Anda di halaman 1dari 5

BAB VIII

CALIFORNIA BEARING RATIO (CBR)

8.1 PENDAHULUAN
Nilai CBR (California Bearing Ratio) adalah perbandingan antara beban
penetrasi dari bahan tertentu, terhadap beban standar untuk kedalaman dan
kecepatan penetrasi tertentu dan dinyatakan dalam prosen (%).

𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
CBR = x 100% ................................ (8.1)
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑡

Pengujian CBR bersifat empiris, yaitu : mengukur tahanan geser tanah


pada kondisi kadar air dan kepadatan tertentu untuk menentukan nilai
kekuatan (daya dukung) relatif tanah dasar atau bahan-bahan lain yang
dipakai untuk perkerasan, yang dinyatakan dalam nilai CBR.
Pengujian CBR pertama kali diperkenalkan oleh Lbaoratorium California
Division of Highway USA pada tahun 1929 yang kemudian dterima dan
dikembangkan lebh lanjut oleh Institusi lain misalnya : U.S Corps of
Engineers (1940-an), ASTM D 1883-87 (1961), AASHTO T 193-74 (1972)
dan British Standard BS 1377. Sedangkan di Indonesia pengujian ini telah
distandarisasi melalui SNI dan Standar Bina Marga PB-0113-76.

Tabel 8.1 Tabel beban standar untuk CBR

PENETRASI 2,5 5,0 7,5 10,0 12,5


(MM)
Beban Standar
-Gaya (kN) 13,24 19,96 25,15 30,30 34,83
-Tegangan (kN/m²) 6,900 10,300 13,000 16,000 18,000

Catatan : 1 kN = 224,809 lbf


Pengujian CBR dapat dilakukan baik di laboratorium maupun secara
langsung di lapangan. Jika dilakukan di laboratorium maka sabagai sumber
beban digunakan mesin beban (load frame), sedangkan untuk pelaksanaan
dilapangan sebagai sumber bebannya digunakan beban as truk yang diisi
material. Jika dilakukan di dalam terbatas dapat digunakan meja beban reaksi.
Data yang diperoleh dari pelaksanaan pengujian ini berupa pasangan
beban dan kedalaman penetrasi.

8.2 PERALATAN
1. Mesin beban (load frame) yang dilengkapi dengan cincin beban (load
ring) dan arloji pengukur deformasi (dial gauge)
2. Cetakan dengan diamter ±15,2 cm dan tinggi ±12,6 cm termasuk leher
penyambung dan keping alas serta piringan pemisah.
3. Alat penumbuk seberat 4,54 kg dengan tinggi jatuh 45,7 cm
4. Piston/torak penetrasi dengan diamter 4,49 cm
5. Keping beban seberat 4 kg
6. Timbangan dengan ketelitian 1 gram
7. Alat perata (straight edge), talam dan lain-lain.
8. Perlatan untuk penentuan kadar air.

8.3 BENDA UJI


1. Mengambil sampel tanag seberat 5 kg kering udara kemudia
tambahkan air sehingga mendekati kadar air optimum (OMC).
2. Merangkai cetakan, keping las, leher penyambung dan memasukkan
piringan pemisah serta memberi kertas saring diatasnya.
3. Memadatkan tanah benda benda uji tersebut dengan cara yang
disesuaikan dengan cara yang digunakan pada pengujian pemadatan
tanah. Bila benda uji akan direndam, carilah dulu kadar airnya sebelum
dipadatkan, bila tidak direndam, kadar airnya dapat dicari setelah
benda uji tersebut dikeluarkan dari cetakannya.
4. Membuka leher penyambung, meratakan permukaan dengan alat
perata, jika terdapat lubang-lubang dapat menambalnya dengan bahan
yang halus lalu menimbangnya.
5. Melepaskan alas cetakan dan mengeluarkan piringan pemisah,
memasang alas cetakan pada sisi lainnya, kemudian memabalik benda
uji yang masih terdapat dalam cetakan, memberi kertas saring lalu
memasang keping beban.
6. Untuk CBR yang tanpa rendaman (unsoaked), :
6.1 Mengganti alas cetakn yang dipakai pada langkah (5) diatas dengan
alas vetakan yang berlubang, jangan lupa untuk memasang kertas
saring.
6.2 Memasang alas pengembangan lubang diatas permukaan benda uji,
serta memberi keping bebean seberat 4 kg atau sesuai keadaan bahan
perkerasan.
6.3 Memasang tripod serta arloji untuk mengukur pengambangan dan atur
pembacaanya pada posisi nol.
6.4 Merendam benda uji dengan permukaan air berada ±2,5 cm diatas
permukaan benda uji. Lama perendaman benda uji disesuaikan dengan
jenis tanah, untuk tanah yang berbutir lebih halus diperlukan waktu
yang lebih lama. sebagai pedoman perendaman dapat dihentikan
apabila pembacaan pengembangan sudah relatif sangat kecil.
6.5 Mencatat tgl/bln/thn dan waktu memulai dan selesainya perendaman
serta membaca besarnya pengembangan
6.6 Melepaskan tripod beserta arloji pengembangan, mengeluarkan benda
uji kemudian mentiriskan dengan cara memiringkan benda uji selama
15 menit.
6.7 Membersihkan cetkan dari air yang tersisa, kemudia menimbangnya,
lalu bend auji telah siap untuk ditekan pada mesin beban.

8.4 PROSEDUR PENGUJIAN


1. Meletakkan keping beban seberat 4 kg atau sesuai dengan perkiraan
beban perkerasan diatas benda uji.
2. Untuk benda uji yang direndam (soaked) beban harus sama dengan
beban yang dipakai saat perendaman. Mengatur piston/torak penetrasu
agar menyentuh permukaan benda uji.
3. Memberi beban awal sebesar 4 kg untuk menjamin bahwa permukaan
pison/torak benar-benar menyentuh permukaan benda uji. Kemudia
mengatur arloji beban dan penetrasi pada posisi nol.
4. Memberi beban dengan menggunakan engkol teratur sehingga
kecepatan penetrasi mendekati ±1,27 mm (0,05 inch)/menit. Mencatat
bacaan dial beban pada penetrasi sebesar 0,5 mm; 1,0 mm; 1,5 mm;
2,0 mm; 2,5 mm; 3 mm; 3,5 mm; 4 mm; 4,5mm; 5 mm; 7,5 mm; 10
mm; 12,5 mm.
5. Mencatat pembacaan,bila beban maksimum (kapasitas cincin beban)
telaj tercapai sebelum penetrasi 12,5 mm.
6. Melepaskan benda uji dari mesin beban, kemudian memasang piringan
pemisah pada permukaan benda uji dan menutup dengan alas
cetaknnya.
7. Membalikkan benda uji, kemudia melakukan pengujian langkah (1)
sampai dengan (5) untu sisi yang lainnya.
8. Setelah selesai melakukan pengujian dijlanjutkan mengeluarkan benda
uji dari cetakan dan megambil sampel tanah pada 3 tempat utnuk dicari
kadar airnya.

8.5 PERHITUNGAN DAN PELAPORAN


1. Untuk benda uji yang diendam (soaked), menghitung besarnya nilai
pengembangan (swelling). Swelling adalah perbandingan antara
perubahan tinggi selama perendaman terhadap tinggi benda uji semula
yang dinyatakan dalam porsen (%).
2. Mengkonversi bacaan beban dari bacaan divisi kedalam satuan gaya
dan menggambarkan grafik hubungan beban terhdap penetrasi .
melakukan koreksi pembacaan nol terhadap kurva yang berbentuk
cekung pada pembacaan-pembacaan awal akibat ketidakaturan
permukaan dan atau sebab-sebab lain.
3. Dengan menggunakan grafik yang telah dikoreksi dapat ditentukan
besar nilai CBR Laboratorium untuk penetrasu tertentu. Nilai CBR
Laboratorium benda uji adalah nilai CBR untuk penetrasi 2,5 mm, bila
nilai CBR pada pentrasi 5,00 mm lebih besar dari nilai CBR pada
penetrasi 2,5 mm maka pengujian harus diulangi. Apabila pada
pengujian ulangan, nilai CBR pada penetrasi 5,00 mm lebih besar dari
niali CBR pada penterasi 2,5 mmmaka yang diambil sebagai nilai CBR
Laboratorium adalah nilai CBR pada penetrasi 5,00 mm.
4. Bila beban maksimum terjadi sebelum 5,00 mm maka nilai CBR
didapat dari perbandingan beban maksimum tersebut terhadap beban
standar yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai