Modul Audit Kinerja BPKP PDF
Modul Audit Kinerja BPKP PDF
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan
Audit
Kinerja
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
2011
Audit Kinerja
Dikeluarkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP
dalam rangka Diklat Teknis Substantif Audit Kinerja
Edisi Pertama : Tahun 2011
Perevisi : Andilo Tohom Tampubolon, Ak., M.Si.
Pereviu : Estherlina Pasaribu, Ak.
Editor : Daissy Erdianthy, S.E., Ak., M.Ak.
Pusdiklatwas BPKP
Jl. Beringin II, Pandansari, Ciawi, Bogor 16720
Telp. (0251) 8249001 ‐ 8249003
Fax. (0251) 8248986 ‐ 8248987
Email : pusdiklat@bpkp.go.id
Website : http://pusdiklatwas.bpkp.go.id
e‐Learning : http://lms.bpkp.go.id
Dilarang keras mengutip, menjiplak, atau menggandakan sebagian atau
seluruh isi modul ini, serta memperjualbelikan tanpa izin tertulis dari
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP.
Audit Kinerja
KATA PENGANTAR
Perubahan lingkungan menjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat, hal ini
menuntut setiap orang untuk selalu memutakhirkan dan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan mengikuti pendidikan dan
pelatihan.
Pusdiklatwas BPKP sebagai salah satu instansi penyelenggara pendidikan dan pelatihan (diklat),
berkomitmen untuk memberikan yang terbaik bagi para pengguna jasanya. Melalui proses analisis
terhadap kebutuhan diklat dan evaluasi atas materi diklat, diikuti dengan langkah perbaikan
berkelanjutan serta kendali mutu yang cukup, kami berusaha untuk dapat menyajikan modul dengan
materi terkini untuk mendukung pencapaian kompetensi para peserta diklat sehingga mampu
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Modul ini adalah salah satu bahan ajar tertulis untuk digunakan pada proses pembelajaran diklat teknis
substansi yang dilaksanakan oleh Pusdiklatwas BPKP. Materi modul juga dirancang untuk dapat
dijadikan sebagai acuan dalam penerapannya di tempat kerja. Namun, modul ini tidak dimaksudkan
untuk menjadi satu‐satunya referensi yang berkenaan dengan substansi materinya. Peserta diklat
diharapkan memperkaya pemahamannya melalui berbagai referensi lain yang terkait.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi atas
terwujudnya modul ini.
Ciawi, Desember 2011
Kepala Pusdiklat Pengawasan BPKP
Meidyah Indreswari, S.E., Ak., M.Sc., Ph.D., CKM
NIP 19570502 198403 2 001
Pusdiklatwas BPKP i
Audit Kinerja
ii Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................ i
Daftar Isi ......................................................................................................................... iii
Daftar Lampiran .............................................................................................................. v
Daftar Gambar ................................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Keberhasilan ............................................. 2
C. Uraian Singkat Isi Modul ................................................................................ 2
D. Metode Pembelajaran ................................................................................... 3
BAB II KONSEP DASAR AUDIT KINERJA SEKTOR PUBLIK ............................................... 5
A. Pengertian Audit Kinerja ............................................................................... 5
B. Standar Audit Kinerja .................................................................................... 10
C. Tahapan Audit Kinerja .................................................................................. 12
D. Manfaat Audit Kinerja .................................................................................. 14
E. Latihan Soal ................................................................................................... 15
BAB V PENGUJIAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN ..................................................... 29
A. Maksud dan Tujuan ....................................................................................... 30
B. Unsur Pengendalian yang Diuji ..................................................................... 30
C. Teknik Pengujian yang Digunakan ................................................................ 34
D. Latihan Soal .................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 63
LAMPIRAN
iv Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
DAFTAR LAMPIRAN
I. Kartu Penugasan ........................................................................................................... 65
V. Daftar Pertanyaan Pengendalian Intern Tingkat Aktivitas ............................................ 77
X. Formulir Laporan Tindak Lanjut Temuan Audit ............................................................ 84
Pusdiklatwas BPKP v
Audit Kinerja
DAFTAR GAMBAR
1. Tahapan Audit Kinerja – Pendekatan Umum ................................................................ 12
2. Tahapan Audit Kinerja – Pendekatan SAKIP .................................................................. 13
3. Kubus SPIP ..................................................................................................................... 29
4. Hubungan Antar Unsur SPIP .......................................................................................... 33
vi Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
Bab I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagai bagian dari upaya peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance),
akuntabilitas merupakan prinsip yang harus diimplementasikan secara nyata. Akuntabilitas pengelolaan
instansi pemerintah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya menjadi tuntutan masyarakat yang harus
dipenuhi. Masyarakat sangat ingin melihat capaian kinerja dari seluruh instansi pemerintah, untuk
menilai seberapa akuntabel pengelolaan yang dilakukan instansi pemerintah. Untuk itu, manajemen
instansi pemerintah harus meningkatkan kinerjanya, mengelola semua sumber daya (input) secara
efektif dan efisien, sehingga hasil yang dicapai menjadi optimal.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
mewajibkan manajemen instansi pemerintah, menyusun laporan kinerja sebagai media akuntabilitas dari
pengelolaan instansi pemerintah. Laporan kinerja yang disampaikan instansi pemerintah harus mampu
memberikan informasi tentang pencapaian kinerja atas rencana stratejik dan rencana kinerja tahunan.
Dengan kata lain, laporan kinerja harus mampu menjelaskan pencapaian visi, misi, strategi, dan sasaran
strategis serta menjelaskan indikator kinerja yang dipakai untuk menilai keberhasilan pencapaian sasaran
strategis tersebut.
Laporan kinerja sebaiknya harus dapat memberikan informasi tentang area‐area penting yang harus
ditingkatkan kinerjanya, bukan hanya sekedar pemenuhan formal saja. Oleh sebab itu,
pertanggungjawaban kinerja tersebut harus dinilai, diuji, dievaluasi secara independen dan profesional
untuk mengetahui kelemahan‐kelemahan yang ada dan penyebabnya untuk selanjutnya mengajukan
rekomendasi perbaikan guna peningkatan kinerja instansi pemerintah. Hal ini dapat dicapai melalui
pelaksanaan audit kinerja yang efektif.
Guna membekali para auditor agar dapat melaksanakan penugasan audit kinerja yang efektif diperlukan
modul pelatihan yang tepat. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, modul ini disusun sebagai bahan
pembelajaran dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan AUDIT KINERJA bagi seluruh pejabat fungsional
auditor di lingkungan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Pemelajaran pada diklat teknis
substantif ini dilaksanakan selama 50 (lima puluh) jam pelatihan.
Pusdiklatwas BPKP 1
Audit Kinerja
Modul ini disarankan digunakan bersama‐sama dengan buku kerja yang berisi kasus‐kasus yang relevan
dalam penugasan audit kinerja. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dan mempercepat peserta
diklat dalam memahami konsep dan praktik audit kinerja. Untuk itu, modul ini telah mempertimbangkan
keberagaman latar belakang pendidikan dan karakteristik asal instansi dari para peserta diklat.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR KEBERHASILAN
1. Kompetensi Dasar
Modul ini disusun untuk memenuhi materi pemelajaran pada Diklat Teknis Substansi di
lingkungan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Materi dalam modul ini dirancang untuk
50 jam pelatihan. Kompetensi dasar yang dituju adalah:
Setelah mengikuti Diklat ini, peserta diharapkan mampu
melaksanakan audit kinerja pada instansi pemerintah.
2. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan pembelajaran modul ini adalah peserta diklat mampu:
a. menjelaskan pengertian audit kinerja;
b. menjelaskan standar audit kinerja;
c. menjelaskan tahapan audit kinerja;
d. melaksanakan perencanaan audit kinerja;
e. melaksanakan audit pendahuluan;
f. melaksanakan pengujian sistem pengendalian intern;
g. melaksanakan pengujian indikator kinerja dan capaian kinerja;
h. melaksanakan audit rinci dan penyusunan temuan;
i. menyusun laporan hasil audit kinerja; dan
j. melaksanakan tindak lanjut hasil audit kinerja.
C. URAIAN SINGKAT ISI MODUL
Materi diklat ini membekali peserta diklat dengan pengertian, pemahaman, dan metodologi yang harus
dilaksanakan dalam sebuah penugasan audit kinerja pada Instansi Pemerintah. Materi dari modul ini
diuraikan dengan mengikuti tahapan audit yang dilakukan.
2 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
Sistematika modul adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab II Konsep Dasar Audit Kinerja Instansi pemerintah
Bab III Perencanaan Audit Kinerja
Bab IV Audit Pendahuluan
Bab V Pengujian Sistem Pengendalian Intern
Bab VI Pengujian Indikator Kinerja dan Capaian Kinerja
Bab VII Audit Rinci dan Penyusunan Temuan
Bab VIII Penyusunan Laporan Hasil Audit Kinerja dan Pemantauan Tindak Lanjut
D. METODE PEMBELAJARAN
Agar peserta mampu memahami dengan cepat tentang substansi audit kinerja instansi pemerintah,
proses belajar mengajar menggunakan pendekatan andragogi.
Untuk melaksanakan pendekatan andragogi tersebut, metode belajar yang digunakan harus mampu
memacu peserta untuk berperan serta secara aktif melalui komunikasi dua arah. Metode pemelajaran ini
menetapkan kombinasi proses belajar mengajar dengan cara ceramah, tanya jawab, curah pendapat,
diskusi, dan kerja kelompok.
~
Pusdiklatwas BPKP 3
Audit Kinerja
4 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
Bab II
KONSEP DASAR AUDIT KINERJA
Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan para peserta diklat akan mampu menjelaskan
konsep‐konsep dasar audit kinerja instansi pemerintah, yang mencakup pengertian,
standar audit kinerja, dan tahapan pelaksanaan audit kinerja.
A. PENGERTIAN AUDIT KINERJA
Sebelum membahas pengertian audit kinerja, terlebih dahulu dipahami makna dari kinerja. Hal ini sangat
penting agar auditor dapat memiliki pandangan yang berorientasi hasil bukan semata‐mata pada
penilaian proses yang berorentasi pada ketaatan aturan semata‐mata.
Kinerja adalah gambaran mengenai pencapaian prestasi atau unjuk kerja dari instansi pemerintah. Hasil
kerja instansi ditunjukkan melalui capaian keluaran dan hasil dari suatu kegiatan atau program, sebagai
upaya instansi pemerintah mencapai tujuan dan sasaran yang telah dijabarkan dari misi atau tugas dan
fungsinya. Pengertian kinerja ini juga sejalan dengan apa yang dituangkan dalam Pasal 1 Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Secara
lengkap, peraturan ini mendefinisikan kinerja sebagai keluaran atau hasil dari kegiatan/program yang
hendak atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas
terukur.
Pengertian audit kinerja dari berbagai literatur, memiliki kesamaan makna yakni terkait upaya auditor
dalam melakukan penilaian atas efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan atau program. Hal ini
terlihat dari berbagai pengertian audit kinerja sebagai berikut.
1. Leo Herbert
Dalam bukunya Audit, The Performance of Management, Leo Herbert mendefinisikan audit kinerja
sebagai:
“audit yang meliputi penentuan sasaran audit (audit objective) oleh auditor
independen mengenai ekonomis, efisiensi, dan efektivitas dari kinerja manajemen,
Pusdiklatwas BPKP 5
Audit Kinerja
perolehan bukti sehubungan dengan tujuan audit tersebut, penganalisisan bukti
untuk mendapatkan suatu kesimpulan mengenai apakah manajemen sudah
menjalankan kegiatan atau programnya dengan ekonomis, efisien dan efektif serta
pelaporan hasil audit tersebut kepada pihak yang berkepentingan”.
Audit Kinerja (performance audit) dapat dilakukan terhadap semua kegiatan, baik kegiatan yang
menghasilkan keluaran (output) yang berwujud (tangible) maupun yang tidak berwujud
(intangible). Kegiatan yang menghasilkan keluaran yang berwujud antara lain hasil produksi, jalan,
jembatan atau bangunan gedung. Kegiatan yang menghasilkan keluaran yang tidak berwujud
antara lain kegiatan jasa penelitian, kepegawaian, pelayanan kesehatan, dan jasa lainnya yang
keluarannya sukar dikuantifikasikan.
Leo Herbert, mengklasifikasikan audit kinerja (audit performance) dalam 2 (dua) jenis audit: Audit
Manajemen (Management Audit/M‐Auditing) dan Audit atas Program (Program Audit/
P‐Auditing).
Audit Manajemen merupakan suatu jenis audit kinerja untuk menentukan atau menilai apakah
manajemen telah menjalankan kegiatan operasional organisasinya dengan ekonomis dan efisien.
Audit Manajemen harus dilakukan pada saat suatu kegiatan sedang berjalan guna mendapatkan
suatu umpan balik dalam rangka meningkatkan kehematan dan daya guna kegiatan tersebut.
Audit atas program merupakan suatu jenis audit kinerja (performance) untuk menentukan atau
menilai apakah tujuan yang diharapkan dari program telah tercapai secara efektif. Audit atas
Program pada dasarnya baru dapat dilaksanakan setelah program tersebut selesai, tetapi apabila
program tersebut memiliki sasaran antara setiap tahun, maka audit ini dapat dilakukan setiap
tahun.
2. International Organization of Supreme Audit Institutions (INTOSAI)
Dalam buku Implementation Guidelines for Performance Auditing yang diterbitkan pada tahun
2004, organisasi yang mewadahi institusi auditor pemerintah ini, mendefinisikan audit kinerja
sebagai sebuah pengujian yang independen terhadap kegiatan pemerintah yang meliputi:
a. audit atas pelaksanaan administrasi pemerintah (sound practice);
b. audit atas efisiensi pemakaian tenaga kerja, keuangan dan sumber daya lainnya;
Terkait dengan hubungan antara audit kinerja dan pengukuran kinerja, INTOSAI menyatakan
bahwa pengukuran kinerja adalah proses berkelanjutan (on going) yang berlangsung dalam
6 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
organisasi untuk menilai apakah program/kegiatan telah mencapai tujuannya yang dinyatakan
dalam standar kinerja yang terukur. Sedangkan, audit kinerja merupakan upaya menilai kualitas
informasi kinerja dan kecukupan indikator kinerja yang digunakan. Hal ini akan digunakan sebagai
acuan dalam merencanakan audit kinerja. Dalam audit kinerja, auditor harus mengalokasikan
waktu dan sumber daya untuk menilai apakah sistem pengukuran kinerja telah efektif, misalnya
menguji apakah indikator kinerja yang digunakan telah mengukur hal yang tepat.
3. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara yang diterbitkan BPK, mendefinisikan audit kinerja
sebagai:
a. pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas aspek ekonomis, efisiensi,
dan efektivitas (termasuk pengujian atas kepatuhan terhadap aturan);
b. pemeriksaan sistematis dan obyektif atas berbagai bukti untuk memberikan penilaian
independen atas kinerja entitas atau program/aktivitas;
c. termasuk pengujian atas keandalan ukuran‐ukuran kinerja yg digunakan auditan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Dalam pasal 50 PP 60 Tahun 2008, dijelaskan bahwa audit kinerja adalah audit atas pengelolaan
keuangan negara dan pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang terdiri atas aspek
kehematan, efisiensi, dan efektivitas. Selanjutnya, dalam penjelasan pasal 50 tersebut diuraikan
bahwa audit kinerja dari pengelolaan keuangan adalah mencakup audit atas:
a. penyusunan dan pelaksanaan anggaran;
b. penerimaaan, penyaluran, dan penggunaan dana;
c. pengelolaan aset dan kewajiban.
Sedangkan audit kinerja atas pelaksanaan tugas dan fungsi antara lain audit atas kegiatan
pencapaian tujuan dan sasaran.
Peraturan ini memiliki definisi audit kinerja yang selaras dengan ketentuan PP 60 tersebut di atas.
Audit kinerja adalah audit atas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah yang terdiri dari
aspek ekonomis, efisien, dan efektifitas.
Pusdiklatwas BPKP 7
Audit Kinerja
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa meskipun definisi audit kinerja ini berbeda‐beda tetapi
tetap tidak meninggalkan prinsip dasar yang sama yaitu ekonomis, efisien dan efektifitas. Penambahan
atau penekanan mungkin akan berbeda‐beda karena tuntutan peraturan yang berlaku atau interprestasi
oleh masing‐masing lembaga audit. Untuk dapat memberikan penilaian atas efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan tugas dan fungsi, audit kinerja menitikberatkan pada pencapaian prestasi atau unjuk kerja
dari instansi pemerintah. Dengan demikian audit kinerja berfokus pada hasil.
Dengan membandingkan keluaran dan hasil dengan penggunaan anggaran sebagai sumber daya (input),
auditor akan memiliki dasar untuk memberikan penilaian terkait efisiensi pelaksanaan kegiatan atau
program. Dengan membandingkan realisasi capaian hasil dan target hasil kegiatan atau program, auditor
dalam menilai efektivitas pelaksanaan kegiatan atau program. Untuk itu auditor harus menggunakan
indikator kinerja output dan outcome untuk membantu melakukan penilaian efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan kegiatan dan program dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran instansi pemerintah.
Indikator kinerja ini harus memenuhi syarat relevan, spesifik, dapat diukur, dan dapat diverifikasi.
Relevan berarti indikator kinerja memiliki hubungan yang jelas dengan apa yang hendak diukur. Indikator
juga harus spesifik dan mudah dipahami serta tidak menimbulkan tafsiran yang berbeda antara satu
pengguna dengan pengguna lainnya. Indikator kinerja juga harus dapat diukur dengan memperhatikan
ketersediaan data capaian kinerjanya. Selain itu, indikator kinerja juga harus dapat diverifikasi karena
berdasarkan data yang andal. Indikator harus dapat dipertanggungjawabkan, yakni bahwa dalam rangka
perhitungan hasil kinerja, jika diukur oleh pihak lain, akan memperoleh hasil yang sama dalam situasi
yang sama.
Berikut ini, sebagai bahan perbandingan, diberikan sedikit uraian tentang audit operasional.
Audit operasional adalah evaluasi yang bebas, selektif, dan analitis atas suatu kegiatan program, atau
fungsi dengan tujuan untuk memberikan saran‐saran perbaikan kepada obyek yang diperiksa (PPA STAN,
1992). Audit operasional menekankan pada audit dan penilaian atas cara‐cara manajemen mengelola
sumber dana dan daya untuk mencapai tujuan‐tujuan yang ditetapkan bagi suatu kegiatan, program,
atau fungsi.
8 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
> keuangan dan ketaatan pada peraturan;
> efisiensi dan kehematan;
> hasil program.
Untuk mencapai tujuan tersebut, audit operasional mendasarkan langkah auditnya terutama dengan
melalui pemahaman atas pengendalian manajemen yang diterapkan oleh auditan yang meliputi aspek‐
aspek pengorganisasian, kebijakan dan prosedur, personalia, perencanaan, akuntansi dan pelaporan,
serta pemeriksaan intern. Pemahaman atas cara penyelenggaraan organisasi melalui pemahaman atas
pengendalian manajemen terutama diarahkan untuk menetapkan kemungkinan perbaikan operasi
melalui evaluasi atas cara pelaksanaan operasi organisasi dengan pendekatan pemahaman atas proses
penyelenggaraan operasi organisasi (process review). Dengan pendekatan tersebut, dalam beberapa hal
audit operasional tidak harus menggantungkan pelaksanaan auditnya terhadap hasil operasi (capaian
kinerja) organisasi.
Dengan definisi dan pengertian audit operasional sebagaimana disebutkan di atas, maka dapat
disimpulkan perbedaan antara audit kinerja instansi pemerintah dengan audit operasional sebagai
berikut.
1. Audit kinerja lebih menekankan pada hasil atau “results based” artinya fokus dari audit kinerja
adalah peningkatan hasil atau kinerja, sedangkan audit operasional menekankan pada proses atau
“process review” artinya fokus kepada seberapa baik suatu proses dikendalikan.
2. Audit kinerja mendasarkan pengujiannya pada kerangka Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai
kriteria efisiensi dan efektivitas operasi sedangkan audit operasional lebih menekankan pada
ketaatan pada peraturan yang berlaku sebagai kriteria.
3. Audit kinerja mendasarkan saran perbaikan kinerja pada identifikasi kelemahan sebagaimana
ditunjukkan oleh hasil capaian kinerja sesuai dengan kerangka IKU yang dipergunakan, sedangkan
audit operasional mendasarkan saran perbaikan pada kelemahan yang ditemukan dari hasil
evaluasi atas pengendalian manajemen yang diterapkan.
4. Pedoman audit operasional yang ada saat ini dipandang terlalu umum dan belum menjelaskan
teknik‐teknik yang mungkin berguna dalam pelaksanaan audit kinerja seperti Customer Surveys,
Activity Mapping, Benchmarking, dan sebagainya.
Pusdiklatwas BPKP 9
Audit Kinerja
Perbedaan audit kinerja dan audit operasional, secara ringkas, dapat disajikan pada tabel di bawah ini.
B. STANDAR AUDIT KINERJA
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret
2008 mengatur standar pelaksanaan, pelaporan, dan tindak lanjut audit kinerja.
Standar pelaksanaan audit kinerja menyediakan kerangka kerja dalam melaksanakan dan mengelola
penugasan audit kinerja yang dilakukan auditor. Standar ini mengatur tentang:
1. Perencanaan, yaitu tentang penetapan sasaran, ruang lingkup, metodologi, dan alokasi sumber
daya serta evaluasi sistem pengendalian intern dan kepatuhan auditi terhadap peraturan
perundang‐undangan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan.
2. Supervisi yang harus diarahkan pada substansi dan metodologi audit, mulai dari perencanaan
hingga diterbitkannya laporan hasil audit yang dilakukan secara berjenjang oleh ketua tim dan
atasannya.
3. Pengumpulan bukti dan pengujian
Auditor harus mengumpulkan bukti yang cukup, kompeten, dan relevan. Kecukupan bukti audit
terkait dengan kecukupan jenis dan jumlah bukti. Bukti disebut kompeten jika sah dan dapat
diandalkan untuk menjamin kesesuaian dengan faktanya. Bukti audit disebut relevan, jika bukti
audit secara logis mendukung pendapat yang berhubungan dengan tujuan dan simpulan audit.
Pengujian bukti dilakukan untuk menilai kesahihan bukti yang dikumpulkan, yaitu kesesuaian
antara informasi yang terkandung dalam bukti audit dengan kriteria yang ditentukan.
10 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
4. Pengembangan temuan untuk memenuhi unsur‐unsur kondisi, kriteria, sebab, dan akibat.
5. Dokumentasi audit dalam bentuk kertas kerja audit yang harus disimpan secara tertib dan
sistematis agar dapat dengan mudah diambil kembali, dirujuk, dan dianalisis.
Standar pelaporan mengatur hal berikut.
1. Kewajiban membuat laporan segera sesudah selesai melakukan audit.
2. Cara dan saat pelaporan, yang mewajibkan auditor membuat laporan secara tertulis pada
kesempatan pertama setelah berakhirnya pelaksanaan audit.
3. Bentuk dan isi laporan yang menguraikan bahwa bentuk laporan dapat berupa surat atau bab; isi
laporan sekurang‐kurangnya memuat dasar audit, identifikasi auditi, tujuan, lingkup, dan
metodologi audit.
4. Kualitas laporan yang harus tepat waktu, lengkap, akurat, obyektif, meyakinkan, jelas, dan ringkas.
5. Tanggapan auditi harus diperoleh auditor secara tertulis untuk dievaluasi secara obyektif dan
disajikan dalam laporan hasil audit.
6. Penerbitan dan distribusi laporan menguraikan bahwa laporan hasil audit kinerja diserahkan
kepada pimpinan organisasi, auditi, dan pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima laporan
hasil audit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang‐undangan.
Standar tindak lanjut mencakup hal‐hal sebagai berikut.
1. Auditor harus mengkomunikasikan kepada auditi guna menegaskan tanggung jawabnya dalam
menyelesaikan atau menidaklanjuti temuan audit dan rekomendasinya.
2. Prosedur pemantauan, mewajibkan auditor untuk memantau dan mendorong tindak lanjut atas
temuan beserta rekomendasinya.
3. Auditor harus melaporkan status temuan beserta rekomendasi audit kinerja sebelumnya yang
belum ditindaklanjuti.
Pusdiklatwas BPKP 11
Audit Kinerja
C. TAHAPAN AUDIT KINERJA
Dalam melaksanakan audit kinerja perlu dilakukan secara bertahap dengan maksud menjamin mutu hasil
audit. Setiap tahap mempunyai prosedur yang harus diikuti auditor agar hasil yang dicapai sesuai dengan
yang telah direncanakan. Pengembangan prosedur audit dapat dilakukan oleh auditor disesuaikan
dengan kondisi lapangan.
Sejalan dengan uraian di atas, dalam modul ini, fokus utama audit kinerja adalah pada seberapa baik
instansi pemerintah yang diaudit dalam mencapai target kinerjanya. Oleh karena itu, setelah
perencanaan dan audit pendahuluan dilakukan pada tahap awal, audit kinerja harus diikuti dengan
proses pengukuran kinerja. Auditor harus melakukan pengujian atas keandalan indikator kinerja yang
digunakan dan menguji capaian kinerjanya. Proses berikutnya, atas setiap kesenjangan kinerja (gap) yang
ada, auditor melihat peluang perbaikan yang diperlukan guna menghasilkan output yang diharapkan
dapat mencapai sasaran strategis yang telah ditentukan. Saat yang bersamaan, tim audit harus mampu
mengumpulkan data mengenai penyebab dari tidak efektifnya sebuah proses bisnis berjalan. Pada
akhirnya, setelah mampu mengidentifikasi penyebab mendasar dari tidak tercapainya target kinerja, tim
audit mengusulkan rekomendasi perbaikan.
Secara umum, tahapan audit kinerja instansi pemerintah dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Tahapan Audit Kinerja – Pendekatan Umum
12 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
Mengingat semua instansi pemerintah memiliki kewajiban membuat laporan kinerja yang mengacu pada
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), maka modifikasi atas tahapan pendekatan
umum dapat dilakukan sesuai dengan SAKIP yang berlaku. Untuk satuan kerja eselon II ke atas dari
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang telah menerapkan SAKIP dengan baik, tahapan audit
kinerja dapat dilakukan sebagai berikut:
Laporan
Kinerja
Penilaian SPIP
Penetapan IKS yang
seharusnya
GAP
T IKKeg?
Y
Analisis GAP Pengujian
Rinci
Simpulan dan
Rekomendasi
2
Laporan AKSP
Gambar 2. Tahapan Audit Kinerja – Pendekatan SAKIP
Indikator Kinerja Utama (IKU) yang dinilai kecukupannya dapat bersumber dari indikator kinerja yang
telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja sebagai kontrak kinerja pejabat unit eselon I dan II.
Audit kinerja atas satuan kerja dari Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah eselon II ke bawah dapat
memanfaatkan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) DIPA yang memuat target kinerja output dari
satuan kinerja yang bersangkutan. Mengingat, pada tingkat eselon III ke bawah tidak memiliki kewajiban
menargetkan kinerja outcome, maka efektivitas kegiatan dapat dinilai dari pemenuhan standar
pelayanan minimal.
Pusdiklatwas BPKP 13
Audit Kinerja
D. MANFAAT AUDIT KINERJA
Sebagaimana diuraikan di muka, audit kinerja diharapkan memberikan dampak positif terhadap
perbaikan kinerja organisasi. Nilai tambah yang diharapkan adalah suatu perubahan dan atau perbaikan
yang dapat meningkatkan keekonomisan, efisiensi, dan efektivitas. Berikut ini diuraikan manfaat yang
dapat diperoleh dari sebuah audit kinerja.
1. Aspek ekonomi, berupa pengurangan biaya:
• sebagai hasil dari pengadaan yang lebih baik
• akibat pemanfaatan sumber daya yang lebih ekonomis
2. Aspek efisiensi, berupa:
• Peningkatan output pada tingkat input yang sama
• Perbaikan atas pekerjaan yang tumpang tindih
3. Aspek efektivitas, berupa:
• Memperjelas tujuan dan kebijakan
• Perbaikan dalam pencapaian tujuan
4. Peningkatan perencanaan, pengendalianm dan manajemen, yaitu:
• Memperjelas prioritas dan sasaran yang lebih baik
• Pengendalian yang ketat atas kecurangan
• Manajemen SDM, asset, proyek, dan sumber daya lain yang lebih baik
5. Peningkatan akuntabilitas, berupa:
• Indikator kinerja yang lebih baik dan akurat
• Perbaikan perbandingan kinerja (benchmarking) dengan instansi sejenis dengan auditan
• Penyajian informasi yang lebih jelas dan informatif
6. Peningkatan mutu layanan publik, berupa:
• Waktu tunggu yang semakin singkat
• Semakin luasnya jangkauan pelayanan
14 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
E. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan pandangan INTOSAI terkait dengan hubungan antara audit kinerja dan pengukuran
kinerja!
2. Jelaskan alasan kenapa indikator kinerja harus memenuhi syarat relevan!
3. Jelaskan makna dari pengumpulan dan pengujian bukti audit menurut Standar Audit APIP!
4. Uraikan manfaat dari audit kinerja!
~
Pusdiklatwas BPKP 15
Audit Kinerja
16 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
Bab III
PERENCANAAN AUDIT KINERJA
Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan para peserta diklat akan mampu
melakukan perencanaan audit kinerja instansi pemerintah.
Standar pelaksanaan audit kinerja mewajibkan setiap penugasan audit agar direncanakan secara
memadai. Dalam perencanaan audit harus didefinisikan dengan jelas tujuan audit, ruang lingkup, dan
metodologi audit untuk mencapai tujuan audit tersebut.
A. TUJUAN PERENCANAAN AUDIT
Audit kinerja harus dilaksanakan dengan lebih efektif dan efisien dalam penggunaan sumber daya. Oleh
karena itu, perencanaan dalam audit kinerja sebaiknya diawali dengan perencanaan aspek administratif
penugasan yaitu terkait penyiapan hal‐hal seperti: pengalokasian waktu, tenaga auditor dan dana yang
dianggarkan untuk pelaksanaan audit serta program audit secara umum. Perencanaan audit umumnya
bertujuan untuk menetapkan hal‐hal berikut :
1. Jumlah staf auditor, agar kecakapan staf auditor dapat dimanfaatkan secara optimal.
2. Jumlah waktu, agar terjamin ketepatan waktu kerja.
3. Program audit, agar diperoleh prosedur‐prosedur audit yang tepat sehingga terhindar dari
pelaksanaan prosedur yang sebenarnya tidak diperlukan.
4. Bentuk dan isi laporan hasil audit, untuk menentukan garis besar (outline) laporan yang bersifat
sementara atas area audit.
Perencanaan audit kinerja perlu disusun secara matang untuk menunjang kesuksesan audit kinerja.
Perencanaan audit yang baik merupakan faktor penting untuk dapat diperolehnya bukti audit (evidence)
yang cukup dan kompeten guna mendukung isi laporan audit. Oleh karenanya, perencanaan audit harus
dilakukan dengan mendapatkan waktu yang cukup. Perencanaan yang baik dan mendapatkan supervisi
yang memadai sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan tahap‐tahap audit berikutnya.
Pusdiklatwas BPKP 17
Audit Kinerja
B. FAKTOR‐FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN
Secara operasional, umumnya setiap audit selalu didahului dengan penugasan audit. Dalam penugasan
audit kinerja, salah satu poin penting yang perlu dikemukakan adalah penentuan satuan kerja yang akan
diperiksa. Untuk menentukan satuan kerja mana yang akan diaudit, auditor perlu mempertimbangkan
faktor‐faktor berikut:
1. Jumlah dana yang dikeluarkan, semakin besar dana yang tertanam dan dikeluarkan semakin besar
pula kebutuhan peningkatan cara penanganan dan penggunaan dana
2. Permintaan audit dari badan legislatif, pimpinan instansi atau pihak lainnya.
3. Pengetahuan yang dimiliki oleh auditor. Ada kalanya dalam melakukan tugas auditor menghadapi
hal‐hal atau area yang memerlukan kecakapan atau pengetahuan khusus yang tidak dimilikinya.
Dalam hal ini, perlu dipertimbangkan penggunaan tenaga ahli dari luar lembaga atau organisasi
auditor sehingga penugasan audit dapat tetap dilaksanakan.
4. Kompleksitas sistem pengendalian intern dari satuan kerja yang akan diperiksa.
5. Kondisi sistem pengendalian intern instansi pemerintah dan organisasi lainnya, berdasarkan
laporan hasil audit yang lalu, termasuk laporan hasil audit dari auditor eksternal.
C. PENYUSUNAN RENCANA AUDIT (AUDIT PLAN)
Berdasarkan tahapan kegiatan perencanaan audit di atas, perlu disusun suatu rencana audit. Rencana
audit pada umumnya berisi uraian mengenai tugas pokok dan fungsi dari satuan kerja atau kegiatan yang
akan diaudit, jangka waktu pelaksanaan audit, personel yang dibutuhkan, dan sumber daya lain yang
diperlukan untuk pelaksanaan audit.
Rencana audit dapat dituangkan dalam kartu penugasan seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MENPAN RB) Nomor 19 Tahun 2009 tanggal 1
Desember 2009 tentang Pedoman Kendali Mutu Audit APIP. Rencana anggaran waktu juga perlu
dituangkan dalam dokumen tersendiri seperti yang diatur dalam Peraturan Kepala BPKP Nomor PER‐
503/K/JF/2010 tanggal 13 Juli 2010 tentang Prosedur Baku Kegiatan Penilaian dan Penetapan Angka
Kredit. Format kedua dokumen tersebut terdapat dalam lampiran 1 dan 2.
18 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
D. INFORMASI YANG HARUS DIPEROLEH
Pada tahap ini semua informasi yang diperoleh bukan merupakan bukti (evidence) melainkan hanya
merupakan deskripsi yang umumnya dapat dikelompokkan dalam beberapa hal, yaitu:
1. Hal yang berkenaan dengan organisasi
a. Lokasi
b. Struktur organisasi
c. Sejarah Pendirian
d. Jumlah Tenaga Kerja yang terlibat
e. Kebijakan‐kebijakan organisasi
f. Kewajiban‐kewajiban hukum yang melekat
g. Dasar hukum pendirian organisasi
2. Sumber sumber eksternal yang dapat memberikan kontribusi kepada auditor yaitu:
a. studi dan riset yang dilaksanakan oleh pemerintah, professional dan kelompok‐kelompok
yang berkepentingan dengan auditan,
b. informasi yang disimpan oleh entitas sejenis,
c. riset yang dilaksanakan oleh akademisi dan organisasi riset,
d. pekerjaan yang sejenis yang dilakukan oleh instansi pemerintah lainnya ataupun LSM,
e. tulisan dalam media.
Untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi auditan dengan lebih jelas dan memberikan
saran‐saran perbaikan kinerja yang berkualitas, auditor harus memahami auditan dengan baik.
Pemahaman tersebut mencakup antara lain sifat usaha, program dan kegiatan, sumber daya,
stakeholder, dan keterbatasan‐keterbatasan auditan. Oleh karenanya, dalam tahap perencanaan auditor
harus mendapatkan informasi yang cukup mengenai auditan.
Pengumpulan informasi latar belakang penugasan audit mencakup antara lain, namun tidak terbatas
pada: Organisasi; Peraturan perundangan yang berlaku; rencana strategis perusahaan; Sistem dan
prosedur; data keuangan, ukuran/indikator kinerja yang digunakan; Informasi mengenai penerapan
sistem pengendalin intern pemerintah (SPIP); serta informasi lain yang relevan.
Auditor perlu mempelajari peraturan perundang‐undangan yang mendasari suatu program atau kegiatan
agar dapat mengidentifikasi tujuan yang dimaksud pembuat peraturan perundang‐undangan tersebut.
Hal ini untuk memberi landasan dalam pengembangan program audit secara lebih terinci, yang disusun
untuk menentukan apakah kebijakan, prosedur, dan praktik dari objek yang diaudit telah ditaati sejalan
Pusdiklatwas BPKP 19
Audit Kinerja
dengan maksud pembuat peraturan perundang‐undangan tersebut. Penelaahan harus mencakup
peninjauan terhadap peraturan perundang‐undangan yang mendasari manajemen auditan dalam
membuat keputusan, informasi mengenai peraturan perundang‐undangan yang secara khusus berlaku
bagi objek yang bersangkutan, termasuk peraturan dan keputusan berkekuatan hukum yang ada
kaitannya dengan kegiatan auditan.
E. PROGRAM KERJA AUDIT
Program Kerja Audit (PKA) adalah rancangan prosedur dan teknik audit yang disusun secara sistematis
yang harus diikuti/dilaksanakan oleh auditor dalam kegiatan audit untuk mencapai tujuan audit. PKA
disusun setelah auditor memperoleh pemahaman yang cukup tentang tujuan auditnya. PKA ibarat peta
bagi turis yang menunjukkan tempat‐tempat penting yang harus didatanginya. Bila turis tidak membaca
peta, ia tidak mungkin memilih objek wisata yang paling baik dengan ekonomis, efesien dan efektif.
Prosedur audit adalah urutan langkah yang sistematis yang perlu dilakukan oleh auditor untuk
mendapatkan bukti‐bukti audit yang diperlukan sesuai dengan tujuan audit yang ingin dicapai dengan
menggunakan teknik‐teknik audit yang sesuai. Jadi, prosedur audit itu terdiri dari beberapa teknik audit
untuk mencapai tujuan audit tertentu. Sedangkan, teknik audit adalah cara‐cara yang ditempuh oleh
auditor untuk mendapatkan bukti‐bukti yang diperlukan
Program Kerja Audit disusun secara tertulis untuk tahap audit pendahuluan dan pengujian sistem
pengendalian intern. Audit program untuk pengujian sistem pengendalian intern disesuaikan dengan
ruang lingkup audit, yaitu apakah tingkat satuan kerja keseluruhan (entitas) atau tingkat kegiatan (dalam
hal ini satuan kerja eselon II ke bawah).
Mengingat keberagaman proses bisnis dari tugas fungsi dan program/kegiatan dari auditan, PKA untuk
tahap pelaksanaan audit kinerja mempunyai karakteristik dan penekanan yang berbeda‐beda antar
instansi pemerintah.
Program Kerja Audit memuat:
1. tujuan audit untuk tiap tahapan,
2. prosedur audit yang akan dilakukan,
3. sumber‐sumber bukti audit,
4. petugas yang melaksanakan, dan
5. waktu yang dibutuhkan
20 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
Dengan mengacu pada pedoman kendali mutu audit APIP yang diterbitkan MENPAN RB, program kerja
audit dapat menggunakan format sebagaimana terdapat dalam lampiran 3.
F. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan tujuan dilakukannya perencanaan audit!
2. Untuk menentukan auditi yang akan diperiksa, uraikan factor‐faktor yang harus dipertimbangkan!!
3. Uraikan informasi yang harus diperoleh dalam tahap perencanaan audit!
4. Jelaskan pengertian dari Program Kerja Audit dan Teknik Audit!
5. Jelaskan bagaimana keberagaman proses bisnis dari auditan memengaruhi PKA audit rinci dalam
audit kinerja!
~
Pusdiklatwas BPKP 21
Audit Kinerja
22 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
Bab IV
AUDIT PENDAHULUAN
Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan para peserta diklat akan mampu melakukan
audit pendahuluan dalam penugasan audit kinerja instansi pemerintah.
Setelah memperoleh informasi umum, auditor diharapkan telah memiliki gambaran penugasan audit
secara ringkas mengenai karakteristik dari tugas fungsi dan program/kegiatan dari auditan. Selanjutnya,
tim audit perlu melakukan audit pendahuluan terkait dengan sistem pengukuran kinerja yang dimiliki
auditan, dengan menelaah berbagai prosedur dan meneliti dokumen terkait pengukuran kinerja.
A. TUJUAN AUDIT PENDAHULUAN
Melalui penelitian awal terhadap dokumen yang menjadi sumber informasi kinerja, maka auditor dapat
memperoleh gambaran penting tentang:
1. jenis dan jumlah indikator kinerja yang digunakan oleh instansi pemerintah;
2. sumber data kinerja (data primer atau sekunder);
4. saat pengumpulan dan pelaporan informasi kinerja (per transaksi/even atau periodik);
5. cara‐cara (metodologi) yang digunakan dalam pengumpulan dan pengolahan data kinerja (manual
atau terkomputerisasi);
6. bagaimana hasil data kinerja yang dikumpulkan, dianalisis, dikaji dan digunakan dalam proses
pengambilan keputusan.
Pusdiklatwas BPKP 23
Audit Kinerja
B. INFORMASI YANG HARUS DIPEROLEH
Pada tahap ini semua informasi yang diperoleh bukan merupakan bukti (evidence) melainkan hanya
merupakan deskripsi mengenai ukuran kinerja yang digunakan, baik pada tingkatan organisasi, maupun
program/kegiatan dari entitas yang diaudit.
1. Sumber sumber informasi relevan
a. Rencana stratejik instansi pemerintah: visi dan misi organisasi
b. Tugas pokok dan fungsi organisasi
c. Laporan audit sebelumnya, reviu, evaluasi dan penerapan dalam aktivitas organisasi.
d. Anggaran yang diperkirakan dan realisasi.
e. Hasil diskusi dengan manajemen, pegawai dan stakeholder lainnya.
f. Arsip kebijakan entitas, kebijakan pemerintah yang dipublikasikan ke masyarakat
2. Hal yang berkenaan dengan pengukuran kinerja
a. Kebijakan dan prosedur terkait pengumpulan, pengukuran, dan pelaporan kinerja (termasuk
uraian sistem informasi manajemen).
b. Rencana Kinerja Tahunan dan Penetapan Kinerja
c. Petunjuk Operasional Kegiatan DIPA yang memuat target output dari kegiatan yang
dilakukan
d. Laporan kinerja tahunan dan catatan atau notulen rapat pimpinan instansi
C. PIHAK‐PIHAK YANG TERKAIT
Banyak pihak yang terkait dengan auditan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pihak‐pihak ini
dapat berasal dari internal atau eksternal organisasi auditan, antara lain berupa perorangan, instansi
pemerintah, organisasi swasta dan masyarakat pada umumnya. Untuk itu, auditor hendaknya
memperoleh informasi sebagai berikut:
1. Pejabat atau pegawai yang bertanggung jawab atas pengembangan indikator kinerja
24 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
2. Pejabat atau pegawai yang bertanggung jawab atas pengembangan sistem pengumpulan data
kinerja
3. Pejabat atau pegawai yang bertanggungjawab atas penyusunan laporan kinerja
4. Pihak‐pihak yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program atau kegiatan auditan.
5. Pihak‐pihak yang menerima manfaat dan terkena akibat dari adanya program atau kegiatan yang
serupa.
6. Pihak‐pihak yang mempunyai program atau kegiatan yang serupa.
7. Pihak‐pihak yang mempunyai program dan kegiatan saling tergantung atau saling mendukung
dengan program, operasi dan kegiatan auditan.
D. TEKNIK DAN METODE AUDIT PENDAHULUAN
Beberapa teknik dan metode yang dapat dilakukan untuk audit pendahuluan antara lain:
1. Melakukan penelahaan sistem pengukuran kinerja.
Penelaahan dilakukan atas semua prosedur yang terkait dengan metode penetapan indikator
kinerja, cara pengumpulan dan pelaporan capaian kinerja.
2. Melakukan penelaahan atas peraturan‐peraturan yang bersifat khusus untuk auditan yang
bersangkutan, bagian‐bagian, program‐program dan operasi‐operasi di bawahnya.
3. Melakukan wawancara kepada pihak‐pihak terkait dengan sistem pengukuran kinerja.
4. Melakukan pengamatan langsung atas pengumpulan data kinerja dan fasilitas organisasi yang
digunakan untuk melakukan pengumpulan data kinerja.
5. Mempelajari hasil‐hasil studi, survei kepuasan pelayanan publik, survei kepuasan pegawai dan
survei lainnya.
6. Mempelajari hasil audit tahun‐tahun sebelumnya.
7. Studi kepustakaan.
8. Mengidentifikasi risiko organisasi.
Pusdiklatwas BPKP 25
Audit Kinerja
E. LANGKAH‐LANGKAH PELAKSANAAN AUDIT PENDAHULUAN
Dengan menggunakan berbagai teknik audit pendahuluan sebagaimana diuraikan di atas, langkah‐
langkah pelaksanaan audit pendahuluan secara sistematis dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Dalam waktu yang relatif singkat, dapatkan informasi‐informasi yang diperlukan yang
berhubungan dengan latar belakang dan informasi umum terkait sistem pengukuran kinerja
auditan.
2. Bila entitas yang diaudit telah menggunakan indikator kinerja utama, dapatkan dokumentasi yang
tersedia yang menjelaskan indikator tersebut. Selain itu, dapatkan pula sumber informasi internal
dan eksternal yang digunakan untuk menghitung indikator kinerja yang berbeda, seperti survei
pelanggan dan pegawai.
3. Lakukan analisis atas latar belakang dan informasi tersebut dalam rangka memperoleh bukti yang
relevan.
4. Buat kesimpulan sementara secara umum dari informasi‐informasi di atas.
5. Lakukan analisis arti penting dan risiko kegiatan entitas yang diaudit.
Dalam audit kinerja, pendekatan audit berbasis risiko lebih ditekankan pada risiko yang terkait
dengan aspek ekonomis, efisiensi, dan efektivitas dalam pengelolaan keuangan dan pencapaian
tujuan/sasaran dari pelaksanaan tugas dan fungsi auditi.
Beberapa hal yang dapat memicu timbulnya risiko yang harus dipertimbangkan auditor dalam
menilai risiko yang dihadapi auditi antara lain:
a. Pengeluaran yang signifikan di bawah atau melebihi anggaran
b. Tingginya mutasi pegawai
c. Ekspansi program secara mendadak
d. Ketiadaan reaksi manajemen auditi terhadap kelemahan yang ada
e. Tanggung jawab yang tumpah tindih dan tidak jelas
f. Aktivitas yang rumit dan penuh ketidakpastian
6. Identifikasikan bidang‐bidang atau kegiatan‐kegiatan yang kemungkinan terdapat kelemahan yang
memerlukan perbaikan (area kunci), sehingga dapat mengakibatkan tujuan auditan tidak tercapai.
Hasil identifikasi ini dapat dipergunakan sebagai dasar sementara dalam penentuan tujuan audit,
ruang lingkup audit, sasaran audit, penentuan kriteria dan bukti‐bukti audit yang diperlukan.
26 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
Agar lebih mudah dipahami, berikut ini diberikan contoh pelaksanaan audit pendahuluan
Dari hasil penugasan audit kinerja atas salah satu satuan kerja eselon II pada sebuah lembaga
pemerintah non kementerian, diperoleh informasi sebagai berikut:
a. Tugas pokok dan fungsi dari satuan kerja ini adalah:
• Pelaksanaan observasi cuaca dan iklim, dan pengolahan data dan informasi;
• Pelayanan data dan informasi;
• Penyampaian informasi kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan
perubahan iklim;
• Penyampaian informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat
berkenaan dengan bencana
b. Sasaran strategis dan indikator kinerja utama berdasarkan dokumen rencana strategis yang dimiliki
auditan adalah sebagai sebagai berikut:
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja
1 Meningkatnya kualitas hasil observasi • % pengolahan data yang sesuai sesuai
standar
• % observasi yang akurat
2 Meningkatnya ketersediaan data dan • % unsur data yang memenuhi standar
informasi ketersediaan
• % permintaan yang dipenuhi
3 Meningkatnya kecepatan layanan • % layanan yang sesuai standard waktu
pemberian informasi
4 Meningkatnya variasi media • Jumlah media diseminasi
informasi/diseminasi kepada masyarakat • indeks kepuasan pengguna jasa atas
aspek kecepatan, ketepatan, akurasi,
informatif
5 Meningkatnya jumlah PNBP • % jumlah PNBP yg diterima Bendahara
dibandingkan PNBP yg seharusnya
• % jumlah PNBP yg disetor k kas negara
dibandingkan yg diterima Bendahara
c. Dari pemberitaan di media massa diketahui bahwa banyak keluhan yang disampaikan masyarakat
pengguna jasa terkait dengan lambannya dan buruknya kualitas pelayanan masyarakat.
Masyarakat mengeluhkan berbelit‐belitnya proses pemberian layanan tersebut. Selain itu,
terdapat ketidakjelasan besarnya tarif layanan.
Dari informasi tersebut di atas, tim audit memutuskan bahwa salah satu bidang atau kegiatan yang
harus dilakukan audit kinerja adalah terkait dengan pemberian pelayanan informasi kepada
masyarakat dan penerimaan PNBP terkait dengan pelayanan tersebut.
Pusdiklatwas BPKP 27
Audit Kinerja
Terhadap bidang‐bidang atau kegiatan‐kegiatan yang dipandang memiliki risiko tinggi, auditor akan
melakukan pengujian atas sistem pengendalian yang ada dan mengukur capaian kinerja dari kegiatan‐
kegiatan tersebut. Hal ini akan diuraikan pada bab‐bab berikutnya.
F. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan maksud dan tujuan dilakukannya audit pendahuluan dalam audit kinerja!
2. Jelaskan informasi apa saja yang harus diperoleh dalam audit pendahuluan!
3. Jelaskan pihak‐pihak dari auditi yang terkait dengan pelaksanaan audit pendahuluan!
4. Jelaskan teknik dan metode yang dapat digunakan dalam pelaksanaan audit pendahuluan!
5. Jelaskan hal‐hal apa saja yang dapat memicu timbulnya risiko yang harus dipertimbangkan auditor
dalam menilai risiko yang dihadapi auditi!
~
28 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
Bab V
PENGUJIAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN
Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan para peserta diklat akan mampu melakukan pengujian
sistem pengendalian intern dalam penugasan audit kinerja instansi pemerintah.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
mendefinisikan sistem pengendalian intern pemerintah sebagai proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien,
keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang‐
undangan.
Definisi tersebut dapat digambarkan dengan kubus sebagai berikut:
Gambar 3. Kubus SPIP
Pusdiklatwas BPKP 29
Audit Kinerja
Gambar kubus tersebut di atas mencerminkan 3 (tiga) sisi, yaitu 5 (lima) unsur sistem pengendalian
intern, 4 (empat) sasaran untuk mencapai tujuan organisasi, dan 2 (dua) lingkup penerapan. Gambar
tersebut juga memberikan pemahaman bahwa kelima unsur tersebut dapat berlaku pada tingkat
organisasi secara keseluruhan atau hanya pada fungsi/aktivitas tertentu. Penerapan pada tingkat
organisasi terutama akan melibatkan pimpinan, dan penerapan pada tingkat aktivitas akan melibatkan
para pegawai. Semua itu dilakukan dalam rangka mencapai 4 sasaran untuk realisasi tujuan organisasi,
yaitu efisiensi dan efektivitas, pengamanan aset, keandalan laporan keuangan, dan ketaatan pada
peraturan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern yang baik akan membantu
organisasi mencapai target kinerjanya. Oleh karena itu, pemahaman dan pengujian atas efektivitas dari
sistem pengendalian intern auditan harus dilakukan dalam penugasan audit kinerja. Hal ini juga sejalan
dengan kewajiban yang ditetapkan dalam standar audit.
A. MAKSUD DAN TUJUAN
Dalam penugasan audit kinerja, pengujian atas sistem pengendalian intern dimaksudkan untuk menilai
efektivitas pengendalian intern untuk dapat membantu mengidentifikasi potensi kegiatan yang
kinerjanya tidak mencapai target. Apabila dari hasil pengukuran/penilaian kinerja, terbukti bahwa
kegiatan tersebut tidak tercapai kinerjanya, akan dilakukan pengujian rinci atas penyebab dari
ketidaktercapaian kinerja tersebut.
B. UNSUR PENGENDALIAN YANG DIUJI
Sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008, terdapat lima unsur dari sistem pengendalian intern yang diuji, yaitu
sebagai berikut:
Lingkungan pengendalian mencakup unsur‐unsur:
a. penegakan integritas dan etika;
b. komitmen atas kompetensi;
30 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
c. kepemimpinan yang kondusif;
d. pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;
e. pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;
f. penyusunan dan penerapan kebijakan serta praktik yang sehat mengenai pembinaan SDM;
g. peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif; dan
h. hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait.
2. Penilaian risiko (Risk Assessment)
Melakukan identifikasi dan analisis risiko yang berkaitan dengan permasalahan keuangan dan non
keuangan, sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
Penaksiran risiko mencakup unsur‐unsur:
a. tujuan dan sasaran (goals and objectives) pada tingkatan aktivitas;
b. identifikasi dan analisis risiko;
3. Kegiatan pengendalian (Control Activities)
Menciptakan kebijakan dan prosedur dalam rangka pengendalian untuk memberikan keyakinan
bahwa terdapat kegiatan yang dapat meminimalkan risiko dalam mencapai tujuan satuan kerja
yang diaudit atau tujuan program/kegiatan.
Kegiatan pengendalian mencakup unsur‐unsur:
a. reviu atas kinerja;
b. pembinaan SDM;
c. pengendalian atas sistem informasi (controls over information system);
d. pengendalian fisik aset;
e. penetapan dan reviu atas indikator kinerja;
f. pemisahan fungsi;
g. otorisasi transaksi;
h. pencatatan yang akurat dan tepat waktu;
i. pembatasan akses atas sumber daya dan catatan;
j. akuntabilitas atas sumber daya dan catatan; dan
k. dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern dan transaksi/kejadian penting.
Pusdiklatwas BPKP 31
Audit Kinerja
4. Informasi dan komunikasi
Informasi dan komunikasi diperlukan pimpinan auditan untuk melaksanakan pengendalian. Oleh
karena itu, informasi harus direkam dan dikomunikasikan kepada pimpinan dan pejabat lain yang
memerlukan guna menjalankan tanggung jawab operasionalnya.
Pemrosesan informasi dan komunikasi mencakup unsur‐unsur:
a. pencatatan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat;
b. mekanisme komunikasi internal dan eksternal yang efektif;
c. bentuk dan sarana komunikasi yang tepat; dan
d. penyempurnaan sistem informasi yang terus menerus.
5. Pemantauan (Monitoring)
Pimpinan auditan wajib melakukan pemantauan atas sistem pengendalian intern. Pemantauan
adalah proses penilaian mutu/kinerja dari pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan
mencakup unsur‐unsur:
a. pelaksanaan pemantauan berkelanjutan;
b. evaluasi terpisah; dan
c. tindak lanjut rekomendasi hasil pengawasan.
Atas masing‐masing unsur‐unsur pengendalian tersebut, terdapat faktor‐faktor yang dapat digunakan
sebagai dasar menilai efektivitas sistem pengendalian intern auditan. Auditor dapat menggunakan daftar
pertanyaan untuk menguji tingkat pemenuhan faktor‐faktor tersebut sebagaimana terdapat pada
lampiran PP Nomor 60 Tahun 2008. Daftar pertanyaan tersebut dirancang untuk pengujian atas sistem
pengendalian tingkat organisasi dan tingkat aktivitas. Contoh daftar pertanyaan tingkat organisasi
tercantum dalam lampiran 4. Untuk tingkat aktivitas, diberikan contoh untuk aktivitas pengadaan
barang/jasa yang terdapat dalam lampiran 5.
Ketika melakukan pengujian atas kelima unsur SPIP tersebut, auditor harus mempertimbangkan juga
keterkaitan dan hubungan antar unsur. Hal ini digambarkan dengan piramida sebagai berikut:
32 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
Gambar 4. Hubungan Antar Unsur SPIP
Kondisi lingkungan pengendalian akan memengaruhi penilaian risiko yang dimiliki auditan. Makin baik
lingkungan pengendalian suatu organisasi, makin rendah probabilita terjadinya risiko, terutama risiko
yang bersumber dari internal organisasi. Jika demikian, maka kegiatan pengendalian yang diperlukan
juga tidak terlalu banyak. Demikian pula dengan pemantauan pengendalian yang harus dilakukan.
Pemantauan terutama akan dilakukan atas tujuan atau kegiatan yang paling berisiko tinggi. Untuk
melaksanakan keempat unsur tersebut, diperlukan sistem informasi dan komunikasi yang andal.
Hasil pengujian atas kondisi sistem pengendalian intern yang ada, digunakan sebagai dasar menentukan
potensi kegiatan yang tidak tercapai target kinerjanya. Untuk itu, auditor harus dengan seksama menguji
capaian data kinerja terkait kegiatan tersebut. Pengujian data kinerja akan dibicarakan lebih lanjut dalam
bab berikut.
Contoh pengujian dapat diberikan sebagai berikut:
Melanjutkan contoh dari bab sebelumnya, jika dari hasil pengujian atas kondisi lingkungan pengendalian,
diperoleh fakta bahwa auditan tidak memiliki aturan perilaku dan tidak adanya standar kompetensi
untuk melaksanakan tugas layanan pemberian informasi, maka risiko ketidakakuratan dan
keterlambatan layanan akan meningkat. Jika pelaksanaan prosedur layanan tidak dipantau oleh atasan
dari pegawai yang melayani pemberian informasi tersebut, maka auditor harus lebih seksama menguji
kebenaran data capaian kinerja terkait indikator % pengolahan data yang sesuai sesuai standar, %
observasi yang akurat, dan ketepatan waktu layanan pemberian informasi.
Pusdiklatwas BPKP 33
Audit Kinerja
C. TEKNIK PENGUJIAN YANG DIGUNAKAN
Teknik yang digunakan untuk menguji sistem pengendalian intern satuan kerja, unit pelaksana teknis
(UPT), atau pengelola program adalah dengan melakukan survei, penelaahan dokumen dan pengamatan
lapangan/wawancara untuk memperoleh informasi mengenai efektivitas dan manfaat pengendalian
yang telah ditetapkan. Berikut penjelasan dari masing‐masing teknik tersebut.
1. Survei
Survei dilakukan dengan mengembangkan kuesioner yang akan disebarkan kepada sejumlah
responden yang terdiri dari unsur pejabat dan pegawai yang terkait.
2. Penelitian dokumen dan prosedur
Teknik ini dilakukan dengan mengambil uji petik dari dokumen yang tersedia, dinilai dengan
ketentuan dan prosedur yang berlaku. Penelitian dokumen dilakukan untuk memperoleh bukti
pengujian atas catatan dan dokumen yang dimiliki auditan. Pengumpulan bukti yang berasal dari
dokumen‐dokumen harus dipersiapkan dan ditujukan dalam rangka memperoleh informasi yang
mendukung simpulan atas efektivitas sistem pengendalian. Dokumen yang penting, signifikan atau
kontroversial harus dibuat duplikasinya untuk disimpan dan dicatat sumbernya, sehingga dapat
terhindar dari terjadinya polemik atas bukti pengujian yang berasal dari bahan‐bahan yang tertulis.
3. Pengamatan lapangan
Teknik ini dilakukan untuk mengukur dan menguji sejauhmana kegiatan pengendalian atas lima
komponen pengendalian berjalan secara efektif. Teknik seperti ini membantu auditor memperoleh
bukti atas aset fisik dan dapat membantu mengumpulkan bukti apakah pegawai telah memenuhi
prosedur yang layak. Peninjauan atas suatu proses tatkala proses tersebut beroperasi akan
memberikan auditor suatu pemahaman dan kredibilitas yang memadai pada saat membahas isu‐
isu dengan UPT/Satker yang diaudit.
4. Wawancara
Wawancara merupakan proses interaksi yang dilakukan dengan komunikasi secara lisan dengan
menggunakan metode tanya jawab yang mempunyai tujuan untuk memperoleh informasi yang
lebih rinci atau pendapat/keyakinan/tanggapan
Teknik ini lebih tepat digunakan jika jumlah respondennya sedikit dan responden memiliki
pengetahuan serta kompetensi terkait topik yang akan ditanyakan. Auditor dapat merumuskan
34 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
informasi dari tangan pertama (key person) mengenai aktivitas atau perilaku melalui suatu kajian
dari hasil wawancara yang cermat.
D. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan tujuan dari dilakukannya pengujian atas efektivitas sistem pengendalian intern dalam
audit kinerja!
2. Jelaskan unsur‐unsur sistem pengendalian intern yang harus diuji dalam audit kinerja!
3. Berikan contoh pengujian atas system pengendalian intern dalam penugasan audit kinerja dengan
memperhatikan keterkaitan antar 5 unsur SPIP!
4. Jelaskan teknik pengujian yang dapat digunakan untuk menguji sistem pengendalian intern!
~
Pusdiklatwas BPKP 35
Audit Kinerja
36 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
Bab VI
PENGUJIAN SISTEM MANAJEMEN KINERJA
Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan para peserta diklat akan mampu melakukan pengujian
sistem manajemen kinerja dalam penugasan audit kinerja instansi pemerintah.
Pengujian sistem manajemen kinerja dilakukan mulai dari pengujian atas penyusunan indikator kinerja
dan penilaian atas kecukupannya hingga pengujian dan pengukuran capaian kinerja dari satuan kerja
atau kegiatan yang diaudit.
A. PENILAIAN KECUKUPAN INDIKATOR KINERJA
1. Tujuan
Penilaian kecukupan indikator kinerja adalah langkah awal untuk menilai kinerja auditan. Penilaian
ini dilakukan untuk menjamin bahwa indikator kinerja yang digunakan benar‐benar dapat
menggambarkan kinerja instansi yang diaudit, sesuai dengan tujuan pendirian organisasi
sebagaimana tertuang dalam pernyataan visi, misi/tugas pokok dan fungsi, tujuan dan sasaran,
serta strategi organisasi.
Indikator kinerja tersebut dianggap cukup bila memenuhi karakteristik spesifik, dapat diukur,
relevan, dan komprehensif.
Spesifik berarti pernyataan indikator kinerja telah memberikan makna yang jelas dan sama di
antara para pengguna. Tidak ada interpretasi yang berbeda tentang apa arti dari indikator kinerja
dan bagaimana mengukurnya.
Dapat diukur berarti tersedia data kinerja yang obyektif untuk mengukur capaian dari indikator
kinerja tersebut dan menggunakan satuan ukuran yang umum digunakan seperti prosentase,
buah, unit dan sebagainya.
Pusdiklatwas BPKP 37
Audit Kinerja
Relevan berarti indikator kinerja yang digunakan selaras dengan pernyataan visi, misi, dan dan
tugas pokok dan fungsi organisasi, tujuan dan sasaran serta strategi yang ditetapkan.
Komprehensif berarti indikator Kinerja yang digunakan telah mencakup semua aktivitas kunci
instansi pemerintah serta mengandung komposisi yang baik antara indikator kuantitatif dan
kualitatif, internal dan eksternal, masa lalu dan masa depan.
2. Langkah–langkah Penilaian Indikator Kinerja
Langkah‐langkah dalam menilai apakah indikator kinerja telah spesifik adalah sebagai berikut:
a. Lakukan wawacara kepada beberapa pihak yang terlibat dalam penyusunan indikator kinerja
dan pengguna laporan kinerja untuk memperoleh pemahaman responden atas makna dan
cara pengukuran capaian kinerja.
b. Analisis konsistensi penggunaan rumusan yang digunakan untuk mengukur capaian kinerja.
c. Apabila terdapat perbedaan cara pengukuran, lakukan wawancara dengan pejabat atau
pegawai terkait untuk mendiskusikan kemungkinan berbagai interpretasi yang terjadi.
Langkah‐langkah dalam menilai apakah indikator kinerja telah dapat diukur adalah sebagai
berikut:
a. Identifikasi penggunaan satuan ukuran yang digunakan untuk mengukur capaian kinerja.
b. Identifikasikan dokumen yang dijadikan sumber data kinerja, baik data primer maupun
dalam bentuk laporan sebagai data sekunder.
c. Jika dari kedua langkah tersebut, auditor dapat mengidentifikasinya, maka dapat
disimpulkan indikator kinerja telah dapat diukur.
Langkah–langkah dalam menilai apakah indikator kinerja telah relevan meliputi:
a. Tentukan apakah tujuan keberadaan organisasi telah terefleksikan dalam pernyataan visi,
misi dan tujuan organisasi dengan merujuk pada peraturan perundang‐undangan yang
berlaku;
b. Lakukan penilaian apakah indikator kinerja telah merefleksikan pernyataan visi, misi, tugas
pokok dan fungsi organisasi, tujuan dan sasaran serta strategi yang ditetapkan auditan
sehingga memudahkan pengukuran kemajuan pencapaian sasaran instansi pemerintah
dengan cara:
38 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
1) Menentukan apakah indikator kinerja merupakan ukuran yang tepat untuk menilai
pencapaian target dan sasaran dengan memastikan bahwa indikator telah secara jelas
merepresentasikan atau terkait dengan kinerja yang diukur.
2) Membandingkan semua kata/frasa kunci dalam pernyataan‐pernyataan tersebut dan
tentukan apakah telah cukup tercakup dalam indikator kinerja.
4) Tentukan apakah indikator kinerja akan dapat menyediakan informasi yang relevan
dengan kebutuhan pengguna.
5) Apakah indikator terkait dengan aktivitas yang akan membantu pencapaian sasaran
dan tujuan organisasi.
Langkah–langkah pengujian untuk menilai apakah indikator kinerja telah komprehensif adalah:
a. Pastikan bahwa indikator telah mencakup seluruh aktivitas kunci yang dijalankan oleh
instansi pemerintah (auditan) yang bersangkutan.
b. Pastikan bahwa ada perimbangan yang baik antara indikator kuantitatif dan kualitatif yang
dapat menggambarkan secara komprehensif kinerja organisasi.
c. Pastikan bahwa ada perimbangan yang baik antara indikator masa lalu dan antisipasi
kesesuaian program instansi pemerintah dengan kondisi yang mungkin dihadapi di waktu
yang akan datang.
d. Adakan pengujian apakah cukup informasi tersedia di dalam laporan bagi pengguna untuk
memahami sifat aktifitas dan faktor‐faktor yang mempengaruhi kinerja yang telah dicapai.
3. Penetapan Indikator Kinerja yang Disepakati
Dalam hal auditan tidak memiliki indikator kinerja atau indikator kinerja yang digunakan
disimpulkan tidak memenuhi kriteria cukup (spesifik, dapat diukur. relevan dan komprehensif),
maka tim bersama‐sama auditan menetapkan indikator kinerja yang dipandang tepat sebagai
indikator kinerja auditan tersebut. Hal ini dapat terjadi saat auditor melakukan audit pada tingkat
Pusdiklatwas BPKP 39
Audit Kinerja
kegiatan yang berlangsung di satuan kerja eselon III ke bawah yang tidak memiliki kewajiban
membuat laporan kinerja dan penetapan kinerja.
Langkah penetapan kesepakatan indikator kinerja mencakup:
a. Dapatkan informasi tentang indikator kinerja yang lazim digunakan oleh instansi pemerintah
atau sektor publik sejenis baik di dalam maupun luar negeri (best practices).
b. Sepakati bersama dengan auditan indikator kinerja yang dipandang sesuai bagi auditan
terutama dengan memperhatikan kriteria spesifik, dapat diukur, relevan dan komprehensif.
4. Penyusunan Simpulan Tentang Kecukupan Indikator Kinerja
Berdasarkan hasil penilaian tentang kecukupan indikator kinerja, auditor menyusun simpulan
tentang indikator kinerja yang disepakati (baik indikator kinerja yang disusun sendiri oleh auditan,
dalam hal auditor setuju bahwa indikator kinerja dinyatakan telah cukup, maupun indikator kinerja
yang disepakati bersama antara auditor dan auditan) akan digunakan dalam menilai kinerja
auditan.
Indikator kinerja yang disepakati tersebut selanjutnya digunakan untuk mengukur capaiannya
dalam rangka menilai kinerja auditan sebagaimana dijelaskan di bawah ini.
B. PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA
1. Tujuan
Pengukuran capaian kinerja dimaksudkan untuk mengetahui prestasi auditan untuk periode yang
diaudit sesuai dengan indikator kinerja yang digunakan. Sehubungan dengan hal tersebut,
sebelum mengumpulkan informasi data hasil capaian kinerjanya, auditor harus meyakinkan diri
bahwa laporan kinerja telah disajikan secara wajar.
Indikator kinerja disimpulkan telah disajikan secara wajar bila data besaran indikator kinerja yang
dilaporkan instansi pemerintah didukung oleh data yang memadai dan dapat diandalkan.
Langkah penetapan kewajaran penyajian indikator kinerja meliputi:
40 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
b. Tentukan apakah indikator kinerja membatasi observasi pada jenis‐jenis permasalahan
tertentu atau situasi yang cenderung bergerak ke arah pencapaian target. Bila demikian,
buat penilaian sejauh mana hal itu akan membiaskan pengukuran.
c. Pastikan bahwa besaran angka hasil capaian kinerja didukung oleh data yang cukup dan
kompeten.
2. Data Capaian Kinerja
a. Bila auditan telah memiliki indikator kinerja dan melaporkan data capaiannya.
Dalam hal ini, auditor harus melakukan pengujian atas data kinerja. Pengujian ini dilakukan
dengan memastikan sumber data sekunder berupa laporan yang tepat yang dapat
digunakan untuk mengukur realisasi capaian kinerja. Jika dari hasil pengujian atas sistem
pengendalian terkait dengan sistem informasi menunjukkan tingkat keandalan yang
memadai, auditor dapat melakukan sampling terhadap dokumen pendukung primer
(berkas). Namun, jika hasil sampling menunjukkan bahwa laporan tersebut menunjukkan
informasi yang tidak andal, maka auditor harus melakukan pengukuran kinerja dengan
mendasarkan pada dokumen primer (berkas awal).
b. Bila digunakan indikator kinerja yang disepakati dan belum ada data capaiannya.
Dalam hal ini, auditor harus melakukan pengukuran untuk memperoleh data capaian kinerja
auditan pada periode yang diaudit. Gunakan seluruh informasi yang tersedia untuk
mendapatkan hasil capaian kinerjanya.
Dalam hal capaian indikator kinerja diperoleh melalui survei (Survei Kepuasan Pegawai dan Survei
Kepuasan Pelayanan Publik), auditor hendaknya melakukan pengujian atas ketepatan metodologi
survei yang dilakukan. Pengujian ini dilakukan dengan menilai ketepatan penetapan ukuran
sampel, pemilihan responden, pengolahan data hasil survei, dan penyimpulan hasil survei.
3. Hasil Pengukuran
Data capaian kinerja yang diperoleh dari pengukuran tersebut di atas selanjutnya dibandingkan
dengan tolok ukur yang dapat berupa target, standar, capaian tahun‐tahun sebelumnya, rata‐rata
capaian kinerja organisasi sejenis lainnya, atau data pembanding lainnya yang sesuai (benchmark
atau best practices).
Pusdiklatwas BPKP 41
Audit Kinerja
Hasil pembandingan tersebut merupakan kesenjangan (gap) antara realisasi capaian kinerja
dengan tolok ukurnya. Data gap tersebut selanjutnya digunakan sebagai dasar analisis dan
pengujian rinci untuk mencari penyebab hakiki terjadinya gap dan solusi perbaikannya
sebagaimana akan diuraikan pada bab berikut ini.
C. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan kriteria yang digunakan untuk menilai kecukupan indikator kinerja!
2. Jelaskan langkah‐langkah yang dapat dilakukan auditor dalam menilai apakah indikator kinerja
telah spesifik!
3. Jelaskan tujuan pengukuran kinerja dalam pelaksanaan audit kinerja!
~
42 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
Bab VII
AUDIT RINCI DAN PENYUSUNAN TEMUAN
Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan para peserta diklat akan mampu melakukan
audit rinci dan penyusunan temuan dalam penugasan audit kinerja instansi pemerintah.
A. ANALISIS GAP DAN PENGUJIAN RINCI
1. Tujuan
Langkah selanjutnya setelah diperoleh data kesenjangan (gap) antara tingkat capaian kinerja
dengan tolok ukur yang digunakan adalah menetapkan (bagian) kinerja mana yang menunjukkan
capaian yang jauh lebih rendah dari tolok ukurnya. Berdasarkan data tersebut, auditor
mengumpulkan informasi detail/rinci, sehingga dapat diperoleh faktor penyebab hakiki dari
penyimpangan/gap tersebut. Hipotesis awal yang muncul pada fase pengujian sistem
pengendalian intern akan diuji dan bila perlu dimodifikasi setelah informasi baru diperoleh dan
diuji.
Selama pelaksanaan fase ini, harus difokuskan pada hasil atau “focus on results”. Perolehan
informasi dipandu oleh program pengujian yang memungkinkan tim auditor untuk memahami
bagaimana setiap pekerjaan pengujian berhubungan dengan hasil yang diharapkan. Pada intinya,
fokus pengujian bukan pada pengendalian atau proses.
Audit rinci ini dapat mengarah pada beberapa atau seluruh sasaran berikut:
a. Ketepatan waktu, kualitas dan efisiensi;
b. Keandalan dan integritas sistem dan prosedur;
c. Pengendalian intern dan akuntabilitas;
d. Perlindungan terhadap aset‐aset publik;
e. Kepatuhan pada peraturan, kebijakan dan prosedur; dan/atau
f. Efektivitas layanan publik atau program/kegiatan.
Pusdiklatwas BPKP 43
Audit Kinerja
2. Langkah Pengujian Rinci
Langkah‐langkah pengujian terinci meliputi, sebagai berikut.
a. Mengembangkan sasaran/tujuan pengujian.
b. Menentukan ruang lingkup.
Maksud penentuan ruang lingkup adalah untuk memudahkan konsentrasi sumber daya tim
audit. Audit hendaknya difokuskan pada area‐area yang memiliki dampak signifikan
terhadap kinerja dan hasil.
c. Mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi (bukti).
Dalam pelaksanaan audit rinci, tim auditor harus mendapatkan bukti yang relevan,
kompeten, dan cukup. Bukti audit tersebut dapat berupa bukti fisik, dokumen, pengakuan,
dan bukti analitis. Bukti tersebut dapat diperoleh dengan cara inspeksi dan observasi,
wawancara, pengamatan langsung, perhitungan, pembandingan, dan analisis hubungan
logis antar data/informasi (reasoning),
d. Menetapkan faktor utama penyebab kesenjangan antara capaian kinerja dengan tolok
ukurnya.
Berdasarkan analisis atas bukti yang diperoleh, auditor menetapkan faktor utama yang
diperhitungkan sebagai penyebab kelemahan kinerja organisasi.
e. Membuat simpulan dan mendokumentasikan hasil audit.
Setelah seluruh data dan informasi diperoleh serta telah diidentifikasi faktor‐faktor
penyebab kelemahan kinerja organisasi, auditor meenyusun simpulan hasil audit dalam
format temuan hasil pengujian yang akan dibahas pada sub‐bab berikut ini.
B. PENYUSUNAN TEMUAN HASIL AUDIT
Temuan hasil audit merupakan dokumen yang berisikan temuan penting yang dihasilkan selama
pelaksanaan audit kinerja. Dokumen ini dibuat berdasarkan kertas kerja audit. Ketika menyusun temuan
44 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
hasil audit adalah penting untuk diingat bahwa arahnya akan bermuara pada laporan hasil audit.
Sehingga, diharapkan penulisan temuan hasil audit tersebut mempunyai struktur logika yang sama ketika
akan digunakan dalam penyusunan konsep laporan hasil audit.
Temuan hasil audit dibuat ringkas dan mencakup informasi cukup untuk menggambarkan permasalahan
secara memadai dan akibatnya terhadap pelaksanaan kegiatan dan program instansi yang diaudit.
Oleh karena itu, temuan hasil audit harus mengikuti kaidah penyusunan temuan audit, yaitu harus
memiliki kelengkapan unsur‐unsur temuan berupa:
1. Kondisi (“fakta yang ada”),
2. Kriteria (“apa yang seharusnya”),
3. Sebab (“mengapa terdapat deviasi antara kondisi dengan kriteria”).
4. Dampak (“apa konsekuensi dari kondisi yang tidak sesuai kriteria”),
5. Tanggapan auditan yang diperoleh secara tertulis terhadap kondisi, sebab, dan atau dampak
6. Rekomendasi auditor, sebagai sesuatu yang perlu dilakukan untuk menghilangkan atau
mengurangi penyebab, akan disampaikan baik secara lisan maupun tertulis kepada auditan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan rekomendasi :
2. Rekomendasi tersebut harus dinyatakan dalam arti yang luas terhadap apa yang perlu dilakukan
dengan rincian yang cukup agar auditan lebih praktis menerapkannya.
4. Bila terdapat beberapa alternatif rekomendasi terkait dengan biaya, harus diusulkan dan
disepakati oleh auditan.
Berikut ini disajikan contoh temuan audit kinerja yang baik, sesuai lingkup audit kinerja menurut PP 60
Tahun 2008.
Pusdiklatwas BPKP 45
Audit Kinerja
Contoh 7.1.
Temuan Audit Kinerja Atas Pencapaian Sasaran dari Tugas dan Fungsi
Dari hasil audit atas kinerja pengamatan udara ditemukan bahwa stasiun XXXX, belum mencapai
target. Sesuai dengan SK Kepala Badan nomor 123XYZ Tahun 2009, target jumlah pengamatan
sebesar 1.000 pengamatan, sedangkan pengamatan yang akurat hanya 50%
Hal ini disebabkan:
a. Kurangnya kompetensi dari pengamat yang tidak memperoleh sertifikasi yang memadai.
b. Pihak stasiun tidak pernah menerima berita cuaca (data cuaca) dari kapal – kapal niaga maupun
mercusuar‐mercusuar yang sangat penting untuk keperluan evaluasi dan verifikasi program
prakiraan atau keperluan analisis cuaca kelautan. Sesuai Keputusan Menteri PQR Nomor KM.
295/MG.201/Phb‐81 tentang Ketentuan Pelaksanaan Pengamatan dan Pengiriman Data Tahun
1981
c. Sebagian besar (10 unit) peralatan yang telah terpasang belum dikalibrasi ulang, sesuai jadwal
yang seharusnya, yaitu bahwa setiap peralatan mekanik wajib dikalibrasi selambat‐lambatnya 2
tahun sekali, sedangkan Peralatan elektronik (Otomatis) wajib dikalibrasi selambat‐lambatnya 1
(satu) Tahun sekali.
Akibatnya:
a. Menimbulkan potensi terjadinya kesalahan dalam tugas prakiraan baik prakiraan di wilayah laut di
lingkungan stasiun xxxx maupun pembuatan shipping wcast untuk pelayaran,
b. Meningkatnya keluhan pengguna informasi
Rekomendasi:
Disarankan kepada Kepala satuan XXXX agar
a. mengirimkan pengamat untuk mengikuti diklat sertifikasi yang dibutuhkan,
b. mengusulkan kepada menteri PQR agar membuat kebijakan yang mengaitkan kewajiban
pengiriman data cuaca dengan layanan pelabuhanan, dan
c. melakukan kalibrasi ulang atas 10 buah peralatan mekanik yang ada.
Dengan mengacu pada pedoman kendali mutu audit yang dikeluarkan MENPAN RB, temuan hasil audit
dapat dituangkan dalam bentuk formulir seperti terdapat pada lampiran 6.
46 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
Contoh 7.2.
Temuan Audit Kinerja atas Efektivitas dan Efisiensi Pengelolaan Keuangan
Dari hasil audit atas nilai kegiatan pemeliharaan, dijumpai adanya nilai kegiatan pemeliharaan
kendaraan bermotor yang melebihi target. Sesuai dengan POK DIPA satker ABC, nilai kegiatan
pemeliharaan tiap kendaraan bermotor adalah sebagai berikut:
a. Kendaraan bermotor roda 4 = Rp 13.000.000,‐ per tahun
b. Kendaraan bermotor roda 2 = Rp 2.800.000,‐ per tahun
Dari hasil pemeriksaan atas bukti‐bukti pemeliharaan kendaraan tersebut, dijumpai bahwa:
a. Satu buah kendaraan dinas Roda‐4, yang sudah tidak layak jalan sejak tahun 2008 sesuai laporan
Simak BMN Stasiun kondisinya sudah Rusak Berat namun masih dikeluarkan biaya
pemeliharaannya .
b. Satu buah kendaraan dinas Roda‐2, yang sudah tidak layak jalan sejak tahun 2008 sesuai laporan
Simak BMN auditan, kondisinya sudah Rusak Berat namun masih dikeluarkan biaya
pemeliharaannya.
Hal ini disebabkan:
a. Auditan belum melaksanakan Opname Fisik Barang Inventaris ( OFBI)
b. Auditan belum melaksanakan usulan penghapusan barang yang sudah tidak operasional.
Akibatnya terjadi kerugian Negara sebesar Rp 15.800.000, atas kelebihan pengeluaran biaya
pemeliharaan kendaraan bermotor tersebut.
Rekomendasi
Disarankan kepada kepala satker agar:
a. Secara berkala, melakukan opname fisik barang inventaris.
b. Mengusulkan penghapusan barang yang sudah rusak berat dan tidak digunakan lagi.
c. Menyetorkan ke kas negara sebesar Rp 15.800.000,‐ atas kelebihan pembayaran biaya
pemeliharaan kendaraan dinas.
Penyusunan temuan hasil audit dilaksanakan dengan urutan kegiatan sebagai berikut :
1. Konsep disusun oleh Ketua Tim Auditor dengan dibantu oleh anggota tim pada saat audit
berlangsung di lokasi auditan.
2. Konsep tersebut harus mendapatkan koreksi/persetujuan dari Pengendali Teknis.
Pusdiklatwas BPKP 47
Audit Kinerja
3. Konsep tersebut disampaikan kepada Pimpinan auditan untuk dibahas dan diberikan
komentar/tanggapan.
5. Terhadap temuan yang tidak disetujui, apabila dari hasil analisis atas tanggapan auditan beserta
bukti‐bukti pendukungnya, tim audit menerima alasan yang disampaikan, temuan tersebut dapat
dihilangkan dari temuan hasil audit atau memberi tanda silang (x) pada konsep temuan.
6. Ketua tim atau Pengendali Teknis audit bersama sama dengan pimpinan auditan memaraf tiap
halaman temuan hasil audit. Ketua tim dan atau Pengendali Teknis audit bersama sama dengan
pimpinan auditan menandatangani halaman terakhir dari halaman temuan tersebut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam meminta tanggapan, adalah sebagai berikut.
2. Kerahasiaan. Auditor harus memastikan bahwa kerahasiaan isi ikhtisar temuan hasil audit dapat
terjaga baik oleh auditor dan auditan. Kata rahasia harus dimuat dalam halaman sampul dan
setiap lembar isi ikhtisar temuan hasil audit.
3. Jangka waktu. Kesepakatan mengenai jangka waktu pemberian tanggapan harus ditetapkan
bersama antara auditor dan auditan. Auditor harus selalu memonitor kemajuan proses pemberian
tanggapan atas ikhtisar temuan hasil audit yang bersangkutan.
Tanggapan yang diberikan, seperti janji atau rencana tindakan perbaikan harus dimuat sebagai
kelengkapan ikhtisar temuan hasil audit, namun bukan sebagai pembenaran untuk menghilangkan
temuan signifikan dan rekomendasi yang berhubungan dengan temuan tersebut. Tanggapan dari pihak
auditan sebaiknya dibuat secara tertulis dan didukung oleh dokumen penunjang tanggapan.
48 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
C. LATIHAN SOAL
1. Uraikan langkah‐langkah pengujian rinci dalam audit kinerja!
2. Jelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan saat mengembangkan rekomendasi atas temuan
audit kinerja!
3. Jelaskan apa yang harus dilakukan tim audit dalam menanggapi tanggapan auditan yang tidak
menyetujui temuan!
~
Pusdiklatwas BPKP 49
Audit Kinerja
50 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
Bab VIII
PENYUSUNAN LAPORAN HASIL AUDIT
KINERJA DAN PEMANTAUAN TINDAK LANJUT
Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan para peserta diklat akan mampu menyusun
laporan hasil audit kinerja dan melakukan pemantauan tindak lanjut dalam
penugasan audit kinerja instansi pemerintah.
A. PENDAHULUAN
1. Pengertian Laporan Hasil Audit Kinerja
Laporan Hasil Audit Kinerja adalah dokumen atau media komunikasi auditor untuk menyampaikan
informasi tentang simpulan, temuan dan rekomendasi hasil audit kinerja yang dilakukan terhadap
instansi pemerintah pusat dan daerah, badan dan organisasi lainnya.
2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan pelaporan hasil audit kinerja adalah:
a. Mengkomunikasikan hasil audit kepada pihak‐pihak yang berkepentingan;
b. Merupakan laporan tertulis dari tim auditor sebagai bukti penyelesaian tugas;
c. Menyajikan penilaian yang independen dan profesional atas kinerja auditan;
d. Memberikan saran dan rekomendasi untuk meningkatkan kinerja instansi pemerintah;
e. Alat pemantauan tindak lanjut untuk mengetahui apakah tindakan perbaikan sebagaimana
direkomendasikan telah dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Informasi yang disampaikan dalam laporan audit kinerja sebaiknya mudah dimengerti, bebas dari
bias, didukung dengan bukti audit yang kompeten, relevan, independen, obyektif, fair dan bersifat
konstruktif. Laporan audit yang memuat hasil penilaian kinerja auditan secara obyektif dan
independen serta saran untuk peningkatan kinerja secara berkelanjutan sangat bermanfaat bagi
Pusdiklatwas BPKP 51
Audit Kinerja
para pengguna laporan (Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah, DPR/D, dan stakeholder lainnya)
sehingga diharapkan terjadi perubahan yang positif tidak hanya dalam pelaksanaan kegiatan
auditan tetapi juga pada pengelolaan pemerintahan secara umum.
B. PROSES PELAPORAN
Semua tanggapan dari auditan dan evaluasi auditor atas tanggapan auditan dituangkan dalam laporan
hasil audit. Evaluasi auditor tersebut bisa berupa tanggapan positif artinya menerima tanggapan auditan
atau negatif artinya menolak tanggapan dan alasan auditan karena bukti dan alasan yang diajukan tidak
dapat diterima.
Konsep laporan disusun segera setelah pekerjaan lapangan selesai berlandaskan fakta yang direkam
dalam KKA, temuan hasil audit, dan hasil pembahasan temuan hasil audit. Selanjutnya, konsep laporan
direviu secara berjenjang mulai dari pengendali teknis hingga pejabat yang berwenang untuk
menyetujui. Reviu konsep laporan bertujuan untuk menentukan kelayakan dan ketepatan format dan
materi laporan. Formulir‐formulir yang digunakan dalam melakukan reviu laporan adalah:
• Routing Slip untuk mengendalikan ketepatan dan kecepatan penyelesaian laporan;
• Lembar Reviu Konsep Laporan (Review Sheet) yang berfungsi sebagai lembar kendali materi
laporan yang digunakan untuk mengendalikan/menilai mutu materi laporan hasil audit kinerja.
• Check List Penyelesaian Laporan yang berfungsi menilai kelengkapan isi laporan
Bentuk formulir‐formulir tersebut di atas dapat menggunakan format dalam lampiran 7, 8, dan
9.lapor\DAFTAR ISI.doc
Laporan final adalah konsep laporan yang telah melalui proses reviu berjenjang hingga inspektur. Konsep
laporan yang telah diperbaiki dan disetujui oleh Inspektur kemudian disampaikan kepada bagian
penggandaan untuk digandakan. Selanjutnya laporan tersebut diberi nomor dan ditandatangani oleh
pejabat yang berwenang untuk seterusnya didistribusikan kepada pihak‐pihak yang berkepentingan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
52 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
Media dan sarana yang dapat digunakan oleh auditor selama proses penyusunan laporan hasil audit
adalah:
1. Notisi Audit
Ketika menulis notisi audit, auditor perlu memperhatikan bahwa arahnya akan bermuara pada
laporan audit final. Sehingga, diharapkan penulisan notisi audit tersebut mempunyai struktur
logika yang sama ketika akan digunakan dalam penyusunan konsep laporan.
Notisi audit dibuat ringkas dan mencakup informasi cukup untuk menggambarkan permasalahan
secara memadai dan akibatnya terhadap pelaksanaan operasi dan program instansi yang diaudit.
Usulan perbaikan juga dimasukkan apabila dianggap diperlukan. Hal ini dapat mengarahkan
implementasi rekomendasi secara lebih dini sehingga berdampak pada perbaikan administrasi
publik.
2. Pembahasan Akhir (Exit Conference)
Pembahasan akhir (exit conference/meeting) yang formal merupakan pembahasan terakhir atas
temuan‐temuan, kesimpulan dan saran perbaikan yang diusulkan oleh tim auditor. Pembahasan
ini penting untuk memperoleh keyakinan bahwa isu‐isu atau permasalahan yang dikemukakan
dapat dimengerti secara penuh oleh kedua belah pihak. Tanggapan atau respons dari auditan
perlu dipertimbangkan dalam membuat konsep laporan hasil audit.
3. Konsep Laporan
Konsep laporan disusun setelah pekerjaan lapangan selesai berlandaskan fakta yang direkam
dalam Kertas Kerja Audit, Notisi Audit, dan hasil diskusi/pembahasan akhir dengan auditan.
Selanjutnya, konsep laporan diriviu oleh penanggung jawab audit. Riviu konsep laporan bertujuan
Pusdiklatwas BPKP 53
Audit Kinerja
untuk menentukan kelayakan dan ketepatan format dan materi laporan dan dilakukan secara
berjenjang dimulai dari pengendali teknis (dalnis), pengendali mutu (daltu), direktur/kepala
perwakilan untuk dikoreksi dan/atau disetujui.
Draf atau konsep laporan perlu dikomunikasikan kepada auditan untuk melihat konteks laporan
secara menyeluruh termasuk temuan audit, simpulan, dan saran. Tujuannya adalah untuk
menghindari adanya kejutan‐kejutan yang tidak menyenangkan dari isi laporan serta untuk
mendapatkan masukan/respons/tanggapan/ bantahan tambahan dari auditan.
4. Laporan Final
Laporan final adalah konsep laporan yang telah melalui proses riviu berjenjang oleh dalnis, daltu
atau penanggung jawab audit. Hal‐hal yang perlu mendapat perhatian dalam finalisasi laporan
hasil audit kinerja adalah:
a. Menghindari berbagai kesalahan yang material yang dapat merusak secara potensial
kredibilitas laporan dan lembaga auditor. Oleh karena itu, adalah hal yang krusial, untuk
memberi perhatian penuh kepada keakuratan, kelogisan dan kejelasan dari laporan;
c. Pendistribusian Laporan hasil audit beserta surat pengantar (SP) disampaikan kepada
pengelola dan penanggung jawab instansi yang diperiksa dan pihak‐pihak yang
berkepentingan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
d. Laporan harus didistribusikan secara cepat (tepat waktu) kepada pejabat yang
berkepentingan sehingga pejabat yang bertanggung jawab dapat segera merespons atau
mengambil tindakan perbaikan sesuai dengan saran dan rekomendasi auditor;
e. Semua dokumen dan informasi yang berkaitan dengan kegiatan audit dan pelaporan hasil
audit harus dijaga kerahasiaan dan keamanannya.
C. BENTUK DAN ISI LAPORAN HASIL AUDIT
Dalam menentukan bentuk dan isi laporan, auditor harus menggunakan pertimbangan profesional yang
meliputi pertimbangan atas pengguna dan distribusi laporan. Penggunaan tabel, grafik, dan slide yang
ringkas perlu dipertimbangkan dalam menyusun laporan untuk mendukung penyajian laporan yang
bersifat formal.
54 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
Laporan hasil audit harus disusun oleh auditor dengan memperhatikan hal‐hal sebagai berikut:
1. Bentuk Laporan
Suatu format dan layout laporan yang logis serta mudah diikuti dapat membimbing pembaca
untuk memahami isi laporan. Tanpa mengabaikan keunikan masing‐masing auditan, perlu
ditetapkan suatu format laporan kinerja yang standar sehingga dapat dipakai sebagai laporan
resmi yang disampaikan kepada pihak‐pihak yang berkepentingan.
Penyusunan laporan dilakukan secara uraian bebas tetapi terarah dengan memperhatikan cara
penyajian data yang baik dan mudah dipahami.
Laporan Audit Kinerja dapat berbentuk bab atau surat yang minimal berisi pendahuluan, informasi
umum auditan, uraian hasil audit kinerja, simpulan dan rekomendasi yang disusun secara
sistematis disertai dengan penjelasan rinci.
2. Materi/Isi Laporan Hasil Audit
Laporan hasil audit kinerja merupakan dokumen atau media komunikasi auditor, untuk
menyampaikan informasi tentang simpulan, temuan dan rekomendasi hasil audit kepada pihak‐
pihak yang berkepentingan. Informasi yang dimuat dalam laporan audit antara lain:
a. Dasar penugasan berupa mandat dan surat tugas.
b. Tujuan audit, sehingga pembaca dapat memahami latar belakang audit dihubungkan
dengan kesimpulan atau hasil‐hasil audit.
c. Sifat dan ruang lingkup audit, karena ruang lingkup untuk tiap‐tiap audit dapat berbeda.
Pembatasan ruang lingkup dari pekerjaan auditor dan alasan‐alasannya harus dijelaskan
dalam laporan audit.
d. Periode waktu yang dicakup dalam audit, menginformasikan kepada pembaca mengenai
periode waktu pemberian assurance.
f. Informasi umum berisi penjelasan tentang program atau kegiatan yang diaudit, tujuan, sifat
dan ukuran kegiatan, serta organisasi dan manajemen auditan atau program yang diaudit
termasuk tanggung jawab manajemen sehingga pembaca mempunyai pandangan/wawasan
yang cukup tentang aktivitas audit untuk memahami informasi yang ada di dalam laporan
Pusdiklatwas BPKP 55
Audit Kinerja
hasil audit. Manajemen bertanggungjawab atas kinerja instansi dan informasi yang terdapat
di dalam laporan kinerjanya
i. Uraian hasil audit berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan antara lain mengenai
efektivitas pengendalian intern organisasi sektor publik disertai ungkapan mengenai
kekuatan, kelemahan, dan rekomendasi perbaikannya. Selanjutnya uraian hasil audit atas
capaian kinerja; untuk melaporkan sejauh mana kinerjanya telah mencapai atau memenuhi
kriteria yang telah disepakati bersama, ditunjukkan dengan angka‐angka indikator kinerja
yang dibandingkan dengan kriteria berupa target, anggaran, atau benchmarking entitas
sejenis. Penilaian tersebut menunjukkan tingkat pentingnya isu dengan menggambarkan
dampaknya atas kualitas kinerja, pengaruhnya atas capaian kinerja, serta penyebabnya.
j. Hasil Audit berupa temuan; Temuan audit biasanya meliputi hal‐hal seperti ketidakefisienan,
ketidakefektifan, pemborosan dan ketidak hematan. Laporan audit kinerja harus
menjelaskan fakta‐fakta dan temuan‐temuan yang relevan secara memadai sehingga
pembaca laporan dapat memahami dasar pembentukan opini auditor. Fakta‐fakta,
perbandingan dengan kriteria yang sesuai dan analisis perbedaan antara apa yang
diobservasi dengan kriteria audit, termasuk penyebab dan akibat dari perbedaan‐perbedaan
tersebut.
k. Tanggapan manajemen (apabila ada) termasuk rencana aksi untuk merespons audit dan
perbedaan pendapat;
l. Kesimpulan atas masing‐masing tujuan audit. Untuk menunjukkan penilaian kinerja untuk
masing‐masing tujuan audit serta hal‐hal yang perlu mendapat perhatian dari pihak auditan;
dan
m. Rekomendasi atau rencana aksi (action plan) yang dibuat untuk langkah perbaikan terhadap
bagian atau fungsi instansi yang diaudit.
56 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
3. Penyajian Laporan Hasil Audit
Penyajian analisis dan informasi dalam laporan hasil audit harus cukup, relevan dan layak agar
permasalahan yang ada dapat dipahami secara benar. Dalam menyajikan laporan, auditor harus
memastikan bahwa pesan utama dalam laporan dapat disampaikan secara jelas kepada pengguna
laporan.
Laporan Audit Kinerja harus lengkap, akurat, obyektif, meyakinkan, serta jelas dan ringkas
sepanjang hal tersebut dimungkinkan.
a. Lengkap
Laporan harus memuat semua informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan
pelaporan, meningkatkan pemahaman yang benar dan memadai atas hal‐hal yang
dilaporkan, dan memenuhi persyaratan isi laporan.
b. Akurat
Laporan harus menyajikan data atau informasi yang akurat dan benar. Satu ketidakakuratan
dalam laporan dapat menimbulkan keraguan atas validitas seluruh laporan dan dapat
mengalihkan perhatian pembaca dari substansi laporan tersebut. Laporan harus
memasukkan hanya informasi dan simpulan yang didukung bukti kompeten dan relevan.
c. Objektif
Laporan harus disajikan secara seimbang dalam isi dan nada, netral serta menghindari
kecenderungan melebih‐lebihkan.
d. Meyakinkan
Simpulan dan rekomendasi disusun secara logis dari fakta‐fakta, informasi, dan data yang
valid. Laporan yang meyakinkan membuat pembaca mengakui validitas laporan dan
manfaat penerapan rekomendasi.
e. Jelas
Laporan disajikan dengan jelas, mudah dibaca dan dipahami, ditulis dengan bahasa yang
jelas dan sesederhana mungkin. Bila digunakan istilah teknis, singkatan, dan akronim yang
tidak begitu dikenal harus didefinisikan dengan jelas. Pengorganisasian bahan secara logis
dan keakuratan serta ketepatan dalam menyatakan fakta dan dalam mengambil simpulan,
adalah penting untuk kejelasan dan pemahaman bagi pembaca laporan. Alat bantu visual
Pusdiklatwas BPKP 57
Audit Kinerja
(seperti gambar, bagan, grafik, slide) dapat digunakan untuk menjelaskan materi yang
rumit/kompleks.
f. Ringkas
Laporan disajikan secara ringkas atau tidak lebih panjang dari yang diperlukan untuk
menyampaikan dan mendukung pesan. Penyajian yang terlalu rinci, dapat menurunkan
kualitas laporan bahkan dapat menyembunyikan pesan yang sesungguhnya dan mengurangi
minat pembaca. Pengulangan yang tidak perlu harus dihindari.
4. Outline Laporan Hasil Audit Kinerja
Jika ditetapkan bahwa laporan audit adalah berbentuk bab, maka uraian harus lebih rinci. Contoh
outline dari Laporan Hasil Audit Kinerja (LHAK) dapat digambarkan sebagai berikut.
Executive Summary
Bab I Pendahuluan
1. Dasar Penugasan
2. Tujuan, sifat dan ruang lingkup audit.
3. Periode audit
4. Metodologi Audit
Bab II Informasi Umum Mengenai Auditan
1. Data Umum Auditan
2. Rencana Strategis
a. Visi, Misi
b. Tujuan, sasaran, kebijakan, dan program.
3. Rencana Kerja
4. LAKIP
BAB III Uraian Hasil Audit
1. Penilaian Sistem Pengendalian Intern
2. Penilaian Capaian Kinerja
3. Analisis Capaian Kinerja, trend, perbandingan dengan target atau benchmark
4. Temuan‐temuan atau area of improvement
5. Tanggapan Auditan
Bab IV Simpulan dan Rekomendasi
1. Simpulan
2. Rekomendasi atau Action Plan
58 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
D. PEMANTAUAN TINDAK LANJUT
Banyaknya manfaat pekerjaan audit bukan terletak pada temuan audit yang dilaporkan atau
rekomendasi yang dibuat, tetapi pada penyelesaian secara efektif atas temuan audit dan
rekomendasinya.
Kinerja instansi pemerintah diharapkan dapat meningkat melalui penerapan rekomendasi atau action
plan yang dikemukakan dalam LHAK. Untuk itu dibutuhkan suatu pendekatan yang konsisten dan
sistematis dalam hal menindaklanjuti hasil audit kinerja. Proses tindak lanjut umumnya akan
dilaksanakan bila manfaat atau dampak dari kegiatan tindak lanjut tersebut diharapkan sebanding
dengan biayanya.
1. Tujuan Pemantauan Tindak Lanjut
Tindak lanjut rekomendasi audit mempunyai tujuan yaitu:
a. Meningkatkan efektivitas laporan audit. Tujuan utama dalam menindaklanjuti laporan audit
adalah untuk meningkatkan probabilitas bahwa rekomendasi‐rekomendasi tersebut akan
dilaksanakan. Pengetahuan bahwa suatu laporan akan ditindaklanjuti akan meningkatkan
keinginan auditan untuk melaksanakan tindakan perbaikan sesuai rekomendasi auditor;
c. Menyediakan umpan balik kepada auditor, lembaga pemeriksa (APIP) dan pemerintah
tentang efektivitas audit kinerja dalam menghasilkan perbaikan manajemen sektor publik;
d. Memantau tindakan perbaikan yang telah dilakukan oleh manajemen, serta hasil dan
pengaruhnya bagi entitas yang diperiksa;
e. Memastikan bahwa temuan yang diperoleh dalam audit sebelumnya tidak dijumpai lagi
dalam audit yang sedang dilaksanakan.
2. Pelaksanaan Tindak lanjut
Auditor harus mengikuti pelaksanaan tindak lanjut terhadap temuan audit yang signifikan beserta
rekomendasinya dari audit yang terdahulu, yang dapat mempengaruhi tujuan audit. Hal tersebut
untuk menentukan apakah tindakan perbaikan telah dilakukan oleh pihak yang diaudit secara
Pusdiklatwas BPKP 59
Audit Kinerja
memadai dan tepat waktu. Laporan audit harus mengungkapkan status temuan audit yang
signifikan beserta rekomendasinya yang belum diperbaiki dan mempengaruhi tujuan audit.
Bentuk tindak lanjut hasil audit kinerja dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: korespondensi,
follow‐up meeting, dan follow‐up audit.
a. Korespondensi
Penyampaian Laporan Hasil Audit Kinerja kepada auditan disertai permintaan untuk
menyampaikan informasi berupa surat mengenai langkah‐langkah perbaikan yang telah
diambil oleh auditan untuk menindaklanjuti rekomendasi auditor. Setelah jangka waktu
tertentu belum ada tanggapan, disampaikan surat susulan untuk menanyakan sampai
seberapa jauh auditan telah melaksanakan atau menindaklanjuti hasil audit terdahulu. Bila
belum ada tanggapan tertulis, maka Pimpinan lembaga pemeriksa (APIP) akan
menyampaikan surat kepada atasan langsung dari pejabat instansi yang diaudit
(Presiden/Menteri/Kepala LPND/Kepala Daerah).
Jika ada respon tindak lanjut yang dilakukan oleh auditan melalui surat, tim audit/bagian
pemantauan tindak lanjut dapat menuangkannya dalam Formulir Laporan Tindak Lanjut
Temuan Audit sebagaimana terdapat dalam lampiran 10.
b. Follow‐up Meeting
Rapat pembahasan tindak lanjut adalah suatu forum resmi yang diadakan secara berkala
antara lembaga pemeriksa (APIP) dan instansi yang diperiksa untuk memantau apakah
tindak lanjut atas saran dan rekomendasi yang dimuat dalam LHAK telah dilaksanakan
secara memadai.
Rapat pembahasan dapat merupakan inisiatif dari tim pemantauan tindak lanjut yang
dimiliki lembaga pemeriksa (APIP). Hasil pemantauannya dituangkan dalam Laporan
Pemantauan Tindak Lanjut Temuan Audit yang dibuat oleh tim pemantauan tindak lanjut.
Laporan ini dapat menggunakan format seperti yang terdapat dalam lampiran 11.
60 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
Jika rapat merupakan forum resmi seperti Gelar Pengawasan, hasil pembahasan tindak
lanjut tersebut dituangkan dalam Berita Acara Pemutakhiran Data. Format berita acara ini
dapat menggunakan bentuk sebagaimana terdapat dalam lampiran 12
c. Follow‐up Audit
Audit tindak lanjut merupakan audit yang dilakukan terhadap saran/rekomendasi yang
material dan belum selesai atau belum ditindak lanjuti dalam jangka waktu tertentu sampai
dengan saat audit berikutnya pada entitas yang bersangkutan. Selain itu, auditor harus
menentukan apakah terdapat temuan‐temuan yang sifatnya berulang. Sebagaimana dengan
audit lainnya, suatu perencanaan audit harus dipersiapkan termasuk audit lapangan dan
penerbitan laporan khusus tindak lanjut.
E. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan media yang dapat digunakan oleh auditor selama proses penyusunan laporan hasil audit
kinerja!
2. Jelaskan informasi apa saja yang minimal harus disajikan dalam laporan hasil audit kinerja!
3. Jelaskan kriteria penyajian laporan hasil audit kinerja yang baik!
4. Jelaskan tujuan dari pemantauan tindak lanjut hasil audit kinerja!
5. Uraikan bentuk‐bentuk pemantauan tindak lanjut hasil audit kinerja!
~
Pusdiklatwas BPKP 61
Audit Kinerja
62 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Sweneey, and William, Management Science: Qualitative Approach to Decision Making,
South‐Western, Thomson Learning, 2003.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Manual Risk Management Based Audit, 2002.
Baldrige National Quality Program, Criteria for Performance Excellence, MBNQ, 2002.
BPKP & Executive Education, Capacity Building For Financial Governance – Assistance To BPKP, ADB
LOAN NO. TA 1620‐INO, Performance Audit Project, Audit of Performance Indicator
Manual, 2001.
BPKP & Executive Education, Capacity Building For Financial Governance – Assistance To BPKP, ADB
LOAN NO. TA 1620‐INO, Performance Audit Project, Operational Review Manual, 2001.
Gasperz, Prof. Dr. Vincent. Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard dengan Six Sigma
Untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah, PT Gramedia, 2002.
INTOSAI, Implementation Guidelines for Performance Auditing. 2004
Kaplan, Robert S. and Norton, David P. The Balanced Scorecard. Harvard Business School Press. 1996.
______________. Having Trouble with your Strategy? – Then Map It. September‐October. Harvard
Business Review. 2000.
______________. The Strategy‐Focused Organization. Harvard Business School Press. 2001.
Kaplan C. Robert, Anthony A. Atkinson, Advanced Management Accounting, 3rd edition, Prentice Hall
International Inc. 1998.
Kerjasama Performance Assessment Taskforce Dan Pusat Pendidikan Latihan Pengawasan Badan
Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan, Modul Diklat performance Review Pengukuran
dan Peningkatan Kinerja (Modul 1), 2003.
Kerjasama Performance Assessment Taskforce Dengan Pusat Pendidikan Latihan Pengawasan Badan
Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan. Modul Diklat: Performance Review, Pedoman
Pelaksanaan Reviu Kinerja (Modul 2), 2003,
Malcolm Smith. 1998. "Measuring Organisational Effectiveness." Management Accounting, October, pp.
34‐36.
Pusdiklatwas BPKP 63
Audit Kinerja
National Audit Office Comptroller and Auditor General. Good Practice in Performance Reporting in
Executive Agencies and Non‐Departmental Public Bodies, HC 272, 28 February 2000.
National Partnership for Reinventing Government, Balancing Measures: Best Practices in Performance
Management , August 1999.
Nils‐Goran, Olive. Roy, Jan & Wetter, Magnus. Performance Drivers. John Wiley & Sons. 1999.
Office of the Auditor General of British Columbia. Accountability and Performance. 1996.
Office of the Auditor General of Canada, Value‐for‐Money Audit Manual, OAG / CESD ‐ December 2000.
Pande, Pete dan Holpp, Larry. Berpikir Cepat Six Sigma. Terjemahan PT Andi Yogyakarta, 2003.
Pearlson K.E., Managing and Using Information System, a Strategic Approach, 2nd edition, John Willey &
Son, 2004.
Performance Measurement Team, Department of Management and Budget, Fairfax County, Manual for
Data Collection For Performance Measurement, 2003.
The Audit Office of New South Wales, Reporting performance : A Guide To Preparing Performance
Information For Annual Reports, Better Practice Principles, 2000
Western Australian Treasury. “Western Australian Guide to Performance Indicators." 1997.
~
64 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
LAMPIRAN
Lampiran I/1‐2
INSPEKTORAT ……………………..
KEMENTERIAN/LEMBAGA ……………..
KARTU PENUGASAN
Nomor :
1 a Nama Auditan : ………………………………………………..…..………….
b Nomor Rencana Audit : ……………………………………………..…………..…….
c Audit terakhir tahun : ……………………………………………..………..……….
2 Alamat dan Nomor Telepon : ……………………………………………..……..………….
…………………………………………….………………….
3 Tingkat Risiko Unit/Aktivitas : …………………………………………….………………….
4 Tujuan Audit : …………………………………………..……..…………….
5 a Nama Ketua Tim Audit : …………………………………..………..………………….
b Nama Anggota Tim Audit : 1 ……………………………………….………………….
2 ……………………………………….………………….
3 ……………………………………….………………….
4 ……………………………………….………………….
6 a Nomor & tgl Surat Tugas Audit : ……………………………..…………………..…………….
……………………………………………….……………….
b Rencana tgl mulai audit : …………………………………………….………………….
c Rencana tgl audit selesai : ……………………………………………….……………….
7 a Anggaran audit yang diajukan : Rp…………………………………………..………………….
b Anggaran audit yang disetujui : Rp……………………………………………..……………….
8 Catatan penting dari Pengendali : …………………………………………….………………….
Teknis/Mutu ……………………………………………………….……….
…………………….., ……………..20..
Mengetahui,
Pengendali Teknis Pengendali Mutu/Inspektur
(……………………………….) (…….………………..…………………….)
Pusdiklatwas BPKP 65
Audit Kinerja
Lampiran I/2‐2
PETUNJUK PENGISIAN:
a. Kolom nomor diisi dengan nomor urut kartu penugasan.
b. Kolom nama auditi diisi dengan nama auditi yang akan diaudit.
c. Kolom nomor file permanen diisi dengan nomor urut file permanen auditi.
d. Kolom nomor rencana audit diisi dengan nomor rencana audit tersebut.
e. Kolom audit terakhir diisi dengan tahun terakhir dilakukannya audit.
f. Kolom alamat dan nomor telepon diisi dengan alamat dan nomor telepon auditi.
g. Kolom tingkat risiko diisi dengan hasil perhitungan risiko auditi tersebut.
h. Kolom nama ketua tim dan anggota tim diisi dengan nama ketua dan anggota yang bertugas.
i. Kolom nomor surat tugas diisi dengan nomor surat tugas audit tersebut.
j. Kolom tanggal mulai dan selesainya audit cukup jelas.
k. Kolom anggaran yang diusulkan diisi dengan jumlah anggaran yang diusulkan.
I. Kolom anggaran yang disetujui diisi dengan jumlah anggaran yang disetujui.
m. Kolom catatan penting diisi dengan catatan yang diberikan oleh pengendali teknis atau pengendali mutu
yang bersangkutan.
n. Kolom tanggal diisi dengan tempat dan tanggal penulisan kartu penugasan.
o. Kolom tanda tangan ketua tim dan pengendali teknis cukup jelas.
66 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
Lampiran II/1‐2
INSPEKTORAT ……………………..
KEMENTERIAN/LEMBAGA ……………..
ALOKASI ANGGARAN WAKTU AUDIT
(hanya jam efektif)
Nama Auditan : …………………………… Sasaran Audit : ……………………………
Disusun oleh : …………………………… Disetujui oleh : ……………………………
……….., ……………..20..
Pengendali Teknis Ketua Tim Audit
(…………………………….) (…………………………….)
Menyetujui
Pengendali Mutu/Inspektur
(…………………………….)
Pusdiklatwas BPKP 67
Audit Kinerja
Lampiran II/2‐2
PETUNJUK PENGISIAN:
a. Kolom nama auditi diisi dengan nama auditi yang diperiksa
b. Kolom disusun oleh diisi dengan nama penyusun alokasi anggaran waktu audit
c. Kolom sasaran audit diisi dengan sasaran audit yang telah ditetapkan
d. Kolom disetujui diisi dengan persetujuan yang diberikan oteh pengendali teknis/pengendali mutu
e. Kolom 1 diisi dengan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan. Dalam pelaksanaan butir‐butir
tersebut dapat dikembangkan sesuai kondisi.
f. Kolom 2 diisi dengan nama ketua tim dan anggota tim yang ditugaskan
g. Kolom 3 diisi dengan tanggal pelaksanaan pekerjaan
h. Kolom 4 diisi dengan perkiraaan waktu yang akan dipakai untuk melakukan perkerjaan tersebut
i. Kolom 5 diisi dengan perkiraaan biaya yang akan dipakai untuk melakukan perkerjaan tersebut
j. Kolom jumlah diisi dengan jumlah jam yang dianggarkan dan jumlah biaya yang dianggarkan
68 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
Lampiran III/1‐5
INSPEKTORAT ……………………..
KEMENTERIAN/LEMBAGA ……………..
PROGRAM KERJA AUDIT
NAMA AUDITAN : …………………………..
SASARAN AUDIT : …………………………..
PERIODE YANG DIAUDIT : …………………………..
1 Audit Pendahuluan
Tujuan :
Untuk memperoleh informasi umum
mengenai auditan
Prosedur Audit :
1) Lakukan pembicaraan pendahuluan dengan
Kepala Satker dan stafnya untuk memperoleh
gambaran menyeluruh tentang kegiatan
obrik.
2) Dapatkan dan pelajari data/inf. umum yang
meliputi :
‐ Renstra, Renja, LAKIP, Lap.Tahunan
‐ RKA/KL tahun yang diaudit
‐ DIPA tahun yang diaudit
‐ Notulen2 Rapat
‐ Pedoman 2 pelaksanaan kegiatan/
program
‐ Tata cara Pelaksanaan Kegiatan/SOP
3) Dapatkan dan pelajari peraturan yang terkait
dengan obrik.
‐ Undang‐undang yang berkaitan dgn
pelaksanaan kegiatan di auditan
Pusdiklatwas BPKP 69
Audit Kinerja
Lampiran III/2‐5
‐ Peraturan Menteri yang berkaitan
dengan kegiatan di Satker
‐ Peraturan yang berkaitan dengan
kegiatan di Satker
‐ Surat Edaran dari Eselon I dan II di
lingkungan auditan yang terkait dengan
kegiatannya
‐ Surat Keputusan atau Peraturan Kepala
Satker yang terkait dengan kegiatan
4) Buat simpulan hasil audit
2 Pengujian Pengendalian Intern
Tujuan Audit :
Untuk menilai keandalan sistem
pengendalian intern Satker
Prosedur Audit :
Lakukan pengamatan/ pengujian terbatas
terhadap sistem pengendalian intern satker
yang meliputi :
1) Lingkungan Pengendalian
2) Penilaian risiko (risk assignment)
3) Kegiatan pengendalian
4) Informasi dan komunikasi
5) Pemantauan
6) Buat kesimpulan hasil audit
Gunakan Daftar Pertanyaan yang terdapat
dalam Lampiran 5
70 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
Lampiran III/3‐5
Prosedur Audit :
1) Lakukan pengujian atas dokumen
pendukung realisasi kinerja
2) Lakukan cek fisik atau wawancara atau
mintakan keterangan untuk meyakini
kebenaran realisasi kinerja
3) Lakukan perbandingan antara
realisasi dengan rencana pada
kriteria indikator kinerja.
4) Buat simpulan hasil audit
Pusdiklatwas BPKP 71
Audit Kinerja
Lampiran III/4‐5
No. URAIAN RENCANA REALISASI REF. KET.
TUJUAN DAN PROSEDUR AUDIT DILAKS. ALOKASI DILAKS. ALOKASI KKA
OLEH WAKTU OLEH WAKTU
1 2 3 4 5 6 7 8
3 Analisis Kinerja
Tujuan Audit: Untuk mengetahui faktor
penyebab tidak tercapainya kinerja serta
solusi pemecahannya
Prosedur Audit :
1) Rekap seluruh hasil capaian kinerja
baik pada capaian perspektif
maupun capaian masing‐masing
kinerja kegiatan
2) Identifikasi kegiatan yang tidak
tercapai kinerjanya sesuai target
3) Lakukan analisis untuk mengetahui
faktor penyebabnya:
Informasi dapat diperoleh dari
dokumentasi, wawancara, hasil
pengujian SPI Satker dan sumber lainnya
4) Sampaikan secara lisan rekomendasi
sementara atas kelemahan atau
penyimpangan yang terjadi
5) Buat simpulan hasil audit
4 Penyusunan Temuan Hasil Audit
Tujuan Audit: Untuk memberikan informasi
capaian kinerja yang disajikan dalam bentuk
ikhtisar temuan hasil audit kepada pimpinan
satker
Prosedur Audit :
1) Berdasarkan hasil pengukuran kinerja
buat ikhtisar temuan hasil audit tentang
kelemahan atau penyimpangan kinerja
yang terjadi
2) Bicarakan dengan auditi serta minta
tanggapan tertulis
3) Mintakan tandatangan dari Kepala Satker
pada Temuan Hasil Audit
72 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
Lampiran III/5‐5
No. URAIAN RENCANA REALISASI REF. KET.
TUJUAN DAN PROSEDUR AUDIT DILAKS. ALOKASI DILAKS. ALOKASI KKA
OLEH WAKTU OLEH WAKTU
1 2 3 4 5 6 7 8
III PELAPORAN KINERJA
Penyusunan Daftar Temuan Hasil Audit dan
Konsep Laporan Hasil Audit.
Tujuan Audit: Untuk memberikan informasi
capaian kinerja yang disajikan dalam bentuk
simpulan hasil audit beserta usulan
rekomendasinya kepada pimpinan satker
Prosedur Audit :
1) Berdasarkan temuan sementara dan
tanggapan auditan, buat matriks temuan
beserta rekomendasinya dan konsep LHA
serta executive summary
2) Lakukan reviu secara berjenjang
3) Konsep daftar temuan hasil audit, LHA,
dan executive summary dianggap final
setelah dilakukan perbaikan/
penyempurnaan sesuai dengan hasil
reviu dan ditanda tangani oleh
Inspektur………………………….…
……..., …………….. 20…
Mengetahui dan Mengetahui dan Disusun Oleh
menyetujui menyetujui Ketua Tim
Inspektur ……………….… Pengendali Teknis
PETUNJUK PENGISIAN:
- Kolom 3 diisi dengan nama auditor yang direncanakan melakukan prosedur audit terkait.
- Kolom 4 diisi dengan rencana lamanya hari pemeriksaan efektif yang diperlukan untuk melakukan
prosedur audit terkait.
- Kolom 5 diisi dengan nama auditor yang sesungguhnya melakukan prosedur audit terkait (diisi
setelah prosedur audit dilakukan).
- Kolom 6 diisi dengan realisasi lamanya hari pemeriksaan efektif yang diperlukan untuk melakukan
prosedur audit (diisi setelah prosedur audit dilakukan) terkait.
- Kolom 7 diisi dengan nomor Kertas kerja audit yang mendokumentasikan prosedur audit terkait (diisi
setelah prosedur audit dilakukan).
- Kolom 8 diisi dengan keterangan yang diperlukan terkait dengan perubahan prosedur audit,
penggantian nama auditor atau hal lainnya (jika ada).
Pusdiklatwas BPKP 73
Audit Kinerja
Lampiran IV/1‐3
DAFTAR PERTANYAAN
SISTEM PENGENDALIAN INTERN
LINGKUNGAN PENGENDALIAN
PADA ....... (nama satuan organisasi/kerja)
Beri tanda tickmark (√) pada kolom yang sesuai dengan kondisi lingkungan pengendalian
No. Pertanyaan Ya Tidak
a. Integritas dan Nilai Etika
1) Apakah ada kode etik atau kebijakan lain yang mengatur tentang perilaku?
2) Apakah kode etik itu komprehensif dan mencakup hal‐hal:
a. Pertentangan kepentingan?
b. Pembayaran yang illegal atau tidak benar?
3) Apakah kode etik dipahami oleh seluruh staf?
4) Apakah semua pegawai menandatangani pernyataan komitmen untuk
menerapkan kode etik/aturan perilaku?
5) Apakah komitmen atas integritas dan etika sudah dikomunikasikan secara
efektif ke seluruh organisasi dalam perkataan dan perbuatan?
6) Apakah pimpinan satuan organisasi/kerja sudah menekankan pentingnya nilai
integritas dan etika melalui komunikasi lisan (rapat) dan keteladanan dalam
tindakan sehari‐hari?
7) Apakah staf percaya bahwa jika ia tertangkap melakukan pelanggaran akan
terkena konsekuensinya?
8) Apakah pimpinan satuan organisasi/kerja segera melakukan tindakan ketika
terjadi masalah/penyimpangan kode etik?
9) Apakah terdapat pedoman yang mengatur situasi, frekuensi, dan tingkat
pimpinan yang diperkenankan melakukan intervensi dan pengabaian terhadap
pengendalian intern?
10) Apakah ada dokumentasi yang lengkap atas tindakan intervensi dan
pengabaian?
11) Apakah Pimpinan satuan organisasi/kerja memberikan penghargaan untuk
meningkatkan penegakan integritas dan etika?
12) Apakah promosi dan kompensasi didasarkan pada prestasi dan kinerja?
b. Komitmen Atas Kompetensi
1) Sudahkah pimpinan satuan organisasi/kerja mempertimbangkan pengetahuan
dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan suatu penugasan
tertentu?
2) Apakah ada uraian jabatan atau media lain yang menguraikan tugas tertentu?
3) Apakah staf memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan bagi
kedudukan/jabatannya?
4) Apakah ada program pelatihan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan
semua pegawai
5) Apakah ada mekanisme penilaian kinerja pegawai yang memungkinkan
identifikasi area di mana para pegawai berkinerja baik dan yang masih
memerlukan perbaikan
74 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
Lampiran IV/2‐3
Pusdiklatwas BPKP 75
Audit Kinerja
Lampiran IV/3‐3
76 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
Lampiran V/1‐3
KUESIONER
SISTEM PENGENDALIAN INTERN
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
No. Tahapan Pengadaan Ya Tidak
1. Perencanaan pengadaaan
a. Terdapat anggaran pengadaan barang/jasa dalam DIPA
b. Terdapat dalam satu mata anggaran (satu paket)
c. Terdapat perincian kebutuhan pengadaan sebagai dasar pengusulan
anggaran
d. Terdapat jadwal waktu pengadaan
e. Menggunakan metode pelelangan umum
2. Pembentukan panitia lelang
a. Terdapat SK Panitia Pengadaan dan Pejabat Pembuat Komitmen
b. Seluruh Panitia dan Pejabat Pembuat Komitmen memiliki sertifikat
mengikuti pendidikan dan pelatihan pengadaan barang
c. Seluruh Panitia dan Pejabat Pembuat Komitmen lulus ujian pengadaan
barang/jasa nasional
3. Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
a. Terdapat HPS yang disusun Panitia pengadaan barang/jasa
b. Tidak terdapat penambahan item‐item biaya yang tidak diperkenankan
c. Sumber/referensi harga penyusunan HPS tidak fiktif
d. Nilai HPS secara total tidak rahasia
4. Penyusunan dokumen lelang
a. Terdapat dokumen lelang
b. Dalam dokumen lelang tidak mencantumkan merek
c. Spesifikasi teknis tidak mengarah pada produk atau kelompok tertentu
d. Tidak ada penambahan kriteria evaluasi yang tidak perlu
5. Pengumuman lelang
a. Terdapat bukti‐bukti pemasangan pengumuman lelang
b. Materi pengumuman sudah jelas
c. Jangka waktu dari saat pengumuman sampai pengambilan dokumen
cukup lama
6. Kualifikasi penyedia barang/jasa (pra/pasca)
a. Terdapat dokumen kualifikasi
b. Dokumen kualifikasi dari peserta dilegalisisasi oleh instansi terkait
c. Terdapat berita acara hasil evaluasi kualifikasi
Pusdiklatwas BPKP 77
Audit Kinerja
Lampiran V/2‐3
78 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
Lampiran V/3‐3
Pusdiklatwas BPKP 79
Audit Kinerja
Lampiran VI
INSPEKTORAT ……………………..
KEMENTERIAN/LEMBAGA ……………..
KONSEP TEMUAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT
Nama Auditan : ……………………………
Periode Audit : ……………………………
No & Tgl ST : ……………………………
No & Tgl Surat
penyampaian : ……………………………
KOMENTAR KOMENTAR
No KONDISI KRITERIA SEBAB AKIBAT REKOMENDASI
AUDITAN AUDITOR
……….., ……………..20..
Pengendali Teknis Ketua Tim Audit
(…………………………….) (…………………………….)
PETUNJUK PENGISIAN
a. Kolom informasi umum cukup jelas
b. Kolom 1 diisi dengan nomor urut
c. Kolom 2 diisi dengan kondisi yang ditemukan
d. Kolom 3 diisi dengan kriteria yang dipergunakan
e. Kolom 4 diisi dengan penyebab terjadinya kondisi tersebut
f. Kolom 5 diisi dengan akibat yang mungkin terjadi karena kondisi tersebut
g. Kolom 6 diisi dengan rekomendasi yang diberikan auditor
h. Kolom 7 diisi dengan rencana tindak lanjut yang direkomendasikan
i. Kolom 8 diisi dengan komentar auditi atas rekomendasi yang diberikan
j. Kolom 9 diisi dengan komentar auditor atas komentar auditi
k. Kolom 10 diisi dengan keterangan yang diperlukan.
I. Kolom pengendali teknis dan ketua tim diisi dengan nama dan tanda tangannya.
80 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
Lampiran VII
Pusdiklatwas BPKP 81
Audit Kinerja
Lampiran VIII
82 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
Lampiran IX
Pusdiklatwas BPKP 83
Audit Kinerja
Lampiran X
84 Pusdiklatwas BPKP
Audit Kinerja
Lampiran XI
Pusdiklatwas BPKP 85
Audit Kinerja
Lampiran XII
86 Pusdiklatwas BPKP