Anda di halaman 1dari 33

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PATOLOGI KLINIK
CARA PEMBERIAN IDENTITAS

NO. REVISI HALAMAN


DOKUMEN

Ditetapkan oleh
RS. DR. WAHIDIN TANGGAL Direktur Utama RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo
SUDIROHUSODO TERBIT
MAKASSAR JANUARI
2012
Prof. DR. dr. Abdul Kadir, Ph.D, SpTHT-KL(K),
M.Kes
SOP Nip. 1962 0523 1989 03 1001
 Pengertian
Cara pemberian identitas spesimen adalah tata cara menulis identitas yang
lengkap di buku registrasi dan blanko pemeriksaan clan memberikan label
yang ditempelkan pada wadah spesimen.
 Tujuan
Untuk menghindari kesalahan spesimen sate dengan lainnya.
 Kebijakan
 Pemberian identitas harus ditulis dengan lengkap pada blanko
pemeriksaan sesuai dengan formulir permintaan pemeriksaan
 Spesimen yang tidak lengkap identitasnya, pemeriksaannya ditunda/tidak
dilaksanakan.
 Prosedur
 Alat
 Pulpen
 Kertas label
 Spidol permanen ( bilatidak menggunakan kertas label)

 Cara Pemberian Identitas Spesimen


 Pemberian identitas dilaksanakan oleh analis laboratorium yang
bertugas
 Identitas yang lengkap ditulis pada buku registrasi dan blanko
pemeriksaan sesuai dengan formulir permintaan berupa
 Tanggal permintaan
 Tanggal dan jam pengambilan spesimen
 Identitas pasien ( nama, umur, jenis kelamin, alamat, nomor rekam
medik )
 Identitas pengirim (nama,alamat / ruangan,nomor telepon)
 Identitas specimen (jenis, volume, lokasi pengambilan)
 Pemeriksaan laboratorium yang diminta
 Nama pengambil specimen
 Transpor medial pengawet yang digunakan
 Keterangan Minis Diagnosis atau riwayat singkat penyakit, riwayat
pengobatan.
 Identitas pada kertas label berupa, nomor unit lab, nama, umur, jenis
kelamin pasien, jenis specimen, tanggal dan jam pengambilan,
kemudian ditempelkan pada wadah yang sudah berisi (tabung reaksi,
botol atau slide). Bila tidak menggunakan kertas label, biasa
menggunakan spidol permanen dan menulis langsung pada wadah
yang berisi specimen.
 Spesimen yang sudah lengkap identitasnya dikirim ke masing-masing
ruangan pemeriksaan sesuai jenis pemeriksaan( Hematologi, Kimia
Klinik, Imunologi, Cairan tubuh, dll ).
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PATOLOGI KLINIK
CARA PENGAMBILAN SPESIMEN

NO. REVISI HALAMAN


DOKUMEN

Ditetapkan oleh
RS. DR. WAHIDIN TANGGAL Direktur Utama RS. Dr. Wahidin
SUDIROHUSODO TERBIT Sudirohusodo
MAKASSAR JANUARI 2012

Prof. DR. dr. Abdul Kadir, Ph.D, SpTHT-


SOP KL(K), M.Kes
Nip. 1962 0523 1989 03 1001
1. Pengertian
Cara pengambilan spesimen adalah tata cara untuk memperoleh spesimen
dari pasien rawat jalan dan pasien rawat-inap
2. Tujuan
Mendapatkan dan menyiapkan spesimen yang memenuhi syarat untuk
pemeriksaan. untuk menunjang perolehan hasil tes laboratorium yang
bermutu dan dipercaya.
3. Kebijakan
 Tempat Pengambilan Spesimen
 Untuk pasien rawat jalan Ruang sampling Unit Pelayanan
Laboratorium.
 Untuk pasien rawat-inap : Ruang perawatan
 Pasien VIP (pejabat/sejawat) dilayani diruang tersendiri/khusus
 Pengambilan spesimen tidak dilaksanakan/ditunda bila:
1. Identitas pasien tidak cocok dengan data dalam formulir permintaan
tes.
2. jumlah spesimen tidak cukup.
3. Oleh suatu hal, pasien menolak pengambilan spesimen.
Dalam hal demikian, harus dibuat pernyataan tertulis dan ditanda-
tangani oleh pasien keluarganya yang bersangkutan.
4. Prosedur
1. Ruangan untuk tempat pengambilan specimen
1.1 Pengambilan di Ruang sampling Laboratorium (untuk pasien
rawat-jalan):
1) Petugas laboratorium memakai jas praktikum, mencuci tangan,
memakai sarung tangan, dan masker.
2) Petugas laboratorium memanggil pasien sesuai nomor urut.
3) Memeriksa format permmtaan dan menanyakan identitas pasien
sesuai format.
4) Konfirmasi persiapan penderita sebelumnya klinisi (puasa).
5) Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan sesuai kebutuhan
tes (spoit, tabung vakum, tourniquet, kapas alcohol 70%, plester,
sarung tangan, masker, lanset, dll).
6) Menyiapkan label rekat dan mengisi No. Lab, Nama, Tanggal, Jam
pengambilan, dan jenis spesimen, yang akan ditempelkan pada
wadah-wadah yang sudah disiapkan sesuai keperluan.
7) Standarisasi posisi penderita (duduk atau baring). Minta pasien
duduk santai ditempat yang sudah disediakan (pasien mungkin
perlu dibaringkan sesuai dengan kondisinya).
8) Berikan penjelasan-penjelasan seperlunya
 Maksud dilakukannya pengambilan spesimen
 Tindakan yang akan dilaksanakan kepada pasien
 Rasa sedikit nyeri pada waktu jarum ditusukkan
9) Melakukan pengambilan spesimen secara benar (lihat cara
pengambilan masing-masing spesimen )
10) Spesimen yang sudah diambil dimasukkan kedalam wadah yang
sesuai dan memenuhi syarat.
11) Wadah yag telah berisi specimen dikirim/ dibawa ke Ruang Tes
sesuai dengan tes yag diminta (Hematologi, Kimia klinik,
Mikrobiologi, dll). Tenggang waktupengiriman dan penyimpanan
sebelum tes dilakukan dapat dilihat pada SOP cara pengiriman dan
penyimpanan spesimen.

1.2. Pengambilan di Ruang Perawatan (untuk pasien rawat-inap)


a. Petugas laboratorium yang bertugas di ruangan perawatan
mengecek formulir pernyataan pemeriksaan, kemudian menyiapkan
alat dan bahan yang diperlukan sesuai dengan keperluan tes (
spoit, tabung vakum, torniquet, kapas alcohol 70%, plester, sarong
tangan, masker, lanset, dll ) dalam baki/tray yang memadai.
b. Petugas laboratorium menemui pasien yang akan diambil
spesimennya di ruang perawatan sesuai nama dan identitas dalam
formulir permintaan.
c. Mengecek identitas pasien dalam formulir permintaan (nama, umur,
jenis kelamin. dll)
d. Menenangkan pasien dan menciptakan suasana yang akrab dengan
pasien.
e. Berikan penjelasan-penjelasan seperlunya tentang
A. Maksud dilakukannya pengambilan specimen
B. Tindakan yang akan dilaksanakan kepada pasien
C. Rasa sedikit nyeri pada waktu jam ditusukkan
f. Siapkan label rekat dan isilah No Lab, nama, Tgl, Jam pengambilan
dan jenis spesimen kemudian tempelkan pada wadah-wadah yang
sudah disiapkan sesuai keperluan.
g. Lakukan pengambilan spesimen secara benar ( lihat cara
pengambilan masing-masing spesimen )
h. Spesimen yang sudah diambil dimasukkan kedalam wadah yang
sesuai dan memenuhi syarat. Bila wadah mengandung
antikoagulan, wadah dibolak-balik agar spesimen darah menjadi
homogen dengan dengan antikoagulan.
i. Wadah yang telah berisi spesimen darah dikirim/ dibawa ke Ruang
tes yang sesuai Tenggang waktu pengiriman dan penyimpanan
sebelum tes dilakukan dapat dilihat pada SOP cara pengiriman dan
penyirnpanan spesimen.

2. Cara pengambilan Spesimen


(1) Cara pengambilan Spesimen Darah Vena
ii) Memilih daerah yang akan di punks (antecubital, dorsum, manus, dll)
darn palpasi pada daerah tersebut (pada pengambilan di daerah
anticubital, pasien disuruh menggenggam tangannya agar Vena lebih
mudah teraba)
iii) Bersihkan dengan alcohol 70% secara sirkuler dari sentral keluar,
biarkan mengering
iv) Pasang torniket (lebar 2-2,5 cm)/ manset 10-15 cm diatas daerah
punksi sehingga terjadi bendungan vena. Pemasangan tidak boleh
lebih dari 1 menit
v) Pasien tidak boleh memompa tangannya(mengepal dan relaksasi
berganti-ganti)
vi) Gunakan spoit/ tabung vakum yang sesuai dengan jenis dan jumlah
spesimen.
vii) Tusuk Vena sejajar dengan arah alirannya, lubang jarum menghadap
keatas (sudut pengambilan 15-20 derajat). Bila darah sudah tampak
mengalir lepaskan torniket.
viii)Ambit darah sesuai kebutuhan, kepalan tangan dilepaskan kemudian
letakkan kapas steril diatas tusukan, tank jarum dan kapas ditekan:
Pasang plester diatas kapas.
ix) Masukkan spesimen kedalam wadah yang sudah diberi label yang
sesuai dan memenuhi syarat. Bila wadah mengandungantikoagulan,
wadah dibolak-batik agar spesimen darah menjadi homogeny dengan
antikoagulan.
(2) Cara pengambilan spesimen darah lcapiler
1) Memilih daerah yang akan di punks] (ujung jari 2,3,4, daun telinga
tumit).
2) Hangatkan tempat tusukan dengan handuk atau tissue yang suhunya
tidak lebih dari 42 C untuk meningkatkan aliran darah melalui arteriole
dan kapiler.
3) Bersihkan dengan alkohol 70% & biarkan mengering, jangan sentuh
dengan benda tidak steril.
4) Buat tusukan dengan lancet steril tegak lures terhadap permukaan
kulit.
5) Buang tetesan pertama dengan menggunakan kapas steril. Masukkan
tetesan berikutnya dengan mengalirkan kedalam penampungan sesuai
kebutuhan (tabung kapiler, mikrotrainer), Lakukan sedikit penekanan
dengan menggunakan ibu jari untuk meningkatkan aliran darah, jangan
diperas daerah tersebut karena dapat menyebabkan hermoIisis dan
pengeluaran cairan jaringan yang beriebihan.
6) Bersihkan dengan kasa steril pada tempat tusukan dan tutup dengan
plester.
7) Berikan label yang sesuai pada wadah specimen
8) Wadah yang telah berisi spesimen darah dikiriml dibawa ke Ruang Tes
yang sesuai
(3) Cara pengambilan spesimen darah arteri (untuk tes analisa gas darah)
1) Petugas laboratorium menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
(spoit, antikoagulan, heparin, kapas alkohol, plester, sarung tangan,
karet penutup) dalam baki/tray yang memadai.
2) Petugas laboratorium menemui pasien yang akan diambil specimen
darahnya di ruang perawatan sesuai nama dan identitas dalam formulir
permintaan.
3) Mergecek identitas pasien dalam formulir permintaan (nama, umur,
jenis kelamin.dll)
4) Menenangkan pasien dan menciptakan suasana yang akrab dengan
pasien.
5) Memberikan penjelasan-penjelasan seperlunya
 Maksud dilakukannya pengambilan specimen darah
 Tindakan yang akan dilaksanakan kepada pasien
 Rasa sedekit nyeri pada waktu jarum ditusukkan
6) Siapkan label rekat dan isilah No. Lab, Nama, Tanggal, Jam
pengambilan, daa jenis specimen kemudian tempelkan pada wadah-
wadah yang sudah disiapkan sesuai keperluan
7) Lakukan pengambilan specimen secara benar
a) Memilih daerah yang akan di punksi (a.radialis, brachialis, dorsalis
pedis, femoralis) dan palpasi pada daerah tersebut dengan
mengikuti aplikasi tes allen
b) Bersihkan dengan alcohol 70% secara sirkuler dari sentral keluar
dan biarkan kering
c) Dapat digunakan anestesi local dengan menggunakan spoit
d) Jarum sejajar dengan arteri, dianjurkan menggunakan jarum 20
atau 21 G
e) Sudut antara jarum dan arteria diusahakan sekecil mungkin, Darah
akan terlihat pada bagian tengah jarum ketika mengenai arteri.
f) Ambil darah sesuai kebutuhan (2-4 ml), dan jarum ditarik kemudian
spoit ditancapkan pada karet tutup botol.
8) Putar spoit untuk menghomogenkan darah dan heparin
9) Wadah (spoit) yang telah berisi specimen darah dikirim ke laboratorium
dalam tenggang waktu kurang dari 5 menit, dan bila disimpan selama
1-2 jam harus diberikan es dan dipertahankan suhunya 1-5 C.

(4) Pengambilan spesimen urin


Petugas laboratorium memberikan penjelasan tentang cara mengumpulkan
urin yang telah disediakan sesuai dengan jenis permintaan tes yang
diminta misalnva:
- Urin sewaktu (urin dikeluarkan pada suatu waktu yang tidak ditentukan
secara khusus)
- Urin pagi ( urin yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari setelah
bangun tidur)
- Urin post prandial ( urin yang pertama kali di kemihkan 1 ½ - 3 jam
setelah makan)
- Timed specimen atau sampel terjadwal

 Urin 24 jam misalnya urin yang dikeluarkan jam 7 pagi dibuang. Semua urin
yang dikeluarkan kemudian ditampung termasuk urin jam 7 pagi esok harinya.
Urin 24 jam sering memerlukan pengawet (tergantung jenis tes urin) untuk
melindungi specimen dari dekomposisi dan kontaminasi,
Ada beberapa macam pengawet urin antara lain:
 Toluen. Pengawet ini menghambat perombakan win oleh . kuman. Digunakan
2-5 ml toluen untuk pengawet glukosa, aseton dan asam asetat

 Timol mempunyai daya pengawet seperti toluen dan digunakan untuk


pengawet sediment

 Formaldehid dan kloroform dugurakan 1-2 ml larutan formaldehid 40%


(formalin) atau 50 tetesan larutan kloroform untuk mengawetkan sedimen.
 Asam sulfat pekat digunakan sebagai pengawet untuk penetapan kuantitatif
kalsium, nitrogen dan zat organic lainnya. Diberikan dalam jumlah tertentu
sehingga PH urin tetap < 4,5 yang dikontrol dengan kertas nitrazin. Reaksi
asam mencegah terlepasnya unsur N dalam amoniak dan mencegah
terjadinya endapan kalsium fostat.
 Natrium karbonat. Digunakan 5 g Natrium karbonat bersama beberapa ml
toluen. Khusus untuk mengawetkan urobilinogen
 Asam hidrokirorida. Digunakan 10 ml asam hidroklorida atau asam borat 50 g
untuk mencegah dekomposisi bahan / zat pada medium alkali.
 Urin slang 12 jam (urin yang dikeluarkan jam 7 pagi sampai jam 7 malam)
 Urin malam 12 jam (jam 7 malam sampai jam 7 pagi)
 Urin 3 gelas dan urin 2 gelas ( berguna untuk memberikan gambaran letak
radang atau lesi yang yang terdapat pada saluran kemih).
- Urin porsi tengah
Pada pengambilan urin porsi tengah yang dilakukan oleh penderita sendiri,
harus diberikan penjelasan sebagai berikut
1) Pasien harus mencuci tangan dengan sabun kemudian dikeringkan
dengan handuk
2) Tanggalkan pakaian dalam, lebarkan labia dengan satu tangan.
3) Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa steril dengan arah dari
depan kebelakang
4) Bilas dengan air hangat, keringkan dengan kasa steril yang lain. Selama
proses ini berlangsung labia harus tetap terbuka lebar dan jari tangan
jangan menyentuh bagian yang sudah steril.
5) Keluarkan urin, aliran urin yang pertama keluar dibuang, kemudian aliran
urin selanjutnya ditampung dalam wadah yang sudah disediakan. Hindani
win mengenai lapisan tepi wadah. Pengumpulan urin selesai sebelum
aliran urin habis.
6) Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke ruang pemeriksaan
 Laki-laki
1) Pasien harus mencuci tangan dengan sabun kemudian dikeringkan dengan
handuk
2) Jika tidak disunat tarik kulit preputium kebelakang, keluarkan urin, aliran
yang pertama keluar dibuang, kemudian aliran urin selanjutnya ditampung
dalam wadah yang sudah disediakan. Hindari urin mengenai lapisan tepi
wadah. Pengumpulan Urin selesai sebelum aliran urin habis.
3) Wadah ditututp spat dan segera dikirim ke ruang pemeriksaan
- Urin kateter ( yang telah terpasang )
1) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70% pada bagian selang kateter yang
terbuat dari karet ( jangan bagian yang terbuat dari plastik.
2) Aspirasi Urin menggunakan semprit kuran glebih 10 ml. 3) Masukkan
kedalam wadah steril dan tutup spat. 4) Kirim segera ke ruang
pemeriksaan/laboratorium
- Urin aspirasi suprapubik
Urin aspirasi suprapubik harus dilakukan pada kandung kemih yang penuh
1) Petugas yang berwenang untuk mengambil specimen memberikan
penjelasan terhadap tindakan yang akan dilakukan.
2) Lakukan desinfeksi kulit di daerah suprapubik dengan povidone iodine 10%
, kemudian bersihkan povidone iodine dengan kapas alkohol 70%.
3) Petugas yang berwenang untuk mengambil specimen memberikan
penjelasan terhadap tindakan yang akan dilakukan.
4) Ambil urin sebanyak kurang lebih 20 ml dengan cara aseptic (dilakukan
oleh petugas yang berwenang).
5) Masukkan kedalam wadah steril dan tutup spat.
6) Kirim segera ke ruang pemeriksaan / laboratorium.
Pengambilan urin pada bayi & anak
Pasien sebelumnya diberi minum untuk memudahkan buang air kecil.
Bersihkan alat genital sesuai yang telah dijelaskan diatas:
Pengambilan urin dilakukan dengan cara:
1) Anak duduk dipangkuan perawat. Pengaruhi anak untuk mengeluarkan urin
dalam wadah atau kantong steril.
2) Pada bayi, dipasang kantong penampung urin pada alat genital

(5) Pengambilan spesimen semen


1) Petugas laboratorium meberikan penjelasan pada pasien bahwa harus
abstinensi 2-7 hari sebelum pangambilan spesimen.
2) Pengambilan spesimen dilakukan dengan cara masturbasi dan ditampung
ke dalam wadah besar bermulut besar clan sebaiknya dihangatkan untuk
mengurangi bahaya renjatan dingin.
3) Wadah diberi label dengan No. Lab, Nama penderita. Tanggal
pengumpulan, lamanva abstinensi clan jam pengambilan spesimen. Kirim
ke ruang tes / laboratorium dalam waktu 1 jam setelah dikeluarkan. Jika
lebih dari 1 jam maka spesimen harus dilindungi terhadap suhu yang
ekstrim (suhu antara 20-40 C) selama pengangkutan ke laboratorium.

(6) Pengambilan spesimen cairan otak


1) Petugas yang berwenang untuk mengambil spesimen memberikan
penjelasan terhadap tindakan yang akan dilakukan.
2) Pada daerah yang akan di punksi (ruang intervertebrata L3-L4 atau L4-L5)
dilakukan tindakan desinfeksi dengan povidone iodine 10% kemudian sisa
povidone iodine dibersihkan dengan kapas alkohol 70%.
3) Dilakukan pengambilan cairan otak sebanyak 10-20 ml, tampung ke dalam
3 tabung kaca yang transparan dan steril
 Tabung I : untuk tes kimia
 Tabung II : untuk tes mikroskopi
 Tabung III : untuk tes mikrobiologi

4) Penambahan natrium sitrat 20% dapat dilakukan bila cairan otak keruh atau
bercampur darah dengan perbandingan 0,01 ml natrium sitrat 20% dan 1 ml
cairan otak.
5) Spesimen segera dikirim ke ruang pemeriksaan / laboratorium paling lambat
6) 1 jam setelah pengambilan spesimen untuk menghindari kerusakan sel dan
kontaminasi kuman.

(7) Pengambilan spesimen cairan pleura


Alat dan bahan
 Jarum (abbocath)
Pengambilan spesimen cairan pleura dilakukan dengan punksi cairan
pleura (torakosentesis)
Petugas yang berwenang untuk mengambil specimen memberikan
penjelasan terhadap tindakan yang akan dilakukan.
Pasien masuk ke ruang tindakan / ruang khusus untuk tindakan punksi
pleura.
Pasien didudukkan dengan posisi tegak atau bahunva disandarkan
kebantal atau memeluk bantal dalam keadaan duduk, dan kemudian
dilakukan perkusi dinding toraks belakang untuk menentukan
ketinggian cairan pleura dalam rongga pleura.
Tempat melakkukan punksi ialah ruang interkostal 6,7 atau 8 (seta iga 8
biasanya setinggi ujung scapula) pada linea aksilaris posterior.5. pada
tempat punksi dilakukan desinfeksi dengan bahan desinfektan (alcohol
70% dan betadine).
Dengan memakai sarung tangan steril, jarum (abbocath) ukuran 16
ditusukkan Re dalarn dinding toraks bagian belakang, kemudian cairan
pleura diaspirasi sebanyak 50 cc dengan spoit steril, lalu dimasukkan
kedalam botol-botol yang bersih / steril.
Specimen dikirim ke ruang pemeriksa / laboratorium untuk analisis cairan
pleura

(8) Pengambilan specimen cairan asites


Alat dan bahan
- Jarum ( abbocath ) 10 atau 20 G
- Slang plastic dengan klem pengatur
- Botol penampung drainase
- Botol penampung steril ( tabung kaca dengan sterilisasi autoklav, tabung
plastic dengan ultraviolet ) untuk pemeriksaan mikrobiologi.
Cara pengambilan sampel (punksi asites)
1) Petugas berwenang untuk mengambil specimen memberikan penjelasan
terhadap tindakan yang akan dilakukan.
2) Sebelum punksi, kandung kencing dikosongkan.
3) Pasien berbaring dengan pada posisi supine ata dengan sudut 45.
4) Tempat punksi dilakukan pada titik sedikit diluar pertengahan garis antara
umblikus dan spina iliaka anterior superior.
5) Pada tempat punksi dilakukan desinfeksi dengan bahan desinfektan
(alcohol 70& dan betadine).
6) Aspirasi percobaan dilakukan, bila asites keluar, ditampung dalam botol
penampung steril untuk pemeriksaan mikrobiologi. Hubungkan abbocath
dengan slang pastik kemudian fiksasi dengan plester, cairan yang keluar
ditampung dalam botol penampung drainase. Jika dimaksudkan akan
mengeluarkan cairan dalam jumlah banyak dianjurkan drainase jangan
terlalu cepat.
7) Spesimen dikirim ke ruang pemeriksaan / laboratorium untuk analisis
cairan asites.
(9) Pengambitan spesimen cairan sendi
Teknik pengambilan cairan sendi disebut arthrocentesis. Arthrosentesis harus
dilakukan oleh seorang dokter atau paramedic yang sudah terlatih dan harus
dilakukan dalam keadaan steril. Teknik aspirasi harus disesuaikan menurut
lokasi, anatomi dan ukuran sendi.
Teknik arthrocentesis :
Alat dan bahan
1) Spoit dan jarum disposable. Ukuran jarum disesuaikan dengan besar sendi
yang akan diaspirasi. Misalnya jarum nomor 19 atau 21 untu sendi besar,
sedangkan sendi kecil jarum 23 atau 25.
2) Pulpen untuk menandai titik yang al:an disuntik.
3) Anestetik lokal (likodain atau semprotan etiklorida).
4) Kapas alcohol, train kasa dan larutan pembersih kulit (misalnya larutan
yang mengandung yodium),
5) Tabung penampung aspirat 4 buah.
Cara Kerja:
1) Petugas yang berwenang untuk mengambil spesimen memberikan
penjelasan terhadap tindakan yang akan dilakukan.
2) Penyuntikan dilakukan dalam keadaan yang steril.
3) Tentukan tempat pengambilan yang tepat dan tandai dengan pulpen.
4) Atur posisi penderita sedemikian rupa, sehingga struktur sasaran suntikan
dalam keadaan rileks.
5) Lakukan pembersihan serta tindakan asepsis dan antisepsis pada tempat
yang akan disuntik.
6) Jika prosedur diperkirakan berlangsung lama atau sulit, dapat diberikan
sem-protan etilklorida atau anestesi lokal dengan infiltrasi lidokain melalui
jarum yang sangat halus.
7) Umumnya pendekatan dilakukan dari bagian ekstensor untuk menghindari
trauma neurovaskuler.
8) Setelah semua prosedur diatas dilakukan, aspirasi dapat dimulai dengan
menusuk perlahan-lahan tempat yang telah diberi tanda pulpen.
9) Jika ada efusi, jumlah cairan yang diambil dapat berkisar 10-20 ml.
Tampunglah aspirat kedalam 4 tabung yang telah disiapkan sebelumnya.
a) Tabung I (tanpa antikoagulan) : untuk tes makroskopi, viskositas dan
tes musin
b) Tabung II (tabung dengan antikoagulan EDTA) : untuk tes mikroskopi,
hitung dan jenis sel
c) Tabung III (tabung harus steril, berisi heparin / EDTA) untuk tes
mikrobiologi
d) Tabung IV (tanpa koagulan) untuk tes kimia dan imunologi
10) Setelah aspirasi, sendi hendaklah dalam keadaan rileks atau posisi netral.
11) Spesimen dikirim ke ruang pemeriksaan / laboratorium untuk analisis
cairan sendi.

(10) Cara pengambilan spesimen sputum


Pelaksanaan pengumpulan dahak SPS
S (sewaktu) : Sputum dikumpulkan pada saat pasien datang pertama kali.
Pada saat pulang, pasien membawa pot untuk pemeriksaan
hari kedua
P (pagi) : Sputum dikumpulkan pada hari kedua, segera setelah bangun
tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri pada petugas
laboratorium.
S (sewaktu) : Sputum dikumpulkan pada hari kedua, pada saat
menyerahkan dahak pagi.
1) Petugas laboratorium memberikan penjelasan mengenai pemeriksaan
dan cara mengeluarkan sputum, dan menjelaskan perbedaan antara
sputum dengan ludah.
2) Pasien berdiri tegak atau duduk tegak.
3) Pasien diminta untuk menarik napas dalam 2-3 kali kemudian keluarkan
napas bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang kali sampai
sputum keluar.
4) Sputum yang dikeluarkan ditampung langsung dalam wadah dengan cara
melewatkan wadah ke mulut. Amati keadaan sputum, sputum yang
berkualitas balk tampak kental purulen dengan volume cukup 3-5 ml
5) Tutup wadah dengan erat
6) Specimen dikirim ke ruang pemeriksaan / laboratorium

(11) Cara pengambilan Specimen pus I eksudat


a. Alat dan bahan
 Pinset steril
 Pisau bedah steril
 Plester Bunting steril
 Jarum dan semprit steril
 Kapas lidi steril
 Jarum dan semprit steril
 Kapas lidi steril
 Kasa steril
 Lampu spiritus
Perban / diinsisi. Sisa povidone iodine dibersihkan dengan alcohol
70%.

b. Teknik
 Jarum steril ditusukkan dan cairan eksudat / pus disap kedalam
semprit steril
 Jarum dicabut dan semprit ditutup dengan kapas steril
 Cairan aspirasi diteteskan pada lidi kapas steril diusapkan pada dasar
abses
 Kapas lidi dapat langsung diinukulasikan pada agar, atau dimasukkan
ke dalam media transpor. Sisa eksudat / pus dalam semprit
dimasukkan dalam wadah steril
 Spesimen dikirim ke ruang pemeriksaan / laboratorium

(12) Cara pengambilan Spesimen Feses


Alat dan bahan
 Lidi kapas steril
 Pot tinja
 Media transport (Carry dan Blair)
 NaCI fisiologis
Cara kerja
1) Tinjasegar
a) Pasien diharuskan buang air kecil terlebih dahulu karena tinja tidak
boleh tercemar urin
b) Menginstrusikan pada pasien untuk buang air besar langsung
kedalam pot (kira-kira 5 gram)
c) Pot ditutup dengan rapat
2) Usap rectum
Usap rectum dilakukan bila pasien sulit buang air besar, dehidrasi dan
syok.
a) Pasien dalam posisi menungging atau tidur miring
 Wadah steril
 Sarung tangan
Bahan:
- Alcohol 70%
- Media transpor (Amies, Carry dan Blair, Stuart)
- NaCl fisiologis 0,9%
- Natrium hipoklorit 0,1
- Povidone iodine 10%

(13) Cara pengambilan specimen Luka puruten / ulkus


a) Petugas laboratorium memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukan.
b) Luka dibersihkan dengan train kasa yang telah dibasahi dengan NaCL
fisiologis sebanyak 3 kali untuk menghilangkan kotoran darn lapisan
eksudat yang mongering.
c) Kapas Lidi dibuka dari pembungkusnya kemudian diusapkan pada luka /
ulkus tanpa menyentuh bagian tepi luka / ulkus. Hal inn' dilakukan 2 kali
dengan menggunakan 2 kapas lidi).
d) Kapas lidi dapat langsung diinokulasi pada agar, atau dimasukkan dalam
tabung media transpor
e) Tangkai Lidi yang ada diluar tabung dipatahkan
f) Tabung ditutup dengan erat
g) Specimen dikirim ke ruang pemeriksaan / laboratorium

(14) Cara Pengambilan Spesimen Abses


a) Petugas laboratorium memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukan
b) Tindakan desinfeksi dilakukan dengan povidone iodine 10% diatas abses
atau bagian yang akan ditusuk dengan satu kaki ditekuk
c) Dubur direnggangkan dan pasien menarik napas dalam
d) Masukkan lidi kapas steril yang sudah dibasahi NaCI fisiologis sedalam
kira-kira 4-5 cm, diputar sambil menekan dinding rectum
e) Lidi kapas dimasukkan kedalam media transpor (Carry dan Blair) hingga
semua lid) kapas terbenam dalam media transpor
f) Botol ditutup dengan rapat
g) Spesimen dikirim ke ruang pemeriksa / laboratorium

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PATOLOGI KLINIK
CARA PENERIMAAN SPESIMEN

NO. REVISI HALAMAN


DOKUMEN

Ditetapkan oleh
TANGGAL Direktur Utama RS. Dr. Wahidin
TERBIT Sudirohusodo
RS. DR. WAHIDIN
JANUARI 2012
SUDIROHUSODO
MAKASSAR
Prof. DR. dr. Abdul Kadir, Ph.D, SpTHT-
KL(K), M.Kes
Nip. 1962 0523 1989 03 1001
SOP
Pengertian
 Cara penerimaan specimen adalah tata cara penerimaan jenis specimen
pemeriksaan, menentukan apakah spesimen tersebut masih memenuhi syarat
untuk diperiksa.

Tujuan
 Mendapatkan dan menerima spesimen yang memenuhi syarat untuk
pemeriksaan, untuk menunjang perolehan hasil tes laboratorium yang bermutu
dan dipercaya.

Kebijakan
1. Spesimen yang diterima harus dengan identitas yang lengkap.
2. Spesimen barns cukup sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta dan
memenuhi syarat pemeriksaan (tidak boleh rusak).

Prosedur
a. Spesimen yang datang pertama-tama harus melalui loket penerimaan untuk
pencatatan oleh petugas administrasi laboratorium
b. Spesimen yang diterima harus dilengkapi dengan indentitas yang lengkap
c. Spesimen di bawa / ditempatkan pads loket khusus penerimaan specimen
d. Spesimen harus ditempatkan dalam wadah yang tertutup rapai untuk
mencegah tumpah dan bocornya specimen
e. Wadah harus dapat didisinfeksi atau disterilkan
f. Wadah harus terbuat dari bahan tidak mudah pecan atau bocor
g. Wadah diberi label tentang identitas specimen
h. Wadah diletakkan pada baki khusus yang terbuat dari logam atau plastik yang
dapat di desinfeksi atau disterilkan ulang
i. Baki harus di desinfeksi / disterilkan setup han
j. Wadah terletak diatas baki dalam posisi berdiri
k. Spesimen diserahkan ke bagian masing-masing sesuai permintaan
pemenksaan (Hematologi, Kimia Klinik, Imunologi Klinik, Klinik Rutin, dll)
untuk diperiksa.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PATOLOGI KLINIK
PENAMPUNGAN SPESIMEN

NO. REVISI HALAMAN


DOKUMEN

Ditetapkan oleh
RS. DR. WAHIDIN TANGGAL Direktur Utama RS. Dr. Wahidin
SUDIROHUSODO TERBIT Sudirohusodo
MAKASSAR JANUARI 2012

Prof. DR. dr. Abdul Kadir, Ph.D, SpTHT-


SOP KL(K), M.Kes
Nip. 1962 0523 1989 03 1001

Pengertian
 Cara penampungan spesimen adalah tata cara mengumpulkan dan
menampung spesimen pada wadah secara benar.
Tujuan
 Agar menggunakan wadah spesimen yang memenuhi syarat, untuk
menunjang perolehan hash tes laboratorium yang bermutu dan dipercaya.

Kebijakan
1. Darah
 Wadah berupa tabung reaksi yang steril, kering dan bertutup rapat,
 Petugas laboratorium yang bertugas menampung pada wadah tersebut
yang volumenya sesuai dengan jumlah spesimen yang dibutuhkan (untuk
tes tertentu diperlukan antikoagulan atau medium transport tertentu yang
sesuai dengan jenis tes yang diminta}.
2. Urin
 Wadah berupa piastik atau kaca bermulut lebar, bertutup sekrup, leering
dan steril
 Pasien disuruh menampung urinnya pada wadah tersebut.
3. Cairan otak, pleura , sendi, asites
 Wadah berupa botol yang steril, leering dan bertutup rapat
 Petugas yang berwenang menampung pada wadah tersebut yang
volumenya sesuai dengan jumlah spesimen yang dibutuhkan (untuk tes
tertentu diperlukan antikoagulan atau medium transport tertentu yang
sesuai dengan jenis tes yang diminta.
4. Pus/ sekret
 Wadah berupa kapas lidi yang steril dalam botol yang bertutup, kering dan
steril
 Petugas laboratorium yang bertugas menampung pada wadah tersebut
5. Sputum
 Wadah berupa plastik atau kaca bermulut lebar, bertutup. keying dan
steril.
 Pasien disuruh menampung sputumnya pada wadah tersebut
 Feces:
 Wadah berupa plastik atau kaca bermulut lebar, bertutup kering dan
steril
 Pasien disuruh menampung pada wadah tersebut
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PATOLOGI KLINIK
CARA PENYIMPANAN SPESIMEN

NO. REVISI HALAMAN


DOKUMEN

Ditetapkan oleh
TANGGAL Direktur Utama RS. Dr. Wahidin
TERBIT Sudirohusodo
RS. DR. WAHIDIN
JANUARI 2012
SUDIROHUSODO
MAKASSAR
Prof. DR. dr. Abdul Kadir, Ph.D, SpTHT-
KL(K), M.Kes
Nip. 1962 0523 1989 03 1001
SOP

Pengertian
Penyimpanan spesimen adalah tata-cara penyimpanan spesimen untuk beberapa
waktu sampai batas waktu yang ditentukan.

Tujuan
1. Mendapatkan penyimpanan spesimen yang mcmenuhi syarat untuk
pemeriksaan, untuk menunjang perolehan basil tes laboratorium yang bermutu
dan dipercaya.
2. Sebagai panduan untuk menyimpan spesimen secara benar agar tidak terjadi
perubahan perubahan yang signifikan dalam spesimen.

Kebijakan
Penyimpanan spesimen dilakukan jika situasi / keadaan tertentu mengharuskan
pelaksanaan tes ditunda (gangguan PLN, alat terganggu, beban kerja terlampau
besar, jenis tes yang ditentukan jadwalnya).

Prosedur
1) Specimen disimpan dalam wadah yang tertutup, terbuat dari bahan yang tidak
mudah pecan atau bocor.
2) Wadah diberi label berisi tentang tulisan identitas pasien, tanggal, jam
pengambilan, jenis spesimen, dan jenis yang diminta.
3) Wadah yang sudah mengandung spesimen ditempatkan pada lingkungan yang
sesuai dengan tenggang waktu penyimpanan sesuai dengan jenis tes yang
diminta misalnya
- Darah lengkap untuk tes
 Darah rutin, feritin (dash EDTA) : spesimen stabil disimpan sampai 2
jam pada suhu kamar atau disimpan pada suhu 4 C sampai 24 jam.
 Sediaan apes dash tepi (dash EDTA) : spesimen stabil disimpan
sampai 2 jam pada suhu kamar
 Hitung retikulosit (dash EDTA) spesimen stabil disimpan sampai 2
jam pada suhu kamar
 Tes COOM'B spesimen stabil disimpan sampai 2 jam pada suhu
kamar
 HbAlc (dash sitrat, EDTA, heparin atau oxalat) spesimen stabil
disimpan pada suhu 15-25 C selama 2 minggu, pada suhu 2-8 C
selama 4 minggu atau untuk penyimpanan dalam jangka waktu yang
lama dapat disimpan dalam freezer
 Troponin T (damn vena'dengan EDTA/hepac•in) spesimen stabil
disimpan selama 8 jam pada suhu kamar tidak boleh dibekukan atau
didingirikan.
 Tes analisis gas dash dat-ah lengkap (ac•teri) dengan heparin
spesimen stabil sampai 5 merit setelah pengambilan pada suhu
kamar, 1-2 jam pada suhu 2-5 C

- Serum / plasma untuk tes


 Fe dan TIBC (serum) spesimen stabil disimpan pada suhu kamar
selama 4 hari, dan dapat bertahahn selama 7 hari pada suhu 4 C
 Glukosa : serum stabil disimpan sampai 2 jam pada suhu kamar,
plasma stabil dsimpan sampai I jam pada suhu kamar. Untuk
mendapatkan stabilitas yang lebih lama maka pada spesimen untuk
tes glukosa yang akan disimpan dapat ditambahkan glikolisis
inhibitor (Natrium fluorida 2,5 mg / ml darah), dan spesimen ini
dapat stabil pada suhu 15-25 C selama 24 jam, dan stabil selama
10 hari pads suhu 4 C
 Fraksi lipid (serum/plasma EDTA, heparin) : stabil disimpan pada
suhu 4 C selama 5-7 hari, pada suhu -20 C selama 3 bulan. Pada
sampel lipemik dilarutkan dengan NaCl 0,9% 1 : 4, dan sampel ini
dapat disimpan selama 3 hari pada suhu 4 C
 CK (Creatine Kinase), CK MB (serum / plasma EDTA, heparin) :
stabil disimpan pada suhu kamar, dan 1 minggu pada suhu 4 C
 LDH (serum / plasma EDTA, heparin) stabil disimpan selama 2
hari pada suhu 4 C
 Tes fungsi ginjal (ureum, kreatinin) digunakan spesimen serum/
plasma heparin, sebaiknya diperiksa beberapa jam setelah
pengambilan, atau disimpan dalam lemari pendingin.
 Tes serologis hepatitis (Anti HAV,HbsAg, Anti HBs, Anti HBc
IgM, Anti HCV) : Digunakan spesimen serum / plasma EDTA,
heparin sitrat. Spesimen ini stabil selama 3 hari pada suhu 2-8 C
stabil selama 3 bulan pada suhu - 20 C
 Tes fungsi tiroid (TSH,TSHs, FT4, T4,T3) ; Digunakan spesimen
serum / plasma EDTA, heparin, sitrat. Spesimen ini stabil selama 3
hari pada suhu 2-8 C, stabil selama 3 bulan pada suhu -20 C
 Tes ANT1, HIV1, HIV2 : Digunakan spesimen serum / plasma
EDTA, heparin, sitrat. Spesimen ini stabil selama 3-7 hari pada
suhu 2-8 C, stabil selama 3 bulan pada suhu -20 C
 Tes etektrolit (Natrium, Kalium, Klorida)
- Darah lengkap dengan heparin (lithium/NA - heparin), dapat disimpan
sampai 1 jam setelah pengambilan.
- Serum / plasma heparin (lithium/Na - heparin), specimen ini stabil
disimpan selama 10 hari pada suhu 2-8 C
- Urin : Stabil sampai 2 jam pada suhu kamar, jika terpaksa ditunda > 2
jam maka urin disimpan pada suhu 4 C, bila perlu gunakan pengawet
urin (lihat SOP cara pengambilan sampel). Pemilihan jenis pengawet
agar tidak menimbulkan kesalahan dalam interpretasi hasil).
- Cairan otak, cairan serosa dan cairan sendi : pemeriksaan harus
dilakukan segera setelah bahan diambil. Jika terpaksa ditunda, bahan
disimpan dalam suhu 2-8 , tidak lebih dari 24 jam
- Cairan semen Pemeriksaan harus segera dilakukan setelah
pengumpulan semen
- Tes bakteriologi
 Penyimpanan untuk bakteri tertentu (darah) dilakukan pada suhu kamar,
tetapi tidak boleh lebih dan 24 jam. Tidak boleh disimpan dalam lemari
es.
 Specimen untuk isolasi bakteri seperti streptococcus pyogenes harus
disimpan dalam transpor medium.
 Darah yang mengandung sedikit bakteri disimpan pada pada medium
enrichmen, misalnya salmonella spp dalam medium empedu
 Specimen isolasi Neisseria gonorrhea (sekret) tidak boleh disimpan
dalam dingin, tetapi harus dalam situasi mikroaerofilik atau disimpan
dalam medium tranpor (medium stuart)
 Urin disimpan pada suhu 2-8 C tidak lebih dari 18 jam
 Tinja : dapat disimpan selama2 jam pada suhu kamar. Bila > 2 jam tinja
dimasukkan dalam media carry & Blair pada suhu kamar atau pada
suhu 2-8 C
 Pus, sekret : dapat disimpan selama 2 jam pada suhu kamar. Bila > 2 jam
simpan pada suhu 2-8 C
 Cairan otak, cairan serosa dan cairan sendi. Dapat disimpan sampai 1
jam pada suhu kamar , atau dalam media transport dan pada suhu 2-8
C untuk beberapa jam saja
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PATOLOGI KLINIK
CARA PENGIRIMAN SPESIMEN

NO. REVISI HALAMAN


DOKUMEN

Ditetapkan oleh
TANGGAL Direktur Utama RS. Dr. Wahidin
TERBIT Sudirohusodo
RS. DR. WAHIDIN
JANUARI 2012
SUDIROHUSODO
MAKASSAR
Prof. DR. dr. Abdul Kadir, Ph.D, SpTHT-
KL(K), M.Kes
Nip. 1962 0523 1989 03 1001
SOP

Pengertian
Pengiriman spesimen adalah tata cara penylapan dan pengemasan spesimen
untuk dikirim ke laboratorium rujukan

Tujuan
1) Mendapatkan dan menyiapkan spesimen yang memenuhi syarat pengiriman
untuk menunjang perolehan hash tes laboratorium yang bermutu dan
dipercaya.
2) Sebagai panduan mengirim spesimen secara benar agar tidak terjadi
perubahan perubahan yang signifikan dalam spesimen.

Kebijakan
Pengiriman spesimen ke laboratorium rujukan dilakukan pada tes tertentu yang
fasilitas pemeriksaannya belum tersedia.

Prosedur
I. Spesimen dikemas dalam kotak khusus untuk pengiriman dalam 3 lapisan
dari dalam yaitu:
- Wadah kedap air berisi specimen.
- Wadah kedap air dengan bantalan absorben untuk mengisi specimen bila
bocor karma guncangan.
- Wadah yang melindungi dari pengaruh luar.
II. Spesimen dibuatkan berita acara dengan mencantumkan identitas spesimen
berupa nama, umur, jenis kelamin, laboratorium rujukan yang dituju, tanda-
tangan kepala analis / atau yang mewakili
III. Pada bagian luar paket kotak harus diberi peringatan agar bahan bisa
ditangani secara khusus dan hati-hati, sehingga harus ditulis dengan huruf
yang jelas "Berisi bahan yang mengandung bakteri / virus penyebab
penyakit".
IV. Pengiriman spesimen dengan paket
 Spesimen dikirim dalam suhu tertentu ( sesuai dengan penyimpanan tiap
spesimen untuk tes tertentu ) dalam wadah yang sesuai. Lindungi
spesimen dari panas, sinar matahari. dan dingin yang terlalu kuat.
 Spesimen dikirim melalui jasa transportasi yang menjamin segera
mengantar ke laboratorium penerima
 Laboratorium penerima segera memberitahu pengirim bahwa spesimen
telah di terima dan segera dilakukan pemeriksaan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PATOLOGI KLINIK
PENANGANAN KHUSUS BAHAN INFEKTIOUS

NO. REVISI HALAMAN


DOKUMEN

Ditetapkan oleh
TANGGAL Direktur Utama RS. Dr. Wahidin
TERBIT Sudirohusodo
RS. DR. WAHIDIN
JANUARI 2012
SUDIROHUSODO
MAKASSAR
Prof. DR. dr. Abdul Kadir, Ph.D, SpTHT-
KL(K), M.Kes
Nip. 1962 0523 1989 03 1001
SOP

Pengertian
Bahan infeksius adalah bahan yang mengandung mikroorganisme hidup seperti
bakteri, virus, ricketsia, parasit, jamur atau rekombinan, hybrid atau mutan yang
dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan hewan.
Laboratorium sebagai akibat dari proses kerjanya.

Tujuan
Mencegah terjadinya penularan lingkungan dari segala sesuatu dan infeksi
nosokomial baik kepada petugas maupun yang disebabkan oleh bahan infeksius
yang berada di rumah sakit

Kebijakan
- Prosedur dilaksanakan oleh analis laboratorium yang bertugas.
- Analis tersebut memakai wrung tangan, masker serta baju laboratorium
karena sampel adalah bahan infeksius.
- Melakukan koordinasi dengan instalasi sanitasi Rumah Sakit

Prosedur khusus
A. Peralatan sesuai dengan penanganan specimen secara umum ditambah alat-
alat dibawah ini :
1. Alat Bantu pipet.
2. Otoklaf .
3. Botol dengan penutup berulir.
4. Cabinet keamanan biologis.
B. Cara Kerja
1. Petugas laboratorium harus dilatih sehingga memiliki keahlian khusus
untuk menangani mikroorganisme pathogen.
2. Petugas laboratorium yang pertama datang harus mematikan lampu UV
yang terpasang .
3. Pekerjaan dilakukan dalam kabinet keamanan biologis bila dapat
menghasilkan aerosol.
4. Pinto laboratorium harus dalam keadaan tertutup.
5. Petugas laboratorium dengan resiko tinggi untuk terkena infeksi, tidak
diperbolehkan masuk laboratorium.
6. Semua bahan dari laboratorium sebelum dibuang harus di dekontaminasi
sesuai dengan peraturan yang ada.
7. Semua bahan yang akan di dekontaminasi diluar ruang kerja harus
ditempatkan dalam kantong khusus yang tertutup rapat.
8. Petugas laboratorium yang terakhir pulang harus menyalakan lampu UV.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PATOLOGI KLINIK
PERMINTAAN, PENERIMAAN DAN PENGGUNAAN
REAGEN

NO. REVISI HALAMAN


DOKUMEN

Ditetapkan oleh
TANGGAL Direktur Utama RS. Dr. Wahidin
RS. DR. WAHIDIN
TERBIT Sudirohusodo
SUDIROHUSODO
JANUARI 2012
MAKASSAR

Prof. DR. dr. Abdul Kadir, Ph.D, SpTHT-


KL(K), M.Kes
SOP Nip. 1962 0523 1989 03 1001

Pengertian
 Permintaan reagen adalah usulan kebutuhan reagens dan bahan habis pakai
laboratorium yang dibutuhkan untuk periode tertentu dan menjamin kelancaran
pelayanan laboratorium kepada pasien.
 Penerimaan reagen adalah reagen yang diusulkan dan disetujui direktur
administrasi dan keuangan dan selanjutnya akan digunakan dalam menjamin
kelancaran pelayanan laboratorium kepada pasien.
 Penggunaan reagen adalah jumlah reagen yang telah digunakan sesuai
usulan dan dipertanggung jawabkan dalam menjamin kelancaran pelayanan
laboratorium kepada pasien

Tujuan
1. Memberikan pedoman / petunjuk tentang prosedur permintaan, penerimaan
dan penggunaan reagen.
2. Mengupayakan tertib administrasi, tertib prosedur dan tertib anggaran
permintaan, penerimaan dan penggunaan reagen.
3. Mempermudah dan menyeragamkan pelaksanaan tugas pengawasan melekat
dan pengawasan fungsional extern dan intern.
4. Dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien dengan prinsip transparan
sehingga :, hasilnya dapat dipertanggung jawabkan dari segi fisik, keuangan
maupun manfaatnya.
Kebijakan
Permintaan penerimaan dan penggunaan reagen dilakukan menurut prosedur
usulan yang ditetapkan.

Prosedur
a. Pelaksanaan adalah instalasi laboratorium yang dikoordinasi oleh Kepala
Instalasi
b. Petugas yang ditunjuk oleh Kepala Instalasi menyusun daftar usulan
kebutuhan reagen laboratorium yang dibutuhkan untuk periode tertentu dalam
menjamin kelancaran pelayanan pemeriksaan laboratorium kepada pasien.
c. Daftar usulan kebutuhan tersebut di rupiahkan berdasarkan UPS / OE yang
ditetapkan oleh panitia, harga penawaran distributor yang dipilih karena
kualitas baik dan harga bersaing, ditambahkan kewajiban pajak sesuai
ketentuan da peraturan pajak yang berlaku.
d. Kepala Instalasi membuat Surat Pesanan (SP) kepada distributor, Agen atau
PBF yang terpilih dan mampu melaksanakan / memenuhi syarat-syarat
pekerjaan, mutu, volume. brand, tepat wak -tu clan jenis barang yang
dibutuhkan.
e. Surat Pesanan (SP) diajukan kepada panitia pengadaan barang dan jasa
untuk dilanjutkan kepada Direktorat SDM dan sarana dengan persetujuan
Direktur Administrasi dan Keuangan.
f. SP selesai ditanda-tangani, diserahkan diserahkan kembali kepada panitia
untuk dilanjutkan kepada instalasi.
g. Kepala Instalasi bertanggung jawab atas penerimaan, penyimpanan,
keamanan dan efisiensi penggunaan barang yang dibeli.
h. Berita Acara Penerimaan (BAP) barang merupakan salah satu persyaratan
bayar.
i. Semua dokumen pengadaan kecuali kwitansi pembayaran yang telah disetujui
oleh Direktur Administrasi dan Keuangan dikembalikan ke instalasi lab. Untuk
di FILE dan disiapkan jika diperlukan audit.
j. Setiap akhir bulan Kepala Instalasi wajib melaporkan sisa persediaan kepada
Direktur Administrasi dan Keuangan Cq Kepala Divisi Keuangan dan
Akuntansi serta tembusan kepada Divisi Sarana dan Logistik.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PATOLOGI KLINIK
ALUR PERMINTAAN, PENERIMAAN DAN PENGGUNAAN
REAGEN
INSTALASI LABORATORIUM

NO. REVISI HALAMAN


DOKUMEN

RS. DR. WAHIDIN Ditetapkan oleh


SUDIROHUSODO TANGGAL Direktur Utama RS. Dr. Wahidin
MAKASSAR TERBIT Sudirohusodo
JANUARI 2012

SOP Prof. DR. dr. Abdul Kadir, Ph.D, SpTHT-


KL(K), M.Kes
Nip. 1962 0523 1989 03 1001

- Barang yang dating disertai faktur pembelian


- Barang diperiksa oleh Tim Pemeriksa Barang
- Tanda Terima ditandatangani oleh 2 anggota Tim Pemeriksa Barang
- Barang dapat disalurkan (didistribusikan ke masing-masing ruangan) ke
yang meminta

DIREKTUR ADMINISTRASI DAN KEUANGAN

Proses pembelian selesai berkas diajukan ke Direktur Keuangan untuk


dipertanggung jawabkan dan dibukukan
Kuitansi pembayaran ditahan oleh Direktur Keuangan
Dokumen Pengadaan dikembalikan apabila ada pemeriksaan (audit)

INSTALASI LABORATORIUM

Buat laporan sisa persediaan setiap akhir bulan ke


 Direktur Keuangan
 Direktur Umum
 Divisi Perencanaan dan evaluasi
 Arsip

INSTALASI LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK

Buat daftar usulan kebutuhan setiap akhir bulan (DUK) Seleksi harga dan pajak
Hubungi rekanan untuk memastikan ketersediaan barang

Usulan dimasukkan ke divisi sarana dan logistic


untuk ditelaah dan dikendalikan

Usulan ditanda tangani oleh Direktur Umum dan Operasional

INSTALASI LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK


Usulan yang telah disetujui oleh Direktur Umum dibuatkan Surat Pesanan
(SP)

SP dimasukkan ke bagian pengadaan untuk ditelaah (dikoreksi) harga dan


pajaknya (verifikasi)

SP ditanda tangani Direktur Umum dan disetujui oleh Direktur Keuangan

SP dikembalikan ke Instalasi Laboratorium


(Pembelian langsung dapat dilaksanakan)

Anda mungkin juga menyukai