Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang begitu cepat mendorong persaingan antar perusahaan yang
semakin ketat. Banyak produk baru bermunculan dengan siklus hidup yang relatif pendek. Siklus
hidup produk yang semakin pendek mengakibatkan semakin pentingnya proses riset dan
pengembangan produk. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa lebih dari 90% biaya siklus hidup
produk terjadi pada tahap riset dan pengembangan.
Biaya untuk riset dan pengembangan yang dikeluarkan perusahaan tentu tidak lepas dari
kebijakan manajemen perusahaan terutama dalam kebijakan akuntansi yaitu perlakuan akuntansi
atas biaya riset dan pengembangan. Masalahnya adalah apakah perlakuan akuntansi biaya
penelitian dan pengembangan dibebankan langsung pada periode terjadinya atau dikapitalisasi
dan diamortisasi pada periode-periode masa manfaat yang telah ditentukan.

1.2.Rumusan Masalah

Dalam penulisan makalah ini penulis mengungkapkan beberapa permasalahan yaitu :


1. Apa saja aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan biaya riset dan pengembangan?
2. Apakah setiap aktivitas aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan biaya riset dan
pengembangan langsung dibebankan atau dikapitalisasikan?
1.3.Tujuan Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, penulis mengungkapan tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai
berikut :
1. Mampu memahami aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan biaya riset dan
pengembangan.
2. Mampu membedakan pembebanan biaya riset dan pengembangan dan pengkapitalisasian
biaya riset dan pengembangan.
BAB III
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Riset dan Pengembangan

Secara umum, kegiatan riset dan pengembangan sering disebut juga dengan kegiatan
penelitian dan pengembangan (litbang), dan jika dalam bahasa asing sering disebut juga dengan
Research and Development (R&D). Jika didefinisikan secara luas, maka penelitian dan
pengembangan mencakup kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk dan proses
baru, atau untuk memperbaiki produk lama, dan untuk menemukan pengetahuan baru yang
mungkin bernilai di masa depan. Untuk beberapa perusahaan kegiatan peneltian dan
pengembangan ini merupakan bagian yang sangat penting dari kegiatan sehari-harinya dan dapat
mengakibatkan pengeluaran yang besar serta signifikan. Pengeluaran yang besar ini dilakukan
karena usaha litbang diharapkan tidak hanya dapat menutupi biaya yang telah dikeluarkan tetapi
juga menyediakan produk dan proses yang kompetitif dan menguntungkan.
Sebelumnya, Akuntansi Biaya Riset dan Pengembangan diatur tersendiri dalam PSAK No.
20, kemudian digabung ke dalam PSAK No. 19 (revisi 2000) mengenai Aktiva Tidak Berwujud
tanggal 13 Oktober 2000. Perubahan tersebut sejalan dengan perubahan International Accounting
Standard (IAS), dimana sebelumnya Biaya Riset dan Pengembangan diatur dalam IAS 9 yang
efektif berlaku sejak 1 Januari 1995. Kemudian pada bulan September 1998 digabung ke dalam
IAS 38 Intangible Assets yang efektif berlaku sejak 1 Juli 1999. Perlakuan akuntansi biaya riset
dan pengembangan dinyatakan dalam SAK No. 19. Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) Pernyataan No. 19 pengertian riset dan pengembangan adalah :
- Riset (research) merupakan penelitian orisinil dan terencana yang dilaksanakan dengan
harapan memperoleh pembaruan pengetahuan dan pemahaman teknis atas ilmu yang baru,
sedangkan
- Pengembangan (development) merupakan penerapan temuan riset atau pengetahuan lainnya
pada suatu rancangan produksi bahan baku, alat, produk, proses, sistem, atau jasa yang sifatnya
baru atau yang mengalami perbaikan yang substansial, sebelum dimulainya produksi komersial
atau pemakaian.
Sebelum dikeluarkannya SFAS No.2 pada tahun 1974, akuntansi dan pelaporan untuk
biaya litbang banyak macamnya. Karena tidak adanya pedoman yang jelas mengenai kegiatan
litbang, maka tiap perusahaan menerapkan kegiatan yang berbeda untuk biaya litbang. Kadangkala
biaya litbang dikapitalisasi sebagai aktiva tak berwujud (dan diamortisasi selama beberapa
periode); di lain waktu mereka langsung dibebankan pada saat terjadinya. Karena perbedaan
akuntansi untuk biaya litbang ini, laporan keungan satu perusahaan tidak dapat dibandingkan
dengan laporan keuangan perusahaan lainnya dan perusahaan dapat memanipulasi laba dengan
membebankan atau mengkapitalisasi biaya litbang biaya litbang jika diperlukan untuk
memperoleh jumlah laba yang diinginkan. FASB melalui SFAS nomor 2 menerapkan rigid
uniformity dalam pengakuan biaya riset dan pengembangan, yaitu langsung diakui sebagai biaya
pada periode dikeluarkannya biaya riset dan pengembangan. FASB menerbitkan SFAS nomor 2
mengenai peraturan pengakuan biaya riset dan pengembangan, yaitu biaya riset dan
pengembangan langsung diakui sebagai biaya pada periode dikeluarkannya biaya tersebut, dengan
pengecualian biaya pengembangan software.

2.2. Aktivitas Penelitian dan Pengembangan

Dalam PSAK 19 Paragraf 56 (Edisi 2015) menyebutkan contoh dari kegiatan penelitian
adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan yang ditunjukkan untuk memperoleh pengetahuan baru;
b. Pencarian, evaluasi, dan seleksi final untuk penerapan atas penemuan penelitian atau
pengetahuan lain;
c. Pencarian alternatif bahan baku, peralatan, produk, proses, sistem, atau jasa; dan
d. Perumusan, desain, evaluasi dan seleksi final berbagai kemungkinan alternatif bahan
baku, peralatan, produk, proses, sistem, atau jasa yang baru atau yang ditingkatkan.
Sedangkan contoh dari aktivitas pengembangan yang disebutkan dalam PSAK 19 Paragraf
59 adalah sebagai berikut:
a. Desain, konstruksi, serta pengujian purwarupa dan model sebelum produksi atau
sebelum digunakan;
b. Desain peralatan, jig, cetakan, dan pewarnaan yang melibatkan teknologi baru;
c. Desain, konstruksi, dan operasi pabrik percontohan, yang skalanya tidak ekonomik,
untuk produksi komersial; dan
d. Desain, konstruksi, dan pengujian alternative bahan baku, peralatan, produk, proses,
sistem, atau jasa yang baru atau yang disesuaikan.
2.3. Biaya Riset dan Pengembangan

Biaya yang berkaitan dengan aktivitas riset dan pengembangan dan perlakuan akuntansi
terhadap biaya tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bahan, peralatan, dan Fasilitas.
Dicatat langsung sebagai beban, kecuali jika pos-pos itu memiliki kegunaan alternatif
di masa depan (dalam proyek penelitian dan pengembangan lain atau yang lainnya)
kemudian kapitalisasi dan amortisasikan .
2. Personil.
Gaji, upah, dan biaya lainnya yang berhubungan dengan personil yang terlibat dan riset
dan pengembangan harus dibebankan ketika terjadi.
3. Aktiva tak berwujud yang dibeli.
Dicatat langsung sebagai beban, kecuali jika pos-pos itu memiliki kegunaan alternatif
di masa depan (dalam proyek riset dan pengembangan lain, atau yang lainnya)
kemudian kapitalisasi dan amortisasikan.
4. Jasa kontrak.
Biaya jasa yang dilakukukan oleh pihak lain sehubungan dengan pelaporan riset dan
pengembangan perusahaan harus harus dibebankan ketika terjadi.
5. Biaya tak langsung.
Alokasi yang tepat atas biaya tak langsung harus termasuk dalam biaya riset dan
pengembangan, kecuali untuk biaya administrasi dan umum, yang secara jelas harus
berhubungan agar dapat dimasukkan dan dicatat sebagai beban.
Sejalan dengan butir no. 1 diatas, jika suatu perusahaan memiliki fasilitas penelitian yang
terdiri dari bangunan, laboratorium, dan peralatan yang melakukan aktivitas penelitian dan
pengembangan serta yang memiliki kegunaan alternatif di masa depan (dalam proyek riset dan
pengembangan lain, atau yang lainnya), maka fasilitas tersebut harus diperhitungkan sebagai
aktiva operasional yang dikapitalisasi. Penyusutan dan biaya lainnya yang berhubungan dengan
fasilitas penelitian seperti itu diperhitungkan sebagai beban riset dan pengembangan atau
penelitian dan pengembangan.
2.4. Pengakuan

Paragraf 54 PSAK mengatur bahwa perusahaan tidak boleh mengakui aset tidak berwujud
yang timbul dari riset (atau dari tahap riset pada suatu proyek internal). Pengeluaran untuk riset
(atau tahap riset pada suatu proyek internal) diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Selanjutnya
dalam paragraf 55 PSAK 19 dijelaskan bahwasanya pernyataan ini menganut pandangan bahwa
dalam tahap riset pada suatu proyek, suatu perusahaan tidak dapat menunjukkan telah adanya suatu
aset tidak berwujud yang akan dapat menghasilkan manfaat ekonomis masa depan. Dengan
demikian, pengeluaran untuk riset selalu diakui sebagai beban pada saat terjadinya.
Paragraf 39 mengatur bahwa suatu aset tidak berwujud yang timbul dari pengembangan
(atau dari tahap pengembangan pada suatu proyek internal) diakui jika, dan hanya jika, perusahaan
dapat menunjukkan semua hal berikut ini:
a. Kelayakan teknis penyelesaian aset tidak berwujud tersebut sehingga aset tersebut
dapat digunakan atau dijual;
b. Niat untuk menyelesaikan aset tidak berwujud tersebut dan menggunakannya atau
menjualnya;
c. Kemampuan untuk menggunakan atau menjual aset tidak berwujud tersebut;
d. Cara aset tidak berwujud menghasilkan kemungkinan manfaat ekonomis masa depan,
yaitu antara lain perusahaan harus mampu menunjukkan adanya pasar bagi keluaran
aset tidak berwujud atau pasar atas aset tidak berwujud itu sendiri, atau, jika aset tidak
berwujud itu akan digunakan secara internal, perusahaan harus mampu menunjukkan
kegunaan asset tidak berwujud tersebut;
e. Tersedianya sumber daya teknis, keuangan, dan sumber daya lainnya untuk
menyelesaikan pengembangan aset tidak berwujud dan menggunakan atau menjual
aset tersebut;
f. Kemampuan untuk mengukur secara andal pengeluaran yang terkait dengan aset tidak
berwujud selama pengembangannya.
2.5. Kapitalisasi Biaya

Kapitalisasi merupakan salah satu metode akuntansi untuk biaya riset dan pengembangan
disamping pembebanan. Pada kondisi standar akuntansi memberikan fleksibilitas terhadap metode
akuntansi yang digunakan, maka perusahaan memiliki keleluasaan dalam memilih salah satu dari
metode tersebut. Adanya fleksibilitas dalam pemilihan metode akuntansi untuk biaya riset dan
pengembangan merupakan suatu celah bagi manajer untuk melakukan tindakan-tindakan yang
oportunis dimana manajer memilih kebijakan akuntansi yang menguntungkan dirinya atau
memaksimalkan kepuasannya. Mengkapitalisasi biaya, termasuk biaya riset dan pengembangan
kemudian mengamortisasikannya akan menghasilkan laba yang lebih stabil dibandingkan dengan
expense method. Dari segi profitabilitas, awalnya perusahaan yang melakukan kapitalisasi akan
lebih tinggi dibandingkan dengan expense method. Pada tahun-tahun berikutnya, perusahaan yang
expense method cenderung lebih tinggi profitabilitasnya, karena terdapat beban amortisasi pada
laporan laba rugi di perusahaan yang mengkapitalisasi biaya.

2.6. Alokasi Biaya Riset dan Pengembangan

Alokasi biaya riset dan pengembangan pada periode yang berbeda ditentukan dengan
melihat hubungan antara biaya dan manfaat ekonomik yang diharapkan perusahaan akan diperoleh
dari kegiatan riset dan pengembangan tersebut. Jika besar kemungkinan biaya ini akan
meningkatkan manfaat ekonomik masa depan dan biaya tersebut dapat diukur secara andal, maka
biaya-biaya tersebut memenuhi syarat untuk diakui sebagai aktiva. Sifat riset adalah sedemikian
rupa sehingga terdapat ketidakpastian (insufficient certainty) bahwa manfaat keekonomian masa
depan akan direalisasi sebagai hasil dari pengeluaran riset tertentu. Oleh karena itu, biaya riset
diakui sebagai beban dalam periode terjadinya. Kegiatan pengembangan merupakan tindak lanjut
tahap riset dalam kegiatan riset dan pengembangan. Dalam beberapa hal, perusahaan dapat
menentukan probabilitas penerimaan manfaat keekonomian di masa mendatang. Oleh karena itu
biaya pengembangan diakui sebagai aktiva bila memenuhi kriteria tertentu yang mengindikasikan
bahwa besar kemungkinan biaya-biaya tersebut akan meningkatkan manfaat keekonomian masa
depan.

Jumlah biaya pengembangan yang diakui sebagai aktiva harus diamortisasi dan diakui
sebagai beban menurut dasar yang sistematik untuk mencerminkan pola di mana manfaat
keekonomian yang berhubungan diakui. Hubungan antara biaya pengembangan dan manfaat
keekonomian yang diharapkan perusahaan biasanya dapat ditentukan secara umum dan tidak
langsung karena sifat kegiatan pengembangan tersebut. Ketika mengamortisasi biaya
pengembangan menurut dasar yang sistematis untuk mencerminkan pola dimana manfaat
keekonomian yang berhubungan diakui, perusahaan memperhatikan: pendapatan atau manfaat lain
dari penjualan atau penggunaan produk atau proses; atau jangka waktu selama produk atau proses
diharapkan dijual atau digunakan.

Amortisasi dimulai ketika produk atau proses tersedia untuk dijual atau digunakan.
Keusangan teknologi dan ekonomi menimbulkan ketidakpastian yang membatasi jumlah unit dan
jangka waktu terhadap biaya pengembangan yang diamortisasi. Oleh karena itu, biasanya sulit
untuk mengestimasi biaya selanjutnya dan pendapatan di masa depan dari produk atau proses yang
baru dalam periode yang pendek. Dengan alasan tersebut, biaya pengembangan biasanya
diamortisasi dalam periode yang tidak lebih dari lima tahun.

Biaya pengembangan suatu proyek harus diturunkan nilainya apabila saldo yang belum
diamortisasi, tidak mungkin lagi akan dipulihkan dengan manfaat keekonomian masa depan yang
diharapkan. Saldo yang belum diamortisasi dari biaya pengembangan suatu proyek harus dihapus-
bukukan segera setelah setiap kriteria dalam paragraf 16 untuk pengakuan biaya pengembangan
sebagai aktiva tidak lagi dipenuhi. Jumlah penurunan nilai atau penghapusan tersebut harus diakui
sebagai beban dalam periode di mana penurunan nilai atau penghapusan itu terjadi.

Jumlah biaya pengembangan yang diturunkan nilainya atau dihapus-bukukan harus


dipulihkan kembali bila tidak terdapat lagi keadaan dan peristiwa yang mendorong penurunan nilai
atau penghapusan tersebut. Jumlah yang dipulihkan kembali dikurangi dengan jumlah yang
seharusnya telah diakui sebagai amortisasi seandainya penurunan nilai dan penghapusan tersebut
tidak terjadi. Jumlah yang dipulihkan kembali tersebut harus dikompensasi dengan jumlah biaya
pengembangan yang diakui sebagai beban untuk periode tersebut.

2.7. Pengungkapan

Laporan keuangan harus mengungkapkan:


1. kebijakan akuntansi untuk biaya riset dan pengembangan;
2. jumlah biaya riset dan pengembangan yang diakui sebagai beban dalam periode
berjalan;
3. metode amortisasi yang digunakan;
4. masa manfaat atau tingkat amortisasi yang digunakan; dan
5. rekonsiliasi saldo biaya pengembangan yang belum diamortisasi pada awal dan akhir
periode yang menunjukkan:
6. biaya pengembangan yang diakui sebagai aktiva
Perusahaan dianjurkan untuk memasukkan baik di laporan keuangan atau di laporan
tahunan; penjelasan tentang aktivitas riset dan pengembangan. Dianjurkan pula untuk
mengungkapkan kondisi atau peristiwa yang menyebabkan pengakuan suatu biaya untuk
penurunan biaya perolehan pengembangan dan pemulihannya.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dalam laporan keuangan, biaya riset dan pengembangan ini harus diungkapkan
apakah diakui sebagai beban atau dikapitalisasikan sebagai aktiva. Untuk beberapa perusahaan
kegiatan riset dan pengembangan ini merupakan bagian yang sangat penting dari kegiatan sehari-
harinya dan dapat mengakibatkan pengeluaran yang besar serta signifikan. Pengeluaran yang besar
ini dilakukan karena usaha riset dan pengembanagn diharapkan tidak hanya dapat menutupi biaya
yang telah dikeluarkan tetapi juga menyediakan produk dan proses yang kompetitif dan
menguntungkan.
Alokasi biaya riset dan pengembangan pada periode yang berbeda ditentukan dengan
melihat hubungan antara biaya dan manfaat ekonomik yang diharapkan perusahaan akan diperoleh
dari kegiatan riset dan pengembangan tersebut. Bila besar kemungkinan biaya tersebut akan
meningkatkan manfaat ekonomik masa depan dan biaya tersebut dapat diukur secara andal, maka
biaya-biaya tersebut memenuhi syarat untuk diakui sebagai aktiva. Sifat riset adalah sedemikian
rupa sehingga terdapat ketidakpastian (insufficient certainty) bahwa manfaat keekonomian masa
depan akan direalisasi sebagai hasil dari pengeluaran riset tertentu. Oleh karena itu, biaya riset
diakui sebagai beban dalam periode terjadinya. Kegiatan pengembangan merupakan tindak lanjut
fase riset dalam kegiatan riset dan pengembangan. Dalam beberapa hal, perusahaan dapat
menentukan probabilitas penerimaan manfaat keekonomian di masa mendatang. Oleh karena itu
biaya pengembangan diakui sebagai aktiva bila memenuhi kriteria tertentu yang mengindikasikan
bahwa besar kemungkinan biaya-biaya tersebut akan meningkatkan manfaat keekonomian masa
depan.

3.2. Saran

Penulis menyadari dalam penulisan ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dari pembaca agar dapat meningkatkan kemampuan
menulis untuk tulisan berikutnya.
Daftar Pustaka

Mariadi, Yusli., Sutrisno., dan Rosidi. 2013. Motivasi Manajemen Laba dalam Kapitalisasi
Biaya Riset dan Pengembangan. Malang: Universitas Brawijaya.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 19. 2014. Aset Tidak Berwujud. Jakarta.

Sidabutar, Hartini Vera. 2014. Biaya Riset Dan Pengembangan: Pengungkapan Biaya Riset dan
Pengembangan Dalam Laporan Keuangan. Medan: Universitas Negeri Medan.
PAPER

TEORI AKUNTANSI

PERLAKUAN BIAYA RISET DAN PENGEMBANGAN:

Tinjauan terhadap PSAK 19

Disusun Oleh :

Indra (1410531059)

Kenlei Killian Kotiska (1410531079)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ADALAS

2017

Anda mungkin juga menyukai