Isi KKL
Isi KKL
PENDAHULUAN
1
1.2 Maksud dan Tujuan
Objek Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Akuntansi 2018 kelompok 1 dan 4 yaitu
Kementrian Keuangan Republik Indonesia
2
BAB II
PROFIL ORGANISASI
2.2 Sejarah
Di Indonesia, sejarah pengelolaan keuangan pemerintahan sudah ada sejak masa
lampau. Setiap pemerintahan, mulai zaman kerajaan sampai sekarang, memiliki pengelola
keuangan untuk memastikan terlaksananya pembangunan dalam pemerintahannya.
Pembangunan ekonomi akan berjalan lancar jika disertai dengan administrasi yang
baik dalam pengelolaan keuangan negara. Pengelolaan keuangan tersebut dilakukan atas dana
yang dihimpun dari masyarakat, antara lain berupa upeti, pajak, bea dan cukai, dan lain-lain.
3
2. perumusan, penetapan, dan pemberian rekomendasi kebijakan fiskal dan sektor
keuangan;
3. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan;
4. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Keuangan;
5. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Keuangan;
6. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian
Keuangan di daerah;
7. pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah;
8. pelaksanaan pendidikan, pelatihan, dan sertifikasi kompetensi di bidang keuangan
negara; dan
9. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Kementerian Keuangan.
Misi :
1. Mencapai tingkat kepatuhan pajak, bea dan cukai yang tinggi melalui
pelayanan prima dan penegakan hukum yang ketat;
2. Menerapkan kebijakan fiskal yang prudent;
3. Mengelola neraca keuangan pusat dengan risiko minimum;
4. Memastikan dana pendapatan didistribusikan secara efisien dan efektif;
5. Menarik dan mempertahankan talent terbaik di kelasnya dengan
menawarkan proposisi nilai pegawai yang kompetitif.
4
2.5 Struktur Organisasi
5
BAB III
HASIL OBSERVASI
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakila Rakyat. APBN berisi
daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara
selama satu tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember). APBN, perubahan APBN, dan
pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang
3.2 APBN
6
3. Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat diperkirakan berada pada
Rp13.400 per dolar Amerika Serikat;
4. Tingkat suku bunga SPN 3 bulan sebesar 5,2 persen
5. Indonesia Crude Price (ICP) diperkirakan rata-rata mencapai USD48,0 per barel;
6. Lifting minyak dan gas bumi tahun 2018 diperkirakan masing-masing mencapai 800
ribu barel per hari dan 1.200 ribu barel setara minyak per hari.
Besaran indikator ekonomi makro tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari
luar (global) maupun dalam negeri (domestik). Pengaruh faktor global diantaranya harga
komoditas yang masih lemah, perdagangan dunia meningkat namun masih dibayangi isu
proteksionisme dan perlambatan tingkat permintaan dari Tiongkok, Uni Eropa dan Jepang,
serta ketegangan geo politik di Timur Tengah dan Asia.
Pengaruh dari faktor domestik, yaitu tingkat kepercayaan dan daya beli masyarakat,
keyakinan pelaku usaha, peningkatan peran swasta melalui kredit investasi dan investasi
langsung, perbaikan neraca pembayaran serta penguatan cadangan devisa.
7
Pokok – pokok kebijakan APBN Tahun 2018
Dalam postur APBN 2018, pendapatan negara diproyeksikan sebesar Rp1.894,7 triliun.
Jumlah ini berasal dari penerimaan perpajakan sebesar Rp1.618,1 triliun, Penerimaan Negara
Bukan Pajak sebesar Rp275,4 triliun dan Hibah sebesar Rp1,2 triliun.
8
Untuk mencapai target tersebut, Pemerintah akan melakukan berbagai upaya penguatan
reformasi di bidang perpajakan serta Kepabeanan dan Cukai, antara lain melalui:
Belanja negara dalam APBN 2018, pemerintah dan DPR RI menyepakati belanja
sebesar Rp2.220,7 triliun. Besaran ini meliputi belanja pemerintah pusat sebesar Rp1.454,5
triliun, serta transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp766,2 triliun.
9
Anggaran infrastruktur diarahkan untuk mengejar ketertinggalan (gap) Indonesia
terhadap penyediaan infrastruktur, baik diperkotaan dan daerah, maupun di perbatasan dan
daerah terluar. Adapun sasaran pembangunan (sementara) antara lain jalan baru sepanjang
865 km, jalan tol sepanjang 25 km, jembatan sepanjang 8.695 m, dan pembangunan rumah
susun sebanyak 13.405 unit.
10
Dari angka belanja tersebut terdapat belanja yang ditujukan untuk transfer ke daerah
dan dana desa senilai Rp766,2 triliun. Belanja transfer ke daerah dan dana desa mempunyai
fokus utama untuk meningkatkan pemerataan keuangan antardaerah, meningkatkan kualitas
dan mengurangi ketimpangan layanan publik daerah, menciptakan lapangan kerja dan
mengentaskan kemiskinan. Sedangkan dalam penyalurannya, belanja transfer ke daerah dan
dana desa menggunakan basis kinerja.
Dana transfer ke daerah dan dana desa terbagi menjadi dua pendanaan yaitu transfer
ke daerah sebesar Rp706,1 triliun dan dana desa sebesar Rp60,0 triliun. Dana transfer ke
daerah terbagi menjadi komponen-komponen sebagai berikut:
Dana Bagi Hasil (DBH), dengan pagu dana sebesar Rp89,2 triliun. Kebijakan
terbaru pada komponen DBH adalah penggunaan DBH Cukai Hasil Tembakau (CHT)
untuk 5 program sesuai UU Nomor 39 Tahun 2007 tentang Cukai dengan prioritas
pada bidang kesehatan dan mendukung program jaminan kesehatan nasional. Selain
itu DBH Dana Reboisasi, selain digunakan untuk Rehabilitasi Hutan dan Lahan
(RHL) juga penanganan kebakaran hutan, penanganan batas kawasan dan
pembenihan;
11
Dana Alokasi Umum (DAU), dengan pagu dana sebesar Rp401,5 triliun. Kebijakan
untuk tahun 2018 antara lain pagu yang bersifat dinamis dan bobot wilayah laut
menjadi 100%;
Dana Alokasi Khusus Fisik (DAK Fisik), dengan pagu dana sebesar Rp62,4 triliun.
DAK Fisik digunakan untuk mengejar ketertinggalan infrastruktur pelayanan publik
di daerah. Selain itu dalam DAK Fisik terdapat afirmasi kepada daerah tertinggal,
perbatasan, kepulauan dan transmigrasi. Pengalokasian DAK menggunakan
mekanisme proposal based sesuai proritas nasional;
Dana Alokasi Khusus Non Fisik, dengan pagu sebesar Rp123,5 triliun digunakan
untuk mengurangi beban masyarakat terhadap pelayanan publik dengan sasaran
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk 47,4 juta siswa, Tunjangan Profesi Guru
(TPG) untuk 1,2 juta guru dan BOK untuk 9.785 Puskesmas.
Dana Otsus, Dana Tambahan Infrastruktur dan Dana Keistimewaan
DIY, dengan dana sebesar Rp21,1 triliun digunakan untuk percepatan percepatan
pembangunan infrastruktur Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, serta
pengentasan kemiskinan , pendanaan pendidikan, sosial dan kesehatan di Provinsi
Aceh.
Dana Insentif Daerah (DID), dengan dana sebesar Rp 8,5 triliun. DID digunakan
sebagai trigger dari pemerintah sebagai reward atas pemda yang berprestasi. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan perbaikan kinerja pengelolaan keuangan, pelayanan
dasar publik dan kesejahteraan masyarakat.
Sedangkan Dana Desa mendapatkan pagu dana sebesar 60,0 triliun. Dalam pengalokasian
Dana Desa formula dibuat semakin fokus dalam rangka pengentasan kemiskinan dan
ketertinggalan geografis, melalui: pemberian afirmasi kepada desa tertinggal dengan jumlah
penduduk miskin tinggi, penurunan porsi alokasi yang dibagi merata dan peningkatan alokasi
formula, dan pemeberian bobot yang lebih besar kepada jumlah penduduk miskin.
12
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Untuk transfer ke daerah dan dana desa senilai Rp766,2 triliun. Belanja transfer ke
daerah dan dana desa mempunyai fokus utama untuk meningkatkan pemerataan keuangan
antardaerah, meningkatkan kualitas dan mengurangi ketimpangan layanan publik daerah,
menciptakan lapangan kerja dan mengentaskan kemiskinan. Sedangkan dalam
penyalurannya, belanja transfer ke daerah dan dana desa menggunakan basis kinerja.
14
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kemenkeu.go.id
https://id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Negara_Indonesia
https://id.wikipedia.org/wiki/Kementerian_Keuangan_Indonesia
iv