Anda di halaman 1dari 45

1

Bab I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kontrasepsi merupakan salah satu metode KB yang dapat digunakan untuk

menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda (fase menunda

atau mencegah kehamilan), jarak kelahiran yang terlalu dekat (fase menjarangkan

kehamilan), dan melahirkan pada usia tua (fase menghentikan atau mengakhiri

kehamilan). Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi

setiap pasangan atau individu. (Andriana, 2011). Berikut ini contoh alat kontrasepsi

yang banyak digunakan oleh masyarakat saat ini, yaitu: Kondom, KB Suntik, Pil

KB, Implan (Susuk KB), IUD, Vasektomi, dan Tubektomi. (Booklet BKKBN, 2014).

Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kontrasepsi

implan berada di urutan ketiga sebagai kontrasepsi yang digunakan oleh wanita di

Indonesia dengan persentase 8,58%, sementara itu pil KB digunakan sebanyak

26,81%, suntik KB 47,94%, kondom 7,51%, IUD 7,46%, dan kontrasepsi lainnya

1,7%. (BKKBN, 2012). Kontrasepsi implan mempunyai kelebihan yaitu, tidak

menekan produksi ASI, praktis & efektif, masa pakai jangka panjang (3 hingga 5

tahun), kesuburan cepat kembali setelah pencabutan, dapat digunakan oleh ibu

yang tidak cocok dengan hormon estrogen, efektifitasnya 99 – 99,8%. (BKKBN,

2014). Alasan implan cukup disukai, antara lain: Kemudahan. Dengan

menggunakan KB implan ini klien tidak perlu lagi repot menggunakan kondom.

Bagi klien yang sering lupa mengonsumsi pil KB, tidak perlu repot-repot

memasang alarm pil KB; Efektif. Klien tidak perlu bolak-balik melakukan

pemeriksaan rutin karena KB implan memiliki 99 persen efektifitas selama tiga


2

tahun jika klien menggunakannya dengan tepat; Tidak mengganggu penampilan.

KB implan ini dimasukkan di bagian bawah lengan atas. Dengan bentuknya yang

kecil dan tipis, KB implan ini tidak akan nampak di permukaan kulit, sehingga tidak

akan mengganggu penampilan klien; Murah. Biaya KB implan ini dapat dikatakan

murah, karena untuk penggunaan selama 3 tahun hanya perlu mengeluarkan

biaya sekitar Rp 200.000 – Rp 300.000. (BKKBN, 2014). Terlepas dari alasan

mengapa implan cukup disukai seperti yang telah diuraikan diatas, tentu implan

masih memiliki kekurangan dan kelebihan yang lain. Untuk meningkatkan motivasi

seseorang dalam ber-KB bisa dilakukan dengan cara menanamkan kesadaran

pada diri orang tersebut. (Sunaryo, 2010). Oleh karena itu, dalam rangka untuk

meningkatkan motivasi Wanita Usia Subur (WUS) memilih KB Implan dapat

dilakukan dengan memberi informasi tentang KB Implan berupa pendidikan

kesehatan, yang merupakan salah satu cara pembelajaran untuk meningkatkan

pengetahuan calon akseptor KB. (BKKBN, 2011)

Setiap jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran memiliki

kelebihan dan kelemahan begitu pula dengan media audiovisual, dan konseling.

Arsyad (2011), mengungkapkan beberapa kelebihan dan kelemahan media

audiovisual dalam pembelajaran sebagai berikut, kelebihan media audiovisual:

Film dan video dapat melengkapi pengalaman dasar peserta, menggambarkan

suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulangulang jika perlu,

disamping mendorong dan meningkatkan motivasi film dan video menanamkan

sikap-sikap dan segi afektif lainnya, mengandung nilai-nilai positif yang dapat

mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok peserta, menyajikan

peristiwa yang berbahaya jika dilihat secara langsung, dapat ditujukan kepada

kelompok besar atau kelompok kecil, kelompok yang heterogen maupun

homogen, film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu minggu dapat
3

ditampilkan dalam satu atau dua menit; Kelemahan media audio visual:

Pengadaan film dan video umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu yang

banyak, tidak semua peserta mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan

melalui film tersebut, film dan video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan

kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan, kecuali dirancang dan diproduksi

khusus untuk kebutuhan sendiri. Dari uraian yang sebelumnya dipaparkan, dapat

disimpulkan bahwa kelebihan dan kelemahan media audiovisual yang berupa

film dan video bukan merupakan suatu kendala dalam proses pembelajaran.

(Arsyad, 2011). Sedangkan metode konseling, memiliki kelebihan antara lain

sebagai berikut: Lebih intensifnya interaksi klien dan konselor, pusat perhatian

klien terfokus pada masa lalu dan masa yang akan datang, memberikan

kesempatan bagi klien dan konselor untuk saling memberi dan menerima umpan

balik, Klien dapat berlatih tentang perilakunya yang baru, dapat digunakan untuk

menggali tiap masalah yang dialami klien, belajar untuk meningkatkan

kepercayaan kepada orang lain, dapat meningkatkan sistem dukungan dengan

cara berteman akrab. Kekurangan metode konseling antara lain sebagai berikut:

Solusi yang ditawarkan konselor tidak selalu sesuai dengan keinginan klien

disebabkan oleh ketidakakuratan data atau kurangnya kelengkapan data bahkan

mungkin karena kesalahan dalam analisis data; dalam proses klien bersifat pasif,

kurang inisiatif dan lebih banyak menjadi pendengar karena didominasikan oleh

konselor. (Arsyad, 2011). Dengan diterapkannya kombinasi dua metode ini,

diharapkan bisa saling menutupi kekurangan dari masing-masing metode, dan

mampu meningkatkan daya serap informasi saat pembelajaran, sehingga

meningkatkan motivasi klien untuk memilih KB Implan.

Mengingat fungsinya sebagai educator, perawat harus mampu

menjelaskan pada klien tentang konsep dan data-data kesehatan, membagi


4

pengetahuan, dalam hal ini adalah pengetahuan tentang KB implan, dan menilai

serta mengevaluasi pembelajaran yang telah diberikan kepada klien. (Potter dan

Perry, 2005). Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi

menggunakan Kombinasi Metode Audiovisual dan Konseling terhadap Motivasi

Wanita memilih KB Implan di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar”. Lokasi

penelitian diambil di Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, karena Kabupaten

Blitar termasuk dalam peringkat 5 besar untuk daerah yang gagal program KB-nya

di Jawa Timur, Sutojayan merupakan salah satu daerah pinggiran di Blitar selatan

yang cukup banyak sampel Pasangan Usia Subur (PUS) yang belum ber-KB. Total

Pasangan Usia Subur (PUS) di Blitar adalah 223.236, namun angka Unmeetneed

masih mencapai 21.431 (Ingin Anak Tunda/IAT sebesar 11.204, dan Tidak Ingin

Anak Lagi/TIAL sebesar 10.227). (BKKBN, 2015).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis merumuskan “Apakah

ada pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi menggunakan kombinasi metode

audiovisual dan konseling terhadap motivasi wanita memilih kb implan di

Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Reproduksi menggunakan Kombinasi Metode Audiovisual dan Konseling terhadap

Motivasi Wanita memilih KB Implan di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar.

1.3.2 Tujuan Khusus


5

1. Mengidentifikasi motivasi Wanita Usia Subur (WUS) dalam memilih KB

Implan, sebelum pendidikan kesehatan reproduksi menggunakan

kombinasi metode audiovisual dan konseling di Kecamatan Sutojayan

Kabupaten Blitar

2. Mengidentifikasi motivasi Wanita Usia Subur (WUS) dalam memilih KB

Implan, setelah pendidikan kesehatan reproduksi menggunakan kombinasi

metode audiovisual dan konseling di Kecamatan Sutojayan Kabupaten

Blitar

3. Menganalisa motivasi Wanita Usia Subur (WUS) dalam memilih KB Implan,

sebelum, dan sesudah pendidikan kesehatan reproduksi menggunakan

kombinasi metode audiovisual dan konseling terhadap motivasi wanita

memilih KB Implan di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Sebagai acuan dalam memberikan informasi, dan pelayanan kesehatan

reproduksi perempuan.

2. Sebagai literatur untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Memberi informasi bagi pengguna kontrasepsi implan agar lebih

memperdalam pengetahuan tentang kontrasepsi implan

2. Menurunkan angka kejadian gangguan kesehatan akibat pemilihan alat

kontrasepsi yang kurang sesuai.


6

Bab II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pendidikan Kesehatan

2.1.1 Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan, secara umum adalah

segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu,

kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan

oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Dan batasan ini tersirat

unsur-unsur input (sasaran dan pendidik dari pendidikan), proses (upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi orang lain) dan output (melakukan apa yang

diharapkan). Hasil yang diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan kesehatan

adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari pendidikan kesehatan. (Notoadmojo,

2012).

Pendidikan kesehatan adalah suatu metoda implementasi yang digunakan

untuk menyajikan prinsip, prosedur, dan teknik yang tepat tentang perawatan

kesehatan untuk menginformasikan status kesehatan klien (Perry&Potter, 2005).

Pendidikan kesehatan yang baik, selain terencana dengan baik, juga harus dapat

dievaluasi dan dapat dilakukan oleh semua petugas kesehatan (baik medik

maupun non-medik) sesuai dengan kompetensinya masing – masing. Pendidikan

kesehatan ditujukan pada seseorang atau kelompok, agar berperilaku sehat serta

menerapkan cara hidup sehat, sebagai bagian dari cara hidupnya sehari-hari atas

kesadarannya dan kemampuannya sendiri (Narendra, 2005).


7

2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan mempengaruhi 3 faktor penyebab terbentuknya

perilaku, yaitu :

a. Pendidikan kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi

Promosi kesehatan bertujuan untuk mengunggah kesadaran, memberikan

atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan bagi dirinya sendiri, keluarganya maupun

masyarakatnya. Disamping itu, dalam konteks promosi kesehatan juga

memberikan pengertian tentang tradisi, kepercayaan masyarakat dan

sebagainya, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan

kesehatan. Bentuk promosi ini dilakukan dengan penyuluhan kesehatan,

pameran kesehatan, iklan-iklan layanan kesehatan, billboard, dan

sebagainya.

b. Pendidikan kesehatan dalam faktor-faktor enabling (penguat)

Bentuk promosi kesehatan ini dilakukan agar masyarakat dapat

memberdayakan masyarakat agar mampu mengadakan sarana dan

prasarana kesehatan dengan cara memberikan kemampuan dengan cara

bantuan teknik, memberikan arahan, dan cara-cara mencari dana untuk

pengadaan sarana dan prasarana.

c. Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin)

Promosi kesehatan pada faktor ini bermaksud untuk mengadakan

pelatihan bagi tokoh agama, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan

sendiri dengan tujuan agar sikap dan perilaku petugas dapat menjadi

teladan, contoh atau acuan bagi masyarakat tentang hidup sehat

(Notoadmojo, 2012).
8

2.1.3 Metode dalam Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoadmojo (2012), berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin

dicapai, penggolongan metode pendidikan ada 3 (tiga) yaitu:

a. Metode berdasarkan pendekatan perorangan

Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk membina perilaku

baru, atau membina seorang yang mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku

atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang

mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan

penerimaan atau perilaku baru tersebut. Ada 2 bentuk pendekatannya yaitu :

1. Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling)

2. Wawancara

b. Metode berdasarkan pendekatan kelompok.

Penyuluh berhubungan dengan sasaran secara kelompok. Dalam penyampaian

promosi kesehatan dengan metode ini kita perlu mempertimbangkan besarnya

kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Ada 2 jenis

tergantung besarnya kelompok, yaitu :

1. Kelompok besar

2. Kelompok kecil

c. Metode berdasarkan pendekatan massa

Metode pendekatan massa ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan-pesan

kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sehingga sasaran dari metode ini

bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin,

pekerjaan, status social ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, sehingga

pesan-pesan kesehatan yang ingin disampaikan harus dirancang sedemikian rupa

sehingga dapat ditangkap oleh massa.

Media Pendidikan merupakan media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-

pesan kesehatan. Alat-alat bantu tersebut mempunyai fungsi sebagai berikut:


9

a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan

b. Mencapai sasaran yang lebih banyak

c. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman

d. Menstimulasi sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan–pesan yang

diterima oran lain

e. Mempermudah penyampaian bahan atau informasi kesehatan

f. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran/ masyarakat

g. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami,

dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik

h. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh

Dengan kata lain media ini memiliki beberapa tujuan yaitu :

a. Tujuan yang akan dicapai

1. Menanamkan pengetahuan/pengertian, pendapat dan konsep-konsep

2. Mengubah sikap dan persepsi

3. Menanamkan perilaku/kebiasaan yang baru

b. Tujuan penggunaan alat bantu

1. Sebagai alat bantu dalam latihan/penataran/pendidikan

2. Untuk menimbulkan perhatian terhadap suatu masalah

3. Untuk mengingatkan suatu pesan/informasi

4. Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, tindakan

(Notoadmojo, 2012)

Ada beberapa bentuk media penyuluhan antara lain (Notoadmojo, 2012):

a. Berdasarkan stimulasi indra

1. Alat bantu lihat (visual aid) yang berguna dalam membantu menstimulasi

indra penglihatan
10

2. Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk

menstimulasi indra pendengar pada waktu penyampaian bahan

pendidikan/pengajaran

3. Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids)

b. Berdasarkan pembuatannya dan penggunaannya

1. Alat peraga atau media yang rumit, seperti film, film strip, slide, dan

sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor

2. Alat peraga sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan –

bahan setempat

c. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur media kesehatan

1. Media Cetak

a. Leaflet

Merupakan bentuk penyampaian informasi kesehatan melalui lembaran yang

dilipat. Keuntungan menggunakan media ini antara lain: sasaran dapat

menyesuaikan dan belajar mandiri serta praktis karena mengurangi kebutuhan

mencatat, sasaran dapat melihat isinya disaat santai dan sangat ekonomis,

berbagai informasi dapat diberikan atau dibaca oleh anggota kelompok

sasaran, sehingga bisa didiskusikan, dapat memberikan informasi yang detail

yang mana tidak diberikan secara lisan, mudah dibuat, diperbanyak dan

diperbaiki serta mudah disesuaikan dengan kelompok sasaran. Sementara itu

ada beberapa kelemahan dari leaflet, yaitu: tidak cocok untuk sasaran individu

per individu, tidak tahan lama dan mudah hilang, leaflet akan menjadi percuma

jika sasaran tidak diikutsertakan secara aktif, serta perlu proses penggandaan

yang baik. (Lucie, 2005)

b. Booklet

Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan

dalam bentuk tulisan dan gambar. Booklet sebagai saluran, alat bantu, sarana
11

dan sumber daya pendukungnya untuk menyampaikan pesan harus

menyesuaikan dengan isi materi yang akan disampaikan. Menurut Kemm dan

Close dalam Aini (2010), booklet memiliki beberapa kelebihan yaitu:

1. Dapat dipelajari setiap saat, karena disain berbentuk buku.

2. Memuat informasi relatif lebih banyak dibandingkan dengan poster. Menurut

Ewles dalam Aini (2010), media booklet memiliki keunggulan sebagai berikut :

1. Klien dapat menyesuaikan dari belajar mandiri.

2. Pengguna dapat melihat isinya pada saat santai.

3. Informasi dapat dibagi dengan keluarga dan teman.

4. Mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta mudah

disesuaikan.

5. Mengurangi kebutuhan mencatat.

6. Dapat dibuat secara sederhana dengan biaya relatif murah.

7. Awet

8. Daya tampung lebih luas

9. Dapat diarahkan pada segmen tertentu.

Manfaat booklet sebagai media komunikasi pendidikan kesehatan adalah :

1. Menimbulkan minat sasaran pendidikan.

2. Membantu di dalam mengatasi banyak hambatan.

3. Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan

cepat.

4. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang

diterima kepada orang lain.

5. Mempermudah penyampaian bahasa pendidikan.

6. Mempermudah penemuan informasi oleh sasaran pendidikan.

7. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui lalu mendalami dan akhirnya

mendapatkan pengertian yang lebih baik.


12

8. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.

c. Flyer (selembaran)

d. Flip chart (lembar balik)

Media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk buku di

mana tiap lembar berisi gambar peragaan dan lembaran baliknya berisi kalimat

sebagai pesan kesehatan yang berkaitan dengan gambar. Keunggulan

menggunakan media ini antara lain : mudah dibawa, dapat dilipat maupun

digulung, murah dan efisien, dan tidak perlu peralatan yang rumit. Sedangkan

kelemahannya yaitu terlalu kecil untuk sasaran yang berjumlah relatif besar,

mudah robek dan tercabik. (Lucie, 2005)

e. Rubrik (tulisan–tulisan surat kabar), poster, dan foto

2. Media Elektronik

a. Video dan film strip

Keunggulan pendidikan kesehatan dengan media ini adalah dapat memberikan

realita yang mungkin sulit direkam kembali oleh mata dan pikiran sasaran,

dapat memicu diskusi mengenai sikap dan perilaku, efektif untuk sasaran yang

jumlahnya relatif penting dapat diulang kembali, mudah digunakan dan tidak

memerlukan ruangan yang gelap. Sementara kelemahan media ini yaitu

memerlukan sambungan listrik, peralatannya beresiko untuk rusak, perlu

adanya kesesuaian antara kaset dengan alat pemutar, membutuhkan ahli

profesional agar gambar mempunyai makna dalam sisi artistik maupun materi,

serta membutuhkan banyak biaya. (Lucie, 2005)

b. Slide

Keunggulan media ini yaitu dapat memberikan berbagai realita walaupun

terbatas, cocok untuk sasaran yang jumlahnya relatif besar, dan pembuatannya

relatif murah, serta peralatannya cukup ringkas dan mudah digunakan.

Sedangkan kelemahannya memerlukan sambungan listrik, peralatannya


13

beresiko mudah rusak dan memerlukan ruangan sedikit lebih gelap. (Lucie,

2005)

3. Media Papan

Keunggulan sarana papan tulis dapat membantu pemateri untuk memperjelas

detail materi yang dipaparkan dengan cara yang lebih fleksibel. (Lucie, 2005)

2.2 Konsep Kontrasepsi

2.1.1 Definisi Kontrasepsi

Istilah “Kontrasepsi” berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

“melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel

telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari

kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat

adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu berdasarkan

maksud, dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah

pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan kedua-duanya memiliki

kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan. (Suratun, 2008). Klien

tidak direkomendasikan KB implan adalah apabila klien hamil atau diduga hamil,

penderita penyakit jantung, stroke, liver, darah tinggi, dan atau kencing manis.

Selain itu, pendarahan vagina tanpa sebab juga tidak direkomendasikan untuk

tidak menggunakan implan. Tempat pelayanan KB implan antara lain, Rumah

Sakit, Klinik KB, Puskesmas, Apotek, Dokter, dan Bidan. (BKKBN, 2014).

2.1.2. Tujuan Pelayanan Kontrasepsi Implan

Menurut BKKBN (2015), disebutkan bahwa pelayanan kontrasepsi implan

dibagi menjadi dua tujuan yaitu:

1. Tujuan Umum
14

Meningkatkan efisiensi dan kualitas pelaksanaan Program KKB dan

Kesehatan Reproduksi melalui upaya meningkatkan permintaan

masyarakat tentang peserta KB baru implan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengembangkan kebijakan baru dalam pelayanan implan

b. Meningkatkan komitmen bagi stakeholder dan mitra kerja lainnya

terkait pelayanan kontrasepsi implan.

c. Meningkatkan jumlah peserta KB baru dan peserta KB aktif

kontrasepsi implan.

d. Menjadi panduan bagi para pengelola program KKB.

2.1.3 Syarat-syarat Kontrasepsi yang Baik

Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang 100% aman dan efektif bagi semua

klien, karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual

bagi setiap klien. Namun secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal

adalah sebagai berikut: Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat

jika digunakan; Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan

akan dapat mencegah kehamilan; Dapat diterima, bukan hanya oleh klien

melainkan juga oleh lingkungan budaya di masyarakat; Terjangkau harganya oleh

masyarakat; Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera

kembali kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap (Kontap).

(Kusumaningrum, 2009).

2.1.4 Macam Metode Kontrasepsi

Menurut Suratun (2008), macam-macam metode kontrasepsi yaitu:

2.1.4.1 Kontrasepsi Sederhana


15

a. Kontrasepsi Sederhana

1) Kondom

Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang dipasang pada penis

sebagai tempat penampungan sperma yang dikeluarkan pria pada saat

senggama sehingga tidak tercurah pada vagina. Cara kerja kondom yaitu

mencegah pertemuan ovum dan sperma atau mencegah spermatozoa

mencapai saluran genital wanita. Sekarang sudah ada jenis kondom untuk

wanita, angka kegagalan dari penggunaan kondom ini 5-21%.

2) Coitus Interuptus

Coitus interuptus atau senggama terputus adalah menghentikan senggama

dengan mencabut penis dari vagina pada saat suami menjelang ejakulasi.

Kelebihan dari cara ini adalah tidak memerlukan alat/obat sehingga relatif sehat

untuk digunakan wanita dibandingkan dengan metode kontrasepsi lain, risiko

kegagalan dari metode ini cukup tinggi.

3) KB Alami

KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak masa subur, dasar

utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi. Untuk menentukan saat ovulasi ada 3

cara, yaitu: metode kalender, suhu basal, dan metode lendir serviks.

4) Diafragma

Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mencegah sperma

mencapai serviks sehingga sperma tidak memperoleh akses ke saluran alat

reproduksi bagian atas (uterus dan tuba fallopi). Angka kegagalan diafragma 4-

8% kehamilan.
16

5) Spermicida

Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat mematikan dan

menghentikan gerak atau melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina,

sehingga tidak dapat membuahi sel telur. Spermicida dapat berbentuk tablet

vagina, krim dan jelly, aerosol (busa/foam), atau tisu KB. Cukup efektif apabila

dipakai dengan kontrasepsi lain seperti kondom dan diafragma.

2.1.4.2 Kontrasepsi Hormonal

1) Pil KB

Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet yang berisi

gabungan hormon estrogen dan progesteron (Pil Kombinasi) atau hanya terdiri

dari hormon progesteron saja (Mini Pil). Cara kerja pil KB menekan ovulasi

untuk mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur, mengentalkan

lendir mulut rahim sehingga sperma sukar untuk masuk kedalam rahim, dan

menipiskan lapisan endometrium. Mini pil dapat dikonsumsi saat menyusui.

Efektifitas pil sangat tinggi, angka kegagalannya berkisar 1-8% untuk pil

kombinasi, dan 3-10% untuk mini pil.

2) Suntik KB

Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan (cyclofem) dan suntik KB 3

bulan (DMPA). Cara kerjanya sama dengan pil KB. Efek sampingnya dapat

terjadi gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat, perubahan berat badan,

pemakaian jangka panjang bisa terjadi penurunan libido, dan densitas tulang.

3) Implant
17

Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit, biasanya

dilengan atas. Cara kerjanya sama dengan pil, implant mengandung

levonorgestrel. Keuntungan dari metode implant ini antara lain tahan sampai 5

tahun, kesuburan akan kembali segera setelah pengangkatan. Efektifitasnya

sangat tinggi, angka kegagalannya 1-3%.

4) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD

AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang

bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik (polyethyline), ada yang dililit

tembaga (Cu), dililit tembaga bercampur perak (Ag) dan ada pula yang

batangnya hanya berisi hormon progesteron. Cara kerjanya, meninggikan

getaran saluran telur sehingga pada waktu blastokista sampai ke rahim

endometrium belum siap menerima nidasi, menimbulkan reaksi mikro infeksi

sehingga terjadi penumpukan sel darah putih yang melarutkan blastokista, dan

lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas. Efektifitasnya tinggi, angka

kegagalannya 1%.

2.1.4.3 Kontrasepsi Mantap

1) Tubektomi

Suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya ovum dengan cara

mengikat atau memotong pada kedua saluran tuba fallopi (pembawa sel telur

ke rahim), efektivitasnya mencapai 99 %.

2) Vasektomi

Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi

keluarnya sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani (vas
18

defferent) sehingga sel sperma tidak keluar pada saat senggama, efektifitasnya

99%.

2.3 Konsep Kontrasepsi Implan

2.3.1 Definisi Kontrasepsi Implan

Implan adalah alat kontrasepsi yang ditanamkan dibawah kulit lengan atas sebelah

dalam berbentuk kapsul silastik (lentur) panjangnya sedikit lebih pendek dan pada

batang korek api dan dalam setiap batang mengandung hormon levonorgestrel

yang dapat mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2006).

2.3.2 Jenis Kontrasepsi Implan

Jenis-jenis implan menurut Saifuddin (2006) adalah sebagai berikut :

1. Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4

cm dengan diameter 2,4 mm, yang berisi dengan 36 mg levonorgestrel dan

lama kerjanya 5 tahun.

2. Implanon terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm,

dan diameter 2 mm, yang berisi dengan 68 mg 3 ketodesogestrel dan lama

kerjanya 3 tahun.

3. Jadena dan Indoplant terdiri dari 2 batang yang berisi dengan 75 mg

levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

2.3.3 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Implan

Cara kerja implan yaitu, membuat lendir serviks menjadi kental, sehingga

mencegah penetrasi sempurna oleh sperma. Selain itu, mengganggu proses

pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi, mengurangi

transportasi sperma, dan menekan ovulasi. (BKKBN, 2015)


19

2.3.4 Efektifitas Kontrasepsi Implan

Menurut (BKKBN 2014), angka kegagalan norplant kurang dari 1 per 100 wanita

pertahun dalam lima tahun pertama. Ini lebih rendah dibandingkan kontrasepsi

oral, IUD dan metode barier. Efektifitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun

dan pada tahun ke 6 kira-kira 2,5-3 % akseptor menjadi hamil. Norplant-2 sama

efektifnya seperti norplant, juga akan efektif untuk 5 tahun, tetapi ternyata setelah

pemakaian 3 tahun terjadi kehamilan dalam jumlah besar yang tidak diduga

sebelumnya, yaitu sebesar 5-6 %.

2.3.5 Indikasi Pemasangan Kontrasepsi Implan

Pemasangan implan menurut Saifuddin (2006) dapat dilakukan pada: perempuan

yang telah memilih anak ataupun yang belum, perempuan pada usia reproduksi

(20 – 30 tahun), perempuan yang menghendaki kontrasepsi yang memiliki

efektifitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang,

perempuan menyusui dan membutuhkan kontrasepsi, perempuan pasca

persalinan, perempuan pasca keguguran, perempuan yang tidak menginginkan

anak lagi, menolak sterilisasi, perempuan yang tidak boleh menggunakan

kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen, perempuan yang sering lupa

menggunakan pil KB.

2.3.6 Kontraindikasi Kontrasepsi Implan

Menurut Saifuddin (2006) menjelaskan bahwa kontra indikasi implan adalah

sebagai berikut: perempuan hamil atau diduga hamil, perempuan dengan

perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyababnya, perempuan yang tidak

dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi, perempuan dengan mioma

uterus dan kanker payudara, perempuan dengan benjolan/kanker payudara atau

riwayat kanker payudara.


20

2.3.7 Kelebihan Kontrasepsi Implan

Kelebihan dari implan menurut Saifuddin (2006): Keuntungan secara kontrasepsi,

yaitu: daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun),

pengembalian tingkat kesuburan cepat setelah pencabutan, tidak memerlukan

pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh estrogen, tidak mengganggu kegiatan

senggama, tidak mengganggu ASI, klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada

keluhan, dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan; Keuntungan non

kontrasepsi yaitu, mengurangi nyeri haid, mengurangi jumlah darah haid,

mengurangi/memperbaiki anemia, melindungi terjadinya kanker endometrium,

menurunkan angka kejadian kelainan payudara, melindungi diri dari beberapa

penyebab penyakit radang panggul, menurunkan angka kejadian endometriosis.

2.3.8 Kekurangan Kontrasepsi Implan

Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa

perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatkan jumlah darah

haid, serta amenorea. Sejumlah perubahan pola haid akan terjadi pada tahun

pertama penggunaan, kira-kira 80% pengguna. Perubahan tersebut meliputi

perubahan pada interval antar perdarahan, durasi dan volume aliran darah, serta

spotting (bercak-bercak perdarahan). Oligomenore dan amenore juga terjadi,

tetapi tidak sering, kurang dari 10% setelah tahun pertama. Perdarahan yang tidak

teratur dan memanjang biasanya terjadi pada tahun pertama. Walaupun terjadi

jauh lebih jarang setelah tahun kedua, masalah perdarahan dapat terjadi pada

waktu kapan pun. Timbulnya keluhan-keluhan, seperti : nyeri kepala, peningkatan

berat badan, jerawat, perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan

(nervousness), membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan

pencabutan, tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual


21

termasuk AIDS, klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi,

dibutuhkan klinisi terlatih dalam melakukan pengangkatan implan, efektivitas

menurun bila menggunakan obat-obat tuberculosis (rifampisin) atau obat epilepsy

(fenitoin dan barbiturat), insiden kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi. (Elisia,

2012)

2.3.9 Cara Pemasangan Kontrasepsi Implan

Menurut BKKBN (2014) teknik pemasangan implan adalah sebagai berikut:

1. Rekayasa tempat pemasangan dengan tepat (apabila terdiri dari 6 buah

kapsul dipasang seperti kipas terbuka).

2. Tempat pemasangan di lengan kiri atas, di patirasa dengan lidokain 2%.

3. Dibuat insisi kecil, sehingga trokart dapat masuk.

4. Trokart ditusukkan subkutan sampai batasnya.

5. Kapsul dimasukkan ke dalam trokart, dan didorong dengan alat pendorong

sampai terasa ada tahanan.

6. Untuk menempatkan kapsul, trokart ditarik ke luar.

7. Untuk menyakinkan bahwa kapsul telah di tempatnya, alat pendorong

dimasukkan sampai terasa tidak ada tahanan.

8. Setelah 6 kapsul dipasang, bekas insisi ditutup dengan tensoplas (band

aid). Teknik ini berlaku untuk semua jenis implan.

2.3.10 Efek Samping/Komplikasi dan Cara Penanggulangannya

Saifuddin (2006) menjelaskan bahwa efek samping/komplikasi dan cara

penanggulangannya adalah sebagai berikut: Amenorea, pastikan hamil atau tidak

hamil. Bila tidak hamil tidak memerlukan penanganan khusus, khusus konseling

saja. Bila klien tetap saja tidak menerima, angkat implan dan angjurkan

menggunakan kontrasepsi lain. Bila terjadi kehamilan dan klien ingin melanjutkan
22

kehamilannya, cabut implan dan jelaskan, bahwa progestin tidak berbahaya bagi

janin. Bila diduga kehamilan ektopik, klien dirujuk. Tidak ada gunanya memberikan

obat hormon untuk memancing timbulnya perdarahan; Perdarahan, bercak

(spotting) ringan. Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan terutama

pada tahun pertama. Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan

tindakan apapun. Bila klien tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin

melanjutkan pemakaian implan dapat diberikan pil kombinasi satu siklus, atau

ibuprofen 3 x 800 mg selama 5 hari. Terangkan kepada klien bahwa akan terjadi

perdarahan setelah pil kombinasi habis. Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari

biasa, berikan 2 tablet pil kombinasi untuk 3-7 hari dan kemudian dilanjutkan

dengan satu siklus pil kombinasi, atau dapat juga diberikan 50 µg estinilestradiol

atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari; Ekspulasi. Cabut kapsul

yang ekspulsi, periksa apakah kapsul lain masih di tempat, dan apakah terdapat

tanda-tanda infeksi daerah insersi. Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih

berada pada tempatnya, pasang kapsul baru 1 buah pada tempat insersi yang

berbeda. Bila ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru

pada lengan yang lain, atau anjurkan klien menggunakan metode kontrasepsi lain;

Infeksi pada daerah insersi. Bila terjadi infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan

sabun dan air, atau antiseptik. Berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari. Implan

jangan dilepas dan klien diminta kembali satu minggu. Apabila tidak membaik,

cabut implan dan pasang yang baru. Pada sisi lengan yang lain atau cari metode

kontrasepsi yang lain. Apabila ditemukan abses, bersihkan dengan antiseptik,

insisi dan alirkan pus keluar, cabut implan lakukan perawatan luka, dan berikan

antibiotik oral 7 hari; Berat badan naik/turun. Informasikan kepada klien bahwa

perubahan berat badan 1-2 kg adalah normal. Kaji ulang diet klien apabila terjadi

perubahan berat badan 2 kg atau lebih. Apabila perubahan berat badan ini tidak

dapat diterima, bantu klien mencari metode lain.


23

2.3.14 Dosis

Norplant terdiri dari 6 kapsul silastik, dimana setiap kapsulnya berisi

levornorgestrel sebanyak 36 mg. Sedang Implanon terdiri 1 kapsul silastik yang

berisi etonogestrel sebanyak 68 mg, yang dilepas tiap hari kurang lebih 30

microgram/hari. Satu set Implan yang terdiri dari 6 kapsul dapat bekerja secara

efektip selama 5 tahun. Sedang Implanon yang terdiri dari 1 kapsul dapat bekerja

secara efektip selama 3 tahun. (BKKBN, 2014).

2.4 Konsep Akseptor Keluarga Berencana (KB)

2.4.1 Definisi Akseptor Keluarga Berencana (KB)

Akseptor Keluarga Berencana (KB) adalah pasangan usia subur (PUS)

yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi. (BKKBN, 2007)

2.4.2 Macam-macam Akseptor Keluarga Berencana (KB)

1. Akseptor aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah

satu cara/alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri

kesuburan.

2. Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah

menggunakan kontrasepsi selama tiga bulan atau lebih yang tidak diselingi

suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara/alat kontrasepsi baik

dengan jenis/cara yang sama maupun berganti jenis/cara setelah

berhenti/istirahat selama kurang lebih 3 bulan berturut-turut, dan bukan

karena hamil.

3. Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali menggunakan

alat/obat kontrasepsi atau PUS yang kembali menggunakan alat

kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus.


24

4. Akseptor KB dini adalah para ibu yang menerima salah satu cara

kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.

5. Akseptor dropout adalah akseptor yang menghentikan pemakaian

kontrasepsi lebih dari 3 bulan. (BKKBN, 2007).

2.5 Konsep Sikap Pemilihan Kontrasepsi

2.5.1 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Pemilihan Kontrasepsi Implan

Beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam pemilihan alat kontrasepsi

implan menurut Hartanto (2004), antara lain:

1. Pasangan

a. Umur

Menurut BKKBN (2004), usia subur adalah dimana seorang

wanita mulai mendapat menstruasi pertama kali artinya adalh sudah

terjadi ovulasi sampai dengan menopause (tidak dapat menghasilkan

sel telur). Umumnya usia subur di Indonesia berkisar antara 15-49

tahun. Klien yang menjadi akseptor KB sebagian besar berusia muda.

b. Dukungan Suami

Peran pasangan dalam keluarga sangat dominan dan

memegang kekuasaan dalam pengambilan keputusan apakah istri

akan menggunakan kontrasepsi implan atau tidak. Hal ini dikarenakan

suami dipandang sebagai pelindung, pencari nafkah dalam rumah

tangga dan pembuat keputusan. Beberapa pria mungkin tidak

menyetujui pasangan untuk menjadi akseptor KB implan karena

mereka belum mengetahui dengan jelas cara kerja berbagai alat

kontrasepsi yang ditawarkan dan suami akan khawatir tentang

kesehatan istrinya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa suami


25

mempunyai pengaruh besar terhadap pemilihan kontrasepsi implan

yang digunakan oleh istrinya.

c. Paritas

Paritas adalah keadaan wanita sehubungan dengan kelahiran

anak yang bisa hidup. KB implan sangat cocok digunakan pada

pasangan usia subur yang ingin menjarangkan kehamilannya atau

pada pasangan yang sudah mempunyai anak dengan jumlah yang

sesuai dengan keinginan PUS tersebut.

d. Pengalaman dengan Kontrasepsi Sebelumnya

2. Kondisi Kesehatan

a. Status Kesehatan

Status kesehatan akseptor yaitu riwayat kesehatan sekarang

yang dapat mempengaruhi dalam penggunaan kontrasepsi implan.

b. Riwayat Menstruasi

KB implan hanya direkomendasikan untuk wanita yang memiliki

siklus haid teratur, karena interaksinya dengan hormon reproduksi.

Selain itu KB implan juga bisa mengurangi nyeri haid, dan melindungi

diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul.

3. Metode Kontrasepsi

a. Efektif

Sampai saat ini belum ada alat kontrasepsi yang benar-benar

100% efektif. Keefektifan kontrasepsi berkaitan dengan keamanan,

kenyamanan, dan kemudahannya dalam menggunakan. Kontrasepsi

implan merupakan salah satu metode kontrasepsi yang mendekati ciri

kontrasepsi yang efektif dengan efektifitasnya 99-99,8%. Dimana

kehamilan dapat dihindari secara jangka panjang, maksimal masa

pakai mencapai 3 tahun. (BKKBN, 2014). Selain itu metode


26

kontrasepsi implan juga merupakan metode yang efisien karena dapat

menghindari faktor human error seperti lupa tidak memakai

kontrasepsi selama melakukan hubungan seksual.

b. Aman

Tingkat keamanan KB implan ditentukan oleh faktor tenaga

kesehatan yang melakukan pemasangan kepada akseptor. Harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan yang telah terlatih untuk

pemasangan KB implan. (BKKBN, 2014).

c. Pihak Akseptor KB Implan

Pihak akseptor disini memegang peranan penting, terutama

kejujuran informasi mengenai riwayat kesehatan, dimana kontrasepsi

implan diberikan pada akseptor yang tidak memiliki riwayat

pendarahan vagina tanpa sebab, penyakit jantung, stroke, lever, darah

tinggi, dan kencing manis. (BKKBN, 2014)

d. Pelayanan Tenaga Kesehatan

Pelayanan Kesehatan yang berkualitas sangat terkait dengan

pencapaian kontrasepsi implan. Dimana dalam penjelasan sebelum

dan sesudah pemberian implan mengenai fungsi, cara kerja, dan efek

kontrasepsi implan merupakan bagian yang tak terpisahkan untuk

memberikan rasa aman dan ketenangan bagi akseptor KB implan.

Selain itu ketersediaan alat kontrasepsi implan yang memadai dan

tempat pelayanan yang tersebar merata di seluruh daerah. (Saefuddin,

2006).

Faktor-faktor yang telah disebutkan diatas menyusun kepercayaan atau

keyakinan, akan ide, dan konsep terhadap suatu objek yaitu pentingnya

kontrasepsi implan. Hal ini dipengaruhi kehidupan emosional atau evaluasi


27

terhadap suatu objek tertentu, dan melahirkan kecenderungan untuk bertindak

dalam bentuk keinginan. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk

sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini,

pengetahuan, pemikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

(Notoatmodjo, 2013).

2.6 Konsep Motivasi

2.6.1 Definisi Motivasi

Motivasi adalah konsep yang menggambarkan baik kondisi ekstrinsik yang

merangsang perilaku tertentu dan respon instrinsik yang menampakkan perilaku-

perilaku manusia (Swanburg, 2006). Motivasi merupakan keadaan internal

organisme, baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat

sesuatu (Mohibbin, 2008). Motivasi adalah kecenderungan yang timbul pada diri

seseorang secara sadar maupun tidak sadar melakukan tindakan dengan tujuan

tertentu atau usaha-usaha yang menyebabkan seseorang atau kelompok orang

tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang di kehendaki

(Poerwodarminto, 2006). Jadi motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu

perubahan suatu energi yang ada pada diri manusia. Sehingga akan berhubungan

dengan persoalaan gejala kejiwaan. Perasaan dan juga emosi untuk kemudian

bertindak dan melakukan sesuatu. Semua dorongan itu karena adanya tujuan

kebutuhan, keinginan. Ada 3 sumber motivasi, antara lain: Motivasi instrinsik, yaitu

motivasi yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Termasuk motivasi

intrinsik adalah perasaan nyaman pada ibu nifas ketika dia berada di rumah

bersalin; Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu,

misalnya saja dukungan verbal dan non verbal yang diberikan oleh teman dekat

atau keakraban sosial; Motivasi terdesak, yaitu motivasi yang muncul dalam
28

kondisi terjepit dan munculnya serentak serta menghentak dan cepat sekali

(Widayatun, 2008).

2.6.2 Teori-Teori Motivasi

1. Teori hedonisme

Hedone dalam bahasa Yunani adalah kesukaan, kekuatan atau kenikmatan,

menurut pandangan hedonisme. Implikasi dari teori ini adalah adanya

anggapan bahwa orang akan cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan

menyusahkan atau mengandung resiko berat dan lebih suka melakukan suatu

yang mendatangkan kesenangan baginya.

2. Teori naluri

Bahwa pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang dalam

hal ini disebut juga dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri, dorongan

nafsu (naluri) mengembangkan diri, nafsu (naluri) mengembangkan atau

mempertahankan jenis.

3. Teori reaksi yang dipelajari

Teori yang berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak

berdasarkan naluri tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari

dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Menurut teori ini, apabila seorang

pemimpin atau pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya,

pemimpin atau pendidik hendaknya mengetahui latar belakang kehidupan dan

kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya.

4. Teori pendorong
29

Teori ini merupakan panduan antar teori naluri dengan "teori reaksi yang

dipelajari", daya dorong adalah semacam naluri tetapi hanya suatu dorongan

kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Oleh karena itu, menurut

teori ini bila seseorang memimpin atau mendidik ingin memotivasi anak

buahnya, ia harus berdasarkan atas daya pendorong yaitu atas naluri dan juga

reaksi yang dipelajari dari kebudayaan yang dimilikinya.

5. Teori kebutuhan

Teori motivasi sekarang banyak orang adalah teori kebutuhan. Teori ini

beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya

adalah kebutuhan fisik maupun psikis. Oleh karena itu menurut teori ini apabila

seseorang, ia harus mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan

orang-orang yang dimotivasinya.

Sebagai pakar psikologi, Maslow mengemukakan adanya lima tingkatan

kebutuhan pokok manusia. Adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok manusia

yang dimaksud adalah:

1). Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow.

Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk

bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan yaitu:

Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas: Merupakan kebutuhan dasar

manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh

mempertahankan hidup dan aktifitas berbagai organ atau sel; Kebutuhan

cairan dan elektrolit, kebutuhan makanan: Bagian dari kebutuhan dasar

manusia secara fisiologis yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh

hampir 90% dari total berat badan tubuh; Kebutuhan eliminasi urine dan alvi:
30

Merupakan bagian dari kebutuhan fisiologis dan bertujuan untuk

mengeluarkan bahan sisa; Kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan

aktivitas: Untuk memulihkan status kesehatan dan mempertahankan

kegiatan dalam kehidupan sehari-hari terpenuhi; Kebutuhan kesehatan

temperatur tubuh dan kebutuhan seksual: Merupakan untuk memenuhi

kebutuhan biologis dan untuk memperbanyak keturunan

(Hidayat, 2006).

2). Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (Safely and Security)

aman dari berbagai aspek baik fisiologis maupun psikologis, kebutuhan

meliputi: Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan

dan infeksi, bebas dari rasa takut dan kecemasan, bebas dari perasaan

terancam karena pengalaman yang baru dan asing.

3). Kebutuhan sosial

Yang meliputi, antara lain: Memberi dan menerima kasih sayang, perasaan

dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain, kehangatan dan

penuh persahabatan, mendapat tempat atau diakui dalam keluarga,

kelompok serta lingkungan sosial.

4). Kebutuhan harga diri

Perasaan tidak bergantung pada orang lain, kompeten, dan penghargaan

terhadap diri sendiri serta orang lain.

5). Kebutuhan akan aktualisasi diri (Self Actualization)

Kebutuhan seperti antara lain kebutuhan mempertinggi potensi – potensi

dan ekspresi diri meliputi: Dapat mengenal diri sendiri dengan baik
31

(mengenal dan memahami potensi diri), belajar memenuhi kebutuhan diri

sendiri, tidak emosional, mempunyai dedikasi yang tinggi, kreatif dan

mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya.

(Mubarak, 2007).

2.6.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi menggunakan Metode

Kombinasi Audiovisual dan Konseling terhadap Motivasi Wanita Usia

Subur (WUS) Memilih KB Implan

Menurut Julianto Wicaksono (BKKBN, 2015), motivasi penggunaan

kontrasepsi implan bagi Wanita Usia Subur (WUS) dipengaruhi oleh faktor

individu, yaitu pengetahuan calon akseptor dan faktor sosial/lingkungannya. Untuk

itu kegiatan advokasi, Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE), serta konseling

KB perlu ditingkatkan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang

program KB dalam pembangunan. Sedangkan menurut Soedibyo Alimoeso

(BKKBN, 2013), pembinaan akseptor KB dilakukan melalui Komunikasi, Informasi,

dan Edukasi (KIE), konseling, dan advokasi, sehingga calon akseptor baru dapat

memilih kontrasepsi yang disukai, dan sesuai dengan kondisi kesehatannya.


32

Bab III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

WUS Pre Pendidikan Peningkatan Peningkatan


S test Kesehatan Informasi Pengetahuan

Audiovisual,
Post
dan
test
Konseling

Motivasi
Faktor yang mempengaruhi motivasi:
memilih KB
Faktor fisik, umur, tingkat pendidikan,
Implan
situasi dan kondisi ekonomi,
program/aktifitas, media, dukungan
keluarga/pasangan,
agama/kepercayaan, lingkungan, Tinggi Sedang Rendah
fasilitas kesehatan.

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian Pengaruh Pendidikan Kesehatan

menggunakan Kombinasi metode Audiovisual dan Konseling terhadap Motivasi

Wanita memilih KB Implan di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar


33

Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang berumur 15-49 tahun baik

yang berstatus kawin maupun yang belum kawin atau janda. Pemberian

pendidikan kesehatan pada Wanita Usia Subur (WUS) dapat meningkatkan

informasi dan pengetahuan tentang kontrasepsi, dalam hal ini khususnya

kontrasepsi implan. Berbagai jenis media pendidikan kesehatan telah banyak

digunakan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. Dalam penelitian ini,

metode audiovisual dan konseling dipilih oleh peneliti untuk memberikan

pendidikan kesehatan tentang kontrasepsi Implan pada Wanita Usia Subur

(WUS) karena pendidikan kesehatan yang melibatkan banyak indera, baik

pengelihatan (mata), pengecap (mulut), maupun pendengaran (telinga) akan

lebih mudah diingat dibandingkan dengan satu metode yang hanya berfokus

pada satu indera saja.

Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi motivasi, yaitu faktor internal

dan eksternal. Faktor internal atau intrinsik adalah motivasi yang berasal dari

dalam diri manusia, biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi

kebutuhan sehingga manusia menjadi puas, sedangkan faktor eksternal atau

ekstrinsik adalah faktor motivasi yang berasal dari luar yang merupakan

pengaruh dari orang lain atau lingkungan. Salah satu faktor eksternal dan

internal yang mempengaruhi motivasi adalah program/aktifitas, dan

pengetahuan. Oleh karena itu, dengan diberikannya pendidikan kesehatan

dengan kombinasi metode audiovisual dan konseling tentang kontrasepsi Implan

diharapkan pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang kontrasepsi Implan

akan meningkat sehingga Wanita Usia Subur (WUS) memiliki motivasi untuk

memilih kontrasepsi Implan yang terdiri dari motivasi tinggi, sedang, dan rendah.
34

3.2 Hipotesis Penelitian

H1 : Pendidikan kesehatan reproduksi menggunakan kombinasi metode

audiovisual dan konseling berpengaruh positif terhadap motivasi Wanita

Usia Subur (WUS) dalam memilih KB Implan di Kecamatan Sutojayan

Kabupaten Blitar.

H0 : Pendidikan kesehatan reproduksi menggunakan kombinasi metode

audiovisual dan konseling berpengaruh negatif terhadap motivasi Wanita

Usia Subur (WUS) dalam memilih KB Implan di Kecamatan Sutojayan

Kabupaten Blitar.
35

Bab IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan desain pre-eksperiment dengan pre-test

(sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan) dan post-test (setelah dilakukan

penyuluhan kesehatan) dimana jenis penelitian ini menekankan pada waktu

pengukuran / observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Perempuan Usia Subur (PUS) di

RW 01 Dusun Krajan, Kecamatan Sutojayan. Jumlah populasi PUS di lokasi

tersebut yaitu 80 orang, dimana 36 orang diantaranya bukan peserta KB.

4.2.2. Sampel

Teknik sampling yang digunakan untuk penelitian ini adalah Simple

Non-Random Sampling, sehingga sehingga setiap anggota populasi

memiliki peluang yang sama untuk terpilih atau terambil. Rumus yang

digunakan untuk menentukan besar sampel adalah

n= N

1 + N (d)2

Keterangan:

N = Besar populasi
36

n = Besar sampel

d = Tingkat kesalahan yang dipilih sebesar 5% (0,05)

(Nursalam, 2011)

n = 80

1 + 80 (5%)2

n = 80

1 + 80 (0,0025)

n = 80

1 + 0,2

n = 80

1,2

n = 66,667

n = 67

Ukuran sampel minimal yang diperlukan adalah 67 orang

Sampel dalam penelitian ini merupakan Wanita Usia Subur (WUS)

calon akseptor KB Implan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Adapun kriteria responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

Adapun kriteria inklusi sebagai berikut:

1) Ibu yang bisa membaca dan menulis

2) Ibu yang ingin menggunakan kontrasepsi


37

3) Ibu yang bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian

4) Ibu calon akseptor KB yang terdaftar di Puskesmas Sutojayan Kabupaten

Blitar.

b. Kriteria Eksklusi

Adapun kriteria eksklusi, yaitu ibu yang buta huruf, dan yang sedang memakai

KB Implan.

4.3 Variabel Penelitian

4.3.1 Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen pada penelitian ini adalah Pengaruh

Pendidikan kesehatan tentang KB implan menggunakan kombinasi metode

audiovisual & konseling, tingkat pengetahuan calon akseptor KB, sebelum

maupun setelah pendidikan kesehatan tentang kontrasepsi implan.

4.3.2 Variabel Dependen (Tergantung)

Variabel dependen pada penelitian ini adalah motivasi wanita

memilih KB implan.

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.4.1 Lokasi

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Sutojayan Kabupaten Blitar.

4.4.2 Waktu penelitian

September 2016

Rundown kegiatan

No. Materi Kegiatan


38

1. Pembukaan 1. mengucapkan salam pembuka

(5 Menit) 2. Menjelaskan tujuan umum dan tujuan

khusus pertemuan ini.

3. Menyampaikan waktu dan kontrak waktu

yang akan digunakan dan

mendiskusikannya.

4. Membagi, dan mempersilahkan peserta

untuk mengisi lembar pre-test.

5. Mengumpulkan lembar pre-test dari

peserta

2. Proses 1. Isi materi pendidikan kesehatan dengan

(20 Menit ) metode Audiovisual

2. Melakukan metode konseling secara

kelompok

3. Evaluasi 1. Memberikan pertanyaan kepada peserta

( 12 Menit ) secara acak.

2. Memberikan kesempatan kepada peserta

untuk bertanya.

3. Peserta mengerti seluruh materi

penyuluhan yang telah disampaikan.

4. Membagi, dan mempersilahkan peserta

untuk mengisi lembar post-test.

5. Mengumpulkan lembar post-test dari

peserta

4. Penutup 1. Peneliti mengucapkan terima kasih atas

( 3 Menit ) perhatian peserta.


39

2. Mengucapkan salam penutup

4.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah kuesioner tertutup

untuk variabel independen dan dependen yang diberikan langsung pada

responden. Kuesioner terdiri dari:

1. Identitas responden, terdiri dari: nomor responden, inisial responden, usia

responden, pendidikan terakhir responden, pekerjaan, dan metode

kontrasepsi yang pernah dipakai.

2. Kuesioner motivasi Wanita Usia Subur (WUS) dalam memilih kontrasepsi

Implan

No Materi Jumlah Soal Jenis Soal

1 Teori hedonisme 4 Pilihan Ganda

2 Teori naluri 3 Pilihan Ganda

3 Teori reaksi yang 2 Pilihan Ganda

dipelajari

4 Teori pendorong 3 Pilihan Ganda

5 Teori kebutuhan 5 Pilihan Ganda

Maslow

Σ = 14 Soal

4.6 Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas
40

Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti

prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus

dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. (Nursalam, 2009). Uji

validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment. Uji validitas

ini menggunakan SPSS 15 for Windows:

Keterangan:

rxy = Koefisien Korelasi

Σxi = Jumlah skor item

Σyi = Jumlah skor total (item)

N = Jumlah responden

(Hidayat, 2008)

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan

bila fakta atau kenyataan hidup diukur atau diamati berulang-ulang dalam

waktu yang berlainan. Ada 3 prinsip dalam melihat reliabilitas suatu

penelitian yaitu prinisp stabilitas, ekuivalen, dan homogenitas. (Nursalam,

2009). Teknik pengujian menggunakan metode Alpha Cronbach. Pengujian

reliabilitas ini menggunakan aplikasi SPSS Release 15 Windows. Metode

yang digunakan Alpha Cronbach.


41

4.7 Kerangka Kerja

Rumusan Masalah

Pendidikan Kesehatan menggunakan Kombinasi metode Audiovisual dan

Konseling berpengaruh positif/negatif terhadap Motivasi Wanita memilih KB

Implan di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar

Desain: Eksperimental

Populasi: Seluruh Perempuan Usia Subur (PUS) calon akseptor KB di


Puskesmas Sutojayan Kabupaten Blitar

Sampel (Kriteria Inklusi)

Sampling: Non-Random Sampling

Identifikasi Variabel Independen Identifikasi Variabel


Dependen
Pengaruh Pendidikan kesehatan
tentang KB implan menggunakan motivasi wanita memilih KB
kombinasi metode audiovisual & Implan
konseling, dan tingkat pengetahuan
calon akseptor KB setelah
pedidikan kesehatan tentangPengukuran &
kontrasepsi implant Pengumpulan Data

Pengolahan Data: Editing, Coding, Scoring, Tabulating

Analisa Data: Mann Whitney

Hasil Penelitian Kesimpulan


42

4.8 Analisa Data

1. Univariat

Analisa univariat ini digunakan untuk analisa hasil tabulasi terhadap

data motivasi Wanita Usia Subur (WUS) untuk memilih kotrasepsi implan.

a. Pengolahan untuk data pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi

menggunakan kombinasi metode audiovisual dan konseling.

Untuk pertanyaan tingkat pengetahuan, jika jawaban benar diberi nilai

satu dan jawaban yang salah diberi nilai nol. Hasil jawaban responden

yang telah diberi bobot itu dijumlahkan dan dibandingan dengan jumlah

skor tertinggi yang dikalikan 100.

Adapun rumus yang digunakan adalah: (Arikunto, 2010)

Keterangan:
P = Sp x 100

Sm P : Prosentase

Sp : Skor yang diperoleh

Sm : Skor maksimal

b. Pengolahan untuk data motivasi pemilihan kontrasepsi implan

Pada penelitian ini utnuk menghitung data mengenai sikap diukur

dengan Skala Likert (Hidayat, 2009).

Macam Pernyataan SS S TS STS

Favorabel 4 3 2 1

Tidak Favorabel 1 2 3 4
43

Keterangan:

SM : Sangat Mendukung

M : Mendukung

TM : Tidak Mendukung

STM : Sangat Tidak Mendukung

Menurut Hidayat (2009), kriteria motivasi dikategorikan menjadi:

1. Motivasi Tinggi : 67 – 100%

2. Motivasi Sedang : 34 – 66%

3. Motivasi Lemah : 0 – 33%

Selanjutnya jawaban pertanyaan tersebut diolah sebagai berikut:

Membuat tabel distribusi frekuensi kategori respon, memindahkan nilai

koding sesuai jawaban responden diubah menjadi skor T. Skor T

merupakan skor standart yang digunakan dalam skala model Likert. Rumus

pengubahan skor total responden (dari keseluruhan pertanyaan) pada

skala sikap menjadi skor T digunakan rumus:

skor T = 50+10 ( (Xi-X^-)/sd)

Keterangan :

xi : skor responden

x- : nilai rata-rata kelompok

SD : standart deviasi (simpangan baku kelompok)


44

Hasil Pengolahan data diatas diinterpretasikan dengan kriteria T ≥

Mean maka T responden diartikan sikap positif (Favorabel), sedangkan T ≤

Mean maka responden diartikan sikap negatif (Tidak Favorabel).

Sikap positif ditampilkan dengan adanya penerimaan terhadap

stimulus dan obyek yang bersangkutan, responsif, menghargai, dan

bertanggung jawab terhadap apa yang telah dipilih. Sedangkan sikap

negatif ditunjukkan dengan adanya perasaan tidak atau kurang tertarik dan

kadang disertai penolakan terhadap obyek yang dibicarakan. (Notoadmojo,

2007)

2. Bivariat

Setelah data terkumpul dan diprosentasikan kemudian dilakukan

tabulasi silang antara variabel Pengaruh Pendidikan kesehatan tentang KB

implan menggunakan kombinasi metode audiovisual & konseling, dan

tingkat pengetahuan dengan motivasi wanita memilih KB implan

menggunakan SPSS versi to for windows dengan uji non-parametrik Mann-

Whitney dengan tarap signifikan α < 0,05. Apabila α < 0,05 artinya H1

diterima yaitu ada hubungan antara variabel independen dan variabel

dependen, apabila α > 0,05 artinya H0 ditolak yaitu tidak ada hubungan

yang bermakna antara variabel independen, dan variabel dependen

4.9 Etika Penelitian

Setelah mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian, kuesioner

diberikan kepada responden atau subjek penelitian dengan memperhatikan

masalah etik meliputi:

4.11.1 Informed Consent (Surat Persetujuan Penelitian)


45

Informed consent diberikan oleh peneliti kepada responden.

Tujuannya adalah mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak

yang diteliti selama pengumpulan data. Jika subyek bersedia diteliti maka

yang bersangkutan wajib menandatangani lembar persetujuan yang telah

disediakan, jika menolak maka peneliti menghormati haknya, dan tidak

akan memaksa menjadi subyek penelitian

4.11.2 Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden maka peneliti tidak

mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data (lembar

kuesioner)

4.11.3 Confidentiallity (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diberikan subyek penelitian dijamin oleh

peneliti. Sehingga apa yang telah disampaikan oleh responden atau yang

telah diisikan dalam kuesioner dijamin kerahasiaannya dan tidak akan

diketahui oleh orang lain.

4.11.4 Beneficence (Manfaat)

Penelitian ini menggunakan manfaat untuk semua subyek penelitian

sesudah terkumpul data motivasi wanita peserta baru KB implan.

4.11.5 Justice (Keadilan)

Dalam proses penelitian, peneliti memberikan privasi kepada

seluruh subyek penelitian sesuai informed consent yang telah diajukan agar

prinsip keadilan tetap terjaga.

Anda mungkin juga menyukai