26
Desain penelitian merupakan perencanaan, struktur, dan strategi penelitian
dalam rangka menjawab pertanyaan dan mengendalikan penyimpangan
yang mungkin terjadi. (Murti dan Salamah, 2005 :47)
3.2.1.1. Jenis Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah exsplanatory. Studi
eksplanatory merupakan studi yang ditujukan untuk menggambarkan
hubungan, pengaruhnya antara variabel predisi atau predictor terhadap
variabel yang diprediksi atau lazim dinyatakan vriabel penyebab dan
variabel akibat (Acep Edison 2018,85).
3.2.1.2. Populasi Penelitian
27
karakteristik yang sama, dengan demikian jumlah dapat
digunakan sebagai sumber informasi.
Teknik Sampling
28
1. Jenis kegiatan usaha perusahaan jasa (perbankan) di Indonesia
2. Terdaftar pada Lembaga Bursa Saham sejak 3 tahun terakhir
3. Melaporkan laporan keuangan selama 3 tahun terakhir secara berturut-
turut.
4. Melaporkan laporan keuangan yang telah diaudit
Keterangan Jumlah
Perusahan Perbankan di Indonesia 118
Perusahaa Perbankan yang terdaftar di BEI 44
Perusahaan melaporkan laporan keuangan selama 3 tahun secara
20
berturut-turut
Perusahaan yang melaporkan laporan keuangan yang telah di audit 20
TOTAL PERUSAHAAN x 3 Tahun
Jumlah Laporan Keuangan 60
Daftar Sampel
29
12. BNBA Bank Bumi Arta Tbk
13. BNLI Bank Permata Tbk
14. BSIM Bank Sinarmas Tbk
15. BSWD Bank of India Indonesia Tbk
16. BVIC Bank Victoria International Tbk
17 INPC Bank Artha Graha International Tbk
18. MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk
19. MEGA Bank Mega Tbk
20. PNBN Bank Pan Indonesia Tbk
30
keuangan. unit analisis berfungsi sebagai sumber data atau informasi yang
dianalisis dalam penelitian. Laporan keuangan merupakan unit analisis
yang dalam penelitian ini.
3.2.2. Operasional variabel
Operasional variabel merupakan suatu cara pengoperasilkan variabel
sehingga diperoleh nilai dan gambaran secara nyata dari suatu variabel (Acep
Edison 2018, 154). Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel yaitu
variabel dependen dan variabel independen.
a. Variabel dependen
Variabel dependen disebut juga variabel terikat, endogenious,
variabel yang diprediksi adalah variabel yang menjadi perhatian utama
dalam penelitian. Variabel dependen yang terikat oleh perubahan dari
variabel bebas. Variabel dependen adalah suatu keadaan secara empiris
yang menjadi masalah dan merupakan fenomena penelitian yang dituju,
artinya variabel dependen adalah variabel utama yang menjadi sasaran
investigasi (Acep Edison 67). Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah income smoothing yang akan diukur dengan menggunakan indeks
excel
b. Variabel independen
Variabel independen adalah disebut juga variabel bebas,
eksogenious atau variabel predictor dan dinotasikan dalam suatu
penelitian sebagai variabel x adalah variabel yang secara bebas dapat
mempengaruhi variabel dependen atau terikat atau disimbulkan variabel y
(Acep Edison 2018,67). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang memberi tahu
kita laba dari perusahaan yang berhubungan dengan penjualan,
setelah kita mengurangi biaya untuk memproduksi barang yang
31
dijual. Rasio tersebut merupakan pengukuran efisiensi operasi
perusahaan, serta merupakan indikasi dari cara produk ditetapkan
harganya (Van Horne, 2013:180).
Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan
perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan
sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah
karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya (Acep Edison
2018:240). Penelitian ini menggunakan return on assets (ROA)
sebagai proksi profitabilitas.
Return on assets (ROA) merupakan Rasio yang
menunjukkan berapa laba bersih yang diperoleh perusahaan bila
diukur dari nilai aktiva.
Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk
menguji sejauh mana perusahaan menggunakan uang yang
dipinjam, kita dapat menggunakan beberapa rasio utang (debt
ratio) yang berbeda. Hutang jangka panjang biasanya didefinisikan
sebagai kewajiban membayar yang jatuh temponya lebih dari satu
tahun (Van Horne,2013).
Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau
kewajiban – kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi (Acep
Edison 2018:239). Penelitian ini menggunakan Debt to Equity
Ratio sebagai proksi solvabilitas. Debt to Equity Ratio merupakan
rasio keuangan yang menunjukan proporsi relatif antara Ekuitas
dan Hutang yang digunakan untuk membiayai aset perusahaan.
Debt to Equity Ratio (DER) atau Rasio Hutang Terhadap Ekuitas
32
ini dihitung dengan cara mengambil total kewajiban hutang
(Liabilities) dan membaginya dengan Ekuitas (Equity).
Nilai perusahaan
Nilai perusahaan merupakan nilai pasar karena nilai pasar
dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara
maksimum jika harga saham suatu perusahaan meningkat.
Berbagai kebijakan diambil oleh manajemen dalam upaya untuk
meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran
pemilik dan para pemegang saham yang tercermin pada harga yang
sama ( Brigham & Houston, 2006:19). Price to Book Value (PBV)
merupakan proksi dari nilai perusahaan. Price to Book Value
(PBV) menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai
buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti pasar
percaya akan prospek perusahaan tersebut. (Payitno, 2012)
Capital adequacy ratio
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan
modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang
kemungkinan dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR maka
semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko
dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR
tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional
dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas.
33
DER rasio keuangan yang 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 Rasio
menunjukan proporsi relatif 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
34
dependen. Data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu data yang
disajikan dalam bentuk angka.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah riset
kepustakaan (Library Research). Riset kepustakaan merupakan cara
mengumpulkan data melalui media kepustakaan berupa Indonesia Capital
Market Directory (ICMD) buku-buku, jurnal-jurnal dan literatur lain yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti.
3.3. Metode analisis data
3.3.1 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk memenuhi sifat dari estimasi
regresi yang bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimated) demi
mendapatkan nilai pemeriksa yang efisien dan tidak bias dari suatu
persamaan regresi berganda. Uji asumsi klasik dilakukan dengan
melakukan pengujian atas multikolonieritas, uji normalitas, uji
autokorelasi, dan uji heterokedasitas.
a. Uji normalitas
Uji normalitas ditujukan untuk mendapatkan hasil bahwa data
berdistribusi normal (Acep Edison 2018, 202). Pengujian sebagai suatu
syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan analisis regresi pada
statistic parametric yang mengharuskan data berdistribusi normal.
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dengan
kata lain uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel
yang diambil normal atau tidak dengan menguji sebaran data yang
dianalisis (Ghozali, 2011 : 160).
Salah satu metode yang banyak digunakan untuk menguji normalitas
adalah dengan Uji Jarque Bera. Pada program EViews, pengujian
normalitas dilakukan dengan Jarque Bera test. Uji Jarque Bera
35
mempunyai nilai chi square dengan derajat bebas 2. Jika hasil uji jarque
bera lebih besar dari nilai chi square pada α = 5%, maka H0 diterima
yang berarti data berdistribusi normal. Jika hasil uji jarque bera lebih
kecil dari nilai chi square pada α = 5%, maka H0 ditolak yang artinya
tidak berdisribusi normal.
b. Uji multikolinearitas
Uji multikolinearitas sebagai syarat dalam melakukan analisis
regresi ditujukan untuk menguji apakah antara variabel independen
berkorelasi (Acep Edison 2018,204). Pada analisis regresi harus
dipenuhi syarat bahwa antar variabel independen tidak boleh terjadi
korelasi yang signifikan, artinya nilai – nilai pada antara variabel
independen berhubungan dan berkaitan satu dengan yang lainnya, jika
terjadi nilai yang saling berhubungan dan berkaitan, maka masing –
masing variabel predictor (X) tidak dapat memprediksi secara
independen terhadap variabel yang diprediksinya.
Pengujian dilakukan dengan pengukuran variance inflating factor (VIF)
ditujukan untuk melihat adanya gejala multikolinearitas antar variabel
independen. Nilai ukur adanya gejala multikolinearitas yakni ; jika nilai
VIF > 10, maka terjadi gejala multikolinearitas, sehingga nilai VIF
harus lebih kecil dari 10.
c. Uji autokeralasi
Uji autokorelasi ditujukan untuk pengujian ada tidaknya
korelasi variabel dependen terhadap dirinya sendiri. Jika terdapat
korelasi dapat dipastikan terjadi gejala outokorelasi yakni nilai variabel
dependen periode sebelumnya dan sesudahnya saling berkorelasi.
Akibat dari terjadinya korelasi antara nilai variabel pada data dependen
antara satu data ke data yang berikutnya menyebabkan terjadinya data
36
yang berdempetan atau kemungkinan terdapat data out lier
(penyimpangan data dengan nilai ekstrim) yang menyebabkan tingkat
keyakinan akan terganggu bahkan akan bias.
Pengukuran terjadinya gejala outokorelasi dengan menggunakan uji
durbin Watson (DW) dengan menentukan nilai hitung (d) dengan
ketentuan sebagai berikut :
No. Nilai (d) Interpretative
1. d<dI Terjadi outokorelasi
positif perlu dilakukan
perbaikan
2. dI < d < du Outokorelasi positif
kuat, dilakukan
perbaikan agar tidak
terjadi gejala
outokorelasi
3. dI < d < 4 – du Tidak ada outokorelasi
pada variabel dependen
4. 4 – du < d < 4 – dI Outokorelasi kuat, perlu
dilakukan perbaikan agar
tidak terjadi gejala
outokorelasi
5. 4 – dI < d Outokorelasi sangat kuat
perlu dilakukan
perbaikan agar tidak
terjadi gejala
outokorelasi
37
Pengujian Durbin Watson dapat dilakukan dengan membandingkan nilai
statistic hitung durbin Watson pada perhitungan regresi dengan statistic
table durbin Watson pada table. Dasar pengambilan keputusan adalah
sebagai berikut :
1,65 < DW < 2,35 : tidak terjadi outokorelasi
1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 : tidak dapat
disimpulkan
DW < 1,21 atau DW > 2,79 : terjadi outokorelasi
d. Uji heterokedasitas
Uji heterokedasitas ditujukan untuk melakukan pengujian
terhadap nilai residual (sisa) dari suatu data. Heterokedasitas adalah
asumsi asumsi dalam regresi terhadap varians residual dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tidak sama. Jika varians dari
residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain sama maka
disebut homokedasitas. Uji heterokedasitas yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah Glejser. Uji Glejser adalah uji hipotesis untuk
mengetahui apakah sebuah model regresi memiliki indikasi
heterokedastisitas dengan cara meregres absolud residual (UbsUt).
𝑈𝑏𝑠𝑈𝑡 = 𝑎 + 𝑏𝑋 + 𝑣𝑖
38
Jika Sig di bawah 0,05 maka Ho ditolak
Keterangan :
Y = Income smoothing
α = Konstanta
b1, b2, b3, b4 = Koefisien Regresi
X1 = Price to Book Value
X2 = Return on Assets
X3 = Debt to Equity Ratio
X4 = Capital adequacy ratio
ɛ = Standar Error
39