Anda di halaman 1dari 7

JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 1 TAHUN 2016

(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 88-93)

ANALISIS KANDUNGAN KLORIN PADA BERAS YANG BEREDAR DI PASAR


BESAR KOTA MALANG SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI
THE ANALYSIS ON THE CHLORINE CONTENTS IN RICE CIRCULATION
IN PASAR BESAR OF MALANG AS THE BIOLOGICAL LEARNING
RESOURCE

Dewi Rosita1, Siti Zaenab1, Moch. Agus Krisno Budiyanto1


1
Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
e-mail: dewirosita94.dr@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan klorin pada beras yang beredar di pasar besar
Kota Malang dan menerapkan hasil penelitian tersebut sebagai sumber belajar biologi. Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 29 maret – 6 April 2016 di Laboratorium Putra Indonesia Malang. Jenis
Penelitian ini deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan kandungan klorin pada beras.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Purposive sampling dengan pengulangan
sebanyak 2 kali pengulangan. Sampel beras yang akan diteliti berasal dari Pasar Besar Kota Malang
yang berjumlah 19 jenis (Merk) yaitu Piala, Mentari, Padi Wangi, Bintang Biru, Rosita super, Kancil,
Bintang Mas, Bulan Mas, Puteri, Lombok, Maknyus, Apel, Manggis, Mangga, Cucak Rowo, Beras Padi,
Raja Boga dan Monas. Metode yang digunakan yaitu metode uji reaksi warna, uji titrasi iodometri dan
perhitungan rata-rata presentase kandungan klorin pada sampel secara keseluruhan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kandungan klorin dari 19 sampel beras yang diambil dari pasar besar kota Malang
adalah 0% atau negative yang artinya tidak mengandung klorin sehingga aman untuk dikonsumsi.

Kata Kunci: Beras, Klorin, Malang, Pasar Besar, Sumber Belajar

ABSTRACT
This research aimed to investigate the chlorine contents in rice circulation in Pasar Besar of which
findings were supposed to be applicable as Biological learning resource. This research was officially
conducted at March 29 – April 6 2016 in Putra Indonesia Malang Laboratory. This research was of
descriptively quantitative design since the main aim of this research was to describe the chlorine contents
in rice. The sampling technique engaging regarding this research was purposive sampling with two
repetitions in total. The sample of rice that was going to be analyzed was originally from Pasar Besar
comprised 19 types (considering the brands), they were: Piala, Mentari, Padi Wangi, Bintang Biru,
Rosita Super, Kancil, Bintang Mas, Bulan Mas, Puteri, Lombok, Maknyus, Apel, Manggis, Mangga,
Cucak Rowo, Beras Padi, Raja Boga dan Monas. In addition, the methods accommodated in terms of
testing the reaction included testing the color reaction test, testing the iodometric titration, and
measuring the average percentage of chlorine contents in the whole sample. Moreover, this research
revealed that the 19 types sample of rice taken from Pasar Besar is 0 % or negative of chlorine contents.
Consequently, they were safe to consume.

Keywords: Chlorine, Learning Resource, Malang, Pasar Besar, Rice

Dewi Rosita dkk, Analisis Kandungan Klorin 88


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 1 TAHUN 2016
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 88-93)

Pangan adalah segala sesuatu yang dimasak memberikan volume yang cukup
berasal dari sumber hayati dan air, baik besar dengan kandungan kalori yang cukup
yang diolah maupun yang tidak diolah, tinggi,serta dapat memberikan berbagai zat
yang diperuntukkan sebagai makanan atau gizi lain yang penting bagi tubuh, seperti
minuman bagi konsumsi manusia, protein dan mineral (Asnawati, 2008).
termasuk bahan tambahan pangan, bahan Namun di zaman sekarang ini
baku pangan, dan bahan lain yang beras di Indonesia itu tidak murni lagi dan
digunakan dalam proses penyiapan, banyak mengandung zat kimia tambahan
pengolahan, dan atau pembuatan makanan yang berbahaya. Masalah manipulasi mutu
atau minuman(Effendi, 2012). Makanan beras sebenarnya sudah sering dilakukan
merupakan kebutuhan dasar utama bagi pedagang atau penggilingan seperti
setiap manusia, karena di dalamnya penyemprotan zat aromatik dan pemakaian
terkandung senyawa-senyawa yang sangat bahan pemutih pada beras yang tidak jelas
diperlukan untuk memulihkan dan dan tidak sesuai spesifikasi bahan
memperbaiki jaringan tubuh yang rusak, tambahan yang diperbolehkan untuk
mengatur proses dalam tubuh, perkem- pangan, dan konsentrasi pemakaian di atas
bangbiakan dan menghasilkan energi untuk ambang batas berbahaya bagi kesehatan
kepentingan berbagai kegiatan dalam manusia (Wongkar, 2014).
kehidupannya. Kebutuhan manusia akan Klorin adalah bahan kimia yang
makanan diperoleh dari berbagai sumber biasanya digunakan sebagai pembunuh
nabati maupun hewan. Pada dasarnya kuman. Zat klorin akan bereaksi dengan air
makanan merupakan campuran senyawa membentuk asam hipoklorus yang
kimia, yang dapat dikelompokkan ke diketahui dapat merusak sel-sel dalam
dalam karbohidrat, lemak, protein, vitamin, tubuh. Klorin berwujud gas berwarna
mineral dan air (Effendi, 2012). kuning kehijauan dengan bau cukup
Makanan pokok merupakan salah menyengat. Penggunaan klorin dalam
satu kebutuhan primer manusia. Banyak pangan bukan hal yang asing. Klorin
varian makanan pokok yang dapat sekarang bukan hanya digunakan untuk
dikonsumsi manusia. Tiap daerah memiliki bahan pakaian dan kertas saja, tetapi telah
makanan pokok sendiri-sendiri. Penentuan digunakan sebagai bahan pemutih atau
jenis pangan yang dikonsumsi sangat pengkilat beras, agar beras yang berstandar
tergantung pada beberapa faktor, diantara medium menjadi beras berkualitas super
jenis tanaman penghasil bahan makanan (Darniadi dalam Wongkar, 2014).
yang biasa ditanam didaerah tersebut serta Klor (berasal dari bahasa Yunani
tradisi yang diwariskan oleh budaya Chloros, yang berarti “hijau pucat”),
setempat. Perilaku konsumsi pangan adalah unsur kimia dengan nomor atom 17
masyarakat dilandasi oleh kebiasaan dan simbol Cl termasuk dalam golongan
makan (food habit) yang tumbuh dan halogen. Klorin merupakan unsur kedua
berkembang dalam lingkungan keluarga dari keluarga halogen, terletak pada
melalui proses sosialisasi (Hidayah, 2011). halogen VII A periode III. Sifat kimia
Indonesia menjadikan beras sebagai klorin sangat ditentukan oleh konfigurasi
salah satu makanan pokok, karena beras elektron pada kulit terluarnya. Keadaan ini
salah satu bahan makanan yang mudah membuatnya tidak stabil dan sangat
diolah, mudah disajikan, enak, dan reaktif. Hal ini disebabkan karena struktuk
mengandung protein sebagai sumber electron gas mulia. Disamping itu, klorin
energi sehingga berpengaruh besar juga bersifat sebagai oksidator. Seperti
terhadap aktivitas tubuh atau kesehatan halnya oksigen, klorin juga membantu
(Wongkar, 2014).Sebagai makanan pokok, reaksi pembakaran dengan mengahasilkan
beras memberikan beberapa keuntungan. panas cahaya. Dalam air laut maupaun
Selain rasanya netral, beras setelah sungai, klorin akan terhidrolisa membentuk

Dewi Rosita dkk, Analisis Kandungan Klorin 89


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 1 TAHUN 2016
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 79-57)

asam hipoklorit (HClO) yang merupakan lambung (korosit). Akibatnya, lambung


suatu oksidator (Edward dalam Sinuhaji, rawan terhadap penyakit maag. Dalam
2009). Klorin tidak terbakar di udara, jangka panjang, mengkonsumsi beras yang
melainkan bereaksi secara kimia. Klorin mengandung klorin akan mengakibatkan
ialah unsur yang sangat aktif hampir penyakit kanker hati dan ginjal (Sinuhaji,
dengan setiap unsur dapat langsung 2009). Menurut Peraturan Menteri
bersenyawa dan reaksinya besar sekali Kesehatan RI No. 772/Menkes/Per/XI/88,
(Adiwasastra, 1987). bahwa klorin tidak tercatat sebagai Bahan
Gas klor yang mudah dikenal Tambahan Pangan (BTP) dalam kelompok
karena baunya yang khas itu, bersifat pemutih dan pematang tepung.
merangsang (iritasi terhadap selaput lendir Pengembangan kreatifitas dalam
pada mata/conjunctiva). Selaput lender mengajar merupakan salah satu faktor
hidung, selaput lender tenggorok, tali suara penting dalam berlangsungnya kegiatan
dan paru-paru. Menurut World Health belajar mengajar. Sumber belajar adalah
Organization (WHO) nilai ambang batas segala sesuatu yang dapat memberi
residu klorin dalam air adalah 0,5 ppm kemudahan kepada peserta didik dalam
(Suryaningrum, dkk, 2007). memperoleh informasi, pengetahuan,
Menghisap gas klor dalam pengalaman dan keterampilan dalam
konsentrasi mencapai 1000 ppm dapat proses belajar mengajar (Haryono, 2014).
mengakibatkan kematian mendadak di Berdasarkan hasil penelitian yang
tempat. Orang yang menghirup gas klor telah dilakukan oleh Nurmawati pada
akan merasakan sakit dan rasa panas/pedih tahun 2015 di Laboratorium Analisa
pada tenggorokan, hal ini disebabkan Pangan Poloteknik Negeri Jember bahwa
pengaruh rangsangan/iritasi terhadap terdapat kadar klorin pada beras putih di
selaput lendir (mucus membrane) yang Pasar Tanjung, Kabupaten Jember yang
menimbulkan batuk-batuk kering (kosong) relatif tinggi dan berada diatas ambang
yang terasa pedih dan panas, waktu batas yang dapat ditolerir oleh tubuh
menarik napas terasa sakit dan sukar untuk manusia. Tidak menutup kemungkinan hal
bernapas, waktu bernapas terdengar suara tersebut juga terjadi pada beras yang
desing seperti penderita asma/bronchitis beredar di Pasar Kota Malang.
(Adiwisastra, 1987). Oleh karena itu, perlu diadakan
Adapun Menurut Norlatifah(2012) penelitian dengan tujuan untuk
ciri-ciri beras yang mengandung klorin menganalisis kandungan Klorin pada Beras
adalah warna putih sekali, beras lebih yang beredar di Pasar Besar Kota Malang
mengkilap, licin dan tercium bau kimia, yang hasilnya dapat digunakan sebagai
jika di cuci, warna air hasil cucian beras sumber belajar siswa kelas VIII semester
kelihatan bening, jika beras direndam genap pada pokok bahasan Bahan
selama 3 hari tetap bening dan tidak Tambahan Pangan dengan Standart
berbau, dan ketika sudah di masak dan Kompetensi yaitu Memahami kegunaan
ditaruh di dalam penghangat nasi dalam bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari
semalam nasi sudah menimbulkan bau dan KD 4.1 yaitu Mencari informasi
tidak sedap. tentang kegunaan dan efek samping bahan
Dampak dari beras yang kimia dalam kehidupan sehari-hari.
mengandung klorin itu tidak terjadi
sekarang atau dalam waktu dekat. Namun, METODE PENELITIAN
bahaya untuk kesehatan baru akan muncul
setelah 15 hingga 20 tahun mendatang, Lokasi dan Waktu Penelitian
khususnya apabila kita menkonsumsi beras Penelitian ini dilaksanakan pada
tersebut terus menerus. Zat klorin yang ada tanggal 29 Maret-6 April 2016 di
di dalam beras akan menggerus usus pada Laboratorium Putra Indonesia Malang.

Dewi Rosita dkk, Analisis Kandungan Klorin 90


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 1 TAHUN 2016
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 79-57)

Alat dan Bahan Laboratorium Putra Indonesia Malang


Bahan-bahan yang digunakan dalam dengan metode reaksi warna dan metode
penelitian ini adalah Alumunium foil titrasi iodometri hasilnya tidak terjadi
secukupnya, Erlenmeyer (250 ml), perubahan warna pada 19 sampel tersebut.
Beaker glass (250 ml) 2 Buah , Kertas Seperti yang terlihat pada Tabel 1 dan
Saring secukupnya, Batang pengaduk2 Gambar 1 dan Gambar 2.
Buah, Labu ukur (100 ml), Buret dan statif
1 Buah, Neraca analitik 1 Buah, Corong 1
buah dan Pipet tetes 3 Buah.
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Aquadest 50 ml,
Natrium tiosulfat, 19 sampel Beras dengan
merk yang berbeda (masing-masing 10
gram), Asam asetat 10 ml, Amilum 1% dan
Kalium Iodida 10%.

Prosedur Kerja
Uji kualitatif menggunakan metode
reaksi warna dengan 1) menimbang sampel
beras sebanyak 10 g, 2) menambahkan
aquades sebanyak 50 ml kemudian
dikocok, 3) menyaring dan mengambil
filtratnya sebanyak 10 ml pada sampel,l Gambar 1. Sampel yang Tidak
dan 4) menambahkan Kalium iodida 10% Mengandung Klorin (Tidak Terjadi
dan amilum 1%. Apabila terjadi perubahan Perubahan Warna)
warna menjadi biru maka sampel positif
mengandung Klorin. Jika hasil Uji kualtatif
positif maka dilanjutkan dengan Uji
kuantitatif dengan menggunakan metode
Titrasi Iodometri, yaitu 1) menimbang
sampel beras sebanyak 10 g, 2)
memasukkan sampel ke dalam erlenmeyer
lalu menambahkan 50 ml aquades, 3)
menambahkan 2 g kalium iodida dan 10 ml
asam asetat, 4) melakukan titrasi dengan
larutan natrium tiosulfat 0.01 N sampai
berwarna kuning muda, 5) titrasi terus
dilakukan hingga warna biru hilang, dan 6)
kemudian catat hasil volume titrasi dan
lakukan titrasi blanko.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambar 1. Sampel yang Positif
Hasil Mengandung Klorin (Berubah Warna
Pemeriksaan kandungan klorin Menjadi Biru)
dilakukan pada 19 sampel beras dengan
merk yang berbeda dan diambil dari satu Pembahasan
lokasi yaitu di Pasar Besar Kota Malang. Berdasarkan hasil penelitian yang
Dari hasil pemeriksaan sampel terhadap dilakukan di Laboratorium Putra Indonesia
penggunaan klorin yang dilakukan di Malang secara kualitatif menunjukkan
bahwa dari 19 sampel beras dengan merk

Dewi Rosita dkk, Analisis Kandungan Klorin 91


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 1 TAHUN 2016
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 79-57)

yang berbeda yang diduga secara fisik oksidasi klorin sangat kuat, dimana di
mengandung klorin ternyata tidak dalam air klorin akan melepaskan oksigen
menunjukkan adanya klorin didalamnya. dan hydrogen klorida yang menyebabkan
19 sampel tersebut yaitu Piala, Mentari, kerusakan jaringan (Adiwasastra, 1987).
Padi Wangi, Bintang Biru, Rosita super, Berdasarkan efek yang ditimbulkan oleh
Kancil, Bintang Mas, Bulan Mas, Puteri, klorin maka pemerintah tidak memasukkan
Lombok, Maknyus, Apel, Manggis, klorin dalam Bahan Tambahan Pangan
Mangga, Cucak Rowo, Beras Padi, Raja (BTP). Hal ini tertuang dalam Peraturan
Boga dan Monas. Menteri Kesehatan Republik Inndonesia
Secara kualitatif jika positif No. 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang
mengandung klorin maka setelah perubahan atas Peraturan Menteri
ditambahkan dengan kalium iodida dan Kesehatan No. 772/Menkes/Per/XI/1988
amilum akan bereaksi dan terjadi tentang Bahan Tambahan Makanan.
perubahan warna menjadi biru (Sinuhadji, Bahwa klorin tidak tercatat sebagai Bahan
2009). Menurut Svehla (1985) terjadinya Tambah Pangan (BTP) dalam kelompok
perubahan warna menjadi biru dikarenakan pemutih dan pematang tepung. Selain itu
asam klorida encer yang larut berubah larangan penggunaan klorin juga
menjadi kuning, kemudian timbul disebutkan dalam Peraturan Menteri
pembuihan dan klor dilepaskan, seperti Pertanian Republik Indonesia Nomor:
ditunjukkan persamaan reaksi berikut: 32/Permentan/OT.140/3/2007 tentang
pelarangan penggunaan bahan kimia
OCl- + H+ → HOCl …………………..(1) berbahaya pada proses penggilingan padi,
huller dan penyosohan beras.
HOCl + H+ + Cl- → Cl2↑ + H2O….. (2) Secara fisik semua sampel beras
yang diuji menunjukkan ciri bahwa beras
Klorin yang ditambahkan sebagai tersebut adalah beras berpemutih, karena
Bahan Tambahan Pangan bertujuan untuk berwarna putih bersih dan mengkilap.
memutihkan dan mempertahankan kualitas Warna beras yang terlihat putih bersih dan
dari beras tersebut.Namun seringkali mengkilap memang mengundang banyak
produsen kurang peduli mengenai dampak pertanyaan, warna tersebut alami atau
negatifnya apabila klorin tersebut masuk akibat polesan atau hasil semprotan
kedalam tubuh manusia secara terus dengan menggunakan bahan kimia seperti
menerus dengan kadar yang melebihi klorin atau menggunakan bahan pemutih
ambang batas, semua hanya demi lain yang secara sah digunakan sebagai
keuntungan semata tanpa peduli akan bahan tambahan pangan.
kesehatan tubuh konsumen. Hasil penelitian ini menunjukkan
Klorin sangat berbahaya bagi bahwa kandungan klorin dalam beras,
kesehatan manusia. Klorin, baik dalam yaitu 0% atau tidak ditemukan adanya
bentuk gas maupun dalam bentuk cairan klorin. Kemungkinan warna putih pada
mampu mengakibatkan luka permanen, beras tersebut adalah hasil semprotan atau
terutama kematian. Pada umumnya luka polesan dengan menggunakan bahan
permanen disebabkan oleh asap gas klorin. pemutih lain yang secara sah telah
Klorin sangat potensial untuk terjadinya diperbolehkan untuk digunakan dalam
penyakit kerongkongan, hidung dan tract pangan sehingga aman untuk dikonsumsi.
respiratory (saluran kerongkongan di dekat
paru-paru). Klorin juga membahayakan Pemanfaatan Hasil Penelitian Sebagai
sistem pernafasan terutama bagi anak-anak Sumber Belajar
dan orang dewasa (Hasan, 2006). AECT (1977) mengartikan sumber
Efek toksin klorin yang terutama belajar meliputi semua sumber baik yang
adalah sifat korosifnya. Kemampuan berupa data, orang atau benda yang dapat
digunakan untuk memberi fasilitas

Dewi Rosita dkk, Analisis Kandungan Klorin 92


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 1 TAHUN 2016
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 79-57)

(kemudahan) belajar bagi peserta didik.


Oleh karena itu sumber belajar adalah Saran
semua komponen sistem instruksional baik Konsumen harus lebih berhati-hati
yang secara khusus dirancang maupun dalam memilih beras. Bagi peneliti
yang dapat dipakai atau dimanfaatkan diharapkan dapat melanjutkan penelitian
dalam kegiatan pembelajaran. ini dengan mengidentifikasi bahan
Hasil penelitian ini dimanfaatkan tambahan pangan yang diijinkan yang
sebagai sumber belajar yaitu sebagai jurnal ditambahkan dalam beras.
penelitian. Jurnal penelitian adalah sebuah
laporan peneliti tentang hasil penelitian DAFTAR RUJUKAN
yang telah dilakukannya secara ilmiah.
Pada dasarnya, sebagian besar jurnal Adiwisastra, A. 1989. Sumber, Bahaya
penelitian dapat dipertanggungjawabkan serta Penanggulangan Keracunan.
keilmiahannya tergantung dari metode Penerbit Angkasa. Bandung
yang dipakai dalam pembuatan dan Darniadi, S. 2010. Identifikasi Bahan
penyusunan laporan jurnal penelitian. Tambahan Pangan (BTP) Pemutih
Jurnal penelitian ini juga dapat Klorin Pada Beras. Bogor: Balai
digunakan sebagai sumber belajar siswa Besar Pascapanen Pertanian.
kelas VIII pada mata pelajaran IPA Effendi, S. 2012. Teknologi dan
Terpadu pada pokok bahasan Bahan Pengawetan Pangan. Bandung: CV
Tambahan Pangan. Sesuai dengan Standart Alfabeta.
Kompetensi yaitu Memahami kegunaan Haryono. 2014. Metode Praktis
bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari Pengembangan Sumber dan Media
dengan KD 4.1 yaitu mencari informasi Pembelajaran. Malang: Genius
tentang kegunaan dan efek samping bahan Media.
kimia dalam kehidupan sehari-hari. Hasan, A. 2006. Dampak Penggunaan
Klorin. Jurnal Teknologi
Lingkungan, 7(1): 90-96.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kurniawan. 2014. Identifikasi Zat Klorin
Pada Beras Putih di Pasar
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat Kahayan Kota Palangka Raya.
disimpulkan bahwa 1) Kandungan klorin Palangkaraya: FIKES Universitas
pada beras yang beredar di Pasar Besar Muhammadiyah Palangkaraya.
kota Malang adalah 0% atau negative yang Sudjana, N. 1980. Teknologi Pengajaran,
artinya tidak terdapat kandungan klorin Bandung: Sinar Baru.
pada beras yang beredar di pasar besar kota Sinuhaji, D. N. 2009. Perbedaan
Malang sehingga aman untuk dikonsumsi. Kandungan Klorin (Cl2) Pada Beras
2) Penerapan hasil penelitian mengenai Sebelum dan Sesudah di Masak.
Analisis Kandungan Klorin pada Beras Skripsi tidak diterbitkan. Medan:
yang Beredar di Pasar Besar Kota Malang Fakultas Kesehatan Masyarakat
sebagai sumber belajar biologi yang Universitas Sumatera Utara.
termasuk dalam sumber belajar yang di Wongkar, I. Y., Abidjulu, J., &
rancang yaitu berupa Jurnal penelitian Wehantouw, F. 2014. Analisis
dengan Standart Kompetensi yaitu Klorin pada Beras yang Beredar di
Memahami kegunaan bahan kimia dalam Pasar Kota Manado. Jurnal Ilmiah
kehidupan sehari-hari dengan KD 4.1 yaitu Farmasi, 3(3): 2302-2493.
mencari informasi tentang kegunaan dan Winarno, F. G. 2004. Pengantar
efek samping bahan kimia dalam Teknologi Pangan. Jakarta:
kehidupan sehari-hari. Gramedia.

Dewi Rosita dkk, Analisis Kandungan Klorin 93


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 1 TAHUN 2016
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 88-93)

Dewi Rosita dkk, Analisis Kandungan Klorin 94

Anda mungkin juga menyukai