Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Plasenta adalah suatu organ luar biasa yang mempunyai fungsi penting

untuk perkembanan janin. Plasenta terletak didalam uterus dan perkembangan

janin tergantung pada plasenta yaitu sebagai paru, hati dan ginjal. Organ ini

melaksanakan fungsi fungsi tersebut samapai janin cukup matang sehingga

dapat bertahan hidup diluar rahim sebagai organism yang bernaafas melalui

indera.

Jaringan pada sistem komunikasi feto maternal yaitu dimana sisi dari

sistem ini menghubungkan ibu dengan janin sebagai berikut, darah ibu yang

berasal dari pembuluh pembuluh uteroplasenta yang kemudain akan langsung

membasahi sinsitiotrofoblas pemukaan luar vilus trofoblastik darah janin

terdapat didalam kapiler janin yang kemudian berjalan didalam ruang antar

vilus pada vili. Plasenta jenin ini disebut dengan tipe hemokorioendotel.

Sisi parakrin pada sistem ini menghubungkan ibu dan janin melalui

pertemuan anatomis dan biokimia antara korion leave (ekstra embrionik) dan

desidua parietalis (uterus ibu). Dengan demikian pada semua tempat

terjadinya kontak langsung sel ke sel, jaringan maternal (desidua dan darah)

berhadapan dengan sel ekstraembrionik (trofoblast) dan bukan dengan sel

mudigah atau darah janin. Susunann ini sangat penting untuk komunikasi

antara janin dan ibu agar ibu dapat menerima konsepsi. Peran plasenta dalam

nidasai dan transfer nutrien dari ibu ke mudigah-janin telah lama menarik

perhatian. Sebagai hasilnya keanekaragaman bentuk dan fungsi plasenta

1
berhasil dikenali seiring dengan ditemukannya sifat metabolik, endokrin dan

imunologis trofoblas.

B. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pertumbuhan dan maturasi plasenta.

2. Untuk mengetahui sirkulasi darah janin dan ibu dalam plasenta matur.

3. Untuk mengetahui pertimbangan imunologis mengenal batas janin-

maternal.

4. Untuk mengetahui tentang amnion.

5. Untuk mengetahui tali pusat dan struktur terkait.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PERTUMBUHAN DAN MATURASI PLASENTA


1. Pertumbuhan Plasenta
Dalam trimester pertama, pertumbuhan plasenta terjadi lebih cepat

dibandingkan janin. Namun, pada sekitar minggu ke 17 pascamenstruasi,

berat janin dan plasenta kurang lebih sama. Saat aterm, berat plasenta

kutang lebih seperenam berat janin. Menurut Boyd fan Hamilton (1970),

diameter rata-rata plasenta saat aterm adalah 185 mm dan ketebalan rata-

ratanya 21 mm. Dengan volume 497 ml dan berat 508 gr. Nilai-nilai

pengukuran ini sangat bervariasi, dan terdapat berbagai varian bentuk

plasenta serta beberapa tipe insersi tali pusat.


Bila di lihat dari permukaan maternal, jumlah area yang sedikit

meninggi, yang dinamakan lobus, bervariasi antara 10 dan 38. Lobus di

pisahkan secara tidak sempurna oleh celah dengan kedalaman bervariasi.

Celah ini terletak diatas septum plasenta, yang terbentuk dari pelipatam

lempeng basal. Meskipun lobus yang tampak makroskopis lazim disebut

dengan kotiledon, hal ini tidaklah tepat. Sebenarnya, lobulus atau

kotiledon merupakan unit fungsional yang didarahi oleh satu vilus primer.
Jumlah total lobus plasenta tidak berubah sepanjang kehamilan,

sedangkan tiap lobus terus bertumbuh meskipun kurang aktif pada

minggu-minggu terakhir.

2. Maturasi Plasenta
Dengan bertambahnya percabangan vilus dan bertambah banyak serta

semakin kecilnya percabangan terminal, volume dan penonjolan

sitotrofoblas akan berkurang. Dengan menipisnya sinsitium, pembuluh

3
janin menjadi semakin meonjol dan terletak lebih dekat ke permukaan.

Stroma vilus juga mengalami perubahan seiring berlanjutnya kehamilan.


Beberapa perubahan histologis yang menyertai pertumbuhan dan

maturasi plasenta dapat meningkatkan ensensi transpor dan pertukaran zat

untuk memenuhi kebutuhan metabolisme janin. Perubahan ini mencakup

penipisan sinsitiotrofoblasn penuruna sitotrofoblas secara signifikan,

berkurangnya stroma dan bertambahnya jumalh serta semakin dekatnya

kapiler ke permukaan sisitial. Pada kehamilan ke 16 minggu, gambaran

sitotrofoblas yang berkesinambungan telah menghilang. Pada kehamilan

aterm, selubung vilus dapat berkurang secara setempat menjadi lapisan

tipis sinsitium dengan sedikit jarinagn penyambung. Di dalam jarinagan

penyambung yang tipis ini, kapiler janin berdinding tipis berjalan

bersebelahan dengan trofoblas dan mendominasi vili.


Terdapat sejumlah perubahan pada arsitektur plasenta yang dapat

menyebabkan penurunan efisiensi pertukaran palsental jika terjadi secara

sigbifikan. Perubahan ini meliputi penebalan lamina basalis trofoblas atauu

kapiler, obliterasi pembuluh janin tertentu, dan pengendapan fibrin pada

permukaan vilus.

B. SIRKULASI DARAH JANIN DAN IBU DALAM PLASENTA MATUR


Karena plasenta secara fungsional merupakan anyaman kapiler janin

yang berkontak dengan darah ibu, anatomi makroskopiknya terutama terdiri

dari atas hubungan vaskuler. Permukaan janin ditutupi oleh amnion

transparan, di bawah amnion tersebut, berjalan pembuluh kronik. Irisan

melintang palsenta akan menunjukkan amnion, koroin, vilus korionik dan

ruang intervilus, lempeng desidual (basal), dan miometrium. Permukaan

4
maternal plasenta dibagi menjadi lobus-lobus ireguler oleh jalur yang

dibentuk oeleh septum, yang terdiri atas jaringan fibrosa disertai oembuluh

darah yang jarang. Septum ini memiliki alas lebar ini lazimnya tidak

mencapai lempeng kronik sehingga membagi plasenta secara tidak sempurna.


1. Sirkulasi Janin
Darah janin terdeoksigebasi seperti darah vena mengalir ke palsenta

melalui dua arteri umbilikus. Pada titik tempat tali pusat bergabung dengan

plasenta, pembukuh-pembulih umbilikal ini bercabang beberapa jali di

bawah amnion dan bercabang kembali di dalam vilus pembagi, dan

akhirnya membentuk jalinan kapiler pada bagian terminal. Darah yang

mengandung oksigen dalam kadar yang jauh lebih tinggi akan kembali ke

janin dari plasenta melalui vena umbilikalis tunggal.


Cabang-cabang penbuluh umbilikalis yang melintas disepanjang

permukaan janin plasenta dalam lempeng korionik dinamakan permukaan

plasenta atau pembuluh krionik. Pembuluh ini responsif terhadap substansi

vasoaktif, tetapi bersifat unit secara anatomis, morfologis, histologis dan

fungsional. Arteri karionik sellau melintas di atas vena korionik. Pembuluh

darah paling mudah dikenali menurt hubungan unik tersebut, taetapi

mereka sulit dibedakan berdasarkan histologis.


Arteri trinkal merupakan rami perforantes arteri permukaan yang

menembus lempeng kronik. Setiap arteri trunkal mendarahi satu kotiledon.

Terdapat penurunan jumlah otot polos dalam dinding pembuluh dan

penambahan diameter saat pembuluh tersebut menmbus lempeng kronik.

Otot polos semakin berkurang jumlahnya seiring dengan percabangan vena

dan areti trunkal membentuk rami.


Sebelum kehamilan 10 minggu, tidak terdapat pola aliran daistolik di

dalam arteri umbilikalis pada akhir siklus jantung janin. Setelah 10

5
minggu, timbul aliran diastolik. Akhir yang dipertahankan sepanjang

kehamilan normal. Secara klinis, aliran darah ini diteliti menggunakan

sonografi Doppler untuk menilai kesejahteraan janin.

Gambar. Sirkulasi darah janin


2. Sirkulasi Maternal
Mekanisme yang adekuat harus dapat menjelaskan bagaimana darah dapat:
a. Meninggalkan sirkulasi maternal
b. Mengalir ke dalam ruang amorf yang dilapisi sinsitiotrofoblas, bukan

endotel kapiler
c. Kembali melalui vena maternal tanpa menghasilkan pintas yang

menyerupai pirau arteriovenosa, yang akan mencegak berkontaknya

darah maternal dengan vilus dalam periode yang cukup lama untuk

memungkinkan pertukaran adekuat.


Darah maternal masuk melalui lamina basalis dan didorong ke ats

menuju ke lateral. Setelah merendam permukaan mikrovilus eksternal

milik vili karionik, darah maternal dialirkan kembali melalui orifisium

melalui vena-vena uterus. Dengan demikian, darah amternal plasenta akan

secara acak tanapa melalui saluran yang berbentuk. Invasi trofoblas

terhadap arteri spiralis, menciptakan pembuluh darah bertahan rendah

yang dapat mengakomodasi peningkatan perfusi uterus yang masif selama

kehamilan. Setelah kehamilan minggu ke 30, pleksus vena menonjol akan

6
memisahkan desidua basalis dari miometrium sehingga berperan

menyediakan bidang pembelahan untuk pemisahan plasenta.


Faktor utama yang mengatur aliran darah dalam ruang intervilus,

tekanan intra uteri, pola kontraksi uterus dan faktor-faktor yang secara

khusus bekerja pada dinding arteri.

Gambar. Sirkulasi maternal

3. Kebocoran Pada “Sawar” Plasenta


Plasenta tidak mempertahankan keutuhan mutlak antara sirkulasi janin

dan maternal. Terdapat banyak contoh terjadinya perpindahan sel antara

janin dan ibu pada kedua arah ini. Kondisi ini paling baik disederhanakan

secara klinis dengan contoh isoimunisasi antigen-D dan eritofoblatosi

fetalis.
Tidak diragukan lagi bahwa sel janin dapat tertinggal dalam tubuh ibu

selama kehamilan dan dapat diidentifikasi beberapa dekade selanjutnya.

Limfosit janin dan sel punca mesenkimal CD34+ ditemukan dalam darah

ibu atau sumsum tulang ibu. Sel-sel punca residual semacam itu yang

dinamakan mikrokimerisme dapat berperan dalam regenerasi jaringan

7
tubuh ibu dan diduga terdapat dalammekanisme terjadinya perbedaan

nyata rasio penyakit autoimun pada perempuan : laki-laki.

C. PERTIMBANGAN IMUNOLOGIS MENGENAL BATAS JANIN-

MATERNAL
Salah satu penjelasan yang paling awal muncul didasarkan pada teori

imaturitas, antigenik emrio janin. Teori ini dibuktikan oleh Ballingham

(1964), yang menunjukkan bahwa antigen transplantasi (HLA) telah

ditemukan sejak kehidupan embrio yang masih sangat dini. Teori lain

mempostulasikan bahwa kesintesan janin disebabkan oleh menurunnya

respinsivitas imunologis perempuan hamil. Tetapi hanya sedikit bukti yang

mendukung teori ini sebagai mekanisme utama. Penjelasan lain mengusulkan

bahwa uterus (desidua) merupakan jaringan yang unik secara imunologis.


Kesintesan hasil konsepsi dalam uterus dapat dihubungkan sengan

jaringan lain. Kesintesan hasil konsepsi dalam implantasi dan perkembangan

janin-plasenta. Sel-sel ini meliputi sel natular killer dengan kemampuan

sitotoksik mereka yangh tidak efisen, sel-sel desidua dan trofoblas invensif

yang berada dalam desidua. Trofoblas merupakan satu-satunya sel yang

berasal dari janin yang berkontak langsung dengan jaringan maternal.


1. Imunogenesitas Trofoblas
Plasenta dahulu dianggap bersifat inert secara imunologis, sehingga

tidak mampu memberikan respons imun maternal. Selanjutnya, penelitian

dipudatkan untuk menentukan ekspresi antigen major histocompatibility

complex (MHC) pada trofoblas. Human leukocyte antigen (HLA)

merupakan analog MHC pada manusia. Dan memang antigen, MHC kelas

I dan II tidak terdapat pada trofoblas vilis, yang tampaknya inert secara

imunologis pada semua tahap kehamilan.


2. Ekspresi HLA Trofoblas (MHC) Kelas I

8
Gen-gen HLA merupakan produk berbagai lokus genetik MHC yang

terletak dalam lengan pendek kromosom. Terdapat 17 gen HLS kelas I,

termasuk tipe gen kelas I lainnya yang dinamakan HLA-E, -F dan –G,

menjadi antigen HLA kelas Ib. Sekuens DNA sisanya tampak merupakan

pseudogen atau fragmen gen persial.


Antigen kelas I dalam sitotrofoblas eksrtravilus berperan dalam

ekspresi klasik HLA-C dan ekspresi nonklasik HLA kelas Ib yakni

molekuler HLA-E dan HLA-G. Untuk dapat menjelaskan pentingnya

ekspresi HLA-C, HLA-E dan HLA-G kita perlu memahami populasi

limfosit yang unik dalam desidua.


3. Sel Natural Killer Uterus
Limfosit khusus ini dianggap berasal dari sumsum tulang dan

termasuk dalam turunan sel natular killer. Mereka merupakan populasi

yang sangat dominan diantara leukosit endometrium pada fase midlyeral,

saat diharapkan terjadinya impalantasi. Sel uNK ini memiliki fenotipe unik

yang ditandai dengan terdapatnya CD56 atau molekul adhesi sel saraf

dalam kepadatan tinggi pada permukaan sel.


Mendekati akhir fase luteral siklus ovulasi tanpa fertilisasi, inti sel

uNK uterus milai berdisintegrasi. Namun jika terjadi impalsntasi sel-sel ini

menetap dalam jumlah banyak di dalam desidua pada kehamilan dini.

Akan tetapi pada kehamilan aterm, sel uNK hanya ditemukan dalam

jumlah relatif sedikit didalam desidua. Pada desidua trimester pertama,

terdapat banayk uNK di dekat trofoblas ekstavilus, tempat sel uNK diduga

mengatur invasi trofoblas.


4. Ekspresi HLA-G dalam Trofoblas
Antigen ini hanya diekspresikan pada amsnusia dan memiliki

distribusi yang sangat terbatas. Antigen HLA-G di ekspresikan dalam

9
sititrofoblas yang melekat dengan ajrinagn maternal, yakni sel disedua dan

sel uNK. Eksperi antigen HLA-G hanya ditemukan di sitotrofoblas

ekstravilus dalam desidua basalis dan pasa chorion leave. Selama

kehamilan, terdapat peningkatan suatu isoform-larut utama yakni HLA-

G2. Embrio yang digunakan untuk fertilisasi in vitro tidak dapat

berimplantasi jika tidak mengekspresikan isoform larut HGA-G ini.

Dengan demikian , HLA-G mungkin menyebabkan toleransi imunologis

pada kondisi inkompeatibilitas antigen ibu-janin.

D. AMNION
Pada kehamilan aterm, amnion merupakan membran yang kuat dan

kokoh, tetapi fleksibel. Memberi avaskuler terdalam pada janin ini menyatu

dengan cairan amnion dan memiliki peran yang luar biasa penting dalam

kehamilan manusia. Amnion menyatu dengan cairan amnion dan memilik

peran yang luar biasa penting dalam kehamulan manusia. Amnion

menyediakan hampir seluuh kekuatan meregang membran janin. Karena itu,

perkembangan komponen amnion, yang mencegah ruptur atau robeknya

membran ini, merupakan proses yang vital untuk mencapai keberhasilan

kehamilan. Bahkan, pecah ketuban kurang bulan merupakan penyebab utama

pelahiran kurang bulan.


1. Struktur
Bourne (1962) menggambarkan lima lapisan amnion yang terpisah.

Permukaan salam, yang dibasahi cairan amnion, merupakan lapisan

tunggal epitel kuboid yang kotinu, lapisan ini dianggap berasal dari

ektoderm embrionik. Epitelium ini melekat erat ke mebaran basal yang

nyata di hubungkan dengan lapisan padat aseluler. Lapisan pasat aseluler

terutama tersusun atas kolagen interstitial. Pada sisi luar lapisan padat tadi,

10
terdapat barisan sel masenkimal mirip-fibroblas, yang tersebar sangat luas

pada kehamilan aterm. Terdapat pula sedikit makrofag janin di dalam

amnion.
2. Perkembangan
Selama tahap awal implantasi, timbul celah di antara massa sel

embrionik dan trofoblas disekitarnya. Sel-sel kecil yang malapisi

permukaan dalam trofoblas ini disebut sel amniogenik-prekursor epitel

amnion. Amnion pertama terlihat pada hari ke-7 atau ke-8 perkembangan

embrio. Pada awalnya amnion merupakan vesikel yang snagt kecil, yang

selanjutnya berkembang menjadi kantong kecil yang menutupi permukaan

dorsal embrio. Dengan membesarnya amnion, membran ini secara

bertahap menyelubungi seluruh embrio yang sedang berkembang, embrio

ini kana tertarik masuk ke dalam rongga amnion.


3. Anatomi Amnion
Amnion yang terlipat menyatu dengan chorion leave. Amnion

pelasenta menutupi permukaan plasenta sehingga berkontak dengan

permukaan tunika adventitia pembuluh korionik. Amnion umbilikalis

menutupi tali pusat. Dibagian membran yang menyatu pada palsenta

gameli diamnonik dikorionik amnion yang berfusi dipisahkan oleh

chorion leave yang menyatu. Karena itu, selain sebagian kecil membran

yang terletak tepat diatas ostiuum uteri, daerah membran yang berfusi ini

merupakan satu-satunya tempat chorion leave tidak bersambungan dengan

desidua. Pada palsenta diamnion monokorion tidak terdapat jaringan yang

menyisip di antara amnion yang berfusi.


4. Daya Regang Amnion Yang Resistensi
Sewaktu uji kekuatan regangan terhadap robekan dan ruptur,

menemukan bahwa desidua dan selanjutnya chorion leave sudah tidak

11
dapat bertahan lama sebelum pecahnya ketuban. Membran amion cukup

elastis dan dapat meluas hingga dua kali ukuran normal selama kehamilan.

Amnion menyediakan sebagian besar kekuatan membran. Kekuatan

regangnya hampir seluruhnya berasal dari lapisan padat, yang tersusun atas

kplagen I dan III interstial yang berkaitan silang dan dalam jumlah sedikit,

kolagen V dan VI.


Kolagen interstial merupakan makromolekular utama pada sebagian

besar jaringan penyambung dan merupakan protein terbanyak dalam

tubuh. Kolagen I merupakan kolagen intertial utama dalam jaringan yang

memiliki kekuatan regangan besar, misalnya tulang dan rendon.


Kekuatan regang amnion sebagian diatur oleh interaksi antara kolagen

fibriler dan proteoglikan, seperti dekorin, yang meningkatkan kekuatan

jarinagn. Perubahan komposisi pada saat persalinan mencakup

berkurangnya jumlah dekorin dan bertambahnya hialuranat, akibatnya

terjadinya penurunan kekuatan regang.


5. Fungsi Metabolik
Amnion bersifat aktif secara metabolik terlibat dalam perpindahan air

dan bahan larut untuk mempertahankan homeostasis cairan amnion dan

menghasilkan beragam nyawa bioaktif. Amnion berespons terhadap

regangan mekanis baik secara akut maupun berkepanjangan regangan

mekanis ini akan mengubah ekspresi gen amnionik.


6. Cairan Amnion
Cairan yang normalnya jernih dalam rongga amnion akan bertambah

jumlahnya dengan berlanjutannya kehamilan, hingga sekitar minggu ke-

34, saat terjadinya penurunan volume. Pada kehamilan aterm, volume

rerata cairan amnion adalah sekitar 1000 ml, tetapi volume ini dapat sangat

bervariasi dalam kondisi abnormal.


E. TALI PUSAT DAN STRUKTUR TERKAIT

12
1. Perkembangan Tali Pusat
Sakus vitelinus dan hasil perkembangannya, yaitu vasikul umbilikalis,

tampak jelas sejak kehamilan dini. Pada awalnya embrio merupakan

lempeng pipih yang terjepit di antara amnion dan sakus vitelinus. Karena

permukaan dorsalnya bertumbuh lebih cepat dibandingkan permukaan

ventral, akibat pemanjangan tuba neuralis, embrio akan menonjol ke dalam

kantong amnion dan bagian dorsal siklus vitelus akan bergabung ke dalam

tubuh embrio untuk membentuk saluran cerna. Alantois memanjang ke

dalam dasar body stalk dari dinding kaudal sakus vitelinus, dan

selanjutnya dari dinding anterior usus belakang.


Dengan berlanjutnya kehamilan, sakus vitelus mengecil dan

pedikulisnya realtif memanjang. Pada sekitar petengahan bulan ketiga,

amnion yang meluas akan mengobliterasi aksoselom, menyatu dengan

chorion leave, dan menutupi diskus plasenta yang menonjol serta

permukaan lateral body stalk. Bagian amnion yang terakhir ini kemudian

akan disebut tali pusat- funis. Sisa askoselom dalam bagian anterior tali

pusat dapat mengandung gelung usus, yang terus berkembang di luar janin.
Pada kehamilan aterm, tali pusat normalnya mmiliki dua arteri dan

satu vena. Vena umbilikalis kanan biasanya menghilang pada awal

perkembangan jain, hanya bagian tali pusat di dekat pusat, biasanya dapat

terlihat duktus kecil vesikalis umbilkalis. Vesikula ini di lapisi oleh lapisan

tunggal epitel koboid atauu gepeng. Bila dipotong tpat setelah umbilikus,

kadang terlihat duktus lain yang merupakan sisa alantois.


2. Struktur dan Fungsi Tali Pusat
Tali pusat atau funis memanjang dari umbilikus janin kepermukaan

janin plasenta atau lempeng korionik. Permukaan luarnya tampak putih

buram, lembap, dan ditutupi amnion, yang ditembus oleh tiga pembuluh

13
umbilikalis. Diametrenya adalah 0,8 hingga 2,0 cm, dengan panjang rerata

55 cm (kisaran 30 hingga 100cm). Setelah fiksasi, pembuluh umbilkalis

tampak kosong, tetapi dalam kondisi normal, pembuluh-pembuluh ini terus

terisi darah.
Darah mengalir dari vena umbilikalsi melewati daerah dengan tahanan

terkecilmvia dua rute dalam janin. Rute pertama adalah duktus venosus,

yang bermuara langsung ke vena kava inferior. Rute kedua tersusun atas

banyak muara kecil ke dalam sirkulasi hepatik.


Darah keluar dari janin melalui dua arteri umbilkalis. Arteri

umbulikalis merupakan cabang anterior arteri ilaka interna akan

terobliterasi setelah bayi lahir. Sisa arteri umbilikalis dapat terlihat sebagai

ligamentum umbilikalie mediale.bran janin. Pembuluh yang terdapat di

dalam tali pusat akan membentuk spiral atau melingkar. Pelingkaran ini

dapat terjadi menurut arah putaran jarum jam. (dekstral).


Secara anatomis, tali pusat dapat dianggap sebagai komponen meu

melawan aeah putaran jarum jam (sinstral). Pelingkaran yang meawan arah

putaran jarum jam ditemukan pada 50 hingga 90 persen janin. Dipercaya

bahwa pelingkatan ini berfungsi untuk mencegah tertekuknya pembuluh,

yang akan terjadi pada semua tabung berongga yang mengalami torsi.

Gambar. Potongan melintang tali pusat

14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Trofoblas adalah komponen yang terstruktur, fungsi dan

perkembangannya paling bervariasi dari semua komponen plasenta. Daya

invasinya penting agar blastokista dapat melekat pada desidua rongga uterus,

perannya dalam pemberian nutrisi konseptus tercermin dari namanya dan

fungsinya sebagai organ endokrin pada kehamilan manusia dan penting bagi

adaptasi fisiologis ibu dan pemeliharaan kehamilan. Vilus korionik

merupakan pertama kali dapat dikenali dengan mudah pada plasenta manusia

sekitar hari ke-12 setelah fertilisasi. Saat korda mesenkim yang mungkin

berasal dari sitotrofoblast menginvasi kolom trofoblast padat, terbentuk vilus

sekunder. Setelah terjadi angiogenesis dari inti mesenkim insitu, vilus yang

terbentuk disebut vilus teriser.

Proliferasi sitotrofoblas selular di ujung vilus menghasilkan kolom-

kolom sel trofoblastik yang tidak diinvasi oleh mesenkim janin tetapi melekat

ke desidua pada lempeng basal. Dasar lempeng korion yang terdiri dari dua

lapisan trofoblast di sebelah luar dan mesoderm fibrosa disebelah dalam

membentuk atap ruang antar vilus. Amnion pada kehamilan aterm berupa

sebuah membrane yang kuat ulet tetapi lentur. Amnion adalah membran janin

paling dalam dan berdampingan dengan cairan amnion. Struktur avakular

khusus ini memiliki peran penting dalam kehamilan pada manusia. Pada

banyak kasus obstetrik, pecahnya selaput ketuban secara dini pada kehamilan

dini merupakan penyebab tersering pelahiran preterm. Amnion adalah

jaringan yang menentukan hampir semua kekuatan regang membran janin.

15
Tali pusat aterm pada keadaan normal memiliki dua arteri dan satu

vena. Vena umbilikalis kanan biasanya lenyap pada awal perkembangan

janin, sehingga yang tertinggal hanya vena kiri. Potongan di semua bagian tali

pusat biasanya memperlihatkan duktus vesikel umbilikalis yang kecil dan

berada di tengah serta dilapisi oleh satu lapisan sel epitel gepeng atau kuboid.

B. SARAN

Dari hasil makalah yang telah dikemukakan, maka dapat diberikan

saran-saran sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan maupun pihak

yang bersangkutan dalam rangka meningkatkan pemahaman tentang plasenta

dan membran janin, dapat meningkatkan perkembangan dan kemajuan ilmu

yang berkaitan dengan topik di atas serta mengetahui kelainan yang dapat

terjadi dalam kehamilan dan janin.

16

Anda mungkin juga menyukai