Anda di halaman 1dari 13

KEMITRAAN DALAM USAHATANI

Fitria Dina Riana, SP, MP


Anisa Aprilia, SP., M.P., M.BA
Laboratorium of Operations and Productions Management of
Agribusiness
Email: fitria.fp@ub.ac.id

1. Model Kemitraan 5. Model Pemberdayaan MODUL


2. Uraian Materi Pengembangan
Belajar 6. Ruang Lingkup

12
3. Model Kemitraan Kemitraan
4. Kemitraan Dalam 7.
Agribisnis

PENDAHULUAN

SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT


Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh
dua pihak/ lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih
keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan
saling membesarkan.
Saat ini kemitraan banyak dilakukan untuk semua jenis
usaha, termasuk usahatani. Pada dasarnya, modernisasi
menimbulkan spesialisasi di beberapa bidang. Dengan adanya
spesialisasi, akan tercipta efisiensi yang lebih tinggi. Adanya
spesialisasi tersebut membuat setiap usaha memerlukan pihak
lain dengan spesialisasi yang berbeda untuk bekerja sama
mendukung keberhasilan suatu usaha. Dalam usahatani
kemitraan dapat mendorong terjadinya.
(SPEED)
 Transfer Teknologi
 Transfer Manajemen
 Transfer Modal
 Transfer Bahan Baku
Transfer-transfer tersebut meningkatkan nilai tambah untuk
semua pihak yang pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi
dan produktivitas.
TUJUAN KEGIATAN BELAJAR :
 Mahasiwa dapat memahami tentang teori-teori
kemitraan
 Mahasiswa mempunyai kemampuan untuk
menganalisis secara deskriptif pola kemitraan
terhadap suatu usahatani
Pengantar Usahatani University of Brwijaya 2016

URAIAN MATERI BELAJAR


Dewasa ini terjadi kesenjangan yang sangat tinggi baik dalam skala usaha
maupun dalam segi pendapatan yang dihasilkan antara usahatani kecil dengan
usahatani skala menengah dan besar. Kemitraan merupakan salah satu solusi
untuk atasi kesenjangan antara pengusaha tani besar, kecil dan koperasi selain
juga untuk pengamalan ekonomi kerakyatan.
Saat ini (2012) kondisi yang terjadi di Indonesia adalah usaha besar
menyumbang lebih dari 60% dari PDB dari jumlah pengusaha besar dan
menengah yang hanya sebesar 2 %. Tetapi usaha kecil dan koperasi tampaknya
lebih mampu bertahan terhadap berbagai perubahan kondisi ekonomi bahkan
menjadi tumpuan harapan dalam gerakan perekonomian nasional karena berperan
dalam ekspor bahan pertanian. Sehingga dalam suatu hubungan kemitraan tidak
hanya pihak yang memiliki skala lebih kecil saja yang mendapat keuntungan, tetapi
perusahaan besar yang menjadi mitra pun juga mendapatkan keuntungan.
Penerapan etika bisnis dalam kemitraan :
 Karakter  sifat, akhlak, budi pekerti
 Kejujuran
 Kepercayaan
 Komunikasi terbuka
 Adil
 Keinginan  antar pihak harus dibatasi
 Keseimbangan antara insentif & resiko

Kemitraan membawa manfaat bagi beberapa perusahaan yang bekerjasama


terutama dalam hal :
 Peningkatan produktivitas
 Efisiensi
 Jaminan kualitas, kuantitas dan kontinuitas
 Memperkecil resiko  membagi resiko
 Sosial; kondisi ideal perekonomian suatu negara : mayoritas aset produksi
berada dan bergeser di level usaha kecil dan menengah
 Ketahanan ekonomi nasional

MODEL KEMITRAAN
Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa kemitraan sangat diperlukan dalam
program pembangunan usaha tani. Adapun model kemitraan yang dapat
dikembangkan dalam peningkatan usahatani adalah:

a. Model Intiplasma
Model intiplasma adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan
usaha menengah atau usaha besar, yang didalamnya Usaha Menengah atau Usaha
besar bertindak sebagai inti dan usaha kecil selaku plasma. Pada model kemitraan
ini dapat berupa kemitraan langsung antara kelompok tani sebagai plasma yang
memproduksi bahan baku dengan perusahaan agroindustri yang melakukan
pengolahan.
Perusahaan inti berkewajiban untuk melakukan pembinaan mengenai teknis
produksi agar dapat memperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan.
Selain itu pembinaan dilakukan untuk meningkatkan kualitas manajemen
kelompok tani/agroindustri dan plasma. Gambar mengenai pola kemitraan inti
plasma dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 2 of 13
Pengantar Usahatani University of Brwijaya 2016

Plasma Plasma

Perusahaan
inti

Plasma Kelompok

Gambar 1. Pola Kemitraan Inti Plasma

Perusahaan mitra bertindak sebagai perusahaan inti yang menampung,


membeli hasil produksi, memberi pelayanan bimbingan kepada petani atau
kelompok tani dan kelompok mitra sebagai plasma.

b. Model Kontrak Beli


Pada model kemitraan ini, terjadi hubungan kerjasama antara kelompok
skala kecil dengan perusahaan agroindustri skala menengah atau besar yang
dituangkan dalam suatu perjanjian kontrak jual beli secara tertulis untuk jangka
waktu tertentu yang disaksikan oleh Instansi Pemerintah.

Kelompok tani merupakan wadah untuk mengkoordinasikan para


anggotanya dalam pengaturan produksi, pengumpulan, dan penyortiran produksi
yang akan dibeli oleh perusahaan, melakukan pengemasan produksi sesuai
dengan permintaan perusahaan pembeli dan mewakili anggotanya dalam
hubungannya dengan perusahaan pembeli. Kelompok merupakan wadah bagi
anggotanya dalam negosiasi harga dengan perusahaan pembeli. Dalam model ini
pemerintah tidak terlibat secara langsung, fungsinya hanya sebagai moderator dan
fasilitator.

Kontrak Jual Beli


Perusahaan Kelompok

Inti Mitra
Fasilitator

Gambar 2. Mekanisme kerja pola kontrak beli (contract farming)

c. Model Sub Kontrak


Model sub kontrak adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil
dengan usaha menengah atau besar yang didalamnya usaha kecil memproduksi
komponen dan atau jasa yang merupakan bagian dari produksi usaha menengah
atau usaha besar. Model kemitraan ini menyerupai pola kemitraan contract
farming tetapi pada pola ini kelompok tidak melakukan kontrak secara langsung
dengan perusahaan pengolah (processor) tetapi melalui agen atau pedagang.

Page 3 of 13
Pengantar Usahatani University of Brwijaya 2016

Kelompok Mitra
Memproduksi komponen produksi

Perusahaan Mitra
Kelompok mitra memproduksi komponen
yang diperlukan perusahaan mitra sebagai
bagian dari produksinya
Kelompok Mitra

Gambar 3. Mekanisme kerjasama maelalui Pola Sub Kontrak

d. Model Dagang Umum


Model dagang umum adalah hubungan kemitraan antara perusahaan kecil
dengan usaha menengah atau besar atau usaha menengah memasarkan hasil
produksi usaha kecil memasok kebutuhan yang diperlukan oleh usaha menengah
atau usaha besar atau usaha kecil yang membesarkan hasil usaha besar.

Pengembangan pola dagang umum dapat dilakukan dengan cara:

1. Mewajibkan usaha menengah atau usaha besar yang menjadi mitra usahanya
memasarkan hasil produksi usaha kecil, atau usaha kecil memasok keperluan
usaha menengah atau besar.
2. Memberikan kesempatan usaha kecil untuk mengerjakan produksinya sesuai
keahlian usaha kecil dimaksudkan dan menjual hasil produksinya tersebut
sesuai keahlian usaha kecil dimaksud dan menjual hasil produksinya tersebut
kepada usaha menengah atau usahanya besar yang bukan mitra usahanya.
3. Memberikan kesempatan usaha kecil untuk memasarkan produksi dari usaha
besar.

Kelompok Perusahaan
Mitra Mitra

Memasarkan produksi
kelompok mitra
Kelompok mitra memasok kebutuhan
yang diperlukan perusahaan mitra atau
Konsumen perusahaan mitra memasarkan hasil
Industri produksi kelompok mitra.

Gambar 4. Model Kemitraan Keagenan

e. Model Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA)


Model kerjasama Operasional Agribisnis (KOA) merupakan hubungan
kemitraan yang didalamnya kelompok mitra menyediakan lahan, sarana, dan
tenaga kerja, sedangkan perusahaan-perusahaan mitra menyediakan biaya atau
modal dan atau sarana untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu
komoditi pertanian.

Page 4 of 13
Pengantar Usahatani University of Brwijaya 2016

Kelompok Perusahaan Kelompok mitra


mitra mitra menyediakan lahan,
sarana dan tenaga.
Sedangkan
perusahaan mitra
menyediakan biaya,
- Lahan - Biaya
- Sarana - Modal modal, sarana untuk
- Tenaga - Teknologi mengusahakan atau
membudidayakan
suatu komoditi
pertanian

Pembagian hasil sesuai dengan kesepakatan

Gambar 5. Mekanisme pola kerjasama operasional Agribisnis (KOA)

KEMITRAAN DALAM AGRIBISNIS

Pola Kemitraan Agribisnis Padi

Dalam rangka mengatasi kendala yang dihadapi dalam peningkatan


produktivitas padi, perbaikan kwalitas hasil serta menjaga stabilitas harga
dan mengatasi permasalahan rendahnya penyalran KKP maka perlu
dibentuk kemitraan antara petani dengan pengusaha hulu dan hilir
melalui PERPADI. Sekaligus sebagai avalis dari petani untuk menjamin
penyaluran kredit dari pihak perbankan. Model kemitraan tersebut dapat
digambarkan seperti bagan berikut.

Gambar 6. Pola Kemitraan Agribisnis Padi

Page 5 of 13
Pengantar Usahatani University of Brwijaya 2016

Pola Kemitraan Agribisnis Jagung

Dalam rangka menggerakkan semua potensi yang ada ditingkat


masyarakat dan pelaku agribisnis untuk mengatasi kendala yang dihadapi
petani (masalah ketersediaan agro input, fluktuasi harga), untuk
mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh pabrik pakan ternak (yang
meliputi aspek kwantitas, kwalitas dan kontinuitas jagung) dan
permasalahan rendahnya penyaluran KKP, maka dianjurkan terbentuknya
konsorsium pengembangan agribisnis jagung sebagai tempat bermitranya
petani dengan pengusaha hulu dan hilir. Konsorsium akan berlaku
sebagai avalis dari petani untuk menjamin penyaluran kredit dari pihak
perbankan. Model kemitraan tersebut dapat digambarkan seperti bagan
berikut.

Gambar 7. Pola Kemitraan Agribisnis Jagung

Pola Kemitraan Agribisnis Kedelai

Dalam kemitraan ini, swasta yang bergerak dalam industri olahan,


Koperasi Tahu tempe (KOPTI), pengusaha saprodi, alsintan, koperasi atau
pengusaha lainnya serta organisasi/lembaga swadaya masyarakat akan
bermitra dengan petani dalam usahati kedelai. Pengusaha tersebut dapat
memanfaatkan asuransi tanaman kedelai untuk menanggung resiko
kegagalan usahatani. Pihak Bank dapat menyalurkan kredit untuk modal
usahatani baik melalui swasta mitra (avalis) maupun langsung kepada
petani karena asuransi telah menjamin kegagalan
usahatani/pengembalian kredit. Swasta, perguruan tinggi dan pemerintah
dapat dilibatkan dalam pemanduan teknologi. Seluruh hasil panen

Page 6 of 13
Pengantar Usahatani University of Brwijaya 2016
ditampung oleh swasta yang bermitra dan semua modal usaha tani yang
dipinjam petani dan premi asuransi yang telah dibayar swasta mitra
dikembalikan saat panen dengan mekanisme pembayaran dan harga
yang telah disepakati sejak awal. Bagi swasta mitra bukan industri olahan
maka dapat menjual hasil yang ditampung dari petani tersebut kepada
industri.

Gambar 8. Pola Kemitraan Agribisnis Kedelai

Pola Kemitraan Agribisnis Ubi Kayu

Model kemitraan ubi Kayu yang terdapat saat ini merupakan


kemitraan antara petani ubi kayu yang tergabung (terkoordinasi) dalam
wadah kelompok tani dan atau koperasi yang sudah mantap dengan
perusahaan/pengusaha agroindustri, seperti berikut ini.

PETANI/ PERUSAHAAN

KELOMPOK TANI INDUSTRI

PENGOLAHAN HASIL

1. SARANA PRODUKSI
2. PERMODALAN
3. TEKNOLOGI
4. PRASARANA
5. MANAJEMEN

Gambar 9. Pola Kemitraan Agribisnis Ubi kayu


Pada pola kemitraan ini petani bertanggung jawab dalam kegiatan
on-farm antara lain penyediaan lahan, penerapan teknologi budidaya
yang dianjurkan dan menjual hasil produksi ke perusahaan. Sedangkan

Page 7 of 13
Pengantar Usahatani University of Brwijaya 2016
perusahaan menyediakan saprodi dan bimbingan teknis serta membeli
ubikayu yang dihasilkan oleh petani sesuai dengan kesepakatan yang
telah ditetapkan. Untuk meningkatkan upaya kemitraan tersebut maka
Pemda secara proaktif melakukan pembinaan dan memberikan fasilitasi
kepada pihak petani maupun pengusaha.

Pola Kemitraan Agribisnis Cabai

Kemitraan dengan pola kerjasama operasional agribisnis (KOA) dapat


dicontohkan dari hasil penelitian oleh Yulianjaya dan Hidayat (2016) yaitu
antara petani cabai dengan juragan dari luar desa (Studi Kasus Kemitraan
di Desa Kucur, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang). Dalam hal ini,
juragan merupakan lembaga keuangan non formal sebagai pemegang
dana yang menawarkan kemitraan kepada petani dengan jaminan
bantuan modal dan pemasaran hasil panen. Pelaksanaan kemitraan
tersebut didasarkan pada prinsip saling percaya dan saling
menguntungkan. Kedua belah pihak bekerja untuk saling melengkapi satu
dengan yang lain. Petani mitra (petani cabai) sebagai penyedia lahan dan
bertanggung jawab atas kegiatan budidaya. Sementara itu, juragan
menyediakan seluruh kebutuhan permodalan, terutama untuk sarana
produksi seperti benih, pupuk, pestisida, mulsa dan kebutuhan lain petani
mitra. Juragan juga bertanggung jawab untuk membeli dan memasarkan
hasil panen dari petani mitranya. Meskipun tidak terdapat kontrak
kerjasama berupa Memorandum of Understanding (MOU) yang disepakati
secara tertulis antara petani dengan juragan, kesepakatan tersebut
dibuat secara lisan antara petani mitra dan juragan.
Hubungan yang terjalin antara juragan dengan petani mitra yaitu
melalui komunikasi interaktif dengan petani mitra dan membangun
sistem kerjasama yang baik. Sistem kerjasama yang terjalin seperti, pada
saat petani mengalami masa sulit seperti terjadi gagal panen atau saat
harga rendah, petani yang tidak dapat mengembalikan pinjaman tidak
dipaksa langsung membayar pinjaman saat itu juga, melainkan akan
diberikan modal lagi untuk melanjutkan usahataninya dan membayar
pinjaman musim panen berikutnya.

Page 8 of 13
Pengantar Usahatani University of Brwijaya 2016

Gambar 10. Pola Kerjasama Operasional Agribisnis Antara Petani Cabai


dan Juragan dari Luar Desa
Sumber: Yulianjaya dan Hidayat (2016)

Pola Kemitraan Agribisnis Perbenihan (Produksi dan Distribusi)

Pola kemitraan yang banyak diterapkan dalam produksi dan


distribusi benih khususnya benih padi dan jagung oleh
industri/perusahaan benih dengan kelompok penangkar dapat
dikemukaan pada skema berikut. Dalam pola kemitraan ini melibatkan
industri/perusahaan benih yang juga bertindak sebagai AVALIS,
Bank/lembaga keuangan sebagai pemberi kredit dan Kelompok
Penangkar sebagai pelaksana perbanyakan/produksi calon benih.
Mekanisme kerja dalam kemitraan ini anatara lain sebagai berikut:
Kelompok penangkar binaan industri/perusahaan benih menyusun RDKK
denngan bimbingan industri/perusahaan benih bersama petugas pembina
wilayah atau PPL. Kredit yang diajukan berbentuk natura (untuk benih
sumber/materi induk, pupuk dan pestisida) yang disuplai oleh
industri/perusahaan benih dan biaya langsung untuk operasional
kelompok penangkar. RDKK disampaikan kepada industri/perusahaan
benih dan selanjutnya di teruskan ke Bank/lembaga keuangan pemberi
kredit. Calon benih yang dihasilkan oleh kelompok penangkar, di op koop
oleh industri/perusahaan benih untuk diproses lebih lanjut sehingga
dihasilkan benih berlabel. Pemasaran benih berlabel dilakukan oleh
industri/perusahaan benih tersebut atau konsorsiumnya.

Page 9 of 13
Pengantar Usahatani University of Brwijaya 2016

SUPLIER PUPUK DAN


PESTISIDA

 Benih
Sumber/
Materi induk

 Pupuk
 Pestisida
 Bimbingan
KELOMPOK Teknis
PASAR
INDUSTRI/PERUSAHAAN
PENANGKAR
Benih
Calon benih BENIH
Berlabel
bermutu
Pemindah

bukuan

BANK/LEMBAGA
KEUANGAN

Gambar 11. Pola Kemitraan Agribisnis Perbenihan

MODEL PEMBERDAYAAN PENGEMBANGAN

Guna mempercepat proses pemberdayaan koperasi dan UKM, maka model-


model pemberdayaan pengembangan-pengembangan dapat diimplementasikan.
Model-model pemberdayaan pengembangan adalah sebagai berikut:

1. Pola Koperasi Usaha Perkebunan


Masyarakat membentuk kopersi perkebunan, membangun kebun dan fasilits
pengolahannya serta mengembangkan sarana dan prasarana pokok lainnya. Dalam
proses pengembangan koperasi usaha perkebunan ini masyarakat dapat meminta
bantuan pihak ketiga berdasarkan suatu Contract Management (CM). Biaya
pembangunan kebun, fasilitas pengolahan, sarana dan prasarana perkebunan serta
biaya CM 100% bersumber dari fasilitas kredit lunak jangka panjang yang tersedia.

2. Pola Patungan Koperasi-Investor


Pola ini merupakan pengembangan dari pola PIR yang berlaku saat ini, yaitu
menghilangkan pemberantasan kelembagaan antara plasma dan inti. Dalam pola
ini, sejak awal masyarakat membentuk koperasi dan berpatungan dengan
perusahaan sebagai suatu unit usaha patungan perkebunan. Dengan pola ini secara
menyeluruh komposisi pemilikan saham koperasi dan perusahaan menjadi sekitar
65% : 35%.

3. Pola Patungan Investor-Koperasi


Pola ini seperti pola II, tetapi kontribusi koperasi terbatas pada inkind
contribution yang disetarakan dengan nilai uang, misalnya lahan usaha koperasi
(sebagai saham). Pangsa (sharing) koperasi pada tahap awal sekurang-kurangnya
20%, yang selanjutnya secara bertahap mengingkat sesuai dengan perkembangan
Page 10 of 13
Pengantar Usahatani University of Brwijaya 2016
kondisi usahanya.

4. Pola BOT
Pola ini terbuka bagi investor (BUMN/BUMS perkebunan), termasuk PMA.
Dalam pola ini investor membangun kebun, pabrik dan sarana serta prasarana
penduduknya. Tahapan serta persyaratan membangun, mengoperasikan dan
mentransfer dirancang kesesuaiannya dengan karakteristik komoditas perkebunan
yang diusahakan serta perkiraan kondisi kebun dan pabrik juga masih
menguntungkan secara teknik ekonomis untuk dikelola koperasi.

5. Pola BTN
Pola ini mengadopsi pola pengembangan perumahan rakyat yang dikembangkan
oleh Bank Tabungan Negara (BTN). Pemerintah bukan hanya menyediakan paket
kredit untuk membangun kebun, tetapi juga mengembangkan kelembagan
keuangan perkebunan (seperti BTN) sebagai lembaga yang membiayai
pembangunan kebun atau pabrik, yang dilaksanakan oleh developer. Developer
dibatasi kepada BUMN/BUMS yang memiliki core competence dibidang perkebunan.
Kapling kebun yang telah dibangun dapat dimiliki oleh para pihak yang berminat
menanam modalnya dalam bentuk kebun. Koperasi dikembangkan untuk
mengelola kawasan perkebunan tersebut secara utuh dengan dana operasionalnya
bersumber dari jasa pengelolaan kawasan perkebunan dimaksud.

RUANG LINGKUP KEMITRAAN


Pembangunan kawasan usahatani pada hakekatnya melibatkan 3 (tiga)
komponen (mitra) yang saling berinteraksi yaitu pertama, faktor penataan
ruang/wilayah dengan memanfaatkan secara berkesinambungan (suistanable
development). Kedua, faktor sumber daya manusia (petani dan masyarakat
sekitar) dan ketiga, faktor pengembangan pola usaha pada satu kawasan. Ketiga
faktor tersebut saling berinteraksi membangun kawasan usaha tani menjadi pusat
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ketiga
komponen tersebut sangat terkait dengan pengembangan agribisnis meliputi
kegiatan penyediaan sarana dan prasarana kegiatan produksi/usahatani, kegiatan
pasca panen dan pemasaran. Dalam rangka mempercepat interaksi ketiga
komponen tersebut diperlukan peran swasta di sektor agribisnis.

Lingkup kemitraan usaha mulai dari hulu sampai hilir, seperti tercermin pada
gambar dibawah ini:

Sarana
dan
Prasarana Produksi Pengolahan Pemasaran

Pendukung (Perbankan,
Peraturan dan lain-lain)

Gambar 12. Sistem Agribisnis

Page 11 of 13
Pengantar Usahatani University of Brwijaya 2016

Keterlibatan investor dapat mengambil peran:


1. Hulu-Hilir
Investor dapat melakukan kemitraan usaha mulai dari lingkup penyediaan
sarana dan prasarana sampai dengan pemasaran (seluruh sub sistem dari hulu
hilir).

2. Parsial
Investor hanya bergerak pada satu atau lebih lingkup kegiatan kemitraan usaha
tani tetapi tidak secara keseluruhan. Misalnya hanya mengenai penyediaan
sarana dan prasarana, atau produksi saja atau pemasaran saja.

Peranan Stake Holder


Sejalan dengan jiwa dari Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, maka fungsi pemerintah dalam pembangunan nasional
berubah. Untuk mengefisiensikan perekonomian perlu dilakukan peninjauan
kembali terhadap peranan pemerintah dalam perekonomian, sedangkan peran
serta dikedepankan atau didorong untuk menjalankan perekonomian nasional.

Peranan Pemerintah
Pemerintah bertindak sebagai fasilitator dalam usahatani, tugas-tugas yang
harus dilaksanakan sebagai fasilitator antara lain:

i. Menyediakan infrastruktur (kualitas dan kuantits) untuk menurunkan


biaya overhead dan marketing dan menjamin ketetapan waktu
pengiriman
ii. Menyediakan sistem informasi untuk menurunkan ketidakpastian
iii. Menyediakan akses terhadap faktor produksi (SDM, Modal, dan
teknologi).
Sedangkan peran pemerintah sebagai regulator meliputi:

1. Menjamin kepastian hukum


Sektor agribisnis umumnya merupakan investasi jangka panjang terutama
untuk tanaman keras. Kepastian hak atas tanah menjadi sangat penting
terutama dalam situasi kredibilitas pemerintah
2. Menjamin keamanan
3. Tata ruang
4. Lingkungan hidup
5. Pajak dan pungutan liar
6. Standarisasi

Peranan Swasta

Peranan swasta dalam peningkatan usaha tani meliputi:

a. Swasta diharapkan sebagai motor pertumbuhan ekonomi


b. Menjamin pemasaran hasil produksi
c. Melakukan pembinaan produksi dan pasca produksi
d. Melaksanakan manajemen usaha secara menyeluruh

Page 12 of 13
Pengantar Usahatani University of Brwijaya 2016

Peranan Perbankan

Sedangkan peran perbankan dalam usaha tani antara lain:


a. Menyalurkan kredit modal kerja dan investasi kepada para petani dan
menerima pengembaliannya.
b. Mengawasi pelaksanaan penggunaan fasilitas kredit

REFERENSI

Anonymous, 2010. Investasi Swasta.


http://www.nafetrans.go.id/investasi swasta/modelkemitraan.php

Downey dan Erickson, 1992. Manajemen Agribisni. Penerbit Erlangga. Jakarta

Heru, dkk., 2010. Modul Usahatani, Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian.
Universitas Brawijaya
John L. Mariotti dalam Muhammad Jafar Hafsah, 1999, Kemitraan Usaha, Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta.
Sumardjo., Sulaksana, J., dan Darmono, W.A. 2004. Teori dan Praktik Kemitraan
Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta

Yulianjaya, Ferry dan Kliwon Hidayat. 2016. Pola Kemitraan Petani Cabai Dengan
Juragan Dari Luar Desa (Studi Kasus Kemitraan di Desa Kucur, Kecamatan
Dau, Kabupaten Malang). Jurnal Habitat. ISSN: 0853-5167 (p); 2338-2007
(e), Volume 27, No. 1, April 2016, Hal. 37-47. DOI:
10.21776/ub.habitat.2016.027.1.5

PROPAGASI

1. Carilah sebuah skripsi/ hasil penelitian lain/ artikel yang membahas tentang
pelaksanaan kemitraan suatu kegiatan usahatani.
2. Pelajari dan pahami pola kemitraan yang dilaksanakan dalam topik tersebut
Berilah komentar dan pembahasan terhadap topik tersebut dalam bentuk
paper sebagai bahan diskusi dan presentasi!

Page 13 of 13

Anda mungkin juga menyukai