LP Antenatal
LP Antenatal
ANTENATAL
Disusun Oleh :
Aditiya Kurniawan
NIM. SN171003
A. Definisi
Pelayanan antenatal adalah pengawasan sebelum persalinan
tertuama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim.
Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu
menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan memberikan ASI dan
kembalinya kesehatan produksi secara wajar (Manuaba, 2008).
Kehamilan normal adalah dari konsepsi sampai lahirnya janin
dengan kehamilan 280 hari (40 minggu) dihitung dari hari pertama haid
terakhir (Sarwono, 2007).
D. Patofisiologi
Proses Kehamilan
1. Fertilisasi
Yaitu bertemunya sel teliur dan sel sperma. Tempat bertemunya
didaerah ampulla tuba. Sebelum keduanya bertemu, maka terjadi 3
fase yaitu:
a. Tahap penembusan korona radiata
Dari 200-300 juta hanya 300-500 yang sampai di tuba fallopi yang
bisa menembus korona radiata karena sudah megalami proses
kapisitasi.
b. Penembusan zona pellusida
Spermatozoa lain ternyata menempel di zona pellusida, tetapi
hanya satu yang terlihat ampu menembus oosit.
c. Tahap penyatuan oosit dan membran sel sperma
Setelah menyatu maka akan dihasilkan zigot yang mempunyai
kromososm diploid (44 autosom dan 2 gonosom) dan terbentuk
jenis kelamin baru (XX untuk wanita dan XY untuk laki-laki).
2. Pembelahan
Setelah itu zigot akan membelah menjadi tingkat 2 sel (30 jam), 4 sel,
8 sel, sampai dengan 16 sel disebut blastomer (3 hari) dan membentuk
sebuah gumpalan bersusun longgar. Setelah 3 hari sel-sel tersebut
akan memperoleh membelah membentuk morula (4 hari). Saat morula
masuk rongga rahim, cairan mulai menembus zona pellusida masuk ke
dalam ruang antar sel yang ada di massa sel dalam. Berangsur-angsur
ruang antar sel menyatu dan akhirnya terbentuklah sebuah
rongga/blastokel sehingga disebut blastokista (4-5 hari). Sel bagian
dalam disebut embrioblas dan sel diluar disebut trofoblas. Zona
pellusida akhirnya menghilang sehingga trofoblas bisa masuk
endometrium dan siap berimplantasi (5-6 hari) dalam bentuk
blastokista tingkat lanjut.
3. Nidasi / Implantasi
Yaitu penanaman sel telur yang sudah dibuahi (pada stadium
blastokista) ke dalam dinding uterus pada awal kehamilan. Biasanya
terjadi pada pars superior korpus uteri bagian anterior/posterior. Pada
saat implantasi selaput lendir rahim sedang berada pada fase
sekretonik (2-3 hari setelah ovulasi). Pada saat ini, kelenjar rahimdan
pembuluh nadi menjadi berkelok-kelok jaringan ini mengandung
banyak cairan (Marjati dkk, 2010).
4. Pertumbuhan dan perkembangan embrio
a. Masa pre embrionic
Berlangsung selama 2 minggu sesudah terjadinya fertilisasi terjadi
proses pembelahan sampai dengan nidasi.
b. Masa embrionic
Berlangsung sejak 2-6 minggu.
c. Masa fetat
Berlangsung sejak 2 minggu ke 8 sampai dengan bayi baru lahir.
Minggu ke 12 panjang janin kira-kira 9 cm, berat 14 gram, sirkulasi
tubuh berfungsi. Minggu ke 16 panjang janin 16 cm, berat 20 gram,
kulit transparan, rambut mulai tumbuh. Minggu ke 20 kepala tegak
separuh PB, wajah nyata, telinga, pada tempatnya kelopak mata, alis,
kuku sempurna. Minggu ke 24 kulit keriput, lanugo menjadi gelap
dengan vernix meningkat. Minggu ke 28 mata terbuka, alis dan bulu
mata berkembang dengan baik, rambut menutupi kelapa, deposit
lembak subkutan, testis turun ke skrotum. Minggu ke 32 lanugo
berkurang, tubuh bulat, testis turun. Minggu ke 36 lanugo sebagian
besar terkelupas, kulit tertutup, vernikx kareosa. Minggu ke 40
osifikasi tulang tengkorak masih belum sempurna, tetapi keadaan ini
memudahkan fetus melalui jalan lahir (Marjati dkk, 2010).
E. Pathway
Trodubilla, Posika
Ansietas
Embriogesis
Kurang
Oronogesis pengetahuan
Sistem urinaria
Sistem integumen
OIT
Uterus membesar
Progesteron Esterogen
Esterogen
& Hc6
Tekanan pada
Hiperpigmentasi vesicula urinaria
Penurunan Peningkatan
kekuatan asam
otot lambung Strie gravidarum Meningkat
frekuensi BAK
Distensi
gastrointest Ketidakseimbangan Resiko
inal nutrisi kurang dari kekurangan
kebutuhan volume
cairan
Konstipasi
I. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan anoreksia.
2. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan tekanan pada vesika
urinaria.
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan proses kehamilan.
6. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
J. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
Keperawatan (NOC)
Ketidakseimbanga Nutritional status : food Nutrition management
n nutrisi kurang and fluid intake 1. Kaji adanya
dari kebutuhanSetelah dilakukan tindakan alergi makanan
berhubungan keperawatan selama …. 2. Kaji
dengan anoreksia Diharapkan masalah kemampuan
ketidaksimbangan nutrisi pasien untuk
kurang dari kebutuhan mendapatkan
dapat teratasi dengan nutrisi yang
kriteria hasil : dibutuhkan
1. Adanya peningkatan 3. Monitor
berat badan sesuai jumlah nutrisi
tujuan. dan kandungan
2. Berat badan ideal kalori
sesuai tinggi badan 4. Berikan
3. Mampu informasi
mengidentifikasi tentang
kebutuhan nutrisi kebutuhan
4. Tidak ada tanda nutrisi
malnutrisi 5. Anjurkan
pasien
meningkatkan
protein dan
vitamin
6. Kolaborasi
dengan ahli
gizi untuk
menentukan
jumlah kalori
dan nutrisi
yang
dibutuhkan
Konstipasi Bowel elimination Constipation/impactio
berhubungan Setelah dilakukan tindakan n management
dengan kelemahan selama … diharapkan 1. Monitor tanda
otot abdomen masalah konstipasi dapat dan gejala
teratasi dengan kriteria konstipasi
hasil : 2. Monitor bising
1. Feses lunak dan usus
berbentuk 3. Dorong pasien
2. Mempertahankan meningkatakan
bentuk feses lunak asupan cairan
setiap 1-3 hari 4. Anjurkan
3. Mengidentifikasi pasien untuk
indikator untuk diet tinggi
mencegah serat
konstipasi 5. Kolaborasi
4. Bebas dari pemberian
ketidaknyamanan laksatif
dan konstipasi
Gangguan Urinary elimination Urinary retention care
eliminasi urine Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau
berhubungan selama … diharapkan penggunaan
dengan tekanan masalah gangguan obat dengan
pada vesika eliminasi urine dapat sifat
urinaria teratasi dengan kriteria antikolinergik
hasil : 2. Monitor efek
1. Kandung kemih dari obat
kosong secara 3. Pantau asupan
penuh dan keluaran
2. Intanke cairan 4. Anjurkan
dalam rentang pasien untuk
normal merekam
3. Bebas dari ISK output urine
4. Tidak ada spasme
bladder
5. Balance cairan
seimbang
Ansietas Anxiety self-control Anxiety reduction
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Gunakan
dengan kurangnya selama … diharapkan pendekatan
pengetahuan masalah kecemasan dapat yang
teratasi dengan kriteria menenangkan
hasil : 2. Temani pasien
1. Klien mampu untuk
mengidentifikasi memberikan
dan keamanan dan
mengungkapkan mengurangi
gejala cemas rasa takut
2. Mengidentifikasi, 3. Dengarkan
mngungkapkan dan dengan penuh
menunjukkan tehnik perhatian
untuk mengontrol 4. Bantu pasien
cemas mengenal
3. Vutal sign dalam situasi yang
batas normal menimbulkan
kecemasan
5. Instruksikan
pasien
menggunakan
teknik
relaksasi
6. Kolaborasi
pemberian obat
untuk
mengurangi
kecemasan
Gangguan citra Body image Body image
tubuh berhubungan Setelah dilakukan tindakan enhancement
dengan proses selama … diharapkan 1. Kaji secara
kehamilan masalah gangguan citra verbal dan non
tubuh dapat teratasi dengan verbal respon
kriteria hasil : klien terhadap
1. Body image positif tubuhnya
2. Mampu 2. Monitor
mengidentifikasi frekuensi
kekuatan personal mengkritik
3. Mendiskripsikan dirinya
secara faktual 3. Jelaskan
perubahan fungsi tentang
tubuh pengibatan,
4. Mempertahankan perawatan,
interaksi sosial kenajuan dan
prognosis
penyakit
Resiko kekurangan Fluid balance Fluid management
volume cairan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor status
berhubungan kepeawatan selama … hidrasi
dengan mual diharapkan masalah resiko 2. Monitor vital
muntah kekurangan volume cairan sign
dapat teratasi dengan 3. Monitor
kriteria hasil : masukan
1. Mempertahankan makanan/caira
urine output n
2. Tekanan darah, 4. Dorong
nadi, suhu dalam masukan oral
batas normal 5. Pertahankan
3. Tidak ada tanda- intake dan
tanda dehidrasi output
4. Elastisitas kulit 6. Kolaborasi
baik, mukosa pemberian
lembab. cairan IV
K. Evaluasi
Diagnosa Kepeawatan Evaluasi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang S = klien mengatakan mengetahui
dari kebutuhan berhubungan dengankebutuhan nutrisinya
anoreksia O = tidak terdapat tanda-tanda
malnutrisi
A = masalah ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
teratasai
P = hentikan intervensi
Konstipasi berhubungan dengan S = klien mengatakan BAB lancar
kelemahan otot abdomen dan teratur
Klien mengatakan feses lunak
O = klien tampak lebih rileks
A = masalah konstipasi teratasi
P = hentikan intervensi
Gangguan eliminasi urine S = -
berhubungan dengan tekanan pada O = tidak terdapat ISK, balance
vesika urinaria cairan seimbang
A = masalah gangguan eliminasi
urin dapat teratasi
P = hentikan intervensi
Ansietas berhubungan dengan S = klien mengatakan sudah lebih
kurangnya pengetahuan tenang
O = klien tampak rileks, TTV
dalam rentang normal
A = masalah ansietas teratasi
P = hentikan intervensi
Gangguan citra tubuh berhubungan S = klien mampu mendiskripsikan
dengan proses kehamilan perubahan tubuhnya
O = klien tampak percaya diri,
mampu berinteraksi sosial
A = masalah gangguan citra diri
teratasi
P = hentikan intervensi
Resiko kekurangan volume cairan S = -
berhubungan dengan mual muntah O = TTV dalam rentang normal,
turgor kulit baik, mukosa lembab,
tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi
A = masalah resiko kekurangan
volume cairan teratasi
P = hentikan intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, RA. 2009. Kupas Tuntas Kehamilan dan Melahirkan. Ungaran : Vivo
Publisher.