TINJAUAN PUSTAKA
A. Gender
1. Konsep Gender
Tuhan, sehingga sifatnya permanen dan universal. Jadi jelas bahwa jenis
antara perempuan dan laki-laki. Sex tidak bisa berubah, permanen dan
mutlak.
2. Pengertian Gender
itu akan menjadi kepala keluarga, pencari nafkah, menjadi orang yang
akan menjadi ibu rumah tangga, sebagai istri, sebagai orang yang
perbedaan esensial yang tidak mungkin berubah. Gaya hidup, dan peran
sosial, yakni perbedaan yang bukan kodrat dan bukan ketentuan Tuhan
serta peluang dan hambatan. Oleh karena dibentuk secara sosial budaya,
maka gender bukan kodrat atau ketentuan Tuhan, bersifat tetap, sehingga
dapat diubah dari masa ke masa, berbeda untuk setiap kelas dan ras.
dalam bentuk indoktrinasi. Proses itu menuntut setiap orang (laki-laki dan
dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang, melalui proses
Gender hanya memuat perbedaan fungsi dan peran sosial laki-laki dan
lainnya. Gender juga berubah dari waktu ke waktu sehingga bisa berlainan
laki dan perempuan. Peran gender terbentuk melalui berbagai sistem nilai
pemisahan yang tajam bukan hanya pada peran gender tetapi juga pada
sifat gender (Ilyas, 2006). Perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan
bahwa laki-laki dan perempuan berbeda tidak hanya sekedar akibat dari
perbedaan biologis antara keduanya, namun proses sosial dan budaya juga
Awatiful, 2009).
Sayangnya, gender selama ini dipahami secara keliru dan dianggap
kembali tentang pembagian peran yang selama ini dianggap telah melekat
laki-laki yang dinamis yang lebih tepat dan cocok dengan kenyataan yang
ada dalam masyarakat. Dengan kata lain mengapa kita perlu memisahkan
perbedaan jenis kelamin biologis dan gender adalah karena konsep jenis
kelamin biologis yang bersifat permanen dan statis itu tidak dapat
Rostyaningsih, 2010).
Di lain pihak alat analisis sosial yang telah ada seperti analisis
adanya relasi kekuasaan yang didasarkan pada relasi gender dan sangat
yang dapat digunakan untuk meneropong realitas relasi sosial lelaki dan
perempuan serta akibat-akibat yang ditimbulkannya ( Dewi Rostyaningsih,
2010).
gender ini melekat pada cara pandang kita, sehingga kita sering lupa
seakan-akan hal itu merupakan sesuatu yang permanen dan abadinya ciri
2010).
3. Teori Gender
1. Teori Nurture.
peran dan tugas yang berbeda. Konstruksi sosial budaya selama ini
2. Teori Nature.
Menurut teori nature, perbedaan laki-laki dan perempuan adalah
berupa perbedaan peran dan tugas diantara keduanya. Ada peran dan tugas
yang dapat dipertukarkan, tetapi ada pula yang tidak dapat dipertukarkan
3. Teori Keseimbangan
rumah keluarga oleh masyarakat, di satu sisi karena posisinya ini misalnya
perempuan, tetapi di sisi lain jika ia tidak bekerja atau menganggur ia akan
dilecehkan oleh masyarakat. Sedangkan untuk perempuan, karena ia
energi yang banyak, tetapi di sisi lain jika ia tidak bekerja mencari nafkah
1. Pengertian
dalam kegiatan seperti membuat tabulin, pemetaan bumil dan donor darah
daerah
maupun swasta dalam pelayanan kesehatan yang aman, ramah dan nyaman
yang merugikan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas seperti bayi yang di
lahirkan.
koordinasi camat.
Institusi kesehatan
Institusi Masyarakat
Kaum bapak/pria
Media massa
a) Desentralisasi
b) Kemandirian
c) Keluarga
d) Kemitraan
1. Identifikasi masalah
2. Penentuan masalah
3. Penentuan tujuan
- Tenaga pelaksana
- Evaluasi kegiatan
7. Pelaksanaan Kegiatan Gerakan Sayang Ibu
1. Unsur Operasional
kesehatan
2. Unsur Pendukung
a) Menyusun rencana kerja dalam rangka menurukan AKI dan AKB serta
wilayah tersebut
c) Penyuluhan kepada keluarga serta bumil, bulin dan bufas dan bayi yang
dilakukan
d) Mengumpulkan data informasi bumil, bulin, bufas dan bayi yang
dilakukan
f) Membantu merujuk
artinya:
yang membutuhkan
seperti :
persalinan
minimal 4 kali.
dsb)
5. Melaksanakan keadilan dan kesetaraan gender dalam rumah tangga
kehidupan.
bekerja keras.
kelahirannya
Hambatan
untuk mengajak ibu hamil dan melahirkan makin dekat pada pelayanan
antara lain :
1. Secara struktural
2. Secara Kultural
IBU
fisiologis
jiwa ibu
4. Terpusat pada ibu, bukan terpusat pada pemberi asuhan
emosional
penyakit
terjadinya cedera bagi ibu dan bayinya. Tindakan rutin tersebut, seperti
episiotomi, enema, dan pengisapan bagi semua bayi yang dilakukan secara
rutin tidak terbukti memberi manfaat. Bidan yang sudah terampil perlu
alamiah, dan sehat. Sebagai bidan, kita harus mendukung dan melindungi
merupakan cara paling sesuai bagi mayoritas kaum ibu selama kehamilan
dan persalinan.
asuhan jenis ini kini sedang dimasyarakatkan dan sudah terbukti efektif
karena kaum ibu merasa nyaman dengan asuhan ini dan akan terus
berupaya untuk mendapatkannya. Hal ini konsisten pula dengan cara bidan
yang peka sesuai kebutuhan ibu, serta memberi rasa percaya yang besar,
ibu akan lebih memilih asuhan seperti ini dan merekomendasikan hal ini
pada ibu-ibu yang lain. Badan Coalition for Traproving Maternity Services
ini terdiri dari sejumlah individu dan organisasi nasional yang misinya
diagnosis, dan program perawatan yang berbiaya tinggi. Salah satu prinsip
yang mendasari pemikiran tersebut ialah model asuhan kebidanan ini