nitrat pekat. Sebanyak 27,2 g kalium iodida ditimbang dan dilarutkan dalam 50 ml air suling.
Kedua larutan dicampurkan dan didiamkan sampai memisah sempurna. Larutan yang jernih
diambil dan diencerkan dengan air suling hingga 100 ml (Depkes RI, 1980).
sedikit demi sedikit 2 g iodium dan dicukupkan dengan air suling hingga 100 ml (Depkes RI,
1980).
Sebanyak 1,36 g raksa (II) klorida, dilarutkan dalam 60 ml air suling, kemudian pada
wadah lain sebanyak 5 g kalium iodida lalu dilarutkan dalam 10 ml air suling. Kedua larutan
dicampurkan dan ditambahkan air suling hingga diperoleh larutan 100 ml (Depkes RI, 1980).
Sebanyak 17 ml asam klorida pekat diencerkan dalam air suling hingga 100 ml
Sebanyak 5,4 ml asam sulfat pekat diencerkan dengan air suling hingga 100 ml
Sebanyak 20 bagian asam asetat anhidrat dicampurkan dengan 1 bagian asam sulfat
Sebanyak 1 g besi (III) klorida dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml (Ditjen
POM, 1979).
Sebanyak 15,17 g timbal (II) asetat dilarutkan dalam air suling bebas karbondioksida
Skrining fitokimia dari daun segar bunga kembang sepatu meliputi pemeriksaan
9 ml air suling, dpanaskan di atas tangas air selama 2 menit, didinginkan dan disaring.
1. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Mayer, akan terbentuk
2. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Bouchardat, akan
Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan paling sedikit dua dari tiga percobaan di
Sebanyak 0,5 g sampel ditambahkan 20 ml air panas, dididihkan selama 10 menit dan
disaring dalam keadaan panas, ke dalam 5 ml filtrat ditambahkan 0.1 g serbuk Mg, 1 ml asam
klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok, dan dibiarkan memisah. Flavonoida positif jika
terjadi warna merah, kuning, jingga pada lapisan amil alkohol (Zahara, 2015).
Sampel disari sebanyak 0,5 g dengan 10 ml air suling kemudian disaring, filtratnya
diencerkan dengan air sampai tidak berwarna. Larutan diambil sebanyak 2 ml dan
ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi (III) klorida. Jika terjadi warna hijau, biru
(7:3), ditambahkan asam sulfat pekat hingga diperoleh pH 2, kemudian direfluks selama 10
menit, didinginkan dan disaring. Sebanyak 20 ml filtrat ditambahkan 25 ml air suling dan 25
ml timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan 5 menit lalu disaring. Filtrat disari dengan 20
Kumpulan sari air diuapkan dengan temperatur tidak lebih dari 50°C. Sisanya dilarutkan
dalam 2 ml metanol.
a. Sari air dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu diuapkan di atas penangas air, pada sisa
ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi Molish. Tambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat
pekat melalui dinding tabung, terbentuk cincin ungu pada batas kedua cairan,
b. Sari pelarut organik diuapkan di atas penangas air. Larutan sisa dalam 5 ml asam asetat
anhidrat. Tambahkan 10 tetes asam sulfat pekat, akan terjadi warna biru atau hijau,
ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik, jika
terbentuk busa setinggi 1 sampai 10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan busa
tersebut tidak hilang dengan penambahan 1 tetes larutan asam klorida 2 N, maka hasil
Sampel dimaserasi sebanyak 1 g dengan n-heksan selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat
diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1
tetes asam sulfat pekat. Timbul warna biru atau hijau menunjukkan adanya steroid dan timbul
warna merah, pink atau ungu menunjukkan adanya triterpenoid (Zahara, 2015).
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (1980). Materia Medika Indonesia. Jilid IV. Cetakan Keenam. Jakarta: Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.
Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Cetakan Keenam. Jakarta: Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Zahara. (2015). Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol dan Fraksi-
Fraksi Daun Bunga Jeumpa (Magnolia champaca L.). Skripsi. Medan: USU.