Anda di halaman 1dari 3

Sistem Jaminan Kesehatan di Inggris

Belajar dari pengalaman negara lain, di Inggris jaminan kesehatan yang ditanggung pemerintah
disebut juga National Health Service.

Jaminan kesehatan ini sepenuhnya didanai dan dikelola oleh pemerintah secara nasional. Namun
sifat pengelolaannya sebagian dibiayai dari kontribusi wajib tenaga kerja (termasuk di sektor
informal) dan pemberi kerja. Sedangkan penyaluran dananya melalui anggaran belanja negara
yang sebagian besar bersumber dari pajak umum (tax-funded).

Di Inggris, segala bentuk pelayanan dikenai pajak yang tinggi. Sehingga meskipun tidak ada
pembayaran premi, seperti di Indonesia. Tapi pajak yang dibebankan sangat tinggi. Meski
demikian, NHS mencakup seluruh penduduk (universal coverage) termasuk orang asing yang
sifatnya menetap lama (permanen).

Yang menarik, menurut sumber yang pernah tinggal di Inggris selama setahun, Winarti (32)
menyebutkan, dalam rawat inap di Inggris, tidak ada kelas di rumah sakit karena pusat layanan
kesehatan ada pada layanan kesehatan primer. Semua dilayani sama.

Lebih jelasnya, berikut poin-poin keunggulan dan kelemahan NHS dibandingkan JKN di Indonesia.

1. Tak ada antrean

Winarti mengatakan, selama di Inggris, untuk mendapatkan layanan kesehatan tidak ada antrean.
Karena untuk melakukan janji dengan dokter, bisa dilakukan dengan telepon. Hal ini, baginya
sangat berbeda jauh dibandingkan dengan pelayanan JKN.

"Antrean di RS Cipto Mangunkusumo bisa dari pukul 2 pagi. Saya pernah mengantar anak saya,
harus antre 10 jam. Padahal kontrol di dokternya cuma 10 menit. Di Inggris, kita janji dengan
telepon. Jadi nggak pakai antre dan nggak terlalu banyak surat rujukan ini itu," katanya

Semua Ditanggung

2. Semua penyakit ditanggung

Baik warga Inggris atau tamu (orang asing) yang sifatnya permanen yang sakit, semuanya
ditanggung oleh NHS. Tak terkecuali penyakit kronis. Bahkan dalam kasus Winarti, semua warga
diajak untuk melakukan hidup sehat karena ada penyuluhan rutin setiap bulan.
"JKN kan basicnya pengobatan. Kalau di Inggris, petugas kesehatan itu melakukan tindak
pencegahan seperti datang ke apartemen dan mengajari kami banyak hal, seperti masak sehat
seperti apa-misalnya berapa takaran gula dan garam. Kenapa nggak pakai gula-garam,"
ungkapnya.

Untuk rawat inap, katanya, semua masyarakat akan dilayani sama. Tidak ada kelas tertentu yang
membedakan status seseorang.

3. Tidak bayar premi

Di Inggris, semua masyarakat tidak dibebankan pada premi jaminan kesehatan setiap bulan.
Pemasukan NHS sepenuhnya dari pajak yang dibayarkan masyarakat. Beban pajak yang tinggi
membuat masyarakat harus tepat waktu membayar. Jika terlambat, denda yang dibayarkan juga
sangat tinggi.

"Pajaknya tinggi. Biaya kesehatan dibayar dari APBN. Pajak kan masuk APBN. Semua fasilitas
pribadi apalagi pemerintah dikenai pajak. Seperti misalnya pajak menonton televisi, sekolah dan
sebainya. Kalau terlambat sehari saja, bisa didenda 1.000 pounsterling atau sekitar Rp 20 juta,"
tukasnya.

Bila dibandingkan dengan sistem JKN, masyarakat diwajibkan membayar iuran sedikitnya Rp
25.500 untuk kelas III, Rp 42.500 untuk kelas II, dan Rp 59.500 untuk kelas I. Tapi di Indonesia,
tidak ada aturan yang ketat yang detail untuk pajak. Karena pajak hanya dibebankan untuk orang
yang memiliki penghasilan, kepemilikan produk atau tanah.

Sampai Rumah

4. Pelayanan kesehatan sampai ke rumah

Semua pelayanan kesehatan yang tidak bisa diambil ke rumah sakit, akan diantar ke rumah.
Petugas kesehatan akan melatih keluarga untuk memberikan obat. Bila perlu ambulance, kata
Winarti, juga mudah. Tapi tak selesai sampai disitu, sampah obat, plastik juga akan diambil oleh
petugas kesehatan.

5. Penguatan dokter keluarga

Winarti menjelaskan, di Inggris, setiap RW memiliki dokter keluarga yang bertanggung jawab
atas kesehatan keluarga di wilayahnya. Bila penyakitnya serius, baru pasien dapat dirujuk ke
Rumah Sakit.
6. Pelit obat

Tak seperti di Indonesia yang selalu memberikan obat bagi pasiennya yang sakit. Di Inggris, lanjut
Winarti, pasien flu dan batuk akan langsung diminta pulang dan istirahat. Sedangkan untuk
pemeriksaan lanjutan, pemberian obat juga sangat ketat. Untuk mendapatkan obat, seseorang
harus biasanya perlu melakukan pemeriksaan lengkap.

Dalam sistem JKN, semua obat akan masuk ke dalam Formularium Nasional (Fornas). Di
dalamnya, seluruh produsen obat akan bergabung untuk nantinya dipilih obat terbaik dan
dikontrak oleh pemerintah.

Meski demikian, ada banyak kekhawatiran yang berkembang di masyarakat terkait pemberian
obat di era JKN. Pasalnya, untuk menjaga efektivitas tarif paket rumah sakit (InaCBGs), hampir
semua obat yang diberikan sifatnya generik. Hal inilah yang masih menjadi masalah mindset
masyarakat yang menyebutkan bahwa obat generik tidak lebih baik kualitasnya dengan obat
paten. Padahal, kualitasnya sama.

Winarti sendiri mengungkapkan, masalah obat generik bukan suatu hal yang darurat. Ia justru
khawatir karena ada banyak obat palsu yang berkembang di masyarakat. Wanita yang ikut
bersama suaminya di London ini mengatakan, beberapa kali menemui obat palsu di toko obat.
Sedangkan di Inggris, semua obat termasuk obat yang dijual bebas (OTC) dijamin keasliannya.
Dan masyarakat bisa mengadukannya ke pihak berwajib.

Anda mungkin juga menyukai