Anda di halaman 1dari 14

GERAKAN PETTA BARANG DI DAERAH BUGIS PADA 1906-1913

PETTA BARANG MOVEMENT IN THE BUGIS IN 1906-1913

Muhammad Amir
Balai Pelestarian Nilai Budaya Makassar
Jalan Sultan Alauddin – Talasalapang Km 7 Makassar, 90221
Telepon (0411) 885119,883748, Fax (0411) 865166, HP 081344797300
Email: muhabpnb@yahoo.co.id

Naskah diterima tanggal 4 Oktober 2017. Naskah direvisi 18 Oktober 2017. Naskah disetujui 30 Oktober 2017.

Abstrak
Kajian ini bertujuan menguraikan gerakan perlawanan Petta Barang terhadap pemerintah Belanda
di daerah Bugis. Metode yang digunakan adalah metode sejarah, yang menjelaskan suatu persoalan
berdasakan perspektif sejarah. Prosedur kerjanya terdiri atas heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan
historiografi. Hasil kajian menunjukkan, pendudukan militer Belanda dan mengambilan kekuasaan
pemerintahan atas Kerajaan Bone oleh pemerintah kolonial Belanda menjadi latar belakang munculnya
gerakan Petta Barang. Ia memulai gerakannya sebagai seorang dukun yang sakti dan “menjual” atau
membagikan jimat kepada pasien atau penduduk yang bersedia menjadi pengikutnya. Oleh karena
itu, nama dan kesaktian Petta Barang semakin terkenal di masayarakat serta pengaruhnya pun
semakin luas, baik di daerah Bone pada khususnya maupun di daerah Bugis pada umumnya. Setelah
kedudukannya cukup kuat, Petta Barang memerintahkan kepada para pengikutnya untuk melancarkan
serangan terhadap kedudukan pasukan Belanda di Watampone, Pattiro Bulu, dan sejumlah tempat di
daerah Bugis. Selain itu, juga melakukan penyerangan terhadap pasukan patroli Belanda pada setiap
ada kesempatan, sehingga cukup merepotkan pasukan Belanda. Itulah sebabnya, pemerintah Belanda
memusatkan perhatian dan mengerahkan kekuatan militer untuk menumpas gerakan Petta Barang
bersama para pengikutnya. Usaha-uasaha itu akhirnya membuahkan hasil ketika Petta Barang berhasil
ditangkap di Citta, Soppeng pada 1913.
Kata kunci: Petta Barang, gerakan, Kerajaan Bone, Belanda.

Abstract
This study aims to reveal and explain the movement of Petta Barang against the Dutch government in
the Bugis region. The method used is the historical method, which explains a problem based on historical
perspective. The work procedure consists of heuristics, source criticism, interpretation, and historiography.
The results of the study show that the Dutch military occupation and take the power of government over the
Kingdom of Bone by the Dutch colonial government became the background of the Petta Barang movement.
He began his movement as a magic shaman and “sold” or distributed amulets to patients or the people
who wished to be his followers. Therefore, the name and the magical power of Petta Barang became more
popular in the society as well as his popularity increasingly widespread, both in Bone area in particular and
in the Bugis region in general. Having had strong position, Petta Barang ordered his followers to launch an
attack on the position of Dutch troops in Watampone, Pattiro Bulu, and some places in the Bugis area. In
addition to that, he also attacked the Dutch patrol troops at every opportunity, so quite troublesome Dutch
troops. That is why the Dutch government concentrated and mobilized the military power to quell the
Petta Barang movement with his followers. The Dutch troops finally succeded following the caught of Petta
Barang in Citta, Soppeng in 1913.
Keywords: Petta Barang, movement, Kingdom of Bone, and The Dutch

PENDAHULUAN harapkan. Sebab, meskipun Raja Bone La Pawawoi

P
Karaeng Segeri telah diasingkan ke Bandung dan
enataan kedudukan kekuasaan pemerintah
sejumlah bangsawan tinggi telah gugur di medan
Hindia Belanda di Bone seusai perang tahun
perang atau ditangkap oleh pasukan Belanda tidak
1905, tidak berjalan sebagaimana yang mereka

209 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 23 Nomor 2 Desember 2017


berarti bahwa perlawanan terhadap pemerintah menyangkut faktor penyebab munculnya gerakan
kolonial Belanda telah berakhir. Salah satu di Petta Barang, tetapi juga merupakan kondisional
antaranya adalah munculnya gerakan Petta Barang yang melapangkan munculnya ketidakpuasan
pada 1906. Gerakan yang dipimpin oleh Petta Barang rakyat. Demikian dinamika gerakan perlawanan
ini, bukan hanya dimaksudkan untuk menentang itu, mulai dari awal hingga akhir perlawanan
kedudukan kekuasaan pemerintah Hindia Belanda, menunjukkan bahwa pemerintah Hindia Belanda
melainkan juga bertujuan memulihkan kembali tidak mudah dan cukup lama dalam menumpas
kedudukan kekuasaan Kerajaan Bone. Penghapusan gerakan Petta Barang bersama para pengikutnya.
sistem pemerintahan kerajaan dan pelaksanaan Untuk memperoleh gambaran yang utuh tentang
sistem pemerintahan kolonia Belanda, telah gerakan itu, tentu harus didukung oleh ketersidaan
menghilang kedudukan kekuasaan dan mengurangi sumber-sumber sejarah baik tertulis maupun tidak
sumber pendapatan sejumlah bangsawan (Caron, tertulis.
1933: 43; Poelinggomang, 2004: 156). Itulah Tinjuan Pustaka
sebabnya mereka mengorganisir kekuatan untuk Sesungguhnya terdapat sejumlah studi
menentang kekuasaan pemerintah Belanda. mengenai gerakan sosial di Sulawesi Selatan yang
Gerakan yang dipimpin oleh Petta Barang, dapat memberi inspirasi dalam memahami gerakan
berawal ketika ia bersama para pengikutnya Petta Barang. Salah satunya adalah studi Mukhlis
melancarkan serangan terhadap pasukan Belanda PaEni (2002), tentang Batara Gowa messianisme
di Watampone pada Juli 1906. Meskipun tidak dalam gerakan sosial di Makassar (2002).
memiliki persenjataan yang baik seperti senapan Menurutnya, perubahan sosial akibat pengaruh
atau senjata api lainnya, namun keberanian para Barat (Belanda) yang semakin kuat kedudukannya
pengikutnya dalam serangan itu dan serangan- di Makassar, bukan hanya mengakibatkan
serangan berikutnya menimbulkan kekhawatiran terjadinya keresahan sosial di masyarakat,
dan ketakutan bagi pasukan Belanda. Sebab hanya melainkan juga menjadi penyebab munculnya
bersenjatakan tombak dan keris, mereka tidak gentar gerakan perlawanan. Studi lainnya adalah Gerakan
dan tidak takut melancarkan serangan terhadap DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) di
pasukan Belanda. Bahkan sebagian pengikutnya Sulawesi Selatan oleh Barbara Sillars Harvey (1989).
hanya bermodalkan jimat yang diberikan Petta Studi ini berusaha memberikan gambaran tentang
Barang dan senjata seadanya berani menyerang tradisi masyarakat Sulawesi Selatan dalam kerangka
pasukan Belanda sedang melakukan patroli. Petta Gerakan DI/TII. Gambaran yang tidak jauh
Barang tidak hanya mempunyai pengikut di Bone, berbeda ditunjukkan oleh Anhar Gonggong (1992)
tetapi juga di sejumlah daerah di Sulawesi Selatan, yang mengkaji tentang gerakan Kahar Mudzakkar,
misalnya di Soppeng, Barru, Tanete, Segeri, Camba, bahwa latar belakang munculnya gerakan itu bukan
dan Sinjai. Oleh karena itu, pasukan Belanda cukup hanya karena faktor politik, militer, dan ideologi,
mengalami kesulitan untuk menumpas gerakan melainkan juga faktor budaya (siri dan pesse) yang
itu karena mendapat dukungan dari masyarakat muncul akibat kekecewaan para pemimpin gerilya
Sulawesi Selatan, khususnya di daerah Bugis terhadap pemerintah Republik Indonesia. Selain
(Poelinggomang & Muh. Arfah,1995: 3). itu, studi Edward L. Poelinggomang (2004) tentang
Persoalan pokok yang akan diuraikan dalam perubahan politik dan hubungan kekuasaan di
kajian ini adalah mengapa Petta Barang melakukan Makassar, menunjukkan bahwa gerakan-gerakan
gerakan perlawanan terhadap pemerintah Hindia sosial merupakan bentuk protes terhadap dominasi
Belanda. Hal ini tidak hanya diarahkan untuk pemerintah kolonial Belanda. Lain halnya Taufik
memahami latar belakang munculnya gerakan Petta Ahmad yang mengkaji bandit dan pejuang di
Barang, tetapi juga bertujuan memberikan penjelasan Polongbangkeng (2014), menunjukkan, gerakan
menyangkut pasang surut gerakan perlawanan bandit diwarnai oleh aksi-aksi kekerasan berjalan
tersebut. Persoalan yang mendasari munculnya seiring dengan perkembangan politik, ekonomi,
gerakan Petta Barang, terutama perkembangan dan pergeseran elite dalam konteks yang luas.
politik baik menjelang maupun pasca penaklukan Sementara uraian singkat tentang gerakan Petta
Kerajaan Bone, perlu mendapat perhatian dan Barang, terdapat pada laporan serah terima
tidak dapat diabaikan dalam memahami latar jabatan aparat pemerintah kolonial Belanda, di
belakang gerakan itu. Sebab hal itu, tidak hanya antaranya Memori van Overgave (MvO) dari H. N.

Gerakan Petta Barang di Daerah Bugis pada 1906-1913 - Muhammad Amir | 210
A. Swart (September 1906-April 1908), Memori Selain itu, pemerintah Belanda juga bermaksud
van Overgave (MvO)dari A. J. Baron Quarles de untuk menguasai sejumlah pelabuhan, termasuk
Quarles (Mei 1908-Agustus 1910), dan Memori Pelabuhan Bajoe dan Pallime di Bone. Hal itu tidak
van Overgave (MvO) dari W. J. Coenen (Oktober terlepas dari rencana Belanda untuk melaksanakan
1910-Agustus 1913). Laporan dan studi tersebut, kebijakan pelabuhan wajib pajak. Rencana itu mulai
tidak hanya memberi inspirasi dan pemahaman tampak ketika pemerintah Belanda di Makassar
tentang gerakan Petta Barang, tetapi juga. menjadi pada 1900, menyebabkan informasi kepada
rujukan dalam kajian ini. kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan, bahwa
kebijakan pelabuhan bebas akan dihapuskan, dan
METODE PENELITIAN
kepada mereka akan diberikan uang ganti rugi atas
Kajian ini menggunakan metode sejarah yang
pungutan-pungutan pajak impor-ekspor, cukai,
terdiri atas heuristik (pencarian dan pengumpulan
pajak pelabuhan, pajak jangkar, dan ketentuan-
sumber), kritik (analisa sumber); interpretasi
ketentuan lain yang menyangkut pelayaran dan
(penafsiran); dan merekonstruksi dalam bentuk
perdagangan. Ganti rugi tersebut, pada dasarnya
narasi sejarah atau historiografi (Notosusanto,
merupakan langkah politik untuk menegaskan
1978: 17; Gottschalk, 1986: 34). Pengumpulan
bahwa kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan berada
sumber berupa arsip atau dokumen-dokumen
di bawah kekuasaan Belanda (Poelinggomang,2002:
pemerintah kolonial Belanda dilakukan pada
90; Tol, 2009: 169).
lembaga kearsipan, terutama di Badan Arsip dan
Kebijakan pemerintah Belanda itu, mendapat
Perpustakaan Provinsi Sulawesi Selatan di Makasar
penolakan dari kerajaan-kerajaan yang berdaulat di
dan Arsip Nasional Republik Indonesia di Jakarta.
Sulawesi Selatan karena akan melenyapkan sumber
Selain itu, juga dilakukan pengumpulan sumber
pendapatan dan wilayah kekuasaan mereka,
pustaka berupa buku, artikel, laporan penelitian,
termasuk Bone. Kendatipun gubernur Sulawesi
dan sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan
yang menginformasikan rencana kebijakan itu
gerakan Petta Barang. Untuk melengkapi sumber
dengan berkunjung langsung ke Bone. Kemudian
tertulis, kajian ini juga menggunakan sumber
masih dijelaskan lagi oleh residen Belanda yang
lisan berupa hasil wawancara dengan tokoh-tokoh
ditempatkan di Bone (Surat Gubernur pada 19
masyarakat yang dapat memberikan informasi
Maret 1900). Sikap kerajaan-kerajaan di Sulawesi
tentang gerakan Petta Barang. Setelah sumber
Selatan, khususnya Bone itulah yang antara lain
terkumpul dilakukan analisis melalui tahapan kritik
menyebabkan penghapusan kebijakan pelabuhan
sumber untuk memastikan otentitas dan validitas
bebas dan pelaksanaan kebijakan pelabuhan wajib
sehingga menjadi suatu fakta. Selanjutnya fakta-
pajak tertunda (Polinggomang, 2002: 90-91).1
fakta yang telah diperoleh diinterpretasi kemudian
direkonstruksi menjadi narasi sejarah tentang
gerakan Petta Barang. 1 Sebab-sebab lain tertundanya pelaksanaan wajib
pajak di Makassar: Pertama, menurut hasil penelitian
PEMBAHASAN
Vermeulen (1896) dan laporan Gubernur Sulawesi Gerrit
Latar Belakang Gerakan W.W.C. Baron van Hoevell (1898-1903) pada 1900,
Pemerintah Hindia Belanda bergiat bahwa penduduk Sulawesi Selatan memegang peran
memperluas wilayah kekuasaannya di Sulawesi penting dalam kegiatan niaga di wilayah Kepulauan
Selatan pada awal ke-20. Usaha perluasan wilayah Hindia-Belanda bagian timur. Kedua laporan ini
kekuasaan tersebut, bukan hanya bertujuan menyebabkan pemerintah meragukan keterangan bahwa
menguasai daerah-daerah potensial bagi usaha kebijakan pelabuhan wajib pajak hanya akan mengurangi
pertanian, perkebunan, dan pertambangan volume perdagangan di Makassar sebesar 22 persen.
dalam rangka perluasan penanaman modal Kedua, kerajaan-kerajaan bumiputra dapat memblokade
swasta Belanda di Sulawesi Selatan. Tetapi juga pelayaran penduduk ke bandar niaga pemerintah.
dimaksudkan untuk menciptakan ketertiban dan Ketiga, diperkirakan pendapatan dari kerajaan-kerajaan
bumiputra tidak dapat terpenuhi. Keempat, kerajaan-
ketentraman guna menjamin keberhasilan usaha
kerajaan bumiputra dapat mengembangkan bandar niaga
penanaman modal swasta Belanda tersebut. Selain
mereka untuk bersaing dengan bandar niaga pemerintah
itu, juga dimaksudkan untuk mencegah pengaruh sehingga muncul perdagangan gelap. Kelima, kerajaan-
politik bangsa asing lainnya pada kerajaan-kerajaan kerajaan bumiputra dapat meningkatkan hubungan
di Sulawesi Selatan, termasuk Kerajaan Bone politik dan ekonomi dengan negara asing sehingga
(Kadir,dkk.1984: 45; Abduh, dkk.1985: 96). mengancam kedudukan politik dan ekonomi pemerintah.

211 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 23 Nomor 2 Desember 2017


Dalam rangka perluasan wilayah Di samping itu, juga karena “sikapnya yang
kekuasaannya di Sulawesi Selatan, pemerintah kurang ajar”, yaitu berani menolak tuntutan
Belanda berkesimpulan bahwa satu-satunya pemerintah yang hendak menguasai pelabuhan
pemecahan terhadap pembangkangan Bone Bajoe dan Pallime. Menurut Kroesen bahwa demi
ialah penaklukan secara militer yang secara halus menegakkan dan mempertahankan kewibawaan
disebut pacificatie politiek (Harvey,1989: 46). pemerintah, melaksanakan perubahan yang
Usaha perluasan wilayah kekuasaan melalui diperlukan dalam hubungan dengan para penguasa
penaklukan militer, mencapai puncaknya pada lokal, serta persetujuan terhadap tuntutan-tuntutan
masa pemerintahan Gubernur Jenderal J.B.van pemerintah harus dipaksakan, kalau perlu dengan
Heutsz (1904-1909). Ketika Van Heutsz tampil kekerasan (Kroesen, 1906: 10; Harvey,1989: 49).
menggantikan W. Roosemboom sebagai Gubernur Namun Van Heutsz memperingatkan,
Jenderal Hindia Belanda pada 1 Oktober 1904, harus bersikap hati-hati agar tidak memancing
ia mulai mencanangkan suatu kebijakan baru timbulnya perlawanan dan menghindari kesan
ke arah penguasaan daerah jajahan yang lebih bahwa pemerintah hanya mencari-cari alasan
intensif, dengan tujuan pokok ialah menguasai untuk menguasai Bone. Karena itu berangkatlah
secara langsung seluruh wilayah Hindia Belanda, suatu rombongan ke Bone pada 21 Juni 1905, untuk
supaya terhindar dari kemungkinan campur tangan menyampaikan surat kepada raja Bone. Rombongan
bangsa asing lainnya (Poelinggomang, 2002: 91; itu terdiri atas Brugman, Goedhart, Cramer yang
Kadir,dkk.1984: 45). tiba di Bajoe pada 22 Juni 1905 (Anonim,1915:
Berdasarkan kebijaksanaan itu, Gubernur Lamp: 3). Dengan dua buah kapal perang berjaga-
Sulawesi Kroesen, mengajukan usul kepada Van jaga di lepas pantai, mereka mengirim utusan
Heutsz pada April 1905, agar dilakukan tindakan (Karaeng Maros dan Kapitan Melayu) untuk
penaklukan terhadap seluruh Sulawesi Selatan, menyampaikan surat, yang isinya menuntut Bone
terutama terhadap Bone dan Gowa. Usul dari agar bekerjasama dengan pemerintah Belanda,
Kroesen itu, akhirnya mendapat persetujuan dari dalam hal penarikan pajak impor dan ekspor,
pemerintah Belanda. Hal ini jelas dinyatakan dalam serta penempatan pejabat Belanda di Bone untuk
surat resmi yang dikirimkan kepada gubernur melaksanakan pemerintahan guna mengatur dan
Sulawesi pada 14 Juni 1905. Pada intinya, isi surat mengawasi pelabuhan. Setelah surat itu dibaca
tersebut merupakan perintah kepada Kroesen, dan dipertimbangkan, disampaikanlah surat
agar memaksa raja-raja di Sulawesi Selatan untuk balasan penolakan tuntutan itu pada 29 Juni 1905
menyerahkan kekuasaan, yaitu tunduk, patuh, (Anonim,1905-1906: 274; Amir, 2003: 63; Abduh
dan taat sepenuhnya kepada pemerintah dengan dkk.,1985: 100).
menandatangani korte verklaring (Harvey, 1989: 48; Penolakan Bone atas tuntutan itu, mendorong
Poelinggomang, 2002: 92).2 pemerintah Belanda segera memberangkatan
Sementara itu, pemerintah Belanda ekspedisi militernya ke Sulawesi Selatan
mempersiapkan suatu ekspedisi militer untuk (Anonim,1915: 26; Poelinggomang, 1980: 59; Kadir,
melaksanakan penaklukan, apabila raja-raja dkk. 1984: 46).3 Pada 18 Juli 1905, ekspedisi yang
di Sulawesi Selatan menolak menandatangani terdiri atas 25 kapal (perang dan pengakut pasukan)
korte verklaring (pernyataan pendek). Tindakan tiba di BajoE dan berlabuh pada jarak sekitar
penaklukan yang pertama dilakukan terhadap 5.000 meter dari pantai (Patang,1976: 24; Patunru,
Bone, karena dianggap sebagai “kerajaan yang 1989: 277).4 Pimpinan ekspedisi lalu mengutus La
paling kuat dan bernahaya”. Gubernur Kroesen
setuju bahwa Bone adalah paling berbahaya di 3 Pasukan dari Jawa Barat diberangkatkan dari Tanjung
antara kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan. Priok pada 11 dan 13 Juli 1905, dan pasukan dari Jawa
Tengah diberangkatkan dari Semarang pada 13 dan 15
Juli 1905, serta pasukan dari Jawa Timur diberangkatkan
2 Rumusan korte verklaring ini dipengaruhi oleh dari Surabaya pada 13 dan 15 Juli 1905. Semua armada
perubahan kebijakan politik pemerintah Belanda pasukan yang diberangkatkan itu, berlayar menuju suatu
berdasarkan Pidato Takhta (Troon Rede) Ratu Belanda tempat yang telah ditentukan, yaitu harus berkumpul
pada 1901. Pidato Tahta inilah yang menjadi landasan di Pelabuhan Bulukumba. Kemudian, dari Bulukumba
Politik Etis di Hindia Belanda sekaligus pernyataan mereka meneruskan pelayaran menuju BajoE, sebuah
diplomatis untuk mem-benarkan penguasaan terhadap pelabuhan yang terletak di Teluk Bone.
kerajaan-kerajaan bumiputra. 4 Kapal-kapal perang dan pengangkut itu, antara lain;

Gerakan Petta Barang di Daerah Bugis pada 1906-1913 - Muhammad Amir | 212
Patola untuk menyampaikan ultimatun terakhir Bajoe dan sekitarnya pada 29 Juli, Watampone (30
kepada raja Bone, yaitu agar bersedia menerima Juli), Palakka (31 Juli), dan Pasempe (2 Agustus)
segala tuntutan dalam waktu 2x24 jam (Anonim, 1905 (Anonim, 1905: 353-357; Ali,1984: 18-23;
1905: 353; Anonim,1915: 30).5 Raja Bone lalu Anonim, 1915: 43; Tol, 2009: 178).
menyampaikan kepada perutusan Belanda, bahwa Kekalahan itu memaksa raja Bone keluar
sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku di dari wilayah kekuasaannya dan menjalin
Bone, baik untuk kepentingan raja maupun untuk kerjasama dengan kerajaan lain untuk melawan
kepentingan rakyat, tidak ditentukan oleh raja pasukan Belanda. Setelah kurang lebih empat
sendiri. Melainkan harus melalui musyawarah yang bulan (Agustus-November) raja Bone bersama
disepakati oleh dewan Ade Pitu Bone (Ali, 1984: 14; pasukannya melakukan perlawan gerilya, keluar
Amir, 2003: 87). masuk hutan, naik turun gugung, berpindah dari
Pada 20 Juli 1905, raja Bone menyampaikan tempat ke tempat lainnya, akhirnya terjadilah
jawaban penolakan, bahwa semua usaha untuk pertempuran di Pegunungan Awo, Tanah Toraja
membawa Bone kepada pemikiran yang lebih baik pada 18 Novemver 1905. Pada pertempuran itu,
haruslah dipandang tidak bermanfaat (Kielstra,1910: Petta Ponggawae Abdul Hamid bersama puluhan
362; Kadir,1984: 48).6 Penolakan Bone itu pimpinan laskar Bone gugur sebagai kusuma
merupakan isyarat bagi pimpinan ekspedisi untuk bangsa. Sementara raja Bone berhasil ditangkap dan
melakukan penyerangan. Pada hari itu, pasukan ditawan oleh pasukan Belanda. Kemudian dengan
Belanda mulai melakukan pendaratan di Ujung alasan demi keamanan dan ketertiban, raja Bone
Pattiro tanpa mendapat perlawanan yang berarti. diasingkan oleh pemerintah Belanda ke Bandung
Menyusul pendaratan di Bajoe pada 27 dan 28 Juli pada 14 Desember 1905 (Abduh,1985: 109; Patunru,
1905, yang disertai dengan tembakan-tembakan 1989: 285; Amir, 2003: 115).
meriam dari kapal-kapal perang Belanda. Meskipun
Asal Mula Gerakan Petta Barang
laskar Bone memberikan perlawanan atas serangan
Gugurnya Petta Ponggawae Adul Hamid
itu, namun pasukan Belanda berhasil menduduki
di Pegunungan Awo dan pengasingan Raja Bone
La Pawawoi Karaeng Segeri ke Bandung, tidak
Riemsdijk, De Goen, Bromo, H. N. Hertog, Hendrik, berarti bahwa perlawanan Bone terhadap Belanda
Koningin, Regentes, De Ruyter, Soeland, Borneo,
telah berakhir. Sebab tidak lama setelah Bone
Asahan, Serdang, Brak, Tjantik II, dan Argus. Pasukan
diduduki dan dikuasai Belanda, timbul gerakan
ekspedisi itu, pada mulanya di bawah pimpinan oleh
Kolonel Infantri Van der Wedden sebagai Panglima perlawanan yang dipimpin oleh Petta Barang.
Operasi, dan Kolonel Infantri C. A. van Loenen sebagai Siapa sesungguhnya Petta Barang atau Daeng
Wakil Panglima Operasi, serta Kolonel Kaveleri Jhr. L. Pabarang,7 belum dapat dipastikan. Sumber tertulis
D. C. de Lannoy sebagai Panglima Tempur. Berhubung dan keterangan lisan yang berhasil dikumpulkan,
karena Kolonel Van der Wedden sakit, maka ia kemudian belum dapat memastikan asal-usulnya. Oleh
digantikan oleh Kolonel Van Loenen sebagai Panglima karena riwayat tentang asal-usul tokoh itu lebih
Operasi. bersifat mitos. Ia dikisahkan hadir ke dunia ini
5 Dalam sumber lain disebutkan bahwa isi pokok tidak seperti manusia biasa, tetapi diturunkan dari
tuntutan itu adalah Bone harus menandatangani langit (Tomanurung). Keterangan itu diperoleh
ketentuan penyerahan kekuasaan kepada pemerintah W.J. Coenen, ketika melakukan percakapan
Belanda, persetujuan ganti rugi, pelaksanaan penarikan
dengan Petta Barang sebelum diasingkan ke Jawa.
pajak atas ekspor dan impor, mengakui hak pemerintah
Dari percakapan itu terungkap pula bahwa, Petta
Belanda dalam daerah Bone. Sehubungan dengan itu,
maka pegawai pemerintah Belanda akan ditempatkan di Barang sangat bangga mendapat penghormatan
Bone (Kielstra,1910: 362). dalam lingkungannya. Dahulu ia senantiasa berada
6 Sementara sumber lain menyebutkan, Arumpone dalam lingkungan istana. Ketika berada di Bikeru
menyatakan bahwa dia tidak bermaksud melawan pada masa mudanya, ia dianugerahi sebuah keris
pemerintah, tetapi tuntutan yang diajukan terlalu berat. bersarung emas oleh salah seorang pengikutnya
Mengenai permintaan konpensasi keuangan yang harus (Coenen,1913: MvO).
diberikan oleh Bone kepada Belanda, Arumpone menulis
“Sekalipun orang menjual seluruh penduduk Bone, 7 Nama pemimpin gerakan itu dalam sumber arsip
hasilnya saya kira tidak akan cukup untuk membayar pemerintah kolonial Belanda disebut Daeng Pabarang,
jumlah yang telah ditetapkan Jenderal”(Anonim,1915: sedang di kalangan orang Bone dikenal dengan sebutan
Lamp.XII; Tol,2009: 175). Petta Barang.

213 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 23 Nomor 2 Desember 2017


Keterangan yang diungkapkan oleh tiba muncul kembali di Pasempe dan melakukan
Coenen tersebut, berbeda dengan riwayat yang kegiatan sebagai seorang dukun (sanro) yang sakti,
berkembang dalam masyarakat. Terdapat riwayat memiliki kekuatan magis, dan menguasai kekuatan
yang mengisahkan bahwa ketika Petta Mangung supernatural (Transkrip No.2; Poelinggomang &
mengakhiri pertapaannya di Gunung Bawakaraeng, Muh. Arfah,1995: 45).
ia menemukan seorang tua sedang bersandar pada Gubernur Sulawesi H. N. A. Swart melaporkan
sebuah pohon. Ia kemudian mendekati orang tua bahwa Petta Barang menampakkan diri sebagai
itu dan mengajaknya ke Pasempe. Tiba-tiba mereka seorang putra dari Raja Bone Basse Kajuara (1857-
melihat dua ekor kuda berada dekatnya, seekor 1860). Ia harus berjuang terus menerus tanpa
berwarna hitam dan yang lainnya berwarna putih. mengenal lelah dan tidak boleh berhenti sebelum
Mereka menggunakan kuda itu berangkat menuju ia jatuh ke tangan pemerintah baik dalam keadaan
Pasempe. Petta Mangung mengantar orang tua hidup ataupun mati (Swart,1908: MvO). Sementara
itu ke kediaman Arung Pasempe Parakassi Petta dalam laporan serah terima jabatan (memorie van
Siga,8 untuk memperkenalkan dan melaporkan overgave) dari Gubernur Sulawesi, A.J.L. Couvreur
kehadiran orang tua itu. Pada waktu Arung diceritakan bahwa Petta Barang, seorang pemimpin
Pasempe menanyakan identitas orang tua itu, ia gerakan kerohanian yang memulai kegiatannya
hanya membisu dan tidak menjawab pertanyaan- sebagai dukun (sanro). Ia berlagak seperti
pertanyaan menyangkut identitasnya. Orang tua Pamadeng Rukka, putra dari Raja Bone Basse
itu hanya bermohon kiranya ia ditempatkan di Kajuara yang gugur di BajoE ketika pemerintah
atas loteng rumah (rakkeang) dari Arung Pasempe. Belanda melancarkan serangan militer ke Bone
Permohonan itu dikabulkan dan di tempat itu ia pada 1860. Ia menunjukkan dirinya sebagai saudara
duduk, makan, dan istirahat. Sebagai tamu, orang laki-laki dari We Tenripada, istri dari Raja Gowa
tua itu dilayani dan disajikan makanan menurut Sultan Husain (1895-1905). Setelah ia bertemu
tata cara kebangsawanan (Transkrip No. 19).9 secara kebetulan dengan seorang wanita tua dari
Selain itu, terdapat pula riwayat tentang Wajo, yaitu ibu susu dari Pamadeng Rukkayang
Petta Barang yang meng-hubungkan asal usulnya mengingatkan kembali luka-luka yang diderita
dengan keluarga Raja Bone Arung Timurung hingga ia meninggal (Couvreur, 1929: MvO).10
(1871-1896). Diriwayatkan, Petta Barang adalah Jika diperhatikan riwayat tentang Petta Barang
putra dari perkawinan antara Arung Timurung dan mengabaikan keterangan yang diberikan
dengan Karaeng Popo (putra Raja Gowa Karaeng oleh Gubernur Sulawesi (Swart dan Couvreur),
Katangka). Putra itu meninggal ketika masih kecil. maka dapat katakan bahwa Petta Barang adalah
Konon kabarnya setelah tiga hari dimakamkan, ia bangsawan istana. Keris bersarung emas yang
bangkit dan hidup kembali. Ia kemudian kembali dianugerahkan kepadanya menunjukkan bahwa
ke istana untuk menemui ibunya. Namun ibunya benda yang diperoleh itu adalah benda kerajaan,
tidak percaya dan menolak anak itu hidup di karena kerajaan saja yang memiliki keris barsarung
istana. Penolakan ibunya itu menyebabkan sang emas. Demikian pula jika dihubungkan dengan
anak meninggalkan Bone menuju Belawa. Dari kehadiran Petta Mangung yang membawa tokoh
sana ia meninggalkan Sulawesi menuju Jawa dan itu ke Pasempe, maka dapat dikatakan bahwa keris
menetap di Gresik.Ketika ia telah dewasa, tiba- itu dianugerahkan oleh Petta Manggung, orang
yang dikatakan sebagai salah seorang pengikutnya.
8 Petta Mangung adalah ipar dari Arung Passempe Penganugerahan keris itu yang menyebabkan ia
Parakassi Petta Siga, karena Parakassi Petta Siga bersedia kembali ke Bone bersama Petta Mangung.
mengawini saudara perempuan Petta Mangung yang Mereka ke Pasempe, karena Watampone telah
bernama I Kumala Petta Tenne. dikuasai Belanda. Pasempe merupakan pilihan
9 Namun tata cara pelayanan tersebut ditolak oleh karena tempat itu, bukan hanya lebih aman dan
Petta Barang. Ia tidak menyenangi bila setiap jenis
strategis sebagai tempat persembunyian, melainkan
makanan dan lauk disajikan terpisah, masing-masing
pada piring tersendiri. Ia menghendaki agar seluruh jenis
makanan dan lauk yang disajikan itu disatukan dalam 10 Keterangan yang diungkapkan oleh Gubernur
satu tempat apa saja (sembarang). Sikap dan keinginan Couvreur itu didasarkan atas data yang diperoleh dari
itulah yang mendasari pertimbangan Arung Pasempe surat resmi Gubernur A.J. Baron Quarles de Quarles
menamakan orang tua itu dengan Petta Barang, sebuah (1908-1910) kepada Gubernur Hindia Belanda tertanggal
nama yang memiliki arti “sembarang”. 6 Maret 1909.

Gerakan Petta Barang di Daerah Bugis pada 1906-1913 - Muhammad Amir | 214
juga penguasa dan penduduk daerah itu merupakan yang mistik (Poelinggomang & Muh. Arfah, 1995:
pendukung setia raja-raja Bone. Itulah sebabnya 56).
Pasempe selalu dijadikan sebagai tempat pertahanan Banyak bangsawan yang bekerjasama dan
dan pengungsian raja-raja Bone(Nabba,2006: 117; membantu Petta Barang. Putra Ratu Tanete,
Mappangara,1996: 198; Amir,2003: 100).11 La Tenri Sessu, yang turut membantu pasukan
Kehadiran Petta Barang di Pasempe memiliki Belanda pada 1905, ternyata kemudian bekerjasama
arti yang penting bagi munculnya gerakan dan membantu Petta Barang. Orang-orang di
perlawanan terhadap pemerintah Belanda di Soppeng pada umumnya mengenal Petta Barang
Bone setelah ekspedisi militer 1905. Petta Barang dan mendukungnya. Bahkan regent Sigeri
memulai kegiatannya sebagai seorang dukun. menggabungkan diri secara diam-diam dengannya
Selain praktek perdukunan, ia juga membagikan dan mengirimkan bantuan uang kepada Petta
dan menjual jimat kepada mereka yang datang Barang. Dukungan dan bantuan yang diperoleh dari
kepadanya. Jimat itu dikatakan memiliki kekuatan para bangsawan tinggi yang mendasari pernyataan
magis yang dapat menyelamatkan pemakainya Swart bahwa semakin bertambahnya pengikut dan
dari bahaya dan menjadikan pemakainya kebal semakin luas pengaruhnya, bukan hanya karena
terhadap senjata. Melalui praktek perdukunan dan perjuangannya dalam menentang pemerintahan
penjualan jimat, Petta Barang mengorganisasikan Belanda, melainkan yang terpenting adalah jaminan
kekuatan untuk melawan Belanda di Bone. Setiap pemondokan dan pangan yang disediakan bagi
orang yang datang kepadanya untuk berobat atau pengikutnya (Swart,1908: MvO; Poelinggomang &
membeli jimatnya, Petta Barang memperkenalkan Muh. Arfah,1995: 57).
diri sebagai seorang utusan para dewa. Ia hadir ke
Penyerangan Watampone dan Pattiro Bulu
dunia tidak seperti manusia biasa, ia diturunkan
Kegiatan Petta Barang di Pasempe dalam
dari langit dan memiliki kekuatan berkat cahaya
mengorganisir kekuatan perlawanan, tidak
kesucian dari yang maha suci dan maha ajaib yang
diketahui dan tidak disadari pemerintah Belanda
mengitarinya (Coenen, 1913: MvO).
di Bone. Hal itu bukan saja karena cara yang
Pernyataan tersebut menunjukkan, Petta
digunakan adalah melalui praktek perdukunan
Barang diutus ke dunia ini untuk memimpin rakyat
dengan sistem pengobatan tradisional, tetapi juga
dan memulihkan keamanan dan ketertiban demi
karena perhatian dari pasukan Belanda diarahkan
terwujudnya masyarakat yang damai dan sejahtera.
untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan di Sulawesi
Selain itu, kehadiranya pada waktu Bone sudah
Selatan. Para penguasa lokal harus menyerahkan
tidak lagi diperintah oleh keturunan Tomanurung,
kekuasaannya dan mengakui kedudukan kekuasaan
peletak dasar terbentuknya kerajaan, memberi
pemerintah Belanda. Daerah-daerah yang telah
arti bahwa ia datang untuk memimpin rakyat
diduduki dan dikuasai, terutama setelah pemerintah
mengusir pemerintah Belanda dan mengembalikan
lokal menyerahkan kekuasaannya dan mengakui
kedudukan kekuasaan Kerajaan Bone. Pernyataan
kedudukan kekuasaan pemerintah, ditempatkan
diri sebagai bukan manusia biasa menyebabkan
satu regu pasukan pada kota pusat pemerintahan
dalam waktu singkat, ia berhasil mengumpulkan
yang diperlengkapi dengan beberapa orang tenaga
pengikut dalam jumlah banyak dan dengan mudah
administrasi. Di wilayah bekas Kerajaan Bone,
pengaruhnya tersebar luas. Pengaruhnya tidak
pasukan Belanda pada mulanya ditempatkan di
hanya dikenal dalam kalangan rakyat biasa, tetapi
Watampone, Pompanua,Mare, dan Pattiro Bulu
juga dalam kalangan bangsawan tinggi. Bahkan
(Arsip Bone, No.5/2; Patunru, 1989: 286; Amir,
menurut Coenen, bahwa orang yang tidak pernah
2003: 116).
melihatnya juga memandangnya sebagai pribadi
Keadaan itu melapangkan Petta Barang lebih
11 Sepanjang sejarahnya, Bone baru dapat dikalahkan leluasa mengorganisir kekuatan di Pasempe, untuk
setelah benteng pertahanan di Pasempe berhasil dikuasai menyerang kedudukan pemerintahan Belanda di
oleh musuhnya. Faktanya Gowa dapat menaklukkan Bone Watampone. Penampilannya sebagai dukun sakti
setelah kekalahan di Pasempe (rumpaqna Pasempe) pada dan pemberian jimat kekebalan kepada pengikutnya,
1643, Raja Bone Pancai Tana Basse Kajuara mengungsi ke ia berhasil memperoleh pengikut yang banyak.
Passempe dan mengalami kekalahan di tempat itu pada Para pengikutnya yakin mereka kebal terhadap
waktu ekspedisi militer Belanda tahun 1860. Demikian senjata berkat jimat itu sehingga membangkitkan
juga Raja Bone La Pawawoi Karaeng Segeri, pada waktu keberanian dan semangat perjuangan. Setelah
ekspedisi militer Belanda tahun 1905.

215 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 23 Nomor 2 Desember 2017


segala persiapan dirampungkan, ia mengorganisir Selain melakukan penyerangan terhadap
pengikutnya untuk melancarkan serangan. Dengan kedudukan Belanda di wilayah Bone, Petta Barang
bersenjatakan tombak dan keris atau badik, mereka juga mengorganisasikan perlawanan di wilayah
berangkat menuju Watampone pada pertengahan bekas kerajaan-kerajaan lain di Sulawesi Selatan. Di
Juli 1906. Sasaran penyerangan adalah bivak Tanete misalnya, pasukan patroli Belanda diserang
(perkemahan darurat militer) pasukan Belanda pengikut Petta Barang yang dipimpin oleh Daeng
di Watampone. Ketika menjelang dini hari, para Patompo pada 26 Juli 1907. Diperoleh berita bahwa
pengikut Petta Barang melancarkan serangan Petta Barang selalu berada di Tanete. Karena
secara tidak terduga, sehingga pasukan Belanda itu pasukan Belanda melakukan penyerangan
tidak berhasil mengorganisir kekuatan dalam terhadap daerah itu dan Daeng Patompo gugur
menghadapi serangan musuh. Setelah melancarkan pada peristiwa itu. Pada akhir Juli 1907, pasukan
serangan, mereka dengan segera meninggalkan Belanda kembali melakukan penyerangan terhadap
tempat kejadian (Kolonial Verslag,1907: 60). Tanete, namun Petta Barang dapat meloloskan diri
Para penyerang meninggalkan tempat itu berkat bantuan dari pengikutnya yang terdekat.
dengan meneriakkan bahwa akan kembali lagi Selama Petta Barang berada di Tanete, ia senantiasa
menyerang di bawah pimpinan Petta Barang. berada di bawah perlindungan dari La Tenri Sessu,
Pernyataan itu membuat anggota pasukan Belanda Datu Bakke (Kolonial Verslag,1908: 91; Swart,1908:
senantiasa bersiaga dan melakukan patroli untuk MvO).
mencegah rencana penyerangan. Sementara Penyerangan terhadap kedudukan pasukan
penduduk dicekam ketakutan dan kecemasan Belanda di Parepare pada Oktober 1907, juga
akan terjadinya penyerangan susulan. Keadaan diperkirakan diorganisir oleh Petta Barang.
itu tidak hanya mewarnai kota Watampone, tetapi Pada peristiwa itu, sekitar 30 orang melakukan
juga di tempat pasukan Belanda berada. Karena penyerangan terhadap bivak pada dini hari
itu Gubernur Swart menyatakan bahwa gangguan 11 Oktober 1907. Peristiwa yang dilancarkan
keamanan dan ketentraman di Bone masih terus secara tiba-tiba itu mengakibatkan seorang
berlangsung hingga akhir 1906. Hal itu disebabkan wanita meninggal serta tiga orang laki-laki dan
adanya berita yang terus disebarkan tentang akan seorang wanita menderita luka-luka. Meskipun
terjadinya penyerangan susulan yang dipimpin oleh para penyerang langsung melarikan diri setelah
Petta Barang (Swart,1908: MvO). penyerangan itu, namun pihak pasukan Belanda
Petta Barang bersama para pengikunya berhasil menyerang balik yang mengakibatkan tiga
setelah menyerang Watampone, tidak melakukan orang gugur (Kolonial Verslag,1908: 92). Selain
serangan lagi hingga permulaan 1907. Nampaknya itu, para pengikut Petta Barang juga melancarkan
penyebaran berita tentang penyerangan susulan serangan sekali lagi terhadap bivak di Watampone
merupakan tektik untuk mengundang pasukan pada akhir Oktober 1907. Korban akibat serangan itu
Belanda melakukan patroli dan keadaan itu tidak diberitakan. Meskipun kelompok penyerang
dimanfaatkan untuk melakukan serangan. Itulah segera melarikan diri setelah melancarkan serangan,
sebabnya ketika satu regu pasukan patroli Belanda namun sebagian dari mereka berhasil ditawan
berada di Pising (Lamuru) pada 22 Februari 1907, oleh pasukan Belanda berkat kerja sama dengan
tiga orang pengikut Petta Barang yang bersenjatakan kepala kampung dan rakyat (Swart,1908: MvO;
tombak melancarkan serangan. Serangan yang Poelinggomang & Muh. Arfah, 1995: 61).
dilancarkan secara tiba-tiba itu berakibat seorang Jika diperhatikan taktik dan starategi
prajurit Belanda meninggal, sementara kelompok penyerangan pengikut Petta Barang tersebut, maka
penyerang gugur dua orang dan seorang berhasil tampak bahwa gerakan itu bercorak gangguan
menyelamatkan diri (Kolonial Verslag,1908: 89). keamanan dan ketertiban. Taktik yang digunakan
Menurut Gubernur Swart, bahwa Petta Barang setelah malancarkan serangan, adalah segera
mulai lebih banyak melakukan penyerangan sejak meninggalkan lokasi dan memperdengarkan
Februari 1907. Penyerangan-penyerangan itu berita bahwa akan ada lagi penyerangan susulan.
tidak dilakukan secara terbuka terhadap pasukan Dengan cara itu mereka mengundang kecemasan
Belanda, sebab ia hanya memiliki beberapa pengikut penduduk dan mendorong pasukan Belanda untuk
yang bersenjata. Namun dengan membagi-bagikan malaksanakan patroli. Melalui taktik ini, Petta
jimat kepada penduduk, sehingga para pengikutnya Barang berusaha untuk mendapatkan keuntungkan
semakin bertambah (Swart, 1908: MvO). bagi gerakannya. Sementara penduduk yang merasa

Gerakan Petta Barang di Daerah Bugis pada 1906-1913 - Muhammad Amir | 216
cemas dan ketakutan dengan berita penyerangan Keberhasilannya dalam meloloskan diri setiap usaha
susulan, diharapkan mereka berpikir bahwa penyergapan, semakin menimbulkan ketenaran
kelompok perlawanan Petta Barang termasuk di kalangan pengikut dan penduduk. Timbul
kelompok yang kuat dan beranggotakan para anggapan bahwa tokoh itu cepat menghilang
pemberani. Sebab jika tidak demikian, mereka pasti apabila hendak ditangkap. Juga dikisahkan bahwa ia
tidak berani mengumumkan rencana penyerangan sering berganti wajah, sebentar kelihatan bagaikan
berikutnya. seorang yang sudah tua, dan kadang-kadang
Taktik perlawanan tersebut, juga tampak bagaikan seorang pemuda yang gagah dan
dimaksudkan agar penduduk tidak berani tampan. Kesemuanya itu bukan hanya mengandung
menentang para pengikut Petta Barang, bahkan kekaguman yang merangsang orang untuk berguru
sebaliknya memberikan kemudahan dan fasilitas dan menjadi pengikutnya, melainkan juga membuat
agar terhindar dari ancaman. Di samping itu, kegelisahan dan ketakutan di kalangan penduduk
juga dapat mempengaruhi penduduk untuk ikut (Transkrip No.5 dan Transkrip No.22).
menjadi pengikut Petta Barang. Selanjutnya, Pada Januari 1908, tersebar berita Petta
dengan rangsangan pemberian jimat yang dapat Barang akan melancarkan serangan terhadap
memberikan kepada pemakainya kekebalan bivak di Pattiro Bulu. Berita itu mendorong
terhadap senjata, dapat dipastikan bahwa Petta pemerintah Belanda mengirimkan dua brigade
Barang semakin bertambah pengikutnya. Terlebih polisi militer (marechaussees) ke Pattiro Bulu.
lagi Petta Barang bersama para pengikutnya, juga Pengiriman pasukan itu dilakukan secara rahasia,
mendapat fasilitas pemondokan dan pangan dari tanpa diketahui oleh pengikut Petta Barang. Berita
bagsawan-bangsawan dan para penguasa lokal yang itu menjadi kenyataan ketika para pengikut Petta
mendukung dan membantu perjuangannya dalam Barang melancarkan serangan terhadap bivak di
menentang kekuasaan Belanda. Pattiro Bulu pada awal Februari 1908. Serangan
Maksud lain dari pemberitaan penyerangan yang dilancarkan dengan jumlah anggota yang
susulan tersebut, juga bertujuan mengundang cukup banyak dengan bersenjatakan tombak dan
pasukan Belanda melakukan patroli. Pasukan keris itu berhasil dikalahkan oleh pasukan Belanda
patroli umumnya berjumlah kecil, biasanya satu yang telah dipersiapkan sebelumnya. Bahkan
regu. Jumlah pasukan yang kecil itu akan lebih pasukan Belanda berhasil melancarkan serangan
memungkinkan para pengikut Petta Barang yang balik terhadap kelompok penyerang yang berusaha
hanya bersenjatakan tombak dan keris lebih berani melarikan diri. Pada peristiwa itu, 39 orang
dan berhasil menyerang. Serangan-serangan itu pengikut Petta Barang gugur dan luka-luka tidak
juga sekaligus merupakan demontrasi keberanian diketahui. Selain itu, juga beberapa orang pengikut
dan kehebatan pengikut-pengikut Petta Barang. Petta Barang berhasil ditangkap dan ditawan oleh
Laporan-laporan pemerintah Belanda menyangkut pasukan Belanda (Kolonial Verslag, 1908: 92;
kegiatan Petta Barang pada 1907, menunjukkan Poelinggomang & Muh. Arfah, 1995: 65).
bahwa serangn lebih banyak dilakukan terhadap Kegagalan itu mempunyai dampak terhadap
pasukan patroli secara tiba-tiba, kemudian segera kesetiaan para pengikut Petta Barang. Sebab tidak
lari meninggalkan lokasi penyerangan. Keberanian lama setelah peristiwa itu, Karaeng Bado, salah
yang tampilkan dan didemontrasikan para pengikut seorang pemimpin penyerangan bivak Pattiro Bulu,
Petta Barang pada gilirannya juga menggugah menyerahkan diri kepada pasukan Belanda. Karaeng
penduduk mengagumi pemimpin mereka. Hal itu Bado selanjutnya diajukan ke pengadilan negeri dan
bukan hanya memudahkan penduduk menerima dijatuhi hukuman 15 tahun penjara. Selain itu, juga
mitologi yang ditampilkan untuk melegitimasikan karena terjalin kerjasama yang baik antara para
kedudukan kepemimpinan Petta Barang, melainkan pemimpin rakyat dan penduduk dengan pasukan
juga menerimanya sebagai seorang pemimpin Belanda dalam usaha pengejaran, sehingga semakin
gerakan perlawanan yang memiliki kesaktian dan menyulitkan pergerakan Petta Barang bersama
menguasai kekuatan supernatural. para pengikutnya. Terlebih setelah paman, istri,
Petta Pabarang sebagai pimpinan gerakan, dan saudara perempuan Petta Barang ditangkap
belum berhasil ditangkap dan ditawan hingga oleh pemerintah kolonial. Akibatnya kedudukan
akhir 1907. Setiap usaha penyerangan terhadap kepemimpinannya semakin merosot, bahkan di
tokoh itu selalu gagal, sebab ia senantiasa dapat kalangan para pengikutnya berkembang pemikiran
meloloskan diri dari sergapan pasukan Belanda. yang meragukan kedudukan Petta Barang sebagai

217 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 23 Nomor 2 Desember 2017


tokoh yang memiliki kesaktian, seorang pemimpin yang dipimpin oleh Petta Barang. Bahkan gerakan
yang diturunkan dari langit untuk membebaskan Petta Barang masih disebut-sebut sebagai ancaman
rakyat dari kekuasaan Belanda. Oleh karena itu, terhadap keamanan dan ketertiban bagi pemerintah
lambat laun pengikutnya semakin berkurang serta Belanda hingga 1941 (Harvey, 1989: 52).
dukungan dan bantuan yang diperoleh semakin
Penumpasan Gerakan Petta Barang
sedikit (Poelinggomang & Muh. Arfah, 1995: 66).
Pada awal gerakan Petta Barang, pemerintah
Meskipun demikian, tidak memudarkan
Belanda belum bergiat sepenuhnya untuk
semangat perjuangan Petta Barang. Ia berusaha
menangkap tokoh pemimpin gerakan itu. Mereka
menjalin hubungan dengan Andi Panambong
hanya bergiat mengadakan pengawasan keamanan
di Soppeng (Rasyid, 2007: 47). Menurut laporan
dengan pasukan patroli. Hal itu berkaitan erat
Gubernur Coenen, bahwa Andi Panambong adalah
dengan kondisional saat itu. Jumlah pasukan Belanda
seorang pemimpin bandit terkenal di Soppeng.
yang tersedia terbatas untuk dapat menjamin
Ia mengorganisir empat kelompok perampok di
keamanan dan ketertiban di wilayah Gouvenement
Soppeng. Kerjasama yang dibina itu memberikan
Celebes en Onderhoorigheden. Sementara keadaan
keuntungan bagi kegiatan mereka. Mereka berdua
di wilayah ini tidak memungkinkan pemusatan
mendapat dukungan dan bantuan dari kebanyakan
kekuatan untuk menumpas gerakan perlawanan
bangsawan di Soppeng dan Bone (Coenen,1913:
yang bercorak kerohanian yang demikian banyak.
MvO). Namun berita tentang kegiatan
Demikian juga terhadap gangguan keamanan
penyerangannya tidak terdengar lagi. Beberapa
akibat kelompok perampok, baik karena tekanan
penyerangan terhadap pasukan patroli Belanda
ekonomi maupun sebagai gerakan protes sosial
yang menggunakan taktik yang sama dengan
dan politik. Itulah sebabnya Gubernur Swart lebih
yang digunakan oleh para pengikut Petta Barang,
banyak memusatkan perhatian pada pengawasan
menggundang interpensi dari pejabat pemerintah
keamanan dan ketertiban dan kurang memusatkan
Belanda untuk menyatakan bahwa gerakan itu
perhatian pada penumpasan gerakan perlawanan
dilakukan oleh pengikut Petta Barang (Kolonial
atau gerakan pengacauan dan tindakan-tindakan
Verslag,1912: 46).
yang bertentangan dengan peraturan dan hukum
Salah satu di antaranya adalah gerakan
yang berlaku (Swart, 1908: MvO).
yang dipimpin oleh Nyimpa di daerah perbatasan
Namun ketika Petta Barang melakukan
Bone Selatan dan Sinjai. Nyimpa mengorganisir
penyerangan terhadap bivak di Pattiro Bulu pada
penduduk Kampung Lohe Batu untuk menyerang
Februari 1908, pemerintah Belanda mulai melangkah
pejabat pemerintah yang ditempatkan di Bikeru
untuk bergit menumpas gerakan itu. Untuk itu
pada 1909.12 Gerakan yang dianggap didalangi
diperintahkan kepada Lettu Pimentel memimpin
oleh pengikut Petta Barang ini dengan mudah
satu pasukan mengadakan patroli dalam rangka
dapat dipadamkan oleh pasukan Belanda yang
mengikuti, mengawasi, dan menangkap tokoh
ditempatkan di Onderafdeeling Zuid Bone.
gerakan itu. Hal itu menunjukkan bahwa pemerintah
Demikian pula halnya dengan gerakan kerohanian
Belanda masih meragukan apakah setiap gerakan
yang dipimpin oleh Ambo Sida di Kampung
penyerangan terhadap pasukan patroli dan bivak
Lapajung (Onderafdeling Soppeng) pada Juni 1911.
itu diorganisir oleh Petta Barang. Hasil penelitian
Pada umumnya setiap gerakan yang diarahkan pada
Pimentel membuktikan bahwa memang benar
rencana ataupun penyerangan terhadap pasukan
gerakan itu diorganisir dan dipimpin oleh Petta
patroli Belanda dan bivak pasukan Belanda yang
Barang. Oleh karena itu, dilakukan usaha pengejaran
terjadi di Tanete, Soppeng, Wajo, Bone, Sinjai,
terhadap Petta Barang yang sedang berada di Barru.
Segeri, dan beberapa daerah yang dihuni oleh etnis
Pada 2 April 1908, pasukan patroli khusus yang
Bugis lainnya dikaitkan dengan gerakan kerohanian
dipimpin oleh Pimentel melancarkan serangan
terhadap Petta Barang. Pada peristiwa itu lima orang
12 Bikeru merupakan tempat di mana Petta Barang pengikutnya gugur, namun Petta Barang berhasil
menetap semasa hidupnya. Itulah sebabnya gerakan meloloskan diri. Karena itu usaha pengejaran terus
yang terjadi itu dipandang dilakukan oleh pengikut Petta dilakukan di Barru dan Soppeng, yang dipandang
Barang, di samping corak gerakan yang sama dengan sebagai tempat persembunyian Petta Barang
gerakan Petta Barang. Gerakan itu diawali dengan bersama para pengikutnya (Poelinggomang & Muh.
penolakan penduduk untuk disensus dan membayar Arfah,1995: 67).
pajak.

Gerakan Petta Barang di Daerah Bugis pada 1906-1913 - Muhammad Amir | 218
Pada waktu Gubernur Sulawesi A. J. Baron Baringeng pada September 1910 (Poelinggomang &
Quarles de Quarles (Mei 1908–Agustus 1910) Muh. Arfah,1995: 70).13
tampil menggantikan Gubernur Swart, usaha Ketika W.J. Coenen menjadi gubernur
untuk mengejar dan menangkap Petta Barang Sulawesi (Agustus 1910 – Oktober 1913), usaha
kurang mendapat perhatian. Sebab, menurutnya mengatasi berbagai gerakan perlawanan dan
bahwa Petta Barang bukanlah seorang yang gangguan keamanan kembali menjadi perhatian
berbahaya. Karena itu usaha pengejaran secara penting dan diarahkan pada tindakan militer.
khusus terhadapnya dihentikan. Hanya pasukan- Demikian pula halnya dengan gerakan Petta Barang,
pasukan patroli yang berada di setiap tempat sebab menurutnya ia merupakan seorang tokoh
diharapkan waspada terus dan jika menemukan yang berbahaya. Petta Barang memiliki pengaruh
dilakukan pengejaran dan menangkap, bukan yang sangat luas dalam kalangan masyarakat Bugis
hanya Petta Barang melainkan juga para pemimpin dan Makassar, baik dalam lingkungan bangsawan
gerakan kerohanian dan gerakan perbanditan tinggi, kepala-kepala kampung maupun masyarakat
lainnya. Sementara perhatian yang diutamakan umum. Ia merupakan seorang tokoh yang
adalah perbaikan kehidupan ekonomi dan sosial berwibawa, dan oleh masyarakat dipandang sebagai
serta penataan wilayah pemerintahan, misalnya, seorang tomanurung. Karena itu, menurut Coenen
perbaikan jalan, jembatan, dan irigasi (Quarles, gerakan itu harus dibinasakan dengan kekuatan
1910: MvO). militer. Ia memerintahkan dilakukan patroli militer
Pada dasarnya Quarles berpendapat bahwa khusus untuk mengejar dan menangkap Petta
melalui perbaikan penataan wilayah pemerintahan, Barang (Coenen,1913: MvO).
sarana dan prasarana yang menunjang perbaikan Pengejaran yang dilakukan oleh pasukan
kehidupan ekonomi, akan mampu mengatasi Belanda itu menyebabkan kedudukan Petta Barang
berbagai tantangan dan perlawanan yang semakin terdesak. Dalam keadan itu, ia akhirnya
diorganisir oleh pemimpin-pemimpin gerakan berusaha menggabungkan diri dengan kelompok
dan kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan Andi Panambong, yang selama itu mengorganisir
hukum seperti perampokan. Apa yang dicanangkan kegiatan perampokan di Soppeng. Penggabungan
oleh Quarles itu, berhasil mengatasi gangguan itu memberikan dorongan keberanian kepada para
ketertiban dan keamanan yang terjadi di Sulawesi pengikut Andi Panambong untuk melaksanakan
Selatan pada umumnya dan Bone pada khususnya. perampokan secara terang-terangan. Namun
Perbaikan pemerintahan, kehidupan ekonomi, dan kegiatan perampokan itu memudahkan bagi
sosial berhasil memikat jalinan kerjasama yang
baik antara para pemimpin rakyat dan masyarakat 13 Peristiwa itu bermula ketika Matoa Baringeng
dengan pemerintah Belanda (Quarles,1910: MvO). berhasil mengambil arajang Lamuru pada waktu Datu
Lamuru diturunkan oleh pasukan Belanda. Arajang itu
Jalinan kerjasama yang melibatkan para
kemudian disembunyikan di rumah salah seorang anak
pemimpin rakyat dan masyarakat tersebut, tidak
dari Madanrang Petojo. Setelah terbentuk pemerintahan
hanya ikut bekerja memperbaiki sarana dan baru di Lamuru, penguasa Lamuru meminta agar
prasarana kehidupan, tetapi juga memberi bantuan Matoa Baringeng menyerahkan arajang itu kembali
dalam usaha menjamin keamanan dan ketertiban. kepada pemerintah. Permintaan itu ditolak oleh
Arung Cenrana bersama patroli penduduk telah Matoa Baringeng dan berkat hasutan dari Madanrang
membantu pemerintah Belanda membinasakan Petojo, arajang itu dipertahankan dan berusaha
kelompok perampok yang dipimpin La Matto, memindahkannya ke Kampung Enrekang (Lamuru).
seorang narapidana yang melarikan diri dari penjara Meskipun demikian, para kepala kampung dari Lamuru
Watampone dan mengorganisir perampokan di berhasil mengambil kembali arajang itu di Enrekang dan
Cenrana dan Sailong. Penyerangan yang dilancarkan menyerahkan kembali kepada pemerintah. Karena itu,
penduduk di bawah pimpinan Arung Cenrana pada Matoa Baringeng dan Madanrang Petojo merencanakan
penyerangan terhadap pemerintah Belanda di Lamuru.
November 1909, berhasil membinasakan La Matto
Peristiwa itu dapat dipadamkan berkat kerjasama antara
bersama seorang pengawalnya serta menawan
pemerintah Belanda dengan para kepala kampung dan
empat orang pengikutnya. Selain itu, juga berkat rakyat. Bahkan peristiwa itu dalam waktu singkat dengan
kerjasama sehingga setiap persiapan gerakan mudah dapat diselesaikan, tanpa terjadi korban harta
rakyat dengan mudah dapat dipadamkan sebelum dan jiwa berkat kerjasama yang telah terjalin antara
meletus, karena dengan segera dilaporkan kepada pemerintah kolonial Belanda dengan para pemimpin
pemerintah Belanda, misalnya gerakan Matoa atau kepala-kepala kampung.

219 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 23 Nomor 2 Desember 2017


pasukan Belanda, sebab dengan mudah dapat Namun sebagai masyarakat di daerah Bugis tidak
mengetahui tempat persembunyian Petta Barang percaya tentang kematian itu, terutama di kalangan
dan Andi Panambong. Oleh karena itu pasukan pengikut dan keturunannya.
Belanda melancarkan serangan terhadap tempat
PENUTUP
persembunyian Petta Barang dan Andi Panambong
Gerakan Petta Barang bukan hanya
di wilayah Onderafdeling Soppeng pada 30 Agustus
dilatarbelakangi oleh pendudukan militer dan
1912. Dalam penyerangan itu Petta Barang berhasil
penghapusan sistem kerajaan, melainkan juga
meloloskan diri, namun Andi Panambong sendiri
oleh keresahan masyarakat akibat terjadinya
gugur bersama beberapa orang pengikutnya
peubahan sosial sebagai konsekuensi semakin
(Rasyid,2007: 48).
kuatnya pengaruh kekuasaan Belanda di Bone.
Kematian Andi Panambong itu berakibat Petta
Pengambilalihan kekuasaan melalui ekspedisi militer
Barang kehilangan dukungan dalam melanjutkan
Belanda, mengakibatkan sejumlah bangsawan
perlawanan. Ia selanjutnya mengungsikan diri ke
kehilangan sumber pendapatan dan kekuasaan
hulu Sungai Walimpung. Di tempat persembunyian
mereka. Oleh karena itu, kepentingan ekonomi
itu, sekali lagi diserang oleh pasukan Belanda.
dan politik merupakan faktor penting munculnya
Dalam penyerangan itu, ia juga berhasil meloloskan
gerakan Petta Barang. Sementara perubahan sosial
diri. Pada Mei 1913, Datu Citta berhasil mengetahui
yang menyertai penghapusan sistem kerajaan
tempat persembunyian Petta Barang. Datu Citta
dan pelaksanaan sistem pemerintahan kolonial
selanjutnya mengorganisir patroli rakyat yang
Belanda, seperti wajib pajak dan kerja rodi, telah
langsung di bawah pimpinannya untuk mengejar
menimbulkan keresahan masyarakat. Itulah
dan menangkap Petta Barang. Ia terlebih dahulu
sebabnya gerakan Petta Barang yang hendak
memisahkan Petta Barang dari para pengikutnya.
mengusir penjajahan Belanda dan memulihkan
Oleh karena itu, Datu Citta berhasil menangkap
kembali kedudukan kekuasaan Kerajaan Bone
Petta Barang di tempat persembunyiannya di Ale
mudah mendapat dukungan dari masyarakat.
Cinto (Onderafdeling Soppeng) pada 5 Mei 1913.
Dukungan terhadap gerakan Petta Barang,
Selanjutnya Datu Citta mengantar Petta Barang
tidak terlepas dari taktik yang digunakan. Petta
ke Watan Soppeng dan menyerahkannya kepada
Barang mengawali gerakannya sebagai seorang
pejabat Civiele Gezaghebber (Coenen, 1913: MvO;
dukun yang sakti dan “menjual” atau membagikan
Poelinggomang & Muh. Arfah, 1995: 75; Transkrip
jimat kepada pasien atau penduduk yang bersedia
No.7).
menjadi pengikutnya. Berkat dukungan dan
Petta Barang selanjutnya diajukan ke
bantuan dari sejumlah bangsawan dan penduduk
pengadilan Bumiputra (inheemsche rectbank) di
di daerah Bugis, Petta Barang semakin kuat
Watan Soppeng. Ia dinyatakan bersalah melakukan
kedudukan kekuasaannya. Itulah sebabnya ia
komplotan untuk menjatuhkan pemerintahan
berani memerintahkan kepada para pengikutnya
Belanda. Karena itu, pengadilan memutuskan dan
untuk melancarkan serangan terhadap kedudukan
menjatuhkan hukuman 20 tahun penjara (Surat
pemerintah kolonial Belanda, bivak dan patroli
Keputusan Pengadilan Bumiputra Watan Soppeng
pasukan Belanda. Taktik perlawanan yang dilakukan
Tanggal 15 Mei 1913 No.11). Setelah dijatuhi
oleh Petta Barang bersama para pengikutnya cukup
hukman, Petta Barang selanjutnya dibawa ke
merepotkan pasukan Belanda sehingga dikerahkan
Makassar untuk dipenjarakan. Namun, Gubernur
pasukan khusus untuk menumpasnya. Setelah
Coenen yang sejak awal memandang Petta Barang
berukanglai mengalami kegagalan, pasukan Belanda
sebagai tokoh yang berbahaya, merasa kuatir
akhirnya berhasil menangkap Petta Barang di Ale
jika dipenjarakan di Makassar. Sebab ia tidak
Cinto, Soppeng pada 5 Mei 1913. Petta Barang
mempercayai sepenuhnya pengawasan petugas
kemudian dijatuhi hukuman 20 tahun penjara.
penjara terhadap Petta Barang. Coenen kuatir kelak
Dengan alasan keamanan dan ketertiban Petta
Petta Barang dapat meloloskan diri dari penjara.
Barang diasingkan ke Jawa, namun ia meninggal
Oleh karena itu diputuskan mengirim Petta Barang
dalam penjara sebelum menjalani kehidupan yang
ke Batavia. Pada 7 Juni 1913, Daeng Pabarang
menyengsarakan dalam pengasingan.
diberangkatkan ke Jawa. Sementara menanti
keputusan penentuan tempat pengasingannya, UCAPAN TERIMA KASIH
Petta Barang akhirnya meninggal sebagai seorang Penulis menghayurkan banyak terima kasih
tawanan dalam penjara (Coenen,1913: MvO). kepada semua pihak yang berkontribusi pada artikel

Gerakan Petta Barang di Daerah Bugis pada 1906-1913 - Muhammad Amir | 220
ini, terutama terhadap almarhum Dr. Edward L. Kadir, Harun, dkk. 1984. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan
Poelinggomang, Drs. Muhammad Arfah, Andi Republik Indonesia di Sulawesi Selatan 1945-1950.
Mappasissi, Andi Muhammad Ali, dan Taggala. Ujung Pandang: Kerja Sama Bappeda Provinsi
Selain itu, juga terima kasih kepada Andi Ahmad Sulawesi Selatan dengan Unhas.
serta pimpinan dan staf Arsip Nasional Republik Kielstra, E.B. 1910. Kumpulan Artikel, Koleksi Arsip dan
Perpustakaan Provinsi Sulawesi Selatan.
Indonesia Jakarta, Badan Arsip dan Perpustakaan
Kolonial Verslag. 1907. Zuid Celebes, Medeelingeng van
Provinsi Sulawesi Selatan, BPNB Makassar, serta het Staatkundige en Algeeme Aart.
pengelola Jurnal Al-Qalam yang telah memasukkan __________. 1908. Zuid Celebes, Medeelingeng van het
artikel ini sebagai bagian edisi ini. Staatkundige en Algeeme Aart.
__________. 1912. Zuid Celebes, Medeelingeng van het
Staatkundige en Algeeme Aart.
DAFTAR PUSTAKA Kroesen, C. A. 1906. Memorie van Overgave van het
Bestuur Over Het Gouvernement Celebes en
Abduh, Muhammad, dkk. 1985. Sejarah Perjuangan Onderhoorigheden. Koleksi Arsip Nasional
Terhadap Imprlialisme dan Kolonialisme di Republik Indonesia, Jakarta.
Sulawesi Selatan. Jakarta: Dekdibdud. Mappangara, Suriadi. 1996. “Kerajaan Bone Abad
Ahmad, Taupik. 2014. “Bandit dan Pejuang: Sejarah XIX: Konflik Kerajaan Bone – Belanda 1816-
Sosial Politik Masyarakat Polongbangkeng (1905- 1860”. Yogyakarta: Tesis Program Pascasarjana
1960-an)”, dalam Jurnal Sejarah dan Budaya Universitas Gadjah Mada.
Walasuji. Makassar: Balai Pelestarian Nilai Budaya Mattulada. 1998. Sejarah, Kebudayaan, dan Masyarakat
Makassar. Sulawesi Selatan. Makassar: Hasanuddin
Ali, Andi Muh. 1984. Rumpa’na Bone (Perang Bone) 1905. University Press.
Watampone: Damai. Memori Betreffende. 1912. Memori Betreffende de
Amir, Muhammad. 2003. Perlawanan Bone Terhadap Onderafdeeling Bone met Bijlagen (Opgemaath
Belanda Tahun 1905. Makassar: Era Media. Ingevalge Schrijven van het Departemen van
Anonim. 1905. “Gubeurtenissen bij het begin der Boni- Oorlog VII Afdeling, 12 Agustus 1912, No.765).
expeditie door een ooggetuige; Uit mijn dagboek”, Nabba, Andi Palloge Petta. 2006. Sejarah Kerajaan Tanah
dalam Boon’s Geillustreerd Magazijn 7. Bone. Makassar: Yayasan Al Muallim.
_______. 1905-1906. “De Gubeurtenissen in Zuid- Notosusanto, Nugroho. 1978. Masalah Penelitian Sejarah
Celebes”, dalam Weekblad voor Indie 2. Kontemporer. Jakarta: Idayu.
_______. 1915-1916. De Expeditie naar Zuid-Celebes in PaEni, Mukhlis, dkk. 2002. Batara Gowa Messianisme
1905-06, dalam Indisch Militair Tijdschrift, Extra Dalam Gerakan Sosial di Makassar. Yogyakarta:
Bijlage. Gadjah Mada Universtity Press.
Arsip Bone, No.5/2. Koleksi Badan Arsip dan Patang, Lahajdji. 1976. Sulawesi dan Pahlawan-
Perpustakaan Provinsi Sulawesi Selatan. Pahlawannya. Jakarta: YKGMI.
Caron, L. J. J. 1933. Memori van Overgave (MvO) Patunru, Abd. Razak Daeng. 1983. Sejarah Gowa. Ujung
Gouvenement Celebes en Onderhoorigheden Pandang: Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan.
(Agustus 1929 - November 1933). Koleksi Arsip Patunru, Abd. Razak Daeng. 1989. Sejarah Bone. Ujung
Edward L. Poelinggomang. Pandang: Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan.
Coenen, W.J. 1913. Memori van Overgave (MvO) Pemda Bone. 1993. Selayang Pandang Kabupaten Dati II
Gouvenement Celebes en Onderhoorigheden Bone. Watampone: Pemerintah Kabupaten Bone.
(Oktober 1910 - Agustus 1913). Koleksi Arsip Poelinggomang, Edward L. & Muh. Arfah. 1995.
Edward L. Poelinggomang. “Perlawanan Rakyat Pasca Ekspedisi Militer
Couvreur, A. J. L. 1929. Memori van Overgave (Juni Belanda di Sulawesi Selatan Pada 1905”. Ujung
1924-Juni 1929), dalam Koninklijk Instituut voor Pandang: Laporan Penelitian Bidang Jarahnitra
Taal, Land en Volkenkunde van Nederlandsche- Kanwil Depdikbud Provinsi Sulawesi Selatan.
Indie (KITLV), No. 71. _________. 1980. “Perlawanan Rakyat Gowa Terhadap
Gonggong, Anhar. 1992. Abdul Qahhar Mudzakkar Dari Pendudukan Belanda Tahun 1905”. Yogyakarta:
Patriot Hingga Pemberontak. Jakarta: Gramedia Skripsi Sarjan Universitas Gadjah Mada.
Widiasarana Indonesia. _________. 2002. Makassar Abad XIX: Studi Tentang
Gottschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah (Diterjemahkan Kebijakan Perdagangan Maritim. Jakarta:
Nugroho Noto-susanto). Jakarta: Universitas Kepstkaan Populer Gramedia (KPG).
Indonesia Press. _________. 2004. Perubahan Politik & Hubungan
Harvey, Barbara Sillars. 1989. Pemberontakan Kahar Kekuasaan Makassar 1906-1942. Yogyakarta:
Muzakkar Dari Tradisi Ke DI/TII. Jakarta: Grafiti. Ombak.

221 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 23 Nomor 2 Desember 2017


_________. 2005. Sejarah Sulawesi Selatan. Makassar: Tol, Roger. 2009. “Otoritas Tekstual Toloq Rumpaqna
Balibangsa Provinsi Sulawesi Selatan. Bone; Oleh I Mallaq Daeng Mabela, Arung
Quarles, A. J. Baron Quarles de. 1910. Memori van Manajeng”, dalam Kuasa dan Usaha di Masyarakat
Overgave (MvO) Gouvenement Celebes en Sulawesi Selatan. Makassar: Ininnawa bekerja
Onderhoorigheden (Mei 1908-Agustus 1910). sama dengan KITLV Jakarta.
Koleksi Arsip Edward L. Poelinggomang. Transkrip No. 19. Hasil Wawancara Andi Mappasissi di
Rasyid, Darwas. 2007. “Gerakan Andi Panambong di Watampone pada 7 Maret 1995. Koleksi Sejarah
Soppeng”. Makassar: Laporang Penelitian Balai Lisan Bidang Jarahnitra Kanwil Provinsi Sulawesi
Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional. Selatan.
Shahib, M. Roem. 1980. “Bone Kartu Mati Bagi Transkrip No. 2. Hasil Wawancara Andi Muh. Ali di
Perjuangan Merah Putih di Sulawesi Selatan Watampone pada 5 Februari 1992. Koleksi Sejarah
Pada Tahun 1945-1950”. Ujung Pandang: Skripsi Lisan Bidang Jarahnitra Kanwil Provinsi Sulawesi
Sarjana Unhas. Selatan.
Surat Keputusan Pengadilan Bumiputra Watan Soppeng Transkrip No. 22. Hasil Wawancara Taggala di Pasempe
Tertanggal 15 Mei 1913 No. 11. pada 10 Maret 1995. Koleksi Sejarah Lisan Bidang
Swart, H.N.A. 1908. Memori van Overgave (MvO) Jarahnitra Kanwil Provinsi Sulawesi Selatan.
Gouvenement Celebes en Onderhoorigheden Transkrip No. 5. Hasil Wawancara Andi Mappasissi di
(September 1906-April 1908). Koleksi Arsip Watampone pada 6 Februari 1992. Koleksi Sejarah
Edward L. Poelinggomang. Lisan Bidang Jarahnitra Kanwil Provinsi Sulawesi
Tideman, J. 1908. “De Batara Gowa op Zuid Celebes”, Selatan.
dalam Bijdragen tot de Taal, Land en Volkenkunde Transkrip No. 7. Hasil Wawancara Andi Ahmad di Citta,
van Nederlandsche-Indie (BKI), No.64. Soppeng pada 8 Mei 2017.

Gerakan Petta Barang di Daerah Bugis pada 1906-1913 - Muhammad Amir | 222

Anda mungkin juga menyukai