Anda di halaman 1dari 5

1 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada bulan Oktober akan

memperingati Bulan Bahasa dan Sastra 2017. Bulan Bahasa dan Sastra diselenggarakan pada
bulan Oktober karena berkaitan dengan Sumpah Pemuda yang dicetuskan pada tanggal 28
Oktober 1928.

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kemendikbud Dadang
Sunendar mengatakan, tahun ini mengangkat tema “Majukan Bahasa dan Sastra, Rekatkan
Kebinekaan”.

Bulan Bahasa dan Sastra secara rutin diselenggarakan Kemendikbud pada bulan Oktober
sejak tahun 1980 sebagai salah satu bentuk memperingati hari lahirnya Sumpah Pemuda,
yang menyepakati Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

“Kegiatan yang dilaksanakan selama Bulan Bahasa dan Sastra cukup banyak. Nanti akan
dilaksanakan di pusat (Jakarta) maupun di berbagai provinsi di tanah air, sedangkan puncak
acaranya akan dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober,” ujar Kepala Badan Bahasa
Kemendikbud Dadang Sunendar di Kantor Kemendikbud, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Saat puncak acara Bulan Bahasa dan Sastra pada 28 Oktober tahun lalu, Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy meresmikan Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) baru, yaitu edisi kelima dengan 108.000 lema atau kosakata. Kemudian
ada juga peluncuran tiga jenis KBBI, yaitu KBBI Cetak (seperti Kamus/Buku), KBBI Daring
(dalam jaringan atau online), KBBI Luring (luar jaringan atau offline atau berbasis
komputer).

Dadang menuturkan, bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional merupakan bahasa
pemersatu bangsa. Bahasa Indonesia juga dapat menghilangkan batas-batas etnisitas bangsa
Indonesia dalam berkomunikasi. Selain itu bahasa Indonesia juga mempunyai peran sebagai
penghela ilmu pengetahuan yang mampu mewadahi keberagaman macam pengetahuan baik
yang berakar dari kearifan nusantara maupun konsep peradaban barat.

Beberapa upaya yang dilakukan untuk memajukan bahasa Indonesia antara lain memiliki
peraturan perundangan yang menjaga dan memastikan keberadaan bahasa Indonesia sebagai
bahasa sejarah, mengembangkan lema atau kosakata, melakukan pembinaan dan penyuluhan
bahasa, dan berupaya menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional.

“Bahasa asing di ruang publik dianggap sesuatu yang biasa-biasa saja. Namun, lama-
kelamaan rasa nasionalisme kita bisa terputus. Padahal kita mengetahui bahasa kita
merupakan salah satu elemen dari Sabang sampai Merauke, yaitu sebagai jembatannya adalah
bahasa Indonesia,” tutur Dadang.

Tentang Bulan Bahasa dan Sastra

Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki keragaman etnik dan budaya. Salah satu di
antaranya adalah keragaman bahasa dan sastra. Keragaman bahasa dan sastra di Indonesia
menjadi kekayaan yang tidak ternilai harganya.

Peta Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia (2008) telah mengidentifikasi 442 bahasa
daerah di Indonesia. Bertolak dari keragaman itu, bangsa Indonesia menjadi lebih paham
akan arti persatuan. Meskipun beragam latar bahasanya, bangsa Indonesia terhubung melalui
bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.

Meskipun penggunaan bahasa Indonesia mendapt tantangan oleh pemakaian bahasa asing,
bahasa Indonesia masih tetap memegang fungsinya sebagai sarana komunikasi yang
menyatukan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pengutamaan bahasa Indonesia sebagai
identitas nasional bukan hanya tugas Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BPPB),
melainkan juga tugas seluruh rakyat Indonesia.

Kegiatan Bulan Bahasa dan Sastra yang diselenggarakan setiap tahun adalah upaya BPPB
untuk membina dan mengembangkan bahasa dan sastra Indonesia, serta bertekad memelihara
semangat dan meningkatkan peran serta masyarakat luas dalam menangani masalah bahasa
dan sastra itu.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam acara Bulan Bahasa dan Sastra biasanya terdiri atas
beberapa kegiatan. Ada kegiatan yang diadakan sebagai ajang berkarya atau berekspresi, ada
kegiatan yang diadakan sebagai ajang peningkatan kualitas berbahasa Indonesia, dan ada
kegiatan yang diadakan sebagai ajang perlombaan.

Bulan Bahasa dan Sastra melibatkan masyarakat luas, tidak hanya siswa, mahasiswa, guru,
dan dosen, tetapi juga orang asing yang berada di luar negeri (lomba keterampilan berbahasa
Indonesia bagi peserta BIPA).

Bahasa dan sastra adalah dua hal sangat berkaitan. Tanpa adanya bahasa tidak akan ada yang
namanya sastra, tetapi tanpa adanya sastra bahasapun tetap ada. Dengan adanya bahasa,
sastra dapat lebih berkembang seperti melalui prosa, puisi, dan syair. Bukan hanya dalam
sastra Indonesia saja tetapi bahasa juga memiliki peranan yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari.

Bahasa merupakan alat yang paling penting dalam hal berkomunikasi. Komunikasi terjadi
setiap saat ketika seseorang melakukan aktifitas, baik komunikasi secara langsung maupun
secara tidak langsung. Oleh karena itu, seseorang perlu mempelajari bahasa dengan
tujuan yang beraneka ragam, misalnya untuk mencari ilmu pengetahuan, untuk meningkatkan
kemampuan atau keterampilan berbahasa dan sebagainya.

Bahasa merupakan suatu bentuk alat komunikasi manusia yang berupa lambang bunyi
melalui alat ucap, dimana setiap suara yang dikeluarkan memiliki arti.

Bahasa juga dijabarkan oleh beberapa ahli seperti Harimurti Kridalaksana yang menyatakan
bahwa bahasa adalah sistem bunyi bermakna yang dipergunakan untuk komunikasi oleh
kelompok manusia. Lalu Finoechiaro menyatakan bahwa bahasa adalah simbol vokal yang
arbitrer yang memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan tertentu, atau orang lain
yang mempelajari sistem kebudayaan itu, berkomunikasi atau berinteraksi.
Indonesia merupakan suatu Negara yang terdiri atas beribu-ribu pulau yang terbentang
luas dari sabang hingga marauke. Oleh karena itu Indonesia memiliki beragam bahasa yang
berbeda dari tiap-tiap daerah. Namun bahasa resmi yang digunakan di Negara Indonesia
adalah bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia selain sebagai bahasa ibu juga merupakan bahasa yang digunakan oleh
warga Negara Indonesia sebagai bahasa permersatu antar warga. Awal mula bahasa Indonesia
adalah dari bahasa melayu. Namun semenjak Sumpah Pemuda yang di canangkan pada
tanggal 28 Oktober 1928, bahasa melayu tidak lagi digunakan dan diganti dengan Bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang paling utama di dalam negara kita
tercinta ini yaitu negara indonesia.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang dijunjung tinggi dan merupakan bahasa
yang disumpahkan dalam sumpah pemuda. Sesuai dengan bunyi sumpai pemuda yang ketiga
yang berbunyi “KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA MENGJUNJUNG BAHASA
PERSATUAN, BAHASA INDONESIA”.

Seperti yang kita ketahui juga bahwa bangsa Indonesia memiliki suku, budaya, agama, ras,
serta bahasa yang sangat beragam. Hal itu tercermin dalam semboyan Indonesia itu sendiri
yaitu “Bhineka Tunggal Ika” yang mengandung sebuah arti berbeda-beda tetapi tetap satu.

2 Oleh karena kebhinekaan merupakan sebuah fakta sekaligus sebagai tantangan, dengan
demikian tantangan yang dihadapi, harus dihadapi secara bersama oleh seluruh elemen
masyarakat. Dan untuk menghadapi tantangan bersama itu, maka yang dibutuhkan adalah
prinsip untuk saling menghargai, bahkan prinsip untuk selalu membangun hubungan (dialog)
dengan orang lain.

Dengan demikian, jika kebhinekaan adalah adanya hubungan saling bergantung antar
berbagai hal yang berbeda, maka dalam kebhinekaan mengharuskan adanya dialog antar
berbagai komponen masyarakat, entah itu agama, budaya dan sebagainya. Di dalamnya,
keutuhan dan kebersamaan dijadikan sebagai acuan dalam membangun sebuah hubungan
yang saling bergantung itu.
KETERGANTUNGAN ITU ADALAH PRINSIP HIDUP SALING MENGHARGAI,

TANPA HARUS MELIHAT LATAR BELAKANG APAPUN; SALING MENGHARGAI

PERBEDAAN DAN BUKANNYA SALING MENYERANG.

Munculnya aksi-aksi kekerasan atas nama agama, budaya, ekonomi bahkan politik, di
berbagai daerah di Indonesia, seakan-akan telah merubah wajah Indonesia menjadi negara
dengan sikap intoleran yang besar. Prinsip-prinsip hak asasi manusia dikebirikan dengan
dalih menegakkan aturan atau mengikuti keinginan segelintir orang yang haus akan
kekuasaan. Belum lagi, penanaman ideologi sempit terus mengakar sampai pada level
masyarakat terbawah.

Fakta-fakta kekerasan atas nama ideologi yang terjadi di Indonesia telah meruntuhkan nilai-
nilai kebhinekaan, yang menjadi ciri khas Indonesia. Sejarah mencatat, lahirnya Semboyan
nasional Bhineka Tunggal Ika (beraneka ragam, tetapi satu) merupakan pergumulan founding
fathers yang sangat panjang, dan didasari pada pertimbangan pluralitas masyarakat Indonesia.

Perkara kasus dugaan penistaan agama yang dituduhkan kepada Basuki Thajaya Purnama
atau Ahok hingga saat ini masih berlangsung dan sampai pada akhirnya Calon Gubernur DKI
petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan
penistaan agama oleh Bareskrim Polri.

Kompleksitas permasalahan di kasus dugaan penistaan agama oleh Ahok merebak menjadi
spekulasi dan upaya gerakan bawah tanah. Adanya dugaan keterlibatan tokoh kepentingan
politik di aksi demo Bela Islam jilid I dan jilid II, perlahan memperlihatkan tabir dan tujuan
gerakan yang semakin membias.

Terlepas dari semua itu, mari kita semua sebagai masyarakat mengapresiasi keputusan Polri
terkait penetapan status calon gubernur (cagub) DKI inkumben Basuki Tjahaja Purnama alias
Ahok sebagai tersangka dugaan penistaan agama. Ahok dianggap menghina surat Al Maidah
ayat 51 saat berpidato di Kepulauan Seribu.

Menurut Juru Bicara Presiden Johan Budi SP mengatakan sejak awal Presiden Jokowi selalu
menyampaikan agar proses hukum terhadap Ahok berlangsung secara transparan adil dan
profesional. Soal penetapan status Ahok tersebut, Polri dinilai telah bekerja sesuai kaidah
yang berlaku. Terkait dengan ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada semua
pihak untuk menghormati keputusan dan proses hukum terhadap Ahok tersebut.

Selain itu kita juga patut mengapresiasi Presiden Joko Widodo yang concern terhadap
permasalahan ini dan memerintahkan agar penanganan kasus ini dibuka secara transparan
tanpa intervensi. Semoga kedepan masyarakat untuk tetap tenang dan menjaga ketertiban di
lingkungannya masing-masing dan jangan mudah diprovokasi atau termakan isu-isu negatif
pasca-keputusan Polri ini.

Maka dari itu negaralah yang seharusnya hadir untuk rakyatnya dan memberikan rasa aman
bagi rakyatnya untuk kebebasan beragama, justru seakan-akan membuka ruang bagi
kelompok ekstrimis agama melakukan fungsi kontrol sosial terhadap kelompok agama yang
lain.

Masyarakat beradab dan sejahtera pastilah mengakui adanya kebhinekaan sebagai kekayaan
hidup bersama. Kualitas kebhinekaan dibuktikan dengan berkembangnya kesanggupan sikap
toleransi, saling mendengarkan, saling menghargai, saling menghormati satu sama lain.
Terciptanya kehidupan bersama yang secara arif dan penuh kerelaan membangun
kebersamaan sebagai cara hidup, lebih mulia dari hanya sloganisme atau ungkapan klise.

Kebhinekaan hanya mungkin bertumbuh jika ada kedewasaan membangun kerjasama, dalam
semangat kebebasan, persamaan dan persaudaraan. Sikap ksatria dalam menjunjung tinggi
nilai kejujuran, kebersamaan dan keikhlasan.

Anda mungkin juga menyukai