Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH OSEANOGRAFI KIMIA

MIKRONUTRIEN

KELOMPOK 1 :

Iwan Dwi Setiawan (1610716210008)


Mitha Sari Rachmayanti (1610716220011)
Linda Apriliani (1610716120003)
Risman (1610716110008)

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Makhluk hidup pada dasarnya membutuhkan nutrien untuk melakukan
metabolisme dalam tubuh agar dapat tumbuh dan berkembang. Organisme hidup
memenuhi kebutuhannya akan nutrien dengan cara menyerap unsur hara dari
tanah, makan dan minum atau melalui proses absorbsi, dekomposisi dan difusi
elemen yang dibutuhkan dari lingkungan sekitarnya.
Ada elemen atau senyawa yang mampu diproduksi dan dihasilkan oleh
tubuh seperti hormon, zat tepung, serbuk sari dan madu pada bunga. Namun
adapula elemen yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Elemen ini umumnya
diperlukan dalam jumlah sedikit oleh tubuh namun sangat penting bagi proses
metabolisme, fisiologi dan reaksi biokimiawi dalam tubuh. Kekurangan elemen
ini akan menyebabkan gangguan metabolisme dan malnutrisi. Elemen ini dikenal
sebagai elemen esensial. Vitamin dan mineral termasuk dalam senyawa yang
bersifat esensial. Elemen esensial yang ada di laut umumnya memiliki konsentrasi
yang rendah. Konsentrasi elemen esensial yang berlebihan di dalam air laut
(akibat aliran air dari daratan dan antropogenik) dapat memberikan dampak yang
merugikan bagi makhluk hidup. Elemen yang tidak dibutuhkan oleh tubuh atau
jika kekurangan tidak menimbulkan gangguan pada proses metabolisme dalam
tubuh tergolong elemen non esensial.
Perairan laut memiliki konsentrasi senyawa organik yang sangat rendah
dibandingkan konsentrasi senyawa inorganik. Senyawa organic terdiri dari
kelompok hewan yang telah hidup dan telah mati. Serasah atau detritus hasil
degradasi bahan organik dan pengaruh antropogenik. Berdasarkan komposisi
kimianya, bahan organik terdiri atas karbohidrat, protein, asam amino, lemak,
hidrokarbon, asam karbosiklik, humus, dan kerogen erta komponen-komponen
mikro lainnya seperti steroid, aldehid, alkohol dan komponen organo-sulfur.
Unsur N, P dan Si adalah merupakan elemen esensial terpenting yang
dibutuhkan oleh organisme laut. Ketiga elemen tersebut berperan penting dalam
metabolisme, proses fisiologis dan reaksi biokimiawi dalam tubuh. Nitrogen
penting untuk membangun jaringan tubuh. Sedangkan fosfor dan silica penting
dalam pembentukan cangkang terutama bagi kelompok Diatom, Coccolithofor
dan Pteropod. Besi, Mangan, Tembaga, Seng, Kobal dan Molybdenum adalah
mikro elemen esensial yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan sebagaimana
ditemukan pada enzim.
Meskipun memiliki konsentrasi yang sedikit dalam air laut, namun mikro
elemen esensial tidak pernah menjadi faktor pembatas yang mengontrol populasi
biota laut. Kadang-kadang konsentrasi mikro elemen esensial ditemukan dalam
jumlah yang banyak dalam air laut, namun hal tersebut belum menjamin
pemenuhan kebutuhan mikro elemen esensial bagi organism laut. Hal ini karena
mikro elemen esensial tersebut berada dalam bentuk yang tidak dapat diabsorbsi
langsung oleh biota laut yang ada.

1.2. Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui dan lebih memahami
mikronutrient seperti Nitrogen, Fosfor dan Silika yang terdapat pada air laut baik
jenis, sumber, distribusi yang terjadi serta mengetahui pengaruh pencemaran
minyak terhadap mikronutrien di laut.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1. Definisi Elemen


Elemen adalah unsur, materi atau bahan dasar yang menyusun seluruh
benda di alam semesta. Elemen ini tersusun dari atom-atom yang berasal dari
elemen yang sama secara kimiawi dan memiliki sifat yang identik. Hingga saat ini
telah dikenal sekitar 116 elemen atau unsur. Elemen (organik dan inorganik)
terbagi menjadi 3 kelompok berdasarkan rata-rata konsentrasinya di alam, yaitu:
1. Elemen makro (0,05 – 750 mM) (Na, Cl, Mg)
2. Elemen mikro (0,05 – 50 μM) (P dan N)
3. Elemen trace atau kelumit (0,05 -50 nM) (Pb, Hg, Cd)

2.2. Elemen di Laut


Elemen yang terkandung di air laut ada yang merupakan elemen utama
(mayor), elemen tambahan (minor), dan elemen yang langka (trace). Elemen
utama adalah zat kimia yang melekat langsung dengan salinitas. Unsur-unsur
kimia yang terdapat dilaut antara lain adalah garam-garam inorganik, gas-gas
terlarut dan senyawa-senyawa organik. Garam-garan inorganik tersebut berasal
dari hasil erosi batu-batuan yang terjadi di daratan yang kemudian oleh sungai
diangkut ke laut. Proses ini berlangsung sejak terjadinya laut dipermukaan bumi
ini. Senyawa-senyawa lain terutama gas-gas terlarut, berasal dari udara yang
merembes masuk ke air laut. Perembesan gas-gas ke air laut ini dikenal sebagai
proses Difusi. Komposisi air laut yang konstan tetap dipertahankan karena
kebanyakan unsur utama menunjukkan sifat konservatif, yaitu konsentrasi di air
laut tidak mengalami perubahan yang berarti akibat reaksi biologi dan kimia di
laut. Namun, secara umum di dalam air laut terdapat sejumlah unsur yang
dominan (bagian mayoritas) dan unsur pelengkap (bagian minoritas).

2.3. Penyebaran (Variasi Musiman)


a. Nitrogen (2.400 ton/mil³ air laut)
Variasi musiman dari nitrit, nitrat dan ammonia terjadi pada lapisan
permukaan laut sebagai hasil dari aktifitas biologi. Perubahan konsentrasi
Nitrogen secara musiman sebagian besar terjadi di perairan dangkal daerah lintang
sedang atau lintang tinggi. Saat musim semi, terjadi peningkatan intesitas cahaya
dan durasi (lama penyinaran) yang menyebabkan peningkatan populasi
fitoplankton. Hal ini menimbulkan perpindahan Nitrogen anorganik terlarut dari
daerah eufotik. Populasi fitoplankton kemudian dimangsa oleh zooplankton dan
ikan. Nitrogen kemudian dikembalikan ke perairan dalam bentuk excrete
(kotoran), urine (amoniak dan urea) atau partikel feses yang akan didekomposisi
oleh bakteri sebelum dikembalikan ke perairan. Pada musim semi, proses
percampuran vertikal (vertical mixing) memiliki konstribusi mengangkat nutrien
dari perairan bawah ke zona eufotik. Akibatnya populasi fitoplankton bertambah
dengan cepat dan mulai menurun saat terbentuk zona termoklin yang menghalangi
suplai Nitrogen ke lapisan permukaan. Nutrien yang dominan pada waktu ini
adalah amoniak yang diekskresikan oleh Zooplankton dan selanjutnya
dimanfaatkan oleh algae dalam proses fotosintesis. Pada beberapa lokasi, terjadi
penurunan konsentrasi Nitrogen terlarut hingga mencapai taraf yang dapat
mematikan organisme. Ekskresi Nitrogen oleh zooplankton mencapai tingkat
maksimum saat populasi fitoplankton jarang. Hal ini terjadi karena kemungkinan
pemanfaatan protein sebagai sumber energi menurun saat makanan (fitoplankton)
berlimpah. Saat organisme mati atau dikonsumsi dan dikeluarkan dalam bentuk
feses oleh zooplankton, maka bakteri akan melakukan regenerasi Nitrogen.
Regenerasi nitrat seringkali menyebabkan blooming algae pada akhir musim
panas. Konsentrasi nitrat akan meningkat hingga mencapai titik maksimum pada
musim gugur dan kemudian menurun. Nitrifikasi akan selesai saat bulan Januari
saat permukaan mendingin dan badai membongkar lapisan termoklin,
menyebabkan nirat dapat terdistribusi kembali ke kolom air dan dasar perairan.
Kondisi yang berbeda terjadi pada daerah perairan yang memiliki up-welling yang
membawa nutrient dari perairan bawah ke lapisan permukaan. Kondisi perairan di
daerah up-welling sangat subur dan mendukung kehidupan fitoplankton yang
melimpah. Dengan demikian nutrient bukan merupakan faktor pembatas di daerah
ini. Perubahan konsentrasi nutrient di lautan terbuka yang jauh dari daratan juga
dipengaruhi oleh produktifitas fitoplankton dan hanya terbatas di lapisan
permukaan. Namun, proses regenerative terjadi di seluruh kolom per airan.
Organisme mati dan detritus organik akan diuraikan oleh bakteri saat tenggelam
dari permukaan air. Partikel organik akan tenggelam dengan lambat karena ukuran
partikel mengalami penyusutan dan densitas air laut yang lebih tinggi pada
perairan yang lebih dalam. Oksidasi partikel menyebabkan berpindahnya oksigen
dari dalam air, demikian pula dengan karbondioksida dan ion nitrat yang menjadi
produk akhir dari oksidasi senyawa organik akan terakumulasi di daerah perairan
yang lebih dalam. Konsentrasi nitrogen di seluruh samudera di dunia memiliki
konsentrasi yang konstan mulai dari kedalaman di daerah pertengahan hingga
dasar perairan.

b. Fosfor (330 ton/mil³ air laut)


Di perairan dangkal daerah variasi musiman ditemukan fosfat dan
konsentrasi fosfor organik terlarut. Pada musim dingin, sebagian besar fosfor
berada dalam bentuk orthofosfat. Namun, hal ini akan menurun dengan cepat pada
bulan maret saat fosfat digunakan oleh fitoplankton. Zooplankton dan ikan akan
memakan fitoplankton dan mengembalikan fosfat ke dalam perairan melalui
feses/buangan metabolisme5 dalam bentuk fosfat dan fosfor organik terlarut. Pada
bulan mei-Juni, konsentrasi fosfat akan menurun di daerah eufotik sehingga
konsentrasi fosfor organik terlarut lebih dominan. Setelah fitoplankton mengalami
blooming, regenerasin fosfat dari fitoplankton, detritus dan fosfor organik terlarut
akan kembali meningkat dengan cepat.

c. Silika (14.000 ton/mil³ air laut)


Salah satu organisme perairan yang mempunyai peranan penting adalah
diatom. Diatom merupakan produsen primer yang cukup melimpah dan
diperlukan sebagai pakan alami yang banyak ditemukan diperairan tawar maupun
perairan laut. Diatom merupakan kosmopolitan spesies yang terdistribusi secara
luas di seluruh lingkungan akuatik bahkan pada lingkungan darat yang terendam
secara berkala seperti permukaan batuan, beberapa jenis tumbuhan dan binatang
(Aprisanti et al., 2013 dalam Umiatun, 2017). Ciri khas diatom ditunjukkan
dengan adanya pahatan tertentu pada dinding selnya yang terdiri dari silika,
memiliki ketahanan yang tinggi terhadap tekanan lingkungan. Silika merupakan
elemen yang dibutuhkan diatom terutama untuk pembentukan dinding selnya.
Silika ini diambil oleh diatom dalam bentuk yang terlarut dalam air, yaitu sebagai
Si(OH)4. Berbagai jenis diatom memerlukan silika dalam jumlah yang berbeda-
beda, akibatnya saat terjadi variasi kandungan silika yang terlarut dalam air maka
dapat terjadi suksesi diatom, jadi perubahan kandungan silika merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan suksesi diatom (Werner, 1977 dalam Umiatun,
2017). Silika terlarut di daerah perairan pantai umumnya cukup tinggi karena efek
“run-off” dari daratan. Pada musim semi, ledakan populasi fitoplankton dengan
cepat menyebabkan menurunnya konsentrasi silikon. Regenerasi silikon akan
dimulai kembali pada musim panas saat pertumbuhan fitoplankton menjadi
lambat dan terus berlanjut hingga mencapai puncaknya pada awal musim dingin.
Pada beberapa daerah, ledakan populasi fitoplankton pada musim gugur dapat
menyebabkan terhambatnya regenerasi silikon untuk sementara waktu.
Konsentrasi silika terlarut di permukaan laut umumnya rendah, kecuali di daerah
yang mengalami up-welling. Pada lapisan yang lebih dalam, ditemukan
peningkatan yang tajam dari konsentrasi silikon. Pola distribusi silika berbeda dari
satu samudera ke samudera lainnya dan ditentukan oleh pola sirkulasi air dan oleh
suplai silikon terlarut dari Antartik dan dari diatom terlarut yang jatuh dari
permukaan. Proses absorbsi oleh organisme juga berpengaruh terhadap pola
distribusi silika.

2.4. Kandungan Mikronutrien di Laut


a. Nitrogen
Nitrat adalah sumber utama nitrogen di perairan, namun amonium lebih
disukai oleh tumbuhan. Kadar nitrat di perairan yang tidak tercemar biasanya
lebih tinggi dari pada kadar amonium. Kadar nitrat lebih dari 5 mg/liter
menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas
manusia dan tinja hewan. Kadar nitrogen yang lebih dari 0,2 mg/liter
menggambarkan terjadinya eutrofikasi perairan. Nitrat adalah bentuk nitrogen
sebagai nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen sangat
mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses
oksidasi sempurna di perairan. Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan
limbah domestik. Kadar nitrit pada perairan relatif karena segera dioksidasi
menjadi nitrat. Perairan alami mengandung nitrit sekitar 0,001 mg/liter. Di
perairan, nitrit ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit, lebih sedikit dari
pada nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Nitrit
merupakan bentuk peralihan antara amonia dan nitrat (nitrifikasi) dan antara nitrat
dan gas nitrogen (denitrifikasi) yang terbentuk dalam kondisi anaerob.
b. Fosfor
Konsentrasi fosfat di atas 0,3 µm akan menyebabkan kecepatan
pertumbuhan pada banyak spesies fitoplankton. Untuk konsentrasi dibawah 0,3
µm ada bagian sel yang cocok menghalangi dan sel fosfat kurang diproduksi.
Variasi di perairan pantai terjadi karena proses upwelling dan kelimpahan
fitoplankton. Pencampuran yang terjadi dipermukaan pada musim dingin dapat
disebabkan oleh bentuk linear di air dangkal. Saat suatu perairan mengalami
pencemaran akibat tumpahan minyak, maka akan menyebabkan pencampuran zat
kimia berbahaya kepada hewan-hewan dan tumbuhan-tumbuhan di perairan.
Fosfat yang dapat dibentuk karena proses pelapukan dan erosi atau dapat juga
terbentuk dari tumbuhan dan hewan sebagai fosfat organik akan terganggu siklus
nya sehingga dapat menyebabkan kadar fosfat di perairan tersebut terganggu.
c. Silika
Sumber silika pada lautan dunia melibatkan 3 jalur. Pertama adalah
pelapukan kimia dari sedimen dan diatom. Produksi silika dipengaruhi dari aliran
sungai dengan proses yang sangat climatedependent yang membawa mineral
lumpur dan serpihan-serpihan pelapukan batu. Asam silika masuk dalam lautan
baik secara langsung melalui aliran permukaan atau aliran dari dasar perairan
yang kemudian di transfer ke laut.
Keberadaan silika pada perairan tidak menimbulkan masalah karena tidak
bersifat toksik bagi makhluk hidup. Sebagian organisme laut membangun
kerangka tubuhnya dengan mengambil asam silika yang ada di air laut, organisme
itu seperti diatom, silika flagellata, dan radiolaria. Silika termasuk salah satu unsur
yang esensial bagi makhluk hidup. Diatom (Bacillariophyceae) membutuhkan
silika untuk pembentukan frustule (dinding sel). Setelah organisme ini mati
biogenik dari silika yang terakumulasi dalam tubuhnya akan larut dalam air laut.
Porsi dari silika yang lolos dari pemisahan rangka dengan bagian organ dari
organisme tersebut baik di permukaan maupun di perairan dalam akan mengalami
reservoir yang nantinya akan mengendap ke bawah dan akhirnya mencapai
sedimen.

2.5. Pengaruh Pencemaran Minyak Terhadap Mikronutrien di Laut


Komponen minyak tidak larut di dalam air akan mengapung pada
permukaan air laut yang menyebabkan air laut berwarna hitam. Beberapa
komponen minyak tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit
hitam pada pasir dan batuan-batuan di pantai. Hal ini akan berdampak terhadap
kualitas air. Penetrasi cahaya menurun di bawah lapisan minyak. Proses
fotosintesis terhalang pada zona euphotik sehingga rantai makanan yang berawal
pada phytoplankton akan terputus. Lapisan minyak juga menghalangi pertukaran
gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada
tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob.
Sehingga tingkat kesuburan perairan yang mengalami pencemaran minyak akan
menurun seiring dengan terpupusnya rantai makanan yang berawal dari
phytoplankton yang merupakan indikator suatu tingkat kesuburan perairan.
Kandungan unsur-unsur hara yang ada didalam air laut menjadi tidak dapat
dimanfaatkan oleh makhluk hidup yang berada di perairan tersebut karena sudah
terkontaminasi oleh minyak.
BAB 3. KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Risamasu,L.J.F et Prayitno B.H. 2011. Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat dan
Silikat di Perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan. Jurnal Ilmu
Kelautan Vol. 6 (3). Undana. NTT.
Redinal. 2012. Dampak Tumpahan Minyak Pada Biota Laut.
https://www.scribd.com/document/77728793/Dampak-Tumpahan-
Minyak-Pada-Biota-Laut (Diakses pada tanggal 2 Mei 2018).
Umiatun, S., dkk. 2017. Hubungan Antara Kandungan Silika Dengan Kelimpahan
Diatom Benthik di Sepanjang Sungai Pelus Kabupaten Banyumas. Scripta
Biologica. Vol. 4. No. 1. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai