Anda di halaman 1dari 7

PENYISIHAN WARNA, ZAT ORGANIK DAN KEKERUHAN PADA AIR GAMBUT

DENGAN KOMBINASI PROSES KOAGULASI-FLOKULASI MENGGUNAKAN


KOAGULAN ALUMUNIUM SULFAT (AL2(SO4)3) DAN MEMBRAN
ULTRAFILTRASI

Yulia Nastiti 1), Syarfi Daud 2), Syamsu Herman 3)


1)
Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, 2)Dosen Teknik Lingkungan
3)
Dosen Teknik Kimia
Laboratorium Pengendalian dan Pencegahan Pencemaran Lingkungan
Program Studi Teknik Lingkungan S1, Fakultas Teknik Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km. 12,5 Simpang Baru, Panam, Pekanbaru 28293
*E-mail : yulia.nastiti@gmail.com

ABSTRACT

The main challenge in peat water treatment is finding the treatment process that produces
treated water quality which meets the quality standard of clean water. One of the peat water
treatment is membrane ultrafiltration with combination coagulation-flocculation process.
Combination treatment is done to improve the quality of processed water and reduce the
workload of the membrane so membrane's performance increases. The purpose of this study
was to determine the decrease of turbidity, organic matter and color on coagulation-
flocculation process, determine the flux and rejection coefficient of turbidity, organic matter
and color in processing using ultrafiltration membranes without and with combination
coagulation-flocculation process and determine decrease of color, organic matter, and
turbidity in water treatment using membrane ultrafiltration with combination of coagulation-
flocculation process. The study was conducted by using 60 mg/L of coagulant aluminum
sulfate (Al2(SO4)3) on coagulation-flocculation process and ultrafiltration membrane feed
pressure 0.5; 1 and 1.5 bar. The results showed highest rejection coefficient values of
turbidity, organic matter and color obtained on peat water treatment by combination
coagulation-flocculation process and ultrafiltration membrane at pressure 0.5 bar, with
rejection coefficient value for turbidity, organic matter and color respectively amounted to
100 %, 91.04% and 96.68%.

Key Words: Aluminum Sulfate, Coagulation-Flocculation, Color, Organic Matter, Peat


Water, Turbidity, Ultrafiltration Membrane

1. PENDAHULUAN
Salah satu sumber air baku di Indonesia permukaan dari tanah bergambut dengan ciri
adalah air gambut. Riau merupakan provinsi mencolok karena warnanya merah
di Indonesia yang memiliki lahan gambut kecokelatan, mengandung zat organik tinggi,
terluas dengan 4,044 juta Ha atau 56,1 % dari pH 2-5, dan tingkat kesadahannya rendah
luas total lahan gambut di Sumatera yang [Kusnaedi, 2006]. Tingginya keasaman tanah
mencapai 7,2 juta Ha [Kurniawan, 2007]. gambut disebabkan oleh tingginya
Luas tersebut adalah sekitar 45 % dari luas kandungan asam-asam organik, yaitu asam
total Provinsi Riau, oleh sebab itu dapat humat dan asam fulvat [Barchia, 2006].
dikatakan bahwa air gambut merupakan Intensitas warna yang tinggi adalah salah
sumber air yang cukup besar di Provinsi Riau satu ciri khas dari air gambut yang
yang jika diolah dengan baik dapat dijadikan merupakan akibat dari tingginya kandungan
sebagai sumber air bersih bagi masyarakat zat organik terlarut, terutama dalam bentuk
[Novita, 2008]. Air gambut merupakan air asam humus dan derivatnya. Zat oganik yang

JOM FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 1


menyebabkan warna tersebut berasal dari organik dan warna pada proses koagulasi-
dekomposisi bahan organik seperti daun, flokulasi menggunakan koagulan alumunium
pohon atau kayu dengan berbagai tingkat sulfat (Al2(SO4)3). Menentukan fluks serta
dekomposisi [Notodarmojo dalam Syarfi dan koefisien rejeksi kekeruhan, zat organik dan
Herman, 2007]. Secara kuantitas air gambut warna pada proses pengolahan menggunakan
berpotensial menjadi sumber air untuk membran ultrafiltrasi tanpa dan dengan
dimanfaatkan manusia dalam kebutuhannya pengolahan pendahuluan. Menentukan
sehari-har, tetapi dari segi kualitas, estetika penurunan warna, zat organik, dan kekeruhan
dan kesehatan air gambut tidak layak dalam pengolahan air gambut menggunakan
digunakan untuk aktivitas manusia karena membran ultrafiltrasi dengan pengolahan
tidak memenuhi standar air bersih [Elfiana, pendahuluan.
2012].
Air gambut dapat dijadikan sumber air 2. METODA PENELITIAN
bersih jika dilakukan pengolahan terlebih Bahan-bahan yang digunakan dalam
dahulu. Teknologi konvensional yang penelitian ini adalah air gambut, aquades,
umumnya digunakan dalam pengolahan air koagulan alumunium sulfat (Al2(SO4)3) dan
dengan kandungan zat organik alam tinggi kapur (Ca(OH)2). Alat yang digunakan dalam
seperti air gambut meliputi aerasi, koagulasi, penelitian ini adalah satu unit modul
flokulasi, sedimentasi dan filtrasi, tetapi membran ultrafiltrasi yang dilengkapi dengan
teknologi konvensional memiliki pompa jenis diafragma dan dua pressure
keterbatasan seperti membutuhkan proses gauge yang dipasang pada aliran inlet dan
yang panjang, luas lahan besar, outlet, tangki influent dan tangki effluent,
membutuhkan banyak peralatan, selang, stopwatch, jar test, beaker glass, labu
membutuhkan bahan kimia, serta operasional ukur, gelas ukur, timbangan analitik, pH
dan perawatan yang rumit. Hal ini meter, turbiditymeter, dan spektrofotometer.
menimbulkan pemikiran untuk Variabel tetap penelitian pada proses
mengembangkan lebih jauh bahkan hingga koagulasi-flokulasi yaitu dosis koagulan
memodifikasinya dengan teknologi baru alumunium sulfat (Al2(SO4)3) sebesar 60
seperti teknologi membran [Mahardani dan mg/L, kecepatan pengadukan koagulasi
Ferdyan, 2006]. Teknologi membran di sebesar 100 rpm selama 1 menit, kecepatan
Indonesia merupakan teknologi yang relatif pengadukan flokulasi sebesar 40 rpm selama
baru dalam pengolahan air. Salah satu jenis 15 menit dan pada proses membran yaitu
membran yang sering digunakan adalah waktu pengoperasian membran selama 100
membran ultrafiltrasi. Membran ultrafiltrasi menit. Variabel bebas penelitian yaitu
memiliki diameter pori dengan rentang 1-10 tekanan umpan sebesar 0,5 bar; 1 bar dan 1,5
nm [Baker, 2004]. Salah satu keunggulan bar. Penelitian dilakukan dengan dua metode
membran adalah kemampuan dalam pengolahan yaitu pengolahan air gambut
merejeksi berbagai kontaminan dalam air menggunakan membran ultrafiltrasi dengan
umpan relatif baik [Syarfi dan Herman, air umpan tanpa didahului pengolahan
2007]. Penelitian ini akan dilakukan pendahuluan dan dengan didahului
pengolahan air gambut dengan pengolahan pendahuluan.
mengkombinasikan teknologi konvensional Sampel yang diperoleh dari setiap
yaitu koagulasi-flokulasi dengan teknologi perlakuan dianalisa warna, zat organik dan
membran untuk mencapai kualitas yang lebih kekeruhan. Analisa dilakukan dengan
baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggunakan metode yang mengacu pada
menentukan penurunan kekeruhan, zat SNI. Data volume permeat yang didapat

JOM FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 2


kemudian diolah dalam bentuk fluks. Fluks alumunium sulfat (Al2(SO4)3) sebesar 60
dirumuskan sebagai berikut : mg/L (berdasarkan jar test). Hasil
J=[ ] pengolahan koagulasi-flokulasi dapat dilihat
dimana : pada Tabel 2 dibawah ini.
J = Fluks (L/m2.jam)
V = Volume permeat (L) Tabel 2. Hasil Analisa Pengolahan
A = Luas permukaan membran (m2) Koagulasi-Flokulasi
Sebelum Setelah
t = Waktu (jam) Parameter Koagulasi- Koagulasi-
Baku
sedangkan data hasil analisa diolah untuk Mutu *
Flokulasi Flokulasi
menentukan koefisien rejeksi membran Kekeruhan 32 NTU 5,11 NTU 5 NTU
dengan persamaan sebagai berikut : Zat 42,34 23,38 10
Organik mg/L mg/L mg/L
R=( ) x 100 % KMnO4 KMnO4 KMnO4
dimana : Warna 50
391 PtCo 128 PtCo
R = Koefisien rejeksi (%) PtCo
*) Berdasarkan Permenkes RI
Cp = Konsentrasi zat terlarut dalam No.416/MENKES/PER/IX/1990
permeat
Cf = Konsentrasi zat terlarut dalam Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa
Umpan nilai kekeruhan menurun dari 32 NTU
menjadi 5,11 NTU, nilai zat organik
3. HASIL DAN PEMBAHASAN menurun dari 42,34 mg/L KMnO4 menjadi
3.1. Hasil Analisa Karakteristik Awal Air 23,38 mg/L KMnO4 dan untuk nilai warna
Gambut Desa Air Terbit menurun dari 391 PtCo menjadi 128 PtCo.
Uji karakteristik air gambut ini meliputi Penurunan tersebut disebabkan karena
warna, zat organik, kekeruhan dan pH. Hasil penambahan koagulan akan menghasilkan
analisa uji karakteristik untuk air gambut dari reaksi kimia dimana muatan- muatan negatif
Desa Air Terbit, Kecamatan Tapung, yang saling tolak-menolak di sekitar partikel
Kabupaten Kampar ini dapat dilihat pada terlarut berukuran koloid akan ternetralisasi
Tabel 1. oleh ion-ion positif dari koagulan dan pada
akhirnya partikel-partikel koloid tersebut
Tabel 1. Hasil Analisa Uji Karakteristik
akan saling tarik-menarik dan menggumpal
Awal Air Gambut Desa Air
membentuk flok [Gao dkk, 2009]. Flok-flok
Terbit
yang telah terbentuk akan lebih mudah
Hasil Baku
Parameter Satuan mengendap dan dipisahkan dari air gambut,
Analisa Mutu *
pH - 6,5 -9,0 sehingga nilai kekeruhan, zat organik dan
Warna PtCo 391 50 warna akan menurun.
Zat mg/L 42,34 10 Tabel 2 juga menunjukkan bahwa nilai
Organik KMnO4 kekeruhan, zat organik dan warna setelah
Kekeruhan NTU 32 5
*) Berdasarkan Permenkes RI No. koagulasi-flokulasi masih berada diatas baku
416/MENKES/PER/IX/1990 mutu air bersih yang telah ditetapkan. Hal ini
disebabkan karena masih terdapat zat-zat
3.2. Pengolahan Air Gambut tersuspensi yang belum tersisihkan saat
Menggunakan Proses Koagulasi- proses koagulasi-flokulasi, sehingga perlu
Flokulasi dilakukan pengolahan lebih lanjut
Pengolahan koagulasi-flokulasi menggunakan membran ultrafiltrasi.
dilakukan dengan penambahan koagulan

JOM FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 3


3.3. Fluks Membran Ultrafiltrasi Tanpa pendahuluan pada tekanan 0,5; 1 dan 1,5 bar
dan dengan Pengolahan Pendahulan masing-masing adalah 210,123 L/m2.jam,
Hasil perhitungan fluks membran tanpa 217,241 L/m2.jam dan 269,960 L/m2.jam.
dan dengan pengolahan pendahuluan Grafik pada gambar 1 dan 2 menjelaskan
koagulasi-flokulasi dapat dilihat pada bahwa semakin besar tekanan akan
Gambar 1 dan Gambar 2. menghasilkan fluks yang lebih besar. Hal ini
disebabkan karena semakin besar tekanan,
maka gaya dorong (driving force) yang
dihasilkan akan semakin besar. Gaya dorong
(driving force) yang semakin besar kemudian
akan menyebabkan meningkatnya volume air
umpan yang melewati membran sehingga
fluks yang dihasilkan juga akan semakin
besar [Shadili, 2013].
Kedua grafik diatas juga menunjukkan
bahwa fluks akan mengalami penurunan
Gambar 1.Karakteristik Fluks Membran
selama pengoperasian membran. Hal ini
Tanpa Pengolahan Pendahuluan
terjadi karena semakin lama waktu
pada Berbagai Tekanan
pengoperasian membran akan terbentuk
polarisasi konsentrasi dan fouling. Polarisasi
Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat nilai
konsentrasi terjadi karena material didalam
fluks tertinggi ada pada tekanan 1,5 bar
umpan berkumpul pada permukaan membran
sedangkan nilai fluks terendah ada pada
dan membentuk lapisan yang semakin lama
tekanan 0,5 bar. Nilai fluks rata-rata
akan semakin menebal [Syarfi dan Syamsu,
membran ultrafiltrasi tanpa pengolahan
2007]. Fouling terjadi akibat adanya partikel-
pendahuluan pada tekanan 0,5; 1 dan 1,5 bar
partikel yang tertahan dan menutupi
masing-masing adalah 178,932 L/m2.jam,
permukaan membran [Mulder,1996]. Hal ini
196,293 L/m2.jam dan 223,086 L/m2.jam.
menyebabkan terhalangnya air umpan
melewati membran sehingga kinerja
membran menurun yang ditandai dengan
penurunan fluks secara terus-menerus dan
penurunan fluks ini merupakan fungsi dari
waktu [Mahmud, 2005].
Jika dilakukan perbandingan, terlihat
bahwa fluks rata-rata membran ultrafiltrasi
dengan pengolahan pendahuluan lebih besar
daripada fluks rata-rata membran ultrafiltrasi
Gambar 2. Karakteristik Fluks Membran tanpa pengolahan pendahuluan. Menurut
dengan Pengolahan Pendahuluan Notodarmojo dan Anne [2004], pengolahan
pada Berbagai Tekanan pendahuluan akan mengurangi gejala
polarisasi konsentrasi yaitu terkumpulnya
Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat nilai koloid dan partikel pada permukaan
fluks tertinggi ada pada tekanan 1,5 bar membran yang akan membentuk lapisan
sedangkan nilai fluks terendah ada pada cake. Hal ini disebabkan karena proses
tekanan 0,5 bar. Nilai fluks rata-rata koagulasi menyebabkan partikel-partikel
membran ultrafiltrasi dengan pengolahan koloid di dalam air umpan mengendap, dan

JOM FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 4


mengurangi kandungan kontaminan yang
akan disaring oleh membran, sehingga fluks
yang diperoleh dari air umpan dengan
pengolahan pendahuluan akan mengalami
peningkatan.

3.4. Selektivitas Membran Ultrafiltrasi


Tanpa dan dengan Pengolahan
Gambar 4. Koefisien Rejeksi Zat Organik
Pendahuluan
pada Berbagai Tekanan Tanpa
Selektivitas membran digambarkan oleh
dan dengan Pengolahan
koefisian rejeksi. Koefisien rejeksi
Pendahuluan
kekeruhan, zat organik dan warna pada
pengolahan menggunakan membran
Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat
ultrafiltrasi tanpa dan dengan pengolahan
pada tekanan 0,5 bar koefisien rejeksi zat
pendahuluan dapat dilihat pada Gambar 3, 4
organik tanpa pengolahan pendahuluan
dan 5.
sebesar 74,63% sedangkan dengan
pengolahan pendahuluan meningkat menjadi
91,04%. Pada tekanan 1 bar koefisien rejeksi
zat organik tanpa pengolahan pendahuluan
sebesar 73,13% sedangkan dengan
pengolahan pendahuluan meningkat menjadi
86,57%. Pada tekanan 1,5 bar koefisien
rejeksi zat organik tanpa pengolahan
pendahuluan sebesar 70,15% sedangkan
dengan pengolahan pendahuluan meningkat
Gambar 3. Koefisien Rejeksi Kekeruhan menjadi 83,58%.
pada Berbagai Tekanan Tanpa
dan dengan Pengolahan
Pendahuluan

Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat


pada tekanan 0,5 bar koefisien rejeksi
kekeruhan tanpa pengolahan pendahuluan
flokulasi sebesar 94,78% sedangkan dengan
pengolahan pendahuluan meningkat menjadi
100%. Pada tekanan 1 bar koefisien rejeksi Gambar 5. Koefisien Rejeksi Warna pada
kekeruhan tanpa pengolahan pendahuluan Berbagai Tekanan Tanpa dan
sebesar 94,53% sedangkan dengan dengan Pengolahan
pengolahan pendahuluan meningkat menjadi Pendahuluan
98,81%. Pada tekanan 1,5 bar koefisien
rejeksi kekeruhan tanpa pengolahan Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat
pendahuluan sebesar 93,56% sedangkan pada tekanan 0,5 bar koefisien rejeksi warna
dengan pengolahan pendahuluan meningkat tanpa pengolahan pendahuluan sebesar
menjadi 98,38%. 71,36% sedangkan dengan pengolahan
pendahuluan meningkat menjadi 96,68%.
Pada tekanan 1 bar koefisien rejeksi warna

JOM FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 5


pengolahan pendahuluan sebesar 71,10% pori akan menurunkan kemampuan membran
sedangkan dengan pengolahan pendahuluan untuk menahan partikel yang terdapat pada
meningkat menjadi 91,56%. Pada tekanan air umpan sehingga nilai koefisien rejeksi
1,5 bar koefisien rejeksi warna tanpa membran pada tekanan yang besar akan
pengolahan pendahuluan sebesar 66,24% menurun [Notodarmojo dan Anne, 2004].
sedangkan dengan pengolahan pendahuluan
meningkat menjadi 91,30%. 4. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan Gambar 3, 4 dan 5 dapat Dari hasil penelitian dan pembahasan
dilihat bahwa pengolahan pendahuluan akan dapat diambil kesimpulan bahwa:
meningkatkan nilai koefisisen rejeksi. 1. Pengolahan koagulasi-flokulasi mampu
Peningkatan koefisien rejeksi tersebut menurunkan kekeruhan dari 32 NTU
dikarenakan pengolahan pendahuluan berupa menjadi 5,11 NTU, nilai zat organik dari
koagulasi-flokulasi dapat mengendapkan 42,34 mg/L KmnO4 menjadi 23,38 mg/L
koloid dan partikel penyebab tingginya nilai KmnO4 dan nilai warna dari 391 PtCo
kekeruhan, zat organik dan warna yang menjadi 128 PtCo.
terdapat pada air gambut. Koagulasi-flokulasi 2. Pada pengolahan air gambut
akan menurunkan beban penyaringan menggunakan membran ultrafiltrasi
membran karena sebagian pengotor (berupa tanpa pengolahan pendahuluan, fluks
flok) telah terendapkan [Liang dkk, 2007]. rata-rata tertinggi didapat pada tekanan
Zat tersuspensi yang belum sempat 1,5 bar yaitu sebesar 223,086 L/m2.jam
terpisahkan pada proses koagulasi-flokulasi dan koefisien rejeksi tertinggi didapat
akan dipisahkan oleh membran, sehingga pada tekanan 0,5 bar nilai koefisien
pengolahan air gambut dengan kombinasi rejeksi kekeruhan, zat organik serta
pengolahan pendahuluan koagulasi-flokulasi warna masing-masing sebesar 94,78%,
mampu menyisihkan kekeruhan, zat organik 74,63% 71,36%.
dan warna lebih banyak dan didapatkan hasil 3. Pengolahan air gambut menggunakan
olahan yang lebih baik. membran ultrafiltrasi dengan pengolahan
Berdasarkan Gambar 3, 4 dan 5 juga pendahuluan, fluks rata-rata tertinggi
dapat dilihat bahwa penyisihan tertinggi baik didapat pada tekanan 1,5 bar yaitu
kekeruhan, zat organik maupun warna sebesar 269,960 L/m2.jam dan koefisien
didapat pada tekanan 0,5 bar dan penyisihan rejeksi tertinggi didapat pada tekanan 0,5
terendah didapat pada tekanan 1,5 bar. bar nilai koefisien rejeksi kekeruhan, zat
Kemampuan rejeksi pada membran berbeda organik serta warna masing-masing
untuk setiap tekanan, pada tekanan terkecil sebesar 100%, 91,04% dan 96,68%.
yaitu 0,5 bar kecepatan aliran umpan yang 4. Penurunan kekeruhan, zat organik dan
melewati membran lebih rendah dan fluida warna tertinggi didapat pada pengolahan
lebih stabil sehingga kontaminan mempunyai air gambut dengan kombinasi
kesempatan untuk tersaring lebih besar, pengolahan pendahuluan koagulasi-
sebaliknya semakin tinggi tekanan, gaya flokulasi dan membran ultrafiltrasi pada
dorong akan semakin besar menyebabkan tekanan 0,5 bar, dengan nilai kekeruhan
semakin cepat aliran umpan yang melewati dari 32 NTU menjadi 0 NTU, nilai zat
membran, sehingga kemungkinan lolosnya organik dari 42,34 mg/L KMnO4
partikel semakin besar. Kemungkinan adanya menjadi 3,79 mg/L KMnO4 dan nilai
deformasi (pelebaran pori) pada membran warna dari 391 PtCo menjadi 13 PtCo.
akibat semakin besar tekanan juga dapat Beberapa hal yang disarankan dari hasil
menurunkan nilai koefisien rejeksi. Pelebaran penelitian ini adalah perlu dilakukan

JOM FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 6


pengolahan air gambut dengan parameter Mahardani., & Ferdyan. (2006). Pengolahan
yang berbeda dan juga pada penelitian Air Baku Menjadi Air Minum dengan
selanjutnya dapat digunakan jenis umpan Teknologi Membran Mikrofiltrasi dan
yang berbeda. Ultrafiltrasi. Kumpulan Naskah Pekan
Ilmiah Mahasiswa Nasional Tahun
DAFTAR PUSTAKA 2006 Universitas Muhammadiah
Baker, R.W. (2004). Membrane Technology Malang.
and Application (2nd ed.). California: Mulder. (1996). Basic Principles of
John Wiley & Son Ltd. Membrane Technology 2nd Edition.
Barchia, M.F. (2006). Gambut : Hetherland: Academic Publisher.
Agroekosistem dan Transformasi Notodarmojo, S. & Anne, D. (2004).
Karbon. Yogyakarta : Gadjah Mada Penurunan Zat Organik dan
University Press. Kekeruhan Menggunakan Teknologi
Elfiana. (2012). Penurunan Konsentrasi Membran Ultrafiltrasi dengan Sistem
Organik Air Gambut AOP (Advance Aliran Dead-End. PROC. ITB Sains &
Oxidation Processes) dengan Tek. Vol. 36 A, No. 1, 63-82.
Fotokimia Sinar UV dan UV- Novita, E. (2008). Penurunan Intensitas
Peroksidasi. Prodising Seminar Warna Air Gambut Menggunakan
Nasional Yusuf Benseh. Cangkang Telur. Tesis Pasca Sarjana,
Gao, S., Jixian, Y., Jiayu, T., Fang, M., Teknik Lingkungan, Institut Teknologi
Gang, T., & Maon, D. (2009). Electro- Bandung: Bandung.
gulation-flotation process for algae Permenkes., (1990). Peraturan Menteri
removal. Journal of Hazardous Kesehatan No. 416/
Materials 177, 336-343. MEN.KES/PER/IX/1990 tentang
Kurniawan, S. (2007). Stop Konversi Syarat-Syarat dan Pengawasan Air.
Semenanjung Kampar Karena Memicu Shadili, M. (2013). Kombinasi Pengolahan
Perubahan Iklim. Artikel Jikalahari- Anaerob dan Membran Ultrafiltrasi
WWF Indonesia. Berbahan Dasar Polisulfon untuk
http://www.wwf.or.id?2740/. Diakses Proses Pengolahan Limbah Cair
pada tanggal 30 September 2014. Kelapa Sawit. Tugas Akhir, Teknik
Kusnaedi. (1995). Mengolah Air Gambut dan Kimia, Universitas Riau: Pekanbaru.
Air Kotor untuk Air Minum. Jakarta : Syarfi., & Syamsu, H. (2007). Rejeksi Zat
Penebar Swadaya. Organik Air Gambut Dengan Membran
Liang, H., Weija, G., & Guibai L., (2007). Ultrafiltrasi. Jurnal Sains dan
Performance evaluation of water Teknologi 6(1) 1-4.
treatment ultrafiltration pilot plants
treating algae-rich reservoir water.
Journal Desalination 221,345-350.

JOM FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 7

Anda mungkin juga menyukai