Anda di halaman 1dari 6

MYALGIA

Nomor
Terbit ke 1
SOP No.Revisi 00
Tanggal Diberlakukan
Halaman 1-2
Puskesmas Gedung Dr. Untung Bayu Aji
Sari NIP: 197807032014121001

Pengertian Suatu gejala yang disebabkan berbagai kelainan dan kondisi medis yang
paling sering disebabkan oleh ketegangan (kontraksi) otot yang
berlebihan
Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk tata laksana kasus myalgia?
Kebijakan Surat keputusan kepala puskesmas nomor.................... Tahun 2016
tentang layanan klinis yang menjamin kesinambungan layanan
Referensi Permenkes no.5 tahun 2014 tentang panduan praktik klinis bagi dokter di
fasilitas pelayanan kesehatan primer
Prosedur 1. Perawat menerima rekam medis dari petugas pendaftaran .
2. Perawat memanggil pasien sesuai nomor urut.
3. Perawat mencocokkan identitas pasien dengan identitas dalam
rekam medis pasien.
4. Bila tidak sesuai, perawat konfirmasi ulang ke bagian pendaftaran
sampai terjadi kesesuaian.
5. Perawat melakukan anamnesa penyakit ( keluhan utama)
6. Perawat melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan.
7. Perawat memberikan rekam medis ke meja periksa.
8. Dokter memanggil pasien ke meja periksa
9. Dokter melakukan anamnesis terkait keluhan pasien, didapatkan :.
Lokasi/daerah nyeri, riwayat pemakaian otot/aktivitas berlebihan,
riwayat aktivitas yang membuat otot kontraksi terus menerus dalam
waktu yang singkat, riwayat aktivitas berulang
10. Dokter melakukan pemeriksaan fisik, didapatkan : nyeri tekan,
penekanan yang menimbulkan nyeri alih ( referred pain)
11. Dokter dapat melakukan permintaan pemeriksaan penunjang
laboratorium atau konsultasi internal ke sub unit lain,bila ada indikasi.
12. Dokter menegakkan diagnosa dan atau differential diagnosis
berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium.
13. Dokter dapat memberikan tindakan medis kepada pasien,bila ada
indikasi.
14. Dokter meminta pasien (bagi yang tidak memiliki jaminan kesebatan)
ke kasir untuk membayar biaya tindakan, bila pasien mendapat
tindakan medis.
15. Dokter dapat memberikan rujukan, jika ada tanda kerusakan saraf
16. Bila diperlukan dokter dapat mengkaji ulang anamnesa , vital sign
dan pemeriksaan fisik pasien untuk mendiagnosa ulang penyakit
pasien berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang i hasil konsultasi
sub unit lain i hasil tindakan yang telah diberikan
17. Dokter memberikan terapi, yaitu anti nyeri sistemik, misalnya
asetamenofen/paracetamol atau golongan nsaid (mis: ibuprofen,
natrium diklofenak, pirosikam, aspirin, asam mefenamat, dll)
18. Dokter memberikan edukasi ke pasien : penting untuk mencari
penyakit yang menyebabkan gejala myalgia ( mis: hipertensi, asam
urat, ispa, infeksi lain ) untuk kemudian diobati berdasarkan penyakit
yang mendasarinya, posisikan otot secara relaksasi, misalnya jika
otot lengan yang nyeri, jangan mengangkat tangan melawan
gravitasi, mengistirahatkan otot yang sakit dan banyak minum air
putih
19. Dokter memberikan resep kepada pasien untuk mengambil obat di
unit farmasi, jika diperlukan dokter dapat memberikan resp luar.
20. Dokter mendokumentasikan dalam rekam medis semua hasil
pemeriksaan diagnosa, tindakan dan terapi i rujukan yang telah
dilakukan.
21. Dokter mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnosa dan terapi
yang sudah tercatat dalam rekam medis ke data pcare.
22. Perawat mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnosa dan
terapi yang sudah tercatat dalam rekam medis ke data simpus.

Unit terkait 1. Rawat jalan


DIABETES MELLITUS
Nomor
Terbit ke 1
SOP No.Revisi 00
Tanggal Diberlakukan
Halaman 3-2
Puskesmas Gedung Dr. Untung Bayu Aji
Sari NIP: 197807032014121001

1. Pengertian Suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh


hiperglikemia akibat defek pada kerja insulin (resistensi insulin) atau
defek pada sekresi insulin , atau kedua-duanya.
Klasifikasi DM :
1. DM tipe 1
2. DM tipe 2
3. DM gestasional
4. Tujuan Sebagai panduan untuk penatalaksaan pasien DM di Puskesmas
Gedung Sari.
5. Kebijakan
6. Referensi Indonesian Doctor’s Compendium, 2015
7. Prosedur 1. Petugas melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik penderita :
Anamnesa :
Keluhan Khas DM :
 Poliuria
 Polidipsia
 Polifagia
 Penurunan BB yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
Keluhan tidak khas DM :
 Lemah
 Kesemutan (rasa baal di ujung-ujung ekstremitas)
 Gatal
 Mata kabur
 Disfungsi ereksi pada pria
 Pruritus vulvae pada wanita
 Luka yang sulit sembuh
Mencari faktor –faktor resiko
Anamnesis komplikasi DM

Pemeriksaan fisik lengkap :


 BB,TB,TD Lingkar pinggang
 Tanda neuropati
 Mata (visus)
 Jantung
 Paru
 Keadaan kaki,kuli dan kuku

Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan GDS/GDP
Reduksi Urine
2. Petugas menegakkan diagnosis DM pada penderita .
a. Gejala klasik DM + GDS >= 200 mg/dl
b. Gejala klasik DM + GDP >= 126 mg/dl

3. Petugas memberikan penatalaksanaan DM


 Edukasi pasien
 Perencanaan makan : konsul dengan petugas Gizi
 Latihan jasmani (3-4 kali seminggu selama kurang lebih
30 mnt.
 Farmakologis : Obat Hipoglikemia Oral (OHO) yang
diberikan dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan
secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa
darah, dapat diberikan sampai hampir dosis maksimal
a. Sulfonilurea : Glimepiride tab
(1 mg,2mg, 3 mg) 1x 0,5-6 mg/hari
sebelum makan
b. Penambah sensitivitas terhadap insulin
Metformin tab (500mg) : 1-3 x perhari
250-3000mg/hari bersama atau sesudah
makan.

8. Distribusi  Ruang Poli Umum

9. Diagram Alur -

10. Dokumen Rekam Medis


Terkait
REUMATIK
Nomor
Terbit ke 1
SOP No.Revisi 00
Tanggal Diberlakukan
Halaman 5-2
Puskesmas Gedung Dr. Untung Bayu Aji
Sari NIP: 197807032014121001

Penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosif simetrik


yang walaupun terutama mengenai jaringan persendian, seringkali juga
1.Pengertian melibatkan organ tubuh lainnya.

Prosedur ini dibuat dimaksudkan untuk pedoman dokter dalam memberikan


terapi pada pasien artritis reumatoid sehingga dapat meningkatkan kualitas
2.Tujuan hidup pasien dan mencegah komplikasi lebih lanjut

3.Kebijakan

1. Panduan Praktik klinis Puskesmas


4.Referensi 2. Pedoman Pengobatan Dasar Puskesmas 2007

5.Prosedur Diagnosis Klinis


Diagnosis RA biasanya didasarkan pada gambaran klinis dan
radiografis.
Kriteria Diagnosis berdasarkan ACR tahun 1987:
a. Kaku pagi, sekurangnya 1 jam.
b. Artritis pada sekurangnya 3 sendi.
c. Artritis pada sendi pergelangan tangan, metacarpophalanx
(MCP) dan Proximal Interphalanx (PIP).
d. Artritis yang simetris.
e. Nodul rheumatoid.
f. Faktor reumatoid serum positif. Hasil positif dijumpai pada
sebagian besar kasus (85%), sedangkan hasil negatif tidak
menyingkirkan adanya RA.
g. Gambaran radiologik yang spesifik.
h. LED dan CRP meningkat.
i. Analisis cairan sendi: terdapat gambaran inflamasi ringan-
sedang.
Pemeriksaan Penunjang : LED

Rencana Penatalaksanaan Komprehensif


a. Pasien diberikan informasi untuk memproteksi sendi, terutama
pada stadium akut dengan menggunakan decker.
b. Pemberian obat anti inflamasi non-steroid, seperti: diklofenak
50-100 mg 2x/hari, meloksikam 7,5–15 mg/hari, celecoxib
200-400 mg/sehari.
c. Pemberian golongan steroid, seperti: prednison atau metil
prednisolon dosis rendah (sebagai bridging therapy).
d. Fisioterapi, tatalaksana okupasi, bila perlu dapat diberikan
ortosis.

Kriteria rujukan

a. Tidak membaik dengan pemberian obat anti inflamasi dan steroid


dosis rendah.
b. RA dengan komplikasi.
c. Rujukan pembedahan jika terjadi deformitas

6.Unit Terkait 1. Poli Umum


2. Rawat Inap
3. Pustu/Polindes

Anda mungkin juga menyukai