OP-019
PENGOLAHAN AIR GAMBUT DENGAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI SISTEM
ALIRAN CROSS-FLOW UNTUK MENYISIHKAN ZAT WARNA DENGAN
PENGOLAHAN PENDAHULUAN KOAGULAN LEMPUNG CENGAR
ABSTRAK
Pengolahan air gambut masih memiliki banyak kendala, teknologi membran merupakan salah satu teknologi alternatif
yang layak untuk dikembangkan dalam pengolahan air gambut. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi
dosis terhadap efisiensi penyisihan terhadap kualitas zat warna air gambut, dan mengetahui pengaruh tekanan trans
membran terhadap fluks dan rejeksi pada proses pre treatment maupun tanpa pre treatment. Hasil penelitian
menunjukkan tingkat penyisihan tertinggi zat warna pada proses koagulasi-flokulasi dicapai pada konsentrasi Lempung
Cengar 100 ml dengan efisiensi 25,770%. Fluks tertinggi pada proses membran dengan pre treatment umpan mencapai
13,295 ml/menit.cm2 dan tanpa pre treatment mencapai 12,039 ml/menit.cm2 pada tekanan 1,5 bar. Rejeksi warna pada
proses membran dengan pre treatment mencapai 88,5% dan tanpa pre treatment mencapai 51,8% pada tekanan 0,5 bar
atau 357 PtCo menjadi 41 PtCo.
Kata kunci : air gambut, koagulan, lempung cengar gambut, warna, membran ultrafiltrasi.
105
Seminar Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan II e-ISSN 2541-3880
Padang, 19 Oktober 2016
120 rpm selama 1 menit, pengadukan lambat (flokulasi) menit (pengadukan cepat),dilanjutkan dengan
dengan kecepatan 40 rpm selama 20 menit. pengadukan lambat dengan kecepatan 40 rpm selama 10
menit. Perlakuan kedua dan ketiga dilakukan dengan
Variabel Berubah
variasi dosis koagulan 150 ml dan 200 ml.
a. Variasikan dosis koagulan Tanah Lempung sebesar
Pengolahan Air Gambut Menggunakan pre
100 ml, 150 ml dan 200 ml dalam 1000 ml sampel
treatmentKoagulasi-Flokulasi dan Membran
air gambut.
Ultrafiltrasi
b. Tekanan umpan sebesar 0,5 bar, 1 bar dan 1,5 bar.
Air gambut yang telah melalui proses pre treatment
2.3 Parameter
koagulasi-flokulasi dengan dosis Tanah Lempung 100
Zat Warna. ml difiltrasikan ke membran ultrafiltrasi dengan
perlakuan tekanan 0,5 bar, 1 bar dan 1,5 bar. Percobaan
2.4 Prosedur Penelitian dilakukan selama 100 menit dan setiap 5 menit sekali
Persiapan Tanah Lempung dicatat volume permeat untuk penentuan fluksnya.
Sampel tanah lempung diambil dari Desa Cengar,
Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Singingi. Sampel diekstraksi dengan asam sulfat. 3.1 Hasil Uji Kualitas Air Gambut Untuk Parameter
Lempung dikalsinasi pada suhu 600ºC selama 1 jam Warna, Zat Organik Dan Kekeruhan
dengan ukuran partikel lempung 100 mesh. Lempung
Hasil uji kualitas air gambut untuk parameter pH dan zat
sebanyak 5,4 gram diekstraksi dengan 10 ml larutan 0,4
warna dapat dilihat pada Tabel 1.
mol H2SO4. Pengadukan dengan magnetic stirrer pada
kecepatan 700 rpm pada suhu 100ºC selama 1 jam. Tabel 1. Hasil Uji Air Gambut
Setelah proses ekstraksi, campuran disaring dengan
whatman42. Filtrat yang didapatkan merupakan Parameter Satuan Hasil Baku
koagulan cair yang akan dikoagulasikan dengan sampel Analisa Mutu
air gambut. Ph - 4,5 6,5-9
Persiapan Sampel Air Gambut Warna PtCo 357 50
Sampel air gambut diambil dari Desa Kampung Pinang, *)
PermenkesNo.416/MENKES/PER/IX/1990
Kecamatan Perhentian Raja, Kabupaten Kampar.
Analisa awal dilakukan terhadap parameter pH dan zat Berdasarkan Tabel 1 kualitas air gambut untuk
warna. parameter pH dan zat warna dibandingkan dengan baku
mutu sesuai dengan Permenkes
Pengolahan Air Gambut dengan Membran No.416/MENKES/PER/IX/1990, pH masih sangat jauh
Ultrafiltrasi Tanpa pre treatment Koagulasi- sebesar 6,5-9 sedangkan nilai warna pada air gambut
Flokulasi 357 PtCo.
Air gambut difiltrasikan dengan membran ultrafiltrasi
3.2 Pengaruh Koagulan Tanah Lempung pada
pada tekanan 0,5 bar, 1 bar dan 1,5 bar selama 100
Proses Koagulasi-Flokulasi Terhadap Efisiensi
menit dan setiap 5 menit sekali dicatat volume permeat
Penyisihan Zat Warna.
untuk penentuan fluks.
Efisiensi penyisihan zat warna pada variasi dosis
Pengolahan Air Gambut dengan Koagulasi- koagulan tanah lempung hasil pengolahan koagulasi-
Flokulasi flokulasi dapat dilihat pada Tabel 2.
Air 1000 ml ditambahkan 100 ml koagulan cair dari
lempung diaduk dengan kecepatan 120 rpm selama 1
Tabel 2. Hasil Analisa Efisiensi Penyisihan Zat Warna pada Pengolahan Koagulasi-Flokulasi
106
Seminar Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan II e-ISSN 2541-3880
Padang, 19 Oktober 2016
kekeruhan yang terjadi berbentuk koloid, zat terlarut belum mencapai baku mutu air bersih yang telah
atau tersuspensi.Dosis koagulan tanah lempung 100 ml ditetapkan, hal ini dikarenakan pada proses koagulasi-
flokulasi tidak semua partikel koloid mengalami 100 menit. Kinerja membran dilihat dengan menghitung
destabilisasi. Pada proses koagulasi-flokulasi terjadi fluks dan rejeksi pada setiap tekanan.
pembentukan ikatan antara ion positif dari koagulan
3.4 Fluks Membran Ultrafiltrasi Tanpa dan Dengan
dengan ion negatif dari partikel, seperti :
pre treatment Koagulasi-Flokulasi
Al+3 + 3OH- Al(OH)3
Fluks yang dihasilkan dipengaruhi oleh waktu dan
3.3 Pengolahan Air Gambut Membran Ultrafiltrasi tekanan. Pengamatan fluks membran ultrafiltrasi
Tanpa dan dengan pre treatment Koagulasi- dilakukan setiap 5 menit dengan waktu operasi selama
Flokulasi 100 menit. Fluks tanpa pre treatment koagulasi-
Pengolahan air gambut dengan membran ultrafiltrasi flokulasi dan fluks dengan pre treatment koagulasi-
dilakukan dengan tiga variasi tekanan yaitu 0,5 bar, 1 flokulasi dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.
bar dan 1,5 bar. Waktu pengoperasian membran selama
Fluks (ml/menit.cm²)
14
12
10 Tekanan 0,5
8 bar
6
4 Tekanan 1
2 bar
0 Tekanan 1,5
0 50 100 bar
Waktu (menit)
14
Fluks (ml/menit.cm²)
Tekanan 0,5
9 bar
Tekanan 1
4
bar
-1 Tekanan 1,5
0 50 100 bar
Waktu (menit)
Gambar 1 menunjukkan bahwa nilai fluks cendrung diperoleh akan lebih jernih. Pre treatment juga akan
menurun dengan naiknya waktu. Penurunan fluks ini mengurangi gejala polarisasi konsentrasi hal ini
terjadi karena semakin lama waktu pengoperasian menyebabkan fluks yang diperoleh dari air umpan
membran maka akan terbentuk polarisasi konsentrasi dengan pengolahan pendahuluan menghasilkan fluks
dan fouling. Polarisasi konsentrasi terjadi karena yang lebih besar [Notodarmojo dan Anne, 2004].
material yang terdapat didalam umpan berkumpul pada
Berdasarkan Gambar 1 dan 2 Fluks meningkat dengan
permukaan membran dan membentuk lapisan [Syarfi
naiknya tekanan. Nilai fluks rata-rata tertinggi yang
dan Syamsu, 2007]. Peristiwa fouling terjadi karena
dihasilkan tanpa pengolahan pendahuluan koagulasi-
tersumbatnya pori-pori membran akibat proses
flokulasi didapat pada tekanan 1,5 bar yaitu sebesar
pemisahan zat yang mengakibatkan kemampuan
12,039 ml/menit.cm2. Nilai fluks dengan pre treatment
membran untuk penyaringan semakin berkurang
umpan meningkat dibandingkan tanpa pre treatment
[Mulder, 1996].
umpan. Nilai rata-rata fluks tertinggi yang dihasilkan
Gambar 2 menunjukkan bahwa fluks membran dengan pre treatment koagulasi-flokulasi didapat pada
ultrafiltrasi dengan pre treatment koagulasi-flokulasi tekanan 1,5 bar yaitu sebesar 13,295 ml/menit.cm2. Hal
lebih besar daripada fluks membran ultrafiltrasi tanpa ini disebabkan karena semakin besar tekanan, maka
pre treatment. Hal ini disebabkan karena penambahan gaya dorong yang diberikan semakin besar. Gaya
koagulan Tanah Lempung Cengar pada pre treatment dorong yang semakin besar menyebabkan jumlah massa
koagulasi-flokulasi telah menyisihkan partikel-partikel yang melewati membran semakin besar sehingga fluks
terlarut, koloid dan zat tersuspensi yang terdapat yang dihasilkan akan meningkat [Shadili, 2013].
didalam air gambut, sehingga hasil pengolahan yang
107
Seminar Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan II e-ISSN 2541-3880
Padang, 19 Oktober 2016
3.5 Rejeksi Zat Warna Membran Ultrafiltrasi tanpa dan dengan pre treatment umpan dapat dilihat
Parameter yang digunakan untuk perselektivitas pada Gambar 3.
membran adalah koefisien rejeksi. Rejeksi zat warna
100
90
Koefisien Rejeksi (%) 80
70 Warna Membran
Ultrafiltrasi Tanpa Pre
60
Treatment
50 Warna Membran
40 Ultrafiltrasi Dengan
30 Pre Treatment
20
10
0
0 0,5 1 1,5
Tekanan (bar)
108
Seminar Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan II e-ISSN 2541-3880
Padang, 19 Oktober 2016
Janeta dan Yayok. (2010). Pengolahan Air Saluran Janhom. (2007). Teknologi Penyediaan Air Minum,
Pemutusan Terusan Kebon Agung Sebagai Air Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Bersih Dengan Teknologi Membran Joko. (2010). Unit Produksi Dalam Sistem Penyediaan
Ultrafiltrasi. Jurnal Teknik Lingkungan. Air Minum, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kusnaedi. (2006). Mengolah Air Gambut & Air Kotor Reynold, T.D. (1996). Unit Operation and Processes in
Untuk Air Minum, Jakarta: Penebar Swadaya. Environmental Engineering. Brooks/Cole
Lilis dan Hartono, 2006. Pengolahan Limbah Engineering Division. Monterey. California.
Pembersih Rumah Tangga Secara Koagulasi. Riska, Z. (2015). Penyisihan Warna, Zat Organik dan
Skripsi. Jurusan Kimia Program Sarjana Kekeruhan Pada Air Gambut Dengan
Universitas Indonesia: Jakarta. Kombinasi Proses Koagulasi-Flokulasi
Mahmud dan Notodarmojo, S. (2007). Pengolahan air Menggunakan Koagulan Aluminanium
gambut melalui proses hibrid adsorpsi- Chloride (PAC) dan Membran Ultrafiltrasi.
ultrafiltrasi menggunakan tanah lempung Program Studi Teknik Lingkungan Universitas
gambut sebagai adsorben. Makalah pada Riau.
Seminar Nasional Penelitian Lingkungan di Rizal. (2013). Pengaruh Konsentrasi Koagulan Pada
Perguruan Tinggi 2007. Universitas Indonesia, Penyisihan BOD5, COD dan TSS Air Lindi TPA
20 Juni 2007. Sentajo Dengan Kombinasi Koagulasi-
Muhdarina. (2011). Pencirian Lempung Cengar Asli Flokulasi & Membran Ultrafiltrasi. Tugas
dan Berpilar Serta Sifat Penyerapannya Akhir. Teknik Kimia UR.
Terhadap Logam Berat. Tesis. Fakultas Sutrisno Hevi, Muhdarina dan Amri, T.A. (2014).
Kejuruteraan dan Alam Bina UKM, Bangi. Pengolahan Air Gambut Dengan Koagulan
Mulder. (1996). Basic Principles Of Membran Cair Hasil Ekstraksi Lempung Alam Desa
Technologi. Cengar Menggunakan Larutan H2SO4.
Noor. (2010). Lahan Gambut: Pengembangan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Konservasi dan Perubahan Iklim. Yogyakarta. Alam Universitas Riau.
Notodarmojo. (2004). Penurunan Zat Organik dan Syahroni Reza, Muhdarina dan Linggawati Amilia.
Kekeruhan Menggunakan Teknologi Membran (2014). Pengolahan Air Gambut Menggunakan
Ultrafiltrasi Dengan Sistem Aliran Dead-End. Koagulan Cair Dari Lempung Alam Cengar.
Institut Teknologi Bandung. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Pansu. (2006). HandbookOf Soil Analysis. France: Alam Universitas Riau.
Springer. Syarfi dan Syamsu, H. (2007). Rejeksi Zat Organik Air
Pramuhardini. (2012). Penentuan Jenis dan Dosis Gambut Dengan Membran Ultrafiltrasi. Jurnal
Optimum Koagulan Kimia Pada Air Gambut Sains dan Teknologi 6(1) 1-4.
Dengan Menggunakan Biosand Filter. Tugas Trckova. (2003). Peat Asa A Feed Supllement For
Akhir. Teknik Sipil Universitas Riau. Animals. Check Republic: Veterinary Research
Rahadi dan Edwan. (2010). Kualitas Air Pada Proses Brno.
Pengolahan Air Minum Di Instalasi Wang, L.K, Yung, T.H& Nazih, K.S. (2006). Advanced
Pengolahan Air Minum Lippo Cikarang. Physicochemical Treatment Processes. New
Jurnal. Teknik Lingkungan ITB. Jersey : Huamana Pres
Rautenbach, R dan Albrecht, R. (1931). Membrane
Processes. Institute Fur Verfahrenstechnik
RWTH Aachen, West Germany.
109