Makalah K3 Listrik PDF
Makalah K3 Listrik PDF
PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan negara berkembang, hal ini ditunjukan dengan banyaknya
pembangunan yang sedang dilakukan di Indonesia. Dewasa ini kita melihat bahwa
meningkat. Salah satu tolok ukur peningkatannya adalah perekonomian Indonesia yang saat
ini semakin meningkat. Peningkatan perekonomian di Indonesia tidak lepas dari keterlibatan
tenaga kerja. Namun dalam pelaksanaannya seringkali terjadi kecelakaan yang menimpa
tenaga kerja. Hal ini tidak lepas dari buruknya penerapan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja(K3).
umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang
buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut
sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami
kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu
atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak
lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020
mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang
ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang
harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk
Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat
Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat,
memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi
pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat
luas.
Jenis kecelakaan kerja sendiri banyak sekali, antara lain kecelakaan kerja industri,
kecelakaan kerja listrik, kecelakaan kerja lingkungan hidup dan sebagainya. Untuk
mengantisipasi kecelakaan kerja tersebut kita harus menerapkan K3 yang terkait dengan
kecelakaan tersebut. Salah satunya adalah K3 listrik untuk menghindari kecelakaan kerja
listrik.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai
berikut:
3. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja listrik? Dan
Dalam makalah ini penulis hanya akan membahas sejarah, pengertian dan tujuan K3,
penyebab terjadinya kecelakaan kerja, cara mencegah terjadinya kecelakaan kerja, faktor
1.4 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang K3 pada bidang
kelistrikan dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sertifikasi : Keselamatan dan
Kesehatan Kerja(K3).
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah, pengertian dan tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
1. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja sebenarnya jauh sebelum ulmu pengetahuan berkembang telah mulai
dikanal dan dibutuhkan oleh semua orang, terbukuti dengan adanya kebiasanaan dan sudah
menjadi budaya dibeberapa masyarakat.Bukti ini dapat ditemui sejak zaman dahulu hingga
sekarang masih ada sebahagian masyarakat yang mempercayainya, sebagai contoh dalam
pembuatan suatu bangunan atau proyek, sebelum kegiatan tersebut dilakukan terlebih dahulu
diadakan seperti upara pemotongan hewan seperti kerbau, sapi, kambung . Hewan tersebut
dipotong dan kepalanya ditanam pada lokasi proyek tersebut, sedangkan daging dimassak dan
Budaya dipulau Jawa misalnya dapat dijumpai adanya pemotongan nasi tumpen,. melakukan
persembahan dilaut dan lain sebagainya ini tidak lain untuk maksud mengharapakan
keselamatan dalam melakukan kegiatan, pembangunan rumah tempat tinggal misalnya juga
ada suatu upacara seperti sebelum kuda-kuda rumah dipasang atau sebelum pemasangan atap
dilakukang pemotongan ayam warna hitam, menggantungkan berupa bibit kelapa, pisang,
tebu, memasang bendera, kain warna warni dan mungkin banyak lagi upacara-upacara yang
dilakukan masyarakat untuk keselamatan, baik keselamatan para pekerja yang melakukan
Kira-kira 180 tahun yang lalu (1829) permulaan revolusi dalam tahnik perlindungan yang
dimulai dengan membuat produksi mekanis dalam ukuran besar dengan pabrik-pabrik
Munculnya revolusi industri di Inggris berjalan sebagai orang yang memperoleh kemenangan
tanpa adanya belas kasihan, sehingga menimbulkan akibat-akibat yang mengerikan serta
menyebar luasnya rasa takut. Hal ini menghendaki adanya pembaharuan-pembaharuan dan
Kemudian gerakan pembaharuan dan penyempurnaan tehnologi itu dilakukan oleh orang-
orang yang merasa bertanggung jawab moral terhadap perbaikan untuk kepentingan
pemerintah agar melindungi pekerja-pekerja pabrik (termasuk pekerja anak-anak) yang sering
kali hidup dan bekerja dengan rasa takut terhadap bahaya. Dengan usaha perlindungan
Pada abad ke 18 ini, sebagai hasil penemuan-penemuan baru yang menarik perhatian antara
lain terciptanya mesin seperti mesin-mesin tenun pintal, menyebabkan industri tekstil
berkembang pesat. Timbullah permintaan akan mendapatkan tenaga kerja dengan upah yang
rendah dan sesuai dengan keperluan industri. Untuk itu pada umumnya dipekerjakan tenaga
kerja anak dibawah umur dari kalangan keluarga miskin, mereka bekerja secara sembunyi-
sembunyi dan tidak diberikan jaminan perlindungan. Mereka bekerja dengan tidak disediakan
seperti sarana, sanitasi yang tidak memenuhi syarat dan bahkan mereka bekerja antara 14 atau
15 jam sehari. Lebih-lebih lagi setelah adanya peningkata akan kebutuhan tenaga kerja
Perkembanagan usaha Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia belum begitu
banyak dikenal oleh masyarakat. Memang disadari bahwa Indonesia sebagai salah satu
kegiatan secara luas dibidang keselamatan dan kesehatan kerja seperti di beberapa negara
telah maju. Namun demikian kegiatan tersebut di Indonesia sebenarnya telah dimulai dari
sebelum perang dunia pertama pada saat itu Indonesia masih dibawah jajahan Belanda,
Pemerintah Indonesia saat ini sedang berusaha semaksimal mungkin untuk mengembangkan
program-program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
Gagasan untuk usaha Keselamatan dan Kesehatan Kerja telah dimulai pada kira-kira tahun
1847, sejalan dengan dimulainya pemakaian mesin-mesin uap untuk keperluan industri di
Indonesia oleh Pemerintah Hindia Belanda. Usaha tersebut pada dasarnya bukanlah ditujukan
untk perlindungan tenaga kerja, tetapi hanya ditujukan terhadap pengawasan pemakaian
pesawat-pesawat uap yang pada waktu itu baru dikenal. Orang baru menyadari pada waktu
itu akibat-akibat aoa yang mungkin terjadi dengan pemakaian pesawat-pesawat uap tersebut.
Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 28 Pebruari 1852 dengan Staatsblad Nomor 20
pesawat uap. Pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan ini diserahkan kepadainstansi yang
dibentuk dalam waktu yang bersamaan yaitu instansi ” Diens van het stoomwezen”
Dengan adanya Dinas Stoomwezen ini, maka untuk pertama sekali di Indonesia, Pemerintah
secara nyata mengadakan usaha perlindungan tenaga kerja darai bahaya kecelakaan kerja,
walaupun baru sebatas pada para operator atau pelayan pesawat-pesawat uap saja,
perlindungan itu belumlah dianggap penting. Hal ini sangat dimengerti karena pada waktu itu
perlindungan tenaga kerja hanya ditujukan terhadap tenaga kerja terdiri dari orang-orang
Pada tahun 1888 karena pengawasan atas kereta api swasta sangat dibuthkan, maka Dinas
Stoomwezen itu digabungkan dengan Dinas Kereta Api Pemerintah yang pada waktu itu
dinamakan Staats Spoorwagen. Penggabungan ini ternyata tidak dapat berjalan baik, karena
para insinyur harus bekerja untuk dua instansi yaitu untuk Dinas Kereta Api dan Dinas
Stoomwezen, sehingga mereka tidak dapat menangani masalah yang timbul pada kedua
instansi tersebut secara bersamaan, sehingga hal ini banyak membuat kesukaran. Oleh sebab
itu pada tahun 1909 didirikan Dinas Stoomwezen sebagai dinas sendiri mempunyai
perwakilan di Belanda.
Untuk membantu kelancaran tugas pengawasan ketel-ketel uap, dirasakan perlu pada waktu
itu adanya suatu unit penyelidikan bahan-bahan dan didirikan pula satu unit Laboratorium
Penyelidikan Bahan yang merupakan bagian dari Dinas Stoomwezen, untuk keperluan
pendidikan kira-kira tahun 1912 Laboratorium tersebut diserahkan kepada Sekolah Tehnik
Tinggi di Bandung dan sekarang menjadi bagian dari Kementrian Perindustrian dengan nama
Pada akhir abad ke 19 pemakaian pesawat-pesawat berjalan sangat pesat dan disusul pula
pemakaian mesin-mesin diesel, listrik di pabrik-pabrik dan industri, akan menimbulkan pula
bahaya baru bagi pada tenaga kerja dan banyak terjadi kecelakaan kerja pada waktu itu. Pada
tahn 1901 Pemerintah mulai memikirkan perlunya memperluas usaha pencegahan kecelakaan
kerja.
Pada tahun 1905 sebagai kelanjutan usaha ini dengan Staatsblad Nomor 521 oleh Pemerintah
Reglement ” sering disingkat V.R kemudian diperbaharui pada Tahun 1910 dengan Staatsblad
Sesudah Perang Dunia I proses mekanisasi dan elektrifikasi berjalan lebih pesat sekali.
Mesin-mesin Diesel dan listrik mulai memegang peranan, jumlah kecelakan yang terjadi
semakin meningkat, sehingga pengawasan terhadap pabrik-pabrik dan bengkel harus lebih
ditingkatkan lagi. Pada Tahun 1925 nama Dienst Van Het Stoomwezen diganti dengan nama
yaitu “ Dienst Van Het Veiligheids Toezicht” disingkat V.T ( Pengawasan Keselamatan
Kerja) untuk lebih mempunyai kewibawaan dalam pelaksanaan tugas pengawasan dan agar
lebih sesuai dengan tugas perlindungan tenaga kerja, maka Dinas V.T masuk kedalam bagian
Kantor Perburuhan dibawah Departemen Van Justitie (sekarang Kementerian Hukum dan
perkembangan penggunaan Ketel-ketel uap dengan type dan jenis bermacam-macam dan
mempunyai tekanan yang semakin tinggi, sehingga pengawasan harus ditingkatkan lagi. Pada
Staatsblad Nomor 225 dan Staatsblad Nomor 339 sampai sekarang peraturan ini masih tetap
Pada Tahun 1970 Peraturan Keselamatan Kerja yang lama yaitu Veilegheids Reglement 1910
diganti dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintahan Republik Indonesia dengan
Undang-Undang Keselamatan Kerja ini sangat berbeda dengan VR 1910 yang bersifat
Preventif, edukatif dan represif pro justisia, Undang-Undang ini berlaku terhadap semua
tempat kerja, bukan hanya pabrik dan perbengkelan saja, yaitu disemua tempat kerja yang
mempunyai sumber-sumber bahaya, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam
terhadap keselamatan kerja ini telah jelas diserahkan tanggung jawabnya kepada pemerintah
dan secara operasionalnya berada dibawah tanggung jawab pegawai pengawas keselamatan
kerja.
Sejak pemerintahan orde baru hingga saat ini pengawasan keselamatan kerja ini berada dalam
Direktorat Pembinaan Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja & Hyperkes dibawah
Kerja dan Transmigrasi. Unit kerja pengawasan keselamatan kerja ditingkat Provinsi,
Kabupaten dan Kota pada saat ini berada pada seksi pembinaan Keselamatan kerja setingkat
esselon IV.
2. HIPERKES
Berangkat dari buku yang berjudul ” De Morbis Articum Diatriba ” yang ditulis oleh
Barnardin Ramazzini (1633-1714) yaitu dapat jugalah disebut sebagai Bapak Kesehatan
Kerja dan Higene Persahaan. Didalam bukunya itu diuraikan tentang berbagai-bagai penyakit
dengan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja, dialah yang telah membuat semakin
jelasnya persoalan, bahwa pekerjaan dapat menimbulkan penyakit, yaitu penyakit akibat
kerja, dia jugalah yang menambahkan cara diagnosa Hippocrates dengan satu hal, meminta
Di Indonesia sebenarnya sangat sulit menentukan sejak kapan dimulainya Hiperkes ini,
berkembangnya dan adanya Hiperkes ini bermula dengan adanya pekerjaan dalam hubungan
Kapan dimulainya ada pekerjaan atas dasar pengupahan atau penggajian itu tidaklah dapat
diketahui mulainya. Namun dapatlah dianggap mulai adanya tentara pada zaman dahulu,
permulaan adanya pekerjaan dengan sistim adanya upah atau gaji yang diterima oleh tentara
kecelakaan-kecelakaan akibat perang tersebut, Oleh sebab itu Hiperkes mulai berlembaga
pada waktu itu. Selain dari itu pekerjaan atas dasar paksaan atau kerja paksa dan hukuman
Pekerja-pekerja yang melakukan pekerjaan didalam tambang pada waktu itu adalah para
tawanan perang dan pesakitan, yang akhirnya mereka meninggal oleh karena melakukan
Bapak ilmu kedokteran terkenal yaitu Hippocrates rupanya pada saat itu belum menaruh
perhatian, ini dapat dibuktikan dari buku-bukunya, sebab mendasarkan teorinya kepada
keseimbangan makanan dan latihan (exercise), tetapi latihan yang dimaksudkannya sama
sekali tidak ditujukan kepada pekerja, begitu pula Hippocrates tidak memperhatikan pula
Kira-kira abad ke 16 baru adanya gambaran tentang penyakit-penyakit akibat kerja tambang
bukunya ” Von der Bergscht und Anderen Bergkrankheiten ” (1569), keduanya menulis dan
penyakit-penyakit yang diderita oleh para pekerja, bukan itu saja akan tetapi mereka telah
penyakit akibat kerja, dengan menganjurkan untuk membuat ventilasi, pemakaian tutup muka
dengan daun-daunan pada saat pekerja melakukan pengecatan sebagai alat pelindung diri
(APD), Paracelcus menguraikan dengan panjang lebar tentang bahan-bahan kimia, sehingga
dia dapat dianggap telah memulai toksikologi moderen. namun orang yang disebut sebagai
memberikan kesehatan sekedarnya saja kepada para pekerja-pekerja agar mereka cukup sehat
sehingga mampu untuk memproduksi bahan-bahan yang diperlukan oleh negara penjajah
seperti Belanda, cara pengorganisasinya pun sangat sederhana tanpa adanya aturan-aturan
yang jelas. Baru pabad 20 mulai dibuat aturan mengenai kebersihan, keselamatan, kesehatan
yang sangat sederhana sekali sesuai dengan keperluan pada saat itu. Pada zaman penjajahan
Jepang sama sekali Hiperkes tidak ada perkembangan dan begitu juga tidak ada dorongan
kearah itu.
adanya Undang-Undang Kecelakaan Kerja Nomor 2 Tahun 1947 dan Undang-Undang Kerja
Nomor 12 Tahun 1948 yang dirobah menjadi undang-undang Kerja Nomor 1 Tahun 1951
telah memuat pokok-pokok yang berkaitan dengan kesehatan dan hygiene persahaan yang
Dengan didirikannya Lembaga Kesehatan Buruh pada tahun 1957 yang hanya berfungsi
sebagai penasehat dan alat untuk meningkatkan mutu ilmiah kesehatan. Pada tahun 1965
lembaga ini dirubah menjadi Lembaga Keselamatan dan Kesehatan Buruh dengan fungsinya
adalah : 1) pusat pendidikan yang ditujukan kepada calon-calon dokter atau dokter yang akan
nasehat kepada buruh/pekerja, 3) pusat riset dan penelitian untuk meningkatkan mutu
keilmuan kesehatan dan keselamatan kerja, 4) pusat publikasi, baik majalah maupun buku-
buku pedoman tentang keselamatan dan kesehatan kerja dan 5) penghubung dan kerjasama
Perusahaan dan Kesehatan Kerja dibawah Departemen Tenaga Kerja dan terakhir dirobah
menjadi Pusat Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja hingga saat ini untuk tingkat pusat,
Menurut Mangkunegara (2002, p.163) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya
Menurut Suma’mur (2001, p.104), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di
Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari
resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi
Mathis dan Jackson (2002, p. 245), menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk pada
perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan
pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi
secara umum.
Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000, p.6), mengartikan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman
baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar
kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh
Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat diduga.
Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja, atau
perbuatan yang tidak selamat. Kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap perbuatan
atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi
kecelakaan kerja maka lahirlah keselamatan dan kesehatan kerja yang mengatakan bahwa
cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur penyebab kecelakaan
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan
yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua cara,
Menurut Mangkunegara (2002) bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah
sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik,
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi
Dalam kerja bengkel, kita pastinya akan menjumpai alat-alat berat yang sistem kerjanya juga
mengikuti postur atau fungsi alat tersebut. Seringkali alat yang kita gunakan dalam kerja
praktek tersebut tidak berfungsi secara maksimal, atau adanya human error yang
menyebabkan terhambatnya kerja bengkel. Hal ini sering kali di sebut sebagai
kecelakaan kerja.
Kecelakaan ialah suatu kejadian yang tak terduga dan yang tidak diharapkan ,karena dalam
peristiwa tesebut tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih- lebih dalam bentuk perencanaan.
kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja,
termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang
terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja daan pulang kerumah
Kecelakaan menurut M. Sulaksmono (1997), adalah suatu kejadian yang tak terduga dan
yang tidak dikehendaki yang mengacaukan suatu proses aktivitas yang telah diatur.
Kecelakaan terjadi tanpa disangka – sangka dalam sekejap mata , dan setiap kejadian
tersebut terdapat empat faktor bergerak dalam satu kesatuan berantai yakni: lingkungan
Program kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental,
emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan
merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu
(Mangkunegara, 2000:161).
Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, tidak dapat
dihindari sehingga tidak dapat diantisipasi dan interaksinya tidak disengaja. Berdasarkan
penyebabnya, terjadinya kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu langsung
dan tidak langsung. Adapun sebab kecelakaan tidak langsung terdiri dari faktor
lingkungan(zat kimia yang tidak aman, kondisi fisik dan mekanik) dan faktor manusia (lebih
dari 80%).
Pada umumnya kecelakaan terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pelatihan, kurangnya
mempengaruhi kinerja keselamatan di tempat kerja. Para pekerja akan tertekan dalam
menyelesaikan pekerjaan terbatas. Manusia dan beban kerja serta faktor-faktor dalam
lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, yang disebut roda
keseimbangan dinamis.
Terjadinya kecelakaan kerja di bengkel listrik yang diakibatkan oleh faktor manusia,
diakibatkan antara lain dari faktor heriditas (keturunan), misalnya keras kepala,
kesalahan manusia itu sendiri. Misalnya kurangnya pendidikan, angkuh, cacat fisik atau
mental. Karena sifat di atas ,timbul kecendrungan kesalahan dalam kerja yang akhirnya
mengakibatkan kecelakaan.
Perbuatan salah karena kondisi bahaya (tak aman), bisa diakibatkan oleh beberapa hal,
Ditinjau dari faktor fisik manusia, misalnya dari ketidak seimbangan fisik /kemampuan fisik
tenaga kerja,, misalnya : tidak sesuai berat badan , kekuatan dan jangkauan, Posisi tubuh
yang menyebabkan lebih lemah, kepekaan tubuh, kepekaan panca indra terhadap bunyi,
Di samping itu kecelakaan bisa terjadi diakibatkan oleh ketidak seimbangan kemampuan
psikologis pekerja. Misalnya adanya rasa takut / phobia, karena gangguan emosional, sakit
jiwa, tingkat kecakapan, tidak mampu memahami, gerakannya lamban, keterampilan kurang.
Kecelakaan juga bisa terjadi diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan tentang tidakan K3,
tombol (petunjuk lain), kurang latihan memahami data, salah pengertian terhadap suatu
perintah.
Kecelakaan yang diakibatkan oleh kurangnya skill atau keterampilan kerja, misalnya :
kurang mengadakan latihan praktik, penampilan kurang, kurang kreatif, salah pengertian.
Kemudia hal lian yang sering terjadi akibat ada gangguan mental, misalnya emosi
berlebihan, beban mental berlebihan, pendiam dan tertutup, problem dengan suatu yang
tidak dipahami, frustasi dan sakit mental. Akibat stres fisik, antara lain : badan sakit
(tidak sehat badan), beban tugas berlebihan, kurang istirahat, kelelahan sensori, kekurangan
Dalam kecelakaan kerja, dampak terbesar dialami oleh korban atau pelaku praktek kerja.
Kerugian paling fatal bagi korban adalah jika kecelakaan itu sampai mengakibatkan ia
sampai cacat tetap atau bahkan meninggal dunia. Akibat atau dampak lain dari terjadinya
kecelakaan adalah dapat merugikan secara finansial, baik langsung maupun tak langsung.
Kerja”. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan peralatan, tempat
kerja, lingkungan kerja,serta tata cara dalam melakukan pekerjaan yang bertujuan untuk
manusia,yang tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan pekerja pada
khususnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja pada hakekatnya adalah usaha
manusia dalam melindungi hidupnya dan yang berhubungan dengan itu,dengan melakukan
tindakan preventif dan pengamanan terhadap terjadinya kecelakaan kerja ketika kita sedang
bekerja.
Kita harus melaksanakan keselamatan kerja ,karena dimana saja,kapan saja, dan siapa
saja manusia normal,tidak menginginkan terjadinya kecelakaan terhadap dirinya yang dapat
berakibat fatal.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, pada dasarnya usaha untuk memberikan perlindungan
keselamatan kerja pada pekerja atau karyawan dapat dilakukan dengan dua cara:
terdapat di tempat kerja sehingga dapat mengurangi atau tidak menimbulkan bahaya bagi
Kedua, usaha represif atau kuratif. Artinya, kegiatan untuk mengatasi kejadian atau
kecelakaan yang disebabkan oleh sumber-sumber bahaya yang terdapat ditempat kerja. Pada
saat terjadi kecelakaan atau kejadian lainnya sangat dirasakan arti pentingnya persiapan
baik fisik maupun mental para karyawan sebagai suatu kesatuan atau team kerja sama
dalam rangka mengatasi dan menghadapinya. Selain itu terutama persiapan alat atau
Hal yang harus diwaspadai adanya kecelakaan di bengkel listrik antara lain akibat adanya
kebakaran . Jika terjadi kebakaran, api berkobar, segera periksa kejadian yang memberi
kesempatan yang terbaik dari jalan keluarnya yang cepat, mengurangi bahaya hidup,dan
penyelamatan : (1) umumkan tanda bahaya kebakaran segera, (2) beritahukan pasukan
pemadam kebakaran, (3) padamkan api dengan peralatan yang tersedia, (4) ungsikan
peralatan jika perlu, (5) beritahukan setiap orang untuk mendapatkan penjelasan cara
mengatasinya bisa dengan menggunakan air, api, pemadam kebakaran berisi CO2.
Kecelakaan lain yang mungkin terjadi di bengkel listrik oleh adanya gangguan arus listrik.
Arus listrik selalu dapat dialirkan kesegala arah melalui benda – benda yang konduktif,
misalnya logam dan zat cair.Aliran tersebut tidak dapat kita lihat seperti halnya air yang
Setiap peralatan yang menggunakan aliran listrik sangat perlu dilengkapi dengan
perlengkapan yang berguna jika terjadi kebocoran arus listrik tidak mengalir ke orang
basah dan berkeringat dapat dengan mudah terkena aliran listrik bila menggunakan jenis
• Berilah tanda bahaya pada aliran listrik yang berbahaya, misal di beri pagar atau tanda
peringatan
• Gunakan bahan- bahan yang tidak menghantarkan aliran listrik seperti sarung karet,
Matikan tombol utama atau pisahkan si penderita dengan bantuan sebatang kayu panjang
Letak ruang Pertolongan Pertama (P3K) harus pada tempat yang strategis, di dekat bengkel
atau laboratorium.Ruang ini harus diberi tanda yang jelas dan setiap pengawas, instruktur,
Kotak P3K harus berisi segala peralatan yang penting seperti : kain
pembalut dan obat – obatan, supaya tindakan pertolongan pertama berjalan efektif.
Persediaan obat harus selalu diperbaharui secara teratur dan di cek tanggal berlakunya obat
apakah masih aktif dan efektif. Obat yang kadaluwarsa segera diganti yang baru. Kain
penbalut harus mudah dibuka dan siap pakai. Plester dalam berbagai bentk dan ukuran dapat
Ada tiga hal yang terpenting bila hendak menolong seorang yang mengalami kecelakaan
berat, yakni berikut ini: (1) Jalan pernapasan, periksalah apakah jalan pernapasan
bernafas, bila tidak usahakanlah diberikan pertolongan napas buatan. (3) Peredaran darah,
periksalah apakah terdapat denyut jantung pada penderita, bila tidak, berilah pertolongan
peredaran darah buatan, selama melakukan hal ini periksalah apakah ada pendarahan.
• Untuk mencegah gangguan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat
dilakukan agar para buruh tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan
calon pekerja tersebut serasi dengan pekerjaan barunya, baik secara fisik maupun mental.
• Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja diberikan kepada para buruh secara
tempat kerja sebelum mereka memulai tugasnya, tujuannya agar mereka mentaatinya.
• Isolasi terhadap operasi atau proses yang membahayakan, misalnya proses pencampuran
• Pengaturan ventilasi setempat/lokal, agar bahan-bahan/gas sisa dapat dihisap dan dialirkan
keluar.
• Pengadaan ventilasi umum untuk mengalirkan udara ke dalam ruang kerja sesuai dengan
kebutuhan.
Berikut diberikan beberapa kasus kecelakaan yang sering terjadi, dan diberikan
mengakibatkan luka. Luka adalah terputusnya hubungan jaringan oleh sesuatu sebab.
Penyebab luka biasanya adanya persentuhan dengan benda tumpul (lecet, memar, robek).
Persentuhan denganbenda tajam (tusuk iris, bacok), atau luka baker yang disebabkan oleh
api, uap panas, cairan panas, zat kimia, sinar, arus listrik.
Adapun cara menolong akibat luka, bahwa agar supaya luka dapat sembuh dengan
sempurna maka harus dijaga jangan sampai luka itu menjadi kotor dan anggota badan yang
terluka jangan digerakkan. Pertolongan pada luka bakar, dilakukan : Jika kulit hanya merah
dan belum melepuh maka bagian badan yang kena itu dituangi air yang dingin. Kulit yang
keriput tidak boleh digunting. Kalau ada luka ,maka ini harus dibalut longgar- longgar saja.
Selimuti dia dengan selimut tebal dan beri minum sebanyak – banyaknya.
Kecelakaan lain yang sangat mungkin terjadi misalnya karena keracunan akibat gas beracun
yang bocor di suatu tempat (bengkel). Misalnya keracunan asap batu bara (CO-
karbonmonoksida) dan keracunan gas asap batu bara Gas. Hal ini berakibat dapat
menghalangi daya arah untuk menyerap oksigen. Gejala- gejala yang dapat dilihat
akibat keracunan gas, antara lain sakit kepala, kelemahan otot, kejang muka merah dan
lingkungan yang beracun itudan rebahkan ia didekat jendela yang terbuka supaya mendapat
udara yang segar, jika ia pingsan dan kelihatan tidak bernafas lagiharus dilakukan
pernafasan buatan Keracunan obat bius dan obat tidur. Panggil dokter secepatnya, harus di
ikhtiarkan supaya si sakit memuntahkan racun itu dengan memasukkan jari kedalam
kerongkongannya (tenggorokan) si sakit diberi obat norit dan minum susu sebanyak
Dengan makin rumitnya konstruksi dan makin meningkatnya jumlah dan jenis barang yang
- Standarisasi juga mengurangi pekerjaan tangan maupun pekerjaan otak. Dengan tercapainya
standarisasi, mesin-mesin dn alat-alat dapat dipergunakan secara lebih baik dan lebih efisien,
- Standarisasi membatasi jumlah jenis bahan dan barang, sehingga mengurangi kemungkinan
terjadinya kesalahan.
1. Semua alat hubung dan perlangkapan pembagi pesawat listrik, motor listrik, hantaran dari
alat-alat harus memenuhi peraturan dan pemeriksaan yang berlaku untuk itu.
2. Hal tersebut di atas tidak berlaku untuk tegangan yang lebih dari pada yang ditetapkan.
3. Tegangan untuk instalasi penerangan arus bolak-balik tidak boleh lebih tinggi dari 300 volt
terhadap tanah.
tidak lebih dari 6 titik hubung. Tiap golongan tidak lebih dari 12 titik hubung, untuk
pemasangan yang baru tidak lebih dari 10 titik. Ketentuan di atas tidak berlaku untuk
penerangan reklame, pesta dan yang bersifat istimewa seperti pada toko.
5. Setiap golongan penerangan, pembagian arusnya harus sama rata pada bagian fasenya.
Untuk pemasangan suatu instalasi listrik lebih dahulu harus dibuat gambar-gambar
spesifikasinya dan syarat-syarat pekerjaan yang diterima dari pihak bangunan / pemesan.
Harus diperhatikan spesifikasi dan syarat pekerjaan ini menguraikan syarat yang harus
dipenuhi pihak pemborong, antara lain mengenai pelaksanaannya material yang digunakan,
Gambar-gambarnya harus jelas, mudah dibaca dan dimengerti. Gambar denah bangunannya
saluran-saluran listriknya karena lebih penting maka digambar lebih tebal. Supaya gambarnya
Gambar situasi, untuk menyatakan letak bangunan dimana sintalasinya akan dipasang, serta
- Rencana penempatan semua peralatan listrik yang akan dipasang dan sarana peralatan,
- Hubungan antara peralatan listrik dan sarana pelayanannya dengan perlengkapan hubung
- Data teknis penting dari setiap peralatan listrik yang akan dipasang
setiap komponen.
- System pentanahannya.
Pengawasan pemasangan instalasi listrik dan tanggung jawab pelaksana dan pelaksanaan
pekerjaan diatur dalam pasal 910 antara lain ditentukan sebagai berikut.
2. Penaggung jawab pekerjaan instalasi harus seorang yang ahli berilmu pengetahuan dalam
3. Pekerjaan pemasangan instalasi listrik harus diawasi oleh seorang pengawas yang ahli dan
pemasangan instalasi listrik dan bertanggung jawab atas keselamatan para pekerjanya.
5. Pemasangan instalasi listrik yang selesai dikerjakan harus dilaporkan secara tertulis kepada
6. Setelah dinyatakan baik secara tertulis oleh bagan pemeriksa dan sebelum diserahkan
kepada pemilik, instalasinya harus dicoba dengan tegangan dan arus kerja penuh selama
waktu yang cukup lama, semua peralatan yang dipasang harus dicoba.
7. Perencana suatu instalasi listrik bertanggung jawab atas rencana yang telah dibuatnya.
8. Pelaksana pekerjaan instalasi listrik bertanggung jawab atas pekerjaannya selama batas
waktu tertentu. Jika terjadi suatu kecelakaan karena kesalahan pemasangan ia bertanggung
1. Tanda-tanda.
3. Cara pemasangannya.
4. Polaritasnya.
5. Pentanahannya.
7. Continuenitas rangkaian.
Alat-alat dan bahan yang umum dalam pembuatan instalasi listrik rumah tinggal.
- Penghantar / kabel.
- Pipa PVC untuk pengkabelan yang di tanam di dalam tembok dengan ukuran standart.
- Klem pipa.
diperlukan.
- Stop kontak.
- Sekring / MCB.
- Palu.
Dalam peraturan instalasi listrik dikenal 3 prisip dasar instalasi listrik yaitu handal,
aman, dan ekonomis. Handal artinya sistem instalasi dirancang dengan baik, sehingga
jarang terdapat gangguan; atau saat ada gangguan dari luar, sistem dapat
instalasi itu sendiri, dan lingkungan sekitar. Dengan menerapkan keamanan dan
· Bahaya sentuhan langsung yaitu bahaya sentuhan pada bagian konduktif yang secara normal
bertegangan.
· Bahaya sentuhan tidak langsung yaitu bahaya akibat sentuhan pada bagian konduktif yang
· Bahaya kebakaran biasanya terjadi akibat adanya percikan api dari hubung singkat. Namun
dalam beberapa kasus, kebakaran juga timbul akibat efek thermal dari sebuah penghantar
dengan tingkat resistansi tinggi yang dialiri arus dalam waktu yang cukup lama.
Pasal 3.
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
dalam ayat (1) sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan
Pasal 9.
Pasal 2
khusus.
pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan
Pasal 19 : Setiap badan , lembaga atau dinas pemberi jasa, atau bagiannya yang tunduk
kepada konvensi ini, dengan memperhatikan besarnya dan kemungkinan bahaya harus :
sama dengan badan, lembaga atau kantor pemberi jasa atau bagiannya.Mempunyai satu atau
Permennakertrans No.Per.15/Men/1982
Pasal 2
(1) Pengusaha wajib menyediakan petugas P3K dan fasilitas P3K di tempat kerja.
Pasal 3
(1) Petugas P3K di tempat kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) harus
memiliki lisensi dan buku kegiatan P3K dari Kepala Instansi yang bertanggungjawab di
(2) Untuk mendapatkan lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat-
d. memiliki pengetahuan dan ketrampilan dasar di bidang P3K di tempat kerja yang
(3) Pemberian lisensi dan buku kegiatan P3K sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dikenakan biaya.
(4) Pedoman tentang pelatihan dan pemberian lisensi diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Petugas P3K dalam melaksanakan tugasnya dapat meninggalkan pekerjaan utamanya untuk
memberikan pertolongan bagi pekerja/buruh dan/atau orang lain yang mengalami sakit atau
Pasal 5
Pasal 3 ayat (1), ditentukan berdasarkan jumlah pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat
kerja, dengan rasio sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.
a. Tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter lebih sesuai jumlah
b. Tempat kerja di setiap lantai yang berbeda di gedung bertingkat sesuai jumlah
c. Tempat kerja dengan jadwal kerja shift sesuai jumlah pekerja/buruh dan potensi
Pasal 8
(1) Fasilitas P3K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) meliputi :
a. Ruang P3K;
yang disesuaikan dengan potensi bahaya yang ada di tempat kerja yang digunakan dalam
keadaan darurat.
(3) Peralatan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berupa alat untuk
Pasal 9
(1) Pengusaha wajib menyediakan ruang P3K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
(2) Persyaratan ruang P3K sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :
lainnya;
2. Kertas tissue/lap;
3. Usungan/tandu;
4. Bidai/spalk;
Dari dua peraturan di atas, penulis hanya akan membahas PERMENAKER No. PER
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
a.Direktur ialah Pejabat sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang No. 1 Tahun
b.Pegawai Pengawas ialah Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan yang ditunjuk oleh Menteri
Tenaga Kerja;
c. Ahti Keselamatan Kerja ialah Tenaga Tehnis berkeahlian khusus dari luar Departemen
Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang-
d.Pengurus ialah orang atau badan hukum yang bertanggung jawab penuh terhadap tempat
e.Pengusaha ialah orang atau badan hukum seperti yang dimaksud pasal 1 ayat (3) Undang-
f. Tempat kerja ialah tempat sebagaimana dimaksud pasal 1 ayat (1) Undang undang No. 1
Tahun 1970;
h.Instalasi penyalur petir ialah seluruh susunan sarana penyalur petir terdiri atas penerima
Electrode) termasuk perlengkapan lainnya yang merupakan satu kesatuan berfungsi untuk
i.Penerima ialah peralatan dan atau penghantar dari logam yang menonjol lurus keatas dan
bumi;
k.Elektroda bumi ialah bagian dari instalasi penyalur petir yang ditanam dan kontak langsung
dengan bumi;
l.Elektroda kelompok ialah beberapa elektroda bumi yang dihubungkan satu dengan lain
sehingga merupakan satu kesatuan yang hanya disambung dengan satu penghantar
penurunan;
m.Daerah perlindungan ialah daerah dengan radius tertentu yang termasuk dalam
n.Sambungan ialah suatu kontruksi guna menghubungkan secara listrik antara penerima
penghantar penurunan dengan elektroda bumi, yang dapat berupa las, klem atan kopeling;
o.Sambungan ukur ialah sambungan yang terdapat pada penghantar penurunan dengan sistem
p.Tahanan pembumian ialah tahanan bumi yang harus dilalui oleh arus listrik yang berasal
dari petir pada waktu peralihan, dan yang mengalir dari elektroda bumi kebumi dan pada
kesatuan yang berada didalam atau pada bangunan, misalnya perancah-perancah baja, lift,
tangki penimbun, mesin, gas dan pemanasan dari logam dan penghantar penghantar listrik.
Pasal 2
(1) Instalasi penyalur petir harus direncanakan, dibuat, dipasang dan dipelihara sesuai dengan
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dan atau standart yang diakui;
(2) Instalasi penyalur petir secara umum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut
b.ketahanan mekanis;
(3) Bahan dan konstruksi instalasi penyalur petir harus kuat dan memenuhi syarat,
(4) Bagian-bagian instalasi penyalur petir harus memiliki tanda hasil pengujian dam atau
Pasal 3
terbuka dan dapat menahan kekuatan tarik sama dengaa sepuluh kali berat penghantar yang
Pasal 4
a. dilas.
b.diklem (plat k1em, bus kontak klem) dengan panjang sekurang-kurangnya 5 cm;
dengan mudah.
Pasal 5
Semua penghantar penurunan petir harus dilengkapi dengan sambungan pada tempat yang
mudah dicapai.
Pasal 6
(1) Pemasangan instalasi penyalur petir harus dilakukan oleh Instalatir yang telah mendapat
(2) Tata cara untuk mendapat pengesahan sebagaimana dimaksud ayat (1), diatur lebih lanjut
Pasal 7
Dalam hal pengaruh elektrolisa dan korosi tidak dapat dicegah maka semua bagian instalasi
harus dibalut dengan timah atau cara lain yang sama atau memperbaharui bagiau-bagiannya
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 8
Yang diatur oleh Peraturan Menteri ini adalah Instalasi Penyalur Petir non radioaktip di
tempat kerja.
Pasal 9
(1)Tempat kerja sebagaimana dimaksud pasal 8 yang perlu dipasang instalasi penyalur petir
antara lain:
b.Bangunan dimana disimpan, diolah atau digunakan bahan yang mudah meledak atau
terbakar seperti pabrik-pabrik amunisi, gudang penyimpanan bahan peledak dan lain-lain;
c. Bangunan untuk kepentingan umum seperti: tempat ibadah, rumah sakit, sekolah, gedung
d.Bangunan untuk menyimpan barang barang yang sukar diganti seperti: museum,
e. Daerah-daerah terbuka seperti: daerah perkebunan, Padang Golf, Stadion Olah Raga dan
tempat-tempat lainnya.
(2)Penetapan pemasangan instalasi pcnyalur petir pada tempat kerja sebagaimana dimaksud
ayat (1) dengan memperhitungkan angka index seperti tercantum dalam lampiran 1 Peraturan
Menteri ini.
BAB III
Pasal 10
(1) Penerima harus dipasang ditempat atau bagian yang diperkirakan dapat tersambar petir
dimana jika bangunan yang terdiri dari bagian-bagian seperti bangunan yang mempunyai
menara, antena, papan reklame atau suatu blok bangunan harus dipandang sebagai suatu
kesatuan;
(2) Pemasangan penerima pada atap yang mendatar harus benar-benar menjamin bahwa
(3) Penerima yang dipasang diatas atap yang datar sekurang-kurangnya lebih tinggi 15 cm
Pasal 11
b.hiasan-hiasan pada atap, tiang-tiang, cerobong-cerobong dari logam yang disambung baik
Pasal 12
Semua bagian bangunan yang terbuat dari bukan logam yang dipasang menjulang ke atas
dengan tinggi lebih dari 1 (satu) meter dari atap harus dipasang penerima tersendiri.
Pasal 13
Pilar beton bertulang yang dirancangkan sebagai penghantar penurunann untuk suatu instalasi
penyalur petir, pilar beton tersebut harus dipasang menonjol di atas atap dengan mengingat
Pasal 14
(1) Untuk menentukan daerah perlindungan bagi penerima dengan jenis Franklin dan sangkar
Faraday yang berhentuk runcing adalah suatu kerucut yang mempunyai sudut puncak 112°
(3) Untuk menentukan daerah perlindungan bagi penerima yang berbentuk penghantar
mendatar adalah dua bidang yang saling memotong pada kawat itu dalam sudut 112° (seratus
dua belas);
(3) Untuk menentukan daerah perlindungan bagi penerima jenis lain adalah sesuai dengan
PENGHANTAR PENURUNAN
Pasal 15
(1) Penghantar penurunan harus dipasang sepanjang bubungan (nok) dan atau sudut-sudut
bangunan ke tanah sehingga penghantar penurunan merupakan suatu sangkar dari bangunan
(2) Penghantar penurunan harus dipasang secara sempuma dan harus diperhitungkan
(3)Jarak antara alat-alat pemegang penghantar penurunan satu dengan yang lainnya tidak
(4) Penghantar penurunan harus dipasang lurus kebawah dan jika terpaksa dapat mendatar
(5) Penghantar penurunan harus dipasang dengan jarak tidak kurang 15 cm dari atap yang
Pasal 16
Semua bubungan (nok) harus dilengkapi dengan penghantar penurunan, dan untuk atap yang
datar harus dilengkapi dengan penghantar penurunan pada sekeliling pinggirnya, kecuali
Pasal 17
bangunan dan yang diperkirakan dapat tersambar petir, bagian bangunan yang terdekat
(2) Penghantar penurunan harus selalu dipasang pada bagian-bagian yang menonjol yang
(3) Penghantar penurunan harus dipasang sedemikian rupa, sehingga pemeriksaan dapat
Pasal 18
(2) Jika untuk melindungi penghantar penurunan itu dipergunakan pipa logam, pipa tersebut
pada kedua ujungnya harus disambungkan secara sempurna baik elektris maupun mekanis
Pasal 19
(1) Instalasi penyalur petir dari suatu bangunan paling sedikit harus mempunyai 2 (dua) buah
penghantar penurunan;
(2) Instalasi penyalur petir yang mempunyai lebih dari satu penerima, dari penerima tersebut
(3) Jarak antara kaki penerima dan titik pencabangan penghantar penurunan paling besar 5
(lima) meter.
Pasal 20
Bahan penghantar penurunan yang dipasang khusus harus digunakan kawat tembaga atau
(1) Sebagai penghantar penurunan petir dapat digunakan bagian-bagian dari atap, pilar-pilar,
dinding-dinding, atau tulang-tulang baja yang mempunyai massa logam yang baik;
(2) Khusus tulang-tulang baja dari kolom beton harus memenuhi syarat, kecuali;
b.Ujung-ujung tulang baja mencapai garis permukaan air dibawah tanah sepanjang waktu.
(3) Kolom beton yang bertulang baja yang dipakai sebagai penghantar penurunan harus
Pasal 22
Penghantar penurunan dapat digunakan pipa penyalur air hujan dari logam yang dipasang
tegak dengan jumlah paling banyak separuh dari jumlah penghantar penurunan yang
Pasal 23
(1)Jarak minimum antara penghantar penurunan yang satu dengan yang lain diukur sebagai
berikut;
b.pada bangunan yang tingginya antara 25 – 50 meter maka jaraknya {30 – (0,4 x
tinggi bangunan) }
(2) Pengukuran jarak dimaksud ayat (I) dilakukan dengan menyusuri keliling bangunan.
Pasal 24
Untuk bangunan-bangunan yang terdiri dari bagian-bagian yang tidak sama tingginya, tiap-
tiap bagian harus ditinjau secara tersendiri sesuai pasa1 23 kecuali bagian banguna yang
Pasal 25
(1) Pada bangunan yang tingginya kurang dari 25 meter dan mempunyai bagian-bagian yang
menonjol kesamping harus dipasang beberapa penghantar penurunan dan tidak menurut
(2) Pada bangunan yang tingginya lebih dari 25 meter, semua bagian-bagian yang menonjol
Pasal 26
Ruang antara bangunan-bangunan yang menonjol kesamping yang merupakan ruangan yang
sempit tidak perlu dipasang penghantar penurunan jika penghantar penurunan yang dipasang
Pasal 27
(1)Untuk pemasangan instalasi penyalur petir jenis Franklin dan sangkar Faraday, jenis-jenis
bahan untuk penghantar dan pembumian dipilih sesuai dengan daftar pada lampiran II
(2)Untuk pemasangan instalasi penyalur petir jenis Elektrostatic dan atau jenis lainnya, jenis-
jenis bahan untuk penghantar dan pembumian dapat menggunakan bahan sesuai dengan
daftar pada lampiran II Peraturan Menteri ini dan atau jenis lainnya sesuai dengan standard
yang diakui;
(3)Penentuan bahan dan ukurannya dari ayat (l) dan ayat (2) pasal ini, ditentukan berdasarkan
beberapa faktor yaitu ketahanan mekanis, ketahanan terhadap pengaruh kimia terutama
korosi dan ketahanan terhadap pengaruh lingkungan lain dalam batas standard yang diakui;
BAB V
PEMBUMIAN
Pasal 28
(1) Elektroda bumi harus dibuat dan dipasang sedemikian rupa sehingga tahanan pembumian
sekecil mungkin;
a.tulang-tulang baja dari lantai-lantai kamar dibawah bumi dan tiang pancang yang sesuai
c. pipa-pipa atau penghantar lingkar yang dipasang dalam bumi secara mendatar,
e.bahan logam lainnya dan atau bahan-bahan yang cara pemakaian menurut ketentuan pabrik
pembuatnya.
(3) Elektroda bumi tersebut dalam ayat (2) harus dipasang sampai mencapai air dalam bumi.
Pasal 29
a.Pipa baja yang disepuh dengan Zn (Zincum) dan garis tengah sekurang-kurangnya 25 mm
b.Batang baja yang disepuh dengan Zn dan garis tengah sekurang-kurangnya 19 mm;
c.Pita baja yang disepuh dengan Zn yang tebalnya sekurang-kurangnya 3 mm dan lebar
sekurang-kurangnya 25 mm;
(2) Untuk daerah-daerah yang sifat korosipnya lebih besar, elektroda bumi harus dibuat dari:
b.Pipa dari tembaga atau bahan yang sederajat atau pipa yang disepuh dengan tembaga atau
bahan yang sederajat dengan garis tengah daIam sekurang-kurangnya 16 mm dan tebal
sekurang-kurangnya 3 mm;
c.Batang baja yang disepuh dengan Zn dengan garis tengah sekurang-kurangnya 25 mm;
d.Batang tembaga atau bahan yang sederajat atau batang baja yang disalur dengan tembaga
e.Pita baja yang disepuh dengan Zn dan tebal sekurang-kurangnya 4 mm dan lebar sekurang-
kurangnya 25 mm.
Pasal 30
(1)Masing-masing penghantar penurunan dari suatu instalasi penyalur petir yang mempunyai
(2) Panjang suatu elektroda bumi yang dipasang tegak dalam bumi tidak boleh kurang
dari 4 meter, kecuali jika sebahagian dari elektroda bumi itu sekurang-kurangnya
(3)Tulang-tulang besi dari lantai beton dan gudang dibawah bumi dan tiang pancang dapat
digunakan sebagai elektroda bumi yang memenuhi syarat apabila sebahagian dari tulang-
tulang besi ini berada sekurang-kurangnya l (satu) meter dibawah permukaan air dalam bumi;
cm didalam tanah.
Pasal 31
Elektroda bumi dan elektroda kelompok harus dapat diukur tahanan pembumiannya secara
Pasal 32
ditanam lengkap dengan beberapa elektroda tegak atau mendatar sehingga jumlah tahanan
b.membuat suatu bahan lain (bahan kimia dan sebagainya) yang ditanam bersama dengan
Pasal 33
Elektroda bumi yang digunakan untuk pembumian instalasi listrik tidak boleh digunakan
Pasal 34
(1) Elektroda bumi mendatar atau penghantar lingkar dapat dibuat dari pita baja yang disepuh
(2) Untuk daerah yang sifat korosipnya lehih besar, elektroda burni mendatar atau penghantar
a.Pita baja yang disepuh Zn dengan ukuran lebar sekurang-kurangnya 25 mm dan tebal
b. Tembaga atau bahan yang sederajat, bahan yang disepuh dengan tembaga atau bahan yang
sederajat, dengan luas penampang sekurang-kurangnya 50 mm dan bila bahan itu berbentuk
c.Elektroda pelat yang terbuat dari tembaga atau hahan yang sederajat dengan luas satu sisi
MENARA
Pasal 35
(1) Instalasi Penyalur Petir pada bangunan yang menyerupai menara seperti menara air, silo,
b.Hantaran listrik;
c.Penempatan penghantar;
(2) Instalasi penyalur petir dari menara tidak boleh dianggap dapat melindungi bangunan
Pasal 36
(l) Jumlah dan penempatan dari penghantar penurunan pada bagian luar dari menara harus
(2) Didalam menara dapat pula dipasang suatu penghantar penurunan untuk memudahkan
Pasal 37
menghantar, harus dibumikan sekurang-kurangnya pada dua tempat dan pada jarak yang
Pasal 38
diperhatikan terhadap sifat korosip dan elektrolisa dan harus secara dilas karena kesukaran
BAB VII
Pasal 39
(1)Antena harus dihubungkan dengan instalasi penyalur petir dengan menggunakan penyalur
tegangan lebih, kecuali jika antena tersebut berada dalam daerah yang dilindungi dan
(2)Jika antena sudah dibumikan secara tersendiri, maka tidak perlu dipasang penyalur
tegangan lebih;
(3)Jika antena dipasang pada bangunan yang tidak mempunyai instalasi penyalur petir, antena
Pasa1 40
(1) Pemasangan penghantar antara antena dan instalasi penyalur petir atau dengan bumi harus
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga bunga api yang timbul karena aliran besar tidak dapat
menimbulkan kerusakan;
(2) Besar penampang dari penghantar antara antena dengan penyalur tegangan lebih,
penghantar antara tegangan lebih dengan instalasi penyalur petir atau dengan elektroda bumi
elektroda bumi harus dipasang selurus mungkin dan penghantar tersebut dianggap sebagai
Pasa1 41
(1) Pada bangunan yang mempunyai instalasi penyalur petir, pemasangan penyalur tegangan
lebih antara antena dengan instalasi penyalur petir harus pada tempat yang tertinggi;
(2) Jika suatu antena dipasang pada tiang logam, tiang tersebut harus dihubungkan dengan
Pasa1 42
(1) Pada bangunan yang tidak mempunyai instalasi penyalur petir, pemasangan penyalur
tegangan lebih antara antena dengan elektroda bumi harus dipasang diluar bangunan;
(2) Jika antena dipasang secara tersekat pada suatu tiang besi, tiang besi ini harus
BAB VIII
Pasal 43
(1) Pemasangan instalasi penyalur petir pada cerobong asap pabrik dan lain-lain yang
mempunyai ketinggian lebih dari 10 meter harus diperhatikan keadaan seperti dibawah ini :
a.Timbulnya karat akibat adanya gas atau asap terutama untuk bagian atas dari instalasi;
(2) Akibat kesukaran yang timbul pada pemeriksaan dan pemeliharaan, pelaksanaan
pemasangan dari instalasi penyalur petir pada cerobong asap pabrik dan lain-lainnya harus
Instaiasi penyalur petir yang terpasang dicerobong tidak boleh dianggap dapat bangunan yang
berada disekitarnya.
Pasa1 45
cerobong;
(2) Alat penangkap bunga api dan cincin penutup pinggir bagian puncak cerobong dapat
(3)Penerima harus disambung satu dengan lainnya dengan penghantar lingkar yang dipasang
pada pinggir atas dari cerobong atau sekeliling pinggir bagian luar, dengan jarak tidak lebih
(4) Jarak antara penerima satu dengan lainnya diukur sepanjang keliling cerobong paling
besar 5 meter. Penerima itu harus dipasang dengan jarak sama satu dengan lainnya pada
sekelilingnya;
(5)Batang besi, pipa besi dan cincin besi yang digunakan sebagai penerima harus dilapisi
Pasal 46
(1) Pada tempat-tempat yang terkena bahaya termakan asap, uap atau gas sedapat mungkin
(2) Sambungan-sambungan yang terpaksa dilakukan pada tempat-tempat ini, harus dilindungi
(3)Sambungan antara penerima yang dipasang secara khusus dan penghantar penurunan harus
penghantar penurunan petir yang dipasang dengan jarak yang sama satu dengan yang lain;
Pasal 48
(1)Cerobong dari logam yang berdiri tersendiri dan ditempatkan pada suatu pondasi yang
(2)Sabuk penguat dari cerobong yang terbuat dari logam harus di sambung secara kuat
Pasal 49
(1)Kawat penopang atau penarik untuk cerobong harus ditanamkan ditempat pengikat pada
(2)Kawat penopang atau penarik yang dipasang pada bangunan yang dilindungi harus
BAB IX
Pasal 50
(I)Setiap instalasi penyalur petir dan bagian-bagiannya harus dipelihara agar selalu bekerja
b.Setelah ada perubahan atau perbaikan suatu bangunan dan atau instalasi penyalur petir;
Pasal 51
(1)Pemeriksaan dan pengujian instalasi penyalur petir dilakukan oleh pegawai pengawas, ahli
pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh pegawai pengawas, ahli keselamatan kerja
dan atau jasa inspeksi yang ditunjuk termasuk penyedian alat-alat bantu.
Pasa1 52
a.elektroda bumi, terutama pada jenis tanah yang dapat menimbulkan karat;
c. sambungan-sarnbungan;
Pasa1 53
(1) Setiap diadakan pemeriksaan dan pengukuran tahanan pembumian harus dicatat dalam
Pasa1 54
(1) Tahanan pembumian dari seluruh sistem pembumian tidak boleh lebih dari 5 ohm
(2) Pengukuran tahanan pembumian dari elektroda bumi harus dilakukan sedemikian rupa
Pemeriksaan pada bagian-bagian dari instalasi yang tidak dapat dilihat atau diperiksa, dapat
PENGESAHAN
Pasal 55
(1) Setiap perencanaan instalasi penyalur petir harus dilengkapi dengan gambar rencana
instalasi;
(2) Gambar rencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menunjukan: gambar bagian
tampak atas dan tampak samping yang mencakup gambar detail dari bagian-bagaian instalasi
beserta keterangan terinci termasuk jenis air terminal, jenis dari atap bangunan, bagian-
bagian lain peralatan yang ada diatas atap dan bagian-bagian logam pada atau diatas atap.
Pasal 56
(1) Gambar rencana instalasi sebagaimana dimaksud pada pasal 55 harus mendapa
(2) Tata cara untuk mendapat pengesahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih
Pasal 57
(1) Setiap instalasi penyalur petir harus mendapat sertifikat dari Menteri atau pejabat yang
ditunjuknya;
(2) Setiap penerima khusus seperti elektrostatic dan lainnya harus mendapat sertifikat dari
(3) Tata cara untuk mendapat sertifikat sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diatur
Pasal 58
Dalam hal terdapat perubahan instalasi penyalur petir, maka pengurus atau pemilik harus
mengajukan permohonan perubahan instalasi kepada Menteri cq. Kepala Kantor Wilayah
Pengurus atau pemilik wajib mentaati dan melaksanakan semua ketentuan dalam Peraturan
Menteri ini.
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
Pasa1 60
pengurus atau pemilik yang melanggar ketentuan pasal 2, pasal 6 ayat (1), pasal 55 ayat (1),
pasal 56 ayat (1), pasal 57 ayat (1) dan (2), pasal 58 dan pasat 59 diancam dengan hukuman
ribu rupiah) sebagaimana dimaksud pasal 15 ayat (2) dan (3) Undang-undang No. 1 Tahun
BAB XII
ATURAN PERALIHAN
Pasal 61
Instalasi penyalur petir yang sudah digunakan sebelum Peraturan Menteri ini ditetapkan,
Pengurus atau Pemilik wajib menyesuaikan dengan Peraturan ini dalam waktu 1 (satu) tahun
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 62
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
mungkin.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja,
termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja demikian pula kecelakaan
yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja daan pulang
Penerapan K3 akan berjalan dengan baik apabila pemilik usaha dan pekerja
seringkali kita temui pemilik usaha dan pekerja yang tidak menerapkan dasar-dasar
K3 dan prinsip-prisip K3. Oleh karena itu diperlukan peran pemerintah untuk