income tax rate investment


DRIVERS propfit margin

Cost Of Capital

DECISION
OPERATING FINANCING INVESTMENT

(Sumber: Rodriguez, 2002 dalam Iramani dan Febrian, 2005)


drivers bagi terciptanya FVA. Dengan
Total Resources (TR) adalah total sumber Sales Growth yang tinggi dan Income
dana (capital) perusahaan, yang terdiri dari Long Tax Rate tertentu akan meningkatkan
Term Debt dan Total Equity. Berdasarkan Operating Profit Margin yang pada
gambar 1 di atas, dapat dijabarkan sebagai akhirnya diharapkan akan
berikut: terdapat 3 (tiga) keputusan dalam meningkatkan FVA.
manajemen keuangan yang akan menjadi value (2) Financing Decision adalah suatu keputusan
drivers bagi terciptanya FVA. Ketiga keputusan pembiayaan perusahaan dimana perusahaan
tersebut adalah: harus menentukan sumber dana yang paling
(1) Operating Decision yaitu suatu efisien, yang direfleksikan oleh Cost
keputusan yang harus diambil perusahaan of Capital (k) yang dibayarkan selama
dalam menghasilkan volume penjualan periode n. Cost of Capital ini kemudian
dan mengelola biaya-biaya yang timbul menjadi faktor pembagi terhadap nilai
baik Variable Cost maupun Fixed Cost income yang diterima (n, k) . Dalam konteks
sedemikian rupa, sehingga menghasilkan value driver, semakin rendah cost of capital
Operating profit Margin bagi yang ditanggung oleh perusahaan, maka
perusahaan. Pertumbuhan volume semakin besar nilai persen uang yang
penjualan (Sales Growth) diterima perusahaan. Konsekuensinya,
merupakan indikator dari pertumbuhan pada formula measure, semakin kecil cost of
perusahaan yang merupakan value
Vol. 7, No. 1, 2008 Fokus Ekonomi 11

capital, semakin besar (n, k), sehingga mengharmonisasikan hasilnya dengan


semakin besar nilai FVA. konsep NPV tahun per tahun, dimana NPV
(3) Investment Decision, adalah keputusan setidaknya saat ini dianggap sukses
manajemen terhadap pilihan-pilihan investasi mengukur proses penciptaan nilai,
yang secara normatif harus mampu (4) Dengan berbasis pada definisi EVA yang
memaksimalkan nilai perusahaan. Proses sudah dikenal luas, FVA memberi solusi
pemilihan alternatif investasi harus terhadap mekanisme kontrol dalam periode
mempertimbangkan sumber-sumber tahunan, yang selama ini merupakan kendala
pendanaan yang terlibat, karena akan bagi konsep NPV. EVA dan FVA sama-
mempengaruhi struktur modal perusahaan. sama mampu menyelaraskan output-nya
Hal ini secara intuitif juga mempengaruhi dengan hasil NPV, dalam bentuk periode
komposisi working capital dan fixed capital yang terdiskonto, namun FVA memberi
yang merupakan komponen pengubah nilai output yang lebih maju dengan berhasil
dalam konteks pengukuran FVA di melakukan harmonisasi hasil dengan NPV
atas.Manajemen harus bisa mengoptimalkan dalam ukuran tahunan. Olah karena itu,
pengelolaan working capital dan fixed FVA menjadi lebih bermanfaat sebagai alat
capital-nya agar tidak tercipta idle kontrol.
capital atau kapital yang kurang efektif
dalam proses peningkatan nilai KELEMAHAN FINANCIAL VALUE ADDED
perusahaan. Otomatis, jumlah working Dibanding EVA, FVA kurang praktis
capital dan fixed capital yang besar akan dalam mengantisipasi fenomena bila perusahaan
menciptakan tanggungan cost of capital yang (proyek) menjalankan investasi baru di tengah-
lebih besar bagi perusahaan. Ini juga akan tengah masa investasi yang diperhitungkan.
menurunkan nilai FVA, karena TR menjadi EVA akan merefleksikan situasi ini melalui
besar. peningkatan aset dan sumber daya yang terlibat
dalam perusahaan atau proyek (Shrieves dan
KEUNGGULAN KONSEP FINANCIAL Wachowicz, 2000 dalam Iramani dan Febrian,
VALUE ADDED 2005). Fenomena ini tidak dapat diakomodasi
dalam penentuan titik impas pada konsep NPV
Kelebihan FVA dibanding EVA adalah: dan FVA.
(1) Jika ditinjau kembali konsep NOPAD, FVA
melalui definisi EquivalentDepreciation KELEMAHAN FINANCIAL RATIO
mengintegrasikan seluruh kontribusi aset Kelemahan dari Financial Ratio adalah
bagi kinerja perusahaan, demikian juga karena perhitungannya berdasarkan data
opportunity cost dari pembiayaan akuntansi. Salah satu kelemahan dari
perusahaan. Kontribusi ini konstan pengukuran akuntansi adalah rasio–rasio tersebut
sepanjang umur proyek investasi, dihasilkan dari nilai buku. Dengan demikian
(2) FVA secara jelas mengakomodasi kontribusi nilainya tidak mencerminkan yang ada di pasar
konsep value growth duration (durasi proses (Yanindya, 1998 dalam Iramani dan Febrian,
penciptaan nilai) sebagai unsur penambah 2005). Misalnya jika terdapat dua perusahaan
nilai. Unsur ini merupakan hasil yang identik, baik asset maupun struktur
pengurangan nilai Equivalent Dpreciation modalnya, namun berbeda waktu pendiriannya,
akibat bertambah panjangnya umur aset maka perusahaan yang lebih dulu berdiri
dimana aset dapat terus berkontribusi bagi memiliki laba bersih yang lebih besar dibanding
kinerja perusahaan. Dalam konsep EVA, perusahaan yang berdiri kemudian. Hal ini tentu
proses ini tidak secara jelas dijabarkan, saja dapat dipahami, karena perusahaan yang
(3) FVA mengedepankan konsep Equivalent lebih dahulu berdiri cenderung memiliki nilai
Depreciation dan Accumulated Equivalent penyusutan yang lebih kecil.
tampaknya lebih akurat menggambarkan Distorsi lain dari penggunaan data
financing cost. Lebih lanjut, FVA mampu akuntansi adalah penggunaan metode
12 Tjahjaning Poerwati dan Zuliyati Fokus Ekonomi

penyusutan maupun metode dalam menilai Salah satu keunggulan EVA sebagai
persediaan (Fransiska dan Iramani, 2004 dalam penilai kinerja perusahaan adalah dapat
Iramani dan Febrian, 2005). Metode penyusutan digunakan sebagai penciptaan nilai (value
saldo menurun akan menghasilkan laba bersih creation). Keunggulan EVA yang lain adalah:
lebih besar pada akhir umur ekonomis aktiva, (1) EVA memfokuskan penilaian pada nilai
sedangkan metode garis lurus untuk penyusutan tambah dengan memperhitungkan dan
aktiva akan mengakibatkan biaya penyusutan sebagai konsekuensi investasi.
yang relatif stabil sepanjang umur aktiva (2) Konsep EVA adalah alat perusahaan dalam
tersebut. Dalam kondisi dimana harga barang mengukur harapan yang dilihat dari segi
cenderung naik, penggunaan LIFO dalam ekonomis, yaitu dengan memperhatikan
menilai persediaan akan menyebabkan beban harapan para penyandang dana secara adil
pokok penjualan menjadi rendah, sehingga pajak dimana derajat keadilan dinyatakan dengan
dan laba perusahaan juga akan berpengaruh ukuran tertimbang dari struktur modal yang
akibat penggunaan metode ini. ada dan berpedoman pada nilai pasar dan
Berdasarkan uraian tersebut, dapat bukan pada nilai buku.
dijelaskan bahwa penggunaan metode yang (3) Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara
berbeda baik metode penyusutan maupun mandiri tanpa memerlukan data pembanding
metode dalam menilai persediaan antara satu seperti standar industri atau data perusahan
perusahaan dengan perusahaan yang lain akan lain sebagai konsep penilaian.
menghasilkan keuntungan yang berbeda pula. (4) Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar
Sehingga sulit membandingkan kinerja suatu penilaian pemberian bonus pada karyawan
perusahaan dengan menggunakan Financial terutama pada devisi yang memberikan EVA
Ratio manakala perusahaan yang lebih, sehingga dapat dikatakan bahwa
diperbandingkan menggunakan metode yang EVA menjalankan stakeholders satisfaction
berbeda. Akibatnya pengukuran kinerja dengan concept.
rasio-rasio berdasarkan laporan keuangan tidak (5) Pengaplikasian EVA yang mudah
menghasilkan nilai pengukuran yang akurat. menunjukkan bahwa konsep tersebut
Accounting profit tidak mencerminkan dengan merupakan ukuran praktis, mudah
baik economic profit dari suatu perusahaan. dihitung dan mudah digunakan sehingga
merupakan salah satu bahan pertimbangan
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN EVA dalam mempercepat pengambilan keputusan
Metode EVA pertama kali dikembangkan bisnis.
oleh Stewart dan Stern seorang analis keuangan
dari perusahaan Stern Stewart & Co pada tahun Selain berbagai keunggulan konsep EVA
1993. Di Indonesia metode tersebut dikenal juga memiliki kelemahan-kelemahan. Menurut
dengan metode NITAMI (Nilai Tambah Mirza (1997) dalam Iramani dan Febrian (2005),
Ekonomi). EVA/ NITAMI adalah metode kelemahan-kelemahan tersebut antara lain:
manajemen keuangan untuk mengukur laba (1) EVA hanya mengukur hasil akhir (result).
ekonomi dalam suatu perusahaan yang Konsep ini tidak mengukur aktivitas-
menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat aktivitas penentu.
tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi (2) EVA terlalu bertumpu pada keyakinan
semua biaya operasi dan biaya modal (Tunggal, bahwa investor sangat mengandalkan
2001). pendekatan fundamental dalam mengkaji dan
EVA merupakan tujuan perusahaan mengambil keputusan untuk menjual atau
untuk meningkatkan nilai atau value added dari membeli saham tertentu padahal faktor-
modal yang telah ditanamkan pemegang saham faktor lain terkadang lebih dominan.
dalam operasi perusahaan. Oleh karena itu EVA
merupakan selisih laba operasi setelah pajak (Net MANFAAT EVA
Operating Profit After Tax atau NOPAT) dengan Terdapat beberapa manfaat yang dapat
biaya modal (Cost of Capital). diperoleh perusahaan dalam menggunakan EVA
Vol. 7, No. 1, 2008 Fokus Ekonomi 13

sebagai alat ukur kinerja dan nilai tambah sehingga investasi-investasi yang berlangsung
perusahaan.menurut Utama ( 1997:10 ), manfaat pada tahun 1 akan berlangsung selama n tahun,
EVA adalah : sedangkan yang dimulai pada tahun 2 akan
(1) EVA dapat digunakan sebagai penilaian berumur n-2 tahun, dan seterusnya. Equivalent
kinerja keuangan perusahaan karena Depreciation individual merupakan jumlah dari
penilaian kinerja tersebut difokuskan masing-masing nilai investasi awal yang
pada penciptaan nilai ( value creation ) terdiskonto oleh jumlah tahun dan tingkat
(2) EVA akanmenyebabkan perusahaan diskonto terkait masing-masing investasi.
lebih memperhatiakan struktur modal
(3) EVA membuat menajemen berpikir dan DAFTAR PUSTAKA
bertindak seperti halnya pemegang
saham yang memilih investasi yang Emery, Douglas R.’ And John D. Finnerty
memaximumkan tingkat pengembalian (1997), Corporate Financial Management,
dan meminimumkan tingkat biaya modal International Edition, New Jersey: Prentice
sehingga nilai perusahaan dapat Hall.
dimaximalkan dan
(4) EVA dapat digunakan untuk Iramani, Rr. dan Erie Febrian (2005), Financial
mengidentifikasikan kegiatan atau Value Added: Suatu Paradigma Dalam
proyek yang memberikan pengembalian Pengukuran Kinerja dan Nilai Tambah
lebih tinggi daripada biaya-biaya modal. Perusahaan, Jurnal Akuntansi dan Keuangan,
Vol. 7, No. 1.
KESIMPULAN Juniarti dan Rini Limanjaya (2005), Mana Yang
Lebih Memiliki Value Relevant: Net
Kinerja FVA jelas lebih baik dibanding Income atau Cash Flows (Studi terhadap
EVA, terutama dalam hal sinkronisasi hasil Siklus Hiduo Organisasi), Jurnal Akuntansi
pengukurannya dengan hasil NPV. Kelemahan dan Keuangan, Vol.7 No. 1.
FVA dalam mengantisipasi terjadinya rekrutmen
investasi baru di tengah horison masa investasi Keown, Arthur J., David F. Scott. John O.
yang sudah ditetapkan sebenarnya dapat Martin and Jay William Paty (1996), Basic
ditanggulangi dengan merancang ulang definisi Financial Managemen, Eight Edition, USA,
konsep Equivalent Depreciation menjadi Prentice Hall Inc.
akumulasi Equivalent Depreciation dari berbagai Tunggal, Amin Widjaja (2001), Memahami
investasi yang dijalankan, kemudian setiap Konsep Value Added dan Value Based
elemen investasi tersebut masing-masing Management, Harvindo.
dihubungkan horison masa investasi secara
individual. Misalnya, sebuah perusahaan dengan Utama,Sidharta ( April 1997),”Economic value
berbagai investasi dalam kurun waktu tahun 1 Added : Pengukuran dan Penciptaan Nilai
hingga n, dimana diasumsikan setiap investasi Perusahaan”,Manajemen dan Usahawan
dimulai sedemikian rupa di awal setiap periode Indonesia..

Anda mungkin juga menyukai