Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam keadaan normal dua pertiga feces (tinja) terdiri dari air dan sisa

makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus,bakteri apatogen, asam

lemak, dan sisa makanan.

Pada keadaan patologik seperti diare didapatkan peningkatan sisa makanan

dalam tinja, karena makanan melewati saluran pencernaan dengan cepat dan tidak

dapat diabsorpsi secara sempurna. Pemeriksaan feses (tinja) adalah salah satu

pemeriksaan laboratorium yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi

menegakkan diagnosis suatu penyakit.

1.2 TUJUAN

1. Untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

1. Makroskopis

Pemeriksaan tinja dengan melihat bentuk, konsistensi, warna, bau ada tidaknya

darah samar, lendir, nanah, sisa sisa jaringan makanan atau parasit.

2. Mikroskopis

Pemeriksaan tinja yang lebih dalam dan lebih valid dari makroskopis dengan

menggunakan bantuan alat dan metode yang mendetail dalam pemeriksaanya.

B. Manfaat

1. Mengetahui ada tidaknya masalah pada pencernaan

2. Mengetahui apa saja kandungan yang terdapat pada feses

C. Indikasi

1. Adanya diare dan konstipasi

2. Adanya darah dalam tinja

3. Adanya lendir dalam tinja

4. Adanya ikterus

5. Adanya gangguan pencernaan

6. Kecurigaan penyakit gastrointestinal


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 ALAT DAN BAHAN

- Wadah feces

- Kaca objek dan penutup kaca objek

- Mikroskop

- Reagen eosin

3.2 SAMPEL

- Feces

3.3 PROSEDUR KERJA

3.3.1 PRA ANALITIK

- Persiapan pasien : Sebelum defekasi, pasien tidak dibolehkan

memggunakan laksansia

- Persiapan sampel : sampel feces merupakan feces segar yang didapat

kurang dari 2 jam setelah defekasi spontan. Tempat penampung feces

harus bersih, kering, dan bermulut lebar.

3.3.2 ANALITIK

1. Pemeriksaan Makroskopis

Cara kerja :

- Masukkan feces ke wadah penampungan


- Perhatikan warna, konsistensi, bau feces, adanya darah atau lendir

2. Pemeriksaan Mikroskopis

Cara kerja :

- Tetesi kaca objek di sebelah kiri dgn 1 tetes larutan eosin 2 %

- Ambil tinja di bgn tengahnya atau pd permukaan yg mengandung lendir,

darah atau nanah seujung lidi

- Aduk sampai rata

- Tutupi dgn kaca penutup

- Periksa di bawah mikroskop, mula-mula dgn pembesaran 10 x, kemudian

dgn 40 x

- Amati apakah ada telur cacing, amuba, eritrosit, lekosit, sel epitel, kristal,

sisa makanan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

Dari praktikum didapatkan hasil bahwa feses normal dan tidak mengandung

darah, lendir, cacing, telur cacing, lekosit, eritrosit dan epitel.

4.2 PEMBAHASAN

Nilai normal pemeriksaan feces

- Warna : Kuning coklat

- Konsistensi : Agak lunak, bentuk seperti sosis

- Bau : Khas

- Darah : Tidak ada

- Lendir : Tidak ada

- Cacing : Tidak ada

- Telur cacing : Tidak ada

- Lekosit : 1-2 /lpk

- Eritrosit : Tidak ada

- Epitel : 1-2/lpk
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Orang dewasa normal mengeluarkan 100-300 g feses per hari dari jumlah

tersebut 70% merupakan air dan separuh dari sisanya mungkin berupa kuman dan

sisa sisa kuman. Selebihnya adalah sisa makanan berupa sisa sayur mayur sedikit

lemak, sel sel epitel yang rusak dan unsur unsur lain. Konsistensi tinja normal

(semi solid silinder) agak lunak, tidak cair seperti bubur maupun keras, berwarna

coklat dan berbau khas. frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-

minggu.

5.2 SARAN

Sebaiknya feses yang diambil adalah feses segar dengan cara pengambilan

porsi tengah

Anda mungkin juga menyukai