Anda di halaman 1dari 6

SURAT PERJANJIAN KERJA BONGKAR MUAT BATUBARA

No: ...............................

Perjanjian kerja bongkar muat batubara ini dibuat pada hari Rabu, tanggal 10 Februari 2016, antara
kami yang bertanda tangan dibawah ini :

1. Perusahaan : ..........................
Alamat : ........................
......................
Diwakili oleh : ........................
Jabatan : ....................

Bertindak untuk dan atas nama PT ...................... selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA,

2. Perusahaan : ....................
Alamat : ....................
Diwakili Oleh : ....................
Jabatan : ....................

Bertindak untuk dan atas nama PT ....................selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut PARA PIHAK dan secara sendiri-
sendiri disebut PIHAK.

PASAL 1
Tujuan

PIHAK KEDUA memberikan pekerjaan kepada PIHAK PERTAMA untuk pelaksanaan bongkar muat
batubara dari tongkang ke atas kapal atau Mother Vessel dengan lokasi pekerjaan di ....................,
Kalimantan Selatan yang dituangkan dalam Surat Perjanjian Kerja Bongkar Muat batubara
(selanjutnya disebut sebagai “Perjanjian”)

PASAL 2
Muatan dan Lokasi Pemuatan

PARA PIHAK sepakat membuat suatu perjanjian kerjasama dalam hal pekerjaan bongkar muat
batubara dengan detail sebagai berikut:

Nama Kapal ....................


Jenis Muatan : ....................
Jumlah Muatan : ....................
Pelabuhan Bongkar : .....................
Rencana Kedatangan Vessel : ....................
Rencana commenced : ....................
Lamanya Pekerjaan : ....................
PASAL 3
Freight

3.1 PARA PIHAK sepakat harga pekerjaan bongkar muat batubara (stevedoring service) adalah
sebesar Rp 7,500/MT (tujuh ribu lima ratus rupiah per metrik ton) untuk muatan 35,000 MT +/-
10%.

3.2 Harga tersebut diterima oleh PIHAK PERTAMA diluar pajak.

3.3 Bilamana muatan yang diatur di pasal 2 melebihi dari rencana maka perhitungan akan
diselesaikan pada akhir final draft.

3.4 Bilamana pemuatan kurang dari rencana pemuatan maka PIHAK KEDUA akan di tagih sesuai
deadfreight pada pasal 2.

3.5 Biaya tersebut di atas termasuk biaya logistik dan transportasi untuk Tenaga Kerja Bongkar Muat
(TKBM Buruh) dan mobilisasi/demobilisasi alat berat menggunakan LCT (Landing Craft Tank)

3.6 Biaya tersebut tidak termasuk:


 Biaya Jasa barang/jasa dermaga dari Pelindo
 Biaya sewa Grab darat jika dibutuhkan PIHAK KEDUA

3.7 Adapun PARA PIHAK sepakat cara pembayaran sebagai berikut:


 Pembayaran 50% paling lambat 1 hari setelah ditandatanganinya kontrak,
 50% sisa (final) pembayaran akan diselesaikan paling lambat 3 (tiga) hari terhitung tanggal
diterimanya invoice dan dokumen pendukung lengkap,
 Pembayaran akan dilakukan pada setiap hari Rabu dalam setiap minggu atau menyesuaikan
jadwal pembayaran PIHAK KEDUA.

3.7 Invoice atas nilai pekerjaan bongkar muat batubara ini harus dikirmkan secara lengkap dengan
melampiri :
 Asli invoice yang dimaksud;
 Asli faktur pajak atas invoice yang dimaksud;

Ke alamat:
....................
....................
....................

3.8 Pembayaran tersebut akan ditransfer melalui rekening PIHAK Pertama:

BANK MANDIRI, CABANG JAKARTA TAMAN ISMAIL MARZUKI, Indonesia

Nomor rekening : ....................


Atas Nama : ....................
Quote reference : ....................
PASAL 4
Biaya Tambahan

Adapun biaya-biaya yang dibebankan kepada PIHAK KEDUA dan akan diperhitungkan kembali di luar
freight yang disepakati, sebagai berikut:

1. Biaya tambahan buruh kerja di hari libur sebesar Rp. 13,904,800 (Tiga Belas Juta Sembilan
Ratus Empat Ribu Delapan Ratus Rupiah) perhari untuk pekerjaan di 9 hari libur nasional sebagai
berikut : 2 (dua) hari Idul Fitri, 1 (satu) hari Idul Adha, 1 (satu) hari Kemerdekaan
Indonesia, 1 (satu) hari Natal, 1 (satu) hari Tahun Baru Imlek, 1 (satu) hari Tahun Baru Islam, 1
(satu) hari Hari Buruh Internasional, dan 1(satu) hari Tahun Baru Internasional sesuai dengan
Surat Keputusan Bersama (SKB) Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI) dan
Koperasi TKBM.
2. Apabila pemuatan menggunakan grab darat maka segala biaya yang ditagihkan oleh pihak
Koperasi TKBM menjadi tanggungjawab PIHAK KEDUA.

PASAL 5
Kewajiban

PIHAK PERTAMA akan melaksanakan pekerjaan setelah mendapatkan informasi kedatangan kapal
dari PIHAK KEDUA dalam bentuk Notice On Arrival pada hari ke 7/5/3/2/1 sebelum kedatangan kapal
atau Mother Vessel.

5.1 PIHAK PERTAMA menjamin loading rate 10.000 MT (Sepuluh Ribu Metrik Ton) per hari
dengan syarat:
5.1.1 Crane kapal dalam kondisi baik dengan kapasitas mengangkat beban minimum 25 ton
5.1.2 Kapasitas grap kapal minimum 10 Cubic Metric
5.1.3 Kondisi cuaca yang baik SHINC (Sundays Holidays Included)
5.1.4 Kesiapan Kargo
5.1.5 Lamanya waktu pemuatan dihitung membagi rencana kuantitas terangkut per 10.000
MT / hari. Dan biaya buruh ketika melebihi waktu lamanya pemuatan setiap hari akan
berlaku pada nilai Rp 3.000.000 (Tiga Juta Rupiah) per hari kalender setelah waktu
yang diizinkan telah berakhir.

5.2 PIHAK PERTAMA berkewajiban untuk menyiapkan perlengkapan Bongkar Muat yang terdiri
dari:
5.2.1 4 (empat) unit alat berat yang terdiri dari 3 (tiga) unit doozer dan 1 (satu) unit loader
5.2.2 Operator Crane dan Buruh Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM).
5.2.3 4 (empat) buah pneumatic rubber fender, mooring line dan tenaga Mooring/ un
mooring yang cukup
5.2.4 Mobilisasi dan demobilisasi alat berat menggunakan LCT (Landing Craft Tank)
5.2.5 Foreman
5.2.6 Bahan Bakar HSD (High Speed Diesel), tangki bahan bakar, suku cadang, operator dan
mekanik untuk peralatan berat.
5.2.7 Logistik untuk Foreman, Operator dan TKBM
5.2.8 Transportasi foreman, Operator dan TKBM
5.2.9 Alat-alat keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
5.3 PIHAK PERTAMA wajib memberikan laporan pemuatan minimal 2 (dua) kali sehari dan
dokumen pemuatan (Satetement Of Fact, Draught Survey dan Cargo Manifest) setelah
komplit pemuatan kepada PIHAK KEDUA.

5.4 PIHAK KEDUA wajib memberikan waktu 12 jam Notice Of Readiness (NOR) kepada PIHAK
PERTAMA untuk mempersiapkan pemuatan kapal dimulai.

5.5 PIHAK KEDUA berkewajiban menyediakan/menyiapkan cargo batubara diatas tongkang


hingga sandar di sisi/lambung Mother vessel. Dalam penyandaran bilamana ada permintaan
tambahan assist tug, maka biaya menjadi beban PIHAK KEDUA.

PASAL 6
Kerusakan Mother Vessel/tongkang

6.1 KEDUA BELAH PIHAK bertanggungjawab apabila ada kerusakan Mother Vessel atau tongkang
yang diakibatkan karena kesalahan buruh (TKBM) baik disengaja/ maupun tidak disengaja
selama kegiatan bongkar/muat berlangsung (human error). Besarnya tanggungjawab masing-
masing pihak dihitung berdasarkan berita acara kerusakan yang dibuat oleh perwakilan
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA.
6.2 Pihak Pertama bertanggung jawab terhadap kerusakan yang disebabkan oleh TKBM maupun
operator alat , yang mana akan dibuktikan dengan Berita Acara pada saat kejadian.l Pihak
Pertama menanggung biaya kerusakan sebesar maksimal Rp 20,000,000 (Dua Puluh Juta
Rupiah) untuk kerusakan pada Mother Vessel and Rp 10,000,000 (Sepuluh Juta Rupiah)
untuk kerusakan pada Tongkang.

6.3 Apabila kerusakan diakibatkan karena force majeur atau karena mother Vessel atau tongkang
tersebut tidak layak kerja, maka hal ini bukan menjadi tanggungjawab PIHAK PERTAMA.

6.4 Kerusakan Mother Vessel atau tongkang dihitung setiap kali pemuatan, jika ada klaim yang
terjadi setelah mother vessel dan/atau tongkang telah selesai dalam proses bongkar muat,
maka PIHAK PERTAMA dianggap tidak bertanggungjawab untuk menyelesaikannya.

PASAL 7
Pembatalan Kontrak

Apabila terjadi pembatalan muat oleh PIHAK KEDUA dengan alasan apapun sedangkan Pihak Tenaga
Kerja Bonngkar Muat (Buruh TKBM) sudah naik ke atas Mother vessel, maka PIHAK KEDUA harus
membayar sebesar 50% dari nilai kontrak (dihitung berdasarkan deadfreight pada pasal 2) kepada
PIHAK PERTAMA.

PASAL 8
Asuransi Kapal dan Cargo

Selama perjanjian berlangsung, asuransi kapal dan kargo menjadi tanggung jawab pemilik kapal dan
pemilik batubara. Pihak Pertama tidak bertanggung jawab atas terjadinya perubahan kualitas dan
kuantitas kargo selama proses pembongkaran dan pemuatan juga terhadap kerusakan kapal.

Pasal 9
Demurrage dan Despatch Mother Vessel

PARA PIHAK sepakat untuk menggunakan basis Customary Quick Dispatch dalam Surat Perjanjian ini
dan karenanya maka seluruh ketentuan yang mengatur mengenai Demurrage, Despatch dan Laytime
menjadi dihilangkan, kecuali disepakati lain oleh PARA PIHAK.

PASAL 10
Force Majeur

10.1 Tiada satu Pihak pun dapat dituntut dan dinyatakan telah lalai/gagal atau telah melakukan
pelanggaran terhadap kewajiban-kewajibannya sebagaimana diatur dalam Perjanjian ini
sepanjang pemenuhan terhadap kewajiban-kewajibannya tersebut terhalang akibat
terjadinya Keadaan Memaksa (“Force Majeure”) yang terjadi setelah tanggal berlakunya
Perjanjian ini.
10.2 Force Majeure adalah suatu keadaan di luar perkiraan, kendali atau kekuasaan suatu Pihak
yang secara langsung menyebabkan Pihak tersebut menjadi terhambat dan tidak dapat
memenuhi kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini kepada Pihak lainnya.
10.3 Force Majeure meliputi tetapi tidak terbatas pada :
a. Bencana alam (banjir, gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, angin puting-beliung,
tsunami atau kejadian lainnya yang secara umum dikategorikan sebagai bencana alam);
b. Perang, permusuhan (baik yang dinyatakan sebagai perang terbuka atau tidak), Invasi
tindakan musuh asing, mobilisasi militer, pengambil alihan, embargo, revolusi, penetapan
daerah operasi militer;
c. Kebakaran;
d. Kekacauan umum, pemberontakan, sabotase, kudeta atau huru-hara yang tidak disebabkan
oleh atau berkaitan dengan kelalaian salah satu Pihak;
e. Kekacauan sipil, blockade, dan/atau pemogokan nasional yang tidak disebabkan oleh atau
berkaitan dengan kelalaian salah satu Pihak ;
f. Perubahan Kebijakan Pemerintah yang secara tiba-tiba, baik di tingkatan serendah-
rendahnya adalah Kepala Daerah Tingkat II/Walikota/Bupati, yang secara langsung
mengakibatkan tidak dapat terpenuhinya kewajiban salah satu Pihak di dalam Perjanjian ini;
g. Kejadian lain yang disetujui dan disepakati secara tertulis oleh Para Pihak sebagai keadaan
memaksa.
10.4 Yang tidak termasuk dalam kategori Force Majeure adalah :
a. Ketidakmampuan untuk melakukan pembayaran atau menyelesaikan kewajibannya
(insolvensi);
b. Pailit; dan
c. Likuidasi/Pembubaran.
10.5 Force Majeure baru dianggap sah apabila Pihak yang mengalami Keadaan Memaksa sudah
memberikan pemberitahuan tertulis mengenai terjadinya peristiwa tersebut kepada Pihak
lainnya dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) hari kalender terhitung sejak tanggal
terjadinya Force Majeure dan surat tersebut harus disetujui oleh Pihak lain yang
menerimanya.
10.6 Kerugian masing-masing Pihak akibat Force Majeure akan ditanggung oleh PARA PIHAK.
PASAL 11
Penyelesaian Perselisihan
11.1 Apabila dikemudian hari timbul perselisihan, sehubungan pelaksanaan perjanjian ini, maka
Pihak Pertama dan Pihak Kedua setuju dan sepakat untuk menyelesaikannya secara
musyawarah dan kekeluargaan;

11.2 Apabila penyelesaian secara musyawarah dan kekeluargaan tidak tercapai, maka kedua belah
pihak setuju dan sepakat memilih menyelesaikannya perselisihan di Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan Indonesia.

PASAL 12
Lain-lain

Hal–hal lain yang belum diatur dalam perjanjian akan diatur kemudian dalam addendum,
berdasarkan kesepakatan kedua belah Pihak dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
perjanjian ini.

Perjanjian ini beserta lampiran-lampirannya merupakan satu kesatuan perjanjian yang mengikat
kedua belah pihak.

Perjanjian ini berlaku untuk 1 (satu) kali pengapalan, terhitung sejak ditandatanganinya kontrak
perjanjian Bongkar Muat ini.

Demikian Perjanjian ini dibuat, ditandatangani dan dimengerti masing-masing pihak dalam 2 (dua)
rangkap yang sama bunyinya dan keduanya telah dibubuhi materai yang cukup serta mempunyai
kekuatan hukum yang sama dan mengikat bagi masing-masing pihak.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA


.................... ....................

.................... ....................

Anda mungkin juga menyukai