Anda di halaman 1dari 26

BLOK SISTEM SPECIAL SENSE

MODUL 2
“BINTIL DI WAJAH”

Disusun oleh:

Nama : Elpis Husain


No. Stambuk : 12 777 029
Kelompok : IV (Empat)
Pembimbing :1. dr. Nur Rahmah S.Mathar, M.kes Sp.KK
2. dr. Tiara Meirani Savista Hamid

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

1
PALU
2015
BAB I
PENDAHULUAN

MODUL 2
BINTIL DI WAJAH

A. Skenario
Seorang laki-laki 17 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan bintil
kemerahan pada daerah wajah yang telah dialami sejak 1 bulan yang lalu.
Riwayat keluarga menderita penyakit yang sama tidak ada. Hasilpemeriksaan
laboratorium dalam batas normal

B. Kata kunci
- Laki-laki 17 tahun
- Bintil merah pada wajah
- Sejak 1 bulan
- Riwayat keluarga (-)
- Pemeriksaan laboratorium (-)

C. Pertanyaan
1. Jelaskan anatomi, fisiologi dan histologi kulit?
2. Bagaimana mekanisme bintil kemerahan pada wajah?
3. Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan keluhan bintil kemerahan
pada wajah?
4. Apa diagnosis differesial dari skenario?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi & Histologi Kulit


Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh
yang merupkan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya
sekitar 16% berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7-3,6 kg dan luasnya
sekitar 1,5-1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0.5 mm sampai
6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. kulit tipis terletak pada
kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas.
Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung
dan bahu (Harien, 2010).
Kulit memiliki fungsi melindungi bagian tubuh dari berbagai macam
gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui
sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara
terus menerus (keratinasi dan pelepasan sel-sel kulit ari yang sudah mati),
respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat serta
pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultra
violet matahari (Harien, 2010).
Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar dan seperti
jaringan tubuh lainnya, kulit juga benapas (respirasi), menyerap oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida. Kulit menyerap oksigen yang diambil lebih
banyak dari aliran darah, begitu pula dalam mengeluarkan karbondioksida
yang lebih banyak dikeluarkan melalui aliran darah. Kecepatan penyerap
oksigen ke dalam kulit dan pengeluaran karbondioksida dari kulit tergantung
pada banyak factor di dalam maupun di luar kulit, seperti temperature udara
atau suhu, komposisi gas di sekitar kulit, seperti temperature udara atau suhu,

3
komposisi gas sekitar kulit, kelembaban udara kecepatan aliran darah ke kulit,
tekanan gas di dalam darah kulit, penyakit-penyakit kulit, usia, keadaaan
vitamin dan hormon dikulit, perubahan dalam metabolisme sel kulit dan
penakaian bahan kimia pada kulit.
Sifat-sifat anatomis dan fisiologis kulit diberbagai daerah tubuh sangat
berbeda. Sifat-sifat anatomis yang khas berhubungan erat dengan tuntutan-
tuntutan faal yang berbeda di masing-masing daerah tubuh, seperti halnya
kulit di telapak tangan, telapak kaki, kelopak mata, ketiak dan bagian lainnya
merupakan pencerminan penyesuaiannyakepada fungsi masing-masing.
Pada permukaan kulit terlihat adanya alur-alur garis-garis halus yang
membentuk pola yang berbeda di berbagai daerah tubuh serta bersifat khas
bagi setiap orang, seperti yang ada pada jari-jari tangan, telapak tangan dan
telapak kaki atau dikenal dengan pola sidik jari (dermatoglifi). Dalam tata
kecantikan, perawatan kulit dan wajah menjadi penekanan utama untuk
mendapatkan penampilan yang menarik. Keseluruhan badan atau tubuh kita,
harus dirawat dengan baik dan dijaga agar selalu bersih, sehat, lembut, segar
dan cantik. Khusus yang berkaitan dengan badan, semua wanita
menginginkan bentuk tubuh yang ideal, yaitu tubuh yang langsing, padat,
indah dan dapat disempurnakan dengan penampilan kulit yang sehat.
Kita perlu memberikan perhatian khusus dalam perwatan kulit karena
kita hidup di Negara yang beriklim tropis yang selalu berudara panas, dan
kulit merupakan pertahanan pertama terhadap lingkungan sekitar kita, juga
kulit kita paling banyak diganggu oleh sengatan sinar matahari dan kotoran
keringat badan. Sejalan dengan perkembangan usia, ketika kondisi tubuh
menurun, kulit tidak hanya menjadi kering tapi juga suram dan berkeriput.
Keadaan ini makin mudah terjadi setelah melewati usia tiga puluhan. Saat itu
fungsi kelenjar minyak mengendur, sehingga kulit terasa lebih kering
dibandingkan dengan sebelumnya.

1. Struktur Kulit

4
Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu : kulit ari (Epidermis),
sebagai lapisan yang paling luar, kulit jangat (Dermis, Korium atau Kutis)
dan jaringan penyambung dibawah kulit (Tela Subkutanae, Hipodermis
atau Subkutis). Sebagai gambaran, penampang lintang dan visualisasi
struktur lapisan kulit tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

Rambut pada kulit dan kelenjar sebacea yang membuat rambut berlemak

Gambar :

5
a. Kulit Ari (Epidermis)
Epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling
menarik untuk diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik
dipakai pada bagian epidermis. Ketebalan epidermis berbeda-beda
pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter
misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis
berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan
perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit. Epidermis melekat erat
pada dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat
makanan dan cairan antara sel dari plasma yang merembes melalui
dinding-dinding kapiler dermis kedalam epidermis. Pada epidermis
dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu :
1) Lapisan Tanduk (Stratum Corneum) yaitu merupakan epidermis
yang paling atas, dan menutupi semua lapisan epiderma lebih ke
dalam. Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis sel pipih, tidak
memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak
berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Pada telapak tangan
dan telapak kaki jumlah baris keratinosit jauh lebih banyak,
karena di bagian ini lapisan tanduk jauh lebih tebal. Lapisan
tanduk ini sebagian besar terdiri atas keratin yaitu sejenis protein
yang tidak larut dalam air dan sangat sesisten terhadap bahan-
bahan kimia. Lapisan ini dikenal dengan lapisan horny, terdiri dari
milyaran sel pipih yang mudah terlepas dan digantikan oleh sel
biasanya hanya 28 hari. Pada saat terlepas, kondisi kulit akan

6
terasa sedikit kasar sampai muncul lapisan baru. Proses
pembaruan lapisan tanduk terus berlangsung sepanjang hidup,
menjadikan kulit ari memiliki self repairing capacity atau
kemampuan memperbaiki diri. Bertambahnya usia dapat
menyebabkan proses keratinasasi berjalan lebih lambat. Ketika
usia mencapai sekitar 60 tahunan, proses keratinisasi,
membutuhkan waktu sekitar 45-50 hari, akibatnya lapisan tanduk
yang sudah menjadi lebih kasar, lebih kurang, lebih tebal, timbul
bercak-bercak putih karena melanosit lambat bekerja dan
penyebaran melanin tidak lagi merata serta tidak lagi cepat
digantikan oleh lapisan tanduk baru. Daya elastisitas kulit pada
lapisan ini sangat kecil, dan lapisan ini sangat efektif untuk
mencegahterjadinya penguapan air, lapisan-lapisankulit lebih
dalam sehingga mampu memelihara tonus dan turgor kulit dan
memiliki daya serap air yang cukup besar.
2) Lapisan Bening (Stratum Lucidum) disebut juga lapisan barrier,
terletak tepat bawah lapisan tanduk, dan dianggap sebagai
penyambung lapisan tanduk dengan lapisan berbutir. Lapisan
bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis
dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus
cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan
telapak kaki. Proses kreatinisasi dari lapisan bening.
3) Lapisan Berbutir (Stratum Granulosum) tersusun oleh sel-sel
keratinosit berbentuk kumparan yang mengandung butir-butir
didalam protoplasmanya, berbutir kasa dan berinti mengerut.
Lapisan ini tampak paling jelas pada kulit telapak tangan dan
telapak kaki.
4) Lapisan Bertaju (Stratum spinosum) disebut juga lapisan
malphigi terdiri atas sel-sel yang paling berhubungan dengan
perantaraan jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus. Jika

7
sel-sel lapisan saling berlepasan, maka seakan-akan selnya bertaju.
Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut
protein. sel-sel pada lapisan taju normal tersusun menjadi
beberapa baris. Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut
banyak ( polygonal), dan makin kea rah permuakaan kulit makin
besar ukurannya. Di antara sel-sel taju terdapat celah antara sel
halus yang berguna untuk peredaran cairan jaringan ekstraseluler
dan pengantaran butir-butir melanin. Sel-sel di bagian lapisan taju
yang lebih dalam, banyak yang berada dalam salah satu tahap
mitosis. Kesatuan lapisan taju mempunyai susunan kimiawi yang
khas sel dalam bagian basal lapis tahu mengandung kolesterol,
asam amino dan glutation.
5) Lapisan Benih (Stratum Germinativum atau Stratum Basale)
merupakan lapisan terbawa epidermis, dibentuk oleh satu baris sel
torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap
permukaan dermis. Atlas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu
dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur
halus yang membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina
basalis cukup besar terhadap pengaturan metabolism demo-
epidermal dan fungsi-fungsi vital kulit. Di dalam lapisan inisel-sel
epidermis bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi
bergeser kelapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk.
Di dalam lapisan benih terhadap benih terhadap pula sel-sel
bening (clear cells, melanoblas atau melanosit) pembuat pigmen
melanin kulit.
b. Kulit Jangat (Demis)
Kulit jangat atau dermis menjadi temoat untuk saraf perasa,
tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-
kelenjar palit atau kelenjat minyak, pembuluh-pembuluh darah dan
getah bening, dan otot penegak rambut (Musculus arektor pili).

8
Didalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu
kelenjar keringat dan kelenjar palit.
1) Kelenjar Keringat, kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian
yang melingkar) dan duet yaitu saluran semacam pipa yang
bermuara pada permukaan kulit membentuk pori-pori keringat.
Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih
banyak terdapat di permukaan telapak tangan, telapak kaki, kening
dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan
membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh.
Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan jasmani,
emosi dan obat-obat tertentu. Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu
:
a. Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi
cairan jernih yaitu keringat yang mengandung 95-97 persen
air dan mengandung beberapa mineral seperti garam, sodium
klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari
metabolism seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh
kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak kaki sampai ke
kulit kepala. Jumlahnya di seluruh badan sekitar dua juta dan
menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam pada
orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat ekrinlangsing,
bergulang-gulang dan salurannya bermuara langsung pada
permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.
b. Kelnjar Keringat Apokrin, yang hanya terdapat di daerah
ketiak, putting susu, pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar
dubar (Anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental,
berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang.
Sel kelenjar inimudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat
menimbulkan bau. Muaranya berdekatan dengan muara
kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut. Kelenjar

9
keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya
sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar
apokrin ini mulai aktif setelah usia akil baligh dan aktivitas
kelenjar ini di pengaruhi oleh hormone.

2) Kelenjar Palit, kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat
berdekatan dengan kandung rambut terdiri dari gelembung-
gelembung kecil yang bernuara ke dalam kandung rambut
(Folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki
kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk
sebum atau urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak
kaki, kelenjar palit terdapat disemua bagian tubuh terutama pada
bagian muka. Pada umumnya, satu batang rambut hanya
mempunyai satu kelenjar palit atau kelenjar sebacsea yang
bermuara pada saluran folikel rambut. Pada kulit kepala, kelenjar
palit atau kelenjar sebacea menghasilkan menghasilkan minyak
untuk melumasi rambut dan kulit kepala. Pada kebotakan orang
dewasa di temukan bahwa kelenjar palit atau kelenjar sebacea
membesar sedangkan folikel rambut mengecil. Pada kulit badan
termasuk pada bagian wajah, jika produksi minyak dari kelenjar
palit atau kelenjar sebacea berlebihan, maka kulit akan lebih
berminyak sehingga memudahkan timbulnya jerawat.
c. Jaringan Ikat atau Hipodermis
lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh
darah dan limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan
kuit. Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju
lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai
bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian
dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan.
Katebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur

10
tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak
mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah
kulit juga menurun. Bagian tubuh yang sebelumnya berisi banyak
lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan mengendur serta
makin kehilangan kontur.

B. Fungsi Kulit
Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut :
a. Pelindung atau Proteksi
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi
jaringan-jaringan tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari
pengaruh-pengaruh luar seperti luka dan serangan kuman. Lapisan
paling luar dari kulit ari di selibungi dengan lapisan tipis lemak, yang
menjadikan kulit tahan air. Kulit dapat menahan suhu tubuh, menahan
luka-luka kecil, mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh
serta menghalau rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultra violet dari
matahari.

11
Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara
sebagai berikut :
1. Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas dan
zat kimia. Keratin merupakan struktur yang keras, kaku dan
tersusun rapid dan erat seperti batu bata di permukaan kulit.
2. Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan
kulit dan dehidrasi selain itu dapat mencegah masuknya air dari
lingkungan luar tubuh melalui kulit.
3. Sabum yang berminyak dari kelenjar sebacea mencegah kulit dan
rambut dari kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang
berfungsi membunuh bakteri di permukaan kulit. Adanya sebum
ini bersamaan dengan ekresi keringat yang menghasilkan mantel
asam dengan kadar pH 5-6.5 yang mampu menghambat
pertumbukan mikroba.
4. Pigmen melanin melindungi dari efek sina UV yang berbahaya.
Pada stratum basal, sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin
ke sel-sel di sekitarnya. Pigmen ini bertugas melindungi materi
genetik dapat tersimpan dengan baik. Apabila terjadi gangguan
pada proteksi oleh melanin maka dapat timbul keganasan.
5. Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang
protektif. Pertama adalah sel Langerhans, yang mempersentasikan
antigen terhadap mikroba. Kemudian ada sel pagosit yang
bertugas memfagositosis mikroba yang masuk melawati keratin
dan sel Langerhans.
b. Fungsi Absorpsi

Kulit tidak bisa menyerap air. Tetapi bisa menyerap material


larut lemak seperti Vitamin A, vitamin D, vitamin E dan vitamin K,
obsat-obatan tertentu, oksigen dan karbondiosida. Permeabilitas kulit
terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit
ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Selain itu beberapa

12
material toksik dapat di serap seperti aseton dan merkuri. Obat-obatan
yang larut dalam lemak seperti kartison yang mampu berpenetrasi ke
kulit dan melepaskan antihistamin di tempat peradangan. Kemampuan
absorbs kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembaban, metabolism dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat
berlangsung melalui celah antar sel atau melalui muara saluran
kelenjar tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis dari pada
yang melalui muara kelenjar. Hormone yang terdapat dalam krim
muka dapat masuk melalui kulit dan mempengaruhi lapisan kulit pada
tingkatan yang sandat tipis. Penyerapan terjadi melalui muara kandung
rambut dan masuk ke dalam saluran kelenjar palit, merembes melalui
dinding pembuluh darah ke dalam peredaran darah kemudian ke
berbagai organ tubuh lainnya.

c. Fungsi Pengatur Suhu Tubuh atau Thermoregulasi


Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang
larut dalam lemak dapat di serap ke dalam kulit dan mempengaruhi
lapisan kulit pada tingkatan yang sangat tipis. Penyerapan terjadi
melalui muara kandung rambut dan masuk ke dalam saluran kelenjar
palit, merembes melalui dindign pembuluh darah ke dalam peredaran
darah kemudian ke berbagai organ tubuh lain yang mengatur suhu
tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh kapiler serta melalui
respirasi yang keduanya di pengaruhi saraf otonom. Tubuh yang sehat
neniliki suhu yang sehat memiliki suhu tetap kira-kira 98,6 derajat
farenheit atau sekitar 36,5 dejarat celcius. Ketika terjadi perubahan
pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat kulit mengadakan
penyesuaian seperlunya dalam fungsinya masing-masinhg. Pengatur
panas adalah salah satu fungsi kulit sebagai organ antara tubuh dan
lingkungan. Panas akan hilang penguapan keringat.
d. Fungsi Pengeluaran (Ekskresi)

13
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari
kelenjar-kelenjar keringat yang di keluarkan melalui pori-pori keringat
dengan membawa garam, yodium dan zat kimia lainnya. Air yang di
keluarkan melalui kulit tidak saja di salurkan melalui keringat tetapi
juga melalui penguapan air transepidrrmis sebagai pembentukan
keringat yang tidak disadari. Kulit jugfa berfungsi dalam
eksresidengan perantaraan dua kelenjar eksokrinnya yaitu kelenjar
sabacea dan kelenjar keringat.
1. Kelenjar Sebacea
Kelenjar sebacea merupakan kelenjar yang melekat pada
folikel rambut dan melepaskan lipid yang di kenal sebagai sebum
menuju lumen. Sebum di keluarkan ketika musculus arektor pili
berkontraksi menekan kelenjar sabacea sehingga sebum di
keluarkan ke folikel rambut lalu ke permukaan kulit. Sebum
tersebut merupakan campuran dari trigliserida, kolesterol, protein
dan elektrolit. Sebum berfungsi menghambat pertumbuhan
bakteri, melumasi dan memproteksi keratin.
2. Kelenjar Keringat
Walaupun Startum korneum kadap air, namun sekitar 400 ml
air dapat keluar dengan cara menguap melalui kelenjar keringat
tiap hari. Seorang yang bekerja dalam ruangan mengeksresikan
200 ml keringat tambahan, bagi orang yang aktif jumlahnya lebih
banyak lagi. Selain mengeluarkan air dan panas, keringat juga
merupakan sarana untuk mengeksresikan garam, karbondioksida
dan dua molekul organic hasil pemecahan protein yaitu apokrin
dan merokrin.
a. Kelenjar keringat apokrin
Terdapat di daerah aksila, payudara dan pubis sertaaktif
pada usia pubertas dan menghasilkan secret yang kental dan
bau khas, kelenjar keringat apokrin bekerja ketika ada sinyal
dari system dan hormone sehingga sel-sel mioepitel yang ada

14
di sekeliling kelenjar berkonsentrasi dan menekan kelenjar
keringat apokrin. Akibatnya kelenjar keringat melepaskan
sekretnya ke folikel rambut lalu ke permukaan luar.
b. Kelenjar Keringat Merokrin (Ekrin)
Terdapatdi daerah telapak tangan dan kaki. Sekretnya
mengandung air, elektrolit, nutrient oeganik dan sampah
metabolism. Kadar pHnya berkisar 4.0-6,8. Fungsi dari
kelenjar keringat merokrin adalah mengatur temperature
permukaan, mengekresikan air dan elektrolit serta melindungi
dari agen asing dan menghasilkan dermicidin, sebuah peptide
kecil dengan sifat antibiotic
e. Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis. Terhadap rangsangan panas di perankan oleh badan-badan
ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-
badan ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin di perankan oleh
badan-badan Krause yang terletak di dermis badan taktil meissner
terletak di papilla dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula
badan markel ranvier yang terletak di epidermis, sedangkan terhadap
tekanan di perankan oleh badan paccini di epidermis. Saraf-saraf
sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotic. Kulit
sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang berhubungan
dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan dan getaran.
Kulit sebagai alat perasa di rasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi.
f. Fungsi Pembentukan Pigmen (Melanogenesis)
Sel pembentukan pigmen kulit (melanosit) terletak di lapisan
asal epidermis. Selini berasaldari rigi saraf jumlahnya 1:10 dari sel
basal. Jumlah melanosit serta jumlah dan besarnya melanin
yangberbentuk menentukan warna kulit. Melanin di buat dari jenis
protein. Tirosin dengan bantuan enzim tirosinase di dalam melanosom
dalam badan sel melanosit. Pajanan sinar matahari mempengaruhi

15
produksi melanin. Bila pajanan bertambah, produksi melanin akan
meningkat. Pigmen di sebarkan ke dalam lapisan atas sel epidermis
melalui tangan-tangan yang mirip kaki cumi-cumi pada melanosit,
kearah dermis pigmen di sebar melalui melanofag. Selain oleh pigmen
warna kulit di bentuk pula oleh tebal tipisnya kulit.
g. Fungsi Kreatinisasi
Lapisan epidermis kulit orang dewasa mempunyai tiga jenis sel
utama yaitu keratinosit, melanosit dan sel Langerhans. Kretinase di
mulai dari sel basal yang kuboid bermitosis ke atas berubah bentuk
lebih polygonal yaitu sel spinosum, terangkat lebih ke atas menjadi
lebih gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Kemudian sel
tersebut terangkat ke atas lebih gepeng dan granula serta intinya hilang
menjadi sel spinosum dan akhirnya sampai di permukaan kulit
menjadi sel yang mati, protoplasmanya mongering menjadi keras,
gepeng tanpa inti yang di sebut sel tanduk, sel tanduk secara kotinu
lepas dari permukaan kulit dan di ganti oleh sel yang terletak di
bawahnya. Proses kreatinase sel dari sel basal sampai sel tanduk
berlangsung selama 14-21 hari. Proses ini berlangsung terus menerus
dan berguna untuk fungsi rehabilitasi kulit agar selalu dapat
melaksanakan fungsinya secara baik. Pada beberapa macam penyakit
kulit proses ini tergantung sehungga kulit akan terlihat besisik, tebal
dan kering.
h. Fungsi Pembentukan Vitamin D
Sintesis vitamin D di lakukan dengan mengaktivitas precursor
7 dihidroksi kolesterol dngan bantuan sinar ultra violet. Enzim di hati
dan ginjal lalu memodifikasi precursor dan menghasilkan calcitriol,
bentuk vitamin D yang aktif. Calcitrol adalah hormone yang berperan
dalam mengabsorpsi kalsium makanan dari traktus gastrointestinal ke
dalam pembuluh darah. Walaupun tubuh mampu memproduksi
vitamin D sendiri, namun belum memenuhi kebutuhan tubuh secara

16
keseluruhan sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap di
perlukan. Pada manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi
karena adanya pembuluh darah, kelenjar keringat dan otot-otot di
bawah kulit.

C. Diagnosis Diferensial
1. AKNE VULGARIS
BATASAN
Akne vulgaris adalah peradangan menahun yang mengenai folikel pilosebasea
yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista. Pada
tempat predileksi di muka, leher, bahu, lengan atas, dada dan punggung.
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
1. Perubahan pola keratinisasi dalam folikel. Keratinisasi dalam folikel yang
biasanya longgar berubah menjadi padat sehingga sukar lepas dari saluran
folikel tersebut.
2. Produksi sebum yang meningkat, menyebabkan peningkatan unsur
komedogenik dan inflamatogenik penyebab terjadi akne.
3. Terbentuknya fraksi asam lemak bebas penyebab terjadinya proses
inflamasi dalam sebum dan kekentalan sebum yang penting pada patogenesis
penyakit.
4. Peningkatan jumlah flora folikel (Propionibacterium acnes, Staphylococcus
epidermidis, Pityrosporum ovale dan Pityrosporum orbiculare) yang berperan
pada proses kemotatik inflamasi serta pembentukan enzim lipolitik pengubah
fraksi lipid sebum.
5. Terjadinya respon hospes berupa pembentukan circulating antibodies yang
memperberat akne.
6. Hormon

17
Hormon androgen memegang peranan penting, karena dapat meningkatkan
aktivitas kelenjar sebasea. Estrogen secara fisiologis tidak berpengaruh
langsung terhadap produksi sebum, tetapi estrogen dapat menurunkan kadar
gonadotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis, gonadotropin memiliki efek
menurunkan sebum.
7. Stress dapat memicu kegiatan kelenjar sebasea, baik secara langsung atau
melalui rangsangan terhadap kelenjar hipofisis
8. Faktor lain : iklim, kosmetik, diet, ras dan familial.

MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis akne vulgaris berupa komedo, papul,pustul, nodul, dan kista.
Pillsburry membagi klasifikasi akne vulgaris menjadi 4 tingkat, yaitu:
1. Komedo di muka
2. Komedo, papul, pustul dan peradangan lebih dalam di muka
3. Komedo, papul, pustul dan peradangan lebih dalam di muka, dada dan
punggung
4. Akne konglobata
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang khusus berupa ekskohleasi komedo (pengeluaran
sumbatan sebum dengan komedo ekstraktor (sendok Unna/comedo extractor)
dengan mudah dapat dilakukan untuk membuktikan apakah papul kecil yang
terjadi benar sebuah komedo karena komedo merupakan gejala patognomonik
akne. Sebum yang tersumbat pada akne tampak sebagai masa padat seperti lilin
atau nasi lunak yang ujungnya kadang-kadang berwarna hitam..
PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI
Pemeriksaan histopatologis tidak spesifik berupa sebukann sel radang kronis di
sekitar folikel pilosebasea dengan masa sebum di dalam folikel.

Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang diduga memegang peranan


penting dalam proses biokimia sebum (enzim lipase kuman mengubah trigliserida

18
menjadi asam lemak bebas yang lebih padat) dapat dilakukan untuk tujuan
penelitian etiologis dan terapeutik.

PENATALAKSAAN
I. Pencegahan
 Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipid sebum dan perubahan isi
sebum misalnya dengan diet rendah lemak dan karbohidrat dan melakukan
perawatan kulit untuk membersihkan permukaan kulit.
 Menghindari terjadinya faktor pemicu terjadinya akne misalnya stres,
kosmetik, alkohol, rokok.

II. Pengobatan
A. Pengobatan Topikal
Bahan iritan yang dapat mengelupas kulit (peeling), misalnya sulfur (4 – 8%),
resorsinol (1 – 5%), asam salisilat (2 – 5%), peroksida benzoil (2,5 – 10%),
asam vitamin A (0,025 – 0,1%), asam azeleat (15 – 20%) dan asam alfa
hidroksi [AHA] (asam glikolat 3 – 8%). Antibiotika topikal misalnya
oksitetrasiklin (1%), eritromisisn (1%), klindamisin fosfat (1%).
Antiperadangan topical: Hidrokortison 1 – 2,5%, suntikan intralesi triamsinolon
asetonid 10 mg/cc untuk lesi nodulo-kistik

B. Pengobatan Sistemik

1. Antibakteri sistemik : Tetrasiklin 250 mg – 1,0 mg/hari, Eritromisin 4 x 250


mg/hari, dan Doksisiklin 50 mg/hari.

19
2. Obat hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara kompetitif
menduduki resptor organ target di kelenjar sebasea, misalnya estrogen (50
mg/hari selama 21 hari dalam sebulan) atau antiandrogen siproteron.

3. Vitamin A sebagai anti keratinisasi (50.000 ui – 150.000 ui/hari).


Isotretinoin (0,5 – 1 mg/kgBB/hari) untuk menghambat produksi sebum
pada akne nodulokistik dan konglobata.

2. ROSASEA
BATASAN
Merupakan infeksi akneiform yang bersifat kronik pada unit pilosebaseus
yang disertai peningkatan reaktivitas kapiler sehingga menyebabkan terjadinya
eritema dan teleangiektasia. Sekitar 10 persen terjadi pada orang berkulit terang,
dengan onset umur 30 – 50 tahun meningkat pada umur antara 40 dan 50 tahun.
Wanita lebih sering terkena disbanding pria, tetapi laki-laki paling sering terjadi
rhynofima.

MANIFESTASI KLINIS
Rosacea terbagi atas tiga stadium :
1. Eritema yang menetap disertai teleangiektasia
2. Eritema yang menetap, teleangiektasia, papul, dan pustul
3. Eritema yang lebih dalam dan menetap, teleangiektasia, papul, pustul, nodul.

Terdapat lesi khas yaitu rhynofima


Gambaran klinis berupa eritema yang menyebar pada daerah pipi, papul,
papulopustul dengan ukuran 2-3 mm. Pustul berukuran kecil < 1 mm, tidak
terdapat komedo. Pada fase yang lebih lanjut terdapat wajah yang kemerahan,
papul, nodul, teleangiektasia dan hyperplasia sebasea.

PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI
Kultur bakteri didapatkan infeksi S.aureus dan adanya infestasi Demodex
folliculorum

20
PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI
Nonspesifik perifolikular dan perikapiler inflamasi dengan foci “tuberkuloid”,
granulamatous. Stadium lanjut terdapat difus hipertrofi pada jaringan konektif,
hyperplasia kelenjar sebasea.
PENATALAKSAAN
Pencegahan dengan mengurangi atau menghindari alcohol dan makanan yang
pedas
Pemberian topikal
Metronidazole gel atau krim 0,75% dua kali sehari sangat efektif. Dapat juga
diberikan metronidazole krim 1% sekali sehari. Sodium sulfacetamid, sulfur
lotion10% dan 5%. Antibiotik topical berupa eritromisin gel tetapi kurang efektif.
Pemberian sistemik
Oral antibiotik lebih efektif dibandingkan terapi topikal. Dapat diberikan
minosiklin atau doksisiklin 50-100 mg dua kali sehari. Tetrasiklin 1-1,5 gr/hari
dalam dosis terbagi sampai lesi sembuh. Oral isotretinoin, pada rosacea berat
(stadium 3) yang tidak berespon terhadap antibiotik dan terapi topikal. Diberikan
dosis rendah 0,1 – 0,5 mg/kgBB perhari efektif pada beberapa pasien, tetapi dapat
juga diberikan dosis 1 mg/kg
Untuk rhynofima dan teleangiektasia dapat dilakukan tindakan pembedahan
atau laser dengan hasil yang memuaskan dalam hal kosmetik.

3. DERMATITIS PERIORAL
BATASAN
Dermatitis perioral adalah kelainan inflamasi yang secara relatif biasa terjadi
pada kulit daerah wajah yang tidak diketahui penyebabnya, terjadi pada wanita
muda. Kelainan kulit ini terlihat pada pertengahan abad ke-20 dan dilaporkan
pertama kali dengan manifestasi klinis pada tahun 1950. Frumes dan Lewis pada
tahun 1957 mengistilahkan light-sensitive seborrheid sebagai diskripsi pertama
dermatitis perioral.

21
Insidens dermatitis perioral terutama terjadi pada wanita 15 – 25 tahun, tapi
kadang-kadang terjadi juga pada anak-anak dan pria. Tidak ada data yang pasti
mengenai frekuensi pasti dermatitis perioral, dan insidensnya bervariasi pada tiap
Negara. Hingga saat ini belum ada penjelasan yang tepat yang dapat menjelaskan
timbulnya penyakit ini. Paling menonjol terjadi pada wanita berhubungan dengan
pemakaian kortikosteroid topikal poten terutama fluorinated corticosteroid
dihubungkan sebagai penyebab utama dermatitis perioral.

MANIFESTASI KLINIS

Dermatitis perioral selalu sesuai dengan manifestasi klinis. Secara khas,


predileksi dermatitis perioral biasanya simetris,tetapi kadang unilateral, dan
muncul pertama kali disekitar hidung bagian luar, bagian atas dari lipatan
nasolabial atau disekitar sudut bibir. Selanjutnya erupsi cenderung menyebar
mengelilingi mulut. Lesinya yang khas berupa papul kecil (mikropapul) diameter
1-2mm, eritema dan pada beberapa kasus juga tampak pustul kecil. Biasanya
disertai rasa tidak nyaman disekitar mulut berupa sensasi terbakar (nyeri) dan rasa
tegang, kadang terasa gatal. Tetapi hal yang paling membuat penderita merasa
tidak nyaman adalah dengan alasan kosmetik. Jika berat atau berlangsung lama
maka kondisi tersebut menjalar kesisi hidung dan bahkan bisa mengenai glabella.
Gangguan terutama terjadi dan lebih menonjol disekitar mata, dikenal sebagai
periocular perioral dermatitis. Pada anak-anak prapubertal bentuk dermatitis
perioral yang ditemui adalah tipe granuloma (childhood granulomatous
periorificial dermatitis). Effloresensi tampak lesi berbatas tegas, kecil, berbentuk
kubah, papul berwarna daging tanpa eritema atau skuama.

PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI
Hanya sedikit studi yang menjelaskan gambaran histopatologi dari dermatitis
perioral, kemungkinan dikarenakan klinisi jarang melakukan biopsi kulit pada
daerah wajah, terutama pada wanita muda. Gambaran histopatologi dermatitis

22
perioral pada umumnya menunjukkan suatu infiltrate inflamasi yang berpusat
disekitar folikel rambut dan dermis bagian atas. Infiltrat inflamasi ini merupakan
gabungan dari limfohistiositik, spongiotik juga terlihat pada epidermis
perifolikular dan ostium dari folikel. Pada anak-anak (khususnya pada tipe klinik
granulomatosa) non-caseating granulomas. Pada beberapa kasus juga ditemukan
ruptur folikuler secara fokal.

PENATALAKSANAAN
Perawatan diri

Pada saat dimulai pengobatan, semua kortikosteroid harus dihentikan dan


penderita diberitahukan bahwa ruam akan bertambah banyak dalam beberapa hari
tapi kemudian akan hilang. Dapat juga ditambahkan pemberian emolien/
pelembab, kosmetik harus bebas minyak atau berbahan dasar air.

Perawatan Medis

Dapat pula diberikan kortikosteroid lemah seperti hidrokortison selama


periode tersebut, tapi tidak menghentikan atau meringankan gejala pada sebagian
besar pasien.

Terapi oral, konsumsi tetrasiklin 2x500mg/hari atau minoksiklin 2x50-


100mg/hari atau doksisiklin 2x100mg/hari atau limesiklin. Obat-obat tersebut
diberikan dengan dosis penuh dan memberikan respon dalam periode 3 – 4
minggu dan kemudian dikurangi sampai setengah dosis hingga ruam betul-betul
sembuh. Biasanya pengobatan dapat dihentikan setelah 8 – 10 minggu. Terapi
topikal, bisa digunakan krim, gel atau losio. Metronidazole topikal, eritromisin
topikal dan tetrasiklin topikal, semuanya telah digunakan tetapi terapi ini masih
jarang dilakukan. Digunakan 2xsehari dan kebanyakan penderita memberi
kemajuan terapi setelah 4-6 minggu pengobatan, namun beberapa penderita
membutuhkan perawatan yang lebih lama.

23
4. ERUPSI AKNEIFORMIS
BATASAN
Erupsi akneiformis adalah kelainan kulit yang menyerupai akne berupa reaksi
peradangan folikular dengan manifestasi klinis papulopustular.

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

Etiologi penyakit ini masih belum jelas. Semula erupsi akneiformis disangka
sebagai salah satu jenis akne, namun kemudian diketahui bahwa etiopatogenesis
dan gejalanya berbeda. Induksi obat yang diberikan secara sistemik diakui sebagai
factor penyebab yang paling utama, misalnya kortikosteroid, ACTH, INH, Iodida
dan bromide, vitamin B2, B6 dan B12, Phenobarbital, difenil hidantoin,
trimetadion, tetrasiklin, litium, pil kontrasepsi, kina, rifampisin, tiourea,
aktinomisin D. Adapula yang menganggap bahwa erupsi akneiformis dapat
disebabkan oleh aplikasi topical kortikosteroid, PUVA atau radiasi, bahkan
berbagai bahan kimia yang kontak ke kulit akibat kerja (minyak, klor), kosmetik,
atau tekanan pada kulit.

Erupsi akneiformis adalah reaksi kulit berupa peradangan folikular akibat


adanya iritasi epitel duktus pilosebasea yang terjadi akibat ekskresi substansi
penyebab (obat) pada kelenjar kulit. Kelainan ini bukan merupakan reaksi alergi.

GEJALA KLINIS

Berbeda dengan akne, erupsi akneiformis timbul secara akut atau subakut, dan
tempat terjadinya tidak di tempat predileksi akne saja, namun di seluruh bagian
tubuh yang mempunyai folikel pilosebasea. Manifestasi klinik erupsi adalah papul
dan pustule, monomorfik atau oligomorfik, pada mulanya tanpa komedo. Komedo
dapat terjadi sekunder kemudian setelah system sebum ikut terganggu dapat

24
disertai demam, malese, dan umumnya tidak terasa gatal. Umur penderita berbeda
dari remaja sampai orang tua. Tentu ada anamnesa obat yang lama dikonsumsi.

DIAGNOSA BANDING

1. Akne venenata, erupsi setempat pada lokasi kontak dengan zat kimia yang
digunakan, terjadinya subkronis, umumnya monomorf berupa komedo dan
papul, tidak gatal.
2. Akne vulgaris, umumnya terjadi pada remaja, berlangsung kronis, tempat
predileksi di tempat seboroe, polimorf, terdiri atas komedo, papul, pustule,
nodus, dan kista, serta jaringan parut hipotrofi dan hipertrofi. Umumnya tidak
gatal.
3. Dermatitis akibat obat, erupsi polimorf akut setelah mendapat obat sistemik,
disertai dengan rasa gatal.
4. Folikulitis, pioderma pada folikel rambut, setempat, berupa pustule folikular,
terasa agak nyeri dan dapat disertai gejala infeksi kokus, dapat disertai demam
dan malese.

PENGOBATAN

Penghentian konsumsi obat yang dipakai penderita dapat menghentikan


bertambahnya erupsi dan secara perlahan akan menghilangkan erupsi yang ada.
Pengobatan topical dengan obat yang bersifat iritan, misalnya sulfur, resorsinol,
atau asam vitamin A mempercepat hilangnya erupsi kulit. Pemberian obat anti
akne sistemik sesuai dengan beratnya penyakit memberikan hasil yang cukup
baik.

PROGNOSIS

Erupsi akneiformis merupakan penyakit yang dapat sembuh, apabila penyebab


induksi obat dapat dihentikan. Apabila hal tersebut tidak mungkin dilaksanakan
karena vital, maka pengobatan topical maupun sistemik akan memberikan hasil
yang cukup baik.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Boxton PK. ABC of Dermatology 4th ed. London:BMJ Group;2003. p:47-9.


2. Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM, Strauss JS. Acne Vulgaris and
Acneiform Eruptions. In: Wolff K, Goldsmith L, Katz S, Gilchrest B, Paller A,
Leffell D, eds. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 7th ed. New York:
McGraw-Hill; 2007. p: 690-703.
3. Hunter John, Savin John, Dahl Mark. Clinical Dermatology 3 rd ed.
Massachusetts: Blackwell Science,Inc.;2002. p:148-156.
4. Anonim. Acne Vulgaris. Cited on 02 June 2011. Available from:
http://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/basics/classification.html
5. Dreno B, Poli F. Epidemiology of Acne. Dermatology, Acne Symposium at the
World Congres of Dermatology Paris July 2002. p:7-9. 2003
6. Webster, Guy. Overview of the Patogenesis of Acne. In: Webster GF, Rawlings
AV, eds. Acne and its Therapy. London:Informa Healthcare;2007. p:1-5
7. James WD, Berger TG, Elston DM. Acne. In : James W, Berger T, Elston DM,
eds. Andrews’ disease of the skin Clinical Dermatology 10 th ed. Canada : El
Sevier; 2000. p: 231-44.

26

Anda mungkin juga menyukai