Tugas Besar Lapangan Terbang - Perencana
Tugas Besar Lapangan Terbang - Perencana
PENDAHULUAN
1.3. Ramalan
Rancangan induk bandar udara, dikembangkan berdasarkan kepada ramalan dan permintaan (Forecast
and Demand), yang dibagi dalam :
a) Ramalan Jangka Pendek ( + 5 tahun )
b) Ramalan Jangka Menengah ( + 10 tahun )
c) Ramalan Jangka Panjang ( + 20 tahun )
Teknik Ramalan yang paling sederhana adalah meramal kecenderungan volume lalu lintas di masa depan,
dan ramalan yang lebih komplek/rumit adalah meramal faktor sosial, ekonomi dan faktor-faktor teknologi
serta selera yang mempengaruhi transportasi udara. Hubungan antara variabel ekonomi, sosial, teknologi
disatu sisi dengan permintaan transportasi disisi lain disebut “Model Permintaan”.
1
Kriteria di bawah ini dapat digunakan untuk pengembangan bandar udara yang telah ada, dimana lokasi
bandar udara dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
a) Type pengembangan lingkunan sekitar.
b) Kondisi atmosphir
c) Kemudahan untuk mendapatkan transport darat
d) Tersedianya tanah untuk pengembangan
e) Adanya lapangan terbang lain
f) Halangan sekeliling (Surrounding Odstruction)
g) Pertimbangan ekonomis
h) Tersedianya fasilitas
Penggunaannya bisa kepada hal-hal yang langsung berhubungan dengan penerbangan, sedangkan yang
lain sebagai penunjang. Pengunaan yang langsung dengan penerbangan seperti untuk landasan Taxiway,
Apron, bangunan terminal, parkir kendaraan dan fasilitas pemeliharaan. Fasilitas penunjang yang non
penerbangan seperti ruang untuk rekreasi, aktifitas industri dan aktivitas penerbangan.
2
BAB II
FORECASTING LALU LINTAS PENUMPANG
Forecasting merupakan suatu cara untuk memperkirakan kondisi fisik bandar udara pada waktu yang akan
datang. Forecasting lalu lintas penumpang bertujuan untuk merencanakan sebuah sistem yang mampu melayani
pertumbuhan lalu lintas untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Pendekatan yang dipakai sehubungan dengan perkembangan lalu lintas udara pada suatu daerah tidak terlepas
dari lalu lintas udara Nasional, karena merupakan suatu sistem yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi, politik,
sosial dan budaya.
3
2.1. Metode Indeks Perbandingan
Metode ini membandingkan kondisi lalu lintas setempat terhadap kondisi lalu lintas udara nasional.
Pn Pn n
Pn Po 1 i in
n
1 1
Po Po
Dimana:
Pn = Jumlah penduduk nasional pada tahun ke - n
Po = Jumlah penduduk nasional pada tahun ke - n - 1
i = Pertumbuhan penduduk nasional
n = Tahun
4
1/1
239.451.000
i1 = - 1= 0,0139
236.173.000
1/1
245.571.000
i2 = - 1= 0,0256
239.451.000
1/1
250.459.000
i3 = - 1 = 0,0199
245.571.000
1/1
253.871.000
i4 = - 1 = 0,0136
250.459.000
1/1
254.996.000
i5 = - 1 = 0,0044
253.871.000
1/1
256.096.000
i6 = - 1 = 0,0043
254.996.000
Si 0,0817
Jadi i = =
6 6
= 0,0136
1/1
16.999.172
i1 = - 1= 0,0511
16.172.175
1/1
17.131.456
i2 = - 1= 0,0078
16.999.172
1/1
17.831.729
i3 = - 1 = 0,0409
17.131.456
1/1
18.103.456
i4 = - 1 = 0,0152
17.831.729
1/1
18.966.721
i5 = - 1 = 0,0477
18.103.456
1/1
19.431.007
i6 = - 1 = 0,0245
18.966.721
Si 0,1872
Jadi i = =
6 6
= 0,0312
5
Mencari angka pertumbuhan penduduk regional.
1/1
4.576.075
i1 = - 1= 0,0589
4.321.669
1/1
4.876.336
i2 = - 1= 0,0656
4.576.075
1/1
4.899.966
i3 = - 1 = 0,0048
4.876.336
1/1
4.913.450
i4 = - 1 = 0,0028
4.899.966
1/1
5.121.455
i5 = - 1 = 0,0423
4.913.450
1/1
5.321.456
i6 = - 1 = 0,0391
5.121.455
Si 0,2135
Jadi i = =
6 6
= 0,0356
1/1
685.413
i1 = - 1= 0,021
671.321
1/1
699.012
i2 = - 1= 0,0198
685.413
1/1
703.213
i3 = - 1 = 0,006
699.012
1/1
711.456
i4 = - 1 = 0,0117
703.213
1/1
713.571
i5 = - 1 = 0,003
711.456
1/1
719.456
i6 = - 1 = 0,0082
713.571
Si 0,0697
Jadi i = =
6 6
= 0,0116
6
n
Untuk perkiraan jumlah penduduk nasional: Pn Po(1 0,0136 )
n
Untuk perkiraan jumlah penduduk regional: Pn Po(1 0,0356 )
n
Untuk perkiraan jumlah penumpang datang dan berangkat nasional: Pn Po(1 0,0312 )
n
Untuk perkiraan jumlah penumpang datang dan berangkat regional: Pn Po(1 0,0116 )
Tabel 2.5. Hasil Perhitungan dengan Indeks Perbandingan untuk Perkiraan Penumpang yang Datang dan
Berangkat untuk Nasional dan Regional
Pn Po n.r r
Po Pn
n
Dimana:
Pn = Jumlah penumpang yang diproyeksikan pada tahun ke – n
Po = Jumlah penumpang pada (awal tahun) tahun ke - 0
r = Pertumbuhan penumpang dalam 1 tahun
n = Jumlah tahun/banyak tahun penelitian
7
Tabel 2.6. Perhitungan Metode Aritmatik untuk Nasional
Sr' 3.258.832
r 543.138,667
6 6
8
Tabel 2.8. Perhitungan Metode Aritmatik untuk Regional
Sr' 48.135,000
r 8.022,500
6 6
9
2.3. Metode Geometrik
Perhitungan dari Metode geometrik adalah sebagai berikut.
1/n
Pn
Pn Po 1 r n r 1
Po
Dimana:
Pn = Jumlah penumpang yang diproyeksikan pada tahun ke – n
Po = Jumlah penumpang pada (awal tahun) tahun ke - 0
r = Pertumbuhan penumpang dalam 1 tahun
n = Jumlah tahun/banyak tahun penelitian
Sr' 0,0857
r 0,0143
6 6
10
Tabel 2.11. Hasil Perhitungan Metode Geometrik untuk Nasional
Sr' 0,0377
r 0,0063
6 6
11
Tabel 2.13. Hasil Perhitungan Metode Geometrik untuk Regional
Sy Sxy
y' a bx a dan b
n
2
Sx
Dimana:
y’ = Jumlah penumpang yang diproyeksikan pada tahun ke – n
x = Parameter
n = Tahun pengamatan
a+b = Konstanta
12
Tabel 2.14. Faktor-Faktor Forecasting untuk Penumpang Datang dan Berangkat Nasional
Sy 124.635.716
a = = 17.805.102,2857
n 7
Sxy 14.683.594
b 2
= = 524.414.,0714
Sx 28
Sehingga persamaan di atas menjadi:
y = 17.805.102,2857 + 524.414.,0714 x
13
Tabel 2.16. Faktor-Faktor Forecasting untuk Penumpang Datang dan Berangkat Regional
Sy 4.903.442
a = = 700.491,7143
n 7
Sxy 213.165
b 2
= = 7.613,0357
Sx 28
Sehingga persamaan di atas menjadi:
y = 700.491,7143 + 7.613,0357 x
14
Kesimpulan
Tabel 2.18. Hasil Forecasting dari Berbagai Metode Perhitungan untuk Proyeksi Penumpang Datang dan Berangkat
15
GRAFIK HASIL FORECASTING DARI BERBAGAI METODE PERHITUNGAN
UNTUK PROYEKSI PENUMPANG DATANG DAN BERANGKAT NASIONAL
50,000,000
45,000,000
40,000,000
35,000,000
30,000,000
25,000,000
Metode Indeks Perbandingan
20,000,000 Metode Aritmatik
Metode Geometrik
15,000,000
Metode Least Square
10,000,000
5,000,000
0
2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040
1,100,000
1,000,000
900,000
800,000
700,000
600,000
500,000
Metode Indeks Perbandingan
Metode Aritmatik
400,000
Metode Geometrik
300,000 Metode Least Square
200,000
100,000
0
2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040
16
BAB III
FORECASTING PERGERAKAN PESAWAT
PADA JAM SIBUK/PUNCAK (PEAK HOUR)
Forecasting transit sebesar 25% dari jumlah penumpang pada tahun 2039
25% dari jumlah penumpang pada tahun 2039 adalah:
(25% * 1.005.698) + 1.005.698 = 1.257.122 Orang
Jumlah pesawat yang diperlukan dari perkiraan pada tahun 2039 adalah:
Jumlahpenumpangpada 2039 1.257.122
= = 7.619 Orang
Penumpangsetiap pesawat rata rata 165
Oleh karena anggapan bahwa jumlah pesawat yang datang dan berangkat adalah sama, sehingga total
pergerakan pesawat tahunan adalah setengahnya.
Total Pergerakan Pesawat = 0,5 * 7.619 = 3.809,4617 Pesawat
Dari berbagai arah tujuan dan komposisi pesawat yang diramalkan prosentase Annual Departure:
Bulan tersibuk
A = = 9%
Tahun tersibuk
17
Hari tersibuk
B = = 4%
Bulan tersibuk
Jam tersibuk
C = = 15%
Hari tersibuk
F = A . B . C = 9% . 4% . 15% = 0,00054%
18
BAB IV
WINDROSE
Data: Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara by Robert Horonjeff / Francis x Mc. Kelvey
Dalam perencanaan diambil pesawat yang mempunyai Runway terpanjang adalah jenis pesawat DC. 10-30
dan B 747 B yaitu:
Lo = 11.000 * 0,3048
= 3.352,80 meter
19
Berdasarkan kelas bandara, dapat ditentukan besarnya Cross Wind, yaitu seperti tabel di bawah ini.
20
Menentukan Usability
Perhitungan besarnya usability dilakukan dengan suatu percobaan.
Dari percobaan didapatkan usability dengan nilai tertinggi yaitu 69,40% dengan arah NW (3150) - SE (1350).
KODE RUNWAY, Untuk Kode Runway adalah kebalikan dari Azimuth Geografis
Azimuth:
21
4.2. Menentukan Arah Take Off/Landing
Arah Runway untuk dominan Take Off and Landing dari pesawat, dilihat pada banyaknya prosentase angin
yang bertiup dari kedua arah Runway tersebut, yaitu:
22
23
BAB V
Terdapat banyak konfigurasi landasan pacu (Runway), kebanyakan merupakan kombinasi dari beberapa
konfigurasi dasar.
Rapat Merenggang
Gambar 5.3. Landasan Pacu Dua Jalur Sejajar Ambang Tidak Rata
24
Landasan Pacu bersilang / berpotongan
Landasan pacu yang berptongan perlu apabila terdapat angin yang relatif kuat yang bertiup lebih dari satu
arah, yang mengakibatkan angin sisi (cross wind) yang berlebihan apabila hanya satu landasan pacu yang
disediakan. Apabila tiuapan angin relatif lemah, kedua landasan dapat digunakan secara bersamaan.
Kapasitas tertinggi dicapai apabila titik potong terletak dekan dengan ujung lepas landas dan ambang
pendaratan.
25
a. Koreksi terhadap ketinggian/elevasi
E 120
L 1 Lo 1 7% . L 1 3.353,00 1 7% .
300 300
L 1 3.446,8840 Meter
L 3 3.708,3618 Meter
d. Rekomendasi dari ICAO
Perpanjangan untuk slope way pada kedua ujung landasan, stop way untuk bandara kelas A adalah Ls = 60
meter.
L 4 L 3 2 Ls L 4 L 3 2 Ls
L 4 3.828,3618 Meter
26
BAB VI
Lokasi taxi way ditentukan oleh titik sentu pada waktu mendarat pada landasan dan kekuatan pesawat pada
waktu mendarat. Letaknya adalah jari dari Threshold ke lokasi sampai perlambatan terakhir pesawat atau Turn
Off (D).
2 2
S1 S 2
D
2.a
Dimana:
D = Jarak Touch Down ke titik A (m)
S1 = Kecepatan Touch Down (m/dt)
S2 = Kecepatan awal saat meninggalkan landasan (m/dt)
a = Perlambatan (m/dt2)
Panjang D merupakan panjang standar, maka perlu dikonvirmasikan pada lapangan tersebut terhadap elevasi,
temperatur dan gradien. Karena direncanakan pada komposisi pesawat yang dominan untuk Kategori A yaitu
B 747 - B dan DC 10 - 30, maka penempatan lokasi Exit Taxi Way didasarkan pada Kategori Design Group
seperti pada Tabel 6.1.
27
Catatan:
Kecepatan pesawat pada waktu Touch Down dianggap rata-rata 1,3 kali kecepatan stall, pada konvigurasi
pendaratan dengan rata-rata berat pendaratan kotor adalah 25% dari maximum.
Kecepatan Stall adalah kehilangan kecepatan yang dibutuhkan untuk mempertahankan ketinggian.
2 2
S1 S 2 672 272
D = 1.253,33 meter = 1.254,00 meter
2.a 2.1,5
Panjang D sebesar 1.254 m mulai dari pesawat udara DC - 10 . 30 atau B. 747 - B touch down dihitung
berdasarkan kondisi standar, sehingga perlu konversi terhadap elevasi, temperatur dan gradien.
a. Konversi Ketinggian
Elevasi bandara = 120 meter
Panjang D ditambah 7% per 300 m setiap kenaikan muka air laut.
120
D1 1.254,00 1 7% .
300
D1 = 1.289,1120 meter
b. Konversi temperatur
Perpanjangan sekitar 1% untuk kenaikan 1oC diukur dari 15oC
Temperature Reference (Tr) = 30oC
Kenaikan temperatur (To) = 4o C
D 2 1.289,1120 1 0,018 . 4,0
D2 = 1.381,9280 meter
c. Konversi Gradien
D 3 1.381,9280 1 0,2 . 0,018
D3 = 1.386,9030 meter
D total = D0 + D3
= 450 + 1.386,9030
= 1.836,9030 meter
= 1.837,00 meter
28
BAB VII
EXIT TAXIWAY
Taxiway dipakai untuk pembelokan pesawat dari Runway, seringkali sudut Taxiway Runway sebesar 90o, hal ini
berakibat jarak taxing pendek tapi pesawat hanya dapat membelok jika kecepatan relatif rendah.
Sudut serong taxiway yang baik terhadap runway adalah 30o, agar pesawat yang baru saja landing dapat
secepatnya meninggalkan runway dengan kecepatan yang cukup tinggi, yaitu 60 - 65 mil/jam.
HOLDING APRON
Pada ujung Runway, Taxiway sering dibuat lebar. Badan itu dinamakan "Holding Apron" yang dapat menampung
sekaligus 2 - 3 pesawat yang berhenti untuk menunggu giliran take off.
29
Gambar 7.1. Dimensi Holding Apron
Tabel 7.2. Pesawat yang Akan Parkir pada Apron Saat Jam Puncak
TURNING RADIUS
Wing Span
TR Wheel Base . Tan 30
2
31
Gambar 7.2. Turning Radius Pesawat Boeing 747
Untuk perencanaan apron, tergantung dari tipe terminal building yang kita inginkan, dimana dalam perencanaan
ini akan dibuat dua alternatif terminal building.
32
ALTERNATIF - I (Tipe Dermaga)
Konsep dermaga mempunyai pertemuan dengan pesawat di sepanjang dermaga yang menjulur dari daerah
terminal utama. Letak pesawat biasanya diatur mengelilingi sumbu dermaga dalam suata pengaturan sejajar
atau hidung pesawat mengarah ke terminal (nose in).
33
Karena bentuk terminal building adalah konsep dermaga, maka design apron adalah sebagai berikut.
34
Gambar 7.5. Desain Apron Alternatif - II (Tipe Transporter)
Kesimpulan:
Dalam perencanaan ini untuk desain Terminal Building dan Apron diambil dari Alternatif - I (Tipe dermaga),
karena desain ini dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan penumpang menuju terminal, maupun menuju
pesawat bagi penumpang yang datang maupun berangkat.
35
BAB VIII
Dalam rancangan lalu lintas pesawat, perkerasan harus dapat mempunyai bermacam jenis pesawat yang
melaluinya yang mempunyai type pendaratan berbeda (roda yang berbeda-beda dan berlainan beratnya.
Pengaruh dari semua jenis model lalu lintas pesawat dikonversikan ke dalam "Pesawat Rencana" dengan
Equivalent Annual Departure dari bermacam-macam jenis pesawat tersebut.
Rumus Konversi:
1/ 2
W
Log R 1 Log R 2 2
W1
Dimana:
R1 = Eqivalen Annual Departure Pesawat Rencana
R2 = Annual Departure pesawat campuran dinyatakan dalam roda pendaratan pada pesawat rencana
W1 = Beban roda dari pesawat rencana
W2 = Beban roda dari pesawat yang direncanakan
36
Tabel 8.2. Hubungan antara Harga CBR dengan Klasifikasi Subgrade (FAA)
Sumber : "Merancang, Merencana Lapangan Terbang" Ir. Heru Basuki Hal. 293
37
FLEXIBLE PAVEMENT
38
39
SKETSA PERKERASAN
40
BAB IX
FASILITAS BANDARA
Selain apron, landasan pacu dan taxiway, banda udara juga memerlukan beberapa macam fasilitas yang juga
sangan penting, yaitu.
1. Lapangan Parkir
Lapangan / tempat parkir kendaraan yang digunakan untuk:
a. Kendaraan pengunjung yang menemani penumpang.
b. Kendaraan pengunjung bandara untuk rekreasi.
c. Kendaraan karyawan Bandar Udara
d. Taxi, Rental Mobil.
e. Kendaraan orang yang berkepentingan dengan usaha Bandar Udara.
Dalam perencanaan tempat parkir, prioritas penggunaan diberikan pada parkir short time (waktu yang
singkat), sehingga tidak memerlukan tempat parkir yang luas.
Jumlah kendaraan keluar masuk tempat parkir pada jam sibuk bisa ditentukan dengan membagi ramalan
peningkatan penumpang di saat jam-jam sibuk dengan pengisian kendaraan.
41
2. Perhitungan Terminal Building
Pada perhitungan terdahulu didapat jumlah pesawat pada jam sibuk adalah 3 pesawat dan jumlah
penumpang rata-rata setiap pesawat adalah 165 pax/air craft, sehingga didapat jumlah penumpang pada
saat jam sibuk yaitu: 495 orang.
495
F 4,95
100
42
Dimana estimasi kebutuhan luas bangunan terminal per 100 penumpang (Typical Peak Hours) adalah
sebagai berikut.
43
3. Fasilitas Bandar Udara Lainnya
Ada beberapa faktor yang menunjang dilaksanakannya cara flexible pavement, yaitu.
1. Bahan-bahan murah dan mudah diperoleh.
2. Biayanya lebih murah jika dibandingkan cara Rigid Pavement.
3. Memanfaatkan tenaga kerja setempat, yang berarti mengurangi pengangguran di daerah tersebut.
4. Tidak mempengaruhi jumlah konsumsi barang yang dijumlahkannya sangat terbatas untuk daerah
tersebut karena sulitnya hubungan dengan daerah lain.
5. Tenaga ahli setempat mampu melaksanakan pekerjaan tersebut sehingga tidak perlu mendatangkan
pekerja dari luar.
6. Alat-alat berat tersebut dapat dipergunakan
44
Sedangkan bila dilaksanakan dengan cara Rigid Pavement akan menimbulkan hal-hal sebagai berikut.
45